Professional Documents
Culture Documents
Pergeseran Konsep Kedaulatan Rakyat Pasca Perubahan Uud Nri 1945
Pergeseran Konsep Kedaulatan Rakyat Pasca Perubahan Uud Nri 1945
Mohammad Yuhdi
Dosen FIS Universitas Negeri Malang.
Abstraksi :
Isu sentral dalam teori tentang kedaulatan, adalah siapakah pemegang kedaulatan dalam negara? Terdapat 4
ajaran mengenai hal ini: (1). Ajaran Kedaulatan Tuhan, (2). Kedaulatan Negara, (3). Kedaulatan Hukum, (4).
Kedaulatan rakyat. Ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 sebelum perubahan yang menyebutkan, bahwa:
“Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”,
menunjukkan bahwa konsep kedaulatan yang dianut adalah konsep kedaulatan Tuhan, konsep kedaulatan rakyat
dan konsep kedaulatan Negara sekaligus, yang terjelma melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sementara
konsep kedaulatan pasca perubahan UUD Negara RI tahun 1945 yang menyebutkan: “Kedaulatan adalah di
tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar 1945” telah bergeser dari kedaulatan MPR
menjadi kedaulatan konstitusi. Pergeseran konsep kedaulatan tersebut tentu saja kita telah merasakan
implikasinya, terutama tidak terkontrolnya keputusan politik kenegaraan yang seharusnya berorientasi pada
keadilan sosial dan kepentingan umum yang lebih mengedepankan pada asas permusyawaratan, tetapi
realitasnya justru lebih mengarah pada praktek demokrasi yang liberal dan pragmatisme politik, praktek-praktek
yang sejatnya tidak sejalan dengan gagasan para pendiri negara. Oleh karena itu, perubahan UUD Negara RI
tahun 1945 perlu dipikirkan kembali untuk memperkuat peran dan posisi MPR sebagai pelaksana kedaulatan
rakyat. Tetapi hendaknya MPR dalam melakukan perubahan tersebut harus melakukan interpretasi dengan
pendekatan sejarah dengan menggunakan referensi dan dokumen yang otentik, terutama memahami pokok-
pokok pikiran para pendiri Negara yang muncul dalam perdebatan di sidang-sidang BPUPKI. Hal ini penting
untuk menjaga kesinambungan gagasan dalam membangun Negara Kesatuan RI yang utuh dan kuat.
1Rober
disampaikan pada saat kampanye yang ke-
Dahl, On Democracy, edisi terjemahan
Bahasa Indonesia, Perihal demokrasi, Penerbit Obor, mudian dituangkan dalam undang-undang
Jakarta, 2001, h.179.
2Jimly Asshidiqie membagi dan menggunakan
program pembangunan nasional (Propenas) tunduk pada hukum alam, namun keputusan
dan Rencana Program Jangka Panjang Na- mengenai apa yang mesti dianggap sebagai
sional (RPJPN), dan Rencana Program Jang- hukum yang tertinggi, merupakan hak raja.
ka Menengah (RPJM) Nasional. Kedaulatan memang dapat dipegang oleh
sejumlah orang atau masyarakat, namun ia
B. Pembahasan tidak bisa dibagi dam tidak bisa didistri-
1. Konsep Kedaulatan Rakyat Sebelum buskan di antara beberapa organ terpisah.
PerubahanUUD 1945 Inilah doktrin tentang tidak adanya pemi-
Konsep tentang kedaulatan, diga- sahan kekuasaan dalam teori kedaulatan Bo-
gas pertama oleh Jean Bodin. Ia melihat din.
kedaulatan sebagai kekuasaan mutlak dan Isu sentral dalam teori tentang ke-
abadi dari sebuah republik. Dan sebuah daulatan, adalah siapakah pemegang kedau-
republik merupakan sebuah pemerintahan latan dalam negara? Terdapat 4 ajaran me-
yang dilandaskan pada hukum alam. Ke- ngenai hal ini: (1). Ajaran Kedaulatan Tu-
kuasaan raja (puissance souveraine) yang han, (2). Kedaulatan Negara, (3). Kedau-
oleh Bodin dijadikan inti teorinya, kemudian latan Hukum, (4). Kedaulatan rakyat.4 Me-
didefinisikan sebagai kekuasaan legislatif. nurut Padmo Wahyono, ada lima ajaran
Menurut Bodin, di mana tidak ada keku- kedaulatan yang lazim dikenal, yaitu ajaran
asaan legislatif, di situ tidak ada republica, kedaulatan raja sebagai tambahan dari empat
tidak ada pemerintahan yang sah, dan de- yang disebut terdahulu. Namun ia juga me-
3
ngan demikian, tidak ada negara. nyebut, sebetulnya hanya ada tiga teori
Dalam konsep kedaulatan Bodin, dengan alasan bahwa teori yang lain ha-
jelas bahwa aturan perundangan menempati nyalah sekedar konstruksi dari teori yang
posisi sentral, dan raja dipercaya untuk sudah ada. Ketiga teori dimaksud adalah,
membuat undang-undang. Aturan perun- kedaulatan Tuhan, kedaulatan rakyat, dan
dang-undangan mesti berada di atas semua kedaulatan raja.5
kekuasaan pemerintahan. Meski raja, harus Teori kedaulatan negara hanyalah
konstruksi baru dari teori kedaulatan raja
3Jean Bodin adalah sarjana Perancis abad XVI yang
negara, yang sifat-nya tunggal, asli, abadi, dan tidak Yogyakarta, h. 152.
dapat dibagi-bagi. Karena jasa tersebut, ia dijuluki 5Padmo Wahjono & TA Hamzah, Diklat Negara,
dalam suasana kedaulatan rakyat. Kons- kemudian diorganisir dan dikepalai oleh
truksinya bahwa bukan rakyat yang dapat seorang Paus. Demikianlah dalam negara
menjalankan kekuasaan tertinggi melainkan terdapat dua organisasi kekuasaan, yaitu
negara. Karena negara adalah suatu yang organisasi kekuasaan yang dipimpin oleh
abstrak, maka diserahkan pelaksanaannya raja, dan organisasi kekuasaan yang di-
kepada raja. Sedangkan kedaulatan hukum pimpin oleh Paus. Dua kelompok or-
adalah kelanjutan dari kedaulatan rakyat. ganisasi tersebut percaya dan mengakui
Konstruksinya adalah walaupun kekuasaan bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan
tertinggi ada pada rakyat, namun pelaksa- Tuhan. Persoalannya adalah, siapakah
naannya diserahkan pada wakil rakyat yaitu yang menjadi wakil Tuhan di dunia?
Lembaga Perwakilan Rakyat. Lembaga ini Atas pertanyaan itu, muncul be-
harus melaksanakan kehendak rakyat dalam berapa teori di bawah payung teokrasi
bentuk produk hukum demi kepastiannya. yang diajukan oleh Agustinus, Thomas
Oleh karena itu hukum menjadi berdaulat.6 Aquinas, dan Marsilius. Agustinus me-
1.1 Teori Kedaulatan Tuhan ngajarkan bahwa yang menjadi wakil
Sesuai dengan referensi tentang Tuhan adalah Paus.7 Aquinas menga-
kedaulatan, pada abad V-XV muncul te- jarkan bahwa Raja dan Paus mempunyai
ori Kedaulatan Tuhan. Ajaran Kedaulatan kekuasaan yang sama, hanya bidangnya
Tuhan menganggap Tuhan sebagai pe- yang berbeda. Tugas raja dalam bidang
megang kekuasaan tertinggi dalam keduniawian, sedangkan tugas Paus da-
negara. Dalam praktiknya, kedaulatan lam bidang keagamaan.8 Lebih lanjut
Tuhan ini dapat menjelma dalam hukum Marsilius mengatakan kekuasaan atau
yang harus dipatuhi oleh kepala negara, yang menjadi wakil Tuhan di dunia
atau dapat pula menjelma dalam keku- adalah raja.9 Gagasan bahwa Tuhan
asaan raja sebagai kepala negara yang berdaulat dapat disimpulkan dari ke-
mengklaim wewenang untuk menetapkan nyataan dalam suatu negara orang-orang
hukum atas nama Tuhan. Teori ini ber-
kembang di Zaman Pertengahan yang
berhubungan erat dengan perkembangan
7Herbert A. Deane, 1963. The Political and Social
agama Kristen yang baru timbul saat itu, Ideas of St. Agustine.
8Bernard L Tanya dan Dossy Iskandar Prasetyo, op.
cit., h. 125.
6Ibid, h. 66-67. 9Ibid., h. 59.
Yuhdi, Pergeseran Konsep Kedaulatan Rakyat Pasca Perubahan UUD NRI 1945 25
1.4 Teori Kedaulatan Rakyat nya. Dalam hal ini, rakyat mempunyai
Perkembangan berikutnya muncul otoritas untuk menetapkan berlaku ti-
Rousseau dengan ajaran kedaulatan rak- daknya suatu ketentuan hukum dan un-
yat. Menurutnya, dengan kontrak sosial, tuk menjalankan serta mengawasi pelak-
orang menyerahkan kebebasan hak serta sanaan ketentuan hukum itu. Artinya,
wewenangnya (natural liberty) kepada dalam pengertian modern, pemerintahan
rakyat seluruhnya (negara) sehingga sua- negara merupakan government or rule
sana kehidupan alamiah berubah men- by the peo ple.18 Pelaksanaan kedaulatan
jadi suasana kehidupan bernegara, dan rakyat ini sangat bervariasi dan tidak
natural liberty berubah menjadi civil selalu berdasarkan suara terbanyak. Ada
liberty. Kekuasaan tertinggi tetap pada yang berdasarkan musyawarah. Selain
rakyat yang diselenggarakan melalui itu di negara-negara yang bercorak fasis,
perwakilan berdasarkan suara terbanyak kedaulatan rakyat dilaksanakan oleh wa-
(general will, volonte gene-rale).16 Ke- kil mutlaknya (exponent). Pada masa
daulatan rakyat sebagai konsep menge- lampau di jaman Romawi, kedaulatan
nai kekuasaan tertinggi, dapat dilihat rakyat diserahkan pada kedaulatan raja
pertama dari segi ruang lingkupnya, dan yang absolut melalui konstruksi Lex Re-
kedua dari segi jangkauan konsepnya. gis dari Ulpianus (Caesarismus). Gaga-
Ruang lingkup kedaulatan itu menyang- san bahwa rakyat berdaulat dapat disim-
kut aktivitas atau kegiatan apa saja yang pulkan dari kenyataan bahwa yang ter-
tercakup dalam fungsi kedaulatan. Se- baik dalam masyarakat ialah apa yang
dangkan jangkauan kedaulatan berkaitan dianggap baik oleh semua orang yang
dengan siapa yang menjadi subject and merupakan rakyat.19 Doktrin kedaulatan
sovereign dari kedaulatan itu.17 rakyat inilah yang merupakan dasar dari
Dalam hubungan dengan ruang negara demokrasi modern.20
lingkup, kedaulatan rakyat meliputi we- Berangkat dari beberapa konsep
wenang pengambilan keputusan, baik di kedaulatan di atas, maka apabila meru-
bidang legislasi maupun pelaksanaan- juk pada ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD
1945 se-belum perubahan yang menye- Undang-Undang Dasar 1945” telah ber-
butkan, bahwa: “Kedaulatan adalah di geser dari kedaulatan MPR menjadi ke-
tangan rakyat, dan dilakukan sepe- daulatan konstitusi.
nuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat”, maka konsep kedaulatan yang 2. Perdebatan Pada Sidang Umum MPR
dianut adalah konsep kedaulatan Tuhan, RI Oktober 1999
konsep kedaulatan rakyat dan konsep Pandangan dan perdebatan yang
kedaulatan Negara sekaligus, yang ter- muncul dalam sidang Majelis Permusya-
jelma melalui Majelis Permusyawaratan waratan Rakyat pada Sidang Umum MPR
Rakyat. Oleh karena itulah, para pendiri Oktober 1999 sampai dengan Sidang Tahu-
negara meletakkan Majelis Permusyawa- nan MPR Tahun 2001, tanggal 9 November
ratan Rakyat sebagai lembaga tertinggi 2001, terkait dengan pembahasan Kedau-
Negara sebagai pelaksana kedaulatan latan Negara, maka setidaknya terdapat 5
rakyat. Menurut Moh. Kusnardi dan Bin- (lima) isu yang menjadi pokok perdebatan,
tan R. Saragih, penempatan pasal terse- yaitu: Pertama, perlunya memperkuat pe-
but menunjukkan, bahwa Undang-Un- ran Majelis Permusyawaratan Rakyat seba-
dang Dasar 1945 mengikuti konstitusi- gai lembaga tertinggi negara. Kedua, terkait
konstitusi modern yang umumnya mem- dengan interpretasi rumusan “Kedaulatan
punyai sistem demokrasi, dimana ke- berada di tangan rakyat dan dilakukan se-
kuasaan MPR tidak terbatas dan tidak penuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
ditetapkan secara limitative melainkan Rakyat”, yang memunculkan gagasan untuk
enunsiatif, artinya selain kekuasaannya memberdayakan masing-masing lembaga
yang ditetapkan menurut pasal-pasal da- tinggi negara, sehingga kedaulatan didistri-
lam UUD 1945, sebenarnya bersumber busikan tidak hanya ke MPR tetapi juga
pada Pasal 1 ayat (2).21 Sementara kon- diberikan ke lembaga-lembaga negara yang
sep kedaulatan pasca perubahan UUD lain. Ketiga, perlunya mempertimbangkan
Negara RI tahun 1945 yang menye- seluruh anggota MPR dipilih melalui pemi-
butkan: “Kedaulatan adalah di tangan lihan umum, karena jumlah anggota MPR
rakyat, dan dilaksanakan menurut yang diangkat lebih banyak daripada yang
dipilih. Keempat, terkait susunan keanggo-
21Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Susunan
Pembagian Kekuasaan Menurut Undang-Undang Dasar 1945, taan MPR, khususnya keberadaan Utusan
Penerbit Gramedia, Jakarta, 1983, h. 44.
Yuhdi, Pergeseran Konsep Kedaulatan Rakyat Pasca Perubahan UUD NRI 1945 29
Darah, Utusan Golongan, dan TNI/Polri, dan 1945 tidak lagi memiliki kekuasaan untuk
Keli-ma, tentang desain kelembagaan MPR, menjamin agar keputusan politik kenegaraan
apakah MPR terdiri dari satu kamar, dua yang senantiasa berorientasi pada keadilan
22
kamar atau tiga kamar. sosial dan kepentingan umum yang lebih
mengedepankan pada asas permusyawara-
3. Pergeseran Konsep Kedau-latan tan, tetapi realitasnya justru lebih mengarah
Pasca Perubahan UUD NRI Tahun pada praktek demokrasi yang liberal, dimana
1945 praktek-praktek seperti itu jelas-jelas diten-
Seiring dengan perjalanan waktu tang oleh sebagian besar para pendiri nega-
pasca perubahan UUD 1945, diskursus ra,23 dan secara sadar di era reformasi ini
kelembagaan Majelis Per-musyawaratan kita telah menerapkan gagasan demokrasi
Rakyat (MPR) men-jadi menarik dan urgen liberal pasca perubahan UUD 1945.
untuk di-perbincangkan kembali, bukan saja Secara historis bagaimana desain
pada aspek eksistensi, peran dan posisinya kelembagaan Majelis Permusyawaratan
dalam sistem ketata-negaraan kita, tetapi Rakyat yang dilakukan oleh Para Pendiri ne-
juga pada aspek desain kelembagaan dan gara (founding fathers), dapat kita telusuri
aspek keterwakilan rakyat dalam kelem- melalui gagasan dan perdebatan yang mun-
bagaan MPR. Selain itu, perubahan Undang- cul dalam persidangan pertama di BPUPK
Undang Dasar 1945 telah bergeser dari pada tanggal 29 Mei 1945, ketika membahas
semangat dan filosofis yang ingin dibangun 23Hal ini setidaknya dapat dilihat dalam