You are on page 1of 18

MAKALAH

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKURANGAN

DARAH/ANEMIA DAN KEKURANGAN PROTEIN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gizi & Diet
yang diampuoleh:Eti Suliyawati,S.Kep.,M.Si.

Disusunoleh:

Kelompok 2

1A D3 Keperawatan

HobirMaulidin 2022
KHGA21001
Helsi Fitriani KHGA21022
Rizqy Pratama Suherman KHGA21005
Dede Nurfitriah KHGA21027
Muhamad Iqbal KHGA21010
Fahrul Febianto Ardiansyah KHGA21029
Nenda Mutiara Insani KHGA21015
Nindi Indriyani KHGA21037
Muhamad Adifrienata KHGA21017
M. Kelvin Sebastian KHGA21043
Retasya Purnama Sagita KHGA21020

STIKES KARSA HUSADA GARUT

Prodi D3 Keperawatan

Kampus 2

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan hidayahnya, kami Dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pencegahan dan Penanganan Kekurangan
Darah/Anenmia dan Kekurangan Protein” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata
kuliah Keperawatan Dasar, Selain itu makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
“Pencegahan dan Penanganan Kekurangan Darah/Anenmia dan Kekurangan Protein” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eti Suliyawati,S.Kep.,M.Si. selaku Dosen
mata kuliah Gizi dan Diet yang telah memberikan tugas ini sehingga kami bisa menambah
wawasan dan pengetahuan melalui makalah yang kami buat.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, Kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan pada
makalah yang kami buat ini.

Garut, 28 Mei 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.........................................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................iii
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................v
1.3 Tujuan...................................................................................................................................v
BAB II.............................................................................................................................................v
PEMBAHASAN.............................................................................................................................v
2.1 Pengertian Anemia...............................................................................................................v
2.2 Jenis –Jenis Anemia.............................................................................................................v
2.3 Penyebab Anemia..............................................................................................................vii
2.4 Gejala Anemia...................................................................................................................viii
2.5 Penanganan Anemia......................................................................................................................viii
2.6 Pencegahan Anemia.........................................................................................................................ix
2.7 Kekuraangan Protein.......................................................................................................................xii
2.8 Jenis dan Fungsi Protein.................................................................................................................xiii
2.9 Pencegahan Kekurangan Protein...................................................................................................xiv
2.10 Penanganan Kekurangan Protein..................................................................................................xv
2.11 Gejala Kekurangan Protein............................................................................................................xv
BAB III...................................................................................................................................xvi
PENUTUP..............................................................................................................................xvi
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................xvi
3.2 Saran.............................................................................................................................................xvii

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga
akan terjadi defisiensi besi (Almatsier, 2009). Kekurangan zat besi menyebabkan kadar
hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari normalnya, keadaan ini disebut anemia
(Waryana, 2010). rendahnya konsumsi zat besi akan berpengaruh terhadap kekurangan zat
besi, sehingga mengakibatkan kadar hemoglobin (Hb) darah menurun dan menyebabkan
anemia.

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal. Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi yang dipengaruhi oleh
pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan status kesehatan. Meskipun anemia
disebabkan oleh berbagai faktor, namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyak
diseluruh dunia secara langsung disebabkan oleh kurangnya masukan zat besi. Kekurangan
zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh
maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah,
letih, lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan
produktifitas kerja. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan tubuh dan
mengakibatkan mudah terkena infeksi (Masrizal, 2007).

Anemia dapat menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh tubuh. Kekurangan oksigen akan berakibat pada sulitnya
berkonsentrasi sehingga prestasi belajar menurun, daya tahan fisik rendah yang
mengakibatkan mudah sakit karena daya tahan tubuh rendah dan mengakibatkan jarang
masuk sekolah atau bekerja. Akibat dari anemia ini jika tidak diberi intervensi dalam waktu
lama akan menyebabkan beberapa penyakit seperti gagal jantung kongestif, penyakit infeksi
kuman, thalasemia, gangguan sistem imun, dan meningitis (DILLA Nursari, 2010).

Wanita lebih sering menderita anemia dibandingkan laki-laki terutama wanita hamil,
wanita muda dan miskin. Hal ini sesuai dengan kebutuhan fisiologis wanita yang meningkat
saat hamil dan juga faktor perdarahan melalui menstruasi yang terjadi setiap bulan. 45,7 %
wanita usia subur (WUS) di Asia Tenggara dan 47,5 % di Afrika dilaporkan menderita

3
anemia. Di Bangladesh 26 % kematian ibu disebabkan oleh anemia dan perdarahan setelah
melahirkan (DILLA Nursari, 2010).

Anemia dapat menurunkan kapasitas kerja individual. Orang yang mengalami anemia
biasanya sering merasa sakit kepala dan pusing. Dampak negatif dari anemia adalah dapat
mengganggu proses mental serta menurunkan kecerdasan, gangguan imunitas, dan
menurunkan kapasitas untuk belajar (Mulyadi dan Labenjang, 2014).

Ada beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan anemia akibat
kekurangan zat besi, dapat dicegah dengan pola makan kaya nutrisi, terutama:Makanan kaya
zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau
gelap, roti, dan buah-buahan.Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk
turunannya, serta makanan berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.Buah-
buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi. Selain dengan makanan,
anemia akibat kekurangan zat besi juga dapat dicegah dengan mengonsumsi suplemen zat
besi secara rutin.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa yang dimaksud dengan Anemia dan Kekurangan Protein ?
2.Apa saja jenis anemia dan fungsi Kekurangan protein ?
3.Apa penyebab dan Gejala Anemia dan Kekurangan Protein ?
4.Bagaimana cara penanganan beberapa jenis Anemia dan Kekurangan Protein ?
5.Bagaimana cara pencegahan Anemia dan Kekurangan Protein ?
1.3 Tujuan

Setelah pembelajaran ini Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Pencegahan dan
penanganan kekurangan darah/anemia dan kekurangan protein.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anemia


Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
lebih rendah dari normal (WHO ,2011 ).Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel
darah merah / eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkanya
keseluruh sel jaringan tubuh . oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan
fungsinya . kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala
antara lain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas .
Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah /
eritrosit . Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan
penanggulangannya dilakukan sesuai dengan penyebabnya.

2.2 Jenis –Jenis Anemia


1). Anemia akibat kekurangan zat besi
Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan hemoglobin
(Hb). Kondisi ini bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi dalam makanan, atau
karena tubuh tidak mampu menyerap zat besi, misalnya akibat penyakit celiac.
2). Anemia pada masa kehamilan
Ibu hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah, tetapi hal ini normal.
Meski demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil sehingga dibutuhkan lebih
banyak zat pembentuk hemoglobin, yaitu zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
Bila asupan ketiga nutrisi tersebut kurang, maka dapat terjadi anemia yang bisa
membahayakan ibu hamil maupun janin.
3). Anemia akibat perdarahan
Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara perlahan
dalam waktu lama atau terjadi seketika. Penyebabnya bisa cedera, gangguan menstruasi,
wasir, peradangan pada lambung, kanker usus, atau efek samping obat, seperti obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS).Anemia karena perdarahan juga bisa jadi merupakan
gejala cacingan akibat infeksi cacing tambang yang menghisap darah dari dinding usus..

5
4). Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat tubuh
tidak mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal. Kondisi ini diduga
dipicu oleh infeksi, penyakit autoimun, paparan zat kimia beracun, serta efek samping
obat antibiotik dan obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis.
5). Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat
daripada pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua, atau didapat
setelah lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri atau virus, penyakit autoimun, serta efek
samping obat-obatan, seperti paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.
6). Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel darah merah,
terutama bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa di antaranya adalah penyakit
Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid arthritis, dan HIV/AIDS.
7). Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada hemoglobin.
Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak normal, yaitu seperti bulan
sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit jika kedua orang tuanya sama-sama
mengalami mutasi genetik tersebut.
8). Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi produksi hemoglobin.
Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau kedua orang tuanya memiliki kondisi
yang sama.

2.3 Penyebab Anemia


Anemia terjadi karena berbagai sebab , seperti defisiensi besi , defisiensi asam folat ,
vitamin B12 dan protein . secara langsung anemia disebabkan karena produksi / kualitas sel
darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara akut atau menahun .

Ada beberapa penyebab anemia yaitu :

1) Defisiensi zat gizi


Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan pangan sumber
zat besi yang berperan penting untuk pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel

6
darah merah / eritrosit . zat gizi lain yang berperan penting dalam pembuatan hemoglobin
antara lain asam folat dan vitamin B12.

Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC , HIV /AIDS, dan keganasan
seringkali disertai anemia , karena kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu
sendiri .

2) Perdarahan ( Loss Of Hood Volume )

Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang mengakibatkan kadar
Hb menurun .Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan .

3) Hemolitik
Pendarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena terjadi
hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi ( hemosiderosis ) di organ tubuh ,
seperti hati dan limpa . pada penderit Thalasemia , kelainan darah terjadi secara genetik
yang menyebabkan anemia karena sel darah merah / eritrosit cepat pecah , sehingga
mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh .

Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi karena kekurangan zat


besi sebagai akibat dari kurangnya asupan makanan sumber zat besi khususnya sumber
pangan hewani . sumber utama zat besi adalah pangan hewani seperti ; hati , daging ,

( sapi dan kambing ) , unggas ( ayam , bebek, burung ) dan ikan . zat besi dalam sumber
pangan hewani dapat di serap tubuh antara 20 - 30 % . pangan nabati ( tumbuh -
tumbuhan ) juga mengandung zat besi , namun jumlah zat besi yang bisa diserap oleh
usus jauh lebih sedikit dibanding zat besi dari bahan makanan hewani zat besi pangan
nabati yang dapat diserap oleh tubuh adalah 1 - 10 % . contoh pangan nabati sumber zat
besi adalah sayuran bewarna hijau tua ( bayam, daun singkong , kangkung ) dan
kelompok kacang - kacangan ( tempe, tahu , kacang merah ). Hasil survei konsumsi
makanan individu ( kemkes , 2014 ) menunjukan bahwa 97,7% penduduk Indonesia
mengkonsumsi beras ( dalam 100 gram beras hanya mengandung 1,8 mg zat besi ). oleh
karena itu ,secara umum masyarakat Indonesia rentan terhadap resiko menderita anemia
Gizi Besi ( AGB ) .Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus, sebaiknya
mengonsumsi makanan kaya sumber vitamin C seperti jeruk dan jambu dan menghindari
konsumsi makanan yang banyak mengandung zat yang dapat menghambat penyerapan
zat besi dalam usus dalam jangka panjang dan pendek seperti tanin ( dalam teh , dan kopi

7
hitam ). kalsium , fosfor , serat dan fitat ( biji - bijian ) . Tanin dan fifat mengikat dan
menghambat penyerapan besi dari makanan .

2.4 Gejala Anemia


Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5L ( Lesu , letih, lemah ,
lalai ,dan lelah ). disertai sakit kepala dan pusing dengan ciri kepala muter - muter , mata
berkunang - kunang , mudah mengantuk, cepat cape serta sulit konsentrasi . secara klinis
penderita anemia ditandai dengan “ pucat “ pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan
telapak tangan .

2.5 Penanganan Anemia

Penanganan Anemia ini tergantung jenis anemia yang diderita pasien.Penanganan bagi
satu jenis anemia bisa berbahaya bagi anemia jenis yang lain.Oleh karena itu,dokter tidak
akan memulai penanganan sebelum penyebabnya dengan pasti.

Beberapa contoh penanganan anemia berdasarkan jenisnya adalah:

1) Anemia akibat kekurangan zat besi

Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi makanan dan suplemen zat besi. Pada kasus
yang parah, diperlukan transfusi darah.

2) Anemia pada masa kehamilan

Kondisi ini ditangani dengan pemberian suplemen zat besi, asam folat, dan vitamin B12,
yang dosisnya ditentukan oleh dokter.

3) Anemia akibat perdarahan

Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila diperlukan, dokter juga akan
memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah.

4) Anemia aplastik

Pengobatannya adalah dengan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah, atau transplantasi (cangkok) sumsum tulang bila sumsum tulang pasien tidak bisa
lagi menghasilkan sel darah merah yang sehat.

5) Anemia hemolitik

Pengobatannya dengan menghentikan konsumsi obat yang memicu anemia hemolitik,


mengobati infeksi, mengonsumsi obat-obatan imunosupresan, atau pengangkatan limpa.

6) Anemia akibat penyakit kronis

8
Kondisi ini diatasi dengan mengobati penyakit yang mendasarinya. Pada kondisi tertentu,
diperlukan transfusi darah dan suntik hormon eritropoietin untuk meningkatkan produksi
sel darah merah.

7) Anemia sel sabit

Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi dan asam folat, cangkok sumsum tulang,
dan pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea. Dalam kondisi tertentu, dokter akan
memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik.

8) Thalassemia

Dalam menangani thalassemia, dokter dapat melakukan transfusi darah, pemberian


suplemen asam folat, pengangkatan limpa, dan cangkok sumsum tulang.

2.6 Pencegahan Anemia


Ketika tubuh tidak mendapatkan cukup darah yang mengandung banyak oksigen,akibatnya
kita merasa cepat lelah atau lemah serta mudah pusing atau sakit kepala.Setiap jenis anemia
memiliki gejala yang bisa melemahkan dan mengganggu aktivitas harian bahkan bisa
menyebabkan komplikasi anemia.

Berikut adalah beberapa langkah-langkah pencegahan anemia yang bisa kita lakukan :

1). Makan makanan kaya zat besi

Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk menghasilkan hemoglobin di dalam sel darah
merah.Hemoglobin adalah zat yang memberi warna merah dan memungkinkan sel darah
membawa oksigen ke seluruh tubuh Anda.Maka dari itu, memperbanyak makan makanan
tinggi zat besi bisa menjadi salah satu upaya pencegahan anemia yang cukup mudah
dilakukan. Beberapa makanan yang mengandung zat besi, antara lain:

a) daging tanpa lemak,


b) telur,
c) sayuran hijau, seperti bayam dan sawi, dan
d) sereal yang diperkaya zat besi.

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan Indonesia, orang
dewasa setidaknya butuh 26 mg zat besi per hari untuk mencegah anemia kambuh.

2). Makan makanan mengandung vitamin B12

Cara lain untuk mencegah anemia adalah dengan makan makanan tinggi vitamin
B12.Vitamin B12 adalah nutrisi penting yang dapat membantu menjaga kesehatan saraf,
membuat DNA, dan berperan penting dalam pembentukan sel darah merah sehat.

9
Masih mengutip tabel AKG milik Kemenkes, orang dewasa disarankan mencukupi
kebutuhan vitamin B12 sebanyak 2,6 mcg setiap hari sebagai langkah pencegahan anemia

Sumber vitamin B12 bisa Anda dapatkan dari makanan, seperti:

a) hati hewan, seperti sapi dan ayam,


b) kerang laut,
c) ikan,
d) daging,
e) unggas,
f) telur, dan
g) susu dan produk susu lainnya yang mengandung vitamin B12.

3). Makan makanan mengandung asam folat

Asam folat (vitamin B9) membantu tubuh membuat sel-sel baru, termasuk sel darah
merah baru untuk menggantikan sel darah merah yang mati.Itu sebabnya, asam folat
menjadi salah satu nutrisi penting untuk mencegah anemia.Makanan yang mengandung
asam folat bisa Anda dapatkan dari:

a) sayuran berdaun hijau, seperti bayam,


b) buah jeruk,
c) kacang polong,
d) roti,
e) sereal,
f) nasi, dan
g) pasta.

4). Mengonsumsi makanan mengandung vitamin C

Sering mengonsumsi makanan atau buah yang mengandung vitamin C dapat menjadi
cara mencegah anemia secara alami.Orang dewasa setidaknya butuh 75 mg vitamin C
dalam sehari untuk menjaga kesehatan sel darah dan fungsi tubuh lainnya tetap
sehat.Vitamin C berperan dalam penyerapan zat besi di dalam usus halus. Inilah
alasannya orang yang kekurangan vitamin C berisiko mengalami anemia.

5). Berikan susu sapi pada anak mulai 1 tahun ke atas

10
Menurut American Academy of Pediatrics (AAAP), memberikan susu sapi pada
bayi bisa menjadi salah satu upaya pencegahan anemia sejak dini.Namun, pastikan Anda
memberikan susu sapi pada anak saat usianya—setidaknya—mulai satu tahun ke atas.Hal
ini lantaran susu formula yang terbuat dari sapi memiliki kandungan zat besi yang
rendah.Masih dari AAP, susu sapi juga dapat mengiritasi lapisan usus bayi sehingga
memicu perdarahan dan hilangnya zat besi di dalam tubuh anak.Meski risikonya kecil,
bayi yang terlalu cepat mengonsumsi susu sapi bisa berisiko kekurangan zat besi. ASI
masih menjadi asupan nutrisi terbaik untuk bayi di bawah satu tahun.Namun, apabila
karena kondisi tertentu Anda harus memberikan susu formula pada bayi yang belum
genap 1 tahun, cobalah memberikan susu kedelai untuk mencegah anemia.Anda mungkin
juga perlu berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan pengganti ASI yang tepat
sesuai dengan kebutuhan gizi bayi Anda.

6). Berhenti minum alkohol

Minuman memabukkan dinilai dapat menurunkan produksi sel darah merah di


sumsum tulang. Ini karena alkohol menyebabkan nutrisi dari makanan lain tidak dapat
terserap tubuh dengan baik.Nutrisi yang banyak berkurang karena minum alkohol
umumnya adalah vitamin B12 dan folat.Padahal, vitamin B12 dan asam folat sangat
berguna untuk memproduksi sel darah merah. Itu sebabnya, segeralah berhenti minum
alkohol sebagai salah satu cara untuk mencegah anemia.

7). Masak pakai peralatan yang terbuat dari besi

Pencegahan anemia juga dapat dilakukan dengan memasak menggunakan


peralatan berbahan besi (flat iron).Panci dan wajan yang terbuat dari besi akan membantu
memasukkan kadar zat besi ke dalam masakan Anda.Meskipun belum dapat dipastikan
apa hubungannya, beberapa penelitian menemukan bahwa wajan atau panci dari besi
dapat melepaskan zat besi dari makanan yang dimasak.Namun tidak semua bahan
masakan bisa mengeluarkan zat besi saat dimasak di wajan besi.Cara mencegah anemia
ini hanya bisa dilakukan pada makanan yang rasanya asam, misalnya saus tomat dan
hidangan yang diolah dengan cuka, lemon, atau jus jeruk nipis.Upaya pencegahan anemia
ini akan berdampak optimal apabila bahan masakan yang rasanya asam dimasukkan
terakhir, sesaat sebelum makanan matang, dan langsung disajikan.

8). Menggunakan KB hormon

11
Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan rahim menebal secara
berlebihan. Akibatnya, Anda mengalami perdarahan menstruasi yang lebih
parah.Kehilangan banyak darah selama menstruasi akhirnya membuat Anda rentan
terhada anemia.KB hormon membantu mencegah anemia saat menstruasi dengan
menyeimbangkan hormon dalam tubuh Anda.Dikutip dari Mayo Clinic, alat KB yang
Anda gunakan mengandung hormon yang dapat menipiskan rahim sehingga Anda tidak
mengalami perdarahan secara berlebihan.

9. Mengatasi masalah kesehatan yang menjadi penyebabnya

Perdarahan parah saat menstruasi dapat menyebabkan anemia.Oleh karena itu,


mengatasi penyebab perdarahan parah, seperti tumor rahim, polip, gangguan fungsi
ovarium, penggunaan KB non-hormonal, hingga kanker bisa mencegah anemia datang
kembali.Kunci mencegah anemia saat menstruasi adalah menjaga kecukupan zat besi dan
mengatasi faktor penyebab menstruasi hebat.Meski beberapa upaya pencegahan anemia
di atas cukup mudah dilakukan, beberapa jenis anemia sayangnya tak dapat
dicegah.Anemia akibat kelainan genetik, seperti anemia sel sabit dan thalasemia adalah
contohnya.

2.7 Kekuraangan Protein


Malnutrisi energi protein atau kurang energi protein adalah kondisi di mana tubuh
kekurangan makronutrien yang merupakan sumber energi, termasuk protein. Salah satu
fungsi protein, yaitu membantu sistem kekebalan, serta menjadi bahan pembentukan sel dan
jaringan tubuh. Protein juga sebagai sumber energi dan membentuk berbagai enzim dan
hormon Asupan protein harian yang dianjurkan adalah 56-59 gram per hari untuk
perempuan dan 62-66 gram per hari untuk laki-laki.

2.8 Jenis dan Fungsi Protein


Setiap jenis protein memiliki fungsi masing-masing bagi tubuh.Berikut beberapa jenis dan
fungsi protein untuk tubuh :

1) . Protein Enzim

Menurut ahli di NIH, enzim melakukan hampir semua dari ribuan reaksi kimia
yang terjadi di dalam sel. Mereka membantu pembentukan molekul baru dengan
membaca informasi genetik yang disimpan dalam DNA.Fungsi protein enzim juga

12
bertugas sebagai pembentuk enzim, yaitu zat yang mendukung terjadinya reaksi kimia
dalam tubuh. Misalnya enzim yang dihasilkan untuk mengubah karbohidrat, protein,
dan lemak ke dalam bentuk yang lebih sederhana agar mudah diserap tubuh.

2). Protein Struktural

Fungsi protein struktural, yaitu mempertahankan struktur dan membangun


konstruksi tubuh dari tingkat sel. Protein ini memberikan struktur dan dukungan untuk
sel.Misalnya protein kolagen yang menjadi komponen utama tendon, tulang rawan, dan
kulit. Protein keratin juga berfungsi untuk membentuk struktur kulit, kuku, rambut, dan
gigi. Dalam skala yang lebih besar, protein struktural juga memungkinkan tubuh untuk
bergerak.

3). Protein Hormon

Hormon protein bertugas mengatur tindakan dan fungsi hormon dalam tubuh.
Hormon adalah sekresi yang berperan sebagai pembawa pesan kimia dalam tubuh
melalui darah.Setiap hormon memengaruhi tiap satu sel tertentu untuk mengoordinasikan
proses metabolisme dalam tubuh. Misalnya organ pankreas yang menghasilkan hormon
insulin untuk mengatur kadar gula dalam darah

4). Protein Antibodi

Fungsi antibodi juga disebut sebagai protein defensif. Fungsi protein yang satu ini
yaitu mengikat partikel asing tertentu, seperti virus dan bakteri, untuk membantu
melindungi tubuh. Protein ini bertindak sebagai komponen pembentuk antibodi dalam
tubuh.Misalnya fibrinogen dan trombin yang merupakan antibodi dan berfungsi
membantu proses pembekuan darah, mencegah kehilangan darah setelah terjadi cedera,
serta mempercepat proses penyembuhan luka.

5). Protein Transport

Fungsi protein transport, yaitu mengikat dan membawa atom dan molekul kecil di
dalam sel dan ke seluruh tubuh. Misalnya hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat
oksigen dan mengantarkannya ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Contoh lainnya
adalah lipoprotein yang membantu transportasi lipid atau lemak dalam tubuh.

6). Protein Pengikat

13
Protein yang ini berfungsi untuk menyimpan asam amino dan ion logam yang
dibutuhkan dalam tubuh. Protein ini juga bertindak sebagai cadangan makanan yang
memberikan energi jika dibutuhkan oleh tubuh. Misalnya protein ferritin yang
menyimpan dan mengontrol kadar zat besi dalam tubuh.

7). Protein Penggerak

Fungsi protein penggerak untuk pergerakan otot dalam tubuh, seperti mengatur
kekuatan dan kecepatan jantung bergerak dan otot saat berkontraksi.Protein ini terlibat
dalam transportasi nutrisi dalam sel, menyusun genetik, pembelahan sel, dan koordinasi
otot. Misalnya miosin dan aktin untuk menghasilkan kontraksi otot dan relaksasi, seperti
saat menekuk dan meluruskan lutut kaki.

2.9 Pencegahan Kekurangan Protein


Malnutrisi energi protein dapat dicegah dengan menerapkan pola makan sehat dengan
gizi seimbang yang mencakup:

1) Sumber karbohidrat, seperti nasi, roti, atau kentang


2) Sumber protein dan lemak, seperti daging, ikan, telur, atau unggas
3) Sumber mineral dan vitamin, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, serta susu dan produk
olahannya, misalnya keju atau yoghurt

Selain mengonsumsi makanan sehat, jangan lupa untuk mencukupi kebutuhan cairan dengan
minum air putih sebanyak 8 gelas per hari dan melakukan pemeriksaan ke dokter secara
rutin jika Anda memiliki kondisi medis atau penyakit yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya malnutrisi energi protein.

2.10 Penanganan Kekurangan Protein


Penanganan malnutrisi energi protein meliputi pemberian nutrisi melalui mulut maupun
infus, penanganan kondisi yang menjadi penyebab terjadinya malnutrisi, dan pemberian
obat-obatan sesuai keluhan atau kondisi penderita. Penanganan malnutrisi energi protein
membutuhkan waktu dan disiplin dari pasien dan keluarga pasien.

2.11 Gejala Kekurangan Protein


Gejala yang sering muncul saat tubuh kekurangan energi protein dalam jangka waktu
yang lama ,dapat muncul beragam keluhan dan gejala.Gejala yang umumnya muncul
adalah:

14
1) Berat badan di bawah normal dengan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 18,5 kg/m2
2) Lelah dan lemas yang terus-menerus
3) Mudah kedinginan
4) Nafsu makan berkurang
5) Penyusutan otot atau atrofi otot, dan lemak tubuh
6) Perubahan sikap dan emosi, misalnya menjadi apatis, sering gelisah, mudah marah, sulit
berkonsentrasi atau terus-menerus sedih
7) Kulit kering dan lebih pucat
8) Sering sakit dan luka lebih lama sembuh
9) Rambut rontok hingga botak
10) Mati rasa atau kesemutan
11) Diare kronis (diare yang berkepanjangan)

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga
akan terjadi defisiensi besi (Almatsier, 2009). Kekurangan zat besi menyebabkan kadar
hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari normalnya, keadaan ini disebut anemia
(Waryana, 2010). rendahnya konsumsi zat besi akan berpengaruh terhadap kekurangan zat
besi, sehingga mengakibatkan kadar hemoglobin (Hb) darah menurun dan menyebabkan
anemia.

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal. Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi yang dipengaruhi oleh
pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan status kesehatan. Meskipun anemia
disebabkan oleh berbagai faktor, namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyak
diseluruh dunia secara langsung disebabkan oleh kurangnya masukan zat besi. Kekurangan
zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh
maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah,
letih, lelah dan cepat lupa.

3.2 Saran

Berdasarkan materi yang telah dijelaskan dalam makalah ini,maka kami sebagai pembuat
makalah ini berharap pembaca memahami dan menambah pengetahuan tentang Pencegahan
16
dan penanganan kekurangan darah/anemia dan kekurangan protein semoga dapat
menjadikan referensi bagi kita semua.Diharapkan pembaca bisa memberikan kami kritik dan
saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam membuat makalah-makalah
berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/malnutrisi-energi-protein#:~:text=Penyebab%20Malnutrisi%20Energi
%20Protein,kalori%2C%20yaitu%20karbohidrat%20dan%20lemak

https://www.halodoc.com/artikel/inilah-7-jenis-dan-fungsi-protein-bagi-tubuh

https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/kekurangan-protein/?
amp=1#amp_ct=1654314706649&amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16543145812156&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com

https://hellosehat.com/kelainan-darah/anemia/cara-pencegahan-anemia/?amp=1

https://www.alodokter.com/anemia

17

You might also like