Professional Documents
Culture Documents
Bab II Riba
Bab II Riba
TINJAUAN PUSTAKA
Riba berasal dari bahasa arab yang artinya tambahan ()زيادة, yang
menurut istilah adalah mengambil tambahan dari harga pokok atau modal
dengan cara yang bathil. Ada banyak pendapat dalam menjelaskan riba,
akan tetapi secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa
riba adalah pengambilan tambahan, baik itu dalam transaksi jual beli
dengan cara yang dilarang oleh syara’, baik jumlah tambahan itu sedikit
maupun banyak.19
Kemudian menurut Imam Ahmad bin Hambal riba itu adalah ketika
18
Dra. Gibtiah, M.ag, Fiqih Kotemporer, cet-1, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), 74
19
Wasilul Choir, Riba Dalam Perspektif Islam dan Sejarah, Iqtishadia Vol. 1 No. 1 (Juni,
2014), 101
20
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), 38
1
kepada sipeminjam apakah akan melunasi atau membayarnya lebih,
diartikan sebagai:
yang belum ada ketika terjadi akad. Dalam artian lain pertukaran suatu
ukuran syara’, baik itu ketika akan melakukan akad atau akan mengakhiri
akad pertukaran kedua belah pihak ataupun salah satu dari keduanya.23
Ibnu Hajar riba adalah kelebihan, baik itu dalam bentuk uang maupun
barang.24
21
Ibid, 41
22
Ahmad Sarwat, Qiyas: Sumber Hukum Syariah Keempat, (Jakarta: Rumah Fiqih
Publishing, 2019), 10
23
Sudirman, Fiqh Kotemporer (Cotemporery Studies Of Fiqh). (Yogyakarta: CV Budi
Utama, 2018), 377
24
Heri sudarsono, Bank dan Keuangan Lembaga Syari’ah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004),
2
10
3
Selanjutnya menurut M. Umer Captra riba secara harfiah berarti
tetap sama, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa riba adalah
وما آَتْيُت م ِربا لِي رب و ِِف َْأم واِ ل ِس فََل ي ِ ْعن َد ۖ وما آَتْيُت م ََزكاة
ْ ََ َ َُ َْ ً ْ ََ
م ْن ِ ِ
ا لّ ه َْ رُبو النّا م ْنِ
ُتِري ُدو و جه ا لِّ ه َفُأوََٰلئِ ُه م ْضعُِ فو َن
ُ َ ْ َ
َك الْ م َن
ُ
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada
sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan
26
(pahalanya)”.
tersebut mencakup semua cara riba tanpa terkecuali, bagi para pemilik
4
harta,
25
Widyaningsih, Bank dan Asuransi dalam Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), 25
26
QS Ar.Rum [30]:39
5
Allah SWT juga menjelaskan bagaimana cara mengembangkan harta yang
baik dan benar. Dengan berzakat inilah cara untuk melipatgandakan harta,
orang- orang yang melakukan praktik riba yang tujuannya mencari muka
ريSِوَأ ْخِذ اِلّربا و ن ُ َ َوأَ َْأموا الّنا بِاْلَبا ِط ۖ وأَ ْعَت لِْل َكاف
َ َ َ َ
ْدنَا ِ
َق ُهوا ْعنُه ْكلِ ه م َل س ِل ِ
َن ْ م ه
ُ
ْد
ِ ْمنُه َعَذاًبا َألِي ًما
ْم
“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan
harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu
siksa yang pedih”.28
Menurut Ibnu Katsir bhwa pelaku riba tidak puas dengan apa yang
sudah menjadi pembagian Allah dari perkara yang halal, dan tidak pernah
bathil dengan memakan harta orang lain dengan cara yang buruk. Artinya
1
kenikmatan. Mereka melakukan dzalim juga berdosa dikarenakan
27
Sayyid Quthb, Tafsir Ayat Riba, terj. Ali Rohmat (Jakarta: Jagakarsa, 2018), 157-159.
28
QS An.Nisa [4]:161
1
lain dengan cara yang bathil. Segala sesuatu yang terkait dengan
bahwa riba tidaklah sejalan dengan iman, dan Allah melarang orang-orang
untuk memakan riba, dan didalamnya pun menjelaskan agar menjauhi riba
ِّ ال ك ما ي الّ ِذي ي ت خّبُطه الّشيَطا ِ اْل ّ ِاّل ِذي يْأ ُكُلو ال ربا الَ ي قومو إ
ْ ُ ََ َ َ َ ُ َُ َ ِّ َ
ِ
م م َُُقوم َن ن َن
ّ َ َ
ن
َ
َك بَِأنّ ُه ْم َقاُلوْا َجاءُه َمْ و َنا
ِعَظٌة إ اْلَبْي
1
َذلِ ُع ِمْث ل اِلّرَبا َوَأ َح ّل اّلُه اْلَب
ُ
ْي َع َو َ ّحَرم اِلّرَبا َف َمن
ُ النّا ُه ْم ُ ْ َ َعا َد ّرب َ َ َف َوَْأم رُه َإَِل ََو ِّمن
ُ
َفُْأوَلئِ ك ص ِر اّلِ ه م ِّه فَانَت َه ى َف َلُه م س
َ
َ َأ
ُا ْن ا َل
ّص َواّلُه ل ّ َ ّك فا ر ﴾ ََْ َي٢٧٥﴿ فِي َها َخاُلِ دو َن
ُ ُق ا لُّه َويُِْرِب
ُ
َدَقا الَ ُِي ُك ِِ اِّلْرَبا ال
ْب ِت
َ َْوأََق ُا م ّ َلص وآَت وا
َ ﴾ إِ ّن الّ ِذي ن آ منُوْا و ّ َِل٢٧٥﴿ أَثِي م
صا
ُ َ َ َ َ
واْ ال ة الَّزكاَة ُْل م َعمُلواْ ال ِت
29
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
terj.
Syihabuddin, cet-1 (I; Jakarta: Gema Insani, 1999), 700
30
QS Al.Imran [3]:130-131
31
Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dan
Kehidupan Masyarakat, cet-1 (Bandung: PT. Mizan Putaka, 1992), 260-261
1
ي لع خ ر
ّ
ِ عِ َأ جره
َ
ْ َ
ُ َ َْ ْ َ َ َ ُُ ْ
َيا َأي ْ َها اّل ِذي َنS﴾٧٧٥﴿ زُنو َنSْم ن بِ ْم و َال و ِه ْم و َال ه َي
مُنوْاSَآ ْم ٌف
ّ ﴾٢٧٥﴿ اّتُ قوْا اّلَه ََوُذ َما َبِق ِم ن اِلّرَبا ُك ْم َي
َ
َْفِإن ل َتْ ف عُلواْ َفأ ِإِن ن تم ؤِمن رواْ ي
َ ْ ُ َ
َذُنوْا
ِ ِ ِ ِ
َِبَْر ُ ِّم اّل ه ََور َوإِن ت َف َل ُك ُُرؤو أَْ َم والُك َال َتْظل ُمو َوال
َن ْم ُْبُت ْم ْم س ُسولِه ن
ُ َ
ّ﴾ و َكا َن ُذو ع سرة َف َن مي وأَ ص خي ر ل٢٧٥﴿ ُتظْلَ مو َن
ٌْ َ َ َ ْ َ َ ُْ َ ُ
ظرةٌ إََل سرة ن َت ّدقُواْ ُك ْم ِ ِ إن ِ
ََ َ
إِن ُكنُت م َت عَل مو َن ﴿ واُّتق وْا ي وما تُر جعو َن فِي ه َإَِل ُُّث ت ُك ِ ّما
ُ َ ْ ً َْ َ ُ ْ ْ
ّ ا لِ ه ّوّف ل نْ ف ﴾١٢٥
َ ْ ُ ّ
َ
﴾٠٢٥﴿ ال ُيظَْل ُمو َن َ ه ْمSَك ْت َ ُو
سَب
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
َ
berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni- penghuni neraka mereka kekal didalamnya. (275)
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu
berbuat dosa. (276) Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (277) Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman. (278) Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
1
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (279) Dan jika (orang yang
berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)
itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (280) Dan
peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada
waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian
masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa
yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan). (281).32
32
QS Al.Baqarah [2]:275-281
2
Dalam tafsir Ibnu Katsir penjelasan tentang ayat 275 adalah bahwa
hari kiamat seperti orang gila yang mengamuk. Allah menegaskan bahwa
ditetapkan Allah. Riba yang dulu sudah dimakan sebelum turunnya ayat
yang kembali lagi kepada riba setelah menerima larangan dari Allah,
Nya juga melarang mereka untuk mengerjakan hal yang bisa mendekatkan
Allah selalu mengawasi segala sesuatu yang mereka buat. Wa dzaruu maa
baqiya minar ribaa (Dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut)
berupa lebihan dari pokok yang harus dibayar orang lain, setelah datang
2
yang sudah
2
menetapkan kepada kalian berupa penghalalan jual beli dan pengaraman
agar kalian bersabar jika orang yang meminjam dalam kesulitan untuk
kebaikan dan pahala yang melimpah atas hal tersebut. Maka Allah
menyedekahkan sebagian atau semua utang itu lebih baik bagi kalian, jika
dan segala yang ada dimuka bumi, selanjutnya akan datang alam akhirat
pahala sesuai dengan perbuatan mereka baik itu yang baik maupun yang
2
ilallaahi tsumma tuwaffaa kullu nafsim maa kasabat wa hum laa
yudhlamuun (Dan peliharalah dirimu dari adzab yang terjadi pada hari
yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah kemudian
masing- masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah
سب ُحوًبا أَْي م ّعلَِي ه و سل َع ْن ُهرْي َرة َقا َل َقا َل َر َصلّى
َْ َ َ َ َْ ََ
َرهاSَُس اِلّربا ُعو َن اّلُه ُس ُو ل ا لِّ ه َِأِب
َ
َأ ْن يَْن ِك َح اّلر ُج ل ُّأمُه
ُ
33
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ibid, 430-436
34
Isnaini Harahap, et al., Hadis-hadis Ekonomi, cet-2 (Jakarta:Kencana, 2017), 190
35
Ibid, 191-192
2
“Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Riba itu
mempunyai tujuh puluh pintu (dosa), yang seringan-ringannya
adalah dosa seseorang yang menikahi ibunya sendiri.” (HR. Ibnu
Majah).36
ه فSِِ ر ِ ِِ َب َُاS َمSما فَ ََأSَح ّج ًا
ُيَ فَة َقا َل ُت أَِِب ا ْشَت َأخب رِِن ع و ن ب
رتSُك َس رى َ ْ ُن َِأِبْ ُج َْ َرَأْي
َ ُ َ ْ
َ
َف َسَأْلُتُه َع َك َقا َل إِ ّن َر َصلّى َعَْليِ ه َو َسلّ م نَ َعْن مَ ِن ال ّدِم
َ ِن ذل
َومَ ِن َهى ا لُّه ُس َول ا لِّ ه َ ْ
َِص
اْل َ ْك ل ِب ِب َوََل ع ن َواْل ُم ْسَت وآكِ ل َُوموكَِلُه َوََل ع ن
َ َ َ َ
َّور ِ ِ ِ اأَل
اْل ُم الِّرَبا وَِشَة ة
َ ِشا
َ َو ل
ْ ا ةم َ ََوك
ْ
ْس
“Diriwayatkan oleh A’un bin Abi Juhaifa: ayahku membeli seorang
budak yang pekerjaannya membekam (mengeluarkan darah kotor
dari kepala). Kemudian ayahku memusnahkan peralatan bekam
sibudak tersebut, aku bertanya kepada ayah kenapa beliau
melakukannya. Ayahku menjawab bahwa Rosulullah SAW,
melarang untuk menerima uang dari transaksi darah, anjing dan
kasab budak perempuan. Beliau juga melaknat pekerjaan penato
dan yang minta ditato, menerima dan memberi riba serta beliau
melaknat para pembuat gambar”. (HR. Bukhari).37
Dari Abu Said Al-Khudri:
رSم ِِ ِ ِ ِ Sِ
ُ ْ ر َوال ّشعرُي بال ّشع ري َوالّتSِّ ر باْلُبSّْض ة َواْلُب ب ِب ّضُة
ُ
ال ّذ
ل ُحSْر َواْل ِمSِبِالّت ْم ِ ِ
بِالّذ َه واْل ف بِالْ ف َه
َ
ِِ ِ ِِ
ِ
مل ِح مْثًَل ِبْث ل ًَي دا بَي د َف َنم َزا َد َأِ و ا ْسَت زا َد فَاآق ْل ِدخَْأَرذَب َواْل ُم ْعط فيهى َسوٌاء
ْ باْل
َ ُ ْ
“Jika emas dijual dengan emas, perak dengan perak, gandum
dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, dan
garam dengan garam, bayaran harus tangan ketangan (tunai).
Barangsiapa menambah atau meminta tambahan, sesungguhnya ia
telah berurusan dengan riba. Penerima dan pemberi sama-sama
bersalah.” (HR. Muslim).38
2
A.3. Macam-macam Riba
Menurut ulama fiqih riba terbagi 2 macam yaitu riba fadl dan riba
nasi’ah.
36
Ibid, 192
37
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), 52
38
Ibid, 53
2
1). Riba Fadl
Riba fadl adalah riba yang terjadi pada jual beli dengan barang
yang sejenis, dengan meminta tambahan. Dan kelebihan pada salah satu
takaran tertentu. Misalnya satu kilo gram beras dijual dengan satu setengah
kilo gram beras yang sama, kelebihan setengan kilo gram dalam jual beli
ini disebut dengan riba fadl. Apabila jenis barang yang dijual belikan
tunai. Misalnya satu kilo gram beras ditukar dengan dua kilo gram jagung,
maka satu kilo gram jangung tidak dipandang sebagai riba fadl. Hal ini
Menurut ulama Hanafiah dan Hanabilah dalam jual beli harus memiliki
prinsip keadilan dan keseimbangan. Jika tidak ada adil dan seimbang maka
akan timbul kedzaliman. Oleh sebab itu kelebihan salah satu barang dalam
jual beli barang sejenis merupakan kelebihan tanpa imbalan yang sangat
2
Berdasarkan hadist dari Ubadah Bin Shomid diatas adalah menurut
riba fadl itu adalah kelebihan barang atau benda dari parang sejenis yang
kail). Oleh sebab itu berdasarkan illat ini, mereka tidak mengharamkan
pada kelebihan jual beli rumah, tanah, hewan, dan benda lainnya yang
keharaman riba fadl pada emas dan perak terletak pada kedua barang itu
merupakan harga dari sesuatu, baik emas dan perak itu telah dibentuk
batangan. Oleh sebab itu emas dan perak, apabila sejenis tidak boleh
diperjualbelikan dengan cara melebihkan harga salah satu dari yang lain.
Misalnya, dua gram cincin emas dijual dengan satu gram emas batangan,
maka kelebihan dari cincin satu gram itu termasuk riba fadl. Sementara
illat keharaman riba fadl pada empat jenis makanan sebagaimana telah
2
Oleh sebab itu apa bila kelebihan pembayaran pada makanan jenis ini
diperjualbelikan, boleh melebihi harga dari jenis lain asalkan dengan cara
tunai.
yang berutang kepada pemberi utang (pemilik modal) ketika waktu yang
tenggang waktu jatuh tempo ini yang dinamakan riba nasi’ah. Apabila
dan jumlah utang akan bertambah pula. Mengacu pada pengertian riba
yang mana telah dijelaskan diawal, riba an-nasi’ah tidak hanya terjadi
pada hutang piutang saja melainkan juga dapat terjadi pada jual beli barter
barang yang sejenis maupun tidak sejenis. Misalnya, pada barter barang
yang sejenis membeli barang satu kilo gram beras dengan dua kilo gram
beras yang akan dibayar pada satu bulan yang akan datang. Kemudian
pada barter pada barang yang tidak sejenis, seperti membeli satu kilo gram
terigu dengan dua kilo gram beras yang akan dibayar pada dua bulan yang
akan datang. Kelebihan pada salah satu barang sejenis maupun tidak yang
riba nasi’ah.39
2
39
Drs. Harun M.H, Fiqh Muamalah, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2017),
154-155
2
Dalam hal ini Allah telah mengharamkan dalam Qur’an surat Al-
Baqarah:
280
tetapi harus diberi waktu tenggang lagi (tempo). Sedangkan jika orang
yang berhutang tersebut memiliki uang untuk membayar hutang dan tidak
kesusahan itu dengan cara membebaskannya dari utang baik sebagian atau
ada riba yad, yaitu riba yang dilakukan karena berpisah dari tempat akad
sebelum serah terima terjadi. Dan yang kedua adalah riba qardhi yaitu
hutang dengan syarat ada keuntungan untuk sipemberi hutang. Akan tetapi
secara umum kedua riba tersebut termasuk dalam riba nasi’ah dan riba
fadl.41
2
40
QS Al.Baqarah [2]:280
41
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006), 290
2
A.4. Sejarah Riba
riba sudah dikenal sejak peradaban yunani kuno, yaitu pada zaman hukum
Nabi Musa AS yang dianggap sebagai larangan anti riba tertua. Pada
adanya praktek riba. Demikian juga dengan kaum Yahudi, Nasrani, dan
orang Yahudi dikenal sebagai golongan pelepas uang dan sebagai perintis
juga terjadi pada bangsa arab pra-Islam, dimana riba dilakukan dengan
berlipat ganda baik yang berupa uang maupun berbagai jenis komoditi,
serta perbedaan umur juga berlaku pada binatang ternak. Apabila sudah
terjadi jatuh tempo, pihak yang memberi hutang akan menanyakan kepada
42
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terj. Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: PT Al-Ma’arif,
1996), 176
43
Dawan Raharjo, Persepektif Deklarasi Makkah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), 134
2
waktu pembayarannya). Apabila hutangnya tersebut berupa uang atau jenis
ganda lagi.
Pada zaman Jahiliyah juga sudah ada praktek riba yakni riba. Pada
masa itu ada dua orang yang mulai mempraktekan riba yaitu Abbas dan
saja, dan salah satunya ketika haji wada’ Beliau menghapus dan melarang
akan tetapi Allah SWT menggunakan metode secara gradual (step by step).
riba tidak kaget, dengan maksud membimbing manusia secara mudah dan
44
Sayyid Sabiq, Op.cit, 180
2
a) Tahap pertama: ayat berupa nasihat, yang berisi tentang Allah tidak
hidayah dari Allah adalah dengan cara menjuhi riba, dalam ayat ini
Ar-Rum:39.
b) Tahap kedua: ayat berupa peringatan, yang berisi tentang riba yang
memakan riba. Dalam ayat ini Allah juga menggambarkan lebih tegas
lagi tentang riba melalui riwayat kaum Yahudi meskipun tidak terus
riba. ayat ini menegaskan bahwa pelarangan riba sudah terdapat dalam
agama Yahudi. Hal ini memberikan isyarat bahwa akan turun ayat
c) Tahap ketiga: ayat berupa pengharaman, yang berisi tentang Allah tidak
2
sejak zaman jahiliyah dahulu, dengan cara sedikit demi sedikit sehingga
untuk menunjukkan emas dan perak yang disimpan oleh mereka. Resit
adalah pengakuan atau bukti bahwa bilangan atau suatu barang tertentu
atau jumlah uang tertentu telah diterima. Resit tersebut boleh digunakan
Secara perlahan- lahan resit diterima sebagai uang dan duit emas dan perak
menjadi simpanan
45
Wasilul Choir, Riba Dalam Perspektif Islam dan Sejarah, Iqtishadia Vol. 1 No. 1, (Juni,
2
2014), 106-107
3
bagi resit tersebut. Kemudian saudagar emas mulai sadar bahwa orang-
resit sebagai bayaran kepada orang lain. Saudagar emas yang kemudian
menjadi pemilik bank setelah memerhatikan hal ini sekian lama, mulai
sebagai banknote.
Kata bank berasal dari Italia yaitu banca yang berarti tempat
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
banyak.47
46
Murabbi, Riba: Pengertian dan Kesannya Kepada Masyarakat dan Negara, 2010,
Diakses tanggal 31 Agustus 2019 dari https://shairozihashim.blogspot.com/2010/03/riba-
pengertian-dan- kesannya-kepada.html
47
Dr. H. Sudirman, S.Ag, M.Ag, Fiqh Kotemporer (Cotemporery Studies Of Fiqh),
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), 381
3
(penabung) dengan memberikan bunga, kemudian bank meminjamkan
Bunga bank adalah ketetapan nilai mata uang oleh bank yang
(tambahan) tetap sebesar beberapa persen. Dengan kata lain bunga bank
dana baik perorangan maupun badan usaha, yang berguna untuk investasi
sejumlah imbalan yang diberikan oleh bank kepada nasabah atas dana
pokok simpanan dan jangka waktu simpanan ataupun tingkat bunga yang
48
Ibid, 382
49
Kamus Bahasa Indonesia, Diakses tanggal 1 September 2019 dari
3
http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/bunga_bank.aspx
3
merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh:
jasa, seperti:
50
Andrianto, S.E, M.Ak, et al., Manajemen Bank, (CV. Penerbit Qiara Media, 2019), 29
3
bunga simpanan tinggi maka secara otomatis bunga pinjaman juga akan
ikut naik begitu juga sebaliknya, ketika bunga simpanan turun maka
jasa dari bank untuk nasabah. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (pihak yang memperoleh
pinjaman) dan harga yang harus dibayar oleh bank kepada nasabah (pihak
adalalah:
3
2). Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit, seperti:
barang tidak bergerak dan penggunaan jangka waktu atas kredit ini
berjangka panjang.
perdagangan.
bank hanya menyimpan uang milik nasabah berarti uang didalam bank
dapat membayar bunga tabungan dan deposito yang berada dalam bank.
transaksi pinjam
3
51
Ibid, 22-24
3
meminjam tersebut di dalamnya terdapat bunga, dan dalam transaksi
nasabah sangat rentan digunakan atau diputar oleh bank untuk bisnis yang
52
Arifin Muhammad Badri, Riba dan Tinjauan Kritis Perbankan Syari’ah, (Bogor: Pustaka
Darul Ilmi), 43-44