Professional Documents
Culture Documents
Bagian e Apresiasi Dan Inovasi PDF Free
Bagian e Apresiasi Dan Inovasi PDF Free
BAGIAN E
APRESIASI DAN INOVASI
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap tumbuh dan a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan
berkembangnya perumahan kumuh yang tinggi;
dan permukiman kumuh baru b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan
mencakup: utilitas umum;
c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan
utilitas umum; dan
d. pembangunan rumah, perumahan, dan
permukiman yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah.
Pencegahan dilaksanakan melalui: a. pengawasan dan pengendalian; dan
b. pemberdayaan masyarakat
Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan,
standar teknis, dan kelaikan fungsi melalui
pemeriksaan secara berkala sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan
Pemberdayaan masyarakat Dilakukan terhadap pemangku kepentingan
bidang perumahan dan kawasan permukiman
melalui pendampingan dan pelayanan informasi
PENINGKATAN KUALITAS
Peningkatan kualitas terhadap a. pemugaran;
perumahan kumuh dan b. peremajaan; atau
permukiman kumuh didahului c. pemukiman kembali.
dengan penetapan lokasi
perumahan kumuh dan permuk
iman kumuh dengan pola-pola
penanganan:
Penetapan Lokasi Penetapan lokasi perumahan dan permukiman
kumuh wajib memenuhi persyaratan:
a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi,
dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota;
b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan
lingkungan;
c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan
utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan
tidak membahayakan penghuni;
d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
e. kualitas bangunan; dan
f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
PENINGKATAN KUALITAS
Pemugaran merupakan upaya perbaikan atau dapat pula
dilakukan melalui pembangunan kembali kawasan
permukiman agar menjadi layak huni.
Peremajaan merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi
rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan
hunian yang lebih baik dengan tujuan untuk
melindungi keselamatan dan keamanan penghuni
dan masyarakat sekitar. Untuk meremajakan
suatu kawasan, terlebih dahulu perlu
menyediakan tempat inggal bagi masyarakat yang
terkena dampak.
Peremajaan harus menghasilkan rumah,
perumahan, dan permukiman dengan kualitas
yang lebih baik dari sebelumnya.
Pemukiman Kembali dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting adalah
lokasi yang tidak diperuntukkan bagi kawasan
permukiman menurut RTRW atau merupakan
lokasi yang rawan bencana serta dapat
menimbulkan bahaya bagi orang yang mendiami
kawasan/ lokasi tersebut. Pemukiman kembali
merupakan upaya memindahkan masyarakat dari
lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan
Pemerintah dan pemerintah daerah yang juga
menetapkan lokasi untuk pemukiman kembali
dengan turut melibatkan peran masyarakat
Mengacu pada Undang – Undang No.1 Tahun 2011, upaya peningkatan kualitas
permukiman kumuh pada dasarnya meliputi 4 (empat) tahapan utama yakni pendataan,
penetapan lokasi, pelaksanaan dan pengelolaan sebagaimana yang ditunjukkan pada
gambar berikut .
Gambar E.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut UU No. 1/
2011
Gambar E.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat
Gambar E.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan
Kawasan Permukiman
4) Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)
yang didasari dengan neraca keseimbangan air domestik kota/kabupaten dan
telah mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air
minum;
b. Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan
penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi;
c. Implementasi Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) yang berkualitas melalui
pengarusutamaan SSK dalam proses perencanaan dan penganggaran formal;
d. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di
sektor air minum dan sanitasi.
e. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan
sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta media.
5) Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan
sanitasi melalui sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai
tahap perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal
melalui strategi: Pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sinergi
pengembangan air minum dan sanitasi dengan kegiatan-kegiatan pelestarian
lingkungan hidup dan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta
integrasi pembangunan perumahan dan penyediaan kawasan permukiman
dengan pembangunan air minum dan sanitasi.
Pelaksanaan pelayanan dasar berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala
ketersediaan sumber air baku air minum dan lahan serta dalam rangka
mendukung konektivitas antar wilayah yang mendukung perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi dilaksanakan
melalui (i) pemanfaatan alokasi dana pendidikan untuk penyediaan sarana dan
prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (ii) pemanfaatan alokasi dana
kesehatan baik untuk upaya preventif penyakit dan promosi hygiene dan sanitasi
serta pemanfaatan jaminan kesehatan masyarakat; (iii) penyediaan air minum dan
sanitasi melalui Anggaran Dasar Desa (ADD) serta (iv) sinergi penyediaan air
minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan (TP) untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup, perumahan, dan
pembangunan desa tertinggal.
Tabel E.2 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub bidang Keciptakaryaan
Jenis Pelayanan Target Tahun
No Sasaran Indikator Satuan Cara Mengukur Upaya Pencapaian
Dasar 2019
1 Penyediaan jalan Meningkatnya persentase tingkat kondisi % 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh Setiap Pemerintah Provinsi memiliki alat pengukur
untuk melayani kualitas layanan jalan provinsi baik dan nilai IRI dapat dilakukan menggunakan: (Naasra/ Romdas/ Roughometer) untuk
kebutuhan masyarakat jalan Provinsi sedang. a. Alat (Naasra/ Romdas/ Roughometer) menentukan nilai IRI
b. Metode visual dengan cara menaksir nilai Membina dan menyediakan sumber daya manusia
Road Condition Index (RCI) yang kemudian yang dapat:
dikonversikan ke nilai International a. Melakukan survei kondisi jalan menggu nakan
Roughness Index (IRI) yang dilakukan pada alat Naasra/ Romdas/Roughometer (untuk
kondisi tertentu)* pengukuran menggunakan alat).
b. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nilai RCI
yang selanjutnya dikonversi ke nilai IRI (untuk
pengukuran menggunakan metode visual).
Melakukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan
berkala untuk mencapai da nmempertahankan
kondisi jalan baik dan sedang berdasarkan nilai IRI
2 Penyediaan jalan untuk Tersedianya persentase terhubungnya % 100 Pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi sesuai Setiap Pemerintah Provinsi melakukan
melayani kebutuhan konektivitas wilayah pusat- pusat kegiatan dan pusat yang tercantum pada RTRW Provinsi telah pembangunan/ penambahan ruas jalan yang
masyarakat Provinsi produksi terhubung oleh jaringan jalan menghubungkan pusat-
(konektivitas) di wilayah pusat kegiatan dan pusat produksi yang masih
provinsi belum terhubungkan dengan jaringan jalan.
Percepatan penyelesaian Perda tentang RTRW
Provinsi
Penyediaan jalan untuk Meningkatnya kualitas persentase tingkat kondisi jalan % 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai Setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota memiliki alat
melayani kebutuhan layanan jalan Kab/Kota kabupaten/kota baik dan IRI dapat dilakukan menggunakan: pengukur (Naasra/ Romdas/
masyarakat sedang. alat (Naasra/Romdas/Roughometer) - Roughometer) untuk menentukan nilai IRI
visual dengan cara menaksir nilai Road Membina dan menyediakan sumber daya manusia
Condition Index (RCI) yang kemudian yang dapat:
dikonversikan a. Melakukan survei kondisi jalan menggu nakan
kenilai International Roughness Index(IRI) yang alat Naasra/ Romdas/ Roughometer (untuk
dilakukan pada kondisi tertentu)* pengukuran menggu nakan alat).
b. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nilai RCI
yang selanjutnya dikonversi ke nilai IRI (untuk
pengukuran menggunakan met ode visual).
Melakukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan
berkala untuk mencapai da n mempertahankan
kondisi jalan baik dan sedang berdasarkan nilai IRI
persentase terhubungnya % 100 Setiap Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan
pusat- pusat kegiatan dan pusat pembangunan/ penambahan ruas jalan yang
70%
persentase penduduk yang % 50% Contoh survey; kuesioner; dll.
terlayani si stem
jaringan drainase skala kota
sehingga t idak terjadi
genangan (lebih dari 30 cm,
selama 2 jam) lebih dari 2 kali
setahun
5 Penataan Bangunan Meningkatnya tertib persentase jumlah Izin IMB 60% pendataan
dan Lingkungan pembangunan Mendirikan Ban gunan
bangunan gedung (IMB) yang diterbitkan
6 Penangan Pemukiman Berkurangnya persentase berkurangnya Ha 10% Contoh survey; kuesioner; dll.
Kumuh Perkotaan permukiman kumuh di luasan permukiman kumuh di
perkotaan kawasan perkotaan
7 PenyediaanRuang Meningkatnya persentase tersedianya luasan % 50% survey penertiban area yang direncanakan menjadi RTH;
Terbuka Hijau (RTH) ketersediaan RTH RTH publik sebesar 20% dari penganggaran penyediaan dan pengelolaan RTH
Publik luas wilayah kota/kawasan publik
perkotaan
Keterangan:
1. Apab ila menggunakan alatpengukur ketidakrataan permukaan jalan (Naasra/ Romdas/ Roughometer) hasilnya sudah tidak feasible ( nilai count/ BI > 400)
2. Apab ila situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
3. Apab ila tidak mempunyai kendaraan dan alat survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
Gambar E.4 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan
Kabupaten/Kota
Dalam perwujudannya, kebutuhan akan arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan
penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan ini tidak hanya menjadi tugas
Pemerintah (pusat) melainkan juga menjadi tanggung jawab penuh pemerintah
kabupaten/kota. Sejak berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
telah terjadi transformasi peran pemerintah daerah, yaitu pemerintah daerah menjadi
aktor utama dalam pembangunan daerah, termasuk dalam melaksanakan rencana tata
ruang dan rencana pembangunan yang menjadi induk bagi pembangunan di bidang
permukiman perkotaan. Dengan adanya peran ini, maka arahan kebijakan dan strategi
pencegahan dan penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang dirumuskan
oleh pemerintah daerah harus terpadu dan sinergi dengan rencana tata ruang (RTRW) dan
rencana pembangunan (RPJP dan RPJM).