You are on page 1of 10

ALOTROP, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2019: 3 (2): 176-184

PENGARUH KADAR Aspergillus niger TERHADAP PRODUKSI


BIOETANOL DARI BONGGOL PISANG KEPOK ( Musa paradisiaca L)
Junaini*1, Elvinawati2, Sumpono3
1,2,3
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Bengkulu
*E-mail : junainiajo@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of Aspergillus niger levels on bioethanol production in banana cobs using Saccharfication
Simultation Fermentation (SSF) method. This research uses banana kepok (Musa paradisiaca L.) obtained from Enggano Island
of Bengkulu Province. Enggano Island is one of the outermost islands of Bengkulu Province which has a coordinate point of
5023'25,000 '' LS - 102014'16,000 '' BT. Samples of banana done preparation before the hydrolysis and fermentation process by
smoothing the banana cobs using a blender until it becomes mush. Samples in the form of slurry were then added by Aspergillus
niger and Sccharomyces cerevisiae. Hydrolysis performed for 72 hours which then continued with the fermentation process for 5
days. In the study there were 5 treatments: addition of Aspergillus niger 107 CFU/mL, addition of 10 mL Saccharomyces
cerevisiae, addition of 10 mL Saccharomyces cerevisiae + Aspergillus niger 106 CFU/mL, 10 mL Saccharomyces cerevisiae +
Aspergillus niger 107CFU/mL and 10 mL Saccharomyces cerevisiae + Aspergillus niger 108CFU/mL. The fermentation results
were distilled and then measured the ethanol content by the specific gravity method. Ethanol content obtained from each treatment
were 3.995%, 6.218%, 6.825%, 9.065%, and 12.348%, respectively. From one-way analysis test can be obtained the value of
Fcount and Ftabel respectively are 25.73 and 5.19, so the value of Ftable< Fcount which means each treatment has a different result
significantly.
Keywords: Aspergillus.niger,Saccharomyces cerevisiae,Bioethanol, Musa paradisiaca L, Saccharfication Simultation
Fermentation

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar Aspergillus niger terhadap produksi bioetanol pada bonggol pisang
dengan menggunakan metode Saccharfication Simultan Fermentation ( SSF). Penelitian ini menggunakan pisang kepok (Musa
paradisiaca L.) yang diperoleh dari Pulau Enggano Provinsi Bengkulu. Pulau Enggano merupakan salah satu pulau terluar
Provinsi Bengkulu yang memiliki titik koordinat 5023’25 ’’ LS - 102014’16 ’’ BT. Sampel bonggol pisang dilakukan preparasi
terlebih dahulu sebelum proses hidrolisis dan fermentasi dengan cara menghaluskan bonggol pisang menggunakan blender hingga
menjadi bubur. Sampel dalam bentuk bubur kemudian dilakukan penambahan jamur A.niger dan S. cerevisiae. Hidrolisis
dilakukan selama 72 jam yang kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi selama 5 hari. Pada penelitian terdapat 5 perlakuan
yaitu penambahan A. niger 107 CFU/mL, penambahan Saccharomyces cerevisiae 10 mL, penambahan 10 mL S. cerevisiae dan 10
mL A. niger 106 CFU/mL, 10 mL S. cerevisiae dan 10 mL A. niger 107CFU/mL dan 10 mL S. Cerevisiae dan 10 mL A. niger
108CFU/mL. Hasil fermentasi didestilasidan kemudian diukur kadar etanol dengan metode berat jenis. Kadar etanol yang
diperoleh dari setiap perlakuan berturut-turut yaitu, 3.995 : 6.218 ; 6.825 : 9.065 dan 12.348 %. Dari uji analisis satu arah dapat
diperoleh nilai Fhitung dan Ftabel berturut-turut yaitu 25.73 dan 5.19, sehingga nilai Ftabel< Fhitung yang berarti tiap perlakuan
mempunyai hasil yang berbeda nyata.

Kata Kunci: Aspergillus.niger,Saccharomyces cerevisiae, Bioetanol, Musa paradisiaca L , Saccharfication Simultation


Fermentation

PENDAHULUAN sangat berpotensi sebagai sumber bahan baku


Pengembangan Energi Baru Terbarukan untuk diubah menjadi bioetanol serta ditunjang
(EBT) dewasa ini sedang digalakkan oleh akan ketersediaannya yang sangat besar setiap
pemerintah Indonesia sebagai komplementer tahunnya dimana pemanfaatan ini juga berguna
energi berbasis fosil [1], antara lain berupa Bahan untuk mengurangi pencemaran terhadap
Bakar Nabati (BBN) [2] dan bioetanol [3]. lingkungan [7].
Bioetanol merupakan salah satu bahan Proses pembuatan bioetanol dari limbah
bakar alternatif ramah lingkungan yang dihasilkan bonggol pisang dilakukan dengan beberapa
dari fermentasi glukosa yang dilanjutkan dengan tahapan yaitu hidrolisis, fermentasi dan destilasi
proses destilasi [4]. Bahan yang dapat [8]. Proses hidrolisis karbohidrat dapat dilakukan
dimanfaatkan menjadi bioetanol adalah bahan dengan beberapa cara salah satunya dilakukan
yang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup menggunakan enzim (enzimymatic hydrolysis) [9]
tinggi [5]. seperti enzim α-amilase dan glukoamilase [10].
Salah satu limbah pertanian yang hingga Enzim α-amilase merupakan endo-enzim
dewasa ini belum banyak dimanfaatkan adalah [11] yang mampu untuk memecahkan ikatan dari
bonggol pisang kepok (Musa paradisiaca L) yang α-1,4 glikosidik secara acak dibagian dalam
memiliki kandungan karbohidrat yang cukup molekul amilosa maupun amilopektinnya [12],
tinggi yang mencapai 76, 0 % [6], sehingga sedangkan enzim glukoamilase terbukti mampu
176
ALOTROP, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2019: 3 (2): 176-184
dalam memecah ikatan polimer monosakarida Alat yang digunakan yaitu, Botol plastik
pada bagian luar dan menghasilkan unit-unit ukuran 1,5 L dan 600 mL, erlenmeyer, selang
glukosa dari ujung non-pereduksi rantai polimer plastik, gelas ukur, gelas kimia, pipet tetes,pipet
polisakarida [13]. volumetrik, corong kaca, neraca analitik, pisau,
Enzim glukoamilase dapat diperoleh dari seperangkat alat destilasi, blender, batang
strain Aspergillus [14] dan Rhizopus [15]. Pada pengaduk, kertas saring, hot plate , kain steril,
penelitian ini akan digunakan jamur Aspergilus oven, pH meter, autoklaf ,aluminum foil, kawat
niger untuk menghidrolisis pati bongkol pisang ose, kaca arloji, cawan petri, microtube,
menjadi senyawa glukosa. Jamur A.niger Haemacytometer dan kamera pocket merk canon.
diketahui dapat menghasilkan enzim amilolitik Bahan yang digunakan yaitu, bonggol
seperti alfa amilase dan glukoamilase [16]. pisang, tape dari ubi singkong sebagai sumber
Enzim alfa amylase adalah enzim yang Saccharomyces cerevisiae, Biakan Aspergillus
dapat memotong ikatan α-1,4 pada pati secara niger, Media Potato Dextrose Agar ( PDA),
acak dan menghasilkan dekstrin dan maltose[17]. Potato Dextrose Broth (PDB), larutan HCl 1 M ,
Enzim glukoamilase merupakan enzim yang dapat dan aquades.
memecah pati dan glikogen pada ikatan α-1,4 dan
β- 1,6 dan menghasilkan glukosa[18]. Persiapan Sampel
Proses pengubahan glukosa hasil hidrolisis Sampel bonggol pisang diambil dari Pulau
karbohidrat menjadi etanol dapat digunakan Enggano (05° 23′ 21″ LS, 102° 24′ 40″ BT) dan
metode fermentasi dengan bantuan jamur tertentu berasal dari jenis pisang kepok. Persiapan sampel
seperti jamur Saccharomyces cerevisiae secara dilakukan dengan cara dibersihkan dari tanah dan
semi anaerob [19] . kotoran, kemudian kulit bagian luar dikupas
Proses perubahan glukosa menjadi etanol hingga kelihatan bonggol yang berwarna putih.
oleh jamur Saccharomyces cerevisiae adalah Selanjutnya sampel dipotong kecil-kecil
akibat aktivitas dari enzim invertase [20] dan dan dihaluskan menggunakan blender sampai
zimase [21] yang dihasilkan jamur tersebut. menyerupai bubur bonggol pisang (BBP) yang
Pati yang didegradasi menjadi glukosa dibuat yang berdasarkan hasil penelitian
oleh jamur A. niger sebagai biokatalisator akan sebelumnya yaitu berupa perbandingan massa
dapat mempercepat proses pemecahan pati bonggol dengan aquadest yaitu 1: 2 [25]. Hal ini
menjadi glukosa yang kemudian dilanjutkan bertujuan, agar sampel menjadi substrat yang
dengan pengubahan glukosa menjadi etanol oleh homogen dan luas permukaannya menjadi lebih
S.cerevisiae dimana kedua jamur ini diharapkan besar, sehingga dapat meningkatkan bidang sentuh
dapat bersinergi dalam proses pembentukan etanol sampel dengan mikroba.
Jika gula yang tersedia dalam subtrat Setelah itu diukur pH sampel
merupakan gula disakarida, maka enzim invertase menggunakan pH meter, diatur pH sampel dengan
akan bekerja menghidrolisis disakarida menjadi menambahkan HCl sampai pH menjadi 5 ..
monosakarida [22]. Setelah itu, enzim zymase
akan mengubah monosakarida tersebut menjadi
alkohol dan CO2 [23]. Penelitian sebelumnya Sterilisasi Sampel
menunjukkan bahwa S.cerevisiae hanya dapat Sterilisasi sampel dilakukan dengan cara
mengubah gula dari kelompok monosakarida dan memanaskan sampel bubur bonggol pisang
0
disakarida [24]. didalam autoklaf pada suhu 121 C selama 1 jam,
Berdasarkan dari uraian diatas, tujuan kemudian sampel didinginkan hingga sampel
penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh mencapai suhu ruang. Fungsi sterilisasi adalah
variasi penambahan kadar Aspergilus niger membunuh mikroba-mikroba yang ada pada
terhadap produksi bioetanol dari bonggol pisang sampel sehingga sampel menjadi steril
kepok (Musa paradisiaca) yang difermentasi oleh
jamur Saccharomyces cerevisiae. Peremajaan Jamur
Peremajaan jamur Aspergilus niger
METODE PENELITIAN dilakukan dengan cara mengambil 1 borer biakan
Penelitian dilaksanakan pada bulan murni dari A.niger dalam cawan petri, kemudian
Februari – Maret tahun 2018 di Laboratorium di tanam dalam cawan petri yang berisi PDA
FKIP Kimia Universitas Bengkulu, Laboratorium dengan kondisi aseptik dalam ruang isolasi
Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman ( IHPT ) dan menggunakan laminar airflow dan di inkubasi
Laboratorium Teknologi Industri Pertanian (TIP) selama 7 hari.
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Peremajaan jamur Saccharomyces
cerevisiae dilakukan dengan cara mengambil 1 ose
Alat dan Bahan biakan murni S.cerevisiae, kemudian di masukkan
177
ALOTROP, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2019: 3 (2): 176-184
ke dalam medium PDB 100 ml dengan kondisi produk yang diinginkan. Pada penelitian ini
aseptik dalam ruang laminar airflow dan di pemasukan jamur A.niger diberi jeda dan
inkubasi pada suhu ruang selama 24jam. dimasukkan ke dalam substrat selama 72 jam.
Proses fermentasi ini pun pada awalnya
Pembuatan Rangkaian Alat berlangsung secara aerob [27] yaitu pada
Pembuatan rangkaian alat dilakukan permulaan fermentasi, jamur akan memerlukan
dengan cara, bagian tutup botol plastic ukuran 1,5 oksigen untuk pertumbuhannya, dan setelah
Liter dan 600 mL dilubangi menggunakan paku terbentuknya akumulasi gas CO2 maka reaksi
panas. Botol plastik ukuran 1,5 L yang merupakan berubah menjadi anaerob [28]
wadah fermentor dihubungkan dengan botol
ukuran 600 mL yang berisi aquades sebanyak 3/4 Pengukuran Kadar Glukosa
dari botol menggunakan selang plastik. Filtrat hasil dari masing-masing perlakuan
yang merupakan gabungan hasil dari proses
Produksi Bioetanol hidrolisis dan fermentasi, diukur kadar glukosan
Produksi bioetanol dilakukan dengan cara, yang diperoleh dengan menggunakan hand
sampel bubur bonggol pisang yang sudah steril refractometer [29]
dengan pH 5 dimasukkan ke dalam masing- Pengukuran dilakukan dengan cara
masing wadah fermentor. meneteskan antara 1-3 tetes larutan hasil
Pada penelitian ini, produksi bioetanol fermentasi pada alat hand refractrometer,
menggunakan 5 perlakuan (Tabel 1). Hasil diletakkan ditempat yang terang dengan tujuan
fermentasi kemudian disaring dengan corong agar skala refractometer (% brix) yang ditandai
plastik untuk mendapatkan filtratnya. dengan adanya warna biru terlihat jelas, sehingga
kadar glukosa hasil fermentasi dapat ditentukan
Tabel 1. Perlakuan pada Produksi Bioetanol dan kadar glukosa yang diukur adalah kadar
glukosa sebelum dan setelah hasil fermentasi.
No Perlakuan Penambahan Jamur
A. niger S. cerevisiae Destilasi Bioetanol
Proses fermentasi akan menghasilkan
1 A 10 mL kadar Nil
produk berupa campuran etanol dan air serta
107 CFU /mL beberapa produk sampingan lainnya seperti asam
2 B Nil 10 mL lemah [30], sehingga perlu dilakukan proses
3 C* 10 mL kadar 10 mL pemisahan alkohol yang diperoleh dengan cara
106 CFU /mL destilasi untuk menghilangkan produk sampingan
dari hasil yang ingin diperoleh.
4 D* 10 mL kadar 10 mL Destilasi bioethanol dapat dilakukan
107 CFU /mL menggunakan alat destilasi sederhana [31]. Filtrat
5 E* 10 mL kadar 10 mL dari semua perlakuan hasil hidrolisis dan
108 CFU /mL fermentasi didestilasi dengan cara memanaskan
Ket : * = hidrolisis dengan A. Niger selama 72 jam. filtrat didalam labu destilasi pada suhu 780C, uap
Kemudian dilanjutkan proses fermentasi dengan yang dihasilkan didinginkan menggunakan
S. cerevisiae selama 5 hari . kondesor menghasilkan destilat cair, dimana
kandungan air (Titik Didih 1000C) yang ada akan
Proses hidrolisis dan fermentasi pada tertinggal didalam labu. Destilat yang diperoleh
penelitian ini dilakukan menggunakan metode ditampung kedalam vial berukuran 100 mL.
Simultan Saccharification Fermentation (SSF),
yang memiliki keunggulan berupa polisakarida Pengukuran Kadar Bioetanol dengan Metode
yang terkonversi menjadi monosakarida tidak Analisis Berat Jenis
dapat kembali menjadi polisakarida karena Bioetanol dari hasil destilasi diukur
monosakarida yang terbentuk akan langsung kadarnya menggunakan metode berat jenis dengan
difermentasi menjadi etanol [26] dan prosesnya cara microtube [32]. Cara pengukurannya
dapat dilakukan dalam satu reactor sehingga akan dilakukan dengan menimbang menggunakan
mengurangi biaya peralatan yang digunakan. neraca analitik microtube yang telah diketahui
Jenis fermentasi yang dilakukan adalah beratnya diisi dengan bioethanol dan dicatat
fermentasi secara tidak spontan, dimana pada beratnya. Dilakukan hal yang sama untuk
proses fermentasi ditambahkan S.cerevisiae yang aquadest.
dapat berkembang biak secara aktif untuk Perhitungan berat jenis bioetanol dan
mengubah bahan yang difermentasi menjadi
178
ALOTROP, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2019: 3 (2): 176-184
aquades secara matematis dapat dirumuskan yang dipastikan aktif kemudian siap diremajakan
sebagai berikut pada media Potato Dextrose Broth (PDB) dengan
tujuan supaya didapatkan suspensi jamur A. niger.
Berat Jenis Etanol : W2 - W0 Proses peremajaan jamur dilakukan dalam
W1 – W0 ruang isolasi dan peralatan yang digunakan dalam
Keterangan : keadaan steril supaya terhindar dari mikroba pada
W2 : berat destilat + microtube kosong udara bebas, sehingga jamur yang diremajakan
W0 : Berat microtube kosong
dapat menghasilkan A.niger murni.
W1 : berat aquadest + microtube kosong
Hasil peremajaan jamur A.niger dan
Hasil fermentasi berupa berat jenis etanol S.cerevisiae dapat dilihat pada gambar dibawah ini
hasil fermentasi yang diperoleh selanjutnya (Gambar 1)
dikonversi menjadi persentase kadar alkohol
melalui tabel alkoholmetrik [32].

Teknik Analisis Data


Data penelitian yang diperoleh akan
dianalisis menggunakan metode one way anova
dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk
memperoleh nilai Fhitung dan Ftabel. Dimana jika
nilai Fhitung> Ftabel akan menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara kadar bioetanol (a) Aspergilus Niger (b) Saccharomyces
yang dihasilkan terhadap kadar Aspergilus niger cerevisiae
yang ditambahkan.
Gambar 1. Hasil Peremajaan Jamur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Glukosa Hasil Fermentasi
Preparasi Sampel Bonggol Pisang Pengukuran kadar glukosa pada penelitian
Untuk membuat bubur substrat bonggol menggunakan hand refractrometer yang
pisang dilakukan dengan mengambil 400 gram bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa hasil
bonggol pisang , selanjutnya ditambahkan air fermentasi [33].
aquadest sebanyak 800 mL, dengan tujuan untuk Molekul -molekul pati akan terpecah
memperoleh substrat yang tidak terlalu encer dan menjadi molekul glukosa yang lebih sederhana
tidak terlalu pekat sehingga dapat menjadi media sebagai unit terkecil agar dapat diserap oleh sel
yang optimal untuk pertumbuhan jamur saat mikroorganisme S. cerevisiae sebagai nutrisi
proses hidrolisis dan fermentasi. untuk pertumbuhan saat proses fermentasi..
Setiap sampel bubur bonggol pisang Molekul glukosa dirombak menjadi etanol
dimasukkan kedalam wadah plastik untuk oleh S. Cerevisiae dimana semakin tinggi kadar
dilakukan proses sterilisasi dengan menggunakan glukosa maka semakin tinggi pula kadar etanol
autoklaf. Sampel awalnya berwarna putih yang dihasilkan dan sebaliknya [34]. Penurunan
kekuningan sebelum sterilisasi dan berubah warna kadar glukosa merupakan indikator bahwa telah
menjadi cokelat kemerahan, setelah sterilisasi. terjadi pengubahan glukosa menjadi alkohol oleh
Hal ini dikarenakan sampel telah S. Cerevisiae [35]
teroksidasi dengan oksigen dan aquades sehingga Pada penelitian ini tidak diukur kadar
warna sampel berubah serta dari proses sterilisiasi glukosa hasil hidrolisis karena glukosa yang
ini akan diperoleh sampel yang steril yang siap dhasilkan akan langsung diubah menjadi etanol.
dimasukkan jamur untuk ke tahap selanjutnya. Hal ini akibat metode yang dipakai adalah metode
SSF dimana proses hidrolisis dan fermentasi
Peremajaan Jamur dilakukan secara berkelanjutan. Nilai kadar
Tahap pertama sebelum melakukan glukosa untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada
peremajaan jamur A.niger adalah dengan gambar 2.
melakukan pengembangan terlebih dahulu Dari gambar 2 menunjukkan bahwa kadar
menggunakan media Potato Dexstrose Agar glukosa yang dihasilkan sebelum dan sesudah
(PDA)). Pengembangan dalam media PDA fermentasi mengalami perbedaan. Pada perlakuan
bertujuan untuk memastikan apakah stok jamur A mengalami kenaikan kadar glukosa yang lebih
yang dimiliki masih dalam kondisi aktif atau tidak tinggi daripada perlakuan B, hal ini diduga karena
untuk melakukan perkembangbiakan . Stok jamur pada perlakuan A, amilum dipecah menjadi
glukosa yang selanjutnya glukosa yang terbentuk
179
ALOTROP, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2019: 3 (2): 176-184
langsung diubah menjadi bioetanol dalam Hal ini dapat dilihat pada perlakuan E, nilai
sejumlah sedikit. kadar glukosa saat sebelum dan sesudah hidrolisis
dan fermentasi menurun dari 2,5 menjadi 1,89 dan
menghasilkan kadar etanol yang paling tinggi.
Hasil yang diperoleh pada perlakuan ini sesuai
dengan hasil penelitian terdahulu , dimana bila
semakin besar produk fermentasi maka akan
semakin besar pula terjadinya jumlah pengurangan
glukosa dan alkohol yang terbentuk juga akan
semakin tinggi [36].

Perbandingan Kadar Bioetanol Hasil


Fermentasi pada Setiap Treatment atau
Perlakuan
Dilihat dari kadar bioetanol yang
Gambar 2. Grafik Perbandingan Kadar
dihasilkan pada setiap perlakuan, terlihat bahwa
Glukosa Setelah Fermentasi
Keterangan
terjadi perubahan kadar bioetanol yang diperoleh,
A A niger 107CFU/mL dimana penambahan S.cerevisiae dan A.niger akan
B S.cerevisiae berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah
C S.cerevisiae + A.niger 106 CFU/mL bioetanol yang diperoleh hingga mencapai titik
D S.cerevisiae + A.niger 107 CFU/mL maksimum.
E S.cerevisiae + A.niger 108 CFU/mL Hal ini menunjukkan bahwa bila semakin
banyak A.niger yang ditambahkan dalam proses
Hal ini disebabkan pada perlakuan A
SSF maka kadar etanol yang diperoleh juga akan
Aspergilus niger akan menghasilkan enzim
semakin tingg (Gambar 3)
amylase yang cenderung untuk memecah pati
menjadi glukosa tetapi . tidak menghasilkan
enzim zimase sehingga pembentukan glukosa
menjadi etanol menjadi tidak maksimal.
Pada perlakuan B, diduga kadar glukosa
yang dihasilkan yang lebih sedikit dibandingkan
pada perlakuan A. Hal ini diduga karena pada
perlakuan B Saccharomyces cerevisiae mampu
menghasilkan enzim α amilase dan zimase yang
dapat membantu proses pengubahan pati menjadi
etanol .
Pada perlakuan B, glukosa hasil dari
pemecahan pati oleh enzim α amilase langsung
diubah menjadi bioetanol oleh enzim zimase yang Gambar 3. Diagram Perbandingan Kadar
berperan didalamnya, sehingga pada perlakuan B Bioetanol Pada Setiap Perlakuan
terjadi kenaikan glukosa yang lebih rendah
Keterangan
daripada perlakuan A. A A niger 107CFU/mL
Pada perlakuan C kadar glukosa yang B S.cerevisiae
dihasilkan lebih tinggi daripada perlakuan A dan C S.cerevisiae + A.niger 106 CFU/mL
B. Hal ini diduga, pada perlakuan C telah terjadi D S.cerevisiae + A.niger 107 CFU/mL
E S.cerevisiae + A.niger 108 CFU/mL
sinergi antara jamur A.niger dengan S.cerevisiae
dalam proses pembentukan bioetanol, sehingga Dari Gambar 3 terlihat bahwa jumlah
kadar glukosa setelah fermentasi lebih tinggi. kadar bioetanol yang diperoleh akan semakin
Pada perlakuan D dan E dapat dilihat nilai meningkat seiring dengan jumlah penambahan
kadar glukosa yang dihasilkan lebih rendah dari S. cerevisiae dan A. niger.
daripada perlakuan C. Hal ini diduga karena Pada perlakuan A dapat diketahui bahwa
adanya perbedaan kadar A.niger yang digunakan.
penambahan A.niger menghasilkan kadar
Jika glukosa yang dihasilkan tinggi maka akan bioetanol sebesar 3,995 % yang lebih rendah
terjadi pengurangan nilai glukosa yang semakin daripada perlakuan B (penambahan S.cerevisiae)
banyak, karena glukosa merupakan nutrisi untuk yang mampu menghasilkan kadar bioetanol
S.cerevisiae dalam membentuk bioetanol.
sebesar 6.218 %. Hasil dari kedua perlakuan ini
menunjukkan bahwa adanya perbedaan dari
180
ALOTROP, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2019: 3 (2): 176-184
jumlah dan jenis enzim yang dihasilkan untuk dan piruvat [45]. Gelembung gas yang terbentuk
mengubah pati yang ada menjadi glukosa yang merupakan hasil samping proses fermentasi yaitu
dilanjutkan dengan perombakan glukosa yang berupa gas CO2 [46].
diperoleh menjadi bioetanol [37]. Dari Gambar 3 diperoleh data bahwa kadar
Kadar bioetanol yang lebih tinggi pada maksimum produksi bioetanol terjadi pada
perlakuan B lebih besar dibandingkan dengan perlakuan F, berupa penambahan S.cerevisiae dan
8
perlakuan A diduga karena jamur S. cerevisiae A.niger pada kadar 10 CFU/mL yaitu sebesar
cenderung membentuk glukosa menjadi etanol 12.348 %. Karena itu dapat diduga bahwa dengan
8
karena selain menghasilkan enzim zimase dan kadar A.niger yang lebih besar dari 10 CFU/mL
invertase [38], juga akan dapat menghasilkan memungkinkan untuk memperoleh kadar
enzim α amilase [39]. Hal ini sesuai dengan bioetanol yang lebih tinggi lagi.
penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa Hasil penelitian yang dilakukan telah
enzim α amilase pada S.cerevisiae akan dapat sesuai dengan hasil dari beberapa penelitian
mengkatalis reaksi hidrolisis dari ikatan 1,4 sebelumnya yang menunjukkan bahwa pembuatan
glikosida pada amilosa secara acak menjadi bioetanol dari limbah bonggol pisang dengan
campuran dekstrin, maltose dan glukosa [40], proses fermentasi selama 7 hari, terbukti mampu
karena itu S.cerevisiae tidak mampu untuk untuk mengkonversi kandungan pati pada bonggol
merombak pati mejadi glukosa dengan maksimal menjadi etanol sebesar 30,59% [47].
dikarenakan hanya mampu memecah amilosa Pada penelitian lain diperoleh hasil yaitu
pada pati [41]. kadar etanol hasil fermentasi paling tinggi
Jamur A.niger lebih cenderung merombak diperoleh sebesar 12,20% v/v dengan
pati menjadi glukosa karena memiliki enzim alfa- o
penambahan starter 8% pada pH 5 , suhu 30 C
amilase dan glukosidase [42], karena itu pati akan serta waktu fermentasi selama 5 hari.
dirombak menjadi glukosa lebih maksimal oleh
jamur A.niger .
Selain itu A.niger merupakan juga dapat KESIMPULAN
menghasilkan sedikit enzim invertase , sehingga Penambahan jamur Aspergillus niger
kemampuan A.niger untuk merombak glukosa dalam proses hidrolisis dan fermentasi pada
menjadi etanol juga maksimal [43]. subtrat bonggol pisang kepok terbukti akan
Dengan demikian seperti yang terlihat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kadar
pada perlakuan C, D dan E adanya penambahan bioetanol yang dihasilkan.
kultur campuran dari A.niger dan S.cerevisiae Kadar maksimum pemberian Aspergillus
terbukti akan dapat meningkatkan kadar etanol niger dalam proses hidrolisis dan fermentasi dari
8
yang diperoleh. substrat bonggol pisang kepok yaitu 10 CFU/mL
Dapat dilihat pada Gambar 3 bahwa dengan kadar bioetanol yang dihasilkan paling
semakin tinggi kadar A.niger yang ditambahkan tinggi yaitu sebesar 12.348 %.
akan semakin tinggi pula kadar bioetanol yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan penelitian SARAN
terdahulu yang membuktikan bahwa dengan Hasil fermentasi berupa filtrat sebaiknya
penggunaan teknik ko-kultur pada proses disimpan didalam wadah yang benar-benar rapat,
fermentasi akan mampu menghasilkan konsentrasi tidak memiliki rongga udara dan langsung
didestilasi untuk menghindari proses terjadinya
etanol sebesar 7,41 % (b/v) atau meningkat 19,56
oksidasi lanjutan dari bioetanol yang diperoleh
% jika dibandingkan dengan proses fermentasi
secara spontan menjadi asam asetat sehingga dapat
menggunakan monokultur menggunakan hanya
menyebabkan rendahnya kadar bioetanol yang
S.cerevisiae [44] serta juga terbukti pada
diperoleh.
penelitian ini bahwa kedua jamur yaitu A.niger
dan S. cereviasie dapat bekerja sama dalam
DAFTAR PUSTAKA
memproduksi bioetanol.
Semakin banyak glukosa yang diperoleh
[1] Ramdani, D.F., Arifina Febriasari,
dari proses hidrolisis oleh A.niger akan semakin
Model Kebijakan Pengembangan Energi
banyak bioetanol yang dihasilkan sehingga
Baru dan Terbarukan di Provinsi Banten,
memperoleh kadar bioetanol yang tinggi.
Jurnal Administrasi Publik, 2018: 8 (2):
Pada penelitian ini pada hasil fermentasi
192-202.
juga terlihat terbentuknya ruang-ruang yang disi
[2] Joelianingsih , Armansyah H. Tambunan,
oleh gelembung gas pada wadah dan terciumnya
Hiroshi Nabetani, Yasuyuki Sagara,
aroma seperti tape yang berasal dari campuran
Kamaruddin Abdullah , Perkembangan
senyawa asam organik seperti asam asetat, laktat,
181
ALOTROP, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2019: 3 (2): 176-184
Proses Pembuatan Biodiesel sebagai Dalam Produksi Bioetanol Dari Rumput
Bahan Bakar Nabati (Bbn), Jurnal Laut Eucheuma cot Tonii Menggunakan
Keteknikan Pertanian , 2006: 20(3): 205- Asosiasi Mikroba (Sacchromyces
216. cerevisiae, Aspergilus niger dan
[3] Shintawaty, A., Prospek Pengembangan Zymomonas mobilis), Majalah Biam ,
Biodiesel Dan Bioetanol Sebagai Bahan 2015: 11 (2): 63-75.
Bakar Alternatif Di Indonesia, Economic [14] Sari , A.R., Endang Kusdiyantini , MG
Review , 2006 : 203 : 1-9 Isworo Rukmi, Produksi Selulase Oleh
[4] Winarso, R., Bahtiar Setya Nugraha, Kapang Aspergillus sp. Hasil Isolasi Dari
Rancang Bangun Alat Dehydrator Limbah Pengolahan Sagu (Metroxylon
Bioetanol Untuk Menghasilkan Fuel sp.) Dengan Variasi Konsentrasi
Grade Ethanol (FGE), Jurnal Simetris, Inokulum Pada Fermentasi Terendam
2015: 6 (2): 211-216. Statis, Jurnal Biologi, 2017: 6 (1): 11-20.
[5] Winarso , R., Bahtiar Setya Nugraha, [15] Iskandar,Y.M., Linar Z.Udin,A.T.
Taufik Santoso, Pengembangan Alat Karossi , Produksi Glukoamilase Dari
Destilator Bioetanol Model Refluk Rhizopus Oryzae L16 Pada Media Pati
Bertingkat Dengan Bahan Baku Sagu (Metroxylon) Yang Mengandung
Singkong, Jurnal Simetris, 2014: 5(2): Ekstrak Tauge, JKTI, 1994: 4 (2): 47-49.
97-104. [16] Safitri, D., Samingan, Isolasi Dan
[6] Nafiyanto, I., Pembuatan Plastik Identifikasi Fungi Amilolitik Pada
Biodegradable Dari Limbah Bonggol Bonggol Pisang Kepok (Musa
Pisang Kepok Dengan Plasticizer paradisiaca L.), Jurnal Ilmiah
Gliserol Dari Minyak Jelantah Dan Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi,
Komposit Kitosan Dari Limbah 2013: 5 (1): 29-35
Cangkang Bekicot (Achatina Fullica), [17] Ariandi, Pengenalan Enzim Amilase
Integrated Lab Journal , 2019: 7 (1): 75 - (Alpha-Amylase) Dan Reaksi
89 Enzimatisnya Menghidrolisis Amilosa
[7] Sunarto, Sulistyani , Siti Marwati, Pati Menjadi Glukosa, Jurnal Dinamika,
Pemanfaatan limbah bonggol pisang 2016, 7(1): 74-82 .
sebagai bahan baku pembuatan bioetanol, [18] Zain, E.R., R.W. Ashadi, M. Ikbal,
J. Sains Dasar , 2013 : 2(1) 48 – 52. Konversi Limbah Rumah Tangga
[8] Wusnah, Samsul Bahri, Dwi Hartono, Menjadi Biofuel Secara Simultan Melalui
Proses Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Rekayasa Reduksi Ukuran Bahan Dan
Pisang Kepok (Musa acuminata B.C) Kombinasi Enzim, Jurnal Pertanian ,
Secara Fermentasi, Jurnal Teknologi 2011: 2 (2): 110-116.
Kimia Unimal , 2016: 5(1): 57-65 [19] Moede,F.K.,Siang Tandi Gonggo,
[9] Risnoyatiningsih, S., Hidrolisis Pati Ubi Ratman, Pengaruh Lama Waktu
Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol
Enzimatis, Jurnal Teknik Kimia, 2011 : 5 Dari Pati Ubi Jalar Kuning (Ipomea
(2) : 417-424. batata L), J. Akad. Kim, 2017: 6(2): 86-
[10] Sukaryo, Bakti Jos , Hargono, Pembuatan 91.
Bioetanol Dari Pati Umbi Kimpul [20] Kustyawati, M.E., Merlia Sari, Teti
(Xanthasoma Sagittifolium ), Momentum, Haryati, Efek Fermentasi Dengan
2013: 9 (2): 41-45. Saccharomyces cerevisiae Terhadap
[11] Herlina, Bambang Herry Purnomo, Karakteristik Biokimia Tapioka, Agritech
Mukhammad Fauzi, Fikri Arsyl Rambe, , 2013: 33 (3): 281-287.
Penggunaan α-Amilase Dan Variasi [21] Wartini, N.K., Paulus H. Abram, Nurdin
Lama Hidrolisis Pada Pembuatan Tepung Rahman, Pembuatan Etanol Dari Buah
Glukomanan Dari Umbi Gembili Salak (Salacca zalacca) Melalui Proses
(Dioscorea esculenta L.), Jurnal Fermentasi, J. Akademika Kim, 2017: 6
Agroteknologi,2016 10 (1):73-86. (4): 237-240.
[12] Jayanti, D, Wuryanti, Taslimah, Isolasi, [22] Fadilah, U., I Made Mahaputra Wijaya,
Karakterisasi, Dan Amobilisasi α- N. Semadi Antara, Studi Pengaruh pH
Amilase Dari Aspergillus oryzae FNCC Awal Media Dan Lama Fermentasi Pada
6004, Chem Info , 2013 : 1(1): 76 – 84. Proses Produksi Etanol Dari Hidrolisat
[13] Dompeipen , E.J., Riardi P. Dewa, Tepung Biji Nangka Dengan
Pengaruh Waktu Dan pH Fermentasi Menggunakan Saccharomycess
182
ALOTROP, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2019: 3 (2): 176-184
cerevisiae, Jurnal Rekayasa Dan [32] Primadevi, S., Dian Kresnadipayana,
Manajemen Agroindustri, 2018: 6(2): 92- Penetapan Kadar Etanol pada Minuman
102 Beralkohol Berbagai Merk Melalui
[23] Azizah., A. N. Al Baarri, S. Mulyani , Pengukuran Berat Jenis, BIOMEDIKA,
Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap 2016: 9(1): 71-74.
Kadar Alkohol, pH, Dan Produksi Gas [33] Sukoyo, A., Bambang Dwi Argo, Rini
Pada Proses Fermentasi Bioetanol Dari Yulianingsih, Analisis Pengaruh Suhu
Whey Dengan Substitusi Kulit Nanas , Pengolahandan Derajat Brix terhadap
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 2012 : Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris
1(2): 72-77 Gula Kelapa Cair dengan Metode
[24] Rizwan, M., Anang Wahid M. Diah, Pengolahan Vakum, Jurnal Bioproses
Ratman, Pengaruh Konsentrasi Ragi Tape Komoditas Tropis, 2014: 2(2): 170-179.
(Saccharomyces cerevisiae) Terhadap [34] Sari,D.Y.R., Triono Bagus Saputro,
Kadar Bioetanol Pada Proses Fermentasi Anton Muhibuddin, Uji Potensi
Biji Alpukat (Persea americana Mi l ), Fermentasi Etanol Yeast Tanah yang
Jurnal Akademika Kimia, 2018:7(4): 173- Diisolasi dari Metode Budidaya SDN di
178. Daerah Batu, Jawa Timur, Jurnal Sains
[25] Firmana,A.A.N.,Siti Tjahjani, Dan Seni ITS , 2016: 5(2): E 39-E 43.
Karakterisasi Hasil dan Penentuan [35] Salsabila, U., Diah Mardiana, Ellya
Laju Reaksi Fermentasi Bonggol Indahyanti, Kinetika Reaksi Fermentasi
Pisang (Musa paradisiaca) Menjadi Glukosa Hasil Hidrolisis Pati Biji Durian
Etanol dengan Saccharomyces cerevisiae. Menjadi Etanol , Kimia.Student Journal,
UNESA Journal Of Chemistry. 2014: 3(3) 2013: 2 (1): 331-337 .
: 21-26. [36] Yumas,M., Rosniati, Pengaruh
[26] Jayus, J., Sony Suwasono , Ike Wijayanti Konsentrasi Starter Dan Lama
,Produksi Bioetanol Secara SHF Dan SSF Fermentasi Pulp Kakao Terhadap
Menggunakan Aspergillus niger, Konsentrasi Etanol, Biopropal Industri ,
Trichoderma viride Dan New Aule 2014: 5 (1): 13-22.
Instant Dry Yeast Pada Media Kulit Ubi [37] Atmaja, D.S., Wuryanti, Khairul Anam,
Kayu, Jurnal Agroteknologi , 2017: 11 Isolasi, Purifikasi Dan Karakterisasi α-
(1): 61-68. Amilase Dari Trichoderma viride FNCC
[27] Zubaidah, E., Kajian Perbedaan Kondisi 6013, Chem Info, 2013: 1(1): 85 – 93
Fermentasi Alkohol Dan Konsentrasi [38] Periadnadi, Diah Kharisma Sari,
Inokulum Pada Pembuatan Cuka Salak Nurmiati, Isolasi dan Keberadaan
(Salacca zalacca), Jurnal Teknologi Khamir Potensial Pemfermentasi Nira
Pertanian , 2010: 11 (2): 94 – 100. Aren (Arenga Pinnata Merr.) dari
[28] Safitrie H, G.S., Erisa Maya Safitri, Dataran Rendah dan Dataran Tinggi di
Meilana Dharma Putra, Pemanfaatan Sumatera Barat, Bioeksperimen, 2018: 4
Kulit Cempedak Sebagai Bahan Baku (1): 29-36.
Pembuatan Bioetanol Dengan Proses [39] Santi , S.S., Pembuatan Alkohol Dengan
Fermentasi Menggunakan Proses Fermentasi Buah Jambu Mete
Saccharomyces Cereviseae , Konversi, Oleh Khamir Sacharomices Cerevesiae,
2015: 4 (2): 52 – 60 Jurnal Penelitian Ilmu Teknik , 2008: 8
[29] Ihsan , F., Anang Wahyudi, Teknik (2): 104-111 .
Analisis Kadar Sukrosa Pada Buah [40] Yunianta, Tri Sulistyo, Apriliastuti, Teti
Pepaya, Buletin Teknik Pertanian , 2010: Estiasih, Siti Narsito Wulan, Hidrolisis
15(1): 10-12 Secara Sinergis Pati Garut (Marantha
[30] Kurniawan, T.B., Siti Harnina Bintari, R. arundinaceae L.) Oleh Enzim α-Amilase,
Susanti, Efek Interaksi Ragi Tape dan Glukoamilase, Dan Pullulanase Untuk
Ragi Roti terhadap Kadar Bioetanol Produksi Sirup Glukosa, Jurnal
Ketela Pohon (Manihot Utilissima, Pohl) Teknologi Pertanian , 2010: 11 (2): 78 –
Varietas Mukibat, Biosaintifika , 2014: 6 86.
(2) : 152-160. [41] Budiarti, G.I., Siswo Sumardiono,
[31] Setiawan, T., Rancang Bangun Alat Kusmiyati, Studi Konversi Pati Ubi Kayu
Destilasi Uap Bioetanol Dengan Bahan (Cassava Starch) menjadi Glukosa secara
Baku Batang Pisang, Jurnal Media Enzimatik, Chemica , 2016: 3(1): 7-16
Teknologi , 2018: 4(2): 119-128. [42] Naiola, E., Seleksi Biak Aspergillus spp.
183
ALOTROP, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2019: 3 (2): 176-184
Penghasil Amilase Untuk Pembuatan , Jurnal Rekayasa Dan Manajemen
Protein Sel Tunggal Dari Tepung Agroindustri , 2016: 4. (2): 42-52.
Ganyong (Canna edulis Kerr.), Berita [46] Melani, A., Fermentasi Limbah Buah
Biologi, 1998: 4(4): 157-162. Nanas Dengan Sacharomyces Cereveceae
[43] Indriani, D.O., Luqvia Noer Islami Menggunakan Proses Hidrolisis, Berkala
Syamsudin, Feronika Heppy Sriherfyna, Teknik , 2012 : 2 (4): 334-363.
Agustin Krisna Wardani, Invertase Dari [47] Warsa, I.W., Faudzia Septiyani, Camilia
Aspergillus niger Dengan Metode Solid Lisna, Bioetanol dari Bonggol Pohon
State Fermentation Dan Aplikasi Di Pisang. Jurnal Teknik Kimia. 2013: 8(1) :
Industri: Kajian Pustaka, Jurnal Pangan 37-41.
dan Agroindustri, 2015: 3(4):1405-1411.
[44] Arnata,I.W.,A.A.M.Dewi Anggreni, Penulisan Sitasi Artikel Ini adalah
Rekayasa Bioproses Produksi Bioetanol Junaini, Elvinawati, Sumpono, Pengaruh Kadar
Dari Ubi Kayu Dengan Teknik Ko-Kultur Aspergillus niger Terhadap Produksi Bioetanol
Ragi Tape Dan Saccharomyces Dari Bonggol Pisang Kepok (Musa paradisiaca L)
Cerevisiae, Agrointek ,2013: 7 (1): 21-28. , Alotrop, 2019: 3(2): 176-184.
[45] Ariefta, G.A., G.P. Ganda Putra, A.A.
Dewi Anggreni, Pengaruh Penambahan
Ragi Tape Dan Waktu Fermentasi
Terhadap Karakteristik Pulpa Biji Kakao

184
ALOTROP, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 2019: 3 (2): 176-184

185

You might also like