You are on page 1of 27
Universitas Pembanguna @ saya MODUL OBSERVASI DISUSUN OLEH LESLIE TOBING, M.PSI, PSI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA 2011 Pertemuan | THE OBSERVATION METHOD A. Landasan Teori Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti, Namun, tanpa adanya pengetahuan tentang prinsip-prinsip dari metode observasi maupun perilaku yang akan diobservasi, sulit untuk melakukan observasi yang sesuai dengan kaidah ilmiah, Oleh karena itu, pada pertemuan pertama, mahasiswa diminta untuk melakukan observasi tidak terstruktur agar mereka dapat memahami pentingnya pengetahuan tentang metode observasi dan mempelajari perilaku yang akan diamati terlebih dahulu. B. Kompetensi Dasar 4, Mampu melakukan observasi tidak terstruktur di situasi social 2. Mampu memahami pentingnya mempelajari keterampilan observasi dan pendefinisian perilaku secara operasional C. Hasil Akhir yang diharapkan 4, Laporan Observasi 2. Mempresentasikan hasil temuan D. Kegiatan Belajar 1. Pertemuan | a. Mahasiswa diminta untuk membagi diri ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 orang, b. Masing-masing kelompok diminta untuk melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap situasi yang terjadi di lingkungan kampus Pertemuan Il THE OBSERVATION METHOD A. Landasan Teori Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti. Namun, tanpa adanya pengetahuan tentang prinsip-prinsip: dari metode observasi maupun perilaku yang akan diobservasi, sulit untuk melakukan observasi yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Oleh karena itu, pada pertemuan pertama, mahasiswa diminta untuk melakukan observasi tidak terstruktur agar mereka dapat memahami pentingnya pengetahuan tentang metode observasi dan mempelajari perilaku yang akan diamati terlebih dahulu USING OBSERVATIONAL METHODS. In the systematic observation of behavior. a trained ob- server watches behavior in natural settings, records oF Classifies each behavior objectively as it occurs or shortly thereafter, ensures that the obtained data are replicable, and converts the data into quantitative information. Behav al observations may be used to obtain global impres- ons, rate and record a wriety of behaviors. or focus on. Specific problematic behaviors (such as aggressive. inat- tenuve, or hyperactive behaviors) identified earlier by means of general Observation, interviews, checklists, OF reports. ‘Although the scientific principles on which systematic behavioral observation is based ensure the highest possible dogrec Of accuracy and precision. it is never possible to capture entirely ail of the behavior exhibited by a chile Suring a period of observation. Thus judgments must be made about what behavior should be observed and how it Should be recorded. The assumption behind the sampling Of behuvier is that the behaviors recorded over @ period of lime will constitute a representative sample of the Benar~ tors uncer observation in the setting. To be @ skilled observer. you need the ability to under stand behavioral codes. 10 distinguish one behavior from another. 10 sustain attention, to be attentive to fine detail. to react quickly. and 10 summarize behavioral samples ver- bally. Sensitivity, acuity and perceptiveness are Keys to becoming a shilied observer. This chapter covers the pr ciples of behavioral observation and provides exercises to help you develop skills that you can apply to observing = wide range of human behavior in # muleitude of settings. Defining Observed Behaviors ‘The behaviors that are to be observed must be defined in objective, clear. and complete terms. Definitions should Pertemuan Il THE OBSERVATION METHOD. Landasan Teori Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang ditelit, Namun, tanpa adanya pengetahuan tentang prinsip-prinsip dari metode observasi maupun perilaku yang akan diobservasi, sulit untuk melakukan observasi yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Oleh karena itu, pada pertemuan pertama, mahasiswa diminta untuk melakukan observasi tidak terstruktur agar mereka dapat memahami pentingnya pengetahuan tentang metode observasi dan mempelajari perilaku yang akan diamati terlebih dahulu. USING OBSERVATIONAL METHODS. In the systematic observation of behavior, a trained ob- server watches behavior in natural settings. records or Glassifies each behavior objectively as it occurs or shortly thereafter, ensures that the obtained data are replicable. and converts the data inte quantitative information. Behav fora! observations may be used to obtain global impres- sions. rate and record a variety of behaviors. or focus on specific problematic behaviors (such as aggressive, inat- fenuvs, oF hyperactive behaviors) identified earlier by means of general Observation, interviews, checklists. or Feporis ‘TAlthousth the scientific principles om which systematic behuvioral observation is based ensure the highest possible degre. of acculfacy and precision. i is never possible to capture entirely all of the behavior exhibited by a child Guring @ period of observation. Thus judgments must be made ubout what behavior should be Observed and how it Should be recorded. The assumption behind the sampling Of beiusvtor is thet the behaviors recorded over a period Of lime will constitute @ representative sample of the Deng tors under observation in the setting. “To be a skilled observer, you need the ability to unde stand behavioral codes. to distinguish one behavior from nother. to sustain attention, to be attentive to Fine detail. tO feact quickly. and to summarize behavioral samples ver- bally, Sensitivity, acuity, and perceptiveness are keys to becoming a skilled observer. This chapter covers the prin ciples of behavioral observation and provides exercises tO help vou develop skills that you can apply to observing & tide ‘range of human behavior in a multitude of sewings. Defining Observed Behaviors ‘The behaviors that are to be observed must be defined in objective, clear and complete terms. Definitions should help the observer to recognize when the behavior is occur- ring and to distinguish it from other similar behaviors. Some behaviors are easier to define than others. For exam- ple. crying— which can be defined as a vocal noise that is Joud enough to be heard and does not involve recognizable words— is easier to define than sharing. Workable defini- tions can be arrivedatby focusing onthe specific behaviors involved in sharing—such as when the observed child gives atoy or other object to another child, allows another Child to sit on the same mat. or gives a piece of candy to another child. Replacing imprecise or vague terms with exact words or descriptions will help to define the behav- iors of interest. Kompetensi Dasar 4. Mampu melakukan observasi tidak terstruktur di situasi sosial 2. Mampu memahami pentingnya mempelajari keterampilan observasi dan pendefinisian perilaku secara operasional . Hasil Akhir yang diharapkan A. Laporan Observasi B. Mempresentasikan hasil temuan Kegiatan Belajar 1. Masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil temuan dari pertemuan pertama Mahasiswa lain memberikan kritik dan saran terhadap hasil temuan 3. Dosen memfasilitasi evaluasi dari pengamatan dan pencatatan yang dilakukan Pertemuan Ill MENYUSUN RANCANGAN OBSERVASI A. Landasan Teori DIMENSI OBSERVASI ‘Secara umum setiap observasi yang dilakukan tercakup dalam tiga dimensi, yaitu: partisipan dan nonpartisipan overt dan covert, serta alamiah dan buatan Dalam setiap observasi yang dilakukan selalu tercakup ketiga dimensi diatas, dengan berbagai kombinasi. Bisa Partisipan-Overt- ‘Alamiah (poa), Nonpartisipan-Overt-Alamiah (noa), Partisipan- Covert- Buatan (pcb), dan lain sebagainya. Patton menjelaskan berbagai alternatif cakupan dalam pendekatan observasi yang perlu dipertimbangkan dengan baik. 4. Apakah pengamat berpartisipasi aktif dalam setting yang diamatinya, ataukah ia menjadi pengamat pasif, dalam arti tidak terlibat dalam aktivitas yang diamatinya tersebut? (partisipasi atau nonpartisipasi) Pengamat yang partisipatif akan menggunakan strategi pendekatan lapangan yang beragam, yaitu: secara simultan mengombinasikan analisis dokumen, mewawancarai responden dan informan, berpartisipasi_langsung sekaligus ~mengamati, dan melakukan introspeksi. Hal-hal tersebut tidak dilakukan peneliti yang melakukan observasi, jika ia tidak terlibat (tidak partisipatif) Keputusan, sejauh mana peneliti perlu terlibat dalam aktivitas yang diteliti, akan tergantung kepada banyak hal, antara lain sifat fenomena yang diteliti, konteks politis, maupun pertanyaan-pertanyaan penelitian. Bila sebagian peneliti menyatakan keterlibatan aktif dalam konteks yang diamati merupakan cara paling ideal, Patton menganjurkan agar kita tidak perlu berpikir demikian. Yang paling penting adalah negosiasikan dan menyesuaikan derajat partisipasi aktif peneliti dengan karakteristik subjek atau objek penelitian, sifat interaksi peneliti-subjek penelitian, maupun konteks sosial politik yang melingkupi fenomena yang ditelit, Dalam kasus-kasus tertentu, keteriibatan dan partisipasi aktif pengamat justru dapat memunculkan masalah dan mengganggu langkah-langkah pengumpulan data Meski demikian, tinjauan etis mengungkapkan problema berbeda’ apakah etis melakukan observasi sistematis tanpa memberi tahu dan meminta izin? 3. Apakah observasi perlu dilakukan dalam jangka waktu lama, atau cukup dalam jangka waktu yang terbatas? Dalam tradisi studi antropologis, observasi dapat berlangsung sangat lama, dilakukan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dengan maksud agar peneliti memperoleh pemahaman holistik mengenai budaya kelompok yang diteliinya. Sementara, dalam studi ilmu sosial pada umunya tujuan digunakannya observasi adalah untuk mengungkap kompleksitas dan pola-pola realitas sosial. Untuk studi yang lebih praktis, waktu observasi yang terlalu lama tidak diperlukan, apalagi bila fenomena yang diteliti adalah fenomea spesifik yang berlangsung pada saat-saat tertentu saja. Dalam situasi yang demikian, yang penting adalah keberhasilan peneliti_ melakukan observasi terhadap fenomena khusus yang jarang terjadi tersebut. 4. Variasi berkenaan dengan fokus observasi: fenomena utuh atau aspek-aspek khusus? ‘Ada observasi yang difokuskan pada fenomena utuh, dalam situasi seperti ini dibutuhkan perhatian meluas pada semua aspek yang terlibat. Ada pula observasi yang sempit, misalnya dengan memfokus pada aspek-aspek atau elemen-elemen tertentu saja dari keseluruhan fenomena yang kompleks. Sedangkan, Banister menambahkan beberapa variasi pendekatan yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut sebagai berikut Variasi dalam struktur observasi Dapat bervariasi mulai dari observasi yang dilakukan secara sangat terstruktur dan mendetall sampai pada observasi yang tidak terstruktur. Variasi dalam fokus observasi Dapat bervariasi mulai dari dikonsentrasikan secara sempit pada aspek-aspek tertentu saja (misalnya: bentuk komunikasi nonverbal tertentu saja) atau diarahkan secara luas pada berbagai aspek yang dianggap relevan Variasi dalam metode dan sarana /instrumen yang digunakan untuk melakukan dan mencatat observasi Mulai dari tulisan tangan, penggunaan computer (note book), dipakainya lembar pengecek, stop watch, atau alat-alat yang lebih canggih seperti perekam suara dan gambar Pemberian umpan balk Apakah umpan balik (perlu) diberikan kepada orang-orang yang diamati? Bila umpan balik disampaikan, sejauh mana informasi akan disampaikan dan mengapa? TEKNIK OBSERVAS! ‘Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umunya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu: Observasi Partisipan - Observasi Nonpartisipan, Observasi Sistematik — Observasi Nonsistematik dan Observasi Eksperimental ~ Observasi Noneksperimental. 1. OBSERVASI PARTISIPAN Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa sering kali diperiukan observasi partisipan ini. Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang mengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Pengamatan partisipatif memungkinkan peneliti dapat berkomunikasi secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang tidak akan dikemukakan dalam tiga jenis berikut ini. a. Berpartisipasi secara lengkap. Peneliti menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamati sehingga peneliti_ mengetahui dan menghayati secara utuh dan mendalam sebagaimana yang dialami subjek yang diteliti lainnya Berpartisipasi secara fungsional. Maksudnya peneliti sebenarnya bukan anggota asli kelompok yang ditelti, melainkan dalam peristiwa- peristiwa tertentu bergabung dan berpartisipasi dengan subjek yang diteliti dalam kapasitas sebagai pengamat. Berpartisipasi sebagai pengamat. Maksudnya peneliti ikut berpartisipasi dengan kelompok subjek yang ditelit, tetapi hubungan antara peneliti dan subjek yang diteliti bersifat terbuka, tahu sama tahu, akrab, bahkan subjek yang diteliti sebagai sponsor penelitian itu sendiri. Dimana kepentingan penelitian tidak hanya bagi peneliti, melainkan juga bagi subjek yang ditelit a) Materi Observasi Persoalan tentang materi observasi sama sekali tidak dapat dilepas dari scope dan tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah dikerangkakan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu incidental dalam observasi-observasinya. Sungguh pun observer partisipan mengikuti dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan observee, namun masih perlu dibedakan mana persoalan yang penting dan tidak penting b) Waktu dan Bentuk Pencatatan Maselah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang pelik dan penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencatatan dengan segera terhadap kejadian- kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang terbaik Pencatatan on the spot, akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbalasnya ingatan. Sungguh pun begitu, ada saat dimana pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan. Misalnya, ketika situasi yang normal terganggu, Ketka timbul rasa curiga pada observee, dan ketika observer kesulitan Karena harus memecah perhatiannya untuk partisipasi, mengobservasi, dan mencatat secara bersama-sama. Jika pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, sedang kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dilakukan pencatatan dengan kala-kata kunci. Akan tetapi pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti, Tiap- tiao pencatatan dapat mengambil dua bentuk 1. bentuk _kronologis, menurut urutan kejadiannya, dan 2. bentuk sistematik, yaltu memasukkan tiap-tiap kejadian ke dalam kategori_masing-masing tanpo memperhatikan urutan kejadiannya Masing-masing bentuk pencatatan itu mempunyai kebaikan dan kelemahan. Kebaikan bentuk yang pertama adalah bahwa konteks observasi masih dapat dipertahankan. Sedangkan kebaikan bentuk yang kedua adalah sekali jalan penyelidik sudah mempersiapkan pei Hal lain yang perlu mendapat perhatian yaitu memisahkan antara nalisisan data yang dicatat. pencatatan yang faktual dengan pencatatan yang interpretatif. Tidak jarang penyelidik secara tidak sadar mencatat suatu kejadian sebagai fakta. padahal sebenamya adalah interpretasi. Ini dapat diketahui dengan mudah bila dua orang observer dari latar belakang yang beria'nan mengonfrontasikan hasil pencatatan mereka. Oleh sebab itu, ada haiknya jika pencatat memberikan kode-kode tertentu untuk dua jenis pencatatan, misalnya kode (F) untuk pencatatan jenis faktual dan kode (|) untuk pencatatan jenis interpretatif Pemisahan itu penting karena: 1. untuk membedakan mana data yang otentik dan mana yang tidak, dan 2. jika observasi_dilakukan oleh cuatu tim, dalam penganalisaan data tidak banyak timbul kesulitan atau selisih paham. c) Hubungan antara Observer dan Observee Bagaimana mengusahakan, mengatur, dan memelihara hubungan antara observer dan observee selalu menjadi persoalan yang pelik dala observasi partisipan. Pedoman minimal yang perlu dipegang teguh oleh penyelidik dalam hal ini adalah: mencegah adanya kecurigaan, mengadakan good rapport, dan menjaga agar situasi dalam masyarakat yang diselidiki tetap wajar. Good rapport, yaitu hubungan antar pribadi yang ditandai oleh ‘semangat kerjasama, saling mempercayai, saling tenggang rasa, sama derajat dan saling membantu secara harmonis antara observer dan observe. Hal tersebut perlu diusahakan bukan saja dengan tokoh- tokol) kunci, tetapi juga dengan seluruh lapisan masyarakat ajang observasi Masziah lain yang juga perlu mendapat perhatian penyelidik, yang menggunakan teknik observasi partisipan, yaitu memberikan “alasan’ tentang kehadirannya yang dapat dimengerti dan diterima oleh anggcla-anggota masyarakat yang bersangkutan d) Incensi dan Ekstensi Partisipasi Dalam hal luas, partisipasi tidaklah sama untuk semua penyelidikan dengan observasi partisipan ini. Penyelidik dapat mengambil partisinasi hanya pada beberapa kegiatan sosial (partial participation), dan capat juga pada semua kegiatan (full participation). Dan, dalam tipa kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam- dalamnya (intensive participation) atau secara minimal (surface participation). Hal ini tergantung kepada situasi. Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengainat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati, Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer hanya memerankan iri sebagai pengamat. Perhatian penelitian terfokus pada bagaimana meng:mati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah aku: slau fenomena yang ditelit, Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui olen subjek yang diteliti, ataupun terbuka yakni diketahui oleh subjek yang diteli 2. O \SERVASI SISTEMATIK Obsevvasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured observation. Citi pokok dari observasi ini adalah kerangka yang temuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dulu dan c’|-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategor itu a) Moteri Observasi Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalam observasi sistematik umumnya lebih terbatas. Sebagai alat untuk penyelicik deskriptif, penelii berlandaskan pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilay” atau scope observasinya sendiri lebih dahulu dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dari penelitian, bukan situasi kehidupan masyacakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya digunc xan dalam penelitian eksploratif Perumusan-perumusan masalah yang hendak diselidiki pun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi belajar dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini kadang-kadang dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dari observasi partisipan. b) Cara-cara Pencatatan Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara__telit memungkinkan jawaban jawaban, respon, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk mengadakan “kuantifikasi" terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis- jenis gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan sangat memudahkan pekerjaan analisis akhir. c) Hubungan antara Observer dan Observee Dalam observasi sistematik hubungan observer dan observee mengajukan suatu persoalan yang pelik. Jika tidak dilakukan dibelakang “one way screen’, observasi jenis ini menimbulkan masalah yang sama dengan observasi partisipasi untuk mengusahakan rapor yang baik. Pertama-tama situasinya harus disiapkan sedemikian rupa sehingga para observe tidak berkeberatan menerima observer. Dengan kesibukkannya, yaitu mengadakan pencatatan, menggunakan alat-alat, dan kesibukan-kesibukan lain, seorang observer tidak akan dapat menyembunyikan kenyataan-kenyataan saat mengadakan penyelidikan. Karena itu mendapat kerja sama yang sebaik-balknya dengan observe adalah syarat mutlak dalam observasi sistematik. Dalam hal itu, pengalaman-pengalaman menunjukkan bahwa, jika sebelum penyelidikan yang sebenamya observer sudah perah hadir dalam situasi (sekali atau beberapa kali umumnya), maka kehadirannya di sudut kamar tidak banyak mempengaruhi kegiatan- kegiatan grup yang sedang berjalan 3. OBSERVAS! EKSPERIMENTAL CObervasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah ataupun dalam lingkup eksperimental. Dalam observasi alamiah observer mengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, dan perilaku-perilaku observee “alam lingkup natural, yaitu kejadian peristiwa, ataupun perilaku murni tanpa adanya usaha untuk mengontrol. Obervasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan relatif muri untuk menyedilik pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secara cermat, sehingga timbul satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku Ciri-cii penting dari obervasi eksperimental adalah sebagai berikut :- Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observe. Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observer. - Situasi dibuat sedemian rupa sehingga observes tidak tahu maksud yang sebenamya dari observasi - Observer, atau alat pencatat membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi bukan hanya jumiah aksi reaksi semata Beberapa alat observasi yang digunakan dalam situasi-situasi yang berbeda-beda 4. Anecdotal Observer mencatat hal-hal yang penting. Pencatatan dilakukan sesegera mungkin pada tingkah laku yang istimewa. Observer harus mencatat secara teliti apa dan bagaimana kejadiannya, bukan bagaimana menurut pendapatnya. Akan tetapi kerugian dari bentuk seperti ini adalah memakan waktu yang agak lama. —$—<$<— 2.Catatan Berkala Dalam catatan berkala, penyelidik tidak mencatat macam- macam kejadian khusus sebagaimana pada observasi anecdotal, melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu. Apa yang dia lakukan adalah mengadakan observasi cara-cara orang bertindak dalam jangka waktu tertentu, kemudian menuliskan kesan-kesan umumnya. Setelah itu dia menghentikan penyelidikannya dan mengadakan penyelidikan lagi pada saat lain, dengan cara yang sama seperti sebelumnya 3.Check List Check list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang hendak diselidiki. Check list dimaksudkan untuk menyistematiskan catatan observasi. Dengan check list ini lebih dapat dijamin bahwa penyelidik mencatat tiap kejadian yang telah ditetapkan untuk diselidik. ‘Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam check list, dan observer tinggal memberi tanda check secara cepat tentang ada tidaknya aspek yang tercantum dalam list. Contoh Checklist terlambat | > mencatat : |. y > dertanya y p y > menjawab pertanyaan | - |- ¥ 4, Rating Scale Rating scale adalah pencatatan gejala menurut tingkatannya. Rating scale ini sangat populer, Karena pencatatannya sangat mudah relatif menunjukan keseragaman antara pencatat, dan sangat mudah untuk dianalisis secara statistik. Rating scale umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat. Observer diminta mencatat pada tingkat yang bagaimana, suatu gejala atu ciri tingkah laku bisa timbul. Rating scale mempunyai kesamaan dengan check list. Observer tinggal memberi tanda tertentu atau mengecek pada tingkat tingkah laku tertentu. Dengan cara ini deskripsi yang panjang lebar tidak diperlukan, dan waktu sangat dinemat oleh karenanya Contoh Rating Scale co rs a ee ee > terlambat 5 > mencatal > veranya | Y > menjawab y pertanyaan > parisipas dalam ¥ i | iskus! 2] Persian peratin | ¢ y8isapentanan dalam wakts lama pads akties pihannya (Botan mengorakan sesuat untuk kplan yang sesuai | dengan umumnya sampai sles. | ( y8utuh benyak dorongan untuk menyetesakan tugas ()Sarang dapat men 3 14998, mudah pad dar kts yang satu ko akivtas yang tain Beberapa sumber kesesatan yang perlu mendapat perhatian dari observer, adalah sebagai berikut, + Hallo Effects Kesesatan halo terjadi, jika observer, dalam pencatatannya terpikat oleh kesan-kesan umum yang baik pada observe, sedangkan observer tidak menyelidiki kesan-kesan umum itu. Jadi, misainya, seorang observer mungkin terpikat oleh tingkah laku yang sangat sopan dari orang yang diamati, dan memberikan penilaian yang tinggi pada observee tanpa memperhatikan aspek yang hendak diamati, Dan sebaliknya, seorang observer dapat member nilai yang lebih rendah dari semestinya. Hal ini karena observee berpakaian Kurang rapi, sedangkan observer sendiri adalah orang yang biasa berpakaian rapi. Generosity Effects Kesesatan dapat terjadi karena keinginan untuk berbuat balk. Dalam keadaan yang —meragukan, seorang observer. mempunyai kecenderungan memberi penilaian yang menguntungkan (atau merugikan) kepada observee. * Cary over Effects Carry over effects terjadi jika pencatat tidak dapat memisahkan satu gejala dari yang lain. Jika gejala yang satu kelihatan timbul dalam keadaan yang baik, maka gejala yang lain juga dicatat dalam keadaan yang baik, meskipun kenyataannya tidak begitu. Pencatatan gejala yang satu dan dibawa dalam pencatatan gejala lain, ini pasti tidak akan menghasilkan fakta-fakta yang sesuai dengan keadaannya. Sehingga hal ini perlu diperhatikan oleh seorang peneliti yang hendak meneliti suatu gejala. OBSERVER Spradiey (1980) menyebutkan bahwa peran observer dalam metode observasi adalah sebagai berikut 1) Observer tidak berperan sama sekali Dalam observasi, observer tidak berperan, kehadirannya dalam area enelitian hanya untuk melakukan observasi tetapi tidak diketahui oleh subjek yang diamati, Observasi jenis ini bisa dilakukan, misalnya dengan menggunakan kaca “one way mirror’ seperti pengamatan pada perilaku sekelompok anak-anak didalam Kelas. Atau, mengunakan teropong jarak jauh untuk mengamati perilaku seorang atau sekelompok orang. Pengamatan semacam ini juga bisa dilakukan dengan cara menggunakan rekaman video sehingga peneliti tidak melakukan peran sama sekali 2) Observer berperan pasif Dalam jenis ini observer mendatangi peristiwa, akan tetapi kehadirannya di lapangan menunjukan peran yang paling pasif. Kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh orang yang diamati, dan bagaimanapun juga, hal itu akan membawa pengaruh. Agar kehadiran peneliti tidak mempengaruhi sifat alamiah subjek, sebaiknya peneliti tidak membuat catatan selama penelitian, kecuali dengan menggunakan perekaman secara sembunyi, Tetapi setelah selesai_melakukan pengamatan, peneliti harus segera membuat catatan sebelum tertumpuk oleh informasi lainnya. 3) Observer berperan aktif Dalam observasi ini peneliti dapat memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi sesuai dengan kondisi subjek yang diamati Cara ini dilakukan hanya untuk dapat mengakses data yang diperlukan bagi penelitian. Keberadaan peneliti sebenarnya diketahui oleh subjek yang diteliti, tetapi peneliti telah dianggap sebagai bagian dari mereka, sehingga kehadirannya tidak mengganggu atau mempengaruhi sifat naturalistiknya. Apa yang dilakukan peneliti sama seperti yang dilakukan subjek yang ditelit 4) Observer berperan penuh Pada observasi ini peneliti bisa jadi sebagai anggota resmi dari kelompok yang diamati, atau sebagai orang dalam, atau orang luar yang dianggap sebagai orang dalam. Peran peneliti dalam observasi terlibat penuh, bukan sekedar partisipasi aktif dalam kegiatan subjek yang diteliti, tetapi juga bisa lebih menjadi pengarah acara agar sebuah peristiwa terarah sesuai dengan skenario peneliti, sehingga kedalaman dan keutuhan datanya tercapai. Dalam observasi ada beberapa hal yang mempengaruhi kecermatan dalam observasi, yaitu * Prasangka-prasangka dan keinginan-keinginan dari abserver, + Keterbatasan pancaindra, kemampuan pengamatan dan ingatan manusia, + Keterbatasan wilayah pandang, + Ketangkasan menggunakan alat-alat pencatatan, « Ketelitian pencatatan hasil-hasil observasi * Ketepatan alat dalam observasi, + Pengertian observer tentang gejala yang diobservasi, dan + kemampuan menangkap hubungan sebab akibat tergantung pada keadaan mental, indra pada suatu waktu. Oleh karena itu untuk dapat menjadi seorang observer yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut. ‘+ Mengerti latar belakang materi. yang akan diobservasi_ Untuk mengobservasi perkembangan anak, seorang observer harus menguasai teori tentang perkembangan yang harus dilalui oleh setiap anak. + Mampu memahami kode-kode / tanda-tanda tingkah laku untuk membedakan tingkah laku yang satu dengan tingkah laku yang lain Seorang observer hendaknya mempunyai Kemampuan untuk membedakan tanda-tanda tingkah laku, agar dapat membedakan tingkah laku yang satu dengan yang lain. Juga perlu mengetahui perbedaan cara mengekspresikan emosi ke dalam perilaku bagi masing- masing kelompok masyarakat. Contoh: ekspresi wajah marah, sedih, gembira, * OMembagi perhatian Seorang observer harus mampu membagi perhatiannya, antara mengamati tindakan yang dilakukan oleh observee dengan mencatat perilaku tersebut. + 1Dapat melihat hal-hal yang detail Seorang observer harus mampu mengamati perilaku observee sampai pada perilaku yang sekecil- kecilnya, karena bisa saja perilaku yang dianggap tidak penting justru merupakan perilaku yang sangat penting, * Dapat mereaksi dengan cepat dan menerangkan contoh-contoh tinkah laku secara verbal / nonverbal Seorang observer harus bisa memahami dengan cepat perilaku yang ditunjukan oleh observee dan bagaimana respon yang harus diberikan © Menjaga hubungan antara observer dan observee Kemampuan menjalin hubungan baik dengan observee merupakan faktor yang sangat penting dalam observasi HAL-HAL YANG DIOBSERVASI Banyak hal, peristiwa, masalah, dan gejala-gejala yang dapat diobservasi. Dalam melakukan observasi ada beberapa point yang biasanya perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut + Penampilan fisik, yang meliputi kondisi fisik observee. Misalnya: tinggi badan, berat badan, warna kulit, dan lain-lain. Gerakan tubuh / penggunaan anggota tubuh. Misalnya: bagaimana postur tubuh observe, bagian tubuh mana yang digunakan, dan bagian mana yang kurang banyak digerakkan (misalnya observe selalu menggerakan tangan ketika bicara). ‘* Ekspresi wajah, yaitu bagaimana ekspresi wajah observee ketika sedang berbicara, + Pembicaraan, yaitu bagaimana isi pembicaraan yang dilakukan. ‘= Reaksi emosi, yaitu bagaimana reaksi emosi observee. Dalam penelitian seorang observer perlu memperhatikan bagaimana reaksi emosi observee terhadap suatu masalah yang ingin diteliti. © Aktivitas yang dilakukan. Misalnya: jenisnya, lamanya, dengan siapa, dimana dan sebagainya + Dan beberapa hal yang perlu diobservasi. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan, LANGKAH-LANGKAH DALAM OBSERVASI Rummel telah merusmuskan petunjuk-petunjuk penting bagi mereka yang menggunakan metode observasi untuk mengumpulkan fakta-fakta seperti berikut ini * Peroleh dahulu pengetahuan apa yang akan diobservasi. Penyelidik akan dapat mengobservasi dan mengingat lebih banyak sifat-sifat khusus dari sesuatu, jika dia telah mempunyai pengetahuan tentang apa yang akan diobservasi dan jenis fenomena apa yang perlu dicatat. Sebab itu, ketahui dan tentukan lebih dahulu apa yang perlu diobservasi. ‘+ Dari problem-problem research, selidiki tujuan-tujuannya, baik secara umum maupun khusus untuk menentukan apa yang harus diobservasi Perumusan masalah dan aspek- aspek khusus dari penyelidikan akan menentukan apa yang harus diobservasi. Selidiki secara mendalam (gunaka penyelidikan-penyelidikan terdahulu, yang mempunyai hubungandengan problematik research yang kan dilakukan) untuk memperoleh petunjuk-petunjuk tentang apa yang harus diobservasi dan dicatat. Buatlah suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi. Merupakan hal, untuk menetapkan lebih dahulu symbol-simbol statistik atau rumusan- rumusan deskriptif yang akan digunakan untuk mencatat hasil-hasil observasi. Cara ini akan menghemat waktu, dan menteragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak peristiwa. Banyak orang perlu mencatat hasil observasi, tetapi tidak berhasil, karena tidak ada cara pencatatan yang efisien. Untuk melakukan cara itu umumnya digunakan check list. Check list akan menghemat waktu pencatatan, dan jika dibuat secara cermat, akan memungkinkan penyelidik mencatat secara teliti unsure-unsur khusus dari gejala yang akan diselidiki + Adakan dan batasi dengan tegas macam-macam Kategori yang akan digunakan. Kecuali mencatat jumlah frekuensi dari suatu jenis tingkah laku, seringkali penyelidik perlu mengetahui besar kecilnya jenis tingkah laku. yang muncul + Adakan observasi secermat-cermatnya, + Catatlah tiap gejala secara terpisah. * Ketahuilah dengan baik alat-alat pencatatan dan tata cara mencatat sebelum melakukan observasi. Secara singkat langkah-langkah yang harus dilakukan dalam observasi, yaitu; 1 NOORwWN mengetahui / memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi menentukan tujuan umu dan tujuan khusus, membuat tata cara observasi (metode apa, alatnya apa), membatasi dengan tegas hal-hal yang akan diobservasi, melakukan observasi dengan secermat-cermatnya membuat hasil catatan / observasi, memahami pencatatan dan penggunaan alat. B. Kompetensi Dasar 4 Mampu menyusun rancangan observasi C. Hasil Akhir yang diharapkan 1 Laporan rancangan observasi D. Kegiatan Belajar 1 2 3. Dosen melakukan tanya jawab dan memberikan penjelasan tentang rancangan observasi Mahasiswa melakukan tugas individual: a. Menetapkan tujuan observasi: operasional dan observable b, Menentukan subjek observasi: siapa dan apa yang diamati c, Menentukan setting pengamatan: lokasi dan waktu pengamatan d. Meneutukan definisi operasional perilaku/kondisi_ sasaran (perilaku molar-molecular) , Menentukan jenis dan strategi observasi f, Menentukan teknik pencatatan (frekuensi pengamatan, durasi pengamatan, cara pencatatan) Dosen memfasilitasi diskusi pada masing-masing kelompok 4, Pembahasan rancangan observasi dari masing-masing kelompok pada forum umum Pertemuan IV Praktek Observasi Hasil Rancangan A. Landasan Teori Lihat pada pertemuan Il B. Kompetensi Dasar 1. Mampu melakukan observasi berdasarkan rancangan yang telah disusun 2. Mampu mengevaluasi dan menemukan kelamahan dan kelebihan dari praktek observasi yang dilakukan C. Hasil Akhir yang diharapkan 1, Laporan hasil observasi dan umpan balik D. Kegiatan Belajar 1, Praktek observasi dari rancangan yang disusun pada pertemuan sebelumnya (durasi 1 jam) 2. Diskusi terhadap hasil pengamatan dengan focus pada: a. Bagaimana aplikabilitas rancangan observasi_ (hambatan, kelemahan rancangan, dan kemudahan _penerapan) Menetapkan tujuan observasi: operasional dan observable Bagaimana kesesuaian dengan rancangan Bagaimana akurasi hasil observasi Bagaimana ketetapan pencatatan eae Evaluasi terhadap pencatatan data (fakta) atau interpretasi Pertemuan V Rancangan Strategi Observasi Checklist dan Praktek Observasi pada Anak A. Landasan Teori Lihat pada pertemuan II B. Kompetensi Dasar 1, Mahasiswa mampu merancang observasi perilaku anak C. Hasil Akhir yang arapkan 1, Rancangan Checklist 2. Laporan hasil observasi dan umpan balik D. Kegiatan Belajar 4. Dosen menstimulasi dengan diskusi tentang perilaku anak 2. Mahasiswa menyusun rancangan observasi anak dengan checklist, dengan detil a b, ©. Menentukan tujuan observasi Menentukan definisi operasional Mengidentifikasi secara detil content dari target perilaku (berdasarkan teori) Mengembangkan konstruk/definisi operasional menjadi item- item checklist Mengevaluasi item dengan mellihat: i. Kelogisan organisasi content dari target perilaku ji. Apakah penyusunan checklist dapat mencapai tujuan ili, Diskusi terhadap hasil pengamatan dengan focus pada: Menentukan rancangan proses obervasi: lokasi observasi, waktu observasi, durasi observasi, situasi observasi Pertemuan VII Rancangan dan Praktek Observasi Tak Terstruktur A. Landasan Teori Lihat pada pertemuan Ill B. Kompetensi Dasar 1. Mahasiswa mampu menyusun rancangan observasi tak terstruktur dan mampu melaksanakannya di lapangan C. Hasil Akhir yang diharapkan 4. Rancangan Observasi tak terstruktur 2. Hasil observasi tak terstruktur D. Kegiatan Belajar Mahasiswa menyusun rancangan observasi Menentukan tujuan observasi Menentukan lingkup perilaku yang akan diobservasi Menentukan tempat dan waktu observasi Menentukan jenis observasi: partisipan atau non partisipan Parone Menentukan waktu pencatatan (setelah observasi atau dalam proses observasi) Menentukan teknik pendekatan terhadap setting observasi 8. Melaksanakan observasi berdasarkan rancangan observasi pada tempat yang terpisah 9. Menyusun laporan hasil observasi Pertemuan VIII Integrasi hasil observasi dan Penarikan Kesimpulan A. Landasan Teori Lihat pada pertemuan Ill B. Kompetensi Dasar 1, Mahasiswa mampu melakukan integrasi temuan kelompok pada objek yang berbeda 2. Mahasiswa mampu menarik kesimpulan berdasarkan analisis tematik dari temuan kelompok C. Hasil Akhir yang diharapkan 1. Laporan kelompok hasil integrasi observasi individual D. Kegiatan Belajar 1. Setiap mahasiswa mempresentasikan temuan dari observasi yang dilakukan Dosen memberikan bimbingan untuk menemukan pola dari temuan 3. Kelompok mendiskusikan interpretasi lebih lanjut dari temuan, berdasarkan: a. Sudut pandang subjek observasi b. Sudut pandang teori psikologi 4, Penyusunan kesimpulan berdasarkan hasil tahap 3 Pertemuan IX A Rancangan dan Praktek Observasi Landasan Teori Linat pada pertemuan Ill . Kompetensi Dasar 1. Mahasiswa mampu menyusun penelitian/assessmen dengan metode observasi 2. Mahasiswa mampu melaksanakan penelitianfassessmen dengan metode observasi 3. Mahasiswa mampu menyusun laporan dan menarik hasil kesimpulan . Hasil Akhir yang diharapkan 4. Laporan kelompok untuk penelitian/asesmen dengan metode observasi Kegiatan Belajar Mahasiswa menyusun rancangan observasi Menentukan tujuan observasi Menentukan lingkup perilaku yang akan diobservasi Menentukan tempat dan waktu observasi Menentukan jenis observasi: partisipan atau non partisipan Menentukan waktu pencatatan (setelah observasi atau dalam proses oP Akens observasi) Menentukan teknik pendekatan terhadap setting observasi Melaksanakan observasi berdasarkan rancangan observasi pada tempat yang terpisah 9. Menyusun laporan hasil observasi

You might also like