You are on page 1of 23

BAB II

KOMPONEN FUEL CELL

2.1. Membran

Bagian dasar dalam membrane kation exchange di fuel cell adalah awalnya
disusun oleh Wiliam T.Grubb (2) pada tahun 1959. Itu adalah usaha awal yang
diupayakan untuk meningkatkan polimer asam perfluorosulfonic yang menjadi system
sekarang ini.
Pada sistem fuel cell terdapat membran elektrolit yang merupakan komponen
penting dari sistem ini. Fungsi dari membran pada fuel cell adalah sebagai elektrolit
dan pemisah dua gas reaktan. Sebagai elektrolit, membran fuel cell menjadi sarana
transportasi ion hidrogen yang dihasilkan oleh reaksi anoda menuju katoda, sehingga
reaksi pada katoda yang menghasilkan energi listrik dapat terjadi (Kordesch, 1996;
Yohan, dkk, 2005).
Materialnya adalah sebuah penyekat elektric. Dan sebagai hasilnya adalah
konduksi ion terbawa dengan gugusan ionic dengan struktur polimer. Transportasi ion
dalam beberapa jaringan adalah sangat dipengaruhi oleh loncatan dan air bebas yang
diasosiasikan dengan jaringan tersebut.
Salah satu membran fuel cell yang digunakan secara komersial adalah
membran tetrafloro-polietilen dengan cabang gugus asam sulfonat (Nafion®) dan
belakangan ini telah dilakukan penelitian untuk mendapat membrane alternative
selain Nafion, yaitu Membrane Kitosan.

Nafion (PEM-FC Membrane)

Nafion tergolong dalam ionomer. Ionomer berarti polimer yang memiliki sifat-
sifat ionik. Monomer dari senyawa ini terdiri atas kerangka fluorokarbon yang bersifat
hidrofobik dan gugus terminal berupa sulfonat yang bersifat hidrofilik. Gugus
sulfonat merupakan super asam, menjamin kelangsungan transfer proton dari anoda
ke katoda sementara kation dan anion lainnya tidak diizinkan lewat.

Nafion (asam poliperfluoro sulfonat ionomer)

Karakterisasi membran elektrolit (nafion 117) dan elektroda fuel cell sebagai
komponen utama fuel cell merupakan faktor penting sebelum dilakukannya
pembuatan membran dan elektroda fuel cell. Hasil analisa termal menunjukkan bahwa
membran nafion 117 dan elektroda masing-masing mempunyai ketahanan termal
327oC dan di atas 550 oC . Kandungan PTFE (polytetrafluoroethylene) yang terdapat
pada katalis mempunyai ketahanan termal pada 401.7 oC. Hasil analisa X-ray
Difraction menunjukkan bahwa pada lapisan katalis terdapat kandungan PTFE,
ditunjukkan oleh puncak pada posisi 2 theta = 18 o dan 39.5o dan kandungan karbon ,
pada posisi puncak 2 theta = 9 o. ``Hasil morfologi permukaan menggunakan SEM
(Scanning Electron Microscope) menunjukkan bahwa pada permukaan membran
nafion 117 dan katalis masing-masing terdapat distribusi pori antara 0.01-1.2
mikrometer dan 0.01-2.5 mikrometer . Struktur permukaan carbon paper dan carbon
cloth, yang terdiri atas serat-serat karbon dengan diameter 4-6 mikrometer, masing-
masing mempunyai distribusi pori 1-80 mikrometer (carbon paper) dan 2-123
mikrometer (carbon cloth).

Gambar di bawah menunjukkan kumpulan dari Nafion Electrolit Membran,


gambar tersebut diperoleh dari 1 Hz dengan pembakitan sinyal 30 mV, 0.4 V arus DC
katoda ( terdapat reaksi reduksi oksigen, ini menurunkan transfer hambatan Faraday
dan meningkatkan sinyal ). Gambar ini juga membandingkan respons yang
mengganggu dari sebuah Nafion membran kering (0% kelembaban relatif ,udara
temperatur ruangan) melawan area yang sama dengan membran yang sama ketika
berair (30% kelembaban relatif, udara suhu ruangan). Level kebasahan dari Elektolit
Nafion dapat menyebabkan pengaruh pada pencegahan proton (H3O+.nH2O)
konsentrasi dan konduktivitas.

Secara umum sudah diketahui bahwa Nafion adalah bukan sebuah material
homogen, tetapi terdiri dari hidropolic dan tahapan hidropolic – daerah yang terpisah.
Ciri – ciri yang nyata yang dapat dilihat dari hambatan pada Nafion digambarkan di
bawah yang dapat dicocokkan pada daerah hidropilic dalam membran. Dan ukuran
yang nyata dari daerah ini (menunjukkan 1 µm gambar ) adalah golongan dari
beberapa ratus nanometer.
Modulus Hambatan Dan Tahapan Gambar dari Elektrolit Nafion dengan
nilai kelembaban

Di pasaran, harga Nafion® masih sangat mahal, sehingga menjadi kendala


untuk mengembangkannya di Indonesia. Membran ini bersifat selektif semipermeabel
terhadap proton dan memiliki sifat elektrik yang baik sebagai konduktor. Sifat
konduktivitas tersebut ditunjukkan dengan tetapan dielektriknya yang kecil. Namun,
sebagai membran fuel cell juga harus berperan sebagai media transport proton.
Standar material elektrolit dalam PEFC terdiri dari fluorinasi penuh Teflon® .
karakteristik membrane itu dari berat equivalennya (kebalikan proposional dengan
kapasitas perpindahan ion). Sebuah tipe nilai berat equivalen adalah antara 800
sampai 1000 miliequivalen per gram polimer kering. Asam perfluorosulfonat dalam
membrane menunjukkan kimia yang sangat tinggi dan suhu yang relative stabil, dan
lebih stabil dalam melawan serangan kimia dengan dasar yang kuat, oksidasi kuat,
asam – asam reduksi, Cl2, H2, and O2 dengan temperature lebih dari 125 °C. Nafion
terdiri dari sebuah gugusan fluoropolimer, hampir sama dengan Teflon®, dengan
kumpulan asam sulfonat dengan ikatan kimia. Nafion membrane menunjukkan daya
tahan hidup yang panjang dalam pilihan permintaan, kondisi operasi, dan permintaan
elekrokimia. Dalam pemilihan test fuel cell dan system elekrolisa air, daya hidup
lebih dari 50.000 jam dapat ditunjukkan.
Gambar PEFC Schematic

Polymer electrolyte membrane fuel cell (PEMFC) disebut juga proton


exchange membrane fuel cell. Membran ini berupa lapisan tipis padat yang berfungsi
sebagai elektrolit pemisah katoda dan anoda. Membran ini secara selektif mengontrol
transport proton dari anoda ke katoda dalam fuel cell. PEMFC mengandung katalis
platina. Untuk menghasilkan energi, PEMFC hanya memerlukan hidrogen, oksigen
dari udara, dan air untuk mengoperasikannya. Selain itu, pada fuel cell ini tidak
dipakai fluida yang bersifat korosif seperti jenis lainnya
PEMFC merupakan sebuah sistem bebas pelarut. Sistem fuel cell ini
menggunakan fasa penghantar bersifat ionik berupa gugus garam yang matriks
polimernya bersifat polar, seperti pada garam anion F-, Cl-, I-, SCN-, ClO4-,
CF3SO3-, BF4-, dan AsF6-. Semakin besar ukuran anion dan semakin terdelokalisasi
muatan, maka semakin sulit tersolvasi sehingga dapat terjadi ikatan non permanen
antara anion dan proton
Baru-baru ini yushan yan dkk. dari University of Californias Riverside
berhasil memodifikasi membran Nafion mengggunakan metoda infiltrasi. Pori-pori
membran yang semula berdiameter 40 nm diperkecil menjadi 10 nm dengan cara
mengisikan nanopartikel zeolit beta sintetis ke dalam pori tersebut. Pengujian
selanjutnya menunjukan peningkatan permeabilitas metanol dan konduktivitas yang
signifikan (hingga 40%). Semakin permeabel membrannya berarti makin sulit
metanol lewat sementara proton makin mudah menyeberang H+ yang dihasilkan
makin banyak sehingga daya tahan baterai lebih lama.

Membran Kitosan

Salah satu material yang diduga dapat menggantikan Nafion adalah kitosan.
Kitosan merupakan polielektrolit alam dengan beberapa sifat penting yang diperlukan
untuk material membran. Sifat-sifat tersebut antara lain inert, hidrofilik, dan tidak
larut dalam air serta pelarut organik.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kitosan memiliki crossover metanol
yang lebih rendah daripada Nafion. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari potensi membran kitosan dan modifikasi pasangan kompleks asam
basanya sebagai elektrolit fuel cell. Kitosan yang dipakai pada penelitian ini
dihasilkan dari proses deasetilasi kitin yang terdapat dalam kulit udang. Kitosan yang
didapat kemudian diuji analisa spektrofotometri Fourier Transform Infra Ren (FTIR),
derajat deasetilasi, dan massa molekul relatif rata-rata viskositas (Mv). Modifikasi
dilakukan dengan perendaman membran kitosan dalam larutan asam sulfat dengan
variasi konsentrasi yaitu 0,3 M, 0,5 M dan 0,7 M. Pengujian yang dilakukan meliputi
analisa spektrofotometri FTIR, derajat penyerapan air, kapasitas penukar ion,
potensial membran, sifat mekanik, dan analisa Impedance Spectroscopy (IS).
Kitosan yang dihasilkan mempunya Mv sebesar 1.03 g/mol dengan derajat deasetilasi
76.78%. Spektrum serapan infra merah menunjukkan adanya gugus OH, NH2, C=O
amida, dan CH3 dalam kitosan. Gugus-gugus ini juga muncul pada spektrum serapan
infra merah memran kitosan dan modifikasinya. Tetapi ada satu puncak yang hanya
muncul pada membran kitosan modifikasi yaitu pada bilangan gelombang 619,15 cm
-1. Puncak ini dikenali sebagai mode vibrasi S-O, dengan demikian dalam membran
kitosan yang dimodifikasi terdapat gugus SO4 2-. Gugus SO4 2- ini membentuk
pasangan kompleks asam basa dengan gugus NH3 + dari kitosan terprotonasi, dengan
posisi SO4 2- berada di antara dua gugus NH3 +. Derajat penyerapan air meningkat
seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam sulfat. Hal ini menunjukkan adanya
gugus SO4 2- dalam pasangan kompleks asam basa menyebabkan membran bersifat
lebih hidrofil. Sifat mekanik (kekuatan tarik dan perpanjangan saat putus) membran
pun mengalami perubahan dengan adanya gugus SO4 2-.
Dalam keadaan kering, adanya gugus SO4 2- menyebabkan penurunan
kekuatan tarik dan perpanjangan saat putus. Dalam keadaan basah, adanya gugus SO4
2- dalam matriks membran menyebabkan kenaikan perpanjangan saat putus, tetapi
kekuatan tariknya menurun.
Kapasitas penukar ion membran yang direndam dalam asam sulfat (CTSN-3,
CTSN-5, dan CTSN-7) lebih tinggi daripada membran kitosan yang tidak direndam
(CTSN). Kapasitas penukar ion CTSN-5 dan CTSN-7 juga lebih besar daripada
Nafion. Kapasitas penukar ion menunjukkan jumlah gugus ionik dalam matriks
polimer yang secara tidak langsung berkaitan dengan konduktivitas proton suatu
polimer. Tetapi material dengan kapasitas penukar ion yang besar belum tentu
mempunyai konduktivitas yang tinggi pula. Hal ini dapat dilihat dari muatan efektif
material itu sendiri. Nafion dengan kapasitas penukaran ion sebesar 0,91 meq/g
mempunyai muatan efektif 0,536 mol L -1, sedangkan CTSN dan CTSN-5 yang
kapasitas penukar ionnya lebih besar, muatan efektifnya hanya sekitar 0,02 mol L -1.
Hal ini menunjukkan bahwa gugus ionik yang terdapat dalam membran
kitosan dan modifikasi pasangan kompleks asam basanya sebagian besar merupakan
pasangan ion yang statis (tidak bergerak).

Hasil IS menunjukkan pada keadaan kering, CTSN-5 menunjukkan impedansi yang


lebih besar daripada CTSN. Hal ini menandakan CTSN-5 mempunyai konduktivitas
yang lebih kecil daripada CTSN. Sedangkan pada keadaan basah, CTSN-5
menunjukkan impedansi yang lebih kecil daripada CTSN. Hal ini mirip dengan
kelakuan basa dan garam dalam air. Garam lebih mudah terdisosiasi daripada basa,
sehingga ion-ion gram akan lebih udah bergerak dalam matriks membran. Dalam
keadaan kering, frekuensi ambang keuda jenis membran dapat dikatakan sama,
sehingga mekanisme transpor protonnya pun sama. Sedangkan dalam keadaan basah,
frekuensi ambang keduanya mempunyai perbedaan yang signifikan. Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan mekanisme transpor proton antara membran kitosan
dan modifikasi pasangan kompleks asam basanya.
Meskipun secara umum sifat fisik dan kimianya masih berada di bawah
Nafion, membran kitosan dan modifikasi pasangan kompleks asam basanya
mempunyai potensi sebagai elektrolit dalam fuel cell. Untuk dapat disejajarkan
dengan Nafion, diperlukan modifikasi lain agar diperoleh sifat fisik dan kimia yang
lebih baik.
Membran kitosan memiliki prospek yang cerah sebagai membran penukar
proton pada proton exchange membrane fuel cell (PEMFC). Akan tetapi, membran
kitosan memiliki konduktivitas proton yang rendah jika dibandingkan dengan Nafion
sehingga modifikasi membran kitosan masih perlu dilakukan supaya konduktivitas
proton kitosan dapat meningkat.
Sintesis karboksimetilasi kitosan (CC) bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas penukar ion dan konduktivitas proton membran kitosan, melalui
pembentukan sistem amfoterik (O-karboksimetil kitosan, OCC). CC dapat disintesis
dari dua bahan baku, yaitu kitin dan kitosan. Studi yang dilakukan menunjukkan
bahwa CC berhasil disintesis melaluireaksi heterogen antara asam kloroasetat dengan
kitosan (derajat deasetilasi 83,23%). Spektrum infra-merah dan hasil analisis
termogravimetri (TGA), menunjukkan bahwa membran CC memiliki hidrofilisitas
dan kandungan air yang lebih tinggi daripada membran kitosan. Kapasitas penukar
ion antara membran kitosan dengan membran CC tidak berbeda jauh, tetapi analisis
potensial membran dari membran CC menunjukkan bahwa membran ini memiliki
muatan efektif yang lebih tinggi daripada kitosan. Analisis impedansi menunjukkan
bahwa membran CC memiliki konduktivitas proton yang lebih tinggi daripada
membran kitosan dan memiliki mekanisme transpor proton yang berbeda
sebagaimana yang ditunjukkan oleh adanya perbedaan frekuensi ambang. Namun,
masuknya gugus karboksimetil mengakibatkan membran CC menjadi rapuh, memiliki
kestabilan termal yang lebih rendah, dan memiliki permeabilitas metanol yang lebih
besar daripada membran kitosan. Peningkatan performa, terutama sifat mekanik dan
fuel barrier masih perlu dilakukan supaya membran ini dapat bersaing dengan Nafion.

Ketertarikan yang besar akan polimer elektrolit fuel cell akan meningkatkan
baik harga dan performa. Pengembangan dapat dicapai di saat di mana motif dan
penerapan yang mendekati harga yang dapat diterima pasar. Operasi dari PEFC
membrane electroda assembly dan cell tunggal dibawah kondisi yang sama dengan
laboratorium untuk transportasi atau pemberhentian penerapan yang dapat
dioperasikan untuk lebih dari 20.000 jam berkelanjutan dengan degradasi nilai antara
4 sampai 6 (V/hr atau berkisar 0.67 sampai 1.0 persen per 1000 jam), yang mana
mendekati nilai degradasi yang dibutuhkan untuk aplikasi yang tetap ( kira – kira
0.1persen per 1000 jam digunakan sebagai aturan ). Sistem fuel cell yang lengkap
telah diujikan pada beberapa alat transportasi publik seperti bus umum dan mobil
berpenumpang. Untuk aplikasi yang tak berubah, sebuah sistem yang diujikan telah
dikembangkan dan beberapa sistem telah ditempatkan, hampir mencapai 2 sampai 10
kW. Bagaimanapun, Meski sistem ini mempunyai kandungan berjuta – juta kWh,
pengembang belum dapat menunjukkan sistem ini atau tetap menyala lebih dari 8.000
jam dengan beban katalis dan kondisi operasi katalis, dan kemudian dengan degradasi
nilai dari beberapa persen per 1000 jam. Konsekuensinya, pengembang PEFC dan
peneliti memfokuskan diri dalam pencapaian kemajuan dalam memperpanjang nilai
hidup, sistem integrasi sederhana dan penurunan dari biaya sistem.

2.2. Elektroda

PEMFC

Elektroda PEMFC

Elektroda PEMFC adalah struktur 3 dimensi yang komplex yang terdiri


daribermacam-macam bahan yang berbeda dalam campuran yang heterogen. Banyak
teknologi yang telah dikembangkan untuk menghasilkan susunan dengan kemampuan
yang ditingkatkan. Biasanya memiliki tebal lapisan 10-50 m, terdiri dari katalis
Platina Hitam (Platina yang bercampur dengan karbon) yang terikat dengan Nafion
atau dipasang dalam pendukung pada pendifusi gas. Pendukung itu pada umumnya
kertas karbon atau kain karbon (serat karbon yang dijadikan suatu material yang
seperti kain) itu bertindak sebagai suatu saluran pengambil arus dan gas. Pendukung
itu sering dipasang untuk membantu manajemen air di dalam sel.

Nafion di dalam lapisan katalisator diawalai dari sebuah larutan Nafion yang
dicampur dengan dengan katalisator sebelum persiapan electroda atau menambahkan
setelah lapisan katalisator sudah dibentuk. Tujuan utamanya untuk menyediakan suatu
medium untuk menkonduksikan proton di dalam lapisan katalisator, karena hanya
pada bagian Pt yang berada dalam kontak ion dengan membrane itu dapat aktif untuk
oksidasi atau reduksi bahan bakar (pada umumnya hidrogen) atau oksidan (pada
umumnya oksigen). Tujuan dari PTFE adalah untuk mengikat jadi satu partikel-
partikel electroda dan untuk membantu di dalam pengelolaan air. Katalisator, Nafion
dan PTFE pada umumnya dicampur bersama-sama dengan air dan alkohol untuk
membentuk suatu tinta. Tinta ini yang kemudian dipercikan, disikatan dan diterapkan
atau bahkan dicetak kelayar pendukung.

Baru-baru ini, beberapa metoda-metoda kepemilikan telah dilaporkan di mana


campuran katalisator diterapkan secara langsung ke membrane. Pada umumnya,
electroda-electroda diikatkan dengan menggunakan panas kepada masing-masing sisi
dari membrane itu untuk merakit Membrane Electrode Assembly (MEA).

Ukuran yang tipis (sekitar 75-300 µm) dan massa yang kecil dari MEA itu adalah
keuntungan utama suatu PEMFC. Suatu tumpukan sel bahan-bakar terdiri dari
beberapa MEA (2 atau lebih) secara elektris yang dihubungkan secara urut oleh plat-
plat yang berkutub dua. Plat yang berkutub dua bertindak sebagai suatu koneksi
elektrik antara MEA dan juga secara phisik memisahkan gas-gas komponen reaktan.
Suatu diagram yang menurut bagan suatu 3-sel PEMFC tumpukan ditunjukkan pada
gambar dibawah:

Plat berkutub dua memiliki medan alir ke masing-masing sisi untuk mendistribusikan
gas-gas komponen reaktan sepanjang seluruh bidang dari electroda. Medan alir yang
paling umum membentuk adalah berkelok-kelok. Ada banyak riset untuk
mengoptimasi desain medan alir fuel-cell.

Anoda PEMFC
Anoda PEMFC pada umumnya terdiri atas suatu katalisator Pt, yang manapun
Pt hitam atau Pt di suatu karbon penyokong. Kutub positip ini bekerja baik sekali
ketika hidrogen yang murni digunakan, tetapi ruang simpan dan infrastruktur
mengeluarkan hidrogen buatan satu bahan bakar yang merepotkan untuk
menyediakan. Untuk mengatasi semua masalah ini, hidrogen dapat dihasilkan in situ
dengan mencampurkan dengan bahan bakar lain ( metanol, propane, gas-alam, etc.).
Sebagai contoh, metana (gas) dapat dicampur dengan uap air untuk menghasilkan
hidrogen:

CH4 + H2O  3H2 + CO

Bagaimanapun juga, mereformasi gas seperti diatas juga mempunyai suatu


kelemahan yang utama adalah dihasilkannya karbon monoksida (CO) yang dapat
meracuni suatu katalisator Pt yang dapat menutupi permukaannya, memblok aktif,
sehingga tidak terjadi elektro-oksidasi hidrogen, dan menghilangnya arus elektrik.
Ada satu kerugian kinerja yang tak dapat diterima ketika meskipun hanya 10ppm CO
masuk di dalam campuran bahan bakar. Untuk mengurangi kadar CO dapat
menggunakan cara “water-gas shift reaction” :

CO + H2O H +2 CO2

Meski setelah menggunakan reaksi “water-gas shift reaction”, kadar CO lebih besar
dari 2500 ppm. Selama pengolahan gas (cth. oksidasi selektif, methanation)
diwajibkan untuk mengurangi kadar CO, tetapi reaktor-reaktor ini mahal.

Metanol juga dapat dicampur dengan uap air dengan cara:

CH3OH + H2O  3H2 + CO2

Meski pencampuran metanol dengan uap air tidak menghasilkan CO secara langsung,
CO masih dihasilkan oleh reaksi kebalikan dari “water-gas shift”.

Katode PEMFC

Reaksi reduksi oksigen (RRO), adalah suatu reaksi multi electron yang terdiri
dari banyak langkah-langkah dasar, menyertakan kedua rangkaian seri dan paralel.
Umumnya diterima bahwa reduksi oksigen itu di Pt (dalam keadaan asam) terjadi via
dissosiasi adsorpsi O2 yang diikuti oleh proses protonasi dari jenis yang diserap. Ini
adalah reatsi RRO dalam Pt dalam keadaan asam:

Reaksi diatas juga digunakan untuk pengaturan jarak partikel Pt optimal (dan
ukuran), dan ini sangat penting. Jalan reaksi yang rumit dari reaksi RRO
memperlambat kinetika dari elemen elektrokimia. Ukuran dari tingkat satu reaksi
elektrokimia adalah kerapatan arus pertukarannya (jo). jo untuk ORR di Pt adalah 105
kurang dari jo untuk oksidasi hidrogen pada Pt. Ini dikarenakan oleh perbedaan yang
sangat besar pada aktivitas di katode yang kebanyakan mempengaruhi kinerja
hydrogen/ sel bahan-bakar udara. Oleh karena itu, tingkatkan aktivitas katode menjadi
suatu fokus yang utama untuk pengembangan electroda PEMFC.

Untuk meningkatkan aktivitas katode, yang pertama-tama harus dilakukan


adalah meningkatkan pemanfaatan katalisator. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan
kinerja tetapi dapat juga mengurangi jumlah Pt yang diperlukan, sehingga dapat
menekan biaya. Dengan maksud untuk menjadi elektrokimia yang aktif, jalan untuk
elektron,proton dan transport gas harus semuanya ada. Bidang yang aktif dari Pt
adalah pada umumnya diukur menggunakan Cyclic Voltammetri (CV) di dalam
larutan elektrolit asam. Sebuah area yang lebih besar (per massa dari Pt) sebagai tanda
suatu bidang aktif yang lebih besar.

Satu metoda sangat sukses untuk meningkatkan pemanfaatan katalisator untuk


mempekerjakan suatu karbon pendukung katalisator Pt. Pada umumnya, partikel-
partikel Pt (3-10 nm) disebarkan secara elektronis sehingga tercampur dengan
sempurna dengan partikel-partikel karbon, ca. (0-50 nm). Karbon penyokong yang
ideal seharusnya memiliki stabilitas kimia/electrokimia yang tinggi, daya konduksi
elektronik baik, dan suatu ukuran luas permukaan dan pori yang sesuai dengan tinggi
pendistribusi. Jenis dari karbon yang memiliki sifat-sifat paling baik untuk menjadi
penyokong katalisator fuel-cell adalah karbon hitam. Ada beberapa jenis-jenis dari
karbon hitam komersiil yang telah dipelajari untuk digunakanuntuk keperluan ini,
Vulcan XC72 (Cabot Corp.) adalah yang paling umum digunakan.
Direct Methanol Fuel-Cell (DMFC)

Anode

Oksidasi MeOH adalah suatu proses yang rumit dan mempunyai banyak
langkah-langkah dan terjadi banyak reaksi intermediate antara. Katalisator terbaik
untuk memudahkan proses oksidasi ini adalah Pt, bagaimanapun, hasil reaksi
intermediate yaitu CO betul-betul menyerap dan oleh karena itu meracuni katalisator
Pt. CO Ini hanyadapat tersingkir ketika ada jenis yang dioxigenasi terjadi di
permukaan Pt. Masih ada banyak debat menyangkut bagaimana sifat yang tepat
terbentuknya CO pada reaksi intermediate (CO-intermediate).

Meski demikian, mekanisme itu dapat secara umum diwakili sebagai berikut:

Ketika air hadir, jenis yang dioksigenasi hanya yang ada di permukaan Pt (via
persamaan 2) ketika potensi itu adalah lebih besar dari 0,5 -0,6 V79,80 Potensial lebih
yang besar ini mengakibatkan kerugian-kerugian kinerja yang berat. Temperatur-
temperatur yang lebih tinggi meningkatkan tingkat oksidasi metanol dan perpindahan
dari CO-intermediate karenanya dibutuhkan temperatur-temperatur dari 60-100°C.
Untuk mengurangi pengaruh peracunan, suatu katalisator yang bimetalik dapat
digunakan. Menurut sejarah, hanya sedikit logam telah menunjukkan hasil yang
positif, Ru-lah yang paling efektif, meskipun Sn dan Mo juga menjanjikan.

Sekarang ini, Pt-Ru adalah katalisator bimetalik paling efektif yang digunakan untuk
oksidasi MeOH. Mekanisme yang disederhanakan untuk oksidasi metanol yang
menggunakan Pt-Ru adalah sebagai berikut:

5
6

Keuntungan utama dari Pt-Ru adalah bahwa/karena itu menurunkan potensi oksidasi
MeOH (yang dibandingkan dengan hanya menggunakan Pt) .Ini adalah karena jenis
yang dioksigenasi membentuk di Ru (via persamaan 5) pada potensi-potensi yang
lebih rendah dan Ru juga mengurangi jumlah dari CO intermediate yang dibentuk di
Pt. Tambahannya, Ru juga suatu logam mulia dan oleh karena itu jauh lebih stabil
dibanding kondisi operasi yang lain di bawah kondisi operasi DMFC.

Katoda

Aktivitas katode adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi sering kali diabaikan,
bagian dari suatu DMFC. Pemakaian suatu larutan metanol-air memberi umpan di
kutub positip, dan pemotongan jalannya menuju ke dalam kompartemen katode, dapat
menyebabkan suatu pengurangan yang drastis di dalam aktivitas katode. Metanol
(atau bahan organik yang lain) akan dioksidasi di katode. Hal ini menciptakan sebuah
“campuran” potensial elektroda yang akan lebih rendah dari potensi standar dalam
reduksi oksigen. Sebagai contoh, jika metanol hadir dikonsentrasi 0,01 M di katode,
itu akan menyebabkan suatu pengurangan 300mV di dalam potensial electroda.
Katalisator katode Pt yang diracuni oleh CO-intermediate dapat juga terjadi,
mengurangi aktivitas katode dari waktu ke waktu.

Tambahan pula, pemotongan dari air dari umpan anode ke katode itu dapat
menyebabkan penggenangan. Ini sering terjadi dengan terjadinya peningkatkan
tingkat aliran udara. Bagaimanapun, dari suatu sudut pandang disain sistem, aliran
udara yang lebih tinggi bukanlah diinginkan seperti mereka akan memerlukan suatu
pump/compressor lebih tangguh dan mengurangi efisiensi sistem secara menyeluruuh.

Untuk menyelesaikan sebagian dari masalah ini, pertama-tama dapat


mengoptimalkan komposisi elektroda. Ketinggian pembebanan Pt dapat digunakan
untuk mengurangi kerugian tegangan yang dicampur. Secara umum, suatu derajat
tingkat yang besar dari hidrofobisitas adalah yang disatukan ke dalam lapisan
katalisator katode dan dukungan untuk membantu perpindahan air. Riset untuk
mengembangkan katalisator-katalisator metanol sedang berjalan.
2.2. GAS DIFFUSION LAYERS

Lapisan difusi gas (GDL) merupakan salah satu komponen terpenting dalam
sel bahan bakar, yang fungsinya mencakup berbagai operasi: untuk menyediakan
lintasan akses reaksi dan produk hasil penghilangan air, untuk menghasilkan listrik
dan panas antara komponen sekitar, dan memberikan dukungan untuk MEA.
Perangkat GDL sangat tergantung pada tekanan kompresi. Pada kenyataannya
tekanan kompresi dalam GDL adalah tidak homogen karena struktur saluran adalah
plat bipolar. Namun, kajian teoritis ini biasanya memiliki efek, dan biasanya terdapat
kesalahan adalah dalam model. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan wawasan sebenarnya efek kompresi dari ketidak homogennya GDL
menggunakan pendekatan teori dan percobaan.

Evaluasi dari percobaan adalah properti yang berhubungan dengan mesin


GDL, permeabilitas gas, dan di-pesawat-pesawat melalui konduktivitas listrik,
tahanan kontak listrik antara komponen sel bahan bakar, sebagian besar konduktivitas
termal massal dan tahanan kontak termal.. Semua parameter dievaluasi sebagai fungsi
kompresi ketebalan GDL. Hal ini ditemukan kompresi konduktivitas listrik GDL yang
meningkat tetapi konduktivitas termal tidak terpengaruhi. Tahanan listrik, tahanan
kontak dan gas permeabilitas menurun secara nonlinear akibat dari kompresi.

Model studi yang dilakukan menerapkan parameter percobaan yang dievaluasi


sistematis untuk penyelidikan dari efek yang tidak homogeny dari kompresi.
Ditemukan bahwa ketidak homogennya kompresi tidak berpengaruh pada perilaku
polarisasi dan transportasi fase massa gas. Namun, efek pada saat ini kepadatan
distribusi ini jelas. Hal ini disebabkan oleh perubahan selektifif pada proses, yang
ditentukan oleh kombinasi dari komponen konduktivitas kontak dan tahanan antara
mereka. Meskipun saat ini sangat tidak merata dan bervariasi dalam ukuran distribusi
bahan oleh ketidakhomogennya kompresi, suhu profil ini bahkan lebih dari cukup
area aktif, bertentangan dengan prediksi dalam studi sebelumnya. Studi ini
menunjukkan bahwa distribusi kepadatan tinggi saat ini disebabkan oleh ketidak
homogennya kompresi dari GDL yang memiliki efek signifikan terhadap kinerja daya
tahan sel.
2.3 GAS DIFFUSION ELECTRODE

GDE - Gas Difusi elektroda, sebuah GDE memungkinkan transfer elektronik


langsung dari fasa gas ke atau dari fasa padat . Gde yang juga memberikan jalan untuk
tfansfer ion , hanya ion kritis yang bias melewatinya. Perakitan Elektroda sering
diawali dengan arus listrik yang didukung oleh kain karbon, kertas karbon, atau
serbuk logam. Suatu lapisan wet-proofing pada karbon hitam sering ditambahkan
gasu ntuk mendukung ini atau "web." Tergantung pada akhir penggunaan elektroda,
lapisan-lapisan tambahan dari wet-proofing ditambahkan.akhirnya,suatu lapisan
katalis yang akhir dapat diterapkan. BASF sel bahan bakar, mahir dalam konstruksi
pemasangan ini, serta produksi dari katalisator khusus yang mendukung perpindahan
electron.

Gas difusi elektroda adalah elektroda penghubung dengan zat padat, cair dan gas
antarmuka, dan suatu pendukung katalisator untuk pelaksanaan elektrik suatu reaksi
elektrokimia antara cairan dan fasa-gas. Terutama di dalam sel bahan-bakar, di mana
oksigen dan hidrogen bereaksi di gas diffusion electrode menjadi air, selagi merubah
energi ikatan kimia ke dalam energi elektrik. biasanya katalisator menggunakan suatu
kertas perak yang menyerap, sehingga cairan dan gas itu dapat saling berhubungan.

Di samping karakteristik pembasahan tersebut, gas diffusion electrode juga


memeberikan konduktivitas eltrik yang optimal, dengan memungkinkan suatu transfer
electron dengan hambatan ohmic yang rendah.

yang terakhir bukan berarti tidak penting yaitu pemilihan katalisator yang sesuai juga
sangat penting.dalam larutan electrolit yang acid biasanya digunakan katalisator yang
terbuat dari logam mulia seperti platinum,ruthenium,iridium,dan rhodium. Di dalam
larutan electrolit yang bersifat alkali seperti baterai seng-udara biasanya bekerja
dengan menggunakan katalisator yang murah seperti karbon, mangan, atau perak.

Aplikasi

Pada mulanya, gas diffusion electrode dirancang untuk sel bahan-bakar. Di tahun
1950-an, sel bahan-bakar utama adalah jenis Bacon, yaitu mengubah karbon pada
temperatur yang tinggi ke dalam listrik. Kemudian riset sel bahan-bakar
berkonsentrasi pada konversi hidrogen, oleh karena kereaktifan nya yang tinggi. Dari
tahun ke tahun, gas diffusion electrode telah sesuai berbagai proses-proses yang lain
seperti:

 Seng-udara baterai sejak 1980


 Nikel-logam hydride baterai sejak 1990
 Elektrolisa air dan dimulai pada 2008
 Chlor-Alkaline-elektrolisa dimulai pada tahun 2009

Kontemporer gas difusi elektroda (GDEs) menggunakan bidang permukaan tinggi


untuk mendukung permukaan logam katalisator, serta bahan-bahan padat yang
memiliki permeabilitas gas yang tinggi. Gambar 1 menunjukkan suatu sket dari suatu
GDE terdiri dari karbon hitam dan PTFE mendorong melawan terhadap suatu
pengambil arus yang menyerap. Gas bisa melewati pori-pori yang berliku-liku di
dalam assembly atau Teflon ® dukungan. PTFE yang hidrofobik menghalangi larutan
yang mengandung air dengan sepenuhnya menembus struktur tetapi dengan adanya
karbon hitam masih bisa dilewati oleh larutan elektrolit. Meski mengarahkan
elektrokimia di suatu jenis yang berupa gas masih dibatasi oleh daya larut cairan
gas,lapisan solusi dapat dianggap sebagai meniscus dan tipis sehingga mampu
mendukung sangat tinggi sehingga harga gas bisa ditingkatkan.

Untuk program sel bahan bakar, tambahan satu kemajuan melibatkan penghapusan
elektrolit cair. Pada 1957 Grubb menyadari bahwa cairan elektrolit dalam Gde dapat
9.
diganti dengan yang solid, ionic polimer konduktif .jadi,Dengan demikian,
pemasangan ektroda-elektrolit terdiri dari polimer elektroda dan pertukaran ion-
Polimer yang diproduksi. Pemasangan ini dengan berbagai cara disebut "MEAS"
untuk perakitan elektrode membran, "SPEs" untuk solid-polimer elektrolit, atau
"PEMs" proton untuk pertukaran membran. Kami akan menggunakan "Gde" dengan
arti Pemasangan mirip dengan Gambar 1 dan "MEA" dengan arti pemasangan
elektroda langsung diletakkan pada membran ionically.

Mengapa Mempekerjakan GDEs atau langkah sebagai sensor?

Karena pengukuran-pengukuran pembangkit yang ada, luas permukaan electroda


dapat satu keuntungan..Seperti yang terlihat pada Gambar 1, luas permukaan yang
tidak bisa dipisahkan di dalam kebanyakan GDEs dan MEAs dapat mengarah kepada
suatu pembesaran dan mengakibatkan amplifikasi yang nyata saat ini hingga sekitar
100 kali yang diperoleh pada suatu bidang padanan geometris sederhana. Kedua
tegangan dan arus saat ini mengukur sensor yang didapatkan dari sebuah proses
dengan memasukkan gas-cair siap-antarmuka solid ke dalam elektroda elemen itu
sendiri. Kerugian yang terbatas oleh daya larut gas dalam elektrolit oleh Selisih yang
sangat tipis dari lapisan difusi yang sangat tipis dibentuk dengan permukaan elektroda
yang dibasahi. Lapisan tipis ini dapat mendukung pengaliran gas yang sangat tinggi.
Konduktivitas berbasis sensor dapat juga diuntungkan dengan sebuah lapisan tipis
"solid elektrolit" sebagai bagian dari sensor suatu unsur.

Metoda elektroforesis mampu menghasilkan electroda difusi gas dengan kinerja yang
baik. Electroda yang besar dapat dengan mudah dihasilkan dengan metoda ini.
Electroda difusi gas dapat dengan murah dihasilkan, karena proses menjadi sederhana
MEMBRANE ELECTRODE ASSEMBLY

Membrane electrode assembly (MEA) adalah sebuah lembaran tipis yang merupakan
gabungan dari elektrolit (membran), elektroda (carbon paper) dan katalis. Katalis dan
elektroda ditempelkan berhimpitan pada kedua sisi membran sebagai sisi anoda dan
katoda. (G. Hoogers, 2003)

Gb. MEA

Komponen MEA berfungsi untuk memisahkan setengah reaksi reduksi dan oksidasi.
Membran ini melewatkan elektron untuk dapat bereaksi secara penuh dan juga
memaksa elektron untuk melalui saluran eksternal. Sementara lapisan katalis
berfungsi untuk menstimulasi masing-masing setengah reaksi tersebut. GDL
berfungsi meningkatkan efisiensi sistem dengan membuat akses langsung dan
terhadap bahan bakar serta oksidan pada lapisan katalis.

Energi dihasilkan ketika anoda dan katoda tersambung. Selanjutnya karena ada
perbedaan energi potensial antara kedua kutub tersebut, timbul reaksi kimia. Reaksi
kimia ini menghasilkan electromotive force atau gaya elektromotoris yang
menghasilkan arus listrik. Dengan kata lain reaksi terjadi karena adanya pertemuan
antara hidrogen dan oksigen melewati gas diffusion layer (GDL) sebagai pencampur.
Membran yang umumnya digunakan dalam MEA ini adalah nafion. Nafion adalah
jenis membran yang terbuat dari bahan polimer khusus yaitu perfluoroalkyl sulfonated
ionomer membrane. Nafion mempunyai kemampuan sangat baik dalam
menghantarkan ion H+ dari anoda ke katoda dan mencegah elektron untuk mencapai
katoda. Nafion cenderung dipilih sebagai polymer electrolyte membrane
dibandingkan jenis lain karena memiliki konduktivitas ion yang tinggi sehingga dapat
mencegah kehilangan energi karena hambatan ohmic dan menjaga agar power density
pada sel tetap tinggi sehingga dapat meningkatkan reaktifitas bahan bakar.

Kendala yang sering terjadi pada nafion adalah harganya yang sangat mahal karena
hanya bisa diperoleh dari luar negeri dan juga kontrol kelembaban yang susah. Selain
itu, jika diaplikasikan pada DMFC, nafion menjadi tidak stabil terhadap adanya
karbon monoksida. Yang umum digunakan adalah Nafion Pem Nafion 112, 115, 117,
105.

Pada MEA ini digunakan katalis Pt-C 20%, sedangkan membran yang digunakan
adalah

 Membran sintetis kopolimer tanpa aditif


 Membran kopolimer dengan penambahan aditif SiO2
 Membrane kopolimer dengan penambahan aditif P2O5
 Membran nafion sebagai parameter

Pengukuran kinerja MEA dilakukan dengan mengukur power density maksimal pada
kurva polarisasi fuel cell, menghitung laju reaksi sel secara total dan diffusivitas
membran.

 MEA dengan membran nafion, mempunyai power density maksimal sebesar


1,3012×10E-03 watt/cm2 dan diffusivitas sebesar 3,727×10E-07 cm2/s.
 MEA dengan membran kopolimer tanpa aditif, mempunyai power density
maksimal sebesar 0,1720×10E-03 watt/cm2 dan diffusivitas sebesar
4,8761×10E-08 cm2/s.
 MEA dengan membran kopolimer dengan aditif SiO2, mempunyai power
density maksimal sebesar 0,7490×10E-03 watt/cm2 dan diffusivitas sebesar
2,2189×10E-07 cm2/s.
 MEA dengan membran kopolimer dengan aditif P2O5, power density
maksimal sebesar 2,3490×10E-03 watt/cm2 dan diffusivitas sebesar
6,2090×10E-07 cm2/s.

Ketebalan membran dalam membran elektroda assembly dapat berbeda sesuai


dengan jenis membrane. Ketebalan lapisan katalis tergantung pada berapa banyak
platinum (Pt) digunakan dalam setiap elektroda. For catalyst layers containing about
2
0.15 milligrams (mg) Pt/cm , the thickness of the catalyst layer is close to 10
micrometers (µm)—less than half the thickness of a sheet of paper. Untuk lapisan
2
katalis yang mengandung sekitar 0,15 milligrams (mg) Pt / cm, ketebalan lapisan
katalis adalah untuk menutup 10 micrometers (µm)-kurang dari setengah ketebalan
lembaran kertas. This membrane/electrode assembly, with a total thickness of about
200 µm (or 0.2 mm), can generate more than half an ampere of current for every
square centimeter of assembly area at a voltage of 0.7 volts, but only when encased in
well-engineered components—backing layers, flow fields, and current collectors.
Membrane ini / elektroda assembly, dengan total ketebalan sekitar 200 µm (atau 0,2
mm), dapat menghasilkan lebih dari setengah amper untuk setiap sentimeter persegi
dari kawasan berkumpul di sebuah tegangan dari 0,7 volt, tetapi hanya ketika encased
baik di - rekayasa komponen-backing lapisan, aliran kolom, dan saat ini kolektor.

2.4 FLOW FIELD

Bagian luar dari lapisan permukaan gas difusi layer merupakan suatu
perangkat yang disebut lempengan dwipolar yang biasanya sebagai media aliran dan
kumpulan ailran. Dalam satu sel bahan bakar, kedua lempeng flow field adalah
komponen terakhir dari membuat sel bahan bakar. Plat ini dibuat ringan, kuat, kedap-
gas, bahan electron, grafit atau logam yang umum digunakan, meskipun komposit plat
yang sekarang sedang dikembangkan.
fungsi pertama yang dilakukan oleh masing-masing plat adalah untuk
menyediakan gas "media aliran". Saluran ini menjadi bagian samping plat lapisan gas
difusi. Saluran ini membawa gas reactant dari tempat dimana gas memasuki sel bahan
bakar ke tempat di mana gas keluar. Pola aliran dalam plat (baik kelebaran dan
kedalaman saluran) memiliki dampak besar pada bagaimana reactant gas tersebar di
seluruh wilayah aktif pada membran / elektroda assembly. Desain flow field juga
akan mempengaruhi pasokan air ke membran dan penghilangan air dari katoda.

Setiap plat juga bertindak sebagai pengumpul aliran. Elektron yang dihasilkan
oleh oksidasi hidrogen harus (1) dialirkan melalui anode, melalui lapisan gas difusi, di
sepanjang tumpukan, dan melalui plat sebelum electron dapat keluar sel; (2)
perjalanan melalui lintasan eksternal, dan (3) dimasukkan kembali sel di plat katoda.
Dengan penambahan medan aliran dan pengumpulan aliran , sel bahan bakar PEM
menjadi lengkap, hanya sebuah beban yang berisi sirkuit eksternal, seperti sebuah
motor listrik, diperlukan untuk mengalirkan arus listrik.

system aliran

Perbedaan antara CO-FLOW dan COUNTER-FLOW


Tugas tugas komponen itu anda ketahui.

Lapisan electrode gunanya apa dalam fuel cell

You might also like