You are on page 1of 27

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I

RANGKAIAN AC

Nama : Muhammad Imron Rosyadi

NIM : 225090300111016

Kelompok : 02

Tgl. Praktikum : 08-05-2023

Nama Asisten : Amirah Salwa Salsabila

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM LAPORAN
ELEKTRONIKA DASAR I
RANGKAIAN AC

Tanggal Masuk Laporan : _____________________________________________________


Pukul : _____________________________________________________

Korektor Asisten

............................... Nama Asisten


CO Asisten

Nama Co Asisten Kelas

Catatan:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
____________________________________

Tanggal Masuk Revisi : ______________________________________________________


Pukul : ______________________________________________________

Nilai Sementara Nilai Akhir


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Tujuan dari percobaan rangkaian AC ini adalah karakteristik AC rangkaian RLC dengan
konfigurasi seri dan paralel serta karakteristik AC rangkaian RC dan RL dengan konfigurasi
seri dan paralel dapat dipahami.
1.2 DASAR TEORI
Alternating current atau arus bolak-balik, adalah arus dan tegangan listrik yang besarnya
bervariasi dari waktu ke waktu dan mengalir dalam dua arah, mempengaruhi komponen pasif.
Ketika sumbernya DC, komponen pasif seperti L dan C menjadi rangkaian terbuka, sedangkan
ketika sumbernya adalah AC, komponen pasif L dan C memiliki sifat yang berbeda dari sumber
DC. Salah satu ciri sumber listrik AC adalah bersifat periodik atau berulang pada interval waktu
tertentu, atau sering disebut dengan perioda (Palpialy dan Zaini, 2021).
Rangkaian RC adalah rangkaian listrik yang memiliki gabungan antara komponen resistor
dan kapasitor, dengan komponen tersebut dihubungkan secara seri atau paralel. Rangkaian RC
digunakan untuk menyaring sinyal dengan memberikan resistansi, selain itu rangkaian RC juga
dapat digunakan untuk membuat arus bentuk gelombang atau arus transien. Hambatan berasal
dari resistor yang mempunyai kemampuan resistansi (Anderson, 2015).
Gambar 1. Rangkaian RLC Seri

(Palpialy dan Zaini, 2021).


Rangkaian RC adalah rangkaian yang terdiri dari resistor dan kapasitor seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1.1. Terlihat dari gambar bahwa pada saat saklar dihubungkan ke
titik a, muatan listrik berpindah dari baterai ke kapasitor, waktu pengisian ditentukan oleh besar
kecilnya nilai kapasitor, semakin besar nilai kapasitor maka semakin lama waktu yang
diperlukan untuk mengisi kapasitor, tetapi ketika saklar dihubungkan ke titik b, muatan
listrik akan terputus dari kapasitor. Pengisisian arus berhenti saat kapasitor kosong (Made,
2013).
Rangkaian RLC adalah rangkaian elektronik yang terdiri dari resistor, induktor dan
kapasitor yang dapat dihubungkan secara seri maupun paralel. Rangkaian RLC bila
dihubungkan secara seri dengan arus AC ditunjukkan pada Gambar 1.2. Dalam rangkaian RLC
seri, arus yang melalui setiap komponen adalah sama. Tegangan tiap komponen adalah 𝑉𝑉𝑅𝑅, 𝑉𝑉𝑉𝑉,
𝑉𝑉𝑉𝑉 tergantung nilainya. Rangkaian RLC seri AC memiliki 3 kemungkinan karakteristik
rangkaian. Suatu rangkaian bersifat induktif jika 𝑉𝑉𝑉𝑉 > 𝑉𝑉𝑉𝑉, suatu rangkaian bersifat kapasitif
jika 𝑉𝑉𝑉𝑉 < 𝑉𝑉𝑉𝑉, dan rangkaian bersifat resistif ketika 𝑉𝑉𝑉𝑉 = 𝑉𝑉𝑉𝑉. Pada rangkaian RLC paralel yang
ditunjukkan pada Gambar 1.3, tegangan tiap komponen sama, namun arus yang mengalir
melalui tiap komponen memiliki nilai dan arah yang berbeda. Ketika rangkaian RLC
dihubungkan secara paralel, besarnya arus yang mengalir melalui resistor berbanding lurus
dengan besarnya tegangan yang dihasilkan. Pada rangkaian ini dapat ditunjukkan bahwa jika
arus yang masuk memiliki nilai yang besar maka tegangan yang dihasilkan juga akan besar.
Ketika arus mengalir melalui resistor, arus dan tegangan dapat dikatakan sefase. Dalam
rangkaian paralel, ketika arus bolak-balik dilewatkan melalui induktor, besarnya berubah setiap
saat, sehingga tegangan yang dihasilkan adalah tegangan induksi 𝑉𝑉𝑉𝑉. Pada rangkaian paralel,
ketika sebuah kapasitor dialirkan dengan arus bolak-balik sebesar 𝐼𝐼𝐼𝐼, dihasilkan
tegangan sebesar 𝑉𝑉𝑉𝑉 (Kumar, 2012).

Gambar 1.2 Rangkaian RLC Seri


(Palpialy dan Zaini, 2021).

Gambar 1.3 Rangkaian RLC Paralel


(Palpialy dan Zaini, 2021).
Rangkaian RL adalah rangkaian listrik yang terdiri dari resistor dan induktor yang
terhubung langsung dengan sumber tegangan. Ketika saklar ditutup, arus dalam resistor
meningkat. Jika tidak ada induktor, arus akan meningkat dengan cepat. Jika resistor dan
kapasitor diganti dengan induktor dan resistor, konstanta waktu L/R sama dengan konstanta
waktu RC dan semua hasil yang diperoleh dari rangkaian RC dapat digunakan pada rangkaian
RL tanpa modifikasi. Ketika diperlukan konstanta waktu yang besar, rangkaian RL jarang
digunakan karena induktor harus berukuran besar untuk mendapatkan konstanta waktu yang
besar. Rangkaian RL digunakan hanya ketika diperlukan konstanta waktu yang kecil, dalam hal
ini kumparan udaranya kecil (Salivahanan, et al, 2018).
BAB II
METODOLOGI
2.1 PERALATAN PERCOBAAN
Peralatan yang digunakan yaitu voltmeter AC, amperemeter AC, signal generator,
oscilloscope, serta rangkaian uji yaitu rangkaian DC, RC, dan RL. Selain itu adapun komponen
pada rangkaian uji yang digunakan, yaitu tahanan 1𝑘𝑘𝑘𝑘, 2𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊, tahanan 10𝑘𝑘𝑘𝑘, 2𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊,
kapasitor 1𝜇𝜇𝜇𝜇, 50𝑉𝑉, serta induktor 2,2𝑚𝑚𝑚𝑚.
2.2 TATA LAKSANA PERCOBAAN
2.2.1 Rangkaian RLC Seri dan Paralel
Pada rangkaian RLC seri dan paralel, langkah pertama yang harus dilakukan yaitu
rangkaian uji, voltmeter, amperemeter, dan signal generator dinyalakan. Kemudian keadaan
saklar pada rangkaian uji diatur sehingga diperoleh rangkaian RLC seri seperti pada Gambar
1.1. Lalu voltmeter dan amperemeter diatur pada mode AC. Pada channel 1 (CH1) oscilloscope
dipilih coupling GND, vertical position diatur supaya sinyal berada ditengah layar, lalu dipilih
coupling AC. CH1 oscilloscope dihubungkan ke titik A. setelah itu, signal generator diatur
supaya sinyal keluaran dapat dihasilkan dengan bentuk gelombang sinus. Amplitudo diatur
sebesar 5𝑉𝑉 peak (sama dengan 10V peak-to-peak), frekuensinya sebesar 1𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾, dan offset DC
sebesar 0𝑉𝑉. Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 yang terlihat di oscilloscope disimpan. Dengan
digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur serta tegangan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 dicatat. Arus
𝐼𝐼1 diukur dengan digunakannya amperemeter yang diposisikan di 𝐼𝐼1. Keadaan saklar pada
rangkaian uji diatur kembali sehingga diperoleh rangkaian RLC paralel seperti pada Gambar
1.2. bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 yang terlihat di oscilloscope disimpan. Dengan
digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur serta tegangan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 dicatat. Arus 𝐼𝐼1,
𝐼𝐼2, 𝐼𝐼3, 𝐼𝐼4 diukur dengan digunakannya amperemeter yang diposisikan di titik-titik yang sesuai.
2.2.2 Rangkaian RC Seri dan Paralel
Pada rangkaian RC seri dan paralel, langkah pertama yang harus dilakukan, yaitu
keadaan signal generator dan oscilloscope dipastikan tidak diubah. Kemudian keadaan saklar
pada rangkaian uji diatur sehingga diperoleh rangkaian RC seri seperti pada Gambar 1.3.
Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 yang terlihat di oscilloscope disimpan. Dengan digunakannya
voltmeter, nilai RMS diukur serta tegangan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 dicatat. Arus 𝐼𝐼1 diukur dengan
digunakannya amperemeter yang diposisikan di 𝐼𝐼1. Keadaan saklar pada rangkaian uji diatur
kembali sehingga diperoleh rangkaian RC paralel seperti pada Gambar 1.4. bentuk sinyal
tegangan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 yang terlihat di oscilloscope disimpan. Dengan digunakannya voltmeter,
nilai RMS diukur serta tegangan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 dicatat. Arus 𝐼𝐼1, 𝐼𝐼2, 𝐼𝐼3 diukur dengan
digunakannya amperemeter yang diposisikan di titik-titik yang sesuai.
2.2.3 Rangkaian RL Seri dan Paralel
Pada rangkaian RL seri dan paralel, langkah pertama yang harus dilakukan, yaitu
keadaan signal generator dan oscilloscope dipastikan tidak diubah. Kemudian keadaan saklar
pada rangkaian uji diatur sehingga diperoleh rangkaian RL seri seperti pada Gambar 1.5.
Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 yang terlihat di oscilloscope disimpan. Dengan digunakannya
voltmeter, nilai RMS diukur serta tegangan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 dicatat. Arus 𝐼𝐼1 diukur
dengan digunakannya amperemeter yang diposisikan di 𝐼𝐼1. Keadaan saklar pada rangkaian uji
diatur kembali sehingga diperoleh rangkaian RL paralel seperti pada Gambar 1.6. bentuk sinyal
tegangan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 yang terlihat di oscilloscope disimpan. Dengan digunakannya voltmeter,
nilai RMS diukur serta tegangan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉, 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 dicatat. Arus 𝐼𝐼1, 𝐼𝐼2, 𝐼𝐼4 diukur dengan
digunakannya amperemeter yang diposisikan di titik-titik yang sesuai. Langkah terakhir yang
harus dilakukan yaitu semua alat dimatikan.
2.3 GAMBAR ALAT DAN RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar 1.1 Rangkaian RLC Seri

Gambar 1.2 Rangkaian RLC Paralel

Gambar 1.3 Rangkaian RC Seri


Gambar 1.4 Rangkaian RC Paralel

Gambar 1.5 Rangkaian RL Seri

Gambar 1.6 Rangkaian RL Paralel

Gambar 1.7 Voltmeter AC


Gambar 1.8 Amperemeter AC

Gambar 1.9 Signal Generator


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Percobaan
3.1.1 Rangkaian RLC Seri dan Paralel
3.1.1.1 RANGKAIAN RLC SERI
Bentuk sinyal tegangan VAD pada oscilloscope:

volt/div=2 Volt/div
time/div=500uS
A=5 V peak
f=1kHz
Tegangan Nilai RMS
𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 3.549 v
𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 0.059 v

𝑉𝑉𝐵𝐵𝐵𝐵 3.523 v
𝑉𝑉𝐶𝐶𝐶𝐶 0.027 v

Arus Nilai Arus


𝐼𝐼1 3.58 mA

3.1.1.1 RANGKAIAN RLC PARALEL


Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 di oscilloscope:
Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝐵𝐵𝐵𝐵 di oscilloscope:
Volt/div: 200mVdiv; time/div: 500uS

Tegangan Nilai RMS


𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 3.548 v
𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 0.059 v
𝑉𝑉𝐵𝐵𝐵𝐵 3.544 v

Arus Nilai Arus


𝐼𝐼1 0.358 mA
𝐼𝐼2 0.003 mA
𝐼𝐼3 0.236 mA
𝐼𝐼4 0.460 mA

3.1.3 RANGKAIAN RC SERI


Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 di oscilloscope:
Tegangan Nilai RMS
𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 3.547 v
𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 3.543 v
𝑉𝑉𝐵𝐵𝐵𝐵 0.06 v

Arus Nilai Arus


𝐼𝐼1 0.359 mA

3.1.4 RANGKAIAN RC PARALEL


Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 di oscilloscope:

Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝐵𝐵𝐵𝐵 di oscilloscope:

Tegangan Nilai RMS


𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 3.547 v
𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 3.542 v
𝑉𝑉𝐵𝐵𝐵𝐵 0.060 v

Arus Nilai Arus


𝐼𝐼1 0.362 mA

𝐼𝐼2 0.005 mA
𝐼𝐼3 0.369 mA

3.1.5 RANGKAIAN RL SERI


Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 di oscilloscope:

Tegangan Nilai RMS


𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 3.548 v

𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 0.059 v
𝑉𝑉𝐵𝐵𝐵𝐵 3.522 v
𝑉𝑉𝐶𝐶𝐶𝐶 0.027 v

Arus Nilai Arus


𝐼𝐼1 0.358 mA

3.1.6 RANGKAIAN RC PARALEL


Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 di oscilloscope:
Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝐵𝐵𝐵𝐵 di oscilloscope:
● Voltdiv: 2V/div; time/div: 500uS

● Volt/div: 500mV/div; time/div: 250uS

Tegangan Nilai RMS


𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 3.547 v

𝑉𝑉𝐴𝐴𝐵𝐵 3.547 v
𝑉𝑉𝐵𝐵𝐵𝐵 0.027 v

Arus Nilai Arus


𝐼𝐼1 0.360 mA
𝐼𝐼2 0.006 mA
𝐼𝐼4 0.358 mA

3.2 PERHITUNGAN
3.2.1 RANGKAIAN RLC SERI
1 1
XC = 2𝜋𝜋𝑓𝑓𝑓𝑓 = 2×3.14×1000×0.000001
= 159.24 Ω

XL = 2𝜋𝜋𝑓𝑓𝑓𝑓 = 2 × 3.14 × 1000 × 0.01 = 62.8Ω


VR = IR = 0.00358 × 10000 = 35.8V
VC = IXC = 0.00358 × 159.24 = 0.57V
VL= IXL = 0.00358 × 62.8 = 0.225V

Z = �𝑅𝑅 2 + (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋𝑋𝑋)2 = �100002 + (62.8 − 159.24)2 = √10582.3 = 10000.465Ω

𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑉𝑉𝑉𝑉 36.595


Itot = 𝑍𝑍𝑍𝑍 = = = 0.00358A
�𝑅𝑅 2 +(𝑋𝑋𝑋𝑋−𝑋𝑋𝑋𝑋)2 10000.465

3.2.2 RANGKAIAN RLC PARALEL


1 1
XC = 2𝜋𝜋𝑓𝑓𝑓𝑓 = 2×3.14×1000×0.000001
= 159.24 Ω

XL = 2𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋 = 2 × 3.14 × 1000 × 0.01 = 62.8Ω


𝑉𝑉 3.548
IR= 𝑅𝑅
= 10000 = 0.0003A
𝑉𝑉 3.548
IL = 𝑋𝑋𝑋𝑋
= 62.8
= 0.056A
𝑉𝑉 3.548
IC = 𝑋𝑋𝑋𝑋
= 159.24 = 0.022A

VR = IR R = 0.0003 × 10000 = 3.548V

VL = IL XL = 0.056 × 62.8 = 3.548V

VC = IC XC = 0.022 × 159.24 = 3.548V


1 1 1
Z= = 2 2
= = 103.69Ω
2 2 �� 1 � +� 1 − 1 � �10−8 +9.3×10−5
��1� +� 1 − 1 � 10000 62.8 159.24
R X L 𝑋𝑋C

3.2.3 RANGKAIAN RC SERI


1 1
XC =
2𝜋𝜋𝑓𝑓𝑓𝑓
= 2×3.14×1000×0.000001
= 159.24 Ω

Z = √𝑅𝑅 2 + 𝑋𝑋𝑋𝑋 2 = √100002 + 159.242 = 10001,27Ω


𝑉𝑉
IR= 𝑅𝑅
= 0.000359A
𝑉𝑉
IC = 𝑋𝑋𝑋𝑋
= 0.000359A
𝑉𝑉
I=
𝑍𝑍
= IR=IC = 0.000359A

V = �VR2 + VC2 = �IR2 + IXC2 = 3.59V

3.2.4 RANGKAIAN RC PARALEL


V=VR=VC = 3.547V

VR = IR R = 3.547 × 10−4 × 10000 = 3.547V

VC = IC XC = 0.02 × 159.24 = 3.547V

𝑉𝑉 3.547
IR= 𝑅𝑅
= 10000 = 3.547 × 10−4 A
𝑉𝑉 3.547
IC = 𝑋𝑋𝑋𝑋
= 159.24 = 0.02A

I=IR+IC = 3.547 × 10−4 + 0.02 = 0.0204A


1 1 1
Z= 2
= 2
= 2
= 159,13Ω
��1� +(𝜔𝜔C)2 ��1� +(2𝜋𝜋𝑓𝑓C)2 �� 1 � +(2×3.14×1000×0.000001)2
R R 10000

3.2.5 RANGKAIAN RL SERI


V
IL = IR = I = Z
= 0.000358A

V(t) = VR + VL = IR + IXL = (0.000358 × 10000) + (0.000358 × 62.8) = 3.6 V

Z = √𝑅𝑅 2 + 𝑋𝑋𝑋𝑋2 = �(10000)2 + (62.8)2 = 10000.2Ω

3.2.6 RANGKAIAN RL PARALEL


V=VR=VC = 3.547V

VR = IR R = 3.547 × 10−4 × 10000 = 3.547V

VL = IL XL = 0.06 × 62.8 = 3.547V


𝑉𝑉 3.547
IR= 𝑅𝑅
= 10000 = 3.547 × 10−4 A
𝑉𝑉 3.547
IL = 𝑋𝑋𝐿𝐿
= 62.8
= 0.06A

I=IR+IL = 3.547 × 10−4 + 0.06 = 0.0604A

3.3 PEMBAHASAN
3.3.1 ANALISA PROSEDUR
3.3.1.1 FUNGSI ALAT
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu Voltmeter AC yang digunakan
sebagai alat pengukur tegangan AC. Amperemeter AC digunakan sebagai alat pengukur kuat
arus AC. Signal generator digunakan sebagai alat pemberi sinyal masukan pada rangkaian.
Oscilloscope digunakan sebagai alat penampil gelombang. Rangkaian uji digunakan sebagai
objek percobaan yang diuji atau diamati. Serta beberapa bahan komponen seperti resistor,
induktor dan kapasitor sebagai impedansi pada rangkaian.

3.3.1.2 FUNGSI PERLAKUAN


Percobaan yang pertama pada rangkaian RLC seri dan paralel yaitu rangkaian uji,
voltmeter, amperemeter, dan signal generator dinyalakan. Kemudian keadaan saklar pada
rangkaian uji diatur sehingga diperoleh rangkaian RLC seri. Kemudian, voltmeter dan
amperemeter diatur pada mode AC. Pada channel 1 (CH1) oscilloscope dipilih coupling GND,
vertical position diatur supaya sinyal berada ditengah layar, lalu dipilih coupling AC. CH1
oscilloscope dihubungkan ke titik A. setelah itu, signal generator diatur supaya sinyal keluaran
dapat dihasilkan dengan bentuk gelombang sinus. Amplitudo diatur sebesar 5Vpeak,
frekuensinya sebesar 1KHZ, dan offset DC sebesar 0𝑉𝑉. Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 yang
terlihat di oscilloscope disimpan. Dengan digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur serta
tegangan 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴, 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴, 𝑉𝑉𝐵𝐵𝐵𝐵, 𝑉𝑉𝐶𝐶𝐶𝐶 dicatat. Arus 𝐼𝐼1 diukur dengan digunakannya amperemeter yang
diposisikan di 𝐼𝐼1. Keadaan saklar pada rangkaian uji diatur kembali sehingga diperoleh
rangkaian RLC parallel. Bentuk sinyal tegangan 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴, 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 yang terlihat di oscilloscope
disimpan. Dengan digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur serta tegangan 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴, 𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴, 𝑉𝑉𝐵𝐵𝐵𝐵
dicatat. Arus 𝐼𝐼1, 𝐼𝐼2, 𝐼𝐼3, 𝐼𝐼4 diukur dengan digunakannya amperemeter yang diposisikan di titik-
titik yang sesuai. Pada rangkaian RC seri dan paralel, langkah pertama yang harus dilakukan,
yaitu keadaan signal generator dan oscilloscope dipastikan tidak diubah. Kemudian keadaan
saklar pada rangkaian uji diatur sehingga diperoleh rangkaian RC seri. Bentuk sinyal tegangan
VAD yang terlihat di oscilloscope disimpan. Dengan digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur
serta tegangan VAD, VAB, VBD dicatat sebagai data hasil percobaan. Arus I1 diukur dengan
digunakannya amperemeter yang diposisikan di I1. Keadaan saklar pada rangkaian uji diatur
kembali sehingga diperoleh rangkaian RC paralel. Bentuk sinyal tegangan VAD, VAB yang
terlihat di oscilloscope disimpan. Dengan digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur serta
tegangan VAD, VAB, VBD dicatat sebagai data hasil percobaan. Arus I,1 I,2 I3 diukur dengan
digunakannya amperemeter yang di posisikan di titik-titik yang sesuai. Pada rangkaian RL seri
dan paralel, langkah pertama yang harus dilakukan, yaitu keadaan signal generator dan
oscilloscope dipastikan tidak diubah. Kemudian keadaan saklar pada rangkaian uji diatur
sehingga diperoleh rangkaian RL seri. Bentuk sinyal tegangan VAD yang terlihat di oscilloscope
disimpan. Dengan digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur serta tegangan VAD, VAB, VBC,
VCD dicatat sebagai data hasil percobaan. Arus I1 diukur dengan digunakannya amperemeter
yang diposisikan di I1. Keadaan saklar pada rangkaian uji diatur kembali sehingga diperoleh
rangkaian RL paralel. Bentuk sinyal tegangan VAD, VAB yang terlihat di oscilloscope disimpan.
Dengan digunakannya voltmeter, nilai RMS diukur serta tegangan VAD, VAB, VBD dicatat. Arus
𝐼𝐼1, 𝐼𝐼2, 𝐼𝐼4 diukur dengan digunakannya amperemeter yang diposisikan di titik-titik yang sesuai.

3.3.2 ANALISA HASIL


Setelah percobaan rangkaian AC dilakukan, didapatkan data seperti pada 3.1 dan hasil
perhitungan seperti pada 3.2. Pada data hasil percobaan rangkaian RLC seri, didapatkan nilai
tegangan VAD sebesar 3.549V, VAB sebesar 0.059V, VBC sebesar 3.523V dan VCD sebesar
0.027V serta nilai arus I1 sebesar 3.58mA. Sedangkan, berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
nilai tegangan VR sebesar 35.8V, VL sebesar 0.225V dan VC sebesar 0.57V dengan arus Itotal
sebesar 0.00358A. Besar tegangan dan arus yang diperoleh dari data dan perhitungan, memiliki
nilai yang berbeda. Hal ini terjadi karena pada perhitungan tegangan dipengaruhi oleh nilai arus
dan nilai reaktansi induktif serta kapasitif, sedangkan nilai arus dipengaruhi oleh nilai tegangan
serta nilai impedansi. Pada rangkaian RLC paralel, berdasarkan data hasil percobaan, diperoleh
nilai tegangan VAD sebesar 3.548V, VAB sebesar 0.059V dan VBD sebesar 3.544V, serta
diperoleh nilai I1 sebesar 0.358mA, I2 sebesar 0.003mA, I3 sebesar 0.236mA dan I4 sebesar
0.46mA. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai tegangan VR sebesar
3.548V, VC sebesar 3.548V, VL sebesar 3.548V, serta diperoleh nilai arus IR sebesar 0.0003A,
IC sebesar 0.022A, IL sebesar 0.056A. Besar tegangan dan arus yang diperoleh dari data hasil
percobaan dan hasil perhitungan memiliki nilai yang berbeda. Hal tersebut dapat terjadi, karena
pada perhitungan tegangan dipengaruhi oleh nilai arus dan nilai reaktansi induktif serta
kapasitif, sedangkan nilai arus pada perhitungan dipengaruhi oleh nilai tegangan serta nilai
reaktansi induktif dan kapasitif. Nilai arus pada perhitungan bernilai sama.
Pada rangkaian RC seri, berdasarkan data hasil percobaan, diperoleh nilai tegangan VAD
sebesar 3.547V, VAB sebesar 3.543V, VBD sebesar 0.06V, serta nilai arus I1 sebesar 0.359mA.
Sedangkan, berdasarkan hasil perhitungan pada rangkaian RC seri, diperoleh nilai tegangan
Vtotal sebesar 3.59V dan arus I sebesar 0.000359A. Besar tegangan dan arus yang diperoleh dari
data hasil percobaan dan hasil perhitungan memiliki nilai yang berbeda. Hal tersebut dapat
terjadi, karena pada perhitungan tegangan dipengaruhi oleh nilai tegangan pada resistor dan
kapasitor, sedangkan nilai arus pada perhitungan dipengaruhi oleh nilai tegangan serta nilai
impedansi. Pada rangkaian RC paralel, berdasarkan data hasil percobaan, diperoleh nilai
tegangan VAD sebesar 3.547V, VAB sebesar 3.542V, VBD sebesar 0.06V, serta nilai arus I1
sebesar 0.362mA, I2 sebesar 0.005A dan I3 sebesar 0.369mA. Sedangkan, berdasarkan hasil
perhitungan pada rangkaian RC paralel, diperoleh nilai tegangan VR sebesar 3.547V, VC sebesar
3.547V dan arus IR sebesar 0.0003547A serta arus IC sebesar 0.02A. Besar tegangan dan arus
yang diperoleh dari data hasil percobaan dan hasil perhitungan memiliki nilai yang berbeda.
Hal tersebut dapat terjadi, karena pada perhitungan tegangan dipengaruhi oleh nilai arus dan
nilai reaktansi kapasitif, sedangkan nilai arus pada perhitungan dipengaruhi oleh nilai tegangan
serta nilai reaktansi kapasitif.
Pada rangkaian RL seri, berdasarkan data hasil percobaan, diperoleh nilai tegangan VAD
sebesar 3.548V, VAB sebesar 0.059V, VBD sebesar 3.522V, serta nilai arus I1 sebesar 0.358mA.
Sedangkan, berdasarkan perhitungan pada rangkaian RL seri, diperoleh nilai tegangan Vtotal
sebesar 3.6V serta nilai arus IR dan IL yang memiliki nilai sama yaitu sebesar 0.000358A. Besar
tegangan dan arus yang diperoleh dari data hasil percobaan dan hasil perhitungan memiliki nilai
yang berbeda. Hal ini terjadi karena pada perhitungan, tegangan dipengaruhi oleh nilai tegangan
pada resistor dan induktor, sedangkan nilai arus pada perhitungan dipengaruhi oleh nilai
tegangan serta nilai impedansi. Arus 𝐼𝐼𝐿𝐿 dan 𝐼𝐼𝑅𝑅 bernilai sama, sesuai dengan teori dimana 𝐼𝐼𝐿𝐿 = 𝐼𝐼𝑅𝑅
= 𝐼𝐼. Pada rangkaian RL paralel, berdasarkan data hasil percobaan, diperoleh nilai tegangan VAD
sebesar 3.547V, VAB sebesar 3.547V, VBD sebesar 0.027V, serta nilai arus I1 sebesar 0.36mA,
I2 sebesar 0.006mA dan I3 sebesar 0.358mA. Sedangkan, berdasarkan hasil perhitungan,
diperoleh nilai tegangan VR sebesar 3.547V, VL sebesar 3.547V serta nilai arus IR sebesar
0.000357A dan arus IL sebesar 0.06A. Besar tegangan dan arus yang diperoleh dari data hasil
percobaan dan hasil perhitungan memiliki nilai yang berbeda. Hal tersebut dapat terjadi, karena
pada perhitungan tegangan dipengaruhi oleh nilai arus dan nilai reaktansi kapasitif, sedangkan
nilai arus pada perhitungan dipengaruhi oleh nilai tegangan serta nilai reaktansi induktif.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum rangkaian AC yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
besar arus pada rangkaian RLC bernilai sama, sehingga tegangan pada masing-masing
komponen R, L, dan C adalah VR = IR, VL = IXL, VC = IXC. Pada rangkaian RL tegangan di
rangkaian resistor memiliki sifat yang sefase dengan arus listrik, sedangkan tegangan pada
rangkaian induktor memiliki sifat yang beda fase dengan arus listrik. Pada rangkaian RC,
tegangan di rangkaian resistor memiliki sifat yang sefase dengan arus listrik, sedangkan
tegangan pada rangkaian kapasitor memiliki sifat yang beda fase dengan arus listrik.

4.2 Saran
Dikarenakan peralatan lab mengalami error, menyebabkan praktikum berjalan tidak
lancar. Sehingga praktikan harus menggunakan data sekunder dalam menulis laporan. Oleh
karena itu, sebaiknya asisten melakukan uji coba terlebih dahulu sebelum melakukan
percobaan, agar tidak ada kendala saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, N.A. 2015. Instrumentation for Process Measurement and Control. Third
Edition.Washington DC: CRC Press.
Kumar, S. 2012. Electric Circuit and Network. New Delhi: Pearson Education
Made, W.I. 2013. Rangkaian Elektrik. Malang: Media Nusa Creative
Palpialy, S., & Zaini. 2021. Rangkaian Listrik. Medan: Yayasan Kita Menulis
Salivahanan, N., Kumar, S., Vallavaraj, A. 2018. Electronic Devices and Circuits. Second
Edition. New Delhi: Tata McGraw-Hill
LAMPIRAN

Post-test
(Anderson, 2015)
(Kumar, 2012).
(Made, 2013).
(Salivahanan, et al, 2018).
(Palpialy dan Zaini, 2021).

You might also like