You are on page 1of 6

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama Mahasiswa: Laurensius Bernardus Palit


Asal Institusi : SD Inpres Woloan 2

Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

N Masalah yang Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis


o telah eksplorasi
diidentifikasi penyebab masalah

1 Rendahny motivasi Kajian Literatur :


peserta didik  Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk 1. Guru tidak banyak
dalam materi gerak membangkitkan gairah belajar siswa sehingga kegiatan mengetahui strategi
dasar atletik dalam belajar dapat berjalan dengan baik. Adapun pengertian pembelajaran PJOK
pembelajaran motivasi belajar menurut Sardiman (2018:75) adalah untuk menarik
PJOK di kelas “Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang perhatian peserta
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan didik.
dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek 2. Peserta didik tidak
belajar itu dapat tercapai” mengerti atau malu
 “Guru profesional termasuk juga guru PJOK diharapkan untuk bertanya.
mampu merancang pembelajaran yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk 3. Guru menggunakan
berpastisipasi aktif dalam proses pembelajaran” (Yulianto, metode ceramah
Roesdiyanto, & Sugiharto, 2017). dalam pembelajaran
 Motivasi merupakan komponen penting yang dapat PJOK
mendorong siswa untuk belajar (Amna Emda, 2017;
Harianto & Hartati, 2016)
4. Guru tidak
Berikut ada beberapa kendala peserta didik dalam mengetahui karakter
pembelajaran PJOK : peserta didik
 Peseta didik hanya menerima saja apa yang dijelaskan guru.
 Peserta didik tidak pernah bertanya kepada gurunya.
 Peserta didik kesulitan untuk menjawab pertanyaan guru.
 Kurang semangatnya peserta didik dalam merespon guru.
 Peserta didik tidak banyak berlatih bersama teman atau
mandiri dan lebih banyak bermain.

 Tidak adanya program literasi 1. Guru PJOK tidak


 Hanya sedikit peserta didik yang berkunjung ke membuat program
perpustakaan. literasi
 Tidak ada pojok baca pada ruang kelas.
 Siswa tidak menjawab tugas dengan baik meskipun sudah 2. Perpustakaan yang
ada di buku paket. tidak menarik dan
tidak ada jadwal
Wawancara teman sejawat ( Julianty Taroreh, S.Pd ) : kunjungan kelas ke
perpustakaan.
1. Guru kurang memberikan pemahaman dan manfaat dengan
materi pembelajaran atletik dalam PJOK
3. Guru tidak
2. Peserta didik kurang percaya diri untuk bertanya jika tidak
menyediakan pojok
mengerti.
baca di ruang kelas
3. Guru kurang memberikan contoh materi gerak dasar atletik
dalam pembelajaran PJOK.
4. Siswa tidak
4. Guru kurang memahami pola belajar anak dalam memahami
membaca materi di
materi pembelajaran buku paket.

Wawancara Kepala Sekolah ( Fivie E.M. Seke, S.Pd) :

1. Peserta didik kurang mengembangkan pemahaman materi


dengan menggunakan referensi lain baik di materi awal
pembelajaran hingga materi selanjutnya.
2. Materi ajar yang diajarkan sehingga kadang kurang menarik.

Wawancara dengan Pakar ( Drs.Andre Kojongian ) :

1. Peserta didik kurang tertarik dengan materi pembelajaran


atletik.
2. Pembelajaran yang monoton sehingga peserta didik kurang
antusias dalam pembelajaran atletik.

Guru memberikan Pembelajaran inovatif disekolah merupakan strategi 3. Guru tidak memiliki
materi pembelajaran yang menekankan kepada penyampaian materi pengetahuan metode
pembelajaran yang pembelajaran pada kepada siswa, yang berupa ekpositori, pembelajaran
kurang inovatif inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, peningkatan
kemampuan berfikir, pembelajaran koperatif, pembelajaran 4. Guru sering
kontekstual, pembelajaran afektif, dan pendekatan ilmiah. membaca 1 sumber
Sebuah pembelajaran yang dilakukan disekolah membutuhkan dalam pembelajaran
2 perbaikan atau pembaruab yang dapat membantu proses PJOK.
pembelajaran menjadi menarik dan tidak monoton, karena
peserta didik membutuhkan suasana pembelajaran
menyenangkan yang dapat mudah dalam memahami materi 5. Guru jarang
yang disamapaikan pendidik sesuai pembahasan yang ada. mendapatkan
Pembentukan karakter siswa juga harus dikembangkan, antara pelatihan
lain, karakter toleransi dan cinta damai untuk lebih ditonjolkan, pembelajaran
karena kemajemukan bangsa dan negara Indonesia. Metode inovatif
pembelajaan inovatif ini bertujuan agar peserta didik merasa
nyaman dan senang dalam pembelajaran namun tidak 6. Guru tidak mau
melupakan aspek terpenting yaitu materi yang dapat dipelajari bertanya ke rekan
dalam kehidupan sehari-hari. Teknik yang digunakan dalam kerja mengenai
penelitian ini adalah teknik observasi dan wawancara. pembelajaran
inovatif
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pensa/article/
download/1015/707/

 (Ramadhani, 2020),”Dengan pembelajaran yang inovatif


diharapkan siswa mampu berpikir kritis dan terampil dalam
memecahkan masalah”. Siswa yang seperti akan mampu
menggunakan penalaran yang jernih dalam proses
memahami sesuatu dan mudah dalam mengambil pilihan dan
juga membuat keputusan. Pemnbelajaran inovatif juga
menuntut kreativitas guru dalam mengajar. Dalam hal ini
guru dituntut untuk tidak monoton.
 Selanjutnya dijelaskan bahwa Pembelajaran inovatif lebih
mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Proses pembelajaran dirancang, disusun dan dikondisikan
untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat
pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang
sangat penting, karena dari sinilah seluruh rancangan proses
pembelajaran dimulai. Pembelajaran pada hakikatnya adalah
suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada disekitar peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan
proses belajar. (Dasopang, 2017)
 Usaha guru atau pendidik membimbing, mengarahkan atau
mengorganisir belajar. Pembelajaran adalah satu upaya
kegiatan enyampaian bahan pelajaran kepada peserta ddik
atau peserta didik agar ia dapat menerima, memahami,
menanggapi, menghayati, memiliki menguasai dan
mengembangkannya (Hanafi, 2019

Kondisi di Lapangan :
1. Guru sering menggunakan metode ceramah.
2. Pembelajaran yang monoton, sehingga peserta didik kurang
antusias dalam pembelajaran PJOK.
3. Guru belum memahami setiap karakteristik dan model-model
pembelajaran yang inovatif
4. Guru jarang menggunakan pembelajaran inovatif

Wawancara Teman Sejawat (Julianty Taroreh,


S.Pd):
1. Kurangnya media pembelajaran guru terhadap model-model
pembelajaran
2. Kurangnya dalam mengeksplorasi kondisi karakteristik
peserta didik
Wawancara Kepala Sekolah (Fivie E.M. Seke,
S.Pd):
1. Keinginan guru dalam meningkatkan kemampuanya dalam
mempelajari model-model pembelajaran masih rendah
2. Guru belum terbiasa untuk mengenal model-model
pembelajaran inovatif.
Wawancara dengan Pakar ( Drs.Andre Kojongian ) :

1. Sarana dan prasaranya kurang memadai.


2. Kurangnya waktu untuk mengembangkan materi

3 Masih banyak Kajian Literatur : 1. Peserta didik


. peserta didik yang merasa tegang
belum memahami  Pada konteks pengalaman belajar siswa akan menemui dan takut untuk
materi literasi dan ketika menyelesaikan permasalahan dalam soal cerita atau bertanya ketika
numerasi bacaan yang diberikan oleh guru semuanya membutuhkan ada yang belum
mengerti
numerasi (Ratnasari, 2020)
2. Peserta didik
 Pada saat siswa memasuki usia awal sekolah dasar, kurang berlatih
kemampuan numerasi berubah menuju tahap pengetahuan sehingga
kemampuan
numerasi dimana kemampuan numerasi berkembang ke arah
numerasi masih
konsep abstrak sedangkan pada tahap numerasi formal, kurang
siswa mulai mempelajari operasi matematika yang lebih 3. Minimnya
kunjungan
rumit karena siswa akan belajar mengoperasikan aritmatika
peserta didik di
dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan perpustakaan.
pembagian (Mahmud & Pratiwi, 2019) 4. Terbatasanya
 Kemampuan literasi numerasi yang dimiliki peserta didik ketersediaan
seharusnya sudah mampu untuk bernalar (Dantes & literatur di
sekolah
Handayani, 2021).

Kondisi Lapangan :
1. Rendahnya kemampuan berhitung dan nalar
peserta didik
2. Peserta didik kurang memahami konsep
pengurangan
3. Rendahnya kemampuan dasar peserta didik membaca
dan memahami bacaan.
4. Peserta didik lebih suka mendengarkan
5. Lingkungan dan iklim belajar yang kurang mendukung

Wawancara Teman Sejawat (Julianty Taroreh,


S.Pd):

1. Peserta didik kurang memahami matematika dasar


2. Peserta didik dalam mengerjakan tugas tidak teliti
dan terburu-buru dalam menghitung
Wawancara Kepala Sekolah (Fivie E.M. Seke,
S.Pd):

1. Kurangnya minat baca dari peserta didik dan


arahan bimbingan guru kepada peserta didik untuk
membaca literatur
2. Kurangnya perhatian orang tua peserta didik.

Wawancara dengan Pakar ( Drs.Andre Kojongian ) :

1. Kurangnya perhatian orang tua peserta didik

Peserta didik tidak


aktif
kegiatan pembelajaran
2. Peserta didik tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran.

4 Peserta didik belum Kajian Literatur : 1. Guru belum


. memahami tentang 1. Menurut Hasyim dkk, (2019) materi pada penelitian membiasakan
yang berjudul ”PENINGKATKAN HIGHER peserta didik
HOTS ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DAN untuk berpikir
KERJASAMA ANTAR PESERTA DIDIK tingkat tinggi
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN 2. Guru terbiasa
PROBLEM menggunakan
BASED LEARNING (PBL)” bahwa Keterampilan pembelajaran
berpikir HOTS diukur melalui beberapa indikator, konvensional
yaitu : 3. Pemahaman
 Menganalisis (Analyze) guru akan
 Mengevaluasi (Evaluate) pembelajaran
 Mencipta (Create)
Berdasarkan indikator tersebut dapat diketahui bahwa HOTS masih
(HOTS) tidak hanya menekankan kepada kemampuan minim
mengingat saja atau menghafalkan suatu fakta dan teori-
teori yang telah ada, melainkan peserta didik harus
mampu menganalisis satu sama lain, serta peserta
didik mampu menuangkan ide untuk menciptakan cara-
cara baru dengan kreatif untuk mencari solusi terkait
permasalahan-permasalahan yang ditemukan.

https://www.jurnalfai-
uikabogor.org/index.php/attadib/article/view/627

2. Menurut Ernawati (2017:196-197), berpikir tingkat


tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS)
merupakan cara berpikir yang tidak lagi hanya
menghafal secara verbalistik saja namun juga
memaknai hakikat dari yang terkandung diantaranya,
untuk mampu memaknai makna dibutuhkan cara
berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis,
mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju
penciptaan ide-ide
kreatif dan produktif.
3. Kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order
Thinking Skills (HOTS) adalah proses berpikir
yang mengharuskan murid untuk memanipulasi
informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang
memberi mereka pengertian dan implikasi baru
(Gunawan, 2012:171)

Kondisi Lapangan :
1. Peserta didik cenderung hanya bisa mengerjakan
soal-soal yang pernah dibuat soal latihan oleh
gurunya
2. Masih terdapat guru yang tidak memahami dan
kurang menerapkan pembelajaran berbasis
HOTS (mulai dari, indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, desripsi
kegiatan pembelajaran, hingga soal-soal HOTS
3. Peserta didik belum terbiasa mengerjakan
berbasis HOTS
Wawancara Teman Sejawat (Julianty Taroreh,
S.Pd):
1. Guru kurang mengikuti pelatihan berkenaan
dengan HOTS.

Wawancara Kepala Sekolah (Fivie E.M. Seke,


S.Pd):
1. Guru yang masih menerapkan pembelajaran yang
belum berbasis HOTS, cenderung memberikan
soal- soal ulangan harian, MID dan Akhir
semester dengan soal LOTS (kemungkinan untuk
mengurangi nilai rendah dari peserta didik).
Wawancara dengan Pakar ( Drs.Andre Kojongian ) :

1. Guru kurang membiasakan peserta didik berpikir


tingkat tinggi
5 Kurangnya 4.
pemanfaatan
teknologi
pembelajaran yang
diberikan

You might also like