Professional Documents
Culture Documents
Aliran Mu'tazilah
Aliran Mu'tazilah
Abstrak
Mempelajari mata kuliah ilmu kalam ini merupakan salah satu hal yang paling
penting dan termasuk ke dalam komponen utama rukun iman. Yaitu yang
pertama, kita mengucapkan dengan lisan, yang kedua, melaksanakan dengan
rukun-rukun dengan perbuatan dan yang ke tiga, meyakini dalam hati. Agar
keyakinan itu tumbuh dengan kokoh, kita harus mengkaji dan mendalami
teologi ilmu kalam ini. Untuk menjadikan ucapan lisan secara meyakinkan dan
kokoh kita perlu ilmunya, yaitu ilmu tauhid, ilmu yang membahas tentang
ketuhanan. Dan ilmu tauhid ini telah berkembang menjadi ilmu kalam. Pada
karya ilmiah ini penulis berusaha ingin menjelaskan betapa pentingnya
mempelajari teologi dalam ilmu kalam. Terutama pada teologi kalam yakni
aliran Mu‟tazilah. Agar penulis dan pembaca bisa menambah wawasan
tentang apa itu Mu‟tazilah?, bagaimana asal-usul Mu‟tazilah?, siapa saja
tokoh-tokoh Mu‟tazilah? dan apa saja ajaran-ajaran Mu‟tazilah? Disini
penulis berusaha menjelaskan permasalahan tentang Mu‟tazilah tersebut.
Untuk memahami tentang teologi kalam secara mendalam dan mengenali
pemikiran-pemikiran yang terdapat di dalamnya, tokoh-tokoh, karya-karya,
gagasan para teolog serta aliran-aliran yang muncul pada teologi kalam.
Penulis menggunakan dua metode yakni yang pertama, membaca buku dan
mengunjungi perpustakaan kampus maupun di daerah setempat, dan metode
yang kedua dengan mengunakan sarana internet sehingga mendapat tambahan
referensi-referensi yang cukup. Dengan demikian aliran Mu‟tazilah
merupakan salah satu aliran teologi dalam islam yang dapat dikelompokan
sebagai kaum rasionalis.
PENDAHULUAN
Teologi, sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari
suatu agama. Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara
mendalam, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang
9
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 9-22].
1
Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta,
Universitas Indonesia (UI) Press, 1986), hlm. 4-5.
2
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta, PT Bulan Bintang, 1974), hlm. 7.
10
Nur Fallah Hidayatullah:
Teologi Islam Mu’tazilah
3
Wardani, Epistimologi Kalam Abad Pertengahan, (Yogyaakarta, PT LKIS Pelangi Aksara,
2003), hlm. 41.
4
Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran kalam, (Jakarta, Prenada Media Group, 2016),
hlm. 12.
11
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 9-22].
PEMBAHASAN
5
Tsuroya Kiswati, Al-Juwaini : Peletak Dasar Teologi Rasional Dalam Islam, (Jakarta,
Erlangga, tidak dicantumkan tahun terbit), hlm. 9.
6
Elmansyah, Kuliah Ilmu Kalam: Formula Meluruskan Keyakinan Umat Di Era Digital,
(Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017), hlm. 106.
7
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta, Bulan Bintang, 2001), hlm. 43.
12
Nur Fallah Hidayatullah:
Teologi Islam Mu’tazilah
2. Munculnya Mu’tazilah
Nama Mu‟tazilah berasal dari kata I‟tazala dengan makna (naha „an)
yang berarti menjauhkan atau memisahkan diri dari sesuatu. Kata ini menjadi
suatu nama aliran dalam ilmu kalam yang umumnya para sarjana menyebutnya
sebagai Mu‟tazilah berdasarkan peristiwa yang terjadi antara Whasil ibn Atha‟
(80 H/699 M-131 H/748 M) dan „Amr ibn „Ubaid dengan al-Hasan al-Basri.
Dalam majlis pengajian al-Hasan al-Basri muncul pertanyaan tentang
kedudukan orang yang berdosa besar. Ketika al-Hasan al-Basri berpikir,
Washil berkata bahwa orang yang berdosa besar bukanlah mukmin dan bukan
pula kafir, tetapi berada diantara dua posisi tersebut yang istilahnya al-
Manzilah bain al-Manzilahtain.9
Sejak Islam meluas, banyaklah bangsa-bangsa yang masuk islam dibawah
naungannya. Akan tetapi tidak semuanya memeluk agama islam dengan segala
keikhlasan. Ketidak ikhlasan ini terutama dimulai sejak zaman Muawiyah,
karena mereka telah memonopoli segala kekuasaan pada bangsa arab sendiri.
Tindakan ini menimbulkan kebencian terhadap bangsa arab dan keinginan
menghancurkan islam dari dalam, sumber keagungan dan sumber kekuatan
mereka. Diantara musuh-musuh Islam dari dalam ialah golongan Rafidah, yaitu
golongan syiah ekstrim yang mempunyai banyak unsur-unsur kepercayaan
yang jauh sekali dari ajaran islam.10
Dalam keadaan demikian itu muculah golongan Mu‟tazilah yang
berkembang dengan pesatnya sehingga mempunyai sistem/metode dan
pendapat pendapatnya sendiri. Meskipun banyak golongan-golongan yang
ditentang Mu‟tazilah, namun mereka sendiri sering terpengaruh oleh golongan-
golongan tersebut, karena pendapat dan pikiran selalu bekerja, baik terhadap
lawan maupun kawan, baik menerima atau membantah bahkan sering-sering
8
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran Aliran Sejarah Analisis Perbandingan, hlm..., 38-39.
9
Afrizal M, Ibn Rusyd: Tujuh Perdebatan Utama Dalam Teologi Islam, (Jakarta, Erlangga PT
Gelora Aksara Pratama, 2006), hlm. 30.
10
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), hlm..., 44-45.
13
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 9-22].
11
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), hlm..., 45.
12
Siradjuuddin Abbas, I‟tiqad Ahlussunah Wal Jamaah, (Jakarta, Pustaka Tarbiyah Baru,
2016), hlm. 190.
14
Nur Fallah Hidayatullah:
Teologi Islam Mu’tazilah
13
Elmansyah, Kuliah Ilmu Kalam : Formula Meluruskan Keyakinan Umat di Era Digital,
hlm..., 109.
14
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), hlm..., 59.
15
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), hlm..., 60.
15
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 9-22].
g. Abul Hasan Abdul Jabbar ibn Ahmad ibn Abdullah al-Hamazani al-
Asadi (325-425 H).
Ia lahir di Hamazan Khurasan dan wafat di Ray Teheran. Ia hidup
pada masa kemunduran Mu‟tazilah. Kendati demikian ia tetap berusaha
mengembangkan dan menghidupkan paham-paham Mu‟tazilah melalui
karya tulisnya yang sangat banyak. Di antaranya yang cukup populer dan
berpengaruh adalah Syarah Ushul al-khamsah dan al-Mughni fi Ahwali wa
al-Tauhid.17
16
Elmansyah, Kuliah Ilmu Kalam : Formula Meluruskan Keyakinan Umat di Era Digital,
hlm..., 110.
17
Elmansyah, Kuliah Ilmu Kalam : Formula Meluruskan Keyakinan Umat di Era Digital,
hlm..., 110.
16
Nur Fallah Hidayatullah:
Teologi Islam Mu’tazilah
18
Rosihon Anwar dan Saehudin, Akidah Akhlak, (Bandung, Pustaka Setia, 2016), hlm. 60.
19
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), hlm..., 46-47.
20
Rosihon Anwar dan Saehudin, Akidah Akhlak, hlm..., 61.
17
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 9-22].
terbaik (al-Ashlah), bukan yang tidak baik. Demikian pula, Tuhan itu
adil apabila tidak melanggar janji-Nya.21
3) Al-Wa’d Wal Wa’id
Allah akan memberikan balasan berupa pahala bagi yang taat,
dan memberikan hukuman bagi yang durhaka dan tidak ada yang samr
mengenai hal ini. Karena itu Allah baru akan memberikan ampunan-Nya
jika si pendosa bertobat, tidak mungkin ada ampunan tanpa adanya
tobat.22
Perinsip ini adalah kelanjutan perinsip keadilan yang harus ada
pada Tuhan. Golongan Mu‟tazilah yakin bahwa janji Tuhan akan
memberikan pahala dan ancaman-Nya akan menjatuhkan siksa atau
neraka pasti akan di laksanakan, karena Tuhan sudah menjanjikan
demikian. Siapa yang berbuat baik maka akan dibalas dengan kebaikan
dan siapa yang berbuat jahat maka dibalas dengan kejahatan pula. Tidak
ada pengampunan terhadap dosa besar tanpa taubat sebagaiman tidak
mungkin orang yang berbuat baik dihalang-halangi menerima pahala.
Pendapat golongan Mu‟tazilah tersebut merupakan tolak belakang
pendapat golongan Murji‟ah sebagaiman ketaatan tidak akan berguna
disamping kekafiran. Kalau ada pendapat ini dibenarkan, maka ancaman
tuhan tidak akan ada artinya sama sekali, suatu hal yang mustahil ada
pada Tuhan.23
4) Al-Manzilah Bain Al-Manzilahtain
Perinsip ini sangat pentingyang karenanya Washil bin „Atha
memisahkan diri dari Hasan Basri. Washil memutuskan bahwa orang
yang berbuat dosa besar selain syirik, tidak mukmin dan tidak pula kafir,
tetapi fasik. Jadi kefasikan adalah suatu hal yang berdiri sendiri antara
iman dan kafir. Tingkatan orang fasik di bawah orang mukmin dan di
atas orang kafir.24
21
Rosihon Anwar dan Saehudin, Akidah Akhlak, hlm..., 61-62.
22
Murtadha Muthahhari, Mengenal Ilmu Kalam :Cara Mudah Menembus Kebuntuan Berpikir,
(Jakarta, Pustaka Zahra, 2002), hlm. 35.
23
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), hlm..., 48.
24
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), hlm..., 48-49.
18
Nur Fallah Hidayatullah:
Teologi Islam Mu’tazilah
25
Rosihon Anwar dan Saehudin, Akidah Akhlak, hlm..., 64.
26
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran Aliran Sejarah Analisis Perbandingan, hlm..., 56.
19
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 9-22].
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa: pertama, apa itu
Mu‟tazilah?, aliran Mu‟tazilah secara etimologi kata mu'tazilah berasal dari
kata „Itizala yang artinya menyendiri, kelemahan, memisahkan diri,
mengasingkan diri. Sedangkan menurut terminologi Mu‟tazilah berarti orang
yang memisahkan atau mengasingkan diri dari golongan-golongannya.
Kemudian, menurut al-Bagdadi, Wasil dan temannya „Amr Ibn „Ubaid Ibn Bab
diusir oleh Hasan al-Basri dari majlisnya karena adanya pertikaian antara
mereka mengenai qadar dan orang yang berdosa besar. Keduanya menjauhkan
diri dari Hasan al-Basri dan mereka serta pengikut-pengikutnya disebut kaum
Mu‟tazilah karena mereka menjauhkan diri dari faham umat islam tentang
orang yang berdosa besar. Menurut mereka orang serupa ini tidak mukmin dan
tidak pula kafir.
Kedua, bagaimana sejarah munculnya aliran Mu‟tazilah? Aliran ini
muncul sekitar abad pertama hijiriah, dikota Basrah, yang ketika itu menjadi
kota sentra ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam. disamping itu beragam
kebudayaan dan keagamaan bertemu dikota ini. Dengan demikian luas dan
banyaknya penganut islam dan banyak pula musuh-musuh yang ingin
menghancurkannya, baik dari internal umat islam secara politis maupun dari
eksternal umat islam secara dogmatis.Mu‟tazilah timbul berkaitan dengan
peristiwa washil bin Atha‟ (80-131 H) dan temanya, Amrbin „Ubaid dan Hasan
al-Basri, sekitar tahun 700 M.
27
Rosihon Anwar dan Saehudin, Akidah Akhlak, hlm..., 65.
20
Nur Fallah Hidayatullah:
Teologi Islam Mu’tazilah
DAFTAR FUSTAKA
Anwar, Rosihon dan Saehudin. 2016, Akidah Akhlak, Bandung, Pustaka Setia.
Hanafi, Ahmad. 2001, Teologi Islam (Ilmu Kalam), Jakarta, PT Bulan Bintang.
M, Afrizal. 2006, Ibn Rusyd: Tujuh Perdebatan Utama Dalam Teologi Islam,
Jakarta, Erlangga.
21
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 9-22].
Yusuf, Yunan. 2006, Alam Pikiran Islam Pemikiran kalam, Jakarta, Prenada
Media Group.
22