You are on page 1of 99

PENGARUH KOMINIKASI ANTAR PRIBADI TERHADAP

MOTIVASI DAN KINERJA PENGURUS DI ORGANISASI


PERTUNI KOTA SEMARANG
(Studi kasus pada Pengurus pertuni kota Semarang).

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan


Pendidikan Strata-1 Fakultas Bahasa dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Sultan Agung

Disusun oleh:
Elsa Mega Desvita
(31001600368)

FAKULTAS BAHASA DAN ILMU KOMUNIKASI


PRODI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2022

i
ii
iii
iv
MOTTO

“Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu


tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu”
Ali bin Abi Thalib

“Sukses adalah persiapan dan kesempatan bertemu”


Bobby Unser

“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”


(QS. At-Taubah: 40)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin

Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia dan berkahnya. Terimakasih Ya
Allah, sebuah perjuangan tidaklah mudah, dan melalui ini engkau ajarkan arti
kesabaran dan keikhlasan. Doa yang terucap telah engkau kabulkan sehingga
memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini tanpa kendala yang
berarti.

Ibu dan Bapak tercinta, terimakasih atas segala yang kalian berikan. Kasih
sayang, materi, doa, bahkan teguran, aku yakin semua adalah yang terbaik
untukku. Dan aku bersyukur memiliki kalian sebagai orang tua.

vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
anugerah-Nya, sholawat dan salam senantiasa penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:
“PENGARUH KOMINIKASI ANTAR PRIBADI TERHADAP MOTIVASI
DAN KINERJA PENGURUS DI ORGANISASI PERTUNI KOTA
SEMARANG”. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Kurniawan Yudhi Nugroho, S.Pd., M.Pd selaku Dekan Fakultas Bahasa
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
2. Bapak Urip Mulyadi, S.I.Kom., M.I.Kom selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi.
3. Seluruh Dosen dan Karyawan prodi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Agung
untuk Dosen yang telah senantiasa sabar dalam memberikan materi perkuliahan
dan untuk karyawan yang telah memberikan pelayanan secara baik.
4. Ibu Trimanah, S.Sos., M.Si dan Bapak Urip Mulyadi, S.I.Kom., M.I.Kom selaku
dosen pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
arahan.
5. Kedua orang tua saya, yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk saya.
6. Pengurus organisasi pertuni Kota Semarang yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian ini.
7. Bapak Ahyani dan seluruh pengurus pertuni Kota Semarang yang telah
memberikan dukungan dan menemani penulis ketika terjun di lapangan.
8. Komting Hadyan Wisnu Hawari dan teman-teman angkatan 2016 serta kakak-
kakak tingkat maupun adik-adik tingkat yang selalu memberikan semangat satu
sama lain.
9. Orang yang saya cintai yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

viii
PENGARUH KOMINIKASI ANTAR PRIBADI TERHADAP MOTIVASI
DAN KINERJA PENGURUS DI ORGANISASI PERTUNI KOTA
SEMARANG

Elsa Mega Desvita


ABSTRAK
Organisasi pertanian adalah salah satu organisasi di mana anggotanya
merupakan disabilitas khusus netra. Komunikasi antar pribadi pengurus pertuni
kota Semarang sangatlah menjadi dasar yang sangat penting untuk kemajuan
organisasi pertuni, yang pada nantinya akan menunjukkan bagaimana kinerja dan
juga motivasinya tetap berada di lingkaran organisasi pertuni. Hal inilah yang
menjadi perhatian khusus dari penulis kenapa mengambil judul ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi


antar pribadi, terhadap motivasi kerja, dan kinerja pengurus pertuni kota
Semarang. Untuk mengetahui pengaruhnya komunikasi antar pribadi terhadap
motivasi pengurus dan kinerja pengurus maka peneliti menggunakan regresi linear
berganda sebagai standar ukurnya. Selain itu juga dilakukan menggunakan uji t
dan UCR untuk mengetahui persentase besarnya pengaruh komunikasi antar
pribadi terhadap motivasi dan kinerja pengurus pertuni kota Semarang.

Hasil dari penelitian ini adalah Dari hasil uji yang dilakukan oleh peneliti
dengan melibatkan 15 sampel seluruh jajaran pengurus baik pengurus inti maupun
pengurus pendukung maka hasilnya adalah, komunikasi antar pribadi memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi pengurus begitu pula
komunikasi antar pribadi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kinerja pengurus pertuni kota Semarang. Dari hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi sangat penting untuk dimiliki oleh
pengurus demi kemajuan pertuni dan anggota pertoni, khususnya di kota
Semarang.

Kata kunci: KAP, motivasi dan kinerja pengurus.

ix
THE EFFECT OF PERSONAL COMMUNICATION ON THE
MOTIVATION AND PERFORMANCE OF MANAGERS IN PERTUNI
ORGANIZATIONS, CITY OF SEMARANG

Elsa Mega Desvita

ABSTRACT

The agricultural organization is one of the organizations where the

members are people with special disabilities. Interpersonal communication

between the administrators of Pertuni in the city of Semarang is a very important

basis for the progress of the Pertuni organization, which in the future will show

how the performance and motivation of the Pertuni organization remains in the

circle of the Pertuni organization. This is the special concern of the author why he

took this title.

The purpose of this study was to determine the effect of interpersonal

communication, on work motivation, and the performance of Semarang city

administrators. To determine the effect of interpersonal communication on the

motivation of the management and the performance of the management, the

researchers used multiple linear regression as the standard of measurement. In

addition, it was also carried out using t-test and UCR to determine the percentage

of the influence of interpersonal communication on the motivation and

performance of Semarang city administrators.

The results of this study are from the results of tests conducted by researchers

involving 15 samples of all levels of management, both core and supporting

management, the result is, interpersonal communication has a positive and

significant influence on the motivation of the management as well as interpersonal

x
communication has a positive influence. and significant to the performance of the

Semarang city administrators. From these results, it can be concluded that

interpersonal communication is very important for the management to have for

the progress of Pertuni and Pertoni members, especially in the city of Semarang.

Keywords: KAP, motivation and management performance.

xi
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan
rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepuasan dan Persepsi
Pasien Terhadap Brand Equity Tentang Rumah Sakit Islam Sultan Agung” dapat
terselesaikan. Tanpa adanya usaha dan doa tentu penulis tidak dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan pada tingkat Strata-1.
Selama menyusun skripsi penulis menghadapi berbagai rintangan, namun dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan, penulis tetap berusaha agar dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan baik.

Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen


Pembimbing yang telah membantu dan memberi masukan dalam proses
penyelesaian penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat dinilai dengan baik dan
berguna untuk pembaca maupun peneliti selanjutnya. Penulis sadar bahwa skripsi
ini masih memiliki banyak kekurangan sehingga kritik dan saran masih sangat
diperlukan. Terima Kasih.

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN............................................ Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN............................................ Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...Error! Bookmark
not defined.
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................ Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMAKASIH .............................................. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ....................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................. Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang ........................................... Error! Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.3. Tujuan penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.
1.4. Manfaat Penelitian ..................................... Error! Bookmark not defined.
1.5. Kerangka Teori .......................................... Error! Bookmark not defined.
1.5.1. Paradigma Penelitian .................... Error! Bookmark not defined.
1.5.2. State of The Art ............................. Error! Bookmark not defined.
1.5.4. Teori Penelitian.............................. Error! Bookmark not defined.
1.6. Hipotesis ..................................................... Error! Bookmark not defined.
1.7. Definisi Konseptual .................................... Error! Bookmark not defined.
1.7.1. Komunikasi Antar Pribadi ............ Error! Bookmark not defined.
1.7.2. Karakteristik Komunikasi Antar pribadiError! Bookmark not
defined.
1.8. Devinisi Operasional..................................... Error! Bookmark not defined.
1.9. Metode Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.
1.9.1. Tipe Penelitian............................................ Error! Bookmark not defined.
1.9.2. Jenis dan Sumber Data .................. Error! Bookmark not defined.

xiii
1.9.3. Populasi dan Sampel ...................... Error! Bookmark not defined.
1.9.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas InstrumenError! Bookmark
not defined.
1.9.6. Uji Hipotesis ................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ................. Error! Bookmark not defined.
2.1. Sejarah Pertuni .......................................... Error! Bookmark not defined.
2.2. Profil Pertuni .............................................. Error! Bookmark not defined.
2.3. Pengertian Tunanetra ................................ Error! Bookmark not defined.
2.4. Visi dan Misi Pertuni ................................. Error! Bookmark not defined.
2.4.1. Visi Pertuni .................................... Error! Bookmark not defined.
2.4.2. Misi Pertuni ................................... Error! Bookmark not defined.
2.5. Keanggotaan Pertuni ................................. Error! Bookmark not defined.
2.6. Sejarah Pendirian Pertuni Dewan Pengurus Cabang Kota Semarang
Error! Bookmark not defined.
BAB III TEMUAN PENELITIAN ................................. Error! Bookmark not defined.
3.1. Karakteristik Responden ........................... Error! Bookmark not defined.
3.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..... Error!
Bookmark not defined.
3.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan UsiaError! Bookmark
not defined.
3.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan .. Error!
Bookmark not defined.
3.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Error! Bookmark not defined.
3.2. Deskripsi Variabel Penelitian .................... Error! Bookmark not defined.
3.2.1. Deskripsi Variabel KAP ................ Error! Bookmark not defined.
3.2.2. Deskripsi Variabel Motivasi .......... Error! Bookmark not defined.
3.2.3. Kinerja Pengurus ........................... Error! Bookmark not defined.
3.3. Interval Kelas ............................................. Error! Bookmark not defined.
3.3.1. Interval Kelas KAP (X1)................ Error! Bookmark not defined.
3.3.2. Interval Kelas Motivasi (Y1) ......... Error! Bookmark not defined.

xiv
3.3.3. Interval Kelas Kinerja Pengurus (Y2)Error! Bookmark not
defined.
3.4. Tabulasi Silang ........................................... Error! Bookmark not defined.
3.4.1. Tabulasi silang antara KAP dengan motivasi.Error! Bookmark
not defined.
3.4.2. Tabulasi silang antara variabel KAP (X1) Dengan dengan
variabel kinerja pengurus (Y2) ................. Error! Bookmark not defined.
BAB IV PEMBAHASAN ................................................ Error! Bookmark not defined.
4.1. Analisis Data Penelitian Awal .................... Error! Bookmark not defined.
4.1.1. Analisis Data Instrumen Penelitian (Analisis Validitas
Instrumen).................................................. Error! Bookmark not defined.
4.2. Uji Reliabilitas ............................................ Error! Bookmark not defined.
4.3. Uji Asumsi Klasik....................................... Error! Bookmark not defined.
4.3.1. Uji Normalitas Komunikasi Antar Pribadi dengan Motivasi
Pengurus..................................................... Error! Bookmark not defined.
4.3.2. Uji Normalitas Variabel Komunikasi Antar Pribadi dengan
Kinerja Pengurus ....................................... Error! Bookmark not defined.
4.3.3. Uji Multikolinearitas Variabel Komunikasi Antar Pribadi
dengan Motivasi Pengurus......................... Error! Bookmark not defined.
4.3.4. Uji Multikolinearitas Variabel Komunikasi Antar Pribadi
dengan Kinerja Pengurus .......................... Error! Bookmark not defined.
4.3.5. Uji Heteroskedastisitas Variabel Komunikasi Antar Pribadi
dengan Motivasi Pengurus......................... Error! Bookmark not defined.
4.3.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Komunikasi Antar
pribadi dengan Variabel Kinerja PengurusError! Bookmark not
defined.
4.4. Hasil Uji Hipotesis ...................................... Error! Bookmark not defined.
4.4.1. Uji Regresi Linier Sederhana ........ Error! Bookmark not defined.
4.4.2. Uji T ............................................... Error! Bookmark not defined.
4.4.3. Uji R ............................................... Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP........................................................... Error! Bookmark not defined.
5.1. Kesimpulan................................................. Error! Bookmark not defined.

xv
5.2. Saran........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ Error! Bookmark not defined.

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Persebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


.......................................................................................................................... 41
Tabel 3. 2 Persebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............ 42
Tabel 3. 3 Persebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
.......................................................................................................................... 42
Tabel 3. 4 Persebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ....................................................................................................... 43
Tabel 3. 5 Soal X1.1......................................................................................... 44
Tabel 3. 6 Soal X1.2......................................................................................... 45
Tabel 3. 7 Soal X1.3......................................................................................... 45
Tabel 3. 8 Soal X1.4......................................................................................... 46
Tabel 3. 9 Soal X1.5......................................................................................... 47
Tabel 3. 10 Soal Y1.1 ....................................................................................... 48
Tabel 3. 11 Soal Y1.2 ....................................................................................... 48
Tabel 3. 12 Soal Y1.3 ....................................................................................... 49
Tabel 3. 13 Soal Y1.4 ....................................................................................... 50
Tabel 3. 14 Soal Y1.5 ....................................................................................... 51
Tabel 3. 15 Soal Y2.1 ....................................................................................... 51
Tabel 3. 16 Soal Y2.2 ....................................................................................... 52
Tabel 3. 17 Soal Y2.3 ....................................................................................... 53
Tabel 3. 18 Soal Y2.4 ....................................................................................... 53
Tabel 3. 19 Soal Y2.5 ....................................................................................... 54
Tabel 3. 20 Interval Kelas KAP (X1).............................................................. 56
Tabel 3. 21 Hasil Interval Kelas KAP (X1) .................................................... 56
Tabel 3. 22 Interval Kelas Motivasi................................................................ 57
Tabel 3. 23 Hasil Interval Kelas Motivasi ...................................................... 57
Tabel 3. 24 Interval Kelas Kinerja Pengurus................................................. 58
Tabel 3. 25 Hasil Interval Kelas Kinerja Pengurus ....................................... 58
Tabel 3. 26 Tabulasi Silang KAP dengan Motivasi ....................................... 59
Tabel 3. 27 Tabulasi Silang KAP dengan Kinerja Pengurus ........................ 60
Table 4. 1 Uji Validitas KAP .......................................................................... 61
Table 4. 2 Validitas Motivasi .......................................................................... 62
Table 4. 3 Validitas Kinerja Pengurus ........................................................... 62
Table 4. 4 Uji Reliabilitas................................................................................ 63
Table 4. 5 Hasil Uji Normalitas Satu .............................................................. 65
Table 4. 6 Hasil Normalitas Dua .................................................................... 67
Table 4. 7 Hasil Uji Multikol satu .................................................................. 68

xvii
Table 4. 8 Hasil Uji Multikol Dua .................................................................. 69
Table 4. 9 Hasil Regresi Satu .......................................................................... 72
Table 4. 10 Hasil Uji Regresi Dua .................................................................. 73
Table 4. 11 Hasil Uji T Satu............................................................................ 74
Table 4. 12 Hasil Uji T Dua ............................................................................ 75
Table 4. 13 Hasil Uji R Satu ........................................................................... 76
Table 4. 14 Hasi Uji R Dua ............................................................................. 76

xviii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran .................................................................. 21


Gambar 4. 1 Uji Normalitas Satu .................................................................... 64
Gambar 4. 2 Uji Normalitas Dua .................................................................... 66
Gambar 4. 3 Uji Hetero Satu ........................................................................... 70
Gambar 4. 4 Uji Hetero Dua ........................................................................... 71

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sempurna ciptaan Tuhan dibanding makhluk

ciptaan yang lain. Sejatinya, kodrat manusia adalah sebagai makhluk monodualis.

Lalu, di samping sebagai makhluk individu (pribadi), manusia juga berperan

sebagai makhluk sosial. Karena manusia sebagai makhluk sosial maka dari itu,

manusia butuh berinteraksi antara satu dengan yang lainnya melalui komunikasi.

Selain sebagai makhluk sosial manusia sebelumnya adalah makhluk

individu. Kemudian, sebagai individu, manusia diberikan kemampuan berupa

akal, pikiran dan perasaan. Sehingga memiliki tanggung jawab akan dirinya yang

berguna untuk mengembangkan kemampuannya, dan juga memenuhi berbagai

kebutuhan hidup. Kemampuan akal pikiran, yang sudah ada sejak lahir dimiliki

oleh semua manusia tanpa terkecuali, walaupun dia seorang disabilitas di

masyarakat mereka juga memiliki akal pikiran dan kemampuan untuk

mempertahankan hidupnya, hanya saja mereka harus bekerja keras dua kali lipat

daripada manusia pada umumnya karena tingkat ketidakpercayaan oleh

masyarakat terhadap keberadaan kaum disabilitas di tengah masyarakat.

Sebagai makhluk sosial atau sosial, manusia memiliki kebutuhan yang

melekat untuk berinteraksi. Dengan bantuan orang lain, orang belajar dan

beradaptasi dengan lingkungannya. Mulai dari merangkak, belajar berdiri,

berjalan, menggunakan locomotion, hingga berkomunikasi dengan orang lain.

1
2

Sebenarnya, individu dapat mengembangkan potensi mereka dalam diri mereka

sendiri dan di bidang lain yang membutuhkan keterlibatan sosial.

Manusia akan berkomunikasi dalam interaksinya dengan masyarakat untuk

menyampaikan informasi. Komunikasi tatap muka adalah komunikasi yang terjadi

antara dua orang. Kemudian, komunikasi interpersonal merupakan salah satu

cabang dari ilmu komunikasi.

Komunikasi antarpribadi dipandang sangat berhasil untuk mengubah

perilaku orang lain jika makna yang disampaikan sebanding. Umpan balik

langsung adalah landasan komunikasi interpersonal modern. Arus balik mudah

dipahami oleh komunikator baik secara vokal maupun nonverbal, dengan bahasa

tubuh seperti mengangguk, tersenyum, mengerutkan kening, dll.

Selama proses komunikasi interpersonal, sangat penting bahwa orang

mengkomunikasikan informasi dan emosi satu sama lain atau dengan orang lain

sehingga umpan balik tidak mengarah pada kesalahpahaman komunikasi. Adanya

interaksi antar individu bisa terjadi apabila individu satu dengan individu yang

lainnya saling bertemu, pertemuan individu dengan individu lainnya akan terjadi

proses interaksi dan kemudian akan menimbulkan komunikasi.

Menjadi masyarakat disabilitas tentunya bukan hal yang mudah, butuh

mental yang kuat untuk menjalani hidup, perbedaan cara melakukan atau

mengakses sesuatu yang ada disekitarnya membuat disabilitas itu tidak percaya

diri, maka dari itu konsep dasar percaya diri harus dimiliki oleh disabilitas untuk

mencapai komunikasi antar pribadi, komunikasi bisa dituangkan baik itu face-to-

face maupun antar kelompok bisa diwujudkan dengan adanya organisasi


3

kemasyarakatan, dalam menjalin kemandirian terutama dalam hal berkomunikasi

alangkah lebih efektifnya kalau mereka berkumpul dalam sebuah organisasi di

mana mereka memiliki teman senasib seperti apa yang dideritanya, untuk

menyamakan visi misi dan mereka tidak akan sendirian kalau mereka berkumpul

dengan teman seperjuangan.

Menurut Joseph A. Devito dalam “The Interpersonal Communication

Book” (Devito, 2012: 4), komunikasi interpersonal adalah tindakan mengirim dan

menerima pesan dengan beberapa konsekuensi dan umpan balik yang cepat antara

dua orang atau antara individu dalam kelompok. Menurut Evert M. Rogers dalam

Depari, komunikasi interpersonal adalah komunikasi dari mulut ke mulut

termasuk kontak tatap muka antara banyak orang.

Dean Barnulus (Liliweri, 2012:12) tidak sependapat, dengan alasan bahwa

komunikasi interpersonal dicirikan oleh kontak spontan dan tidak terstruktur

antara dua orang atau lebih. Senada dengan itu, Onong U. Effendy (Effendy,

2012:61) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara

dua individu dalam bentuk diskusi yang dapat terjadi secara tatap muka (face to

face) atau melalui media seperti telepon. Komunikasi interpersonal dicirikan oleh

sifatnya yang dua arah atau timbal balik.

Terjalinnya interaksi komunikasi antar individu sangat diperlukan apalagi

dalam sebuah organisasi, sebab apabila komunikasi timbal balik yang terjadi

dalam sebuah organisasi tidak maksimal maka penyampaian organisasi pengurus

juga tidak maksimal, maka dari itu sangat penting untuk menjaga komunikasi

antar pribadi terutama komunikasi timbal balik a Antar pengurus sebuah


4

organisasi antara satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik, hal ini

sangat mempengaruhi kinerja pengurus, sebab kalau salah satu pengurus tidak

menjalin komunikasi dengan baik antar pengurus yang lainnya, maka dalam

penyampaian forum akan terjadi miss komunikasi dan mengakibatkan kinerja

pengurus menjadi terhambat, dan ini bisa menjadi fatal hanya gara-gara satu

pengurus saja pengurus yang lainnya juga ikut kena, karena anggota hanya

mengetahui penyampaian informasinya saja tidak mengetahui proses bagaimana

informasi itu sampai kepada anggota. Seperti dalam contoh kasus yang pernah

dialami oleh organisasi disabilitas us-cert RA Kartini kota Semarang, karena tidak

terjadinya komunikasi dengan baik antara bendahara dengan ketua organisasi,

maka dalam pertemuan bendahara menyampaikan apa yang menjadi keluar

masuknya uang tanpa menjalin komunikasi terlebih dahulu dengan ketua apakah

ada pengeluaran yang lain atau tidak, bendahara melaporkan keuangan di depan

seluruh anggota anggota, setelah bendahara menyampaikan laporan keuangan

ternyata ada instruksi dari ketua ada satu hal yang belum dilaporkan dan itu terjadi

karena tidak ada komunikasi yang terjalin dengan baik antar pribadi individu

masing-masing antara bendahara dengan ketua. Ini sangat fatal kalau seandainya

interaksi komunikasi antar pengurus tidak terjalin dengan baik, maka akan

menimbulkan kesalahpahaman terus-menerus dan kinerja pengurus menjadi

kurang maksimal.

Kinerja pengurus yang tidak maksimal di dalam sebuah organisasi, maka

akan dipertanyakan oleh anggotanya, bukan hanya itu saja karena

kesalahpahaman penyampaian informasi dari masing-masing individu pengurus


5

antar satu dengan lainnya kalau tidak terjadi transparansi antar pribadi pengurus,

selain menimbulkan kesalahpahaman antara pengurus dengan anggota, maka

kecurigaan antar pengurus antara satu dengan yang lainnya akan saling curiga,

dan ini sangat tidak baik untuk keberlangsungan sebuah organisasi, sebuah

organisasi yang baik adalah sebuah organisasi di mana pengurusnya antara satu

dengan yang lainnya saling bertukar informasi, hal ini bisa tercapai apabila

komunikasi antar pribadi dari pengurus satu dengan yang lainnya terjalin dengan

baik, maka informasi apapun baik mengenai persoalan organisasi seperti

keuangan, kesekretariatan, pengurus pendukung organisasi yang lainnya seperti

para seksi-seksi saling berinteraksi menjalin hubungan dengan baik dengan cara

berkomunikasi dengan baik, maka persoalan kesalahpahaman mengenai informasi

yang diterima oleh pengurus antara satu dengan yang lainnya tidak akan terjadi

lagi.

Kinerja pengurus, yang dalam hal ini adalah komunikasi antar pribadi

pengurus pertuni, menjadi persoalan yang sangat serius, kalau dari internal

pengurus sendiri tidak memperbaiki bagaimana cara menyampaikan komunikasi

si antar pengurus yang satu dengan lainnya maka akan menimbulkan kegaduhan

di dalam ruangan, untuk merubah itu semua diperlukan motivasi pengurus,

motivasi sangat diperlukan bagi pengurus agar lebih serius lagi untuk merubah ah

terutama dalam personal dalam hal komunikasi antar pribadi menjadi lebih baik,

hal ini terwujud karena setiap pengurus memiliki tujuan dari motivasi yang

diberikan oleh ketua.


6

Motivasi adalah intensitas, arah, dan keuletan yang dengannya seseorang

mengejar tujuannya. [1] Konsep ini mencakup tiga komponen utama: intensitas,

arah, dan ketekunan. Menurut teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X

dan teori Y Douglas McGregor, serta teori motivasi modern, motivasi adalah

'alasan' di balik tindakan individu. Seseorang dengan motivasi yang besar dapat

dicirikan sebagai memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuannya

melalui pekerjaannya saat ini. Berbeda dengan motivasi dalam arti yang muncul

di masyarakat, yang kadang-kadang dikaitkan dengan "semangat", seperti contoh

dalam kalimat "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Kondisi ini

tentunya motivasi intrinsik tidak berkorelasi dengan semangat. Ungkapan ini

dapat dibaca sebagai seorang ayah yang ingin anaknya memiliki keinginan yang

kuat untuk belajar. Oleh karenanya, harus disadari bahwa kata motivasi digunakan

secara berbeda dalam masyarakat yang berbeda. Ada orang yang melihat motivasi

sebagai alasan, ada juga yang melihatnya sebagai kegembiraan (Robin Steven,

2014).

Berdasarkan persoalan komunikasi yang kurang baik dari para pengurus

dan ketua pertuni, penulis memutuskan untuk menggali lebih dalam mengenai

sejauh mana para pengurus dan ketua pertuni mengerti persoalan komunikasi yang

baik dan benar yang harus disampaikan kepada anggotanya agar tidak terjadi salah

paham ketika menyampaikan informasi kepada anggotanya maka dari itu penulis

dalam penelitiannya mengambil judul : PENGARUH KOMUNIKASI ANTAR

PRIBADI TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA PENGURUS DI


7

ORGANISASI PERTUNI KOTA SEMARANG (Studi kasus pada Pengurus

pertuni kota Semarang).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas kepercayaan diri bagi penyandang

disabilitas sangatlah penting untuk membentuk komunikasi yang baik dari

individu pengurus pertuni di masyarakat, oleh karena itu rumusan masalah dari

penelitian ini adalah :

1) Apakah komunikasi antar pribadi memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap motivasi?.

2) Apakah komunikasi antar pribadi, memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap kinerja pengurus pertuni?.

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui komunikasi antar pribadi terhadap motivasi.

2) Untuk mengetahui komunikasi antar pribadi terhadap kinerja pengurus

pertuni.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

1) Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan

secara tertulis dan dapat dijadikan sebagai referensi tentang komunikasi

interpersonal, khususnya komunikasi interpersonal antara pengurus dan


8

anggota berkebutuhan khusus dalam meningkatkan kepercayaan seluruh

anggota pertuni di Semarang.

2) Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan warna

acuan bagi wacana penelitian di Fakultas Bahasa dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

3) Manfaat praktis, penelitian ini dapat menjadi tambahan pemikiran tidak

hanya bagi kajian/kajian ilmu komunikasi, tetapi juga bagi pembaca dan

masyarakat luas.

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Paradigma Penelitian

Secara umum, ada dua kelompok paradigma penelitian yang kerap

digunakan oleh peneliti. Paradigma yang paling banyak digunakan oleh peneliti

adalah kuantitatif dan kualitatif. Kedua paradigma ini memiliki kriteria dan

metode tersendiri. Baik paradigma penelitian kuantitatif maupun kualitatif,

keduanya memiliki karakteristik dan kelebihan serta kekurangan masing-masing.

Selain kedua paradigma tersebut, ada pula beberapa paradigma penelitian lainnya

yang mendasari. Beberapa paradigma tersebut antara lain paradigma Positivisme,

paradigma Konstruktivisme, paradigma Pragmatisme, paradigma Subjektivisme,

dan paradigma Kritis. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah

paradigma kuantitatif.

Paradigma kuantitatif merupakan pandangan dunia positivis yang menolak

aspek religius dan metafisik. Paradigma ini berpandangan bahwa hanya

pengetahuan ilmiah yang sah. Informasi yang dipermasalahkan adalah


9

pengetahuan yang kita peroleh melalui pengalaman kita. Dimana indera kita

melihat peristiwa yang selanjutnya diproses oleh akal kita.

Karena dimulai dari pengalaman pribadi kita, maka fokus kajian sering

kali dekat dengan kaitan dan sebab akibat antara fenomena atau pengalaman yang

kita jumpai. Bahkan jika didasarkan pada pengalaman masa lalu kita, penelitian

masih bergantung pada fakta saat ini. Dengan memeriksa fakta, penelitian

mungkin didasarkan pada asumsi di samping fakta. Oleh karenanya, paradigma ini

memanfaatkan asumsi kita yang didasarkan pada informasi yang kita dapatkan

melalui proses mental kita tentang kejadian atau peristiwa tertentu. Selain itu,

paradigma Kuantitatif berpandangan bahwa pemikiran rasional atas fakta empiris

merupakan salah satu sumber pengetahuan.

Alasan ini didasarkan pada konsistensi dengan gagasan sebelumnya, yang

sering dikenal sebagai koherensi. Dimana dalam prosedurnya, diawali dengan

asumsi atau yang sering kita sebut sebagai pembuatan hipotesis. Untuk divalidasi

lebih lanjut guna mengembangkan hipotesis baru. Paradigma kuantitatif

berpandangan bahwa variabel-variabel di dalam suatu peristiwa dapat berubah

berdasarkan kondisi dan keadaan. Akibatnya, penelitian kuantitatif hanya

menggunakan variabel-variabel tertentu. Biasanya, hanya variabel yang relevan

dengan tujuan penelitian yang digunakan.

1.5.2. State of The Art

Berikut adalah penelitian sejenis atau terkait yang menjadi dasar penelitian

penulis saat ini.


10

Table 1. 1
State of The Art
No Nama dan Judul Penelitian Metodologi Hasil Penelitian
1 Benny Usman (2018). Penelitian Komunikasi interpretasi
PENGARUH kuantitatif memiliki pengaruh yang positif
KOMUNIKASI survey dan signifikan terhadap kinerja
INTERPERSONAL pegawai pada fakultas ekonomi
TERHADAP KINERJA universitas PGRI.
PEGAWAI PADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PGRI
PALEMBANG
2 Rifky Attallah (2019). Penelitian Variabel komunikasi antar
PENGARUH kuantitatif pribadi memiliki pengaruh yang
KOMUNIKASI ANTAR survey positif dan signifikan terhadap
PRIBADI TERHADAP kinerja karyawan, hasil ini
KINERJA KARYAWAN didapat melalui uji regresi linier
DI PT. UPTRANS EDMON berganda.
3 Farisya Wulandari (2020). Penelitian Komunikasi antar pribadi
PENGARUH kuantitatif memiliki pengaruh yang positif
KOMUNIKASI ANTAR survey dan signifikan terhadap kinerja
PRIBADI TERHADAP pegawai di dinas pendidikan
KINERJA PEGAWAI berdasarkan uji regresi linear
DINAS PENDIDIKAN berganda.
DAN KEBUDAYAAN
DAERAH PROVINSI
SULAWESI TENGAH

Dari penelitian terdahulu di atas diketahui bahwa penelitian terdahulu

memang yang meneliti komunikasi antar pribadi, akan tetapi yang diteliti adalah

mengenai kinerja pegawai, sedangkan yang dilakukan penulis adalah pengaruh

komunikasi antar pribadi pengurus terhadap motivasi, dan dan kinerja pengurus

organisasi pertuni.
11

1.5.3.

1.5.4. Teori Penelitian

1.5.4.1. Teori Komunikasi Antar Pribadi

A. Aprehensi Komunikasi

Aprehensi komunikasi adalah kemampuan kognitif. Di mana pada

kondisi seseorang sadar bahwa dirinya mengalami kecemasan dan teror

selama berkomunikasi. Oleh karena itu, dia adalah individu yang mati rasa

karena dia tidak memiliki ide dan emosi. Bahkan sampai kurangnya

pemahaman tentang sebab dan akibat sosial.

Menurut teori lain, pemahaman komunikasi mungkin terjadi jika

seseorang menganggap pertemuan komunikasinya tidak menyenangkan.

Karena itu, dia enggan menghubungi lagi. Ada tiga kelas faktor

pemahaman komunikasi:

1) Aktifitas yang berlebihan-Secara psikologis menunjukkan sikap

kita sudah terlalu aktif bahkan sebelum kegiatan dilakukan.

2) Proses kognitif tidak tepat-Ditunjukkan dengan rasa tidak nyaman

dalam menghadapi komunikasi.

3) Keterampilan dalam komunikasi tidak memadai-Ini menunjukkan

jika kita tidak tahu cara berkomunikasi secara efektif .

B. Self-Disclosure

Self disclosure ialah komponen dari studi komunikasi di seluruh

dunia. Komunikasi sebagian besar berfokus pada komponen kontak

termasuk indikasi sebagai orang sosial. Juga digunakan untuk


12

mengembangkan potensi manusia melalui kontak sosial (Fister, 2011 :

243).

Kemudian, dalam pengungkapan diri, komunikasi terjadi ketika

orang mengungkapkan informasi tentang diri mereka dengan berani.

Informasi yang diberikan bersifat komprehensif (rahasia).

Teori ini sangat mendukung dengan penelitian yang peneliti

lakukan, yaitu mengenai pembahasan komunikasi antara pribadi dari

individu pengurus pertuni kota Semarang yang harus terbuka dengan

pengurus individu yang lain. Hal ini dilakukan agar komunikasi setiap

individu dari masing-masing pengurus bisa terjalin komunikasi dengan

baik sehingga mereka bisa kerja sama tim dengan saling berbagi informasi

apabila terjadi keterbukaan komunikasi antar pribadi masing-masing

pengurus

C. Penilaian Sosial

Individu biasa kontras dan menyerap ketika mereka menerima

sinyal. Kontras adalah kesalahan kognitif yang menyebabkan polarisasi

pikiran. Misalnya, membandingkan keyakinan bahwa kopi bermanfaat

bagi kesehatan dengan perspektif bahwa kopi merusak kesehatan.

Sementara itu, asimilasi menunjukkan penilaian keliru yang saling

bertentangan. Selain itu, Teori Penilaian Sosial mencakup tiga unsur yang

antara lain mempengaruhi komunikasi antarpribadi: Percakapan yang

sangat kredibel. Kondisi ini mempercepat transmisi pesan yang tidak

ambigu tanpa menghasilkan kesalahpahaman di antara pihak-pihak. Dalam


13

banyak kasus, ambiguitas lebih disukai daripada kejelasan. Di bidang

periklanan, misalnya, ketika pesan yang ingin dikomunikasikan bersifat

kompleks. Ada beberapa dengan pendekatan dogmatis untuk

menyelesaikan masalah. (Baca juga: Komunikasi Sosial).

Apabila komunikasi antar pribadi yang sudah dilakukan secara

terbuka oleh masing-masing individu dari pengurus pertuni kota

Semarang, maka akan terjalin komunikasi dengan anggota pertoni dengan

secara terstruktur dan pada akhirnya anggota bisa menilai dari komunikasi

antarpribadi yang dimiliki oleh masing-masing individu pengurus per unit

kota Semarang. Hal ini dirasa perlu untuk memilih teori ini agar lebih

menguatkan lagi komunikasi antar pribadi dan keterbukaan yang lebih

luas.

1.5.4.2. Motivasi

A. Motivasi
Motivasi adalah sebuah dorongan, hasrat atau minat yang begitu

besar di dalam diri, untuk mencapai suatu keinginan, cita-cita dan tujuan

tertentu. Adanya motivasi akan membuat individu berusaha keras untuk

mencapai yang diinginkannya. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi

akan memberikan dampak yang baik bagi kehidupannya. Tingginya

motivasi tersebut akan mengubah perilakunya, untuk menggapai cita-cita

dan menjalani hidup dengan lebih baik. Oleh karena itu, setiap orang

sangat membutuhkan motivasi untuk dirinya sendiri. Hal ini, agar Anda
14

tidak mudah putus asa dan merasa down . Serta dapat bangkit dengan

cepat saat mengalami kegagalan (Putra, 2020).

B. Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi dibagi menjadi dua jenis. Lalu, apa sajakah jenis-jenis

motivasi tersebut? Simaklah penjelasan di bawah ini :

1) Jenis motivasi yang pertama adalah motivasi internal, atau motivasi

yang berasal dari dalam diri seseorang. Inspirasi berasal dari dalam

dan tidak dipengaruhi oleh orang lain.

2) Kedua adalah motivasi eksternal. Motivasi eksternal, berbeda

dengan motivasi internal, berasal dari luar orang tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa dorongannya merupakan hasil dari pengaruh

atau pengaruh orang lain, serta faktor eksternal.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Selain banyak bentuk motivasi, ada aspek tambahan yang

mempengaruhi motivasi setiap individu. Jelas, kondisi motivasi setiap

orang akan berbeda-beda. Lalu, apa saja elemen-elemen tersebut?

Perhatikan penjelasan yang diberikan di bawah ini:

1) Faktor Pemuas

Faktor pemuas (satisfie) adalah unsur-unsur yang berasal dari

dalam diri seseorang. Akibatnya, unsur kenikmatan juga dikenal sebagai

motivasi intrinsik.

Adanya aspek gratifying akan memotivasi setiap orang untuk terus

mengejar kesuksesan. Prestasi ini tidak diragukan lagi dapat membawa


15

perasaan puas. Akibatnya, faktor-faktor berikut mungkin mempengaruhi

faktor kepuasan:
16

a. Sebuah Prestasi

Prestasi akan menjadi pendorong utama kegairahan dalam

bekerja. Dia akan menghasilkan pekerjaan berkualitas tinggi, terus-

menerus memantau dan memberikan hasil yang memuaskan,

memungkinkan dia untuk mencapai kesuksesan.

b. Tanggung Jawab

Selain prestasi, ada tugas atau kewajiban. Setiap orang

harus memiliki rasa kewajiban. Rasa kewajiban Inilah yang dapat

memotivasi orang untuk melakukan pekerjaan terbaik mereka.

c. Kinerja

Tujuan kerja diturunkan dari persamaan derajat kepuasan.

Gagasan ini mengklaim bahwa kebahagiaan kerja seseorang

ditentukan oleh kepribadiannya.

2) Faktor Pemelihara

Motivasi ekstrinsik dapat digunakan untuk menyinggung aspek

pengasuhan, yang berada di luar orang tersebut. Motivasi ekstrinsik

dipengaruhi oleh orang lain atau faktor eksternal.


17

1.5.4.3. Kinerja

A. Teori Kinerja

Menurut Rivai (2015:309), gagasan kinerja adalah perilaku asli

yang ditunjukkan oleh setiap orang dalam bentuk prestasi kerja yang

diciptakan oleh pekerja sesuai dengan peran perusahaannya.

Menurut Ilyas (2015:55), konsep kinerja adalah penampilan, hasil

kerja personel baik secara kualitas maupun kuantitas penampilan individu

maupun kelompok kerja personel, dan penampilan kerja tidak terbatas

pada personel yang memegang jabatan fungsional dan struktural posisi,

tetapi untuk seluruh lini personel.

Berdasarkan beberapa pandangan para ahli tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil yang

dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas atau kewajibannya sesuai

dengan ukuran atau kebutuhan masing-masing usaha.

B. Pengukuran Kinerja

Untuk menentukan kinerja puncak dan kinerja rendah seseorang,

diperlukan pengukuran kinerja. Menurut Simamora (2018:50), penilaian

kinerja merupakan teknik manajemen yang meningkatkan kualitas

pengambilan keputusan dan tanggung jawab.

Menurut Dharma (2019:355) pengukuran kinerja harus

mempertimbangkan hal-hal berikut :

1) Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan harus dicapai.

2) Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik atau tidaknya).


18

3) Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang

direncanakan.

C. Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu

Ada berbagai strategi untuk mengevaluasi kinerja sebelumnya,

dengan sebagian besar dari mereka mencoba untuk mengurangi kesulitan

unik yang terkait dengan pendekatan ini. Karyawan mungkin mendapatkan

umpan balik atas upaya mereka dengan meninjau kinerja historis. Masukan

ini selanjutnya dapat menghasilkan peningkatan kinerja.

Teknik-teknik penilaian dari metode berorientasi masa lalu ini

meliputi sebagai berikut :

1) Skala Peringkat (Rating Scale)

Dalam prosedur ini, evaluator diperlukan untuk mengevaluasi kinerja

pekerja dalam berbagai skala pekerjaan, mulai dari yang terendah hingga

yang tertinggi.

2) Daftar Pertanyaan (Checklist)

Dalam evaluasi berdasarkan pendekatan ini, serangkaian pertanyaan

diajukan untuk menggambarkan perbedaan derajat perilaku untuk suatu

profesi tertentu.

3) Metode dengan Penilaian Terarah (Forced Choice Methode)

Strategi ini bertujuan untuk mempromosikan objektivitas dan mengurangi

subjektivitas dalam evaluasi.


19

4) Metode Peristiwa Kritis (Critical Incident Methode)

Dalam pendekatan ini, pemilihan didasarkan pada evaluasi penilai

terhadap kinerja karyawan, seperti kinerja pekerjaan yang sangat baik atau

sangat buruk.

5) Metode Catatan Prestasi

Dalam sistem ini, komentar perbaikan terkait erat dengan kejadian penting.

6) Skala Peringkat Dikaitkan dengan Tingkah Laku (Behaviorally Anchore

Rating Scale=BARS)

Di dalam metode ini merupakan suatu cara penilaian prestasi kerja satu

kurun waktu tertentu di masa lalu dengan mengaitkan skala peringkat

prestasi kerja dengan perilaku tertentu.

7) Tes dan observasi prestasi kerja (Comparative Evaluation Approach)

Dalam strategi ini, membandingkan kinerja dua karyawan yang mengatur

tugas-tugas yang sebanding ditekankan.

D. Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan

Konsep ini mengasumsikan bahwa pekerja tidak lagi menjadi

bawahan dan bergantung pada atasan mereka, melainkan berpartisipasi

dalam proses penilaian. Bersama dengan manajer, karyawan memainkan

peran penting dalam menetapkan tujuan organisasi.

Berikut ini adalah contoh teknik evaluasi metodologi berorientasi

masa depan:

1) Penilaian Diri Sendiri (Self Appaisal)


20

Karyawan diinformasikan tentang harapan karyawan yang diharapkan

perusahaan, tujuannya, dan masalah yang dihadapinya.

2) Manajemen Berdasarkan Sasaran (Manajemen By Objective)

Sebuah bentuk evaluasi di mana pekerja dan supervisor menentukan tujuan

atau sasaran untuk pekerjaan masa depan dalam kolaborasi.

3) Penilaian Secara Psikologis

Evaluasi yang dilakukan oleh psikolog untuk menilai potensi karyawan.

4) Pusat Penilaian (Assessment Center)

Kumpulan pendekatan yang digunakan oleh beberapa penilai untuk

mengukur kapasitas seseorang untuk memikul tanggung jawab tambahan.

Oleh karena itu, penilaian kinerja merupakan suatu metode untuk menilai

atau menentukan nilai kinerja seorang pegawai.

1.6. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang hendak

diteliti. Suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang

menghubungan antara dua variabel atau lebih. Berikut adalah hipotesis dari

penelitian ini:

Berdasarkan rumusan masalah dari penelitian ini maka diperoleh dua

hipotesis dari penelitian ini yaitu :

H1 : . Komunikasi antar pribadi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap motivasi.

H2 : Komunikasi antar pribadi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap kinerja pengurus pertuni kota Semarang.


21

Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran

Keterangan :
X1 : Komunikasi Antar Pribafi
Y1 : Motivasi
Y2 : Kinerja Pengurus

1.7. Definisi Konseptual

1.7.1. Komunikasi Antar Pribadi

Hardjana (2018:85) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai

kontak tatap muka antara dua individu atau lebih di mana pengirim dapat

mengungkapkan pesan secara langsung dan penerima dapat menerima dan

membalas secara langsung juga. Sedangkan Devito dalam Efendi (2012: 60)

mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai tindakan mengirim dan

menerima pesan antara dua individu atau antara sekelompok kecil orang, dengan

konsekuensi dan beberapa respon cepat, saya akan mendefinisikannya sebagai:

(Surip, 2018: 28 ).

Jenis komunikasi interpersonal yang unik ini adalah komunikasi diadik,

yang mencakup hanya dua orang tatap muka dan memungkinkan setiap peserta
22

untuk menangkap emosi verbal dan nonverbal orang lain secara langsung, seperti

antara suami dan istri, dua rekan kerja, atau dua teman dekat, guru dengan murid,

dll.

Komunikasi interpersonal bertujuan untuk memperkuat hubungan antar

manusia, menghindari dan menyelesaikan perselisihan pribadi, meminimalkan

ketidakpastian, dan berbagi informasi dan pengalaman dengan orang lain

(Cangara, 2018: 62).

Halloran (2019) mengemukakan bahwa manusia berkomunikasi dengan

orang lain karena didorong oleh beberapa faktor, yakni : (1) perbedaan antar

pribadi; (2) manusia meskipun meskipun merupakan makhluk yang utuh namun

tetap mempunyai kekurangan (3) perbedaan motivasi antar manusia; (4)

pemenuhan harga diri, dan (5) kebutuhan akan pengakuan orang lain (Liliweri,

2018 : 48).

Komunikasi interpersonal dapat meningkatkan interaksi interpersonal

antara orang-orang yang terlibat. Karena memiliki banyak teman, kehidupan

sosial seseorang dapat memberinya kemudahan. Melalui komunikasi antarpribadi,

kita juga dapat berusaha mengembangkan hubungan positif untuk mencegah dan

menyelesaikan perselisihan (Cangara, 2016: 62).

Perkembangan ide komunikasi interpersonal yang bergantung pada situasi

ditekankan dalam definisi komunikasi interpersonal. Miller dan Steinberg (2012)

menjelaskan tekanan dari keadaan ini, tetapi mereka juga berpikir bahwa jika

komunikasi interpersonal didefinisikan hanya sebagai memperhatikan lingkungan,

maka itu bersifat statistik dan tidak ada yang dapat mengembangkannya. Situasi
23

dalam hubungan interpersonal begitu cair dan terus berubah. Karena masing-

masing pihak memiliki pemahaman menyeluruh tentang kehidupan, ide dan

pengetahuan pihak lain, emosi, dan perilaku, komunikasi antara individu yang

sudah saling mengenal memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada komunikasi

antara mereka yang tidak. Kesimpulannya, keakraban harus mendahului

komunikasi interpersonal jika ingin lebih berkualitas (Liliweri, 2012: 30).

1.7.2. Karakteristik Komunikasi Antar pribadi

Terdapat beberapa karakteristik dalam komunikasi antar pribadi. Menurut

Richard L. Weaver (2016) menyebutkan bahwa komunikasi antar pribadi dapat

didefinisikan dengan beberapa karakteristik di antaranya sebagai berikut :

1. Melibatkan Paling Sedikit Dua Orang

Komunikasi membutuhkan minimal dua pihak. Menurut Weaver,

komunikasi interpersonal terbatas pada pasangan dua orang. Jumlah dua

orang tidak sembarangan. Tiga serangkai, atau jumlah tiga, mungkin

dianggap sebagai kelompok terkecil. Jika kita mendefinisikan komunikasi

interpersonal dalam hal jumlah orang yang terlibat, kita harus ingat bahwa

komunikasi interpersonal yang sukses terjadi antara dua anggota kelompok

terbesar. Ketika dua individu dalam kelompok yang lebih besar

menyepakati masalah atau subjek tertentu, mereka benar-benar

berkomunikasi satu sama lain.

2. Tanya Umpan Balik atau Feedback

Interaksi interpersonal membutuhkan umpan balik. Umpan balik

adalah pesan yang disampaikan kembali kepada pembicara oleh penerima.


24

Dalam komunikasi interpersonal, umpan balik hampir selalu langsung.

Seringkali, itu segera, nyata, dan berkelanjutan. Hubungan antara pengirim

dan penerima adalah jenis komunikasi interpersonal yang unik. Hal ini

dinamakan simultaneous message atau co-stimulation.

3. Tidak Harus Tatap Muka

Interaksi tatap muka tidak diperlukan untuk komunikasi

interpersonal. Untuk komunikasi interpersonal yang telah terjalin, yaitu

adanya saling pengertian antara dua orang, kehadiran fisik dalam

percakapan tidak terlalu penting. Misalnya, percakapan antara dua teman

dekat, seperti suami dan istri, dapat terjadi melalui telepon, email, atau

bahasa isyarat jika mereka berada di lingkungan terbuka tetapi tidak dekat

secara fisik. Namun, menurut Weaver, komunikasi tanpa koneksi tatap

muka tidak optimal, meskipun tidak selalu dalam komunikasi

interpersonal.

4. Tidak Harus Bertujuan

Tidak setiap komunikasi interpersonal harus memiliki tujuan atau

kesadaran. Lidah terpeleset, misalnya, mungkin menunjukkan bahwa

seseorang telah berbohong kepada Anda. Anda mungkin tahu atau melihat

bahwa seseorang di dekat Anda benar-benar kesal jika kakinya terus-

menerus bergeser dan bergerak, dia berbicara dengan tidak pasti, atau dia

bereaksi dengan tidak nyaman.

5. Menghasilkan beberapa pengaruh atau effect


25

Komunikasi interpersonal yang benar terjadi ketika sebuah pesan

harus memiliki dampak atau pengaruh. Dampaknya tidak perlu instan dan

nyata, tetapi harus terjadi. Contoh kontak interpersonal yang tidak

berdampak termasuk bercakap-cakap dengan orang yang sedang

mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut atau pengering

rambut. Jika pesan yang dikirim tidak diterima dan tidak berdampak, ini

bukan komunikasi interpersonal.

6. Tidak Harus Melibatkan atau Menggunakan Kata-kata

Melalui komunikasi nonverbal, kita dapat berkomunikasi tanpa

menggunakan kata-kata. Misalnya, seorang suami telah setuju dengan

istrinya untuk meninggalkan pesta ketika dia mengedipkan matanya

sebagai tanda bahwa sudah waktunya untuk pergi.

7. Dipengaruhi oleh konteks

Konteks adalah pengaturan di mana pertemuan-pertemuan berikut

sebelum dan sesudah pernyataan Verderber (2018): (1) konteks fisik terdiri

dari variabel lokasi dan lingkungan seperti suhu udara, iluminasi, dan

tingkat kebisingan. (2) sosial, lingkungan sosial adalah semacam interaksi

antar individu yang mungkin sudah ada. Konteks psikologis mencakup

sentimen dan emosi yang disumbangkan setiap individu untuk interaksi

antarpribadi. (4) Setting budaya yang melingkupi peristiwa komunikasi;

konteks budaya terdiri dari keyakinan, nilai, sikap, makna, hierarki sosial,

agama, persepsi waktu, dan peran peserta.


26

8. Dipengaruhi oleh Kegaduhan atau Noise

Noise adalah setiap input yang mengganggu proses pembentukan pesan.

Sumber kebisingan eksternal, internal, dan semantik ada (Budayatna, 2018

: 15-16).

1.8. Devinisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah seperangkat petunjuk yang lengkap

tentang apa yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep untuk

menguji kesempurnaan. Definisi operasional variabel ditemukan item-item yang

dituangkan dalam instrumen penelitian.

(https://penerbitdeepublish.com/instrumen-penelitian) (dalam Sugiarto, 2016:38).

1) Komunikasi Antar Pribadi (X1)

a. Kecerdasan spiritual

b. Konsep diri

c. Komunikasi interpersonal

2) Motivasi (Y1)

a. Tanggung Jawab
b. Prestasi Kerja
c. Peluang Untuk Maju
3) Kinerja Pengurus (Y2)
a. Sesuatu yang dicapai
b. Tingkat Pencapaian
c. Terwujutnnya visi dan misi Pertuni
27

1.9. Metode Penelitian

1.9.1. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif,tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh antara

komunikasi antar pribadi terhadap kinerja pengurus pertuni kota Semarang.

Penelitian ini akan dilakukan di di kantor sekretariat pertuni kota Semarang, yaitu

di jalan Sultan Agung nomor 146 Semarang.

1.9.2. Jenis dan Sumber Data

A. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Kualitatif

Yaitu data yang bukan dalam bentuk angka-angka atau tidak dapat

dihitung, dan diperoleh dari hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan

dan karyawan dalam perusahaan serta informasi-informasi yang diperoleh

dari pihak lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Data Kuantitatif

Yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat

dihitung, yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan dan berhubungan

dengan masalah yang diteliti.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam

yaitu data primer dan data sekunder.


28

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh penulis melalui observasi

atau pengamatan langsung dari perusahaan, baik itu melalui observasi,

kuesioner dan wawancara secara langsung dengan pimpinan dan staf

perusahaan sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak langsung,

yaitu data tersebut diperoleh penulis dari dokumen–dokumen perusahaan

dan buku–buku literatur yang memberikan informasi tentang proses

komunikasi antar pribadi dan seleksi serta kinerja pengurus siswa.

1.9.3. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini penulis menjadikan seluruh pengurus organisasi pertuni

sebagai populasi, total keseluruhan pengurus dari pengurus utama yaitu sejumlah

5 orang dan pengurus pendukung seperti seksi-seksi berjumlah 10 orang, jadi total

populasi dari penelitian ini ini adalah 15 orang, karena penelitian ini ingin

mengetahui komunikasi antar pribadi pengurus terhadap kinerja pengurus, maka

dari itu populasi diambilkan dari pengurus saja, dan teknik pengumpulan sampel

dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh, dan itu berarti sampel

dari penelitian ini adalah total populasi yang ada yaitu sejumlah 15 orang.

1.9.4. Analisi Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi sederhana adalah sebuah metode pendekatan untuk

pemodelan hubungan antara satu variabel dependen dan satu variabel independen.

Dalam model regresi, variabel independen menerangkan variabel dependennya.


29

Dalam analisis regresi sederhana, hubungan antara variabel bersifat linier, di mana

perubahan pada variabel X akan diikuti oleh perubahan pada variabel Y secara

tetap.

Sementara pada hubungan non linier, perubahan variabel X tidak diikuti

dengan perubahan variabel Y secara proporsional. Misalnya pada model

kuadratik, perubahan X diikuti oleh kuadrat dari variabel X, hubungan demikian

tidak bersifat linier.

1.9.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2018 : 132) skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dam persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Sehingga untuk mengetahui pengukuran jawaban responden

pada penelitian ini yang mana menggunakan instrument penelitian berupa

kuesioner, penulis menggunakan metode skala likert (Likert’s Summated Ratings).

Dalam pengukuran jawaban responden, pengisian kuesioner proses

komunikasi antar pribadi dan percaya diri terhadap kinerja pengurus siswa diukur

dengan menggunakan skala likert, dengan tingkatan sebagai berikut :

Table 1. 2
Skor Responden

1. Jawaban Sangat Setuju diberi bobot 5


2. Jawaban Setuju diberi bobot 4
3. Jawaban Ragu-ragu diberi bobot 3
4. Jawaban Tidak Setuju diberi bobot 2
5. Jawaban Sangat Tidak Setuju diberi bobot 1
30

Instrumen penelitian (kuesioner) yang baik harus memenuhi persyaratan

yaitu valid dan reliabel. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner

perlu dilakukan pengujian atas kuesioner dengan menggunakan uji validitas dan

uji reliabilitas. Karena validitas dan reliabilitas ini bertujuan untuk menguji

apakah kuesioner yang disebarkan untuk mendapatkan data penelitian adalah valid

dan reliabel, maka untuk itu, penulis juga akan melakukan kedua uji ini terhadap

instrumen penelitian (kuesioner).

1) Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel. Reabilitas diukur dengan uji statistik

cronbach’s alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan

nilai cronbach’ alpha > 0,60.

2) Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate

antara masing-masing skor indikator dengan total skor variabel.

1.9.6. Uji Hipotesis

Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan maka dalam

penelitian ini digunakan Pengujian hipotesis (Uji F dan T).

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel

bebas terhadap varibel terikat. Di mana “Fhitung > Ftabel, maka H1 diterima atau

secara bersama-sama variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara

serentak. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima atau secara

bersama-sama variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat”.


31

Probabilitas 5% ( α= 0,05) digunakan untuk menentukan apakah pengaruh faktor-

faktor independen terhadap variabel dependen signifikan atau tidak.

Jika sig > ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika sig < ά (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.

Sedangkan Uji T digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel bebasnya secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikatnya. Di mana “Ttabel > Thitung, H0 diterima. Dan jika Ttabel < Thitung,

maka H1 diterima, begitupun jika sig > ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak dan

jika sig < ά (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima”.


BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Sebuah komunikasi pada hakikatnya sangat diperlukan, terutama dalam

menyampaikan sesuatu antar individu maupun kelompok dalam kehidupan

manusia sehari-hari, oleh karena itu komunikasi antar pribadi sangat penting

dimiliki oleh setiap individu, baik dalam keseharian maupun dalam interaksi

dengan individu lainnya, seperti dalam berorganisasi, kemampuan berinteraksi

antar pribadi harus dimiliki oleh setiap individu tanpa terkecuali harus dimiliki

oleh kelompok disabilitas, dalam penelitian ini penulis memilih pengurus di

sebuah organisasi disabilitas sebagai objek penelitian, hal ini dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh nya komunikasi antar pribadi terhadap

motivasi dan kinerja pengurus pertuni kota Semarang.

2.1. Sejarah Pertuni

Pertuni didirikan di Solo pada tanggal 26 Januari 1966 oleh sekelompok

penyandang tunanetra. Anggota pendiri Pertuni adalah:

1) Frans Harsana Sasraningrat, M.Ed.,

2) Zaki Mubaraq,

3) Ali Parto Koesoemo, dan

4) Ariani.

32
33

Pada tahun 1971, pusat kegiatan Dewan Pengurus Pusat Pertuni

dipindahkan ke ibu kota negara RI, Jakarta. Berturut-turut sejak pendiriannya,

yang menjabat Ketua Umum Pertuni adalah:

1) Frans Harsana Sasraningrat, M.Ed., 1966-1975

2) Ali Partokoesoemo, 1975 – 1987

3) Soerodjo, 1987-2004

4) Didi Tarsidi, M.Pd., 2004-2014

5) Aria Indrawati, S.H., 2014-2024

2.2. Profil Pertuni

Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) dibentuk pada tahun 1966.

Pertuni memiliki 34 Pengurus Daerah (DPD) dan 221 Pengurus Cabang (DPC) di

seluruh Indonesia.

Pertuni berinisiatif untuk memanfaatkan media sosial seperti Instagram

dan Facebook untuk mengampanyekan isu tunanetra lewat konten-konten kreatif.

Kami percaya, bahwa edukasi tentang isu tunanetra dapat diterima dengan lebih

baik oleh masyarakat bila disampaikan lewat cara-cara yang lebih menarik seperti

halnya social media content.

Berkaitan dengan hal tersebut, sejak pertengahan Oktober 2020 hingga

pertengahan Januari 2021 mendatang, ada beberapa mahasiswa tunanetra yang

sedang mengikuti program magang di DPP Pertuni untuk belajar membuat content

yang nantinya akan dipublikasikan di social media Pertuni. Melengkapi

kebutuhan tersebut, kami memerlukan relawan yang memiliki kemampuan dan

33
34

pengalaman desain grafis, khususnya mendesain image social media untuk

membantu kami. Berikut adalah kriteria relawan:

1) Bersedia berinteraksi dan berdiskusi dengan tunanetra.

2) Memiliki laptop sendiri.

3) Menguasai Adobe Photoshop dan Adobe Ilustrator.

4) Mampu membuat template desain sendiri passion di dunia kreatif.

5) Update dengan trend baru.

6) Mampu bekerjasama dalam tim.

7) Mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan baik secara online.

8) Berkomitmen membantu hingga akhir durasi project, yaitu pertengahan

Januari 2021.

9) Kirimkan portofolio desain ke email redaksi.pertuni@gmail.com dengan

subjek email "Portofolio Desain-(Nama Relawan)". Contoh: Portofolio

Desain-Rifky.

2.3. Pengertian Tunanetra

Tunanetra meliputi mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali

(buta total) serta mereka yang memiliki sisa penglihatan tetapi tidak dapat

menggunakannya untuk membaca tulisan konvensional 12 titik dalam keadaan

pencahayaan normal dan pada jarak normal dengan penggunaan lensa korektif

(kurang awas/low vision).

Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) adalah organisasi kemasyarakatan

tunanetra tingkat Nasional yang didirikan pada tanggal 26 Januari 1966 di

Surakarta oleh 4 orang tokoh tunanetra. Pertuni bertujuan “Mewujudkan keadaan

34
35

yang kondusif bagi tunanetra untuk menjalankan kehidupannya sebagai individu

dan warga negara yang cerdas, mandiri dan produktif tanpa diskriminasi dalam

segenap aspek kehidupan dan penghidupan. Hingga saat ini, Pertuni telah

memiliki Dewan Pengurus Daerah (DPD di 34 Propinsi dan Dewan Pengurus

Cabang (DPC) di 221 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

2.4. Visi dan Misi Pertuni

2.4.1. Visi Pertuni

Visi Pertuni adalah “terwujudnya masyarakat inklusif di mana orang

tunanetra dapat berpartisipasi penuh dalam berbagai aspek kehidupan dan

penghidupan bersama anggota masyarakat pada umumnya atas dasar keseteraan”.

2.4.2. Misi Pertuni

Misi Pertuni adalah: “Membangun Pertuni menjadi organisasi yang

demokratis dan berdaya dari segi sumber daya manusia, dana, sarana maupun

prasarana. Melakukan advokasi guna mencegah berlakunya peraturan perundang-

undangan yang diskriminatif dan memastikan orang tunanetra mendapatkan hak

asasinya meliputi hak:

1) Hidup;

2) Bebas dari stigma;

3) Privasi;

4) Keadilan dan perlindungan hukum;

5) Pendidikan;

6) Pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi;

7) Kesehatan;

35
36

8) Politik;

9) Keagamaan;

10) Keolahragaan;

11) Kebudayaan dan pariwisata;

12) Kesejahteraan sosial;

13) Aksesibilitas;

14) Pelayanan publik;

15) Pelindungan dari bencana;

16) Habilitasi dan rehabilitasi;

17) Konsesi;

18) Pendataan;

19) Hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat;

20) Berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi;

21) Berpindah tempat dan kewarganegaraan;

22) Bebas dari tindakan diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan

eksploitasi;

23) Membangun kesadaran publik mengenai hakikat ketunanetraan agar

masyarakat memiliki pemahaman yang tepat tentang ketunanetraan dan

bersikap positif serta suportif terhadap para tunanetra”.

2.5. Keanggotaan Pertuni

Organisasi pertuni memiliki kriteria-kriteria keanggotaannya, berikut

adalah kriteria keanggotaan pertuni secara keseluruhan:

1) Anggota Pemula.

36
37

2) Anggota Biasa.

3) Anggota Mitra Bakti.

4) Anggota Kehormatan/ Pembina.

5) Syarat syarat Keanggotaan Pertuni.

1. Anggota Pemula.

Anggota Pemula adalah “tunanetra Warga Negara Indonesia yang

berusia kurang dari 17 (tujuh belas) tahun dan belum menikah. Syarat

menjadi anggota pemula adalah mendaftarkan diri atau didaftarkan melalui

DPC, DPD dan DPP dengan menunjukkan identitas diri seperti akta

kelahiran, kartu keluarga, kartu pelajar atau surat keterangan lainnya”.

2. Anggota Biasa

Anggota biasa adalah “tunanetra Warga Negara Indonesia yang

berusia sekurang-kurangnya 17 tahun dan sudah menikah”. Syarat menjadi

anggota biasa adalah sebagai berikut:

1) Mendaftarkan diri sebagai anggota biasa dengan mengisi formulir

pendaftaran pada DPC.

2) Apabila di tempat yang bersangkutan belum terdapat DPC Pertuni,

maka pendaftaran anggota dilakukan di DPD Pertuni, dengan

tujuan mempersiapkan pembentukan Pertuni Cabang di

Kabupaten/Kota anggota yang bersangkutan.

3) Melampirkan fotokopi KTP atau identitas lainnya.

37
38

3. Anggota Mitra Bakti

Anggota mitra bakti adalah “orang awas yang berusia sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun. Syarat menjadi anggota mitra bakti

adalah mendaftarkan diri sebagai anggota mitra bakti baik dengan inisiatif

sendiri maupun diminta pada DPC, DPD, atau DPP sesuai pengabdiannya

dengan melengkapi fotokopi KTP atau identitas lainnya”.

4. Anggota Kehormatan

Anggota Kehormatan/ Pembina adalah “tokoh masyarakat yang

dinilai telah menunjukkan dukungan, kontribusi, dan/ atau jasa di bidang

ketunanetraan”. Syarat menjadi anggota kehormatan:

1) “Telah menunjukkan dukungan, kontribusi, dan/ atau jasa dalam

upaya penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak-hak

tunanetra, baik di tingkat pusat, provinsi, ataupun kabupaten/kota.

2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada poin (4) huruf (a) di

atas, dinyatakan dengan Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh:

- Ketua Umum untuk tingkat Pusat;

- Ketua Daerah untuk tingkat Provinsi;

- Ketua Cabang untuk tingkat Kabupaten/ Kota”.

2.6. Sejarah Pendirian Pertuni Dewan Pengurus Cabang Kota Semarang

Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali

(buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak

mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12

point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang

38
39

awas/low vision). Pertuni adalah organisasi kemasyarakatan tunanetra Indonesia

yang didirikan oleh sekelompok tunanetra pada tahun 1966. Pertuni bertujuan

mewujudkan keadaan yang kondusif bagi orang tunanetra untuk menjalankan

kehidupannya sebagai manusia dan warga negara Indonesia yang cerdas, mandiri

dan produktif tanpa diskriminasi dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Anggota Pertuni terdiri dari Anggota Biasa (orang tunanetra), Anggota Mitra

Bakti (orang awas yang bersuka rela membantu kegiatan Pertuni), dan Anggota

Kehormatan. Pertuni Kota Semarang dipimpin oleh sebuah badan eksekutif yang

disebut Dewan Pengurus Cabang Pertuni yang berkedudukan di Kota Semarang.

Badan eksekutif tersebut didampingi oleh sebuah badan konsultatif dan

kepengawasan yang disebut Dewan Pertimbangan Cabang (Depercab) Pertuni.

Secara nasional pertuni sendiri berdiri di tahun 1966, akan tetapi khusus di

kota Semarang pertuni mulai dibentuk cabang di tahun 1984, hal ini didapatkan

keterangan dari ketua DPP pertuni kota Semarang yaitu bapak Ahyani, beliau

mengatakan pertuni pertama kali dibentuk pada tahun 1984 berdasarkan utusan

dari pusat, di mana ketua pertuni pertama kali ditunjuk dan disuruh

mengumpulkan anggota-anggotanya, berikut adalah para ketua pertuni dari tahun

1984 sampai dengan sekarang:

1) Pak Sobari (1984-1990).

2) Pak Slamet Mulyono (1990-1995).

3) Pak Daim (1995-2000).

4) Pak Bambang Joko Santoso (2000-2005).

5) Pak safari (2005-2015).

39
40

6) Pak Ahyani (2015 sampai sekarang).

40
BAB III

TEMUAN PENELITIAN

Karakteristik seseorang tentunya berbeda-beda, hal ini tercermin dalam

setiap komunikasi dari masing-masing orang, komunikasi bisa terjalin dengan

baik apabila satu dengan yang lainnya saling menguatkan antar komunikasi satu

dengan yang lainnya, hal ini juga berlaku di sebuah organisasi di mana organisasi

itu dapat berjalan apabila ada pengurus-pengurus dan ketuanya yang memiliki

komunikasi yang baik, maka dari itu temuan dari masalah ini untuk mengetahui

pengaruh KAP terhadap motivasi dan kinerja pengurus di organisasi pertuni kota

Semarang.

3.1. Karakteristik Responden

3.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3. 1
Persebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Laki-Laki 11 73,3%
Perempuan 4 26,7%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Karakteristik dari penelitian ini ditinjau dari segi jenis kelamin didominasi

oleh laki-laki. Dari 15 responden diambilkan dari para pengurus + ketua, karena

yang menjadi penelitian adalah KAP pengurus, dan dari penelitian ini didapatkan

bahwa jumlah partisipatif pengurus pertuni sejumlah 15 peserta dan didominasi

oleh laki-laki.
41
42

3.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 3. 2
Persebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase


23-27 3 20%
28-32 2 13,3%
33-37 4 26,7%
38-42 6 33,3%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Dari hasil data yang dikumpulkan dari kuesioner didapatkan data untuk

karakteristik responden berdasarkan usia responden yang dicantumkan di tabel 3.2

di atas, diketahui bahwa ternyata pengurus pertuni didominasi oleh kelompok usia

38 sampai 42 tahun sebesar 33,3%, akan tetapi selisihnya antara usia 30-an

sampai 42 tahun ke atas lumayan dekat selisih 2 6,7%, dan untuk yang paling

sedikit di ditempati oleh kelompok pengurus yang usianya 28 sampai 33 tahun

sebesar 13,3% dari total 100% dari total jumlah responden 15 responden.

3.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Tabel 3. 3
Persebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja Frekuensi Persentase


Mahasiswa 3 orang 20%
PNS 2 Orang 13,3%
Wira Usaha 10 orang 66,7%
Jumlah 15 orang 100%
Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan tabel 3.3 di atas diketahui bahwa ternyata pengurus pertuni

sebagian besar adalah wirausaha, hal ini sangat mempengaruhi bagaimana cara

42
43

berkomunikasi dengan para anggotanya teringat dari latar belakang para pengurus.

Pengurus harus lebih bisa memahami dengan adanya KAP, hal ini juga

dilatarbelakangi adanya motivasi dari pengurus sendiri untuk mempelajari KAP

atau tidak.

3.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 3. 4
Persebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase


SMA 9 60%
Diploma 4 26,7%
Sarjana 2 13,3%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Dari hasil data yang diperoleh berdasarkan kuesioner yang dilakukan

penulis, yang disajikan dalam bentuk tabel 3.4 di atas menunjukkan bahwa

pengurus pertuni didominasi oleh orang-orang yang berlatar pendidikan SMA,

seperti yang didapatkan penulis pada saat reset tidak terjadinya kesinambungan

mengenai komunikasi antar pengurus dengan satu yang lainnya dimungkinkan

juga berdasarkan latar belakang pendidikan dari pengurus tersebut, dari sini maka

dapat disimpulkan bahwa kap berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja

pengurus pertuni.

43
44

3.2. Deskripsi Variabel Penelitian

3.2.1. Deskripsi Variabel KAP

Tabel 3. 5
Soal X1.1

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 1 6,6% Sangat Tidak
Setuju
Setuju 2 13,3%
Netral 1 6,6%
Tidak Setuju 2 20%
Sangat Tidak Setuju 9 60%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah 2021

Dari jawaban mayoritas di atas mereka menjawab sangat tidak setuju,

dalam pertanyaan, setiap ada rapat antar pengurus di pertuni, selalu

menyampaikan aspirasinya dengan baik antara pengurus 1 dan pengurus lainnya.

Hal ini dilakukan agar kombinasi untuk memajukan pertuni bisa lebih baik lagi.

Karena pada fakta di lapangan dari wawancara penulis dengan beberapa pengurus

mereka belum memiliki kekompakan untuk berkomunikasi dengan baik, masih

banyak hal antara ketua dan pengurus tidak sinkronisasi karena komunikasi yang

disampaikan antara pengurus satu dan pengurus yang lain tidak sinkron, akibatnya

banyak pengurus yang enggan untuk menyampaikan aspirasinya ketika rapat.

44
45

Tabel 3. 6
Soal X1.2

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 6 6,6% Sangat Setuju
Setuju 5 13,3%
Netral 2 6,6%
Tidak Setuju 2 20%
Sangat Tidak Setuju 1 60%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Pada tabel 3.6 di atas, hasil dari kuesioner responden dengan soal

Pengurus dan ketua selalu menerima saran apapun dari anggota, tanpa

memandang bagaimana latar belakang anggota tersebut, karena prinsip pengurus

maupun ketua sepakat selagi masukan itu terbaik akan diterima dengan tangan

terbuka. Mayoritas mereka mengatakan setuju, hal ini berarti walaupun dalam hal

komunikasi masih kurang baik tapi ketua masih mau menampung aspirasi dari

pengurus ataupun dari anggota melalui pengurusnya, paling tidak dalam hal

komunikasi dari organisasi ini masih ada usaha dari ketuanya untuk

berkomunikasi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Tabel 3. 7
Soal X1.3

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 4 6,6% Setuju
Setuju 7 13,3%
Netral 2 6,6%
Tidak Setuju 2 20%
Sangat Tidak Setuju 1 60%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

45
46

Berdasarkan hasil kuesioner dari pertanyaan Melalui komunikasi yang

terjalin dengan baik, antara pengurus, ketua dan juga anggota, ketua dan juga

pengurus pertuni, akan selalu memberikan support kepada anggota apapun

kondisinya. Para pengurus menjawab setuju, hal ini berarti bahwa ada

kesungguhan dari pengurus dan juga anggota untuk menampung aspirasi dari

anggota tanpa melihat latar belakang dari anggota tersebut, hal ini sesuai dengan

visi misi pertuni yaitu ingin mewujudkan masyarakat yang inklusif bisa terwujud

dari dalam diri lingkungan organisasi difabel netra pertuni sendiri.

Tabel 3. 8
Soal X1.4

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 3 20% Setuju
Setuju 9 60%
Netral 1 6,7%
Tidak Setuju 1 6,7%
Sangat Tidak Setuju 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Hasil kuesioner dari pernyataan Dalam pertemuan rutin yang dilaksanakan

oleh organisasi pertuni, disitu akan berkumpul anggota pertuni beserta pengurus

dan juga ketua pertuni, dalam menyampaikan pendapat di depan anggota pertuni

ketua dan juga pengurus pertuni selalu berbicara yang memberikan semangat

kepada anggota pertuni agar tetap mau berorganisasi dan berkumpul dengan

adanya komunikasi yang terjalin dengan baik, maka organisasi pertuni akan tetap

bertahan lama dan semakin banyak anggota yang berminat untuk menjadi anggota

pertuni. Dari pernyataan tersebut pengurus mayoritas menjawab setuju, hal ini

46
47

dilakukan sebagai langkah perbaikan agar organisasi pertuni semakin berkembang

pesat khususnya di kota Semarang.

Tabel 3. 9
Soal X1.5

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 1 6,7% Tidak Setuju
Setuju 3 20%
Netral 2 13,3%
Tidak Setuju 8 53,3%
Sangat Tidak Setuju 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Dari hasil kuesioner dengan pernyataan Dalam hal mengungkapkan

pendapat di saat pertemuan rutin, ketua tidak pernah membeda-bedakan antara

pengurus dan juga anggota dalam mengungkapkan pendapatnya, semua pendapat

akan diterima oleh ketua dan dipilih pendapat mana yang terbaik untuk kemajuan

organisasi. Mayoritas pengurus mengatakan tidak setuju, sebab mereka

berpendapat bahwa apabila pendapat dari anggota dilempar ke forum akan jauh

lebih berbahaya karena informasi tersebut merupakan masih mentah, menurut

pendapat pengurus alangkah lebih baiknya apabila pendapat itu dikemukakan di

dalam forum rapat antar pengurus diproses matang-matang mana yang terbaik

baru habis itu dilempar ke forum untuk menyampaikan keputusan dari rapat

bersama antara ketua dan pengurus.

47
48

3.2.2. Deskripsi Variabel Motivasi

Tabel 3. 10
Soal Y1.1

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 1 6,7% Setuju
Setuju 8 53,3%
Netral 2 13,3%
Tidak Setuju 2 13,3%
Sangat Tidak Setuju 2 13,3%
Jumlah 15 100%
Sumber: Dari data yang diolah

Dari kuesioner pada tabel 3.10 dengan pernyataan Di dalam acara rutin

bulanan pertuni kota Semarang selalu mengadakan arisan, untuk melengkapi acara

acara pertemuan rutin, dan apabila ada anggota yang meninggal tidak ada sanak

saudara yang bisa dimintai pertanggungjawaban sedangkan dia masih ada

tanggungan sebagai ketua pertuni siap untuk menanggung beban dari anggota

yang ikut arisan. Mayoritas pengurus menjawab setuju, menurut mereka alasan

sosial adalah ah salah satu komitmen dari pengurus pertuni untuk tetap mengabdi

dengan adanya komunikasi yang baik dari pengurus dan anggota perihal persoalan

tersebut.

Tabel 3. 11
Soal Y1.2

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 1 6,7% Setuju
Setuju 3 20%
Netral 2 13,3%
Tidak Setuju 8 53,3%
Sangat Tidak Setuju 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

48
49

Dari hasil kuesioner dengan pernyataan Semasa kepemimpinan bapak

Ahyani, sudah menghasilkan banyak sekali pencapaiannya, seperti diadakannya

koperasi simpan pinjam di mana penanam modalnya adalah anggota pertuni dan

pengelolaannya diurus oleh bendahara, selain itu juga pertuni bisa memiliki alat

musik sendiri yang kemudian an sering untuk mendapatkan tawaran pentas, dalam

bidang olahraga pertuni juga sudah memiliki bola khusus disabilitas seperti bola

golbol. Dari responden yang mengisi kuesioner mereka menyatakan setuju, alasan

mereka mengatakan setuju karena memang benar selama kepemimpinan bapak

Yani banyak menghasilkan prestasi-prestasi di bidang musik di bidang olahraga di

bidang sosial, hal ini dapat tercapai karena adanya komunikasi antar pengurus,

mereka benar-benar mengaspirasi dari anggota apa yang anggota inginkan ketua

pertuni berusaha untuk mengembangkan bakat para anggota.

Tabel 3. 12
Soal Y1.3

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 2 13,3% Setuju
Setuju 7 46,7%
Netral 3 20%
Tidak Setuju 2 13,3%
Sangat Tidak Setuju 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil kuesioner yang tersaji dalam tabel 3.12 di atas, dari

pernyataan kuesioner Ketua pertuni selalu mengingatkan antar pengurus dan para

seksi seksi humas harus saling bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi.

Mayoritas peserta responden menjawab setuju, yang menjadi alasannya adalah

49
50

bahwa dari tahun ketahun ketua selalu menginginkan yang terbaik dan selalu

berkomunikasi dengan pengurus pengurusnya terkait dengan kemajuan pertuni

kedepannya.

Tabel 3. 13
Soal Y1.4

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 2 13,3% Tidak Setuju
Setuju 4 26,7%
Netral 2 13,3%
Tidak Setuju 6 40%
Sangat Tidak Setuju 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Hasil dari kuesioner yang disajikan tabel 3.13 di atas, dari pernyataan

kuesioner Di dalam organisasi pertuni setiap 2 minggu sekali sebelum pertemuan

dimulai biasanya ada pertemuan rapat antara pengurus dan anggota, dan disitulah

ketua pertuni akan selalu menerima saran dari pengurus untuk kemajuan

organisasi. Dari pernyataan kuesioner tersebut pengurus pertuni yaitu sebagai

responden nya berpendapat tidak setuju, sebab realita di lapangan tidak semua

keluhan dari pengurus terealisasi dengan baik, hal ini terjadi karena tidak adanya

komunikasi yang terjalin antara ketua dan pengurus sehingga tidak semua

partisipasi dari pengurus ditanggapi dengan baik tak jarang juga diabaikan oleh

ketua.

50
51

Tabel 3. 14
Soal Y1.5

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 2 13,3% Tidak Setuju
Setuju 4 26,7%
Netral 2 13,3%
Tidak Setuju 6 40%
Sangat Tidak Setuju 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil kuesioner yang tersaji pada tabel 3.14 di atas, hasil

pernyataan an-nur yaitu Dalam masa kepemimpinannya terutama di masa

pandemi, sebagai ketua pertuni bapak Ahyani selalu mengupayakan bantuan dari

pemerintah agar selalu sampai ke tangan anggota pertuni. Dari keseluruhan

responden menjawab setuju, yang menjadi alasan kenapa mereka setuju karena

memang pada kenyataannya di masa pandemi memang bantuan tersalurkan tepat

sasaran, hal ini berkat komunikasi yang baik dari ketua dan pengurus untuk

mengusulkan siapa-siapa saja yang berhak untuk mendapatkan bantuan di masa

pandemi.

3.2.3. Kinerja Pengurus

Tabel 3. 15
Soal Y2.1

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 2 13,3%% Tidak Setuju
Setuju 3 20%
Netral 2 13,3%
Tidak Setuju 8 53,3%
Sangat Tidak Setuju 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

51
52

Berdasarkan pernyataan kuesioner yaitu berdasarkan program yang yang

digencarkan oleh ketua dan pengurus, yaitu program beasiswa untuk anak-anak

disabilitas yang masih duduk di bangku SD dan SMA, minat disabilitas netra yang

ingin bergabung di pertuni semakin meningkat. Seluruh responden mayoritas

mengatakan tidak setuju, sebab kondisi dipateni yang terjadi jumlah anggotanya

itu stabil, menurut keterangan mereka dari anggota pertuni sendiri ada yang keluar

dan ada yang masuk sehingga menyebabkan anggota pertuni relatif stabil.

Tabel 3. 16
Soal Y2.2

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 0 0% Sangat Tidak
Setuju
Setuju 0 0%
Netral 0 0%
Tidak Setuju 6 40%
Sangat Tidak Setuju 9 60%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil kuesioner yang disajikan pada tabel 3 titik 16 di atas

dengan pernyataan kuesioner nya yaitu Semenjak kepemimpinan bapak Ahyani

dan para pengurus pengurusnya, 80% pengurus berpendidikan sarjana. Dari

seluruh responden mengatakan sangat tidak setuju, sebab pada kenyataannya

mereka bukan lulusan sarjana melainkan SMA dan didukung dari biodata pas

waktu pengisian kuesioner dan sebagian besar pengurus berpendidikan SMA.

52
53

Tabel 3. 17
Soal Y2.3

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 2 13,3% Setuju
Setuju 8 53,3%
Netral 3 20%
Tidak Setuju 2 13,3%
Sangat Tidak Setuju 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Hasil kuesioner yang disajikan dalam tabel 3 titik 17 di atas yaitu dalam

pernyataan Ketua pertuni menunjuk pengurus-pengurus nya berdasarkan

pertemanan, hal tersebut diputuskan agar merasa lebih nyaman dalam bekerja.

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini sesuai kenyataan yang terjadi di

lapangan bahwa para pengurus adalah teman dekat dari ketua, hal tersebut

dilakukan ketua biar lebih nyaman untuk berkomunikasi sebab pekerjaan di dalam

organisasi adalah komunikasi yang terhubung dengan baik.

Tabel 3. 18
Soal Y2.4

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 3 20% Setuju
Setuju 7 46,7%
Netral 3 20%
Tidak Setuju 2 13,3%
Sangat Tidak Setuju 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Hasil dari kuesioner yang disajikan pada tabel 3 titik 18 di atas dengan

pernyataannya yaitu Selama pemerintahan pertuni yang dipimpin oleh bapak

Ahyani, bapak a Yani menargetkan bahwa pemuda disabilitas netra bisa

53
54

setidaknya 85% dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi setelah Wah

banyak perjanjian terhadap berbagai pihak kampus diharapkan anggota-

anggotanya dapat kuliah di tempat yang inklusi. Mayoritas mengatakan setuju, hal

ini tercermin dari antusiasme para anggota yang ingin melanjutkan kuliahnya dan

prosesnya pun dipermudah tidak seperti zaman terdahulu, hal ini karena terjadinya

hubungan komunikasi dengan baik dari ketua dan pihak universitas.

Tabel 3. 19
Soal Y2.5

Nilai Jumlah Persentase Hasil Mayoritas


Sangat Setuju 3 20% Setuju
Setuju 10 66,7%
Netral 2 13,3%
Tidak Setuju 2 13,3%
Sangat Tidak Setuju 1 6,7%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil kuesioner yang tersaji pada tabel 3.19 di atas dengan

pernyataannya yaitu Mengingat 80% pengurus pertuni merupakan lulusan SMA,

bapak Ahyani bercita-cita agar para anggota bisa mengenyam pendidikan yang

lebih tinggi, hal ini menjadi harapan terbesar dari bapak Yani karena sebagian

besar anggotanya tidak berminat untuk bersekolah lagi. Dari pernyataan tersebut

mayoritas responden menjawab setuju, apalagi dengan program beasiswa yang

ditawarkan oleh universitas kepada anggota pertuni membuat pengurus memiliki

keinginan yang tinggi untuk melanjutkan jenjang pendidikannya.

54
55

3.3. Interval Kelas

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner pada 15 pengurusdi otganisasi

pertuni, maka dapat ditarik kesimpulan tentang “Pengaruh KAP Terhadap

Motivasi Dan Kinerja Pengurus Di Organisasi Pertuni Cabang Semarang”

maka akan digunakan rumus untuk menghitung interval sebagai berikut :

Panjang kelas interval :

Keterangan :

I : Interval Kelas

A : Skor Tertinggi

B : Skor Terendah

K : Jumlah Kelas

3.3.1. Interval Kelas KAP (X1)

Variabel KAP dibagi menjadi tiga jumlah kelas, yaitu tinggi, sedang,

rendah. Variabel KAP pada penelitian ini memiliki 10 pernyataan, di mana

masing-masing skor tertinggi adalah 25 dan skor terendah adalah 5. Maka hasil

penentuan kelas intervalnya adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka interval dari KAP adalah 7, dan

dapat dibentuk dalam kategori sebagai berikut :

55
56

Tabel 3. 20
Interval Kelas KAP (X1)

Rendah 5-12
Sedang 13 –29
Tinggi 21-27

Tabel 3. 21
Hasil Interval Kelas KAP (X1)

Nilai Jumlah Persentase


Rendah 10 - 23 3 20%
Sedang 24 - 27 7 46,7%
Tinggi 38 - 51 5 33,3%
Total 15 100%

Berdasarkan hasil tabel yang disajikan pada tabel 3.21 diatas, diketahui

bahwa interval kelas untuk variabel KAP yang terbanyak adalah sedang,

sedangkan terendah nya adalah adalah interval dengan kategori tinggi, fenomena

ini terjadi karena rendahnya KAP yang terjadi di organisasi pertuni.

3.3.2. Interval Kelas Motivasi (Y1)

Variabel motivasi dibagi menjadi tiga jumlah kelas, yaitu tinggi, sedang,

rendah. Variabel motivasi pada penelitian ini memiliki lima pernyataan di mana

masing-masing skor tertinggi adalah 25 dan skor terendah adalah 5. Maka hasil

penentuan kelas intervalnya adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka interval dari motivasi adalah 7

dan dapat dibentuk dalam kategori sebagai berikut:

56
57

Tabel 3. 22
Interval Kelas Motivasi

Rendah 5-12
Sedang 13 –29
Tinggi 21-27

Tabel 3. 23
Hasil Interval Kelas Motivasi

Nilai Jumlah Persentase


Rendah 10 - 23 2 13,3%
Sedang 24 - 27 3 20%
Tinggi 38 - 51 10 66,7%
Total 15 100%

Berdasarkan hasil tabel yang disajikan pada tabel 3.2.3 diatas, diketahui

bahwa interval kelas untuk variabel motivasi yang terbanyak adalah tinggi,

sedangkan terendahnya adalah interval dengan kategori kelas rendah. Fenomena

ini terjadi karena adanya dorongan dari para pengurus yang termotivasi untuk

memajukan pertuni.

3.3.3. Interval Kelas Kinerja Pengurus (Y2)

Variabel kinerja pengurus dibagi menjadi tiga jumlah kelas, yaitu tinggi,

sedang, rendah. Variabel kinerja pengurus pada penelitian ini memiliki lima

pernyataan di mana masing-masing skor tertinggi adalah 25 dan skor terendah

adalah 5. Maka hasil penentuan kelas intervalnya adalah sebagai berikut:

57
58

Tabel 3. 24
Interval Kelas Kinerja Pengurus

Rendah 5-12
Sedang 13 –29
Tinggi 21-27

Tabel 3. 25
Hasil Interval Kelas Kinerja Pengurus

Nilai Jumlah Persentase


Rendah 10 - 23 1 6,7%
Sedang 24 - 27 2 12,3%
Tinggi 38 - 51 12 80%
Total 15 100%

Berdasarkan hasil tabel yang disajikan pada tabel 3.21 diatas, diketahui

bahwa interval kelas untuk variabel Kinerja Pengurus yang terbanyak adalah

sedang, sedangkan terendah nya adalah adalah interval dengan kategori tinggi,

fenomena ini terjadi karena rendahnya Kinerja Pengurus yang terjadi di organisasi

pertuni.

58
59

3.4. Tabulasi Silang

3.4.1. Tabulasi silang antara KAP dengan motivasi.

Berikut adalah hasil tabulasi silang antara variabel KAP dengan variabel

motivasi (Y1):

Tabel 3. 26
Tabulasi Silang KAP dengan Motivasi
Variabel Motivasi (Y1)
Interval Tinggi Sedang Rendah
F % F % F %
(Y) Tinggi 8 53,3% 7 46,7% 0 0%
Sedang 7 46,7% 6 40% 0 0%
Rendah 9 60% 8 53,3% 0 0%
Total 15

Dari hasil tabulasi silang antara variabel komunikasi antar pribadi dari para

pengurus dengan motivasi, maka didapati bahwa mayoritas bernilai tinggi, hal ini

membuktikan bahwa komunikasi antar pribadi didorong oleh adanya motivasi dari

dalam diri pengurus, sehingga komunikasi antar pribadi dapat terjalin dengan

baik.

3.4.2. Tabulasi silang antara variabel KAP (X1) Dengan dengan variabel

kinerja pengurus (Y2)

Berikut adalah hasil tabulasi silang antara variabel KAP (X1) dengan

variabel kinerja pengurus (Y2):

59
60

Tabel 3. 27
Tabulasi Silang KAP dengan Kinerja Pengurus
Variabel Kinerja Pengurus (Y2)
Interval Tinggi Sedang Rendah
F % F % F %
(Y) Tinggi 3 20% 12 80% 0 0%
Sedang 2 13,3% 13 86,7% 0 0%
Rendah 3 20% 12 80% 0 0%
Total 15

Dari tabulasi silang antara komunikasi antar pribadi pengurus dengan

kinerja pengurus, membuktikan bahwa nilai skor tertinggi dalam katagori sedang,

hal ini berarti kinerja pengurus belum maksimal hal ini disebabkan karena

kurangnya komunikasi antar pribadi dari dalam diri pengurus itu sendiri, karena

komunikasi yang dibangun oleh pengurus pada saat ini kurang efektif dan efisien

sehingga mengakibatkan kinerja pengurus kurang maksimal.

60
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Analisis Data Penelitian Awal

4.1.1. Analisis Data Instrumen Penelitian (Analisis Validitas Instrumen)

Ghozali (2018) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk

mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. ... Suatu tes dapat dikatakan

memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau

memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat. Uji validitas Dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner dengan respondennya adalah seluruh pengurus pertuni

yang berjumlah 15 pengurus, berikut adalah hasil uji validitas dari penelitian ini

baik dari segi variabel KAP, motivasi dan kinerja pengurus:

Dasar pengambilan keputusan atau rumus:

1) r Hitung > r Tabel = Valid

2) r Hitung < r Tabel = Tidak Valid

Table 4. 1
Uji Validitas KAP
Variabel No. r Hitung r Tabel Keterangan

Komunikasi 1. 0,773 0,214 Valid


Antar Pribadi
2. 0,709 0,214 Valid
an(X1)
3. 0,850 0,214 Valid

4. 0,770 0,214 Valid

5. 0,699 0,214 Valid

61
62

Table 4. 2
Validitas Motivasi
Variabel No. r Hitung r Tabel Keterangan

Motivasi(Y1) 1. 0,773 0,214 Valid

2. 0,709 0,214 Valid

3. 0,850 0,214 Valid

4. 0,770 0,214 Valid

5. 0,699 0,214 Valid

Table 4. 3
Validitas Kinerja Pengurus
Variabel No. r Hitung r Tabel Keterangan

Kinerja 1. 0,703 0,214 Valid


Pengurus(X1)
2. 0,749 0,214 Valid

3. 0,790 0,214 Valid

4. 0,671 0,214 Valid

5. 0,656 0,214 Valid

Dari tabel diatas, diketahui bahwa nilai dari setiap pertanyaan yang ada

pada kuesioner sesuai dengan rumus r Hitung > r Tabel. Maka, dapat ditarik

kesimpulan bahwa semua item pertanyaan per masing-masing variabel

Komunikasi antar pribadi (X1), Motivasi pengurus (Y1), dan Kinerja

pengurus(Y2) dalam kuesioner dapat dinyatakan valid yang berarti kuesioner

tersebut sudah tepat untuk dijadikan alat ukur dalam penelitian ini.

62
63

4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana

suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur yang digunakan

berulang kali. Pengujian yang dipakai adalah dengan teori Cronbach’s Alpha.

Suatu variabel dikatakan reliabel, jika memberikan nilai Cronbach’s alpha > 0,60.

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Table 4. 4
Uji Reliabilitas
No. Variabel Nilai Alpha Cronbach Keterangan
Alpha
1. KAP (X1) 0,899 0,60 Reliabel
2. Motivasi(Y1) 0,919 0,60 Reliabel
3. Kinerja 0,880 0,60 Reliabel
Pengurus(Y2)

Hasil uji reliabilitas memperlihatkan, setiap Cronbach’s alpha dari

masing-masing indikator dari variabel Komunikasi antar pribadi Motivasi

pengurus, dan Kinerja pengurus dinyatakan handal sebagai alat ukur dalam

variabel penelitian.

4.3. Uji Asumsi Klasik

4.3.1. Uji Normalitas Komunikasi Antar Pribadi dengan Motivasi Pengurus

Uji normalitas digunakan untuk menguji tingkat kenormalan distribusi

variabel pengganggu atau Residual dalam model regresi (Gozali, 2009) deteksi

normalitas dalam model penelitian ini dilihat melalui analisis grafik dengan grafik

normal yang disajikan sebagai berikut:

63
64

Gambar 4. 1 Uji Normalitas Satu

Berdasarkan grafik di atas, titik-titik yang menyebar di sekitar garis

diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Persamaan regresi

pertama digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel Y1 (Motivasi pengurus)

Dari grafik tersebut maka dapat dinyatakan bahwa model regresi pertama pada

penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.

Untuk melakukan uji Normalitas dalam penelitian ini, juga bisa

menggunakan kolmogorov smirnov, berikut hasil uji Normalitas dengan

kolmogorov smirnov:

64
65

Table 4. 5
Hasil Uji Normalitas Satu

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandar

N 50

Normal Parametersa Mean -.0375

Std. Deviation 1.20611

Most Extreme Differences Absolute .166

Positive .120

Negative -.166

Kolmogorov-Smirnov Z 1.175

Asymp. Sig. (2-tailed) .126

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan hasil uji kolmogorov smirnov dari penelitian ini, diketahui

hasilnya adalah 0,126, persyaratan uji normalitas adalah data akan berdistribusi

normal apabila hasilnya lebih dari 0,05 atau setara dengan 5%, berdasarkan hasil

dari variabel komunikasi antar pribadi terhadap motivasi pengurus berdistribusi

normal.

4.3.2. Uji Normalitas Variabel Komunikasi Antar Pribadi dengan Kinerja

Pengurus

Berikut adalah hasil uji normalitas dari variabel komunikasi antar pribadi

sebagai x1 dan variabel kinerja pengurus sebagai X2 yang disajikan dalam bentuk

grafik:

65
66

Gambar 4. 2 Uji Normalitas Dua

Berdasarkan grafik di atas, titik-titik yang menyebar di sekitar garis

diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Persamaan regresi

pertama digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel Y1 (kinerja pengurus)

Dari grafik tersebut maka dapat dinyatakan bahwa model regresi pertama pada

penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.

Untuk melakukan uji Normalitas dalam penelitian ini, juga bisa

menggunakan kolmogorov smirnov, berikut hasil uji Normalitas dengan

kolmogorov smirnov:

66
67

Table 4. 6
Hasil Normalitas Dua

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandar

N 50

Normal Parametersa Mean -.0428

Std. Deviation 1.24906

Most Extreme Differences Absolute .186

Positive .143

Negative -.186

Kolmogorov-Smirnov Z 1.312

Asymp. Sig. (2-tailed) .164

a. Test distribution is Normal.

Dari hasil uji normalitas dari variabel komunikasi antar pribadi sebagai

variabel x1 dan kinerja pengurus sebagai variabel Y 2, maka penelitian ini

berdistribusi normal Hal ini karena persyaratan dari normalitas hasilnya harus

lebih besar daripada 0,05 atau setara dengan 5% hasil dari penelitian ini adalah

0,160.

4.3.3. Uji Multikolinearitas Variabel Komunikasi Antar Pribadi dengan

Motivasi Pengurus

Uji multikolonieritas memiliki fungsi untuk digunakan sebagai pengujian

dalam model regresi apakah terdapat hubungan antar variabel. Uji ini dilakukan

dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Apabila diperoleh tolerance > 1 dan VIF

67
68

< 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Hasil dari uji

multikolonieritas dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 4. 7
Hasil Uji Multikol satu

Coefficientsa

Standard
ized
Unstandardized Coefficie Collinearity
Coefficients nts Statistics

Std. Tolera
Model B Error Beta T Sig. nce VIF

1 (Const
1.581 1.499 1.055 .297
ant)

KAP .899 .093 .813 9.674 .000 390 2.950

a. Independent Variable:
Motivasi

Dapat dilihat pada hasil olah data uji multikolinearitas diatas bahwa nilai

tolerance masing-masing variabel lebih dari (>) 1, dan nilai VIF pada masing-

masing variabel kurang dari (<) 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinearitas pada variabel tersebut.

4.3.4. Uji Multikolinearitas Variabel Komunikasi Antar Pribadi dengan

Kinerja Pengurus

Berikut adalah hasil uji multikolinearitas dari variabel komunikasi antar

pribadi dengan kinerja pengurus:

68
69

Table 4. 8
Hasil Uji Multikol Dua

Coefficientsa

Standard
ized
Unstandardized Coefficie Collinearity
Coefficients nts Statistics

Std. Tolera
Model B Error Beta T Sig. nce VIF

1 (Const
5.709 1.351 4.226 .000
ant)

KAP .756 .084 .793 9.033 .000 .339 2.950

a. Independent Variable:
Kinerja Pengurus

Dapat dilihat pada hasil olah data uji multikolinearitas diatas bahwa nilai

tolerance masing-masing variabel lebih dari (>) 1, dan nilai VIF pada masing-

masing variabel kurang dari (<) 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinearitas pada variabel tersebut.

4.3.5. Uji Heteroskedastisitas Variabel Komunikasi Antar Pribadi dengan

Motivasi Pengurus

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang

harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya heteroskedastisitas.

69
70

Gambar 4. 3 Uji Hetero Satu

Dari output di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak berpola yang

jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model

regresi.

4.3.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Komunikasi Antar pribadi

dengan Variabel Kinerja Pengurus

Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas dari variabel komunikasi antar

pribadi yaitu variabel x1 dan kinerja pengurus sebagai variabel X2.

70
71

Gambar 4. 4 Uji Hetero Dua

Dari output di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak berpola yang

jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model

regresi.

4.4. Hasil Uji Hipotesis

4.4.1. Uji Regresi Linier Sederhana

Tujuan dari analisis regresi sederhana adalah untuk menilai dampak dari

satu variabel terhadap variabel lainnya. Dalam analisis regresi, variabel yang

mempengaruhi disebut sebagai variabel bebas atau variabel terkait, sedangkan

variabel yang dipengaruhi disebut sebagai variabel terkait atau variabel terikat.

Persamaan regresi dasar terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

Beberapa persamaan regresi digunakan jika terdapat banyak variabel bebas.

71
72

Dalam regresi sederhana, kita dapat menentukan sejauh mana perubahan variabel

independen mempengaruhi variabel dependen.

Pada penelitian ini ada 2 pengujian untuk untuk mengetahui variabel x

dengan variabel y, karena dalam penelitian ini memiliki satu variabel x dan dua

variabel y maka secara bergantian akan diuji analisis. Analisis yang pertama yaitu

variabel komunikasi antar pribadi terhadap variabel motivasi pengurus berikut

adalah hasil uji regresi untuk variabel X1 terhadap variabel y1:

Table 4. 9
Hasil Regresi Satu

Coefficientsa

Standardize
d
Unstandardized Coefficient
Coefficients s

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constan
1.581 1.499 1.055 .297
t)

KAP .899 .093 .813 9.674 .000

a. Independent Variable: Motivasi

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diperoleh hasil dari penelitian ini

yaitu: koefisien regresi linear sederhana dari variabel komunikasi antar pribadi

sebesar 0,899 hal ini berarti menunjukkan bahwa apabila variabel komunikasi

antar pribadi ditingkatkan sebesar 0,899 maka motivasi pengurus akan meningkat,

begitu pula Sebaliknya apabila komunikasi antar pribadi diturunkan sebesar 0,899

maka motivasi pengurus akan menurun.

72
73

Table 4. 10
Hasil Uji Regresi Dua

Coefficientsa

Standardize
d
Unstandardized Coefficient
Coefficients s

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constan
5.709 1.351 4.226 .000
t)

KAP .756 .084 .793 9.033 .000

a. Independent Variable: Kinerja


Pengurus

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diperoleh hasil dari penelitian ini

yaitu: koefisien regresi linear sederhana dari variabel komunikasi antar pribadi

sebesar 0,756 ditingkatkan, maka variabel kinerja pengurus akan meningkat.

Begitu pula Sebaliknya apabila komunikasi antar pribadi diturunkan sebesar 0,756

maka kinerja pengurus akan menurun.

4.4.2. Uji T

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu (parsial) variabel

independen memengaruhi variabel dependen secara signifikan atau tidak. Berikut

adalah hasil uji t:

Berikut adalah hasil uji t untuk variabel komunikasi antar pribadi terhadap

variabel motivasi pengurus:

73
74

Table 4. 11
Hasil Uji T Satu

Coefficientsa

Standardize
d
Unstandardized Coefficient
Coefficients s

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constan
1.581 1.499 1.055 .297
t)

KAP .899 .093 .813 9.674 .000

a. Independent Variable: Motivasi

Berdasarkan keterangan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa

komunikasi antar pribadi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

motivasi pengurus, hal ini didapatkan dari hasil uji t yaitu antara t hitung dengan

nilai signifikansi, nilai T hitung yaitu 9674 dengan tingkat signifikansi adalah

0,000, syarat dari tingkat signifikansi untuk analisis regresi Uji T adalah apabila

angka di bawah 0,005 maka bisa dipastikan data tersebut positif dan signifikan,

dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi pengurus.

Berikut adalah hasil uji t untuk variabel komunikasi antar pribadi dengan

variabel kinerja pengurus:

74
75

Table 4. 12
Hasil Uji T Dua

Coefficientsa

Standardize
d
Unstandardized Coefficient
Coefficients s

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constan
5.709 1.351 4.226 .000
t)

KAP .756 .084 .793 9.033 .000

a. Independent Variable: Kinerja


Pengurus

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar

pribadi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pengurus.

Hal ini terhitung dari t tabel dengan nilai 9033 dan tingkat signifikansi 0,000

nilainya jauh lebih rendah daripada 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

komunikasi antar pribadi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

kinerja pengurus.

4.4.3. Uji R

Untuk melihat besarnya kontribusi / kemampuan variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Berikut adalah hasil uji R untuk variabel komunikasi antar pribadi dan

motivasi pengurus:

75
76

Table 4. 13
Hasil Uji R Satu

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate

1 .813a .661 .654 2.65987

a. Predictors: (Constant), KAP

Hasil R Square dari penelitian ini adalah 0,661, Hal ini membuktikan

bahwa tingkat pengaruh signifikan dari variabel komunikasi antar pribadi

terhadap variabel motivasi pengurus hanya sebesar 66,1%.

Hasil uji R dari variabel komunikasi antar pribadi terhadap variabel kinerja

pengurus adalah sebagai berikut:

Table 4. 14
Hasi Uji R Dua

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate

1 .793a .630 .622 2.39685

a. Predictors: (Constant), KAP

Hasil r square dari penelitian ini adalah 0,630. Hal ini membuktikan

bahwa tingkat pengaruh signifikan dari variabel komunikasi antar pribadi

terhadap variabel kinerja pengurus hanya sebesar 63,0%.

76
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kajian bab 4 telah diteliti mengenai penelitian ini, dengan menggunakan

uji analisis regresi linear berganda dan Uji T maka dapat disimpulkan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1) Kesimpulan dari variabel komunikasi antar pribadi terhadap variabel

motivasi pengurus menghasilkan komunikasi antar pribadi memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi pengurus dengan

tingkat signifikansi 0,000, Uji T dikatakan signifikan apabila hasilnya jauh

lebih besar daripada 0,05 atau setara dengan 5%.

2) Kesimpulan dari variabel komunikasi antar pribadi terhadap variabel

kinerja pengurus menghasilkan komunikasi antar pribadi memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pengurus dengan

tingkat signifikansi 0,000. Uji T dikatakan signifikan apabila hasilnya jauh

lebih besar daripada 0,05 atau setara dengan 5%.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka saran dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Untuk organisasi: berdasarkan hasil yang telah diteliti oleh penulis

menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi memiliki pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap motivasi pengurus Selain itu komunikasi


77
78

antar pribadi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

kinerja pengurus. Dari hasil penelitian tersebut maka saran dari penelitian

lebih ditingkatkannya lagi komunikasi antar pengurus agar mereka lebih

termotivasi lagi untuk mengembangkan organisasi pertuni sesuai dengan

visi misinya, Selain itu akan menunjang kinerja pengurus lebih baik lagi.

2) Untuk penelitian yang akan datang: berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi pengurus

dan komunikasi antar pribadi memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap kinerja pengurus, dari Kesimpulan tersebut maka saran

dari penelitian ini untuk penelitian yang akan datang adalah: diharapkan

penelitian yang akan datang melakukan hal yang sama di tempat yang

berbeda Apakah komunikasi antar pribadi memiliki pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap motivasi pengurus, dan komunikasi antar pribadi

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pengurus

di organisasi lain selain pertuni, Apakah didapatkan temuan yang sama

ataukah tidak, Hal ini sebagai perbandingan antara cara temukan masalah

dari organisasi pertuni dan organisasi yang lain.

78
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Arifin, Z. (2017). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Lentera
Cendikia. Boham, A. (2017). Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi
dalam Meningkatkan Kesuksesan Sparkle Organizer. Jurnal Acta
Diurna.
Bungin, B. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Creswell, J. W. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatiif, Kuantitatif,
danMixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Creswell, J. W. (2014). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
danMixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Denis, D. (2019). SPSS Data Analysis for Univariate, Bivariate, and


MultivariateStatistics. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Devito, J. A. (2017). Human communication : the basic course (11th
edition). Boston: Allyn & Bacon/Pearson.

Devito, J. A. (2015). The Interpersonal Communication Book 12th


Edition. Boston: Allyn & Bacon, Inc.
Devito, J. A. (2014). The Interpersonal Communication Book Pearson New
International Edition. New Jersey: Pearson.

Elmhorst, R. B. (2017). Communication at Work: Principles and Practice


forBusiness and the Professions. Pennsylvania: McGraw-Hill Education.
Faules, R. W. (2016). Komunikasi Organisasi .
B
andung: PT. RemajaRosdakarya.
Febrianti, S. (2014). Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Motivasi
Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja. Jurnal Administrasi Bisnis
Vol. 12.

Ganiem, M. B. (2011). Teori Komunikasi Antar pribadi. Jakarta: Kencana.


Ghozali, I. (Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS).
2012. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

79
80

Gomes, F. C. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi


Offset.
Gulo, W. (2017). Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia

WidiasaranaIndonesia.

Hasibuan, M. S. (2018). Organisasi & Motivasi Dasar Peningkatan


Produktifitas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mangkunegara, A. P. (2018). Perencanaan dan Pengembangan MAnajemen
Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Refika Aditama.

Miller, K. (2015). Organizational Communication: Approaches and Process


7thEdition. Arizona: CENGAGE Learning.
Muhammad, A. (2018). Komunikasi Organsasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Muhammad, A. (2017). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, D. (2018). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Prawoto, A. T. (2016). Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi dan


Bisnis. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.
Jurnal :

Primadini, I. (2012). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Perempuan dan Tingkat


Kepuasan Komunikasi terhadap Tingkat Kinerja Karyawan (Studi pada
Staf Administrasi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia).
Jakarta: Universitas Indonesia.
Ramdan, A. M. (2012). Pengaruh Efktivitas Komunikasi Antar Pribadi terhadap
Kinerja (Survei Terhadap Pegawai Negeri Sipil di Organisasi Perangkat
Daerah Dinas Peternakan Provinsi Jawa barat). Universitas Indonesia.
Ruben, B. D. (2013). Komunikasi dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.

Sashkin, M. S. (2018). Prinsip-Prinsip Kepemimpinan. Jakarta: Erlangga.


Silviani, I. (2020). Komunikasi Organisasi. Surabaya: PT. Scopindo
Media Pustaka.
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Fajar
InterpratamaMandiri.

80
81

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung:Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.

Shoemaker & Rogers. 2015. Mediating the Message: Theories of Influences on


Mass Media Content, USA:Longman.
Showalter, Elaine (ed), 2015. Speaking of Gender. New York & London :
Routledge.

Supratiknya, A. 2016. Komunikasi Antar Pribadi (Tinjaun Psikologis).


Yogjakarta: Kanisius.
Turner, R. W. (2014). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Umar, Nasaruddin, 2017. Argumen Kesetaraan Gender : Perspektif Al Qur’an.


Jakarta : Paramadina.
Warsito. 2018. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Wirijadi. (2018). Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi
Kerja Karyawan PT. Jasa Marga (Persero) Tnk. Universitas Mercu
Buana.

Wursanto, I. (2018). Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset.


Internet :

https://penerbitbukudeepublish.com/paradigma-
penelitian/#1_Paradigma_Penelitian_Kuantitatif. Dipetik Agustus 25, 2022
https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-pengembangan-sumber-
daya-manusia-pentingnya-apresiasi-dalam-komunikasi-2020-09-22-
110716b2/

https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-antar-pribadi
https://penerbitdeepublish.com/instrumen-penelitian/

https://penerbitdeepublish.com/definisi-operasional/

81

You might also like