Professional Documents
Culture Documents
Perpajakan - Pert 3
Perpajakan - Pert 3
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi pada pertemuan 3 ini diharapkan mahasiswa
mampu menghitung pajak penghasilan 21 untuk pegawai tetap dengan baik dan
menerapkan dalam perusahaan.
B. URAIAN MATERI
1. Definisi Pegawai Tetap
53
Ibid.
Perpajakan 34
Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk
setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya
jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
54
Penerima penghasilan yang wajib dipotong PPh Pasal 21 oleh
bendahara pemerintah adalah: [1] Pegawai, yaitu PNS (termasuk CPNS),
Pegawai yang diusulkan menjadi CPNS (Pegawai magang), anggota TNI atau
POLRI, Pegawai honorer, dan Pegawai tidak tetap; [2] Bukan Pegawai, yaitu
pihak pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk narasumber acara atau
trainer suatu kegiatan; dan [3] peserta kegiatan yang diadakan oleh instansi
pemerintah atau satuan ke
55
Penerima penghasilan yang berstatus Pegawai dapat dikategorikan
sebagai Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak Tetap dimana dalam ruang lingkup
bendahara pemerintah, Pegawai dapat dikategorikan sebagai Pegawai tetap
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
54
Ibid.
55
Ibid.
Perpajakan 35
Berdasarkan kriteria tersebut, dalam ruang lingkup bendahara
pemerintah, yang dimaksud Pegawai Tetap tidak hanya terbatas Pegawai yang
berstatus sebagai PNS, anggota TNI atau POLRI, dan pejabat negara, termasuk
CPNS, Pegawai yang diusulkan menjadi CPNS (Pegawai magang) dan Pegawai
honorer. Sedangkan contoh Pegawai Tidak Tetap misalnya adalah orang pribadi
yang dikontrak oleh Badan Pusat statistik (BPS) sebagai petugas sensus
penduduk yang dibayar berdasar data penduduk yang berhasil dikumpulkan.
Dasar pengenaan PPh atas penghasilan yang dikenai PPh Pasal 21 yang
tiak bersifat final adalah sebagai berikut:
a. Pegawai Tetap
56
Dasar pengenaan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap adalah
Penghasilan Kena Pajak, yang dihitung dengan cara mengurangi jumlah
penghasilan neto dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), sedangkan
penghasilan neto dihitung dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan
biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah biaya jabatan
maksimal Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp6.000.000,00
(enam juta rupiah) se
56
Ibid.
57
Ibid.
Perpajakan 36
rata-rata sehari telah melebihi Rp 450.000,00 namun akumulasi
penghasilannya dalam sebulan kurang dari Rp4.500.000,00 maka dasar
pengenaan yang akan digunakan adalah berdasarkan PPh Pasal 21 yaitu
dihitung dengan cara jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan jumlah
sebesar Rp450.000,00; [3] apabila Penghasilan dalam sehari atau rata-rata
penghasilan dalam sehari lebih dari
Rp450.000,00 atau akumulasi penghasilannya dalam sebulan
telah lebih dari Rp 4.500.000,00, namun tidak lebih dari
Rp10.200.000,00, maka dasar pengenaan yang akan digunakan adalah
menurut PPh Pasal 21 akan dihitung dengan cara jumlah penghasilan bruto
dikurangi dengan PTKP harian sejumlah hari kerja yang sebenarnya; [4]
apabila dalam hal jumlah penghasilan kumulasi dalam satu bulan kalender
telah melebihi Rp10.200.000,00, maka berdasarkan PPh Pasal 21 akan
dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 7 ayat (1) huruf a Undang - Undang
Pajak Penghasilan atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan;
[5] Sedangkan apabila penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari
tidak melebihi Rp450.000,00 dan akumulasi penghasilannya dalam sebulan
tidak melebihi Rp 4.500.000,00 maka tidak akan dilakukan pemotongan PPh
c. Bukan Pegawai
58
Dasar pengenaan PPh pasal 21 untuk penghasilan yang diterima atau
diperoleh bukan pegawai adalah sebagai berikut:
58
Ibid.
Perpajakan 37
hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan
satu Pemotong PPh Pasal 21;
b. Cara Penghitungan
Perpajakan 38
6) Penghitungan teknis
(PTKP) (YYY)
Penjelasannya:
Perpajakan 39
dengan biaya jabatan, serta iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua,
dan / atau Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai
yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan kepada
BPJ5 Ketenagakerjaan.
Contoh Kasus
Jawaban:
Gaji Rp6.000.000,00
Pengurangan :
a) Biaya jabatan:
5% x Rp6.000.000,00 = Rp500.000,00
(Rp600.000,00)
Perpajakan 40
Penghasilan nett setahun
PTKP
Rp58.500.000,00
5% x Rp6.300.000,00 = Rp315.000,00
Contoh di atas berlaku bagi pegawai yang telah memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP). Apabila pegawai yang bersangkutan belum
mempunyai NPWP, maka jumlah PPh 21 yang harus dipotong pada bulan
Juli adalah sebesar: 120% x Rp26.250,00 = Rp31.500,00
Perpajakan 41
setiap bulan sebesar Rp100.000,00, sedangkan Andi membayar iuran
pensiun sebesar Rp50.000,00.
Jawaban:
Pengurangan :
Biaya Jabatan
(2 % x 10.000.000) 200.000
Penghasilan Nettsetahun
PTKP setahun :
WP sendiri 54.000.000
Perpajakan 42
status Kawin 4.500.000
5 % x 50.000.000 = 2.500.000
15 % x 3.460.000 = 519.000
3) Tuan XYZ bekerja pada PT.ABC sebagai pegawai tetap sejak 1 Januari
2016. Pada bulan Juli Tuan XYZ berhenti bekerja. Tuan XYZ menikah
tetapi belum punya anak. Gaji satu bulan adalah sebesar Rp
18.000.000,00 dan iuran pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar Rp
150.000,00. Berapakah pph 21 Tn XYZ yang dipotong PT ABC selama
tahun 2016?
Jawaban:
Pengurangan :
Perpajakan 43
b) Iuran Pensiun = Rp 150.000,00
= Rp 17.350.000,00
= Rp 104.100.000,00
PTKP :
=Rp104.100.000,00-Rp58.500.000,00= Rp 45.600.000,00
PPh Pasal 21 yang dibayarkan oleh Tuan XYZ selama tahun 2016 adalah
6 bulan dikali Rp.380.000= Rp. 2.280.000
Perpajakan 44
Jawaban:
Pengurangan :
a) Biaya Jabatan
= 4 x Rp17.350.000,00 = Rp 69.400.000,00
PTKP :
= Rp69.400.000,00-Rp58.500.000,00= Rp 10.900.000,00
5% x Rp10.900.000,00 = Rp 545.000,00
Rp 545.000 : 4 = Rp 136.250,00
Perpajakan 45
5) Tuan XYZ yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT.ABC.
Sejak 1 November 2016 pindah kerja pada PT.DEF. Gaji XYZ pada waktu
bekerja pada PT.ABC adalah sebesar Rp7.500.000,00 dan naik menjadi
Rp9.000.000,00 setelah bekerja pada PT.DEF. Pada kedua perusahaan
tersebut Tuan XYZ membayar iuran pensiun sebulan sejumlah
Rp100.000,00.
Jawaban:
Rp7.500.000,- X 10 =Rp75.000.000,-
Pengurang :
(5%xRp.75.000.000 = Rp3.750.000
Rp69.000.000,-
PTKP(TK/0) ( Rp54.000.000,-)
5% x Rp15.000.000 = Rp750.000
Perpajakan 46
PPh Pasal 21 Yang Kurang dipotong Nihil
Gaji
Pengurang :
(2 Bulan x Rp500.000,-)
(2 Bulan x Rp100.000)
Perpajakan 47
4. Tarif Potongan Pada Pajak Penghasilan (PPh) bagi Karyawan/Pegawai
(Penerima Penghasilan) yang Tidak Memiliki NPWP
59
Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk
setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya
jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Ke
Sebelum kita masuk pada materi tarif potongan pada Pajak Penghasilan
(PPh) mari kita bahas terlebih dahulu menge 60
Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) kepada setiap Wajib Pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan, yang digunakan sebagai identitas dalam melaksanakan hak dan
kewajiban pe embuat NPWP memberi pengaruh
terhadap perhitungan PPh 21. Bagi karyawan/pekerja yang tidak memiliki NPWP
akan tetap wajib membayar PPh 21 selama masih menerima gaji atau
pendapatan, namun nilainya akan berbeda dengan karyawan/pekerja yang
sudah memiliki NPWP.
61
Sesuai dengan Pasal 21 ayat (5a) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 yang berbunyi: Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang
diterapkan terhadap WP yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 20% daripada
tarif yang diterapkan terhadap WP yang dapat me
62
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Nomor: PER-
16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, pada Bab VII Pasal 20 disebutkan Tarif
pemotongan PPh Pasal 21 bagi penerima penghasilan yang tidak mempunyai
NPWP adalah: [1] Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang
tidak memiliki NPWP, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih
tinggi 20% daripada tarif yang ditetapkan terhadap WP yang memiliki NPWP, [2]
Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
59
Ibid.
60
Ibid.
61
Ibid.
62
Ibid.
Perpajakan 48
adalah sebesar 120% dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam
hal yang bersangkutan me
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
Untuk mengetahui apakah Anda telah mampu Dapat menghitung pajak
penghasilan 21 untuk pegawai tetap dengan baik dan menerapkan dalam
perusahaan, kerjakan latihan berikut:
b. Sebutkan dasar hukum dari pajak penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi!
c. Tn. Sakha menikah dengan mempunyai 1 orang anak dan bekerja pada PT.
Pratama dengan gaji Rp21.000.000 per bulan. Perusahaan tersebut mengikuti
program Jamsostek, Premi asuransi kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi
Perpajakan 49
kematian 1% dari gaji. Sedangkan iuran pensiun sebesar 5% dan iuran JHT
sebesar 3% ditanggung karyawan. Hitunglah PPh pasal 21 Tn. sakha?
e. Tuan Alif yang berstatus menikah dan mempunyai satu anak adalah pegawai pada
PT. Pratama. Sejak 1 Nopember 2016 pindah kerja pada PT. Latif. Gaji Alif pada
waktu bekerja pada PT.Pratama adalah sebesar Rp 12.500.000,00 dan naik
menjadi Rp 15.000.000,00 setelah bekerja pada PT. Latif. Pada kedua perusahaan
tersebut Tuan Alif membayar iuran pensiun sebulan sejumlah Rp 250.000,00.
Hitung PPH 21 yang dipotong oleh PT. Pratama dan PT.Latif!
D. REFERENSI
-
115/Pj./2002 Tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak
-533/Pj/2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran,
Pendataan Dan Penilaian Objek Dan Subjek Pajak Bumi Dan Bangunan
Perpajakan 50
-
-
https://perpajakan.ddtc.co.id/peraturan-pajak/read/surat-edaran-direktur-
jenderal-pajak-se-132pj2010.
Https://Www.Pajak.Go.Id/.
Halim, Abdul, Icuk Rangga Bawono, and Amin Dara. Perpajakan (Konsep, Aplikasi,
Contoh, Dan Studi Kasus) Dasar-Dasar Perpajakan. Penerbit Salemba
Empat. Vol. 7, 2016.
Halim, Abdul, and Syamsul Kusufi. Teori,Konsep, Dan Aplikasi Akuntansi Sektor
Publik. , 2014.
- Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (2000).
Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 2009, no. 75 (2009).
Keuangan, Kementer
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan
Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan Di Bidang
Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain (2017).
Keuangan, Kementr
jakarta 3, no. 1 (2019): 1 8.
Perpajakan 51
eraturan Kementerian Keuangan (PMK) Nomor
17
September.
-U
Perpajakan 52
-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea
Republik Indonesia. UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan. Www.Dpr.Go.Id, 2007.
Resmi, Siti. Perpajakan: Teori Dan Kasus Edisi Revisi. Salemba Empat, 2016.
Rochmat, Soemitro. Asas Dan Dasar Perpajakan. PT. Eresco. Bandung, 2011.
Smith, Adam. The Wealth of Nations The Wealth of Nations. Handbook of Labor
Economics, 1776.
Waluyo. Perpajakan Indonesia Buku 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat, 2017.
Perpajakan 53