You are on page 1of 20

PERTEMUAN 3

PERHITUNGAN PPH PASAL 21 UNTUK PEGAWAI TETAP

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi pada pertemuan 3 ini diharapkan mahasiswa
mampu menghitung pajak penghasilan 21 untuk pegawai tetap dengan baik dan
menerapkan dalam perusahaan.

B. URAIAN MATERI
1. Definisi Pegawai Tetap

Dalam pertemuan ketiga ini kita akan membahas mengenai Perhitungan


Pph Pasal 21 untuk pegawai tetap. Beberapa hal yang akan dibahas dalam bab
ini antara lain tentang definisi/pengertian dari pegawai tetap, bagaimana cara
perhitungan Pph pasal 21 untuk pegawai tetap, bagaimana cara perhitungan Pph
pasal 21 sejak awal tahun dan pertengahan tahun serta perhitungan Pph pasal
21 yang penghasilannya digabung setiap bulannya.
53
Pegawai tetap dalam pengertian PPh Pasal 21 adalah orang pribadi
yang menerima atau memperoleh penghasilan berupa gaji dalam jumlah tertentu
secara be ermasuk dalam pegawai tetap disini adalah Dewan Komisaris
dan Dewan Pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola
kegiatan perusahaan secara langsung.

Dalam pengertian Pegawai Tetap termasuk juga antara lain :

a. Karyawan dengan status karyawan kontrak

b. Guru Wiyata Bakti

c. Pegawai Honorer di Pemerintahan (selain PNS)

Dengan syarat yaitu yang bersangkutan bekerja berdasarkan kontrak


dalam suatu jangka waktu tertentu dan menerima atau memperoleh penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur.

53
Ibid.

Perpajakan 34
Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk
setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya
jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
54
Penerima penghasilan yang wajib dipotong PPh Pasal 21 oleh
bendahara pemerintah adalah: [1] Pegawai, yaitu PNS (termasuk CPNS),
Pegawai yang diusulkan menjadi CPNS (Pegawai magang), anggota TNI atau
POLRI, Pegawai honorer, dan Pegawai tidak tetap; [2] Bukan Pegawai, yaitu
pihak pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk narasumber acara atau
trainer suatu kegiatan; dan [3] peserta kegiatan yang diadakan oleh instansi
pemerintah atau satuan ke
55
Penerima penghasilan yang berstatus Pegawai dapat dikategorikan
sebagai Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak Tetap dimana dalam ruang lingkup
bendahara pemerintah, Pegawai dapat dikategorikan sebagai Pegawai tetap
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki surat keputusan pengangkatan sebagai Pegawai,


termasuk CPNS atau Pegawai honorer;

b. Biasanya surat keputusan tersebut memiliki jangka waktu lebih


dari setahun;

c. Menerima penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.


Penghasilan secara teratur tersebut artinya pembayaran dilakukan
secara berkala pada suatu periode terte

Sedangkan kriteria pegawai tidak tetap adalah sebagai berikut:

a. Memiliki perjanjian atau kontrak pelaksanaan pekerjaan tertentu


dalam suatu jangka tertentu

b. Menerima penghasilan apabila yang bersangkutan bekerja


berdasarkan jumlah hari kerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang
dihasilkan, atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta
oleh pemberi kerja.

54
Ibid.
55
Ibid.

Perpajakan 35
Berdasarkan kriteria tersebut, dalam ruang lingkup bendahara
pemerintah, yang dimaksud Pegawai Tetap tidak hanya terbatas Pegawai yang
berstatus sebagai PNS, anggota TNI atau POLRI, dan pejabat negara, termasuk
CPNS, Pegawai yang diusulkan menjadi CPNS (Pegawai magang) dan Pegawai
honorer. Sedangkan contoh Pegawai Tidak Tetap misalnya adalah orang pribadi
yang dikontrak oleh Badan Pusat statistik (BPS) sebagai petugas sensus
penduduk yang dibayar berdasar data penduduk yang berhasil dikumpulkan.

Contoh penerima penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi


pemberi jasa pemeliharaan AC di kantor pemerintah, narasumber
pelatihan yang diadakan pemerintah selain yang berstatus sebagai PNS,
dan peserta pelatihan ketenagakerjaan yang diselenggarakan oleh
pemerintah.

2. Dasar Pengenaan PPh

Dasar pengenaan PPh atas penghasilan yang dikenai PPh Pasal 21 yang
tiak bersifat final adalah sebagai berikut:

a. Pegawai Tetap
56
Dasar pengenaan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap adalah
Penghasilan Kena Pajak, yang dihitung dengan cara mengurangi jumlah
penghasilan neto dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), sedangkan
penghasilan neto dihitung dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan
biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah biaya jabatan
maksimal Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp6.000.000,00
(enam juta rupiah) se

b. Pegawai Tidak Tetap


57
Dasar pengenaan PPh Pasal 21 untuk penghasilan yang diterima
atau diperoleh Pegawai Tidak Tetap adalah sebagai berikut: [1] apabila dalam
hal penghasilan bruto yang dibayar bulanan telah
melebihi Rp4.500.000,00 dalam sebulan maka dasar pengenaan PPh Pasal
21 akan dihitung dengan cara jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per
bulan; [2] apabila dalam hal penghasilan bruto sehari atau penghasilan bruto

56
Ibid.
57
Ibid.

Perpajakan 36
rata-rata sehari telah melebihi Rp 450.000,00 namun akumulasi
penghasilannya dalam sebulan kurang dari Rp4.500.000,00 maka dasar
pengenaan yang akan digunakan adalah berdasarkan PPh Pasal 21 yaitu
dihitung dengan cara jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan jumlah
sebesar Rp450.000,00; [3] apabila Penghasilan dalam sehari atau rata-rata
penghasilan dalam sehari lebih dari
Rp450.000,00 atau akumulasi penghasilannya dalam sebulan
telah lebih dari Rp 4.500.000,00, namun tidak lebih dari
Rp10.200.000,00, maka dasar pengenaan yang akan digunakan adalah
menurut PPh Pasal 21 akan dihitung dengan cara jumlah penghasilan bruto
dikurangi dengan PTKP harian sejumlah hari kerja yang sebenarnya; [4]
apabila dalam hal jumlah penghasilan kumulasi dalam satu bulan kalender
telah melebihi Rp10.200.000,00, maka berdasarkan PPh Pasal 21 akan
dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 7 ayat (1) huruf a Undang - Undang
Pajak Penghasilan atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan;
[5] Sedangkan apabila penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari
tidak melebihi Rp450.000,00 dan akumulasi penghasilannya dalam sebulan
tidak melebihi Rp 4.500.000,00 maka tidak akan dilakukan pemotongan PPh

c. Bukan Pegawai
58
Dasar pengenaan PPh pasal 21 untuk penghasilan yang diterima atau
diperoleh bukan pegawai adalah sebagai berikut:

1) Bukan pegawai yang menerima penghasilan bersifat berkesinambungan,


yang dimaksud dengan penghasilan bersifat berkesinambungan adalah
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari satu bendahara pemerintah
dalam satu tahun pajak lebih dari satu kali yang mana dasar pengenaan
PPh Pasal 21 yang diterima atau diperoleh dari bukan Pegawai yang
menerima penghasilan bersifat berkesinambungan adalah sebesar 50%
(lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per
bulan, PTKP tersebut dapat diberikan sepanjang orang pribadi yang
bersangkutan (Bukan Pegawai) telah mempunyai NPWP dan

58
Ibid.

Perpajakan 37
hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan
satu Pemotong PPh Pasal 21;

2) Bukan pegawai yang menerima penghasilan yang tidak bersifat


berkesinambungan, dasar pengenaan PPh Pasal 21 yang diterima atau
diperoleh bukan Pegawai yang menerima penghasilan yang tidak bersifat
berkesinambungan adalah sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah
penghasi

3. Cara Penghitungan dan Pemotongan

a. Penghasilan Bruto Disetahunkan

Kondisi yang mengharuskan penghasilan bruto disetahunkan


bagi penerima penghasilan yang berasal dari APBN/APBD yaitu
dalam hal penerima penghasilan berstatus sebagai Pegawai
Tidak Tetap yang menerima upah harian, upah mingguan, upah
satuan, atau upah borongan dan menerima penghasilan dengan
jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi
Rp10.200.000,00.

b. Cara Penghitungan

Untuk menghitung PPh dapat menggunakan langkah langkah sebagai


berikut:

1) Hitung penghasilan bruto Anda dalam setahun, seperti gaji pokok


ditambah dengan tunjangan-tunjangan lainnya.

2) Hitung Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), sesuai dengan status


Anda.

3) Hitung pengurang lainnya seperti: Tunjangan Biaya Jabatan 5% & Iuran


Pensiun 5% dari penghasilan bruto, catatan: Tunjangan Biaya Jabatan
Maksimal Rp6 juta per tahun, dan Tunjangan Iuran Pensiun maksimal 2,4
juta per tahun.

4) Hitung Penghasilan neto Anda: Penghasilan Bruto PTKP Iuran


Jabatan & Pensiun.

5) Kalikan Penghasilan Neto dengan tarif Pajak Penghasilan yang berlaku.

Perpajakan 38
6) Penghitungan teknis

Gaji pokok XXX

Tunjangan, bonus, imbalan bulanan lain XXX

Iuran JKK, JKM, JPK yang dibayar perusahaan XXX

Penghasilan bruto per bulan XXX

(Biaya jabatan) (YYY)

(Iuran dana pensiun, JHT, THT yang dibayar karyawan) (YYY)

Penghasilan neto per bulan {x 12} XXX

Penghasilan nett setahun XXX

(PTKP) (YYY)

Penghasilan Kena Pajak {x Tarif} XXX

Pajak terutang setahun ZZZ

Pajak terutang per bulan (/12 bulan) ZZZ

Penjelasannya:

a) Untuk menghitung PPh Pasal 21, terlebih dahulu dihitung seluruh


penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan,
yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran
teratur lainnya

b) Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan nett sebulan yang


diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan

Perpajakan 39
dengan biaya jabatan, serta iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua,
dan / atau Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai
yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan kepada
BPJ5 Ketenagakerjaan.

c) Selanjutnya dihitung penghasilan nett sebulan dikalikan 12.

d) Hitung pengurang lainnya seperti: Tunjangan Biaya Jabatan 5% &


Iuran Pensiun5% dari penghasilan bruto, catatan: Tunjangan Biaya
Jabatan Maksimal Rp6 juta per tahun, dan Tunjangan Iuran Pensiun
maksimal 2,4 juta per tahun.

e) Selanjutnya dikurangi PTKP

f) Selanjutnya dikalikan dengan tarif pajak penghasilan yang berlaku

Contoh Kasus

1) Tuan sakha bekerja pada perusahaan PT. Pratama dengan memperoleh


gaji sebulan Rp6.000.000,00 pada tahun 2016 dan membayar iuran
pensiun sebesarRp100.000,00. Tuan sakha menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan sakha dari PT
Pratama hanya dari gaji.

Jawaban:

Gaji Rp6.000.000,00

Pengurangan :

a) Biaya jabatan:

5% x Rp6.000.000,00 = Rp500.000,00

b) luran Pensiun = Rp100.000,00

(Rp600.000,00)

Penghasilan nett sebulan Rp5.400.000,00

Perpajakan 40
Penghasilan nett setahun

(12 x Rp5.400.000,00) Rp64.800.000,00

PTKP

- untuk wajib pajak = Rp54.000.000,00

- tambahan karena menikah = Rp 4.500.000,00

Rp58.500.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp6.300.000,00

PPh Pasal21 setahun

5% x Rp6.300.000,00 = Rp315.000,00

PPh Pasal 21 sebulan

Rp315.000,00 :12 = Rp26.250,00

PPH 21 yang dibayar perbulan adalah sebesar Rp26.250,00

Contoh di atas berlaku bagi pegawai yang telah memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP). Apabila pegawai yang bersangkutan belum
mempunyai NPWP, maka jumlah PPh 21 yang harus dipotong pada bulan
Juli adalah sebesar: 120% x Rp26.250,00 = Rp31.500,00

2) Andi pegawai pada Tahun 2016 di perusahaan PT. Antariksa, menikah


tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp10.000.000,00. PT.Antariksa
mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlh
masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji PT.Antariksa menanggung
iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan
Andi membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap
bulan. Disamping itu PT.Antariksa juga mengikuti program pensiun untuk
pegawainya. PT Antariksa membayar iuran pensiun untuk Andi ke dana
pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan,

Perpajakan 41
setiap bulan sebesar Rp100.000,00, sedangkan Andi membayar iuran
pensiun sebesar Rp50.000,00.

Jawaban:

Penghitungan PPh Pasal 21 Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Gaji sebulan 10.000.000

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja

(0.50 % x 10.000.000) 50.000

Premi Jaminan Kematian Kerja

(0.30 % x 10.000.000) 30.000

Jumlah Penghasilan Bruto sebulan 10.080.000

Pengurangan :

Biaya Jabatan

(5 % x 10.080.000, maksimal 500.000) 500.000

Iuran Pensiun 50.000

Iuran Jaminan Hari Tua

(2 % x 10.000.000) 200.000

Jumlah Pengurangan (750.000)

Penghasilan Nettsebulan (10.080.000 750.000)


9.330.000

Penghasilan Nettsetahun

(9.330.000 x 12) 111.960.000

PTKP setahun :

WP sendiri 54.000.000

Perpajakan 42
status Kawin 4.500.000

Jumlah PTKP setahun 58.500.000

Penghasilan Kena Pajak setahun

(111.960.000 58.500.000) 53.460.000

PPh Pasal 21 Terutang :

5 % x 50.000.000 = 2.500.000

15 % x 3.460.000 = 519.000

PPh Pasal 21 Terutang setahun = 3.019.000

PPh Pasal 21 sebulan (3.019.000:12) = 251.583

Contoh di atas berlaku bagi pegawai yang telah memiliki Nomor


Pokok Wajib Pajak (NPWP). Apabila pegawai yang bersangkutan belum
mempunyai NPWP, maka jumlah PPh 21 yang harus dipotong pada bulan
Juli adalah sebesar: 120% x Rp 251.583,00 = Rp 301.900,00

3) Tuan XYZ bekerja pada PT.ABC sebagai pegawai tetap sejak 1 Januari
2016. Pada bulan Juli Tuan XYZ berhenti bekerja. Tuan XYZ menikah
tetapi belum punya anak. Gaji satu bulan adalah sebesar Rp
18.000.000,00 dan iuran pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar Rp
150.000,00. Berapakah pph 21 Tn XYZ yang dipotong PT ABC selama
tahun 2016?

Jawaban:

Penghitungan PPh Pasal 21 tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Gaji sebulan = Rp 18.000.000,00

Pengurangan :

a) Biaya Jabatan = 5% x Rp 18.000.000,00 (maks 500.000)


= Rp500.000,00

Perpajakan 43
b) Iuran Pensiun = Rp 150.000,00

Total pengurangan = Rp650.000,00

Penghasilan neto sebulan = Rp18.000.000,00 - Rp650.000,00

= Rp 17.350.000,00

Penghasilan neto setahun = 6 x Rp17.350.000,00

= Rp 104.100.000,00

PTKP :

a. Untuk WP sendiri = Rp 54.000.000,00

b. Tambahan WP kawin = Rp 4.500.000,00

Total PTKP = Rp 58.500.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun

=Rp104.100.000,00-Rp58.500.000,00= Rp 45.600.000,00

PPh Pasal 21 terutang = 5% x Rp45.600.000,00 = Rp 2.280.000,00

PPh Pasal 21 sebulan = Rp 2.280.000 : 6 = Rp 380.000,00

PPh Pasal 21 yang dibayarkan oleh Tuan XYZ selama tahun 2016 adalah
6 bulan dikali Rp.380.000= Rp. 2.280.000

4) Soal Perhitungan PPh 21 dipertengahan tahun:

Tuan XYZ bekerja di PT.ABC sebagai pegawai tetap sejak 1 September


2016. Tuan XYZ menikah tetapi belum punya anak. Gaji satu bulan
adalah sebesar Rp18.000.000,00 dan iuran pensiun yang dibayar tiap
bulan sebesar Rp150.000,00. Penghitungan PPh Pasal21 tahun 2016
adalah sebagai berikut :

Perpajakan 44
Jawaban:

Gaji satu bulan = Rp 18.000.000,00

Pengurangan :

a) Biaya Jabatan

5% x Rp18.000.000,00 (maks 500.000) = Rp500.000,00

b) Iuran Pensiun = Rp150.000,00

Total Pengurangan = Rp650.000,00

Penghasilan nett satu bulan

= Rp18.000.000,00 - R 650.000,00 = Rp17.350.000,00

Penghasilan nett setahun

= 4 x Rp17.350.000,00 = Rp 69.400.000,00

PTKP :

a) Untuk WP sendiri = Rp 54.000.000,00

b) Tambahan WP kawin = Rp 4.500.000,00

Total PTKP = Rp 58.500.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun

= Rp69.400.000,00-Rp58.500.000,00= Rp 10.900.000,00

PPh Pasal 21 terutang

5% x Rp10.900.000,00 = Rp 545.000,00

PPh Pasal21 sebulan

Rp 545.000 : 4 = Rp 136.250,00

Perpajakan 45
5) Tuan XYZ yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT.ABC.
Sejak 1 November 2016 pindah kerja pada PT.DEF. Gaji XYZ pada waktu
bekerja pada PT.ABC adalah sebesar Rp7.500.000,00 dan naik menjadi
Rp9.000.000,00 setelah bekerja pada PT.DEF. Pada kedua perusahaan
tersebut Tuan XYZ membayar iuran pensiun sebulan sejumlah
Rp100.000,00.

Jawaban:

PPh Pasal 21 yang dipotong oleh PT. ABC

Gaji (Januari s.d Oktober)

Rp7.500.000,- X 10 =Rp75.000.000,-

Pengurang :

Biaya Jabatan = Rp5.000.000,-

(5%xRp.75.000.000 = Rp3.750.000

yang diperkenankan Rp.500.000/bulan)

Iuran Pensiun = Rp1.000.000,-

(10 Bulan x Rp. 100.000)

Total Pengurang ( Rp6.000.000,-)

Penghasilan Neto selama 10 Bulan

Rp69.000.000,-

PTKP(TK/0) ( Rp54.000.000,-)

Penghasilan KenaPajak Rp15.000.000

PPh Pasal21 Terutang :

5% x Rp15.000.000 = Rp750.000

PPH Pasal 21 bulan Januari Oktober :

(Rp 750.000,- : 12)x 10 bulan Rp.625.000

PPh Yang telah dipotong Rp.625.000,-

Perpajakan 46
PPh Pasal 21 Yang Kurang dipotong Nihil

PPh Pasal 21 Yang dipotong oleh PT. DEF

Gaji

(Nopember s.d Desember)= Rp9.000.000,- X 2 = Rp. 18.000.000,-

Pengurang :

Biaya Jabatan Rp. 1.000.000,-

(5% x Rp. 18.000.000 = Rp. 900.000

yang diperkenankan Rp. 500.000/bulan)

(2 Bulan x Rp500.000,-)

Iuran Pensiun Rp200.000,-

(2 Bulan x Rp100.000)

Total Pengurang (Rp1.200.000,-)

Penghasilan Neto selama 2 Bulan Rp16.900.000,

Penghasilan Neto dari PT. ABC Rp. 69.000.000,-

Total Penghasilan setahun Rp. 85.900.000,-

PTKP (TK/0) (Rp. 54.000.000,-)

Penghasilan Kena Pajak Rp. 31.900.000,-

PPh Pasal 21 Terutang Rp. 1.595.000,-

PPh Pasal 21 yang sudah dipotong (Rp. 625.000,-)

PPh Pasal 21 yang kurang dipotong Rp.970.000

Perpajakan 47
4. Tarif Potongan Pada Pajak Penghasilan (PPh) bagi Karyawan/Pegawai
(Penerima Penghasilan) yang Tidak Memiliki NPWP
59
Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk
setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya
jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Ke

Sebelum kita masuk pada materi tarif potongan pada Pajak Penghasilan
(PPh) mari kita bahas terlebih dahulu menge 60
Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) kepada setiap Wajib Pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan, yang digunakan sebagai identitas dalam melaksanakan hak dan
kewajiban pe embuat NPWP memberi pengaruh
terhadap perhitungan PPh 21. Bagi karyawan/pekerja yang tidak memiliki NPWP
akan tetap wajib membayar PPh 21 selama masih menerima gaji atau
pendapatan, namun nilainya akan berbeda dengan karyawan/pekerja yang
sudah memiliki NPWP.
61
Sesuai dengan Pasal 21 ayat (5a) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 yang berbunyi: Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang
diterapkan terhadap WP yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 20% daripada
tarif yang diterapkan terhadap WP yang dapat me
62
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Nomor: PER-
16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, pada Bab VII Pasal 20 disebutkan Tarif
pemotongan PPh Pasal 21 bagi penerima penghasilan yang tidak mempunyai
NPWP adalah: [1] Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang
tidak memiliki NPWP, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih
tinggi 20% daripada tarif yang ditetapkan terhadap WP yang memiliki NPWP, [2]
Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

59
Ibid.
60
Ibid.
61
Ibid.
62
Ibid.

Perpajakan 48
adalah sebesar 120% dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam
hal yang bersangkutan me

Pada penerimaan penghasilan yang tidak memiliki NPWP,


bendahara pemerintah melakukan pemotongan PPh Pasal 21
dengan tarif 20% (dua puluh persen) lebih tinggi dari tarif PPh
untuk Pegawai yang memiliki NPWP (Tarif PPh yang dijelaskan
dalam Bagian E).

Dalam hal penerima penghasilan yang telah dipotong dengan


tarif lebih tinggi tersebut telah memiliki NPWP, maka selisih tarif
sebesar 20% (dua puluh persen) tersebut tetap diperhitungkan
sebagai pajak yang telah dibayar untuk bulan setelah penerima
penghasilan memiliki NPWP. Sebagai ilustrasi, Albani telah
berstatus CPNS sejak bulan Mei 2016 namun baru memiliki
NPWP sejak bulan Agustus 2016. Selisih PPh Pasal 21 yang telah
dipotong menggunakan tarif 20% (dua puluh persen) lebih tinggi
untuk bulan Mei sampai dengan Juli 2016 sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus
ribu rupiah). Selisih Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)
diperhitungkan sebagai kredit pajak untuk pemotongan PPh
Pasal 21 mulai bulan Agustus 2016 dan bulan selanjutnya dalam
hal masih terdapat kredit pajak.

C. LATIHAN SOAL/TUGAS
Untuk mengetahui apakah Anda telah mampu Dapat menghitung pajak
penghasilan 21 untuk pegawai tetap dengan baik dan menerapkan dalam
perusahaan, kerjakan latihan berikut:

a. Uraikanlah beberapa pengertian pajak, pengertian penghasilan, dan pengertian


pajak penghasilan yang anda ketahui dengan cermat!

b. Sebutkan dasar hukum dari pajak penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi!

c. Tn. Sakha menikah dengan mempunyai 1 orang anak dan bekerja pada PT.
Pratama dengan gaji Rp21.000.000 per bulan. Perusahaan tersebut mengikuti
program Jamsostek, Premi asuransi kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi

Perpajakan 49
kematian 1% dari gaji. Sedangkan iuran pensiun sebesar 5% dan iuran JHT
sebesar 3% ditanggung karyawan. Hitunglah PPh pasal 21 Tn. sakha?

d. Abayomi sudah menikah tanpa anak, merupakan pegawai PT.Pratama


memperoleh gaji sebulan Rp13.000.000,00. PT.Pratama sendiri mengikuti
program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan
Kematian yang dibayar pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan
0,30% dari gaji. Selain itu, PT. Pratama juga menanggung iuran Jaminan Hari Tua
setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Abayomi membayar iuran
Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT. Pratama
mengikuti program pensiun untuk pegawainya dimana pembayarannya setiap
bulan sebesar Rp100.000,00 untuk Abayomi ke dana pensiun, yang pendiriannya
disahkan oleh Menteri Keuangan. Sedangkan Abayomi membayar iuran pensiun
sebesar Rp50.000,00.Hitung PPH 21 perbulannya!

e. Tuan Alif yang berstatus menikah dan mempunyai satu anak adalah pegawai pada
PT. Pratama. Sejak 1 Nopember 2016 pindah kerja pada PT. Latif. Gaji Alif pada
waktu bekerja pada PT.Pratama adalah sebesar Rp 12.500.000,00 dan naik
menjadi Rp 15.000.000,00 setelah bekerja pada PT. Latif. Pada kedua perusahaan
tersebut Tuan Alif membayar iuran pensiun sebulan sejumlah Rp 250.000,00.
Hitung PPH 21 yang dipotong oleh PT. Pratama dan PT.Latif!

D. REFERENSI

Perbendaharaan Dan Kas Negara Untuk Memungut, Menyetor Dan


Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang

KeMenKeu RI No. 563/KMK.03/2003 84 (2003): 487 492.

Abdulkadir Muhammad. Hukum Perdata Indonesia, Bandung. Pengantar Hukum


Indonesia (PHI), 2010.

-
115/Pj./2002 Tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak
-533/Pj/2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran,
Pendataan Dan Penilaian Objek Dan Subjek Pajak Bumi Dan Bangunan

Perpajakan 50
-

-
https://perpajakan.ddtc.co.id/peraturan-pajak/read/surat-edaran-direktur-
jenderal-pajak-se-132pj2010.

Https://Www.Pajak.Go.Id/.

Halim, Abdul, Icuk Rangga Bawono, and Amin Dara. Perpajakan (Konsep, Aplikasi,
Contoh, Dan Studi Kasus) Dasar-Dasar Perpajakan. Penerbit Salemba
Empat. Vol. 7, 2016.

. Perpajakan (Konsep, Aplikasi, Contoh, Dan Studi Kasus) Edisi 3. Penerbit


Salemba Empat. Vol. 7, 2015.

Halim, Abdul, and Syamsul Kusufi. Teori,Konsep, Dan Aplikasi Akuntansi Sektor
Publik. , 2014.

Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial


Accounting Standards). Ikatan Akuntansi Indonesia, 2017.

-Undang No.18 Tah

- Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (2000).

Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 2009, no. 75 (2009).

Keuangan, Kementer
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan
Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan Di Bidang
Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain (2017).

Keuangan, Kementr
jakarta 3, no. 1 (2019): 1 8.

Perpajakan 51
eraturan Kementerian Keuangan (PMK) Nomor

Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2018. Penerbit Andi, 2018.

Menteri Keuangan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Republik


Indonesia Nomor 224/PMK.011/2012. Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents, 2012.

17
September.

Pajak, Direktorat /Jendral. Pajak Pertambahan Nilai. Www.Pajak.Go.Id, 2013.

mor 61 Tahun 2020 Tentang


Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor

ang Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang


Jakarta: Sekertariat Negara (2008).

Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak


Penghasilan Pasal 26 Berhubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan

-Undang (UU) No. 12 Tahun 1994 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak

-U

. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-


Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997, 2000.

Perpajakan 52
-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea

Republik Indonesia. UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan. Www.Dpr.Go.Id, 2007.

Resmi, Siti. Perpajakan: Teori Dan Kasus Edisi Revisi. Salemba Empat, 2016.

Rochmat, Soemitro. Asas Dan Dasar Perpajakan. PT. Eresco. Bandung, 2011.

Smith, Adam. The Wealth of Nations The Wealth of Nations. Handbook of Labor
Economics, 1776.

& Pajak Penjualan Atas Barang Mewah


Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet AB, 2020.

Berdasarkan Undang- Indeks (2015).

Undang-Undang Republik Indonesia. Undang-


Perubahan Keempat Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan. Kantor Pajak. Vol. 49, 2008.

Waluyo. Perpajakan Indonesia Buku 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat, 2017.

Perpajakan 53

You might also like