You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS PNEUMONIA

DIRUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

OLEH :

MUHAMMAD ZAINUDDIN

NIM : 2114201310151

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEAHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2023
1. Pengertian

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut (ISNBA)
dengan gejala batuk dengan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius
seperti Virus, Bakteri, Mycoplasma (fungi), Dan aspirasi subtansi asing, berupa radang paru-
paru yang sertai eksudasi dan konsolidasi.

Pneumonia adalah inflamasi jaringan paru yang paling sering disebabkan oleh infeksi dan
didefinisikan sebagai adanya infiltrate paru pada foto thoraks. Penyakit pneumonia sering kali
diderita sebagian besar kelompok usia lanjut dan kelompok populasi dengan penyakit kronik,
9 sebagai akibat dari kerusakan sistem imunitas tubuh. Lansia rentan terhadap pneumonia
karena respon imunitas mereka yang sudah(Rizka Lahmudin & Herlina, 2020).

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya di
alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun
mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2021).

2. Etiologi

Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme dan dapat menular dari
komunitas atau dari rumah sakit Pasien dapat menghisap bakteri, virus, parasite, dan agen
iritan (Mary & Donna, 2019). Menurut (Padila, 2019) penyebab dari pneumonia yaitu; a.
Bakteri

Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti: streptococcus
pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis, akibat bakteri yang melewati mekanisme
pertahanan tubuh, masuk ke dalam paru-paru, dan menyebabkan radang b. Virus

Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet citomegalo , virus ini dikenal
sebagai penyebab utama kejadian pneumonia virus.

c. Jamur jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan udara
mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.Jamur ini menyebar melalui
udara dan masuk ke paru-paru ketika orang menghirup udara.

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP) biasanya menjangkiti pasien


yang mengalami immunosupresi.
3. Patofiologi

Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri dari kumpulan –kumpulan unit yang dibentuk
melalui percabangan progresif pada jalan napas. Mikroorganisme dari lingkungan didalam
udara yang dihirup, sterilitas saluran napas bagian bawah adalah hasil mekanisme
penyaringan dan pembersihan yang efektif. Pernapasan merupakan dasar dari penyakit paru,
baik perubahan yang didapat pada histopatologi akibat pada faal paru. Saluran pernapasan
secara fungsional dibagi menjadi satu bagian yang memiliki fungsi sebagai konduksi
(pengantar gas), dan satu bagian yang memiliki fungsi sebagai respirasi (pertukaran gas),
udara seakan bolak balik diantara atmosfer dan jalan napas. Laring menghubungkan faring
dengan trakea yang terdiri dari kartilago denagn kartilago epiglottis terletak di atasnya.
Epiglotis berfungsi menghasilkan reflek batuk dan melindungi saluran napas bawah terhadap
aspirasi benda selain udara. (Tambrani Prof., 2017)

Agent penyebab pneumonia masuk ke paru – paru melalui inhalasi atau pun aliran darah.
Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernapasan bawah. Reaksi
peradangan timbul pada dinding bronkhus menyebabkan sel berisi eksudat dan sel epitel
menjadi rusak. Kondisi tersebut berlansung lama sehingga dapat menyebabkan etelektasis
(Suratun & Santa, 2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan
eksudat yang mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat terjadi apabila pasien menderita
penyakit jalan napas reaktif(Smeltzer & Bare, 2013)Gejala umum yang biasanya terjadi pada
pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak napas (Djojodibroto, 2017).

Pneumonia bisa dipicu oleh masuknya bahan atau zat tertentu ke dalam paru-paru melalui
saluran pernapasan (aspirasi paru), yang selanjutnya menyebabkan infeksi dan
peradangan.penyakit ini juga menyerang saluran pernafasan terutama paru-paru dan bisa

mengakibatkan kantung paru-paru menjadi radang.


4. Pathaways
5. Manifestasi Klinik

Pneumonia merupakan infeksi yang melibatkan alveoli dan bronkiolus. Secara klinis
pneumonia ditandai oleh berbagai gejala dan tanda. Gejala seperti batuk dapat bersifat
purulen ataupun mukopurulen. Gejala lain yang terjadi meliputi demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritik. Selain itu dapat pula terjadi gejala ekstrapulmoner meliputi mual, muntah,
ataupun diare. Temuan lain seperti delirium, penurunan fungsi fisik, anoreksia, lemah,
ataupun pingsan dapat merupakan gejala dan tanda awal ataupun gejala dan t anda tunggal
pada pneumonia. (Khanmohammadi et al., 2021)

Untuk pneumonia komunitas, manifestasi klinis pada usia lanjut memiliki manifestasi k linis
yang berbeda dengan pneumonia komunitas pada kelompok usia lain. Manifestasi klinis
pneumonia komunitas pada usia lanjut biasanya tidak lengkap. Sebagai tambahan, terdapat
keberagaman yang luas dari aspek gejala dan tanda yang terjadi, dengan tidak didapatkannya
asosiasi di antara gejala dan tanda tersebut. Konfusi, perubahan kapasitas fisik secara
fungsional, dan dekompensasi dari penyakit penyebab, dapat muncul sebagai manifestasi
klinis. Malnutrisi merupakan salah satu keadaan yang ditemui pada kel ompok usia lanjut.
(Khanmohammadi et al., 2021)

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi pemeriksaan menggunakan foto tho raks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan


penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran
bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavita.

b. Laboratorium

Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit polimorfonuklear
dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukanleukopenia.

c. Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk mengetahui ad
anya Streptococcus pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida
pneumokokkus.

d. Analisis Gas darah


Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida
(PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratori

7. Penatalaksaan

a. Penatalaksanaan Medis

1) Oksigen 1-2L/ menit

2) IVFD (Intra venous fluid Drug) / ( pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % :
NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat
badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

3) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap memulai
selang nasogastrik dengan feding drip.

4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk memperbaiki transpormukossiller.

5) Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.

6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan

7) Untuk kasus pneumonia komuniti base : Ampicilin 100 mg/ kg BB/ hari dalam 4 hari
pemberian, Kloramfenicol 75 mg /kg BB/ hari dalam 4 hari pemberian.

8) Untuk kasus pneumonia hospital base : Cefotaxim 100 mg/kg BB/ hari dalam 2 kali
pemberian, Amikasim 10-15 mg/ kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian.

b. Non medis

Terapi non farmakologi pada penyakit pneumonia yang dapat diberikan yaitu istirahat,
pemberian O2, asupan cairan yang cukup, hidrasi untuk mengencerkan sekresi, teknik napas
dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko atelektasis dan
perbaikan nutrisi. Perbaikan nutrisi bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
memperbaiki fungsi sistem imun agar tubuh mampu mengeradikasi infektor penyebab
patologi tersebut

9. Komplikasi

Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan komplikasi.
Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko tinggi, mungkin mengalami
beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan
bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru masuk ke
dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan
kegagalan organ. Pada 10% pneumonia dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi
ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan
empiema. Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau
biasa disebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya be rsifat eksudatif.
Efusi pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta
dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di drainage
menggunakan chest tube atau dengan pembedahan.

10. Prognosis

Prognosis pasien pneumonia komuniti atau CAP dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada
pasien tanpa komorbid umumnya memiliki prognosis yang sangat baik. Akan tetapi, pada
pasien dengan faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi penyakit pasien seperti usia
tua, penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), imunokompromais seperti
human immunodeficiency virus (HIV), infeksi gram negatif seperti Klebsiella, Pseudomonas,
serta komorbid lainnya dapat memiliki outcome yang lebih buruk. Prognosis pneumonia
aspirasi bergantung pada penyakit yang mendasari terjadinya aspirasi, derajat keparahan, ada
tidaknya komplikasi, dan riwayat kesehatan pasien.Sebuah studi pada 112 pasien pneumonia
aspirasi menunjukkan bahwa usia >65 tahun, penggunaan obat inotropik, dan
penatalaksanaan awal yang inefektif merupakan prediktor prognosis buruk pada pasien.Studi
lain berupa studi kohort prospektif pada 70 pasien rawat inap dengan pneumonia aspirasi
menemukan bahwa usia lebih tua, kadar albumin serum yang rendah, gambaran radiologi
yang lebih buruk, dan penatalaksanaan awal yang inefektif akan meningkatkan risiko
mortalitas pasien

11. Tinjauan Teoritis Keperawatan 1.

Pengkajian Keperawatan

a. Identitas

1. Identitas Pasien
Identitas yang perlu di kaji meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat,
pendidikan,pekerjaan,status perkawinan,agama,suku/budaya, tanggal masuk RSdiagnosa
medis, dan nomor Rekam Medik

2. Identitas Penanggung jawab

Identitas penanggungjawab yang perlu di kaji meliputi nama, jenis kelamin, umur,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan pneumonia merupakan pemeriksaan fokus, berurutan
pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Inspeksi : Bentuk dada dan gerakan pernapasan, Gerakan pernapasan simetris. Pada klien
dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta
adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat
dialami terutama oleh anak -anak. Batuk dan sputum. Saat dilakukan pengkajian b atuk pada
klien dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya
peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen.

Palpasi : Gerakan dinding thorak anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien dengan
pneumonia, g erakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan
dan kiri. Getaran suara (frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien dengan pneumonia
biasanya normal.

Perkusi : Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatka n bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan
pneumonia didapatkan apabila bronkopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).

Auskultasi : Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi na
pas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk
mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.

2. Diagnosa keperawatan

1. Hambatan Pertukaran Gas b.d pola nafas tidak efektif

2. Ketidak efektifan pola nafas b.d keletiahan

3. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan


4. Hipertermi b.d dehidrasi

5. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


keperawatan Hasil (NOC) (NIC)

1. Hambatan Setelah dilakukan Terapi Oksigen : 1. Manifesta Si


Pertukaran gas b.d distres pernafasan
tindakan 1x24jam 1. pertahankan
2. untuk
pola nafas tidak diharapkan pasien kepatenan jalan mempertahankan
efektif PaO2 diatas mmHg
memenuhi kriteria napas
3.menunjukkan
(Nanda 00030 Hal hasil: 2. monitor aliran vasokontriksi atau
263) oksigen respon tubuh
1. dapat
3.Siapkan terhadap demam
menurunkan tanda peralatan
dan gejala gangguan oksigen (NIC
hal 444)
pertukaran gas
2. pasien dapat
menunjukkan
peningkatan
pertukaran gas seperti
ttv,nilai AGD dan
ekpresi wajah
membaik

2. Ketidak efektifan Setelah dilakukan Monitor 1. Distress


pola nafas b.d tindakan 2x24 jam pernafasan: pernafasan dan
keletiahan diharapkan pasien 1.Monitor perubahan tanda
(Nanda 00032 Hal memenuhi kriteria kecepatan,irama vital
291) hasil: kedalaman dan 2. merangsang
fungsi pernafasan
1.Pola nafas menjadi kesulitan
atau ekspansi paru
efektif bernafas 3.meningkatkan
2. pasien merasa 2.Monitor suara pengiriman oksigen
nyaman dalam nafas ke paru
bernafas
3. data objektif 3. Monitor untuk kebutuhan
saturasi oksigen sirkulasi
menunjukkan pola
nafas yang efektif
( NOC Hal 519)

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen 1. kolaborasi


Nutrisi kurang dari tindakan intervensi Nutrisi : dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh b.d selama 3 x 24 jam 1.Tentukan untuk menetukan
kesulitan menelan Diharapkanpasien status gizi pasien jumlah kalori dan
(NANDA 00004 memenuhi dan kemampuan nutrisi yang
Hal 201) kriteriahasil: pasien untuk dibutuhkan pasien
1. Nafsu makan memenuhi 2. anjurkan pasien
membaik kebutuhan gizi untuk
2. Mukosa bibr 2.instruksikan meningkatkan
membaik pasien mengenai protein dan vitamin
kebutuhan nutrisi C
3. ciptakan 3. anjurkan
lingkungan yang pasien untuk
optimal pada meningkatkan
saat intake FE ( zat
mengkonsumsi besi)
makanan
4. berikan
makanan terpilih
( sesuai dengan
keinginan pasien
dandiperbolehkan
oleh ahli gizi)

4. Hipertermi b.d Setelah dilakukan Perawatan 1. mengetahui dan


tindakan 1x24jam
dehidrasi demam: memonitor ttv
diharapkan pasien
(NANDA 00007 memenuhi kriteria 1.Pantau suhu 2.menurunkan
Hal 556) hasil:
dan TTV subu tubuh pasien
2. monior warna 3.menyeimbangkan
kulit dan suhu kebutuhan cairan
1. status kenyaman 3. fasilitasi pasien
pasien membaik istirahat
2.pasien tidak
mengalami dehidrasi
3. suhu tubuh dalam
batas normal

5. Ketidak efektifan Setelah dilakukan Manajemen 1.untuk memastikan


bersihan jalan nafas
tindakan keperawatan Jalan Nafas: kebutuhan alat
b.d sekresi yang
tertahan selama 3 x 24 jam, 1.Monitor tanda- bantu untuk
diharapkan jalan tanda vital membuka jalan
nafas klien kembali 2.Anjurkan nafas
efektif dengan kriteria pasien untuk 2. untuk membantu
hasil: minum air mengeluarkan
sekret yang tertahan
1.Mempertahankan hangat
jalan nafas paten 3.Auskultasi
suara nafas
dengan bunyi napas
4.Instruksikan
bersih / jelas 2.Tidak bagaimana agar
bisa melakukan
terdapat ronkhi
batuk efektif
3.Produksi sputum
berkurang
4.Batuk tidak ada

3. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap
evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tuj uan klien dan
menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan
pencapaian tujuan. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan maka
perawat dapat menentukan efektivitas asuhan keperawatan.
. DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Jurnal
Teknik Informatika Politeknik Sekayu (TIPS) Volume VI, No. 1, Januari – Juni 2017

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 4, No. 4 | Desember 2017, Nanda-I Diagnosis Keperawatan
: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Edisi 11. Jakarta: EGC.

Buletin Jendela Epidemiologi Volume 3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Jurnal mahasiswa kedokteran Vol 2,No 10 oktober 2022(ISSN 2809-9146)

You might also like