Professional Documents
Culture Documents
CVP analysis ini dapat dimulai dengan menentukan titik impas. Titik impas (break even
point) adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, titik di mana laba sama
dengan nol. Menurut Hansen dan Mowen (2009:4), titik impas (break even point) adalah titik
di mana total pendapatan sama dengan total biaya, titik di mana laba sama dengan nol. Untuk
menentukan titik impas dalam unit, berarti kita menentukan jumlah unit yang harus dijual
untuk mencapai impas atau menghasilkan target laba.
Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan (equation method)
dan metode margin kontribusi (contribution margin method).
Metode persamaan menggunakan data-data dari laporan laba rugi yang disusun
dengan format kontribusi. Format laba rugi dapat disajikan dengan persamaan sebagai
berikut:
Beban Tetap
Titik impas dalam unit yang terjual =
Margin Kontribusi per Unit
c. Metode Grafik
Analisis titik impas juga dapat dibuat dengan menggunakan grafik. Grafik
tersebut dapat dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit produk dan sebuah
garis vertikal (y) untuk menunjukan nilai penjualan dan biaya.
2) Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan 45 yang ditarik dari
titik 0 perpotongan garis x dan garis y sebagai garis penjualan.
3) Buat garis horizontal untuk menunjukan jumlah biaya tetap pada berbagai level
unit penjualan.
4) Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai level unit penjualan
yang ditarik dari perpotongan garis y dengan garis biaya tetap. Daerah yang
berada di antara garis ini dengan garis biaya tetap di bawahnya menunjukan
kisaran biaya variabel.
5) Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan garis total biaya. Tarik
garis ke kiri untuk menunjukan jumlah penjualan dalam satuan uang dan tarik
garis vertikal ke bawah untuk menunjukan titik impas dalam unit penjualan.
6) Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan sebaliknya arsir
daerah segitiga di sebelah kiri bawah titik impas sebagai daerah rugi. Daerah
arsiran ini menunjukan bahwa penjualan yang lebih kecil dari titik impas akan
menimbulkan rugi dan sebaliknya penjualan yang lebih besar akan memberikan
laba.
Rasio margin konstribusi adalah bagian dari setiap rupiah penjualan yang tersedia untuk
menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba. Maka berdasarkan pengertian tersebut dapat
dirumuskan:
Untuk biaya tetap, terdapat tiga kemungkinan: jika biaya tetap yang sama dengan margin
kontribusi, maka laba operasi sama dengan nol dan perusahaan berada dalam keadaan impas.
Jika biaya tetap yang lebih kecil dari margin kontribusi maka perusahaan menghasilkan laba
(atau laba operasi positif) dan terakhir, jika biaya tetap yang lebih besar dari margin
kontribusi, perusahaan mengalami kerugian operasi. Jadi, titik impas dalam rupiah penjualan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
D. Perencanaan Laba
Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan asumsi mengenai
gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan
yang diinginkan. Salah satu perencanaan yang harus dibuat oleh perusahaan adalah
penyusunan perencanaan target laba. Perencanaan laba merupakan hal penting bagi
korporasi/perusahaan untuk proses merencanakan keuangan. Berdasarkan perencanaan ini,
manajer keuangan dapat menentukan aktivitas korporasi untuk mencapai laba yang
ditentukan. . Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu:
1. Biaya.
Biaya yang timbul dari perolehan atau pengolahan suatu produk atau jasa akan
mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. Biaya memengaruhi secara
langsung terhadap tingkat keuntungan perusahaan karena dalam setiap aktivitas usaha
tidak akan terlepas dari pengorbanan yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan usaha.
2. Harga Jual.
Harga Jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk
atau jasa yang bersangkutan. Harga mempunyai peranan yang penting sebagai alat
bantu untuk sukses dalam strategi pemasaran. Harga merupakan pertanda bagi pembeli,
instrumen persaingan, dan cara meningkatkan kinerja finansial. Ketika dilakukan
penetapan harga, berarti sudah dibuat sebuah rangkaian dari strategi pemasaran.
3. Volume (penjualan dan produksi).
Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa
yang bersangkutan. Volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya
produksi. Volume penjualan adalah “pencapaian yang dinyatakan secara kuantitatif dari
segi fisik atau volume atau unit suatu produk”. Volume penjualan merupakan suatu
yang menandakan naik turunnya penjualan dan dapat dinyatakan dalam bentuk unit,
kilo, ton atau liter.
Asumsi penting dalam analisis CVP adalah harga jual dan biaya diketahui dengan pasti
(certainty). Dalam prakteknya, asumsi ini jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian sering
terjadi dalam lingkungan bisnis yang dinamis dan banyak mengalami perubahan. Risiko dan
ketidakpastian menjadi bagian penting yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan bisnis.
Laba Operasi = (Harga x Jumlah Unit Terjadi) - (Biaya Variabel per unit x Jumlah unit terjual) - Total Biaya Tetap
F. Hubungan Cost Volume Profit Analysis (CVP) dan Laporan Laba Rugi
Analisis Cost Volume Profit Analysis (CVP) adalah sebuah alat untuk membantu para
manajer mengerti akan hubungan antara biaya, volume dan laba dengan fokus pada interaksi
antara harga produk, volume aktivitas, biaya variabel per unit, total biaya tetap, dan produk
campuran yang terjual. Analisis CVP ini merupakan sebuah alat yang vital yang digunakan
dalam membuat keputusan-keputusan bisnis seperti menentukan produk apa yang harus
diproduksi atau dijual, kebijakan harga seperti apa yang harus digunakan, strategi pemasaran
seperti apa yang harus dilaksanakan, dan fasilitas yang produktif seperti apa yang diperlukan.
Di dalam analisis CVP ini, analisis yang paling umum adalah analisis break-even
point (BEP). Break-even point merupakan istilah yang menggambarkan kondisi perusahaan di
mana perusahaan tidak dalam keadaan untung maupun rugi. Analisis BEP ini menjadi penting
karena perusahaan dapat memperkirakan batas minimum produksi agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Analisis BEP dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Metode persamaan (equation method)
Untuk menghadapi resiko tersebut terdapat dua ukuran yang mengaitkan antara BEP dan
volume operasi sekarang atau yang direncanakan adalah:
Margin keamanan juga dapat disajikan dalam bentuk persentase. Persentase ini
didapat dengan membagi margin keamanan dalam rupiah dengan total penjualan:
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑡 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 =
𝐿𝑎𝑏𝑎
Jika biaya tetap digunakan untik mengurangi biaya variabel sedemikian rupa
sehingga margin kontribusi meningkat dan laba menurun, maka tingkat pengungkit
operasinya naik yang menandakan adanya peningkatan risiko.
Menurut Garrison (2002), Tuasan Operasi (Operating Leverage) adalah ukuran
sensivitas laba bersih terhadap persentasi perubahan penjualan. Jika operating leverage
tinggi, persentase kecil peningkatan penjualan dapat menghasilkan persentase yang
lebih besar peningkatan laba. Tingkat operating leverage adalah ukuran bagaimana
pengaruh perubahan volume penjualan terhadap laba. Tingkat operating leverage
mencapai titik tertinggi pada tingkat penjualan mendekati titik impas dan akan menurun
pada saat penjualan dan laba meningkat. Manajer dapat menggunakan tingkat
operating leverage untuk memperkirakan secara tepat apakah dampak perubahan
penjualan terhadap laba tanpa harus membuat laporan laba rugi secara rinci.
Dalam Activity Based Costing (ABC), disadari bahwa membedakan antara biaya tetap
dan biaya varibel saja akan terlalu menyederhanakan masalah. ABC system membagi biaya
dalam kategori berdasarkan unit dan non unit, artinya beberapa biaya berubah tergantung
pada jumlah unit yang diproduksi, beberapa biaya lainnya tidak, dan bisa juga biaya
berdasarkan non unit berubah berkenaan dengan cost driver-nya.
CVP analysis dapat juga digunakan dalam lingkup perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas tetapi perlu dimodifikasi, seperti yang diilustrasikan dalam tulisan Hansen &
Mowen, misalnya selain teridentifikasi biaya tetap dan biaya variabel, juga terdapat tiga
penggerak aktivitas, yaitu unit yang dijual dalam tingkat unit, jumlah pengaturan dalam
tingkat batch, dan jam rekayasa dalam tingkat produk, maka modifikasinya sebagai berikut:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 − (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 + (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡))
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
(𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡)
Atau
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 − (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 + (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡) +
(𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛) + (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑠𝑎 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑠𝑎))
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 = (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝+(𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛)+(𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑠𝑎 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑠𝑎))
(𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎−𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡)
Manfaat ABC system adalah untuk meningkatkan akurasi informasi biaya, mendesak
untuk diimplementasikan pada kondisi persaingan yang semakin ketat, pada perusahaan
dengan overhead cost tinggi, dan tentunya untuk perusahaan yang menghasilkan ragam
produk lebih dari satu. Sehingga CVP Analysis yang digunakan berlaku untuk yang
multiproduk, dimana sales mix harus diketahui dan diasumsikan konstan. Contribution
margin paket sebagai pembagi dalam penghitungan break even point paket.
𝐵𝐸𝑃 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 = (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝+(𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛)+(𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑠𝑎 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑠𝑎))
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡
CVP analysis menyediakan struktur untuk menjawab berbagai skenario ‘apa-jika’. Misal
‘apa’ yang terjadi pada laba ‘jika’ jumlah pengaturan dikurangi, atau ‘apa’ yang terjadi pada
laba ‘jika’ jumlah rekayasa ditingkatkan. Dalam lingkungan bisnis yang semakin ketat,
modifikasi CVP Analysis dalam lingkup ABC systems tentu bermanfaat untuk perencanaan
laba. Dibuat berbagai skenario yang memungkinkan dapat direalisasi, antara lain
kemungkinan menaikkan harga, kemungkinan mengurangi atau bahkan menghilangkan
aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, dan kemungkinan lainnya. Break even point
dihitung kembali untuk berbagai skenario, dan selanjutnya dapat ditentukan berapa unit yang
harus dijual agar dapat memperoleh laba yang diinginkan.
Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional mengungkapkan
dua perbedaan yang signifikan yaitu :
1. Biaya tetapnya berbeda. Beberapa biaya yang sebelumnya diidentifikasi sebagai biaya
tetap dapat berbeda dengan penggerak.
Pembilang pada persamaan impas ABC memiliki dua istilah biaya variabel non unit yakni satu
untuk aktivitas yang berkaitan dengan batch dan satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan
keberlanjutan produk. Jika suatu perusahaan menganut JIT, maka biaya variabel per unit yang
dijual berkurang dan biaya tetap bertambah