You are on page 1of 86

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa faktor menjadi penyebab timbulnya kekerasan kian meningkat,
khususnya di dalam kondisi pandemi sekarang ini. Ekonomi menjadi salah satu
problem paling signifikan dalam rumah tangga, dikarenakan banyaknya perusahaan
yang mengurangi jumlah karyawannya, lalu berdampak pada karyawan yang
terkena PHK ataupun dirumahkan. Kurangnya ekonomi menjadi faktor tidak
terbendungnya emosi, ketika kurangnya sebuah penghasilan menjadikan tekanan
emosi yang semakin tinggi, tentunya akan berujung kepada tindak kekerasan
terhadap keluarga ataupun lingkungan sekitar. Para orangtua bingung harus
melakukan apa ketika tidak adanya pekerjaan, sedangkan kebutuhan tiap hari harus
selalu terpenuhi. Segala bentuk kekerasan terhadap anak perlu dicegah dan diatasi
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa anak harus mendapatkan
perlindungan dan dipenuhi hak-haknya untuk tumbuh dan berkembang secara
normal, dan anak diberikan kesempatan berpartisipasi secara optimal serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Harjosumantri, 2003).
Anak bisa kita analogikan sebagai sebuah kertas kosong yang tidak tau harus
berbuat dan melakukan apa kelak nanti. Maka pendidikan utama bisa dibentuk dari
sebuah lingkungan yang disebut keluarga. Menurut Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak di Kota Sukabumi ada sebanyak 134 kasus
ditahun 2020 dari mulai kekerasan terhadap anak sampai kejahatan terhadap anak.
Daerah cikole menjadi salah satu tempat kasus terbanyak yang ada di Kota
Sukabumi. Kenakalan anak pada usia 3 sampai 6 tahun merupakan hal yang wajar,
dengan cara seperti itu anak mempelajari lingkungan secara kreatif, tetapi kadang
orangtua melihat hal itu sebagai suatu hal yang mengganggu, dan orangtua tidak
segan-segan untuk melakukan kekerasan verbal seperti membentak dan
mengabaikan anak (Wong, 2008).
Kekerasan terhadap anak menjadikan anak tidak berdaya sehingga memiliki
dampak negatif terhadap perkembangan psikologisnya. Beberapa bentuk kekerasan
yang biasanya dilakukan pada anak seperti kekerasan fisik dan kekerasan
psikologis. Kekerasan fisik dalam hal ini adalah segala bentuk kontak fisik yang
dilakukan untuk melukai dan menyakiti orang lain. Sedangkan kekerasan
emosional apabila orang tua mengabaikan anak ketika meminta perhatian (Putri &
Santoso, 2012). Semua bergantung kepada apa yang orangtua ajarkan sedari kecil.
Orangtua menjadi sosok paling penting yang bertanggung jawab atas perilaku,
perlindungan, dan optimalnya pertumbuhan kembang anak.
Adapun perlakuan orangtua terhadap anak yang belum jelas batasannya, seperti
berteriak kepada anak, memukuli anak, dan membanding-bandingkan anak dengan
tetangga atau teman kelasnya. Sebuah ekspektasi dari orang tua juga bisa
menyebabkan kekerasan, dengan harapan yang terlalu tinggi tanpa memikirkan
keterbatasan seorang anak dari sebuah perilaku ataupun pelajaran. Penyebab
orangtua melakukan kekerasan verbal pada anak terjadi karena dua hal, yang
pertama karena faktor orangtua dan yang kedua faktor dari karakteristik anak.
Faktor pertama dari orangtua itu sendiri adalah kurangnya pemahaman orangtua
tentang perkembangan anak dan karena karakter orangtua yang keras. Orang tua
yang memiliki karakter keras mudah melakukan kekerasan verbal terhadap anak,
biasanya dikarenakan didikan dari orangtua sebelumnya.
Kekerasan terhadap anak menjadikan anak tidak berdaya sehingga memiliki
dampak negatif terhadap pertumbuhannya. Banyak orangtua yang mengabaikan
perihal tersebut, dari dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu
upaya pencegahan kekerasan terhadap anak, bisa segera diminimalisir, dengan
pemberian informasi tentang dampak kekerasan harus dilakukan secara intens, agar
orang tua lebih memahami untuk mempersiapkan masa depan anak yang
membahagiakan. Berdasarkan temuan riset tersebut, bahwa perlunya sebuah
edukasi dini kepada pelaku menjadikan salah satu cara untuk mengurangi kasus
yang sedang meningkat di masa pandemi seperti ini. Dengan cara memberikan
sebuah informasi yang informatif melalui media rancangan motion graphic yang
lebih tepat dimasa pandemi saat ini, dikarenakan sekarang semua kegiatan serba
terbatas. Motion graphic menjadi salah satu media yang mudah dilihat tanpa harus
berkegiatan diluar rumah, dengan begitu memudahkan audiens dalam melihat
media yang di sajikan. Media tersebut menjelaskan tentang keresahan yang sedang
terjadi. Membahas tentang psikologis anak yang mengalami kekerasan oleh orang
tua, ataupun guru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa rumusan masalah pada skripsi ini yaitu :
1. Bagaimana konsep penciptaan motion graphic tentang dampak kekerasan
terhadap anak di kota sukabumi?
2. Bagaimana proses penciptaan motion graphic tentang dampak kekerasan
terhadap anak di kota sukabumi?
3. Bagaimana analisis penciptaan motion graphic tentang dampak kekerasan
terhadap anak dikota sukabumi ?

C. Tujuan Perancangan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini yaitu:
1. Menciptakan media informasi sebagai sarana edukasi.
2. Menganalisa dampak kekerasan pada sikologis anak yang akan terjadi.
3. Media kreatif yang bisa membantu memberi informasi yang lebih mudah
dipahami.
D. Batasan Lingkup Perancangan
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi pembahasan
masalah agar tidak keluar dari pembahasan utama, berikut permasalahan yang
dibatasi :
1. Motion Graphic tentang dampak kekerasan terhadap anak.
2. Motion Graphic berdurasi 1-2 menit.
3. Batasan wilayah kota sukabumi dan daerah cikole.
4. Segmentasi usia 25-30 tahun.
E. Manfaat Perancangan
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Menjadi bahan dan juga referensi bagi mahasiswa jurusan Desain
Komunikasi Visual tentang dampak dari peristiwa kekerasan terhadap
anak yang terjadi.
b. Dapat memberikan pengetahuan baru mengenai cara menuangkan solusi
kreatif dalam meminimalisir kejadian kekerasan terhadap anak
khususnya di wilayah Sukabumi.

2. Bagi Institusi
a. Dapat menjadi sumber pembelajaran dan pengetahuan khususnya untuk
mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual.
b. Dapat mengembangkan ide dan kreatifitas dalam menciptakan konsep
baru yang dituangkan dalam bentuk media kreatif.

3. Bagi Lembaga
a. Membantu memberikan informasi lebih terperinci mengenai dampak
kekerasan terhadap anak.
b. Mempermudah dalam memberikan media edukasi yang lebih efektif
bagi masyarakat.
c. Memudahkan dalam penyampaian kepada masyarakat umum tentang
kekerasan terhadap anak

F. Definisi Operasional

Tindak kekerasan adalah suatu bentuk hubungan sosial, cara hidup, atau dari
meniru model-model tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan sosialnya.
Dalam hal ini, hubungan interpersonal antara anak dan orangtua atau orang
dewasa lainnya, dimana salah satunya memiliki kemampuan sosial yang lebih
atau adanya kekuasaan (power), tetapi melakukan kekerasan
(Azevedo&Viviane, 2008:21). Dari definisi yang sudah dijabarkan, penulis
memiliki beberapa variabel kekerasan, sebagai berikut;
a. Dampak yang disebabkan dari kekerasan terhadap anak
b. Psikologis ataupun perilaku yang berubah ketika mendapatkan tidak
kekerasan.

G. Metode Perancangan

Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif berdasarkan dari studi


kepustakaan dengan menggunakan literatur yang berkaitan dengan tema yang
diangkat oleh penulis. Sebagai penunjang data agar lebih valid, penulis juga
memakai metode kuantitatif, bertujuan untuk mengetahui lebih detail perihal
responded masyarakat terhadap kekerasan terhadap anak.

1 Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :


a. Data Primer
Menurut Hasan (2002), data primer ialah data yang diperoleh
atau dikumpulan langsung di lapangan oleh penulis yang sedang
melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
membutuhkan. Data primer didapat dari sumber informan yaitu
individu seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
data primer tersebut meliputi catatan hasil wawancara, hasil
observasi lapangan, dan data-data mengenai informan. Pada
penelitian ini, data primer yang penulis butuhkan adalah data
yang diperoleh secara wawancara dengan observasi ketempat
narasumber. Bisa dari pihak resmi ataupun target audiens.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah tersedia berupa
catatan, bukti, ataupun laporan historis yang telah disusun dalam
bentuk arsip, sehingga dapat digunakan dalam statistik. Data-
data tersebut biasanya dapat diperoleh dari kantor pemerintahan,
lembaga, perusahaan atau badan lain yang berhubungan dengan
penggunaan data (Moehar,2002). Pada penelitian ini, data
sekunder yang penulis butuhkan ialah data berupa catatan, bukti
ataupun laporan yang diperoleh dari Dinas Dinas Sosial Kota
Sukabumi, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota
Sukabumi, Badan Perencanaan Pembangunanm Penelitian dan
Pengembangan Daerah Kota Sukabumi.

c. Instrumen / Alat Pengumpulan Data


Instrumen atau alat pengumpulan data pada penelitian ini
ialah berupa alat tulis dan alat komunikasi seperti kamera, dan
perekam audio saat wawancara berlangsung sehingga
mendapatkan data dengan cara penulisan, baik dari perekam
audio maupun pengambilan foto.

2 Metode Pengumpulan Data


a. Wawancara
Wawancara merupakan proses komunikasi atau interaksi
untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara
peneliti dan narasumber atau subjek penelitian (Raharjo, 2011).
Agar wawancara berjalan dengan efektif maka terdapat
beberapa tahapan yang perlu diperhatikan, seperti diawali
dengan mengenalkan diri, menjelaskan maksud kedatangan,
menjelaskan materi wawancara, kemudian mengajukan
pertanyaan (Yunus, 2010).
b. Dokumentasi
Penulis juga mencari data berupa dokumen untuk menggali
informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini, seperti arsip,
surat hasil rapat,dan catatan yang dibutuhkan. Sehingga penulis
mendapatkan data dokumentasi sebagai acuan dalam hasil
penelitian.
c. Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang menggunakan panca
indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, sehingga
memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Hasil observasi pada umumnya berupa
aktifitas, kejadian atau peristiwa, objek, kondisi atau suasana
tertentu, serta perasaan emosi. Pada penelitian ini, penulis
melakukan kegiatan observasi langsung dengan narasumber
(orangtua).
d. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan pengumpulan data yang bisa
diambil dalam berbagai macam sumber buku, dengan
mendalami berbagai literatur dan kajian yang berhubungan
dengan topik permasalahan dalam tugas akhir.
H. Analisis Data

Analisis data menurut Herbert L.Searles dalam Sari (2016), analisis data
induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal khusus untuk
sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah. Pada penelitian ini,
penulis menganalisa dalam berbagai aspek, mulai dari observasi sampai dengan
wawancara, agar memiliki gambaran terhadap perilaku dan dampak kekerasan
terhadap anak. Lalu memiliki bukti pendukung dan diakhiri dengan kesimpulan.
I. Konsep Perancangan

Media kreatif motion graphic ini dibuat bertujuan untuk memberikan edukasi
dengan tujuan meminimalisir peristiwa kekerasan terhadap anak yang terus
meningkat di kota sukabumi. Dimana peristiwa ini memberi dampak negatif
bagi perkembangan seorang anak, serta masyarakat yang belum menyadari hal
tersebut.
Informasi dan edukasi tersebut antara lain berupa :
1. Dampak negatif dari kekerasan terhadap anak
2. Gambaran perilaku dan sikap anak ketika mendapat perilaku keras dari
kedua orangtua.
Pesan yang ingin penulis sampaikan adalah agar masyarakat lebih memahami
kondisi anak, tentang bagaimana dampak yang akan terjadi dikemudian hari.
Setelah penulis analisis, target audiens yaitu pria dan wanita berkisar usia 20-
35 tahun. Lalu format penyajian file video .mp4

J. Skematika Perancangan

Bab 1 Pendahuluan yang berisi: latar belakang, rumusan masalah, batasan


masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitiaan, sistematika
penulisan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka ini berisi: landasan secara teoritis tentang variable yang
ada pada penelitian ini. Landasan teori ini diperoleh dari sumber pustaka
berupa buku-buku, maupun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
yaitu pengertian kekerasan terhadap anak, dampak pada kekerasan anak,
faktor keluarga, latar belakang keluarga, desain komunikasi visual,
desain komunikasi visual, motion graphic, poster.
Bab 3 Metode penelitian yang berisi: kerangka berfikir, uraian pendekatan
penelitian, lokasi dan sasaran penelitian, objek penelitian, teknik
pengumpulan data, dan kerangka pemikiran.
Bab 4 Hasil dan pembahasan penelitian yang berisi: visualisasi tentang motion
graphic, analisis motion graphic.
Bab 5 Penutup berisi: simpulan dan saran.
Bagan.1. Skematika Perancangan
Skema perancangan tugas akhir (sumber: dokumentasi penulis)
8

BAB II
KAJIAN TEORI

II.1 Teori dan Referensi


A. Kajian Literatur

Agar bisa lebih mendukung proses perancangan media campaign dengan


bertemakan kekerasan terhadap anak, maka dibutuhkan beberapa teori mendasar
dan juga wawancara dengan narasumber. Bertujuan untuk memperkuat media agar
lebih relevan ketika disajikan kepada masyarakat.

B. Landasan Teori
2.1 Desain
Desain menurut P.J. Booker (inggris, 1964). Melakukan simulasi atas
sesuatu yang ingin diciptakan atau dilakukan sebelum benar-benar
menciptakan atau melakukan sesuatu yang diinginkan. Simulasi dilakukan
secara berulang-ulang, sesering yang dianggap perlu sehingga dirasa yakin
akan hasil akhirnya. Desain dikategorikan sebagai berikut;
2.1.1 Desain Komunikasi Visual
Menurut Kusrianto, Adi dalam buku Pengantar Desain Komunikasi
Visual (2007:2), mengatakan bahwa Desain Komunikasi Visual
merupakan suatu disiplin ilmu yang bertujuan untuk mempelajari konsep-
konsep komunikasi dan ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk
menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola
elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf,
komposisi warna dan layout (tata letak/perwajahan). Dengan demikian
gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran
penerima pesan.
Ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya
kreatif, yang diaplikasikan dalam berbagai media komukasi visual dengan
mengolah elemen desain grafis yang terdiri atas gambar ilustrasi, huruf
tipografi, warna, komposisi, dan layout. Semua itu dilakukan guna
menyampaikan pesan secara visual, audio, dan/atau audio visual kepada
target audiens.
9

Permasalahan komukasi visual, mencari data verbal dan visual,


menyusun konsep kreatif yang berlandaskan pada karakteristik target
sasaran, sampai dengan penentuan visualisasi final desain untuk
mendukung tercapainya sebuah komunikasi verbal-visual yang
fungsional, persuasif, artistik, estetis, dan komunikatif. Di dalam ranah
desain komukasi visual ini dipelajari semua bentuk komunikasi yang
bersifat komunikasi visual seperti desain grafis, desain iklan, desain
multimedia interaktif (Sumbo Tinarbuko, 2008;32).
1. Desain Grafis
Desain grafis dipelajari dalam konteks tata letak dan komposisi,
bukan seni grafis murni. Area kerja kreatif desain grafis diantaranya;
stationary kit atau sales kit desain kartu nama, kop surat, amplop,
balpoint, profil usaha, annual report, corporate identity yang terdiri
logo dan trade mark berikut aplikasi penerapannya.
Lingkungan desain grafis berupa sign system, papan petunjuk arah,
papan nama, dan infografis, diagram, statistik, denah, peta lokasi.
Perencanaan dan perancangan pameran produk dan jasa industri.
2. Desain Iklan
Desain iklan dipelajari dalam konteks desain, bukan komunikasi
marketing dan penciptaan merek atau aktifitas branding. Desain
iklan atau populer dengan sebutan advertising. Ranah kreatif
meliputi; kampanye iklan komersial dan perancangan iklan layanan
masyarakat. Aplikasi perancangan dan perencanaan desain iklan
komersial maupun iklan layanan masyarakat (nonkomersial)
melibatkan seluruh media periklanan yang meliputi;
a. Media iklan lini atas (above the line advertising), yakni;
jenis-jenis iklan yang disosialisasikan menggunakan sarana
media massa komunikasi audio visual. Misalnya surat kabar,
majalah, tabloid, iklan radio, televisi, bioskop, internet,
telepon seluler.
b. Media iklan lini bawah (below the line advertising), yaitu
kegiatan periklanan yang disosialisasikan tidak
10

menggunakan media massa cetak dan elektronik. Media yang


digunakan seperti merchandising, brosur, folder dan player.
c. New media, ambient media, guerillas advertising, dan
theatical advertising.
3. Desain Multimedia Interaktif
Desain ini dipelajari dalam konteks tampilan dan pelengkap
desain, bukan interaksi manusia dengan komputer. Animasi
dipelajari dalam konteks penciptaan gerak yang menarik, bukan
untuk bertutur dan bercerita. Cakupan wilayah kreatif desain
multimedia interaktif diantaranya meliputi; animasi 3D, motion
graphic, fotografi, sinetron, audio visual, program acara televisi
(Rakhmat Supriyono, 2009:15)

2.2 Komunikasi
Menurut Wursaso (2001:31), komunikasi adalah proses kegiatan
pengoperan atau penyampaian informasi yang mengandung arti dari satu pihak
(seseorang atau tempat) kepada pihak (seseorang atau tempat) lain dalam usaha
mendapatkan saling pengertian. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan
bahwa komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami.
2.2.1 Proses Komunikasi
Menurut Harold D. Laswell (dalam Uchjana, 1993 : 301), menyatakan,
bahwa dalam proses komunikasi harus dapat menjawab pertanyaan “who say
what, in wich channel to whom and with effect”. yaitu :
a. Who (Siapa), berarti siapa yang menjadi komunikator.
b. Say what (apa yang dikatakan), berarti isi pesan yang disampaikan
harus diikuti atau dilaksanakan
c. In wich channel (saluran yang dipakai), saluran media yang dipakai
dalam proses komunikasi adalah langsung atau tatap muka.
d. To whom (kepada siapa), ini berati sasaran atau komunikan.
11

e. With what effect (efek yang timbul), akibat yang timbul setelah pesan
itu disampaikan yaitu timbulnya suatu tindakan.
Menurut Sunarto (2003 : 16-17) terdapat tiga unsur penting dalam proses
komunikasi yang dilakukan dalam komunikasi, yaitu :
a. Sumber (source), disini sumber atau komunikator adalah bagian
pelayanan santunan.
b. Pesan (massage), dapat berupa ucapan atau pesan-pesan
c. Sasaran (destination), adalah korban atau ahli waris korban (Klaimen).

2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan yang menilai bahwa


faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentinganya dalam
mendukung terjadinya proses komunikasi (Joseph de Vito&Erika Vora,
2008;26).

a. Sumber (source)
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia,
sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk
kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering juga
disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut
source, sender atau encode.
b. Pesan (Messege)
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa
berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata
massage, content atau information.
c. Media (Channel)
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media
12

bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar


pribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Dalam
komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubugkan antara
sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat
melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa
dapat dibedakan kedalam dua kategori, yakni media cetak dan media
elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku,
leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan
sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film,
televisi, video recording, komputer, elektronik board, audio cassette
dan sebagainya.
d. Penerima (Receiver)
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima bisa saja atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai, atau negara. Penerima biasa disebut sebagai dengan
berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau
dalam bahasa Inggrisnya disebut audience atau receiver. Dalam proses
komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat
karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.
Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena
dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak
diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah
yang seringkali menuntut perubahan, dari sumber, pesan atau saluran.
e. Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan anatara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengertahuan, sikap dan
tingkah laku seseorang, karena pengaruh juga bisa diartikan perubahan
atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan
seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
f. Umpan balik
13

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah


satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi,
sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan
dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya,
sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim,
atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami
gangguan sebelum ke tujuan. Hal-hal seperti ini menjadi anggapan
balik yang diterima oleh sumber.
g. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalan komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas
empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya,
lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

2.3 Teori Warna


Menurut Pujianto (2005) Warna merupakan salah satu unsur yang paling
penting dalam sebuah desain. Warna dapat menarik perhatian dan membantu
menciptakan sebuah mood. Setiap warna pun memiliki karateristik berbeda-
beda sehingga efek psikologis yang ditimbulkanpun akan berbeda-beda.
Berikut karakteristik warna-warna tersebut (Sanyoto, 2009). Warna terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu :
2.3.1 Warna Primer
Warna primer adalah warna dasar yang tidak mendapat campuran
dari warna-warna lain. Warna tersebut adalah warna yang menjadi
fondasi dari warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna
primer yaitu warna merah, biru, dan kuning.

Gambar 2.1 Warna Primer


14

Sumber : https://www.sebutkan.com/2016/05/sebutkan-warna-
primer.html

2.3.2 Warna Sekunder


Warna sekunder merupakan hasil campuran daripada warna primer,
warna tersebut adalah warna yang yang dipadukan antara warna kuning,
merah dan biru. Warna yang termasuk dalam golongan wara primer yaitu
orange, hijau dan jingga.

Gambar 2.2 Warna Sekunder


Sumber :
https://www.pngjoy.com/preview/m2l2g6v6f3h5u5_teenage-girl-
secondary-colors-colors-png-download/

2.3.3 Warna Tersier


Warna tersier adalah warna hasil dari campuran satu warna primer
dan satu warna tersier. Contoh merah dengan orange, hijau dengan biru,
jingga dengan merah, dan lain-lain.

Gambar 2.3 Warna Tersier


Sumber : https://www.hamzahdesain.com/warna-tersier/

2.3.4 Warna Netral


Warna netral adalah warna dari campuran 3 warna dasar dengan
proporsi campuran 1.1.1, warna ini menjadi biasanya menjadi warna
15

penyeimbang dari warna-warna kontras. Lalu hasil dari campuran yang


teatakan menuju hitam.

Gambar 2.4 Warna Netral


Sumber: https://www.serupedia.com/2013/05/arti-warna-bendera-dalam-
balapan.html

2.4 Animasi
Menurut Prakosa (2010) Animasi merupakan sekumpulan gambar baik 2
dimensi atau 3 dimensi yang tersusun dari sekumpulan gambar baik 2 dimensi
atau 3 dimensi yang tersusun dari sekumpulan objek atau gambar yang disusun
sesuai alur cerita sehingga menghasilkan gambar yang dapat bergerak. Animasi
berupa sebuah gambar atau bisa kita sebut sebagai ilustrasi yang kemudian
digerakkan, dengan memiliki alur cerita yang sudah disediakan.
2.4.1 Jenis-Jenis Animasi
1. Animasi Tradisional
Animasi tradisional adalah salah satu bentuk yang paling tua, di
dalamnya animator menggambar setiap frame by frame untuk membuat
urutan animasi. Pembuatan animasi tradisional yaitu manual dengan
menggunakan selembar kertas transparan yang dipasang menggunakan
pensil berwarna, dengan frame lain secara bergantian.
2. Animasi 2D (2 Dimensi)
Animasi dua dimensi atau dwi matra-dikenal dengan nama flat
animation. Perkembangan animasi dua dimensi yang cukup revolusioner
berupa film-film kartun, atau bisa kita sebut alur cerita/gambar lucu.
Contohnya seperti Scobby Doo, Tom and Jerry, Charlie Chaplin.
16

3. Animasi 3D (3 Dimensi)
Animasi 3D merupakan pengembangan dari animasi 2D. Animasi 3D
menyajikan gambar yang lebih nyata dan hidup, baik dari karakternya
ataupun background dari karakter tersebut.
4. Motion Graphic
Tidak seperti animasi pada umumunya. Motion Graphic adalah seni
elemen berupa sebuah ilustrasi/ karakter dan juga teks grafis yang tidak
memiliki cerita. Biasanya bertujuan untuk komersial atau promosi.
5. Stop Motion
Animasi ini bisa bisa dikenal sebagai clay motion yaitu (tanah liat) yang
digunakan sebagai objek yang digerakkan. Teknik ini pertama kali
diperkenalkan oleh Stuart Blakson pada tahun 1906. Animasi ini
menggunakan plasticin, yaitu bahan lentur seperti permen karet. Tokoh-
tokoh dalam animasi clay dibuat menggunakan kerangka khusus untuk
membuat tubuhnya.

2.5 Motion Graphic


2.5.1 Sejarah Motion Graphic
Di awal abad ke-20, para seniman mulai menolak representasi klasik dan
keinginan untuk mengekspresikan ruang dalam istilah-istilah geometri.
Banyak dari seniman-seniman tersebut ingin memproduksi animasi abstrak
eksperimental yang mengeksplorasi teknik-teknik baru seperti direct-on-film
dan collage (Krasner, 2008 : 8).
Selama awal 1900-an, musisi swedia dan pelukis Viking Eggeling
menggambarkan teorinya tentang lukisan dengan cara musik, dalam hal
“Intrumental” dan “orkestrasi”. Keinginannya adalah untuk menetapkan apa ia
disebut sebagai “bahasa universal” simbol abstrak, dan dia berjuang agar
mencapai keharmoniasan dengan menekankan struktur musik dan menghindari
representasi. Kecenderungan nihilistik gerakan dada memberi Eggeling
kebebasan untuk keluar dari sekolah konvensional pemikiran, dan dia
berkolaborasi dengan pembuat film Jerman, Hans Richter pada serangkaian
gambar gulir yang memanfaatkan garis lurus dan kurva berbagai orientasi dan
17

ketebalan. Struktur-struktur ini dibentuk dalam progresi linier di seluruh


gulungan kertas panjang, yang memaksa pemirsa melihatnya dalam konteks
temporal. Didorong oleh kebutuhan untuk mengintegrasi waktu dalam
pekerjaannya, ia mengalihkan perhatiannya ke film dan menghasilkan
Symphonic Diagonalein 1923. Setelah hampir empat tahun selesai, animasi
frame by frame ini menunjukkan korelasi yang kuat antara musik dan melukis
dalam gerakan tokoh-tokoh, yang diciptakan dari potongan kertas dan kertas
timah (Krasner, 2008 : 11).
Selama empat dekade terakhir , urutan judul inovatif untuk classic seperti
Dr.Strangelove (1964), The Thomas Crown Affair (1968), dan A.Clockwork
Orange (1971) mendapatkan film kelahiran Kuba, Pablo Ferroreputasi sebagai
master desain judul, bersama dengan design legendaris Saul Bass.
Selama karir periklanan pada 1950-an, Ferro diperkenalkan beberapa teknik
untuk industri film komersial termasuk editing cepat, animasi yang digambar
dengan tangan, close-up yang ekstrim, layar terpisah montase, overlay, dan
jenis digambar tangan. Banyak desainer yang mengklaim itu teknik pintasnya,
khususnya, mempengaruhi apa yang kemudian menjadi dikenal di televisi
sebegai “gaya MTV” (Krasner, 2008 : 28)

2.5.2 Definisi Motion Graphic


Sekarang ini, Motion Graphic telah banyak digunakan, dan menjadi salah
satu media animasi untuk menyampaikan sebuah informasi. Beberapa
pengertian mengenai Motion Graphic tersebut antara lain :
1. Seni dan Motion Graphic adalah kedinamisan dari nama yang
diberikan. Memberikan kehidupan kepada gambar dan tulisan, dan
merekam mereka menjadi sebuah pesan yang ingin disampai kepada
penontonnya. Motion Graphic adalah teks, gambar, atau kombinasi dari
keduanya yang bergerak dalam ruang dan waktu, menggunakan
pergerakan dan ritme untuk mengkomunikasikannya. Motion Graphic
digunakan dalam tv dan film untuk membantu memperkenalkan
ceritanya (Gallagher dan Plady, 2007 : 3)
18

2. Motion Graphic adalah kepuasan dalam mengeksekusi ide dengan


campuran yang tepat antar gambar dan suara yang menyentuh emosi
dan dapat menggerakan seseorang (Dickinson, 2010).
3. Motion Graphic adalah grafik yang menggunakan footage dari video
atau teknologi animasi untuk menciptakan ilusi dari motion atau
gerakan dan biasanya di kombinasikan dengan audio untuk digunakan
dalam projek multimedia (Betancourt, 2012).

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motion graphic


adalah sebuah pesan yang disampaikan kepada penonton sehingga
menyentuh emosi yang dapat menggerakan seseorang melalui ilusi gerak
dan ritme dalam ruang dan waktu.

2.5.3 Prinsip dalam Motion Graphic


Dalam buku ”Exploring Motion Graphic”, Gallagher & Paldy 2007,
menyatakan bahwa setiap desain memiliki susunan visual yang
digunakan untuk mengarahkan informasi audiens pada suatu pesan dan
membantu mereka untuk memahami informasi terpenting yang ingin
disampaikan desain tersebut. Pembeda yang jelas antara informasi primer
dan informasi lainnya merupakan indikasi adanya susunan visual yang
kuat. Pentingnya informasi akan menentukan elemen mana yang akan
ditonjolkan dan bagaimana informasi tersebut akan dituliskan dalam
sebuah desain.
2.5.3.1 Gerak (Motion)
Gerak dalam motion Graphic adalah sebuah hal yang utama.
Dalam gerak sebuah objek bisa diciptakan persepsi tertentu
berdasarkan tujuan dan maksud dari pembuatnya. Beberapa
unsur dasar gerak dalam motion graphic, yaitu :
 Posisi (Position)
Posisi adalah perubahan berdasarkan gerak pada posisi
objek di dalam frame. Objek dapat dikatakan bergerak
apabila ada perubahan skala dari atas ke bawah, bawah ke
atas, kiri ke kanan, kanan kekiri dan seterusnya.
 Skala (Scale)
19

Memutar adalah perubahan gerak berdasarkan skala objek


di dalam frame.Objek dikatakan bergerak apabila ada suatu
perubahan skala dari besar ke kecil dan dari kecil kebesar dan
seterusnya.
 Memutar (Rotate)
Memutar adalah perubahan gerak berdasarkan objek di
dalam frame. Objek bisa dikatakan bergeral apabila ada
perubahan putar dari kiri ke kanan, kanan ke kiri, depan ke
balakang, belakang ke depan, atas ke bawah, bawah ke atas
dan seterusnya.
 Transparansi (Opacity)
Perubahan objek dari solid (tidak transparan) menjadi
transparan atau sebaliknya (Gallagher dan Paldy, 2007 : 56)
2.5.3.2 Komposisi (Composition)
Desain memerlukan sebuah komposisi, keputusan dalam
menentukan suatu elemen. Baik itu tipografi, layout, gambar,
maupun visual yang akan disajikan.
Pengelompokan semua lemen ke dalam 1 kuadran disebut
dengan Gathering. Adanya pergerakan merupakan suatu
implikasi, tergantung pada bagaimana dan mengikuti bentuk
apaelemen-elemen tersebut dikelompokkan. Elemen-elemen
mungkin tambak terbang keluar frame atau terjun ke dalam
frame. Susunan elemen yang berbeda dapat digunakan untuk
ilusi virtual.
Dispersion menambah ketika elemen-elemen disebarkan
dalam frame, elemen yang diatur dalam dispersi akan tampak
kacau dan jugza tidak teratur. Agar bisa membawa audiens ke
dalam desain dan menciptakan dimana ada titik fokus dalam
kumpulan gambar yang tampak tidak beraturan, menggunakan
warna yang berbeda untuk membuat suatu elemen menjadi lebih
menonjol daripada yang lain.
20

Exclusion adalah ketika semua elemen dikelompokkan


bersama, kecuali satu. Satu elemen tersebut terkucilkan dari
elemen yang lain, sehingga menjadi titik fokus. Chunking
merupakan suatu istilah untuk mengelompokkan elemen-
elemen bersamaan. Istilah ini digunakan untuk membantu
audiens menyimpan suatu informasi. Elemen-elemen gambar
dapat dikelompokkan bersama berdasarkan bentuk, warna,
tulisan dan juga ukuran.
Istilah optical center mengacu kepada titik tengah natural
yang selalu kita lihat dalam sebuah desain. Ketika titik tengah
diukur dan sebuah objek ditempatkan pada titik tersebut,
seringkali objek tersebut akan tampak terlalu rendah dan off-
center. Ketika membuat sebuah komposisi dimana titik
fokusnya berada di tengah desain, ingatlah pada optical center
dan geserlah elemen fokus pada desain tersebut sedikit keatas.
Titik fokus yang ditempatkan disalah sat sisi atau salah satu
sudut frame akan tampak off-center. Membuat komposisi
dengan titik fokus off-center menimbulkan kesan jenaka dan
menyenangkan. Desain tersebut tidak akan nampak kaku,
melainkan enerjik.
Apa yang membuat sebuah komposisi nampak kuat?
Walaupun selera kita bersifat subjektif, mengikuti prinsip desain
grafis dalam membuat komposisi akan menghasilkan Motion
Graphic dengan susunan visual yang menarik dilihat. Tiap
elemen yang ada pada layar tidak hanya dilihat dari kualiatas
individunya, melainkan bagaimana elemen tersebut saling
berinteraksi satu sama lain (Gallagher dan Paldy, 2007 : 85-85)
21

2.5.3.3 Bingkai (Frame)


Komposisi mengatur apa yang dilakukan objek-objek di
dalam frame. Bagaimana objek bergerak dalam frame harus
ditentukan. Motion Graphic terbentuk dari individual frame,
tiap-tiap frame merepresentasikan suatu waktu pada bidang 2
dimensi suatu layar. Komposisi pada frame dibatasi oleh 4 sisi:
kiri, kanan,atas dan bawah.
Desain Motion Graphic dibatasi oleh teknologi yang ada,
bentuk frame akan ditentukan oleh alat yang digunakan oleh
pemakaian. Frame desain untuk web, TV, dan video akan selalu
horizontal karena lebih banyak monitor yang melebar, bukan
meninggi. Saat kita mendesain untuk PDA dan handphone,
frame akan vertikal mengikuti bentuk fisik PDA dan
handphone.
Elemen-elemen yang disusun rapi di dalam frame dengan
jarak tertentu dari batas menimbulkan kesan tenang, terkendali,
dan teratur. Jika elemennya terlalu kecil dan ditempatkan jauh
dari batas frame dengan sisa tempat yang masih banyak, desain
tersebut akan menimbulkan kesan jauh dan tidak terhubung
(Gallagher dan Paldy, 2007 : 126).
2.5.3.4 Alur (Flow)
Ketika kita membaca pergerakan Motion Graphic dan
bagaimana kita merasakan desain tersebut. Apakah elemen-
elemen dan frame terlalu cepat lewat? Apakah motion graphic
nya menampilkan informasi dengan kecepatan yang cukup
lambat? Apakah alurnya diisi oleh terlalu banyak informasi?
Apakah ada tampilan informasi yang tiba-tiba memperlambat
kecepatan audiens untuk mengerti pesan yang ada?
Jika demikian, ada sesuatu pesan pada desain tersebut yang
membuat pembaca tiba-tiba berhenti dan harus berpikir ekstra
untuk menerjemahkan informasi yang telah dibuat. Artinya, alur
desain telah terganggu. Bagaimana kita menyusun sebuah alur
22

cerita dan membuat transisi diantaranya mempengaruhi alur


pembaca untuk mengerti desain kita serta dapat menimbulkan
efek emosional bagi pembaca. Kita dapat menyambung
komposisi dan frame melalui gaya transisi.
2.5.3.5 Transisi (Transition)
Sebuah transisi instan dari suatu sumber elemen ke sumber
lain disebut dengan cut. Ini merupakan standar transisi yang
sering kali dipakai dan harus nampak tidak terputus. Ketika
digunakan dengan benar, penonton tidak akan menyadari
adanya pergantian sumber elemen. Ketika mengaplikasikan
suara cut, sumber kedua harus memiliki informasi yang baru.
Sebuah dissolve dibuat ketika dua sumber yang saling
tumpang tindih diubah tingkat transparansinya. Sumber yang
satu akan menjadi semakin nampak ketika sumber yang lain
menjadi semakin transparan. Dengan kata lain, sumber pertama
lama-lama melebur menjadi sumber kedua. Transisi ini sangat
nampak terlihat dan seharusnya digunakan ketika faktor visual
kedua sumber saling mendukung satu sama lain, sehingga ketika
terjadi overlap tidak menimbulkan visual yang kontradiktif.
Transisi push adalah ketika satu sumber didorong keluar
layar oleh sumber kedua. Dorongan dapat berasal dari sisi
manapun : kanan, kiri atas dan bawah. Tergantung pada arah
doorngannya, transisi ini akan menimbulkan kesan berbeda
pada audiens. Dorongan dari atas bersifat menindas, memaksa
sumber pertama keluar dari layar. Dorongan dari bawah
memiliki kesan yang lebih ringan, mendorong sumber pertama
keluar layar untuk menampilkan informasi yang baru. Dorongan
dari kiri bersifat natural ketika kita membaca dari sebelah kiri.
Transisi slide sangat menyerupai transisi push.
Perbedaannya adalah pada transisi slide, sumber pertama
bersifat statik sementara sumber kedua bergeser masuk ke layar.
Sumber kedua boleh bergeser dari arah mana saja. Ketika
23

sumber kedua bergeser dari kanan atau kiri, sumber tersebut


tampak menyelinap untuk menggantikan tempat sumber
pertama. Ketika sumber kedua bergeser diatas, sumber tersebut
nampak menutupi sumber pertama, seperti menurunkan jendela.
Ketika sumber bergeser dari bawah, sumber tersebut tampak
menutupi sumber pertama, namun memiliki kesan lebih halus,
seperti menyelimuti seorang yang akan tertidur (Coodman &
McGraTH,2003:16).
Transisi wipe digunakan untuk menyingkap atau
mengaburkan sumber satu dari yang lain. Standard transisi wipe
berbentuk segitu empat, lingkaran atau bentuk geometri lainnya.
Sumber pertama akan ditutupi oleh sumber kedua sebagai
bentuk lingkaran yang melebar dari tengah. Transisi wipe sangat
sering dipraktekkan dan biasanya merupakan standard transisi
dalam berbagai software motion graphic. Wipe key, atau yang
sering disebut moving matte, digunakan untuk menciptakan ilusi
bahwa sebuah objek pada suatu sumber meyingkapkan sumber
kedua. Sebagai contoh, ketika ujung marker digerakkan pada
frame, garis tersebut kemudian menyingkapkan sumber kedua
seolah sumber tersebut dilukiskan dalam layar.
Selain gaya transisi dasar, kita mungkin dapat bereksperimen
dengan transisi kompleks yang melibatkan complasiting dan
layering. Compositing mengacu pada penggunaan elemen-
elemen dari beragam sumber termasuk gambar, tulisan, objek,
dan suara. Layering merupakan urutan di mana elemen-elemen
tersebut digabungkan menjadi satu kesatuan yang dimunculkan
ke dalam layar.
Page turn merupakan transisi populer yang sering digunakan
di video dan web. Transisi ini menimbulkan efek menyerupai
halaman buku yang dibaca. Ketika diaplikasikan kedamalam
sebuah web, biasanya pembaca diberikan akses untuk
mengendalikan halaman-halaman agar dibalik layaknya ketika
24

membaa buku. Bagaimana kita mengaplikasikan transisi


kedalam motion graphic, sebenrapa cepat, seberapa transparan,
dan dengan sumber apa saja yang akan memberikan kesan
emosional pada video (Coodman & McFrath, 2003 : 194-195).

2.5.3.6 Suara (Sound)


Kita sering sekali merespon suara secara emosional,
tergantung dari apa yang kita rasakan dan dengarkan, lalu
memberikan efek-efek tersebut pada hal yang kita lihat. Suara
yang dipilih oleh desainer dalam motion graphic harus memiliki
ritme secara emosi atau pesan apa saja yang akan kita
sampaikan.
Perubahan suara yang paling minor pun mempengaruhi
emosi kita. Suara adalah elemen yang paling kuat dalam
pembuatan motion graphic, dan sama pentingnya dengan
tipografi dan warna (Coodman & McGrath, 2003 : 107)
 Mono Sound
Suara televisi nonstereo menyajikan monaural(mono)
representasi suara dalam ruang. Satu-satunya petunjuk jarak
adalah kenyaringan; arah tidak bisa disampaikan sama
sekali. Mendengarkan suara mono, kita tidak dapat
membedakan antara suara langsung dan suara yang
dipantulkan, seperti yang kita dapat saat mendengarkan
dalam stereo. Sebaliknya mereka menjadi bercampur. Dalam
suara mono, suara kita menjadi lebih menyadari nada dengan
efek gema.
 Streo Sound
Suara stereo menciptakan ilusi ruang dan dimensi. Ini
meningkatkan kejelasan. Stereo memberi kemampuan untuk
melokalisasi arah suara. Pelokalan ini memberi audiens
dalam penghayatan mendalam, kesadaran rasa terhadap
gambar visual dan suara. Namun, karena speaker si penerima
25

televisi sangat berdekatan, efeknya bisa menjadi agak


terbatas. Kualitas suara dan realisme di tingkatkan. Tetapi
kesan kami arah dan kedalamnnya kurang jelas untuk
didengar.
Dalam menyadarkan pickup suara, banyak praktisi
mencampur pidato mono sentral, dengan efek stereo dan
musik. Dalam sistem stereo, gema bahkan tampak jelas dan
asing seperti suara angin, ventilasi, dan langkah kaki lebih
menonjol, karena mereka memiliki arah, daripada menyatu
dengan latar belakang keseluruhan.
 Surround Sound
Suara surround (sekitar) dapat memberikan rasa selubung
ketika dicampur dengan benar. Dari pada satu saluran untuk
mono atau dua saluran untuk stereo, 5,1 surround memiliki
enam diskrit Saluran (berbeda, individual): depan kiri dan
kanan depan (kadang-kadang disebut stereo kiri dan kanan),
tengah subwoofer untuk efek frekuensi rendah (LFE), dan
dibelakang kiri dan kanan belakang spekaer (kadang-kadang
disebut surround kiri dan kanan). Perasaan kedalaman, arah,
dan realisme diperoleh oleh tenaga audio panning antara
lima saluran utama dan mengarahkan efek ke saluran LFE
(Millerson, 2009 : 264).
2.5.3.7 Emosi
Cara terbaik untuk membuat pesan yang berkesan adalah
dengan membuat koneksi emosional. Kebanyakan dari kita
mengingat potongan akan hal apa yang kita lihar dan dengar,
namun dengan banyaknya hal yang kita lihat setiap hari,
kebanyakan dari informasi yang kita peroleh telah kita saring.
Audiens mungkin mengingat potongan adegan, jingle, aktor,
atau tagline sebuah produk, namun semua itu tidak penting jika
mereka tidak mengingat inti pesan produk atau jasa yang kita
jual.
26

Motion (gerakan) bisa menjadi sebuah pesan. Linguistik


gerak dapat ditelusuri kembali ke masa awal karakter animasi,
film abstrak eksperimental, dan sinema avant-garde. Hari ini,
literasi gerak adalah salah satu perangkat storytelling
(mendongeng) yang paling mendasar dalam desain motion
graphic (Krasner, 2008 : 137).
Dalam meyakinkan audiens ketika memberi pesan yang akan
kita sampaikan, dibutuhkan kadar emosi yang pantas. Motion
adalah bahasa universal. Dalam motion graphic, dapat memiliki
lebih banyak dampak daripada konten aktual yang
dianimasikan. Metode yang dipilih, dipindahkan pada setiap
elemen di layar dapat meningkatkan sebuah makna. Misalkan,
satu baris teks yang bergerak perlahan melintasi frame
sementara (fading up) memudar dari hitam mungkin
mengilhami dengan rasa misteri dan ketenangan. Jika teks yang
sama terbalik dan kemudian melintas di kayar, itu dapat
mengekspresikan rasa suka main-main, urgensi, atau mungkin
ketidakstabilan (Jon Krasner, 2008 : 138).
2.5.3.8 Inspirasi (Inspiration)
Tiap desainer memperoleh inspirasi melalui keresahan yang
sudah terjadi, dengan cara yang berbeda-beda. Inspirasi dapat
ditemukan di sekeliling kita, bisa melalui desain lain, karya seni,
lukisan, musik, cerita atau alur, desain bangunan, alam dan lain-
lain. Kebanyakan desainer memiliki beragam buku desain yang
sering kali mereka gunakan sebagai jalan mencari sebuah
inspirasi. Hanya melihat sesuatu dapat menginspirasi ide-ide
baru. Tetapi ide tersebut tidak ditelan mentah-mental harus ada
proses riset lalu kreasi yang akan menjadi suatu desain yang
baru.
Desainer melihat tugasnya adalah mengembangkan produk
yang penuh daya tarik yang mampu membangkitkan selera
konsumen dan termotivasi untuk membelinya (Widagdo, 2011 :
27

158). Pundak kreasi terjadi tanpa sepenuhnya kita sadari,


umumnya di ambang sadar dan ketidak sadaran kita. Disaat itu
kita berpikir dalam rupa: pra imaji semata, atau diiringi imaji
konkrit, terkadang diiringi imaji abstrak(bahasa) (Tabrani, 2012
: 67-68)

2.5.4 Pengambilan Gambar Poxemics


Pengambilan gambar proxemics berasal dari kata proximity yang
mengacu pda jarak antara subjek dengan kamera (Tobing, 2016 : 7).
2.5.4.1 Pengambilan Gambar
1. Close up
Close up merupakan ukuran bingkai gambar atau ukuran
manusia yang diambil dari jarak dekat dengan menyisakan
ruang pada bagian atas kepala sampai dengan leher bagian
bawah.
2. Big Close Up
Big Close Up merupakan ukuran bingkai gambar yang
diambil dengan memotong sedikit bagian kepala atau dahi
dan dagu yang bertujuan untuk menunjukan ekspresi dari
objek (Tobing, 2016 : 8).
3. Extream Close Up
Extream Close Up merupakan ukuran bingkai gambar yang
diambil hanya memperlihatkan detail-detail bagian tertentu,
misalnya hidung, mata, atau telinga.
4. Medium Close Up
Medium Close Up merupakan ukuran bingkai gambar yang
diambil mulai dari kepala hingga dada, yang bertujuan untuk
menunjukan profil seseorang (Tobing, 2016 : 9).
5. Medium Shot
Medium Shot merupakan ukuran bingkai gambar yang
diambil dari kepalahingga pinggang (Tobing, 2016 : 10).
6. Knee Shot
28

Knee Shot merupkan ukuran bingkai yang diambil dari


kepala hingga lutut dari suatu objek.
7. Full Shot
Full Shot merupakan ukuran bingkai dengan pengambilan
gambar dari kaki hingga kepala yang bertujuan untuk
memperlihatkan objek dengan keadaan ataupun lingkungan
sekitar (Tobing, 2016 : 11).
8. Long Shot
Long Shot merupakan ukuran bingkai dengan pengambilan
gambar objek dengan latar belakang yang jelas (Tobing,
2016 : 12).
9. One Shot
One Shot merupakan pengambilan gambar dengan satu
orang/objek dalam frame (bingkai).
10. Two Shot
Two Shot merupakan pengambilan gambar yang lazim,
digunakan untuk mengambil adegan pembicaraan dua orang
(Tobing, 2016 : 13)
11. Three Shot
Three Shot merupakan pengambilan gambar lebih dari 3
orang objek dalam satu frame (bingkai) yang sedang
mengobrol/berinteraksi.
12. Group Shot
Group Shot merupakan pengambilan gambar lebih dari tiga
objek dalam satu frame (bingkai) (Tobing, 2016 : 14).

2.5.4.2 Sudut Pengambilan Gambar


Walaupun istilah sudut(angles) seringkali digunakan dalam
beberapa set untuk mengarahkan posisi kamera pada objek
yang akan diambil gambarnya, sebenarnya istilah ini memiliki
arti yang lebih terbatas dalam dunia kamera. Sudut berarti
29

tinggi dan arah dalam tingkatan suatu kamera terhadap


objeknya.
1. Low Angel Shot (LAS)
Low Angel Shot merupakan pengambilan gambar
kamera, dimana diletakkan dibawah subjek menghadap ke
atas, berkesan ingin memperlihatkan pemandangan yang
ada disekeliling. Teknik ini memiliki kecenderungan untuk
membuat karakter atau suasana nampak terlihat kuat atau
mencekam.
Low Angel Shot dapat pula menimbulkan perspeksi yang
menyimpang, menunjukan dunia yang tidak seimbang.
Teknik ini dapat menimbulkan perasaan disorientasi dan
penuh kecurigaan (Tobing, 2016 :16).
2. High Angel Shot
High angles shot merupakan lawan dari low angel shot,
dan memberikan efek berlawanan. Kamera ditempatkan
diatas subjek, dengan menunjuk ke bawah. Jenis shot ini
biasanya digunakan untuk mengecilkan suatu objek,
membuat subjek tersebut nampak terintimidasi atau
terancam.
3. Bird’s Eye View
Bird Eye View atau sering disebut sebagai overheadshot,
merupakan suatu varian dari high angel shot, tetapi
pengambilan gambarnya sangatlah ekstream sehingga
dikategorikan tersendiri. Shot ini direkam tepat di atas
dengan penampakan seolah-olah dari sudut pandang
manapun. Orang-orang tampak terlihat kecil biasanya
kamera tersebut menggunakan drone.
4. Oblique Shot (Dutch Angel)
Oblique shot atau bisa disebut dutch angle, kamera
yang dimiringkan secara horizontal menggunakan tripod
sehingga adegan memiliki tampilan yang tidak lagi sejajar
30

dengan garis horizon. Oblique shot menggambarkan garis


lurus sebagai garis diagonal. Tipe shot ini biasa digunakan
untuk menggambarkan keadaan dunia yang sangat tidak
seimbang. Shot miring ini menggambarkan keseluruhan
film yang berpusat pada nilai moral manusia dan tindakan
manusia yang menyimpang.
Ketika mengundang sudut oblique, kita harus pula
menyadari bahwa menggunakan kamera yang datar
memiliki keindahan tersendiri. Penggunaan kamera datar
yang sangat banyak dalam film, lama-kelamaan membuat
tampak natural sehingga kita tidak mempertanyakan lagi
penggunaan kamera tersebut. Sedangkan terhadap
pendekatan lainnya seperti medium shot dan eye level shot,
kamera yang datar digunakan ketika penilaian sebjektif
tidak diinginkan. Kedataran kamera menggambarkan
persepsi kita terhadap dunia sekitar kita. (Tobing, 2016 :
42)
5. Point Of View Shot (POV)
Point of view shot merupakan persepsi suatu karakter
yang spesifik. Mata kamera seolah-olah menjadi mata
manusia. Teknik ini tidak banyak digunakan karena
pandangan kamera dengan pandangan manusia sangatlah
berbeda. Mata manusia memiliki tingkat fokus yang
beragam, titik fokus manusia bisa berubah-ubah mengikuti
pandangan dan perhatian manusia. Ketika menusia melihat
seorang berdansa, fokusnya dapat berubah-ubah dari kaki,
tangan, tangan, wajah, dan sebagainya. Pandangan kamera
tidak mampu mengikuti perubahan fokus tersebut (Tobing,
2016 : 43)
31

2.5.4.3 Focus Effect


Segala sesuatu yang terekam dalam sebuah film haruslah
dalam keadaan in focus. Walaupun prinsip ini sering
digunakan dalam banyak film, fokus dapat digunakan untuk
menciptakan efek spesial dan banyak pendekatan yang dapat
digunakan untk menggunakan fokus sebagai ekspresi
keindahan.
1. Deep Effect
Suatu pendekatan yang menjaga agar seluruh elemen
dalam frame nampak jelas disebut dengan deep focus.
Penggunakan teknik deep focus biasanya adalah orang yang
memilih pendekatan secara realis dalam dunia film. Orson
Welles, Jean Renoir, dan Alain Renais ialah beberapa
pencipta eksperimen-eksperimen yang menggunakan deep
focus.
2. Shalow Focus
Shalow focus adalah pendekatan dimana beberapa fokus
dimasukkan ke dalam sebuah gambar. Penggunaan teknik ini
dapat menghasilkan gambar yang kurang realistis.
Penggunaan soft dan sharp focus dapat digunakan untuk
mencapai beberapa efek :
 Menampilkan suatu aksi tanpa mendominasi
perhatian penonton
 Mengisolasi suatu objek di suatu tempat
 Menampilkan bahwa suatu subjek kurang memiliki
kejelasan
 Mengubah titik untuk efek dramatis atau untuk
mengarahkan perhatian penonton ke suatu area
 Sebagai transisi dari suatu adegan ke adegan lain
32

Area fokus dapat mengarah perhatian penonton ke arah


tertentu pada suatu frame. Background yang ditampilkan out
of focus mencegah penonton untuk teralihkan oleh
pergerakan yang terjadi di belakang subjek pada suatu
adegan. Pengambilan gambar di tempat publik, sangatlah
wajar menggunakan extras atau pemain tambahan agar
adegan film terasa nyata. Pemain tambahan ini biasanya
ditampilkan out of focus agar tidak menarik perhatian
penonton dari apa yang akan terjadi pada aktor utama.

3. Shifting/Rack Focus
Dalam sebuah film, tidak hanya subjek/aktor yang bergerak,
melain kamerapun mengalami pergerakan. Ketika
subjek/kamera bergerak, titik fokus akan berubah. Oleh
karenanya, ada isitilah rack focus, yaitu merubah lensa fokus
secara manual seiring berjalannya proses pengambilan
gambar (Coodman & McGrath, 2003 : 170).

2.5.4.4 Camera Movement


Gerakan kamera merupakan gerakan untuk menciptakan
gambar dinamis dan dramatis, adapun macam-macam gerakan
kamera sebagai berikut (Coodman & McGrath, 2003 : 166)
1. Zooming (in/out)
Gerakan yang dilakukan oleh lensa kamera mendekat
maupun menjauhkan objek. Gerakan ini merupakan fasilitas
yang disediakan oleh kamera video, sehingga pengguna
hanya mengoperasikannya.
2. Panning
Gerakan planning yaitu gerakan kamera yang poros dari
tripod dari tengah ke kanan atau dari tengah ke kiri.
3. Tilting (Up/Down)
Gerakan tilting yaitu gerakan ke atas dan ke bawah. Masih
menggunakan tripod sebagai alat bantu agar hasil gambar
33

yang dapat memuaskan dan stabil (Coodman & McGrath,


2003 : 167)
4. Dolly (In/Out)
Gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju mundur hampir
samadengan gerakan zooming, tetapi pada dolly, yang
bergerak adalah tripod yang telah diberi roda dengan cara
mendorong tripod maju ataupun manarik mundur.
5. Follow
Pengambilan gambar yang dilakukan dengan cara mengikuti
objek dalam bergerak searah.
6. Framming (In/Out)
Framing adalah gerakan yang dilakukan oleh objek untuk
memasukkan (in) atau keluar (out) framing shot (Coodman
& McGrath, 2003 : 168)
7. Fading (In/Out)
Fading merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan.
Apabila gambar baru masuk menggantikan gambar yang ada,
disebut fade in. Sedangkan jika gambar yang ada perlahan-
lahan menghilang dan digantikan menjadi gambar baru,
disebut fade out.
8. Crane Shoot
Crane shot merupakan gerakan kamera yang dipasang pada
alat bantu mesin beroda dan bergerak sendiri bersama
cameramen, baik mendekati maupun menjadi suatu objek.
Biasanya digunakan untuk merekam gambar high angle shot
(Coodman & McGrath, 2003 : 168)
34

2.6 Tipograpi
Tipograpi berasal dari kata Yunani tupos (yang diguratkan) dan graphoo
(tulisan). Dulu tipograpi hanya diartikan sebagai ilmu cetak-mencetak. Orang
yang memiliki keahlian mencetak disebut tipografer. Dalam
perkembangannya, istilah tipografi lebih dikaitkan dengan gaya atau model
huruf cetak. Bahkan saat ini pengertian tipografi sudah berkembang lebih luas
lagi, yaitu mengarah pada disiplin ilmu yang mempelajari spesifikasi dan
karakteristik huruf, bagaimana memilih dan mengelola huruf untuk tujuan-
tujuan tertentu (Sumbo Sinarbuko, 2015 : 20)
2.6.1 Memilih dan Mengelola Huruf
Memilih dan mengelola huruf dalam desain grafis sudah menjadi
disiplin ilmu tersendiri, disebut Tipograpi. Sejarah tipografi dapat
dikatakan seumur hidup dengan sejarah seni mencetak buku.
1. Memilih Huruf
Dikomputer tersedia berbagai bentuk font yang semuanya sudah
bisa digunakan sesuai kebutuhan. Jika dirasa kurang, masih bisa
ditambahkan. Munculnya ratusan bahkan ribuan font ini menjadi
sulit untuk di klasifikasikan. Cara mengenali huruf antara lain dapat
dilihat dari periode pembuatannya. Berdasarkan sejarah
pembuatannya.
a. Huruf Klasik (Classical Typefaces)
Huruf yang memiliki kait (serif) lengkung ini juga
disebut Old Style Roman, banyak digunakan untuk desain-
desain media cetak di Inggris, Italia, dan Belanda pada awal
teknologi cetak (1617). Bentuknya cukup menarik dan
sampai sekarang masih banyak digunakan untuk teks karena
memiliki kemudahakan baca (readability) cukup tinggi.
b. Huruf Transisi
Hampir sama dengan huruf Old Style Roman, hanya
berbeda pada ujung kaitnya yang runcing dan memiliki
sedikit perbedaan tebal-tipis pada tubuh huruf (garis vertikal
tebal).
35

c. Huruf Modern Roman


Sebutan “modern” barangkali kurang relevan karena
huruf ini sudah digunakan sejak tiga abad lalu (1788). Huruf-
huruf yang termasuk dalam Modern Roman antara lain
Bodoni (oleh Giambattisa Bodoni, Italia, 1767) dan Scotch
Roman. Huruf ini sudah jarang digunakan untuk teks karena
ketebalan huruf sangat kontras, bagian yang vertical tebal,
garis-garis horizontal dan serifnya sangat tipis sehingga
untuk teks berukuran kecil agak sulit dibaca dan bahkan
sering tidak terbaca (Sumbo Tinarbuko, 2015 : 21)
d. Huruf Sans Serif
Jenis huruf sans serif sudah dipakai sejak awal tahun
1800. Disebut sans serif karena tidak memiliki
serif/kait/kaki. Salah satu huruf ini adalah memiliki bagian-
bagian tubuh yang sama tebalnya. Contoh huruf sans serif
yang paling populer antara lain Helvetica dan Arial.
Meskipun demikian huruf sans serif sering digunakan untuk
buku dan majalah karena memiliki citra dinamis dan simpel.
e. Huruf Berkait Balok (Egyptian Slab Serif)
Huruf Egyptian memiliki kait berbentuk balok yang
ketebalannya hampir sama dengan huruf sehingga terkesan
elegan, jantan, dan kaku. Jenis huruf ini berkembang di
Inggris pada tahun 1895, ketika masyarakat terpesona pada
kebudayaan Mesir (Egyptian). Oleh karena itu, disebut
“Egyptian”
f. Huruf Tulis (Script)
Jenis huruf ini, berasal dari tulisan tangan (hand-writing),
sangat sulit dibaca dan melelehkan jika dipakai untuk teks
yang panjang. Apalagi jika menggunakan all capital maka
sangat tidak nyaman untuk dibaca. Saat ini di komputer
tersedia berbagai variasi huruf script.
g. Huruf Hiasan (Decorative)
36

Huruf dekoratif bukan termasuk huruf teks sehingga


sangat tidak tepat jika digunakan untuk teks panjang. Huruf
ini lebih cocok dipakai untuk satu kata atau judul yang
pendek.

2. Mengelola Huruf
Jenis huruf yangtelah dipilih dengan tepat belum tentu
menghasilkan teks yang nyaman dan menyenangkan untuk dibaca.
Huruf-huruf tersebut masih harus anda kelola dengan tepat agar
potensi kemudahan baca dapat dioptimalkan. Beberapa
pertimbangan dalam memainkan huruf, antara lain ukuran (point-
size), variasi (style), panjang baris (line-length), spasi (character
space, word space, line space), dan bentuk susunan (alignment).
Masing-masing dapat dijelaskan sebagai bentuk (Sumbo
Sinarbuko, 2015 : 22)
a. Ukuran huruf
Nilai keterbacaan (readability) ditentukan oleh besar-kecilnya
huruf. Huruf yang besar cenderung lebih mudah dibaca,
sebaliknya huruf yang berukurang kecil (dibawah 8 point)
cenderung tidak mudah dibaca. Namun tidak berarti semua
huruf dalam desain komunikasi visual dibuat besar agar
semuanya mudah dibaca. Desainer harus jeli dan bijaksana
dalam menentukan mana huruf yang perlu dibuat besar, mana
yang agak besar, dan informasi mana yang boleh menggunakan
huruf lebih kecil dan lipis.
b. Memahami bobot dan variasi huruf
Selain jenis huruf dan ukuran huruf, kenyamanan baca sangat
dipengaruhi oleh gaya (style) dan tebal-tipisnya huruf dan bobot
huruf secara visual (type weight). Huruf tebal (bold) sering
digunakan untuk display atau dijadikan eye-catcher. Huruf
semacam ini efektif dipakai untuk judul pada poster, iklan
leaflet, dan publikasi lainnya. Meskipun demikian, tidak semua
37

jenis publikasi tepat menggunakan huruf tebal. Jika hendak


menyajikan pesan secara halus, sopan, dan memberikan
informasi ringan, lebih sesuai menggunakan huruf (light) atau
sedang (medium) dengan latar yang cukup kontras sehingga
tetap memiliki nilai kemudahan baca. Dibandingkan dua teks
berikut
c. Mengatur panjang baris
Panjang baris (line-length) atau sering disebut lebar kolom
perlu diatur sehingga pembaca tidak merasa lelah. Pengaturan
panjang baris perlu disesuaikan dengan kondisi space dan
ukuran huruf. Hasil penelitian Herbert Spencer membuktikan
bahwa kolom yang terlalu pendek dan terlalu panjang dapat
menyulitkan dan melelahkan pembaca. Apalagi jika tanpa
adanya perhitungan dalam pembagian lebar kolom pada
susunan teks, membaca surat kabar atau majalah semacam ini
pasti akan dapat melelahkan. Hasil penelitian Herbert Spencer
membuktikan, bahwa kolom yang terlalu pendek dan terlalu
panjang dapat menyulitkan dan melelahkan pembaca. Menurut
penelitian Spencer, jumlah huruf perbaris yang nyaman dibaca
adalah sekitar 60 karakter. Baris teks (line-length) yang terlalu
pendek mengakibatkan banyak penggalan kata yang dapat
mengganggu kenyamanan kita.
d. Mengatur spasi baris (leading)
Pengaturan huruf selanjutnya adalah jarak antarbaris atau
sering disebut leading. Pengaturan spasi baris memiliki dua
tujuan, yaitu :
- readability (nyaman dibaca), dan
- aesthetic (keindahan).
Teks pada buku dan majalah umumnya menggunakan
leading lebih sempit agar lebih efisien, misal huruf 10 point,
leading 11 point, sering ditulis 10/11. Kerapatan leading dapat
anda sesuaikan dengan panjang baris. Untuk baris yang pendek,
38

sebaliknya memakai leading minimal, sedangkan untuk baris


yang panjang, perlu anda tambah spasinya sehingga pembaca
lebih mudah dalam menemukan awal dari baris berikutnya
(Sumbo Sinarbuko, 2015 : 22)

e. Spasi huruf, kerning, dan tracking


Hampir semua dekstop publishing memiliki fasilitas pengatur
spasi huruf (character space) dan spasi kata (word space) secara
otomatis. Meskipun demikian, spasi huruf dapat diatur sesuai
keinginan. Sering kali spasi huruf dibuat lebar untuk
menciptakan keseimbangan, irama, komposisi dan image
tertentu. Hal ini hanya berlaku untuk teks pendek dan khusus,
misalnya untuk judul poster, judul iklan, logo type, dan teks
pendek lainnya.
Pengaturan spasi huruf (merenggangkan atau merapatkan) yang hanya
dilakukan pada dua huruf berdampingan dalam satu kata disebut ”kerning”.
Apabila spasi huruf dalam satu kata dirapatkan atau direnggangkan
seluruhnya disebut “tracking”. Tujuan pengaturan spasi huruf tidak lain
adalah untuk menambah kemudahan dan kenyamanan baca.
2.7 Prinsip-Prinsip Desain
Ada beberapa prinsip-prinsip desain dalam ilmu desain komunikasi visual.
Rumus klasik ini harus dipahami karena cukup efektif sebagai panduan kerja
maupun sebagai konsep desain. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut :
2.7.1 Keseimbangan (balance)
Kesan seimbang bisa atau balance dapat dibangun menggunakan elemen
garis, warna, value, ukuran, bidang dan tekstur. Keseimbangan terbagi
menjadi 3 jenis yaitu;
a. Keseimbangan formal (formal balance) adalah keseimbangan antara
dua pihak yang berlawanan, dari satu atau lebih unsur yang identik
atau unsur yang hampir sama. Dilakukan dengan membagi sama
berat antara bagian kiri dan kanan atau bagian atas dan bawah.
Keseimbangan ini tidak selalu simetris, dapat pula setara antara
39

bagian kiri dan kanan. Keseimbangan yang setara ini mempunyai


kesan kokoh dan stabil. Sering diterapkan untuk desain-desain
publikasi yang bercitra tradisional, konservatif dan formal.
b. Keseimbangan infomal (informal balance) adalah keseimbangan
antara dua atau lebih unsur yang tidak sama (kontras) pada sebuah
komposisi. Lalu kesan yang dihasilkan adalah dinamis. Dilakukan
dengan keutuhan dalam segi unsur yang lebih dominan.
c. Keseimbangan radikal yang disusun dari semua bentuk dan unsur
desain memusat pada suatu titik pusat, sebagai contoh seperti stadion
(Bambang Irawan & Priscilla Tamara, 2013 : 18)
2.7.2 Tekanan (emphasis)
Tekanan atau emphasis adalah penonjolan salah satu elemen poster.
Penekanan pada ilustrasi, logo, judul, slogan, atau elemen lainnya yang
dianggap paling penting mendesak untuk disampaikan. Penekanan elemen
desain bisa diciptakan dengan beberapa cara antara lain;
a. Kontras antara background dengan ilustrasi atau teks,
b. Kontras warna dan kontras value (gelap-terang),
c. Kontras ukuran, jenis, warna dan style huruf,
d. Ilustrasi dibuat besar atau lebih menonjol,
e. Menggunakan bidang kosong (white space) untuk memunculkan
elemen yang ingin dibaca pertama kali.
2.7.3 Irama (Rhythm)
Irama atau ritmik adalah cara penyusunan elemen-elemen grafis dalam
satu layout dapat berupa repetisi dan variasi. Lalu gerak teratur (organized
movement) dari unsur-unsur rupa yang mempunyai interval yang
berproporsi dan terukur. Irama terdiri dari repetition(perulangan),
alternation(silih berganti), progression(progresi), regression(regresi).
2.7.4 Kesatuan (Unity)
Tercitanya kesatuan dalam desain poster sangat diperlukan sehingga
secara keseluruhan tampak selaras, harmonis dan nyaman dipandang.
Elemen bisa berupa warna, garis, huruf, bentuk bidang, dan sebagainya
40

2.8 Pengertian Keluarga


Keluarga merupakan arena utama dan pertama untuk melakukan interaksi
sosial dan mengenal perilaku-perilaku yang dilakukan oleh orang lain. Juga
keluarga sebagai tonggak awal dalam pengenalan budaya-budaya masyarakat
dalam mana anggota keluarga belajar tentang pribadi dan sifat orang lain di
luar dirinya. Karena itu keluarga merupkan wadah yang memiliki arti penting
dalam pembentukan karakter, hubungan kekerabatan, sosial dan kreativitas
para anggotanya. Karena itu sangat menarik untuk dikaji urgensitas keluargaini
dalam berbagai dimensinya baik oleh para ilmuan maupun para praktisi
Salah satu ilmuan pertama yang mengkaji keluarga adalah George Murdock.
Dalam bukunya Social Structure, Murdock mengurangi bahwa keluarga
merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama,
terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari, 2012).
Pengertian keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian keluarga
secara psikologis dan pengertian keluarga secara biologis. Pertama, pengertian
keluarga secara psikologis diartikan sebagai sekumpulan orang yang hidup
bersama dalam tempat tinggal dan masing-masing anggota merasakan adanya
pertautan bathin sehingga terjadi saling mempengaruhi, memperhatikan, dan
saling menyerahkan diri. Kedua, pengertian keluarga secara biologis
menunjukan ikatan keluar antara ibu, ayah dan anak yang berlangsung terus
karena adanya hubungan darah yang tak mungkin dihapus. Dalam upaya untuk
saling mempengaruhi, memperhatikan, dan saling menyerahkan diri
terkandung perwujudan peran dan fungsi orang tua (Dr.Hj.Ulfah, M.Si., 2016
: 5).
2.8.1 Peran Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak untuk
membentuk kepribadian dan mencapai tugas perkembangannya. Oleh
karena itu, keluarga menjadi salah satu faktor paling penting bagi
pembentukan sikap dan prilaku anak baik dalam segi kepribadian, sosial
maupun emosional anak. Keluarga memiliki peran yang sangat penting
dalam upaya mengembangkan kepribadian anak. Dengan kasih sayang dan
juga oendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, dari mulai agama maupun
41

sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang bisa mendukung anak
untuk menjadi pribadi yang baik bagi masyarakat.
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku inter personal,
sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
2.8.2 Pengertian Psikologi Keluarga
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa psikologi adalah ilmu
mempelajari perilaku individu hubungannya dengan lingkungan
(lingkungan fisik dan sosial), baik yang dapat dilihat secara langsung
maupun tidak langsung, yang tampak maupun tersembunyi, tingkah laku
yang disadari maupun tidak disadari. Terkait dengan prilaku individu
semacam ini, terdapat fakta yang relevan, sebagaimana yang ditunjukkan
dalam setting keluarga.
Terdapat berbagai definisi tentang psikologi keluarga. Menurut Kamus
Psychology APA (2007), psikologi keluarga adalah psikologi terapan yang
fokus pada interaksi antar anggota keluarga dan konteks yang turut
mempengaruhi keluarga seperti lingkungan keluarga. Selanjutnya, psikologi
keluarga adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa atau mental, berupa
tingkah laku dan proses mental dalam keluarga.
Menurut Faza (2013), psikologi keluarga adalah ilmu yang mempelajari
tentang gejala jiwa dalam sebuah rumah tangga atau keluarga.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa,
psikologi keluarga adalah ilmu yang mempelajari karakter atau situasi yang
ada dalam lingkungan keluarga yang berhubungan dengan fisik dan gejala
jiwa. Oleh karena itu, psikologi keluarga pada hakekatnya mengupas
perilaku individu dan juga mengupas perilaku-perilaku kehidupan
berkeluarga yang tidak lepas dari masalah-masalah yang muncul.
2.8.3 Latar Belakang Perlunya Mempelajari Psikologi Keluarga
Banyak kita jumpai perilaku generasi muda yang terlihat kurang sopan,
bahkan lebih ironis lagi sudah tidak menghormati orangtua dan gurunya,
serta tidak menghargai teman sebayanya. Banyak kalangan yang
42

mengatakan bahwa “watak” sangat tipis perbedaannya. Apabila “watak”


bisa terjadi karena sudah dari faktor bawaan yang sudah diturunkan
((Dr.Hj.Ulfah, M.Si., 2016 : 6).
Kita harus sadar, bahwa pembentukan karakter dan watak atau
kepribadian ini sangatlah penting. Hal ini cukup beralasan, karena krisis
multi dimensional pernah melanda dan hingga ini masih terasa, seakan
masih membelenggu tak mau hilang. Untukk mencapainya diperlukan kerja
keras dan kerja cerdas meski dihadapkan pada tantangan internal dan sosial,
kendala pembiayaan dan kelatahan iklom demokrasi yang seakan tak
terbendung, latah melakukan demonstrasi menuntut hak yang sudah dimiliki
dan seakan melupakan kewajiban yang seolah menjadi kelatahan sosial.
Selanjutnya pada konteks pemahaman agama (Islam) sudah jelas bahwa
pendidikan anak dimulai dari rumah (orangtua) dan pendidikan orangtua
tersebut dapat berpengaruh pada perilaku anak. Terkait hal ini dalam sebuah
hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dalam Al-Qur’an Surah
An-Nisa ayat 9 yang artinya. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-
orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (keseahteraan) mereka. Oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar”.
Berhadapan dengan tantangan dan berbagai masalah, lembaga
pendidikan (keluarga) tetap memikul peran multi dimensional. Berbeda
dengan peran pendidikan pada negara-negara mau, yang pada dasarnya
lebih terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, peranan pendidikan di
Indonesia memikul beban lebih berat, karena pendidikan berperan bukan
hanya sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan saja namun lebih luas lagi
yakni sebagai pembudayaan (enkulturasi) sebagai sesuatu yang urgent.
Berbagai kasus yang dikemukakan diatas, terdapat permasalahan yang
terjadi ketika keluarga menjadi tidak harmonis. Padahal dapat kita jumpai
dari keberlangsungan ikatan yang disebut sebagai pernikahan pada
pasangan islam ingin bercita-cita untuk menjadi keluarga sakinah
mawaddah dan warahmah. (Dr.Hj.Ulfah, M.Si., 2016 : 39).
43

2.8.4 Fungsi Keluarga


Menciptakan keluarga yang sejahtera itu tidak terlepas dari usaha
anggota keluarga untuk mengembangkan keluarga yang berkualitas yang
diarahkan pada terwujudnya kualitas keluarga bercirikan kemandirian
keluarga dan ketahanan keluarga. Pengembangan keluarga yang berkualitas
dan sejahtera ini ditujukan agar keluarga dapat memenuhi kebutuhan
spiritual dan material dapat menjelaskan fungsi keluarga secara optimal.
Menurut Soelaeman (1994) fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan
pendidikan anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota
keluarga pada umumnya. Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut
pelaksanaannya, melainkan menyangkut pola penentuan dan
pengukuhan landasan yang mendasari pendidikan itu, pengarahan dan
perumusan tujuan pendidikan, perencanaan dan pengelolaan,
penyediaan dana dan sarana, pengayaan wawasan dan lain sebagainya
yang ada kaitannya dengan pendidikan.
Pelaksanaan fungsi edukasi merupakan suatu bentuk realisasi
tanggung jawab yang harus dipikul orangtua karena keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, untuk dapat
mendidik anak dan membangun sifat dan kepribadian yang mandiri dan
menumbuhkan motif pada anak.
2. Fungsi Sosialisasi
Orangtua dan keluarga dalam melaksanakan fungsi sosialisasi ini
mempunyai kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan
sosial dan norma-norma sosial, yang meliputi penerangan,
penyaringan dan penafsiran ke dalam bahasa yang dapat dimengerti
dan ditangkap maknanya oleh anak.
Dengan demikian, anak akan mampu menyiapkan dirinya agar
dapat menpatkan diri sebagai pribadi yang mantap dalam masyarakat
dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat yang kontruktif.
3. Fungsi proteksi atau fungsi perlindungan
44

Mendidik anak pada hakekatnya bersifat melindungi, yaitu


membentengi dari tindakan-tindakan yang akan merusak norma-
norma. Dengan kata lain, fungsi ini melindungi anak dari ketidak
mampuannya bergaul dengan lingkungan pergaulannya, melindungi
dari pengaruh yang tidak baik yang mungkin mengancamnya
sehingga anak merasa terlindungi dan aman.
4. Fungsi afeksi atau perasaan
Anak bisa merasakan atau menangkap suasana perasaan yang
melingkupi orangtuanya pada saat melakukan komunikasi.
Kehangatan yang terpancar dari aktivitas gerakan, ucapan mimik serta
perbuatan orangtua merupakan hal yang sangat pentingdalam
pelaksanan pendidikan dalam keluarga. Oleh karena itu, orangtua
dalam memahami dan bergaul dengan anak hendaknya memahami,
menangkap dan turut merasakan apa yang anak rasakan serta
bagaimana kesana atau persepsi anak tentang orangtua,
5. Fungsi religius
Keluarga berkwajiban untuk mengikut sertakan anak dan anggota
keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Tujuannya bukan
hanya mengetahui kaidah-kaidah agama saja, tetapi untuk menjadi
insan yang beragama sehingga menjadi anggota keluarga yang sadar
bahwa hidup hanyalah untuk mencari ridha-Nya.
6. Fungsi ekonomis
Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan
pembelanjaan serta pemanfaatannya. Dalam mendidik anak, keluarga
dengan fungsi ekonomisnya perlu diperhatikan karena jika tidak
seimbang dalam mengelola ini akan berakibat pula pada
perkembangan anak dan pembentukan kepribadian anak.
7. Fungsi rekreatif
Fungsi rekreatif dapat terlaksana jika keluarga dapat menciptakan
rasa aman, nyaman, ceirta agar dapat dinikmati dengan tenang, damai
dan jauh dari ketegangan bathin, sehingga memberikan perasaan yang
45

bebas dari tekanan. Hal ini akan memberikan rasa saling memiliki dan
kedekatan antara tiap anggota keluarga.

8. Fungsi biologis
Fungsi biologis keluarga yaitu berhubungan dengan kebutuhan-
kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan sandang, pangan, papan serta kebutuhan akan
keterlindungan fisik termasuk di dalamnya yaitu kehidupan seksual.
2.9.1 Kekerasan Terhadap Anak
World Report on Violence and Healty (WRVH, 2015), mendefinisikan
bentuk kekerasan terdiri dari 4, yakni fisik; seksual; psychologis; dan
penelantaran. Berdasarkan subtype, dibagi menjadi kekerasan
interpersonal dan komunitas. Kekerasan interpersonal, mengacu pada
kekerasan antar individu, dan dibagi lagi menjadi kekerasan keluarga dan
pasangan intim. Kategori kekerasan keluarga diantaranya adalah
penganiyaan terhadap anak. Perlakuan tersebut menggambarkan kualitas
attachment antara anak dengan pengasuh (Terr, 1991). Sebagaimana
dikatakan oleh kwako dkk. (2012) bahwa sumber terjadinya kekerasan
terhadap anak, muncul sebagai perilaku psikopatologi dan kerusakan
attachment di masa kecil. Artinya buruknya hubungan interpersonal
antara anak dan orang tua atau pengasuh dan tidak terbangunnya
attachment dengan anak, dapat mempengaruhi kehidupan anak.
2.9.1.1Tipologi Kekerasan dan Dampaknya
Kekerasan adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan
menggunakan tenaga ataupun kekuatan jasmani. Atau bisa dibilang
membuat orang tidak berdaya. Misalnya memukul dengan tangan atau
segala macam senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya.
Kekerasan tersebut disebut child abuse yaitu kekerasan fisik yang
dilakukan kepada anak.
46

Menurut Lawson (dalam Hurairah, 1986) kekerasan anak


diklarifikasikan ke dalam 4 macam, yaitu :
1 Physical abuse (Kekerasan fisik) sebagai tindakan yang
menghasilkan kerugian fisik dari interaksi dengan orang tua atau
orang yang bertanggung jawab, dan memiliki kekuasaan. Bentuknya
seperti memukul, mendorong, menjambak, melukai dalam bentuk
tindakan fisik.
2 Sexual abuse (Kekerasan seksual) adalah keterlibatan anak dalam
aktivitas hubungan seksual yang tidak sepenuhnya dipahami anak,
atau secara perkembangan tidak siap dan tidak dapat memberikan
persetujuan. Bahkan dapat dianggap sebagai tindakan melanggar
hukum atau dianggap tabu oleh masyarakat. Pelecehan seksual
terhadap anak dilakukan antaraanak dan orang dewasa atau yang
memiliki hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan.
Aktivitas yang dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan orang
lain meliputi memegang, meraba alat vital, mempertontonkan alat
vital, memaksa atau mengancam untuk berbuat asusila.
3 Verbal abuse (Kekerasan dengan perkataan) yakni lahir dengan
bentakan, makian, orang tua terhadap anak. kegagalan memberikan
tumbuh kembang sesuai dengan perkembangan, kurangnya
lingkungan yang mendukung dan figur. Sehingga kompetensi emosi
dan sosial tidak dapat berkembang stabil sesuai dengan potensi diri
dan tuntutan masyarakat dimana anak tinggal. Tindakan tersebut,
sangat besar kemungkinannya menyebabkan kondisi kesehatan atau
fisik, perkembangan mental, spiritual; moral atau sosial yang buruk.
Hal tersebut dilakukan oleh orang tua atau orang yang bertanggung
jawab dan memiliki kekuasaan. Bentuk kekerasan emosi bisa berupa
non verbal atau non fisik seperti permusuhan atau penolakan
perawatan, merusak terhadap barang atau hewan peliharaanya,
memutus komunikasi, meremehkan, merendangkan, mengkambing
hitamkan, mengancam, menakut-nakuti, mendiskriminasi,
perkataan yang menyudutkan dan menyalahkan anak atas perlakuan
47

anak, mengejek, mengkritik, yang berlebihan, memberi nama


(labelling) yang tidak menyenangkan, menghina, mengancam.
4 Emosional abuse (Kekerasan Emosional) yaitu bentuk Penelantaran
(neglect) yaitu kegagalan orang tua atau yang bertanggung jawab
untuk menyediakan kebutuhan terkait perkembangan anak di
bidang; kesehatan, pendidikan, perkembangan emosi, nutrisi, tempat
tinggal, dan kondisi kehidupan yang aman, pada konteks kelurga
atau pengasuh. Dampaknya anak akan mengalami gangguan pada
kesehatan fisik, pengembangan mental, spiritual, moral atau sosial.
Termasuk kegagalan untuk mengawasi dan melindungi anak dari
bahaya.

Pola emosi yang berkembang pada masa kanak-kanak antara lain :


amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, kasih sayang.
Terdapat beberapa hal yang secara khas terjadi pada masa perkembangan
sosial pada anak yaitu :
1. Egosentris adalah pemusatan pada diri sendiri dan merupakan suatu
proses dasar yang banyak dijumpai pada tingkah laku anak.
Pengamatan anak banyak ditentukan oleh pandangan sendiri. Anak
belum dapat menempatkan diri dalam keadaan orang lain.
2. Belajar model adalah proses menirukan tingkah laku orang lain yang
dilihat, dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar.
3. Periode pembangkangan, reaksi pembangkangan akan menurun
seiring dengan semakin meningkatnya pengertian anak mengenai
tuntutan orang tua. Penyebab reaksi perkembangan pada diri anak
karena 2 hal, yaitu : apa yang dikehendaki anak dengan apa yang
dimengerti secara intelektual terjadi kecocokan. Kebutuhan anak dan
doronagn aktivitasnya mendahului pengertian akan tuntutan
lingkungannya (Monks, 1992).
48

2.9.2 Psikologi Perkembangan


Perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju
tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara
sistematis, progresif dan berksinambungan menyangkut fisik maupun
psikis. (Yusuf, 2002)
Menurut Bijou dan Bear dalam buku sunarto dan hartono
mengkategorikan asal usul rangsangan-rangsangan yang sampai pada anak
dan mempengaruhi perkembangan, yakni :
a. Fisik: meliputi keadaan-keadaan alam yang bebas seperti :
pegunungan dan pepohonan, serta benda buatan manusia seperti :
meja, kursi, rumah dan sebagainya.
b. Kimiawi: gas dan larutan yang mempengaruhi jarak tertentu seperti
bau panggang ayam, parfum, asap dan yang langsung mengena pada
permukaan tubuh seperti sabun, obat-obatan antiseptik, asam
belerang.
c. Organismik: struktur biologis dan fungsi-fungsi kefaalan pada
organisme seperti rangsangan dari alat-alat pernapasan, pencernaan,
kardiovaskuler, kelenjar buntu, persyarafan dan system otot-otot.
d. Sosial: penampilan perbuatan dan interaksi antar orang-orang, ibu,
ayah, saudara, guru, teman dan dirinya sendiri.
2.9.3 Psikologi Anak
Sejak lahir sampai saat kematian, manusia itu tumbuh mekar, mengalami
banyak proses perubahan dan juga perkembangan. Karena itu prinsip
perkembangan itu sifatnya progresif. Lagipula prinsip perkembangan
tersebut ada di dalam diri anak itu sendiri. Proses perkembangan itu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Hereditas/warisan sejak lahir
Misalnya : bakat, pembawaan, konstitusi, potensi-potensi psikis dan
fisik.
b. Faktor-faktor lingkungan
Misalnya : ada hukum konvergensi, dimana faktor intern dan
ekstream saling bertemu dan saling mempengaruhi.
49

Setiap anak merupakan subjek aktif, yang bebas menentukan sebuah tujuan
dalam hidupnya sendiri, yaitu kebahagiaan lahir batin di dunia mauoun di
akhirat, walaupun kebahagiaan itu sendiri berlainan arti dan bentuknya bagi
setiap pribadi. Demikian pula cara untuk mencapai kebahagiaan itu pastilah
berbeda. Sehingga bisa dikatakan bahwa tujuan akhir dari hidup setiap orang
itu pasti berbeda juga. Dengan demikian tugas utama orang tua adalah :

1. Memberikan fasilitas bagi perkambangan anak


2. Membantu memperlancar perkembangan anak menurut irama dan
temponya sendiri-sendiri.
Maka dapat disimpulkan tujuan dari perkembangan adalah menjadi
manusia dewasa yaitu sanggup bertanggung jawab sendiri dan juga mandiri.
Oleh karena itu, individualis anak adalah unik (bakat pembawaan,
potensialis, dan sifat-sifat karaktertik), maka setiap perkembangan individu
itu punya pola yang khas dan berbeda-beda; bahkan tidak ada yang identik
sama. Masing-masing dari mereka akan tumbuh berkmabngan menjadi
pribadi yang unik. Lagipula setiap anak yang tumbuh berkembang itu selalu
mengalami perubahan dalam setiap tingkat perkembangannya.

Beberapa bentuk perilaku anak sebagai akibat perlakuan salah dari orangtua
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Bersikap permisif, atau bisa dibilang merasa tidak beguna, karena adanya
perasaan tidak bermanfaat, mengakibatkan perilaku menjadi pendiam,
mengisolasi diri, dan tidak mampu bergaul, sebagai perilaku yang nyaman bagi
dirinya. Anak menjadi kurang berhasil dalam mengembangkan hubungan
dengan sebayanya (Balger & Patterson, 2001 dalam Santrock, 2002). Pada saat
dewasa nanti, anak akan mengalami masalah pada relasi intim (Robinson,
2007). Kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan hubungan intim yang
sehat (Colman & Widom, 2004 dalam Santrock 2007).
2. Bersikap depressif, seperti selalu murung; karena adanya masalah yang selama
ini sulit untuk dihilangkan. Anak menjadi pendiam, mudah menangis,
walaupun dalam keadaan dan situasi yang menyenangkan sekalipun. Anak
50

dapat menjadi ketakutan terhadap objek yang tidak jelas, lalu mengalami
kecemasan. Kondisi ini ada kesempatan atau mengalami kesulitan untuk
berinisiatif, dalam memecahkan masalah. Bahkan dapat mengalami traumatic
pada beberapa hal yang berhubungan dengan pelaku tau figur otoritas (guru
atau orang dewasa lainnya) yang selama ini melakukan kekerasan.
3. Bersikap agresif, berontak namun tidak mampu melawan pada pelaku, maka ia
akan berperilaku negatif, untuk menunjukkan bahwa dirinya sebagai orang
yang kuat, memiliki kekuasaan. Selanjutnya anak akan berprilaku buruk,
seperti menggunakan obat-obatan, minum alkohol, bergail dengan teman-
teman antisosial, perilaku seks bebas sejak dini. Hal ini menunjukkan ketidak
percayaan diri yang berlebihan, juga pengendalian emosi yang buruk, akan
berkelanjutan pada kesulitan beradaptasi bahkan akan mengalami masalah
psikologis yanglain (Cicciheti & Toth, 2006)
4. Bersikap deskruktif, seperti adanya keinginan untuk menyakiti diri sendiri,
karena ketidakmampuan membela diri atau mencari pertolongan. Perasaan
kesal, marah dan putus asa yang memuncak mendorong untuk menyakiti
dirinya sendiri, sampai akhirnya ada keinginan untuk melakukan percobaan
bunuh diri. Semua ini bisa berawal dari beban pikiran yang menyebabkan stress
yang tidak memperoleh penyelesaian, kemudian melakukan kompensasi atau
mengalihkan perilakunya pada hal-hal lain agar mendapat perhatian orang lain.
51

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis penggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metodologi
adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem
dan mencari jawaban (Mulyana, 2008:145).
Menurut Sugiyono (2007:1), metode penelitian kualitatif merupakan suatu
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.
Dengan menggunakan metode kualitatif ini, diharapkan data yang akan
didapatkan pada saat observasi akan sesuai, terperinci, dan dapat menunjang dalam
proses perancangan media kampanye tentang kekerasan terhadap anak.
B. Objek Penelitian
Menurut Husein Umar dalam Umi Narimawati (2011:29) menyatakan bahwa
objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek
penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan
dengan hal-hal lain jika dianggap perlu.
Menurut Sugiyono (2017:39) pengertian objek penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan definisi yang sudah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa objek
penelitian yaitu suatu sasaran yang akan menjadi pokok peneliti untuk mempelajari
lebih lanjut permasalahan tentang kekerasan terhadap anak.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah tempat variabel melekat. Subjek penelitian adalah
tempat di mana data untuk variabel penelitian diperoleh (Arikunto, 2010). Maka
penulis menentukan subjek penelitian sebagai berikut.
1. Polres Kota Sukabumi sebagai media untuk mengetahui informasi tentang
permasalahan yang ada di Kota Sukabumi, dengan melakukan wawancara
52

penulis menemukan permasalahan yang sedang melonjak naik, yaitu


“Kekerasan Terhadap Anak”
2. Dinas Pengembangan Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan Perlindungan Anak (DALDUKKBP3A) Kota Sukabumi, dengan
mencari informasi tentang kekerasan terhadap anak
3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Sukabumi, mencari
tentang undang-undang walikota sukabumi yang berkaitan dengan kekerasan
terhadap anak.
4. Masyarakat Kota Sukabumi khusus daerah cikole terdiri dari orang dewasa
dengan rentan usia 25-30.
Memiliki subjek penelitian sangatlah penting dalam membantu proses
pengumpulan data yang dibutuhkan oleh penulis, sehingga data yang telah penulis
peroleh mudah untuk di analisis. Dengan begitu penulis bisa menyimpulkan dari
berbagai aspek untuk meminimalisir hal tersebut.

D. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang akan digunakan untuk proses
penelitian yang dilakukan. Lokasi tersebut berhubungan dengan aspek penelitian
dan menentukan perancangan media kampanye kekerasan terhadap anak yang akan
dilakukan di wilayah Kota Sukabumi.
E. Teknik pengumpulan data
Dalam perancangan ini motode pengumpulan data yang digunakan ialah :
a. Observasi
Obsevasi merupakan kegiatan ilmiah empires yang berdasarkan pada fakta-
fakta lapangan maupun teks. Observasi merupakan kegiatan yang melibatkan
seluruh kekuatan indera seperti pendengaran, penglihatan, perasa, sentuhan, dan
cita rasa berdasarkan pada fakta-fakta peristiwa empires (Adler & Adler, 1987:78).
Setiap orang dapat melakukan observasi, dari bentuk sederhana sampai pada
tingkatan observasi paling komplek. Metode observasi yang digunakan pada setiap
kegiatan penelitian bervariasi, tergantung pada setting, keutuhan dan tujuan
penelitian (Santana, 2007:127)
53

Maka dari itu penulis menggunakan metode observasi ini untukmendapatkan


data yang dapat melatar belakangi dilakukannya perancangan kampanye pelestarian
aksara Sunda di kalangan remaja.

Berdasarkan hasil dari observasi yang telah penulis dapat, penulis mengambil
data dari beberapa tempat untuk memenuhi data yang akan dijadikan dasar dan
landasan mengapa harus dilakukannya penelitian mengenai kekerasan terhadap
anak di Kota Sukabumi.
Tempat pertama yang menjadi objek observasi penelitian yaitu ke Dinas
Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak, di tempat tersebut penulis menanyakan bagaimana kasus
kekerasan terhadap anak di kota sukabumi, lalu faktor apa saja yang menyebabkan
kekerasan terhadap anak bisa terjadi. Ibu Sri Lena. S.Psi,.MM selaku Ketua
Pemberdayaan Seksi Perlindungan Perempuan dan Anak menjelaskan bahwa
semenjak pandemi kekerasan terhadap anak di kota sukabumi kasusnya kian
meningkat, bahkan bukan kota sukabumi saja, di beberapa kota pun memiliki
permasalahan yang sama, lalu mengenai penyebab faktor bisa terjadi biasanya
karena kenakalan anak itu sendiri, hanya saja tidak seharusnya memperlakukan
anak seperti itu, tapi semenjak pandemi dari tahun kemaren, banyak kasus yang
disebabkan oleh pegawai yang terkena phk atau bisa dibilang (dirumahkan) secara
paksa dengan dan tanpa alasan.
Observasi kedua dilakukan dengan mewawancarai para orangtua yang ada di
Kota Sukabumi khususnya daerah Cikole, dengan tambahan penulis memberikan
kuisioner yang telah penulis sediakan. Berisikan tentang dampak kekerasan bagi
seorang anak yang terkena kekerasan. Berdasarkan pengamatan tersebut pada
tanggal 2 Juni 2021 penulis menemukan bahwasannya :
1) Pernikahan rentan usia 22-26 tahun, menyebabkan emosi yang belum
terkontrol secara emosional.
2) Beberapa orangtua tahu tentang dampak terhadap anak, namun tidak tau
dampak apa saja yang akan terjadi.
3) Banyaknya kepala keluarga yang kehilangan pekerjaannya dikarenakan dampak
dari pandemi (Covid-19).
54

Dari hasil observasi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian orangtua paham
akan efek yang akan terjadi terhadap anaknya, namun tidak secara spesifik tentang
efek apa saja yang akan terjadi terutama psikologis si anak. Begitu pula dengan
penghasilan kepala keluarga yang berkurang, bahkan ada yang belum mendapat
pekerjaan sampai sekarang.
b. Wawancara
Wawancara merupakan proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dan
narasumber atau subjek penelitian (Raharjo, 2011). Agar wawancara berjalan
dengan efektif maka terdapat beberapa tahapan yang perlu diperhatikan, seperti
diawali dengan mengenalkan diri, menjelaskan maksud kedatangan,
menjelaskan materi wawancara, kemudian mengajukan pertanyaan (Yunus,
2010).
Pengumpulan data dengan cara wawancara ini dilakukan kepada orang-orang
yang dianggap bisa menjadi narasumber berkaitan dengan objek yang akan
diteliti yaitu Aksara Sunda. Berikut nama-nama yang menjadi narasumber pada
penelitian ini : Ibu Sri Lena,. S.Psi,.MM selaku Kepala seksi perlindungan
perempuan dan anak, Bapak Surya Fadhillah selaku Pelaksana bidang
perlindungan perempuan dan anak, Bripka Falahudin Alhudri M.Pd selaku
SATBINMAS (Satuan Pembinaan Masyarakat), Rika Mustikawati S.Sos selaku
Sub bidang kesehatan dan sosial di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Sukabumi, dan juga masyarakat yang ada di kota Sukabumi khususnya
daerah cikole.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Falahudin Alhudri M.Pd
menyatakan bahwa semenjak pandemi kasus kekerasan pada anak meningkat
dalam segi kekerasan berupa verbal, kekerasan seksual dan kekerasan fisik dan
juga yang sedang hangat sekarang yaitu covid-19 yang menyebabkan banyak
orang meninggal, dan banyak orang juga yang tidak mematuhi peraturan, seperti
memakai masker dan lain-lain. Setelah wawancara kepada kepolisian, penulis
pun mempunyai 2 opsi yang harus diteliti, keesokan hari penulis mencari info
mengenai permasalahan tersebut, dan memutuskan untuk meneliti kekerasan
terhadap anak.
55

Lalu dilanjutkan dengan wawancara dengan Ibu Sri Lena, S.Psi,. MM selaku
Ketua Perlindungan Perempuan dan Anak yang membenarkan bahwa kekerasan
kepada anak memang kian meningkat setelah adanya pandemi, bahkan beliau
menyatakan bukan hanya kota sukabumi saja, di beberapa kota pun memiliki
permasalahan yang sama, lalu mengenai penyebab faktor yang signifikan yaitu
kepala keluarga atau pencari nafkah yang kehilangan pekerjaannya, dan juga
bisa terjadi karena kenakalan anak itu sendiri.
Lalu penulis pun menanyakan perihal data mengenai kekerasan terhadap anak
yang ada di sukabumi, hanya saja Ibu Sri Lena, S.Psi,. MM tidak memberikan
data tersebut. Dia menjawab bahwa; untuk data kamu bisa cari di internet,
fasilitas internet pun sudah memadai sekarang. Keesokan harinya penulis
mencari data dari berbagai website yang ada di sukabumi seperti JDIH
SUKABUMI dan website lain, lalu pada tanggal 07 Juli 2021 penulis
menemukan data yang ditulis oleh tim jurnalsukabumi.com, dengan
mendapatkan data tersebut penulis langsung mengkonfirmasi data langsung ke
dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan Perlindungan Anak Kota Sukabumi, ketika sudah di lokasi ternyata
Ibu Sri Lena sedang berhalangan dan tidak ada ditempat, lalu penulis diantarkan
oleh salah satu pegawai yang bernama bapak Barkah untuk menanyakan
langsung kepada bapak Surya Fadhillah selaku pelaksana bidang perlindungan
perempuan dan anak. Beliau juga menyatakan bahwa apa yang ditulis oleh jurnal
sukabumi benar atau valid.
Kemudian dari hasil wawancara dengan bappeda kota sukabumi menyatakan
bahwa Sukabumi termasuk salah satu kota yang terpilih menjadi kota layak anak
di Indonesia, dengan memperlihatkan rencana apa saja yang akan dilakukan oleh
walikota sukabumi dekat-dekat ini, salah satunya kunjungan ke desa-desa yang
ada di kabupaten dan kota sukabumi, hanya saja terhalang dikarenakan masa
pandemi (Covid-19).
Berdasarkan hasil dari wawancara salah satu warga di cikole yang bernama
bapak Budi Januarudin yang berlokasi di Kp.Sukasirna rt007/007 BBAT
menyatakan bahwa kekerasan sering terjadi, bahkan beliau pernah melihat
tetangganya yang melakukan kekerasan terhadap anaknya, padahal dengan
56

masalah yang sepele. Bapak Budi juga mengatakan bahwa dirinya juga pernah
melakukan hal tersebut kepada anaknya dikarenakan ekonomi yang tidak
terpenuhi dalam keluarganya, apalagi semenjak masa pandemi bapak Budi
belum mendapatkan pekerjaan yang tentu, pekerjaan beliau sekarang yaitu jasa
service hp.
c. Dokumentasi
Dokumen adalah Fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia berbentuk surat- surat, catatan
harian, cinderamata, artefak dan foto. (Sugiono, 2011:139)
Dokumentasi dilakukan sebagai buktikan dilakukannya kegiatan dalam
proses pengambilan data, tujuannya agar penelitian ini dapat dipercaya dan
memberikan data yang valid.

Gambar 3.1 Wawancara dengan pihak kepolisian


Sumber : dokumentasi pribadi
Pada gambar 3.1 penulis melakukan wawancara dengan bapak Falahudin
Alhudri M.Pd di polres kota sukabumi, menanyakan mengenai permasalahan
yang ada di kota sukabumi saat ini.
57

Gambar 3.2 Observasi Ke Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga


Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Anak
Sumber: dokumentasi pribadi

Pada gambar 3.2 penulis melakukan observasi penelitian ke Dinas


Pengendalian Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Anak pada
tanggal 13 Mei 2021, menanyakan perihal kekerasan terhadap anak di kota
sukabumi, dengan bertujuan meminimalisir kekerasan yang sedang terjadi.

Gambar 3.3 Obsevasi tentang validasi data


Sumber : dokumentasi pribadi

Pada gambar 3.3 penulis melakukan Wawancara dengan bapak Surya pada
tanggal 6 Juli 2021 menanyakan tentang validasi data yang di tulis oleh jurnal
sukabumi.
58

Gambar 3.4 Wawancara dengan BAPPEDA Kota Sukabumi


Sumber : dokumentasi pribadi
Pada gambar 3.4 penulis melakukan wawancara dengan Ibu Rika
Mustikawati S.Sos menanyakan perihal kasus kekerasan terhadap anak yang ada
disukabumi dan juga menanyakan bagaimana keadaan anak di kota sukabumi
semenjak adanya pandemi.

Gambar 3.5 Wawancara dengan warga Cikole


Sumber: dokumentasi pribadi

Pada gambar 3.5 wawancara dengan bapak Budi Januarudin yang ber-alamat
di Kp.Sukasirna rt 007/007 belakang BBAT, dilakukan dengan tujuan
mengetahui tentang kekerasan yang ada di daerah cikole Kota Sukabumi
e. Kuesioner
Kuesioner atau angket merupakan daftar pertanyaan mengenai suatu hal atau
suatu bidang yang harus diisi oleh responden, yakni orang merespon pertanyaan.
Pada prinsipnya kuesioner adalah cara untuk mendapatkan data dengan waktu
59

yang singkat, karena banyak orang yang dapat langsung dihubungi.


F. Teknik Analisis Data
Menurut Miles (2017, 18) analisis data kualitatif terdiri dari tiga tahap
kegiatan yang terjadi yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulanatau verifikasi data.
1. Reduksi
Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi
data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang yang tidak
perlu data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat menghasilkan
informasi yang bermakna dan memudahkan dalam penarikan kesimpulan.
Banyaknya jumlah data dan kompleksnya data, diperlukan analisis data
melaluitahap reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan untuk pemilihan relevan
atau tidaknya data dengan tujuan akhir. (Rezkia, Salsabila, 2020)
Berikut hasil reduksi data yang telah diperoleh dari pengumpulan data,
yang penulis kumpulkan melalui proses observasi, wawancara, dokumentasi,
dan kuesioner.
a. Observasi
Upaya meminimalisir kekerasan terhadap anak yang ada di Kota
Sukabumi khususnya kepada warga cikole, karena berdasarkan data dari
Ibu Sri Lena,. S.Psi,.MM selaku Ketua seksi perlindungan perempuan dan
anak kota sukabumi, bahwa cikole termasuk salah satu tempat yang paling
banyak terjadi.
Banyak penduduk yang tau akan dampak kekerasan kepada anak, hanya
saja tidak tau secara spesifik apa saja dampak yang akan terjadi, sayangnya
dengan mengetahui dampak tersebut sebagian warga masih mendidik
anaknya dengan perlakuan keras.
b. Wawancara
Pada kesimpulan hasil wawancara yang di ambil dari beberapa
narasumber yaitu, kekerasan anak bisa disebabkan karena beberapa faktor
yaitu perilaku atau bisa disebut kenakalan anak dan juga memang perilaku
keras dari orangtua tersebut, yang disebabkan oleh karakter orangtua dan
juga ditambah dengan kondisi pandemi yang sedang terjadi sampai dengan
60

sekarang. Berakibat pada kondisi ekonomi yang tidak stabil.


Lalu melihat upaya dari pemerintah saat ini, belum ada gerakan yang
signifikan untuk meminimalisir kekerasan terhadap anak, baik dari edukasi
ataupun blusukan kepada warga, mungkin dikarenakan pandemi juga
semua serba terbatasi. Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana
dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak hanya menyediakan
media seperti poster yang ada di pinggir jalan, hanya saja semenjak
pandemi poster tersebut diganti dengan poster covid-19 mengenai masker,
jaga jarak dan lain-lain.
c. Kuisioner
Data dari hasil kuisioner yang didapatkan sebanyak 31 orang, dengan
mayoritas usia 23 sampai dengan 32 tahun. Dari angka 100%, mereka
berjumlah 61,3 % sudah berumah tangga, 67,7% melakukan kekerasan dan
tidak tau dampak apa yang terjadi, 87,1% sudah tau bahwa kekerasan bisa
berakibat kepada mental/psikologi si anak. 80,6% faktor ekonomi dimasa
pandemi. 71% pernah melihat teman/tentangganya melakukan kekerasan
terhadap anaknya. 100% tidak setuju dengan kekerasan terhadap anak.
d. Dokumentasi
Hal yang diperoleh berdasarkan bukti yang disertai foto menunjukan
bahwa proses pengumpulan data dengan cara observasi ke Dinas
Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan Perlindungan Anak sebagai lembaga yang bertanggung jawab
penuh untuk melindungi hak yang terdapat pada setiap anak khususnya
daerah Kota Sukabumi. Observasi selanjutnya dilakukan melalui bukti
foto selama proses wawancara, baik itu dari lembaga maupun dari target
audiens yaitu para orangtua.
2. Penyajian Data
Penyajian data juga merupakan tahap dari metode analisis data kualitatif.
Penyajian data merupakan kegiatan saat sekumpulan data disusun secara
sistematis dan mudah dipahami, sehingga memberikan kemungkinan
menghasilkan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif bisa berupa teks
naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan ataupun bagan.
61

Melalui penyajian data tersebut, maka nantinya data akan terorganisasikan


dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
(Rezkia, Salsabila, 2020)
Dari reduksi data yang sudah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa
kekerasan terhadap anak sudah menjadi permasalahan yang darurat,
dikarenakan melonjaknya angka kasus yang sudah terjadi dari tahun ke tahun.
Maka data yang sudah ada di display sedemikian rupa melalui media
kampanye motion graphic sebagai usaha penulis meminimalisir kekerasan
terhadap anak.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan atau verifikasi data merupakan tahap akhir dalam
teknik analisis data kualitatif yang dilakukan melihat hasil reduksi data tetap
mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini bertujuan untuk
mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan,
persamaan, atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari
permasalahan yang ada. (Rezkia, Salsabila, 2020)
Dari hasil reduksi dan penyajian data diatas maka dapat kesimpulanbahwa
remaja di Kota Sukabumi dengan rentan usia 13 sampai dengan 18tahun
mengetahui adanya Aksara Sunda, bahkan 78% dari 90 orang yangmengisi
kuisioner mengaku pernah mempelajarinya Ketika tingkat SMP, dan 22%
tidak pernah mendapatkan pengajaran Aksara Sunda. Hal ini dikarenakan
Guru Bahasa Sunda itu sendiri tidak menguasai Aksara Sunda.
Dari Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak sudah memberi upaya untuk
meminimalisir hal tersebut, namun dengan berbagai kendala yang ada semasa
pandemi, jadi dalam berbagai hal yang menyangkut target dan juga
pencapaian tertunda karena segala akses dan kegiatan sangat dibatasi.
G. Konsep Perancangan Karya
Kampanye ini dibuat dengan tujuan untuk meminimalisir kekerasan
terhadap anak yang terjadi khususnya di Kota Sukabumi dengan cara
mengedukasi dan juga solusi melalui media visual motion graphic, bahwasannya
dampak kekerasan terhadap anak berdampak sangat fatal bagi psikologis anak
62

dikemudian hari, bahkan bisa terbawa sampai dia dewasa. Baik itu dari
kepribadian dan juga kegiatan sehari-hari yang mereka jalani. Pentingnya
mengetahui dampak apa saja yang akan terjadi ketika para orangtua/guru
melakukan kekerasan kepada anak, dengan begitu para orangtua ataupun guru
lebih paham kondisi dan juga posisi seorang anak yang diperlakukan dengan
kekerasan. Karena melalui hal itu menjadi salah satu usaha agar kekerasan
terhadap anak bisa diminimalisir.
Informasi dan edukasi yang akan disampaikan melalui kampanye ini yaitu:
1. Menyampaikan bahwa dampak apa saja yang akan terjadi, terutama dari
psikologis si anak.
2. Memberikan sebuah informasi bahwasannya Kota Sukabumi menjadi salah
satu kota yang terpilih menjadi kota layak anak di Indonesia
3. Memberikan informasi tentang resiko yang akan terjadi dikemudian hari.
4. Memberikan edukasi dan juga solusi mengenai kekerasan terhadap anak

Informasi dan edukasi diatas, akan penulis sampaikan melalui media


kampanye dengan media utama berupa motion graphic, hal ini dilakukan agar
masyarakat lebih bisa memahami tentang kondisi anak yang terkena kekerasan,
dengan begitu bisa mengurangi kekerasan terhadap anak khususnya Kota
Sukabumi.
Hasil akhir berupa format file video mv4 full HD 1920x1080, H262.
H. Tujuan Kreatif
Tujuan dari perancangan media kampanye kekerasan terhadap anak dengan
teknik motion graphic berbasis infografis dinamis yaitu sebagai upaya
meminimalisir kekerasan yang terjadi di Kota Sukabumi. Dengan karya tersebut
diharapkan dapat mengedukasi warga kota sukabumi agar lebih paham kondisi
seorang anak yang merasakan kekerasan dan juga bisa menjadi salah satu media
yang efektif di masa pandemi sekarang ini, karena bisa diakses dimana saja tanpa
harus bepergian diluar rumah. Perancangan ini berfokus pada media kampanye
berbentuk motion graphic dan memiliki beberapa media pendukung yang
diperlukan dalam perancangan media yang akan dibuat, yaitu diantaranya poster,
stiker, dan juga baju.
63

I. Strategi Kreatif
Dalam upaya perancangan media kampanye kekerasan terhadap anak ini,
dibutuhkan strategi kreatif dalam proses pembuatan perancangan. Strategi
kreatif yang digunakan untuk merancangan media utama yaitu video motion
graphic dengan unsur-unsur visual yang akan digunakan antara lain adalah
Illustrasi Vector, Typography, Tagline, Warna, Instrumen Musik, dan Pengisi
Suara (Dubber).
J. Alat dan Perangkat yang Digunakan
1. Alat-alat
a. Pensil Faber Castel 5B

Gambar 3.6 Pensil

b. Penghapus

Gambar 3.7 Penghapus


64

c. Balpen Artline 0.4

Gambar 3.8 Balpen

d. Penggaris

Gambar 3.9 Penggaris

e. Kertas

Gambar 3.10 Kertas


65

2. Hardware (Perangkat Keras)


a. Laptop

Gambar 3.11 Laptop

b. Mouse

Gambar 3.12 Mouse


66

3. Software (Perangkat Lunak)


a. Adobe Illustrator CC 2017

Gambar 3.13 Adobe Ilustrator CC 2017

b. Adobe After Effect 2018

Gambar 3.14 Adobe After Effect 2018


67

K. Proses Produksi Karya


Dalam proses produksi karya motion graphic biasanya terdapat tahapanproses
perancangan yaitu, proses pra produksi, produksi dan pasca produksi. Tiga hal
tersebut merupakan tahapan-tahapan yang harus dilalui secara tersusun, sehingga
dapat menghasilkan karya yang baik. Berikut merupakan tahapan- tahapan proses
pembuatan motion graphic yaitu:
1. Pra produksi
a. Konsep
Pada penciptaan karya ini penulis akan membuat motion graphic infografis
dinamis dengan durasi 1-2menit, yang dimana dalam media tersebut
menjelaskan tentang dampak psikologis terhadap anak yang terkena kekerasan.
b. Skenario
Berikut skenario dari motion graphic menjelaskan tentang latar belakang
terjadinya kekerasan terhadap anak, lalu skenario selanjutnya yaitu informasi
yang akan penulis jabarkan dari observasi, setelah itu penulis menyimpulkan
resiko apa saja yang akan terjadi dikemudian hari terhadap psikologis anak, dan
terakhir penulis memberikan edukasi dan juga solusi untuk meminimalisir
kekerasan terhadap anak.
c. Treatment
Hasil dari perancangan skenario dikembangkan kembali menjadi narasi yang
nantinya akan menjadi acuan untuk membuat storyboard sehingga akan
memudahkan animator ketika masuk ke tahap animating video.
d. Narasi
ACT 1
PEMBUKAAN MENGENAI LATAR BELAKANG
Scene 1 : Pandemi (Covid-19) sudah berlangsung selama hampir 2 tahun
terakhir, banyak masyarakat yang terkena dampaknya, salah atunya
yaitu hilang suatu pekerjaan.
Scene 2 : Menyebabkan kasus kekerasan terhadap anak kian meningkat.
68

Scene 3 : Tercatat di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak di Kota


Sukabumi ada 164 kasus kekerasan dari tahun 2020-2021. Dengan 83
diantaranya kekerasan terhadap anak.
Scene 4 : Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan yang dilakukan
kepada anak berupa kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan
penganiyaan melalui emosional terhadap anak.
ACT 2
RESIKO
Scene 1 : Dampak kekerasan apa saja yang akan terjadi ?
Scene 2 : Kekerasan Fisik : Bekas Luka
Scene 3 : Kekerasan Psikologis : Cemas
Scene 4 : Pendiam
Scene 5 : Pemarah
ACT3
EDUKASI DAN SOLUSI
Scene 1 : Bagaimana cara menghindarinya ?
Scene 2 : Prevensi; merupakan serangkaian kegiatan yang ditinjukan untuk
mencegah terjadinya kekerasan baik di lingkungan sosial ataupun
tempat bermain anak.
Scene 3 : Keluarga; sebagai lingkungan pertama bagi anak yang memberi
dukungan emosional, nasihat dan juga kasih sayang.
Scene 4 : Institusi Pendidikan; berperan menjalankan proses pendidikan baik
dalam aspek kognitif, afektif, ataupun psikomotorik anak didik yang
mencakup sekolah negeri, swasta ataupun pondok pesantren.
Scene 5 : Lembaga Kesejahteraan Sosial; dilakukan secara alamiah di tingkat
lokal (kelompok agama, rukun lingkungan dan lain-lain), maupun
yang tumbuh dari inisiasi pemerintahan (Posyandu, Family Care Unit
dan lain-lain).
Scene 6 : Institusi Peradilan; Institusi hukum yang diperlukan dalam
mewujudkan kesejahteraan anak, setelah keluarga dan masyarakat.
69

ACT 4
INFORMASI
Scene 1 : Tahukah kamu ?
Scene 2 : Sukabumi termasuk salah satu kota yang terpilih menjadi kota layak
anak di Indonesia.
Scene 3 : Sesuai keputusan Walikota Sukabumi tentang pembentukan
pengurus gugus tugas pengembangan kota layak anak di Sukabumi.
Scene 4 : Undang-Undang Nomer 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomer 32)
Scene 5 : Ayo kita hentikan kekerasan terhadap anak!!
e. Sketsa
Sketsa merupakan langkah pertama untuk membuat karakter ataupun icon
apa saja yang dibutuhkan dalam pebuatan storyboard.

Gambar 3.15 Sketsa


Sumber : Dokumentasi Pribadi

f. Storyboard
Pada tahap ini penulis menggabungkan narasi dengan aset animasi yang
sudah penulis buat, bertujuan sebagai acuan ketika proses animating
berlangsung.
70

ACT 1 menjelaskan tentang latar belakang masalah atau landasan penulis


meneliti kekerasan terhadap anak

Gambar 3.16 Action 1


Sumber : Dokumentasi Pribadi
71

ACT 2 menjelaskan tentang dampak apa saja yang akan terjadi kepada anak

Gambar 3.17 Action 2


Sumber : dokumentasi pribadi
72

ACT 3 Menjelaskan tentang edukasi dan juga solusi untuk meminimalisir


kekerasan terhadap anak

Gambar 3.18 Action 3


Sumber : dokumentasi pribadi
73

ACT 4 Menjelaskan tentang sebuah informasi tentang fakta kota sukabumi

Gambar 3.19 Action 4


Sumber : dokumentasi pribadi
74

g. Dubber
Pengisi dari karya yang akan dibuat, dengan menggunakan voice recorder
sebagai medianya, agar karya yang sudah dibuat lebih mudah tersampaikan
kepada audiens.
2. Produksi
Pada tahap produksi, aset animasi yang sudah penulis buat seperti narasi,
storyboard dan juga dubber dijadikan sebuah animating video, sebagai acuan
animator dalam tahap produksi. Berikut penjelasan mengenai proses
animating pada animasi motion grafis :
a. Animating
Penulis menggunakan aplikasi Adobe After Effect 2018 :
Pada tahap ini penulis membuka adobe after effect terlebih dahulu, sebagai
awal proses penulis membuat animating video.

Gambar 3.20 Awal tampilan adobe after effect


Sumber : dokumentasi pribadi
75

Tahap kedua yaitu membuat new compotion sebagai background awal


pembuatan video animating, dengan ukuran width 1920 px dan height 1080
px

Gambar 3.21 New Compotion


Sumber : dokumentasi pribadi

Lalu atur composition setting agar animating video sesuai dengan karya
yang akan kita buat.

Gambar 3.22 Compotion Setting


Sumber : dokumentasi pribadi

Pada tahap pembuatan animating video import file ilustrasi yang akan
dijadikan motion graphic lalu selanjutnya animasikan
76

Gambar 3.23 Import File


Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.24 Tools menggerakan objek


Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.25 Graph Editor


Sumber : dokumentasi pribadi
77

Gambar 3.26 Keyframe


Sumber : dokumentasi pribadi

b. Rendering
Rendering adalah tahap akhir dari pembuatan animating video, dari
compositing, scoring dan finishing, dengan karya yang sudah disatukan dari
komponan efek suara, ataupun ilustrasi.

Gambar 3.26 Pilih format


Sumber : dokumentasi pribadi
78

Gambar 3.27 Pilih folder


Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.28 Proses rendering


Sumber : dokumentasi pribadi
79

L. Referensi Karya
Perancangan motion graphic ini, sebelum penulis menentukan video yang
dibuat, penulis melakukan riset terlebih dahulu serta melakukan referensi karya
dari platform youtube. Berikut referensi visual dalam perancangan karya :

Gambar 3.17 Animasi Zuzhu dan Zazha


Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.17 Referensi Visual


Sumber : dokumentasi pribadi
Alasan mengapa mengambil referensi tersebut dikarenakan dari segi
karakter lebih mewakiliki/memperlihatkan karya anak bangsa indonesia, dan
jika dilihat dari riset pribadi mengatakan, bahwa orangtua akan melihat tontonan
yang dilihat oleh anaknya, dan anak indonesia kebanyakan melihat animasi
dengan bahasa yang mereka pahami yaitu indonesia.
80

BAB IV
ANALISIS VISUAL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis visual


4.1.1 ACT 1 Scene 1

Gambar 4.1
Sumber : dokumentasi pribadi
a. Bentuk
Bentuk bumi menggambarkan bahwa covid-19 tersebar di berbagai
belahan dunia tidak hanya ada di satu negara, maka pemilihan
bentuk tersebut berdasarkan keadaan yang sedang terjadi saat ini di
seluruh dunia.
b. Warna
Pada ilustrasi bumi menggunakan warna biru yang memiliki arti
keharmonisan, kesatuan, kepercayaan dan juga keamanan. Warna
biru ini berdasarkan dunia yang memiliki 70% air. Lalu warna hijau
memiliki arti keabadian, keseimbangan, dan keselarasan. Warna
hijau menggambarkan hijaunya alam, tumbuhan atau sesuatu
kehidupan yang dihuni oleh manusia.
Warna background dan juga font menggunakan warna netral yaitu
warna putih dan juga hitam.

c. Tipografi
81

Jenis huruf yang digunakan dalam scene ini menggunakan Sans


Serif dengan tujuan agar huruf lebih tegas dan mudah dipahami
ketika dibaca oleh audiens. Jenis huruf yang digunakan adalah Bison
Bold Version 1.001.
Ukuran teks pada scene ini adalah 76 px. Ukuran tersebut terbilang
tepat dan cukup jelas ketika dibaca, dengan menyesuaikan bentuk
yang digunakan.

Gambar 4.2
Sumber : dokumentasi pribadi
d. Layout
Prinsip keseimbangan simetris adalah prinsip tata letak dimana
objek yang digunakan diletakkan tepat pada posisi tengah dan juga
seimbang.
4.1.2 Scene 2

a. Bentuk
Anak kecil dengan telapak tangan didepan menggambarkan
hentikan kekerasan terhadap anak, lalu ada bagan yang terus naik,
menggambarkan bahwa kasus makin melonjak naik.
b. Warna
82

Pada ilustrasi ini bagan berwarna merah yang memiliki arti bahaya,
energik dan juga agresif, menggambarkan bahwa betapa daruratnya
kondisi kekerasan terhadap sekarang ini, khususnya kota sukabumi.
Warna biru memiliki arti keharmonisan, kehangatan, menyatakan
bahwa anak memerlukan keharmonisan dalam rumah tangga yaitu
rumah. Kuning memiliki karakter terang, gembira dan riang,
menandakan bahwa pada dasarnya anak mempunyai sifat seperti itu,
maka jangan merebut kebahagiaan anak dengan melakukan
kekerasan. Cream yaitu warna hangat atau pastel, yang mudah
dipadukan dengan warna apapun, maka pemilihan warna cream
memadukan warna kulit dasar orang indonesia.
c. Layout
Penempatan karakter dan juga icon memiliki keseimbangan formal,
tidak semetris karena membagi berat antara bagian kiri dan juga
kanan, hanya saja keseimbangan antara kiri dan juga kanan berkesan
kokoh dan juga stabil.
4.1.3 Scene 3

a. Bentuk
Bentuk rumah beedasarkan model bangunan dari dinas
pemberdayaan perempuan dan anak kota sukabumi, lalu ornamen
yang ada didepan rumah juga berdasarkan dari letak lokasi yang
berdekatan dengan pepohonan.
b. Warna
83

Warna merah memiliki arti positif, agresif. Menandakan bahwa


kantor tersebut melakukan sesuatu dengan yang positif dengan
tindakan yang agresif. Warna biru melambangkan tenang, kesetiaan
dan kebenaran, menandakan bahwa dinas perlindungan perempuan
dan anak memiliki kesetiaan kepada untuk menjaga generasi
penerus bangsa.
c. Layout
Elemen gambar pada scene 3 memiliki kesatuan (Unity) yang
tampak selaras dan juga hamonis. Termasuk juga prinsip irama
(rhytym) yang dimana dalam penyusunan elemen-elemen grafis
memiliki gerak teratur (organized movement).
4.1.4 Scene 4

a. Bentuk
Pada gambar terlihat anak seorang anak dan juga seorang orangtua
yang menandakan bahwa orangtua akan melakukan kekerasan
terhadap anaknya.
b. Warna
Warna memiliki watak dingin, mendalam, dan juga tenang.
Menggambarkan bahwa kekerasan terhadap anak karena sikap
dingin orangtua terhadap anaknya, dengan begitu anak memiliki
luka terdalam ketika mendapatkan kekerasan tersebut.
Warna putih dan juga hitam adalah warna netral yang dimana target
audiens yaitu orangtua, maka ketika pembukaan video target audiens
tidak lelah untuk meneruskan ke slide selanjutnya.
84

c. Typografi
Jenis huruf termasuk jenis San Serif Version 1.001, dengan ukuran
100px. Bertujuan agar target audiens lebih mudah terbaca dan juga
menyesuaikan dengan ilustrasi.
d. Layout
elemen pada gambar ini memiliki tekanan (emphasis) dimana
penonjolan dalam salah satu elemen dengan menekankan slogan,
atau elemen lainnya yang dianggap mendesak untuk disampaikan.
4.1.5 ACT 2 Scene 1

a. Bentuk
b. Warna
c. T
4.1.6 Scene 6
85

4.2.1 Media Pendukung


4.2.1.1 Poster

4.2.1.2 Tote Bag


86

4.2.1.3 Gantungan Kunci

4.2.1.4 Pin

4.2.1.5

You might also like