You are on page 1of 18

USULAN IDENTIFIKASI

TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

BAGIAN E
APRESIASI DAN INOVASI

AMANAT UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN


KAWASAN PERMUKIMAN
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran masyarakat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni
dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi
perumahan dan permukiman. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau setiap orang.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 1
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap tumbuh dan a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan
berkembangnya perumahan kumuh yang tinggi;
dan permukiman kumuh baru b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan
mencakup: utilitas umum;
c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan
utilitas umum; dan
d. pembangunan rumah, perumahan, dan
permukiman yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah.
Pencegahan dilaksanakan melalui: a. pengawasan dan pengendalian; dan
b. pemberdayaan masyarakat
Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan,
standar teknis, dan kelaikan fungsi melalui
pemeriksaan secara berkala sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan
Pemberdayaan masyarakat Dilakukan terhadap pemangku kepentingan
bidang perumahan dan kawasan permukiman
melalui pendampingan dan pelayanan informasi

PENINGKATAN KUALITAS
Peningkatan kualitas terhadap a. pemugaran;
perumahan kumuh dan b. peremajaan; atau
permukiman kumuh didahului c. pemukiman kembali.
dengan penetapan lokasi
perumahan kumuh dan permuk
iman kumuh dengan pola-pola
penanganan:
Penetapan Lokasi Penetapan lokasi perumahan dan permukiman
kumuh wajib memenuhi persyaratan:
a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi,
dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota;
b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan
lingkungan;
c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan
utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan
tidak membahayakan penghuni;
d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
e. kualitas bangunan; dan
f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 2
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

PENINGKATAN KUALITAS
Pemugaran merupakan upaya perbaikan atau dapat pula
dilakukan melalui pembangunan kembali kawasan
permukiman agar menjadi layak huni.
Peremajaan merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi
rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan
hunian yang lebih baik dengan tujuan untuk
melindungi keselamatan dan keamanan penghuni
dan masyarakat sekitar. Untuk meremajakan
suatu kawasan, terlebih dahulu perlu
menyediakan tempat inggal bagi masyarakat yang
terkena dampak.
Peremajaan harus menghasilkan rumah,
perumahan, dan permukiman dengan kualitas
yang lebih baik dari sebelumnya.
Pemukiman Kembali dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting adalah
lokasi yang tidak diperuntukkan bagi kawasan
permukiman menurut RTRW atau merupakan
lokasi yang rawan bencana serta dapat
menimbulkan bahaya bagi orang yang mendiami
kawasan/ lokasi tersebut. Pemukiman kembali
merupakan upaya memindahkan masyarakat dari
lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan
Pemerintah dan pemerintah daerah yang juga
menetapkan lokasi untuk pemukiman kembali
dengan turut melibatkan peran masyarakat

Mengacu pada Undang – Undang No.1 Tahun 2011, upaya peningkatan kualitas
permukiman kumuh pada dasarnya meliputi 4 (empat) tahapan utama yakni pendataan,
penetapan lokasi, pelaksanaan dan pengelolaan sebagaimana yang ditunjukkan pada
gambar berikut .

Gambar E.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut UU No. 1/
2011

Selain itu, UU No.1/2011 juga mengamanatkan bahwa penyelenggaraan perumahan dan


kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat. Terkait hal ini, masing-masing stakeholder memiliki peran,
tugas dan fungsi sesuai dengan kapasitasnya dalam penyelenggaraan kawasan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 3
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

permukiman, termasuk di dalamnya terkait upaya pencegahan dan peningkatan kualitas


permukiman kumuh, sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar E.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat

AMANAT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN


DAERAH
Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman bersifat multisektoral dan
melibatkan banyak pihak. Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan leading sector dalam
pengembangan dan pembangunan kawasan permukiman, namun bukan sebagai pelaku
tunggal. Perlu dipahami bahwa pencapaian target pembangunan merupakan upaya
terpadu dan sinkron dari berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat
maupun swasta.
Dalam penyelenggaraannya, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman
dilakukan secara terdesentralisasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat. Pemerintah (baik pusat maupun daerah) akan lebih
berperan sebagai pembina, pengarah, dan pengatur, agar terus dapat tercipta suasana
yang semakin kondusif. Antara pemerintah dengan pemerintah daerah, juga terdapat
pembagian peran dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengendalian mengacu
pada peraturan perundangan yang berlaku. Disamping itu agar terjadi efisiensi dan
efektivitas dalam pembangunan perumahan dan permukiman, baik di kawasan
perkotaan maupun di kawasan perdesaan, pelaksanaannya harus dilakukan secara
terpadu (baik sektornya, pembiayaannya, maupun pelakunya) dan dilakukan berdasarkan
dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang berlaku. Pembagian peran

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 4
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

dan kewenangan dalam pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman secara


luas, dapat dilihat dalam ilustrasi pada gambar berikut ini.

Gambar E.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan
Kawasan Permukiman

Terkait penanganan permukiman kumuh, undang-undang ini mengamanatkan bahwa


pemerintah pusat dapat turun langsung dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh perkotaan dengan beberapa prasyarat, antara lain:
1. Kawasan permukiman kumuh berada pada lingkup Kawasan Strategis Nasional (KSN);
dan
2. Kawasan permukiman kumuh memiliki luas minimal 15 Ha.
Secara rinci pembagian urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota untuk sub urusan kawasan permukiman serta perumahan dan
kawasan permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel E.1 Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh
SUB PEMERINTAH PEMERINTAH
No PEMERINTAH PROVINSI
URUSAN PUSAT KAB/KOTA
1 Kawasan a. Penetapan sistem Penataan dan peningkatan kualitas a. Penerbitan izin
Permukiman kawasan permukiman. kawasan permukiman kumuh pembangunan dan
dengan luas 10 (sepuluh) ha pengembangan kawasan
sampai dengan di bawah 15 (lima permukiman.
belas) ha.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 5
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

SUB PEMERINTAH PEMERINTAH


No PEMERINTAH PROVINSI
URUSAN PUSAT KAB/KOTA
b. Penataan dan b. Penataan dan peningkatan
peningkatan kualitas kualitas kawasan permukiman
kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah 10
kumuh dengan luas 15 (lima (sepuluh) ha.
belas) ha atau lebih.
2 Perumahan --- --- Pencegahan perumahan
dan Kawasan dan kawasan
Permukiman permukiman kumuh pada
Kumuh Daerah kabupaten/kota.
Sumber: Lampiran UU No.23/2014

A. Agenda Pembangunan Nasional terkait Permukiman Kumuh


Agenda Pembangunan Nasional yang berkaitan dengan Permukiman Kumuh termasuk
ke dalam agenda keenam yaitu Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di
Pasar Internasional dengan sub agenda Membangun Infrastruktur / Prasarana Dasar.
Pembangunan Infrastruktur/Prasarana Dasar meliputi air minum, sanitasi, perumahan
dan ketenagalistrikan dengan sasaran sebagai berikut:
1) Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga
berpenghasilan rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga
melalui bantuan stimulan perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga dan
pembangunan rusunawa untuk 514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas
hunian sebanyak 9,6 juta rumah tangga dalam pencapaian pengentasan kumuh 0
persen (pengurangan luasan permukiman kumuh sebanyak 38431 Ha).
2) Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia
melalui (1) pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan
MBR, 2.144 Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan 28
regional; (2) Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit;
(3) Fasilitasi optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota metropolitan
dan kota besar; (4) Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota
sedang dan kota kecil; (5) Fasilitasi business to business di 315 PDAM; (6) Fasilitasi
restrukturisasi utang 394 PDAM; (6) Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi
253 PDAM, penurunan jumlah PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan
penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14 PDAM.
3) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik,
sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan
dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan
penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (melayani
33,9 juta jiwa), penambahan pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab
(melayani 2,99 juta jiwa), serta peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan
melalui pembangunan IPLT di 409 kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana
pengelolaan persampahan dengan pembangunan TPA sanitary landfill di 341
kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di
112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 6
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman; serta (iv)


kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507
kota/kab seluruh Indonesia.
4) Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan
perkotaan melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan
fasilitasnya di 9 kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan
prasarana di 1.600 lingkungan permukiman, serta peningkatan keswadayaan
masyarakat di 55.365 kelurahan.
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur dan Sarana Dasar
1) Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang
layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana,
dan utilitas yang memadai melalui strategi:
a. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam
menyediakan hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian.
Penyediaan hunian baru (sewa/milik) dilakukan melalui pengembangan
sistem pembiayaan perumahan nasional yang efektif dan efisien termasuk
pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro perumahan swadaya,
bantuan stimulan, memperluas program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan, serta integrasi tabungan perumahan dalam sistem jaminan sosial
nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui
penyediaa n prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret,
serta bantuan stimulan dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk
penanganan permukiman kumuh yang berbasis komunitas.
b. Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan
pembangunan perumahan melalui: i) penguatan kapasitas pemerintah dan
pemerintah daerah dalam memberdayakan pasar perumahan dengan
mengembangkan regulasi yang efektif dan tidak mendistorsi pasar; ii)
penguatan peran lembaga keuangan (bank/non-bank ); serta iii) revitalisasi
Perum Perumnas menjadi badan pelaksana pembangunan perumahan
sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan.
c. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan
penyediaan perumahan untuk MBR melalui: i) peningkatan ekuitas Bank
Tabungan Negara (BTN), Perum Perumnas, dan Sarana Multigriya Finansial
(SMF) melalui Penyertaan Modal Negara (PMN); ii) mendorong BTN menjadi
bank khusus perumahan, serta iii) melakukan perpanjangan Peraturan
Presiden tentang SMF terkait penyaluran pinjaman kepada penyalur Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber pendanaan dari pasar modal dengan
dukungan pemerintah.
d. Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di
perkotaan melalui fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah susun
milik serta pengembangan instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 7
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

seperti konsolidasi lahan (land consolidation), bank tanah (land banking),


serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah terlantar, dan tanah wakaf.
e. Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta
pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).
f. Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan
penyediaan dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan sanitasi
menjadi infrastruktur bingkai bagi terciptanya hunian yang layak.
2) Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran
sumber daya air domestik melalui strategi:
a. Jaga Air, yakni strategi untuk mengarusutamakan pem-bangunan air minum
yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan
keterjangkauan) serta mening - katkan kesadaran masyarakat akan hygiene
dan sanitasi.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air
melalui upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah
resapan air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai
sumber air baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga
(biopori dan penampung air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta
pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20
persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat
penyelenggara dan skala kota.
d. Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telah terpakai
melalui pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang
air yang telah dipergunakan (water reclaiming).
3) Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik di
perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan
pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui strategi :
a. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan
sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost
recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP).
Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan
sanitasi juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan
dalam rangka pemenuhan full cost recovery.
b. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan,
pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.
c. Rehabilitasi dan optimalisasi sarana dan prasarana air minum dan sanitasi
yang ada saat ini dan peningkatan pemenuhan pelayanan sarana sanitasi
komunal.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 8
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

4) Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)
yang didasari dengan neraca keseimbangan air domestik kota/kabupaten dan
telah mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air
minum;
b. Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan
penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi;
c. Implementasi Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) yang berkualitas melalui
pengarusutamaan SSK dalam proses perencanaan dan penganggaran formal;
d. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di
sektor air minum dan sanitasi.
e. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan
sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta media.
5) Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan
sanitasi melalui sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai
tahap perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal
melalui strategi: Pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sinergi
pengembangan air minum dan sanitasi dengan kegiatan-kegiatan pelestarian
lingkungan hidup dan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta
integrasi pembangunan perumahan dan penyediaan kawasan permukiman
dengan pembangunan air minum dan sanitasi.
Pelaksanaan pelayanan dasar berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala
ketersediaan sumber air baku air minum dan lahan serta dalam rangka
mendukung konektivitas antar wilayah yang mendukung perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi dilaksanakan
melalui (i) pemanfaatan alokasi dana pendidikan untuk penyediaan sarana dan
prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (ii) pemanfaatan alokasi dana
kesehatan baik untuk upaya preventif penyakit dan promosi hygiene dan sanitasi
serta pemanfaatan jaminan kesehatan masyarakat; (iii) penyediaan air minum dan
sanitasi melalui Anggaran Dasar Desa (ADD) serta (iv) sinergi penyediaan air
minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan (TP) untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup, perumahan, dan
pembangunan desa tertinggal.

PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS


TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
A. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang
digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh dan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 9
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

permukiman kumuh. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi


kriteria kekumuhan ditinjau dari:
1) Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Bangunan Gedung mencakup:
a. Ketidakteraturan Bangunan
Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada
perumahan dan permukiman:
 tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR), yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan
tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau
 tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan
dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi
pengaturan blok lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi
lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan
wajah jalan.
b. Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi Yang Tidak Sesuai dengan
Ketentuan Rencana Tata Ruang merupakan kondisi bangunan gedung pada
perumahan dan permukiman dengan:
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau
RTBL; dan/atau
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR,
dan/atau RTBL.
c. Ketidaksesuaian Terhadap Persyaratan Teknis Bangunan Gedung merupakan
kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang
bertentangan dengan persyaratan:
 pengendalian dampak lingkungan;
 pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, di atas
dan/atau di bawah air, di atas dan/atau di bawah prasarana/sarana umum;
 keselamatan bangunan gedung;
 kesehatan bangunan gedung;
 kenyamanan bangunan gedung; dan
 kemudahan bangunan gedung.
Semua persyaratan di atas secara prinsip semestinya sudah tercantum dalam IMB
atau persetujuan sementara mendirikan bangunan, oleh karena itu penilaian
ketidaksesuaian persyaratan teknis bangunan gedung dapat merujuk pada kedua
dokumen perizinan tersebut.
2) Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan mencakup:
a. Jaringan Jalan Lingkungan Tidak Melayani Seluruh Lingkungan Perumahan
atau Permukiman merupakan kondisi sebagian lingkungan perumahan atau
permukiman tidak terlayani dengan jalan lingkungan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 10
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

b. Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk merupakan kondisi sebagian atau


seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan.
3) Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air Minum mencakup:
a. Ketidaktersediaan Akses Aman Air Minum merupakan kondisi dimana
masyarakat tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
b. Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum Setiap Individu Sesuai Standar
Yang Berlaku merupakan kondisi dimana kebutuhan air minum masyarakat
dalam lingkungan perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal
sebanyak 60 liter/orang/hari.
4) Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan
a. Drainase Lingkungan Tidak Mampu Mengalirkan Limpasan Air Hujan Sehingga
Menimbulkan Genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase
lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan
genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi
lebih dari 2 kali setahun.
b. Ketidaktersediaan Drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier
dan/atau saluran lokal tidak tersedia.
c. Tidak Terhubung dengan Sistem Drainase Perkotaan merupakan kondisi
dimana saluran lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya
sehingga menyebabkan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan.
d. Tidak Dipelihara Sehingga Terjadi Akumulasi Limbah Padat dan Cair di
dalamnya merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak
dilaksanakan baik berupa:
 pemeliharaan rutin; dan/atau
 pemeliharaan berkala.
e. Kualitas Konstruksi Drainase Lingkungan Buruk merupakan kondisi dimana
kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material
pelapis atau penutup atau telah terjadi kerusakan.
5) Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah mencakup:
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai dengan Standar Teknis Yang
Berlaku merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan
perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu
terdiri dari kakus/kloset yang terhubung dengan tangki septik baik secara
individual/domestik, komunal maupun terpusat.
b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan
teknis merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada
perumahan atau permukiman dimana:
 kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik;atau
 tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat.
6) Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan mencakup:

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 11
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis


merupakan kondisi dimana prasarana dan sarana persampahan pada
lingkungan perumahan atau permukiman tidak memadai sebagai berikut:
 tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau
rumah tangga;
 tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle)
pada skala lingkungan;
 gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan
 tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan.
b. Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan
perumahan atau permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 pewadahan dan pemilahan domestik;
 pengumpulan lingkungan;
 pengangkutan lingkungan; dan
 pengolahan lingkungan.
c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan
sehingga terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air
bersih, tanah maupun jaringan drainase merupakan kondisi dimana
pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan tidak
dilaksanakan baik berupa:
 pemeliharaan rutin; dan/atau
 pemeliharaan berkala.
7) Kriteria kekumuhan ditinjau dari proteksi kebakaran mencakup ketidaktersediaan
sebagai berikut:
a. Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan
teknis merupakan kondisi dimana tidak tersedianya:
 pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai,
sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air,
mobil tangki air dan hidran);
 jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan
pemadam kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran di
lokasi;
 sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai untuk
pemberitahuan terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat maupun
kepada Instansi Pemadam Kebakaran; dan/atau data tentang sistem
proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses.
b. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan
teknis merupakan kondisi dimana tidak tersedianya sarana proteksi
kebakaran yang meliputi:
 Alat Pemadam Api Ringan (APAR);

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 12
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

 kendaraan pemadam kebakaran;


 mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau
 peralatan pendukung lainnya.

PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG


PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.1 tahun 2014 tentang standar
pelayanan minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, diamanatkan bahwa
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah, dimana dalam hal ini pemerintah
daerah bertanggung jawab atas penurunan kawasan permukiman kumuh sebanyak 10%.
Beberapa ketentuan SPM bidang keciptakaryaan yang terkait dengan upaya pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dapat dijelaskan pada tabel-tabel di bawah
ini.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 13
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

Tabel E.2 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub bidang Keciptakaryaan
Jenis Pelayanan Target Tahun
No Sasaran Indikator Satuan Cara Mengukur Upaya Pencapaian
Dasar 2019
1 Penyediaan jalan Meningkatnya persentase tingkat kondisi % 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh Setiap Pemerintah Provinsi memiliki alat pengukur
untuk melayani kualitas layanan jalan provinsi baik dan nilai IRI dapat dilakukan menggunakan: (Naasra/ Romdas/ Roughometer) untuk
kebutuhan masyarakat jalan Provinsi sedang. a. Alat (Naasra/ Romdas/ Roughometer) menentukan nilai IRI
b. Metode visual dengan cara menaksir nilai Membina dan menyediakan sumber daya manusia
Road Condition Index (RCI) yang kemudian yang dapat:
dikonversikan ke nilai International a. Melakukan survei kondisi jalan menggu nakan
Roughness Index (IRI) yang dilakukan pada alat Naasra/ Romdas/Roughometer (untuk
kondisi tertentu)* pengukuran menggunakan alat).
b. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nilai RCI
yang selanjutnya dikonversi ke nilai IRI (untuk
pengukuran menggunakan metode visual).
Melakukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan
berkala untuk mencapai da nmempertahankan
kondisi jalan baik dan sedang berdasarkan nilai IRI
2 Penyediaan jalan untuk Tersedianya persentase terhubungnya % 100 Pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi sesuai Setiap Pemerintah Provinsi melakukan
melayani kebutuhan konektivitas wilayah pusat- pusat kegiatan dan pusat yang tercantum pada RTRW Provinsi telah pembangunan/ penambahan ruas jalan yang
masyarakat Provinsi produksi terhubung oleh jaringan jalan menghubungkan pusat-
(konektivitas) di wilayah pusat kegiatan dan pusat produksi yang masih
provinsi belum terhubungkan dengan jaringan jalan.
Percepatan penyelesaian Perda tentang RTRW
Provinsi
Penyediaan jalan untuk Meningkatnya kualitas persentase tingkat kondisi jalan % 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai Setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota memiliki alat
melayani kebutuhan layanan jalan Kab/Kota kabupaten/kota baik dan IRI dapat dilakukan menggunakan: pengukur (Naasra/ Romdas/
masyarakat sedang. alat (Naasra/Romdas/Roughometer) - Roughometer) untuk menentukan nilai IRI
visual dengan cara menaksir nilai Road Membina dan menyediakan sumber daya manusia
Condition Index (RCI) yang kemudian yang dapat:
dikonversikan a. Melakukan survei kondisi jalan menggu nakan
kenilai International Roughness Index(IRI) yang alat Naasra/ Romdas/ Roughometer (untuk
dilakukan pada kondisi tertentu)* pengukuran menggu nakan alat).
b. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nilai RCI
yang selanjutnya dikonversi ke nilai IRI (untuk
pengukuran menggunakan met ode visual).
Melakukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan
berkala untuk mencapai da n mempertahankan
kondisi jalan baik dan sedang berdasarkan nilai IRI
persentase terhubungnya % 100 Setiap Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan
pusat- pusat kegiatan dan pusat pembangunan/ penambahan ruas jalan yang

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 14
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

Jenis Pelayanan Target Tahun


No Sasaran Indikator Satuan Cara Mengukur Upaya Pencapaian
Dasar 2019
Penyediaan jalan untuk Tersedianya produksi di wilayah kabupaten/ Pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi sesuai menghubungkan pusat--
melayani kebutuhan konektvitas wilayah kota yang tercantum pada RTRW Kabupaten/ Kota pusat kegiatan dan pusat produksi yang
masyarakat Kab/Kota telah terhubung oleh jaringan jalan. masih belum terhubungkan dengan jaringan jalan
Percepatan penyelesaian Perda tentang RTRW
Kabupaten/ Kota
3 Penyediaan air minum Meningkatnya kualitas persentase penduduk yang % 81,77% Contoh survey; kuesioner; dll.
layanan air minum mendapatkan akses air minum
permukiman perkotaan yang aman
4 Penyediaan sanitasi Meningkatnya kualitas persentase penduduk yang % 60% Contoh survey; kuesioner; dll.
sanitasi (air limbah, terlayani sistem air limbah yang
persa mpahan dan memadai
drainase) persentase pengurangan % 20% Contoh survey; kuesioner; dll.
permukiman perkotaan sampah di perkotaan
persentase pengangkutan % 70% Contoh survey; kuesioner; dll.
sampah
persentase pengoperasian TPA % Contoh survey; kuesioner; dll.

70%
persentase penduduk yang % 50% Contoh survey; kuesioner; dll.
terlayani si stem
jaringan drainase skala kota
sehingga t idak terjadi
genangan (lebih dari 30 cm,
selama 2 jam) lebih dari 2 kali
setahun
5 Penataan Bangunan Meningkatnya tertib persentase jumlah Izin IMB 60% pendataan
dan Lingkungan pembangunan Mendirikan Ban gunan
bangunan gedung (IMB) yang diterbitkan
6 Penangan Pemukiman Berkurangnya persentase berkurangnya Ha 10% Contoh survey; kuesioner; dll.
Kumuh Perkotaan permukiman kumuh di luasan permukiman kumuh di
perkotaan kawasan perkotaan
7 PenyediaanRuang Meningkatnya persentase tersedianya luasan % 50% survey penertiban area yang direncanakan menjadi RTH;
Terbuka Hijau (RTH) ketersediaan RTH RTH publik sebesar 20% dari penganggaran penyediaan dan pengelolaan RTH
Publik luas wilayah kota/kawasan publik
perkotaan
Keterangan:
1. Apab ila menggunakan alatpengukur ketidakrataan permukaan jalan (Naasra/ Romdas/ Roughometer) hasilnya sudah tidak feasible ( nilai count/ BI > 400)
2. Apab ila situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
3. Apab ila tidak mempunyai kendaraan dan alat survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 15
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH


Banyak permasalahan perkotaan yang berakar pada kawasan permukiman, seperti tidak
meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, ketidaktersediaan
lingkungan permukiman yang layak, dan sebagainya yang pada akhirnya berimplikasi pada
terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Permasalahan yang ditimbulkan
dari munculnya kawasan permukiman kumuh seperti lingkungan yang tidak sehat,
pemanfaatan lahan ilegal, dan lain sebagainya tidak hanya berpengaruh terhadap internal
kawasan itu sendiri namun juga terhadap kawasan sekitarnya dan sistem jaringan
infrastruktur perkotaan secara umum.
Belum efektifnya penanganan permukiman kumuh (khususnya dalam konteks perkotaan)
hingga saat ini diakibatkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:
• tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman dan infrastruktur
permukiman perkotaan belum didasarkan pada kebijakan dan strategi pembangunan
yang memadai,tepat, berskala kabupaten/kota, dan berbasis kawasan;
• Belum terdapatnya strategi penanganan dan pentahapan baik dalam tahapan kegiatan
maupun kawasan penanganan pada program penanganan permukiman kumuh skala
kota;
• Kebijakan untuk meningkatkan pembangunan kota kurang memperhatikan kebutuhan
penanganan kawasan kumuh, karena pembangunan kota lebih berfokus pada upaya
peningkatan pertumbuhan perekonomian serta pembangunan infrastruktur skala kota
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat perkotaan secara umum;
• Upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang menjadi tugas
dan wewenang pemerintah daerah (UU No. 1/2011) belum diimbangi dengan
kemampuan pemerintah daerah dalam hal kapasitas SDM dan pembiayaan; dan
• Terdapat ketidaksinkronan antar instansi di daerah dalam menentukan kebijakan
penanganan terutama penentuan lokasi dan bentuk penanganan yang akan dilakukan
pada tahap selanjutnya.
 Berdasarkan permasalahan pembangunan yang ada tersebut, diperlukan beberapa
pertimbangan, antara lain:
• bahwa dalam penanganan permukiman kumuh memerlukan adanya arahan yang jelas
hingga ke tataran teknis operasional dan selaras dengan arah pengembangan
kabupaten/kota;
• bahwa dalam penanganan permukiman kumuh diperlukan arahan yang didasarkan
pada kebutuhan kawasan dan berorientasi pada penanganan akar masalahnya;
• bahwa penanganan permukiman kumuh perlu diselenggarakan secara terpadu dan
berkelanjutan, dengan memuat unsur pencegahan dan peningkatan kualitas
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan
• bahwa dalam pengembangan kabupaten/kota dan kawasan permukiman perkotaan
terdapat kebutuhan untuk merumuskan rencana pencegahan dan peningkatan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 16
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

kualitas permukiman kumuh yang mampu mendukung dan mengintegrasikan seluruh


strategi sektoral yang terkait.
Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka suatu kabupaten/kota sudah
seharusnya memiliki instrumen pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
yang jelas dan komprehensif yang mempertimbangkan semua aspek pembangunan baik
fisik, sosial, ekonomi, investasi, pembiayaan, kelembagaan, maupun partisipasi publik.
Selain itu, instrumen yang dimaksud sebaiknya dapat menjadi acuan bagi penerapan
program penanganan yang ada. Terkait dengan hal ini, program-program yang
diselenggarakan mengacu pada kebutuhan untuk menjawab strategi yang telah
dirumuskan dan skala prioritasnya. Selain itu, program yang dikembangkan dapat
mendukung terwujudnya tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman pada
kota/kabupaten yang bersangkutan secara umum.

Gambar E.4 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan
Kabupaten/Kota

Dalam perwujudannya, kebutuhan akan arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan
penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan ini tidak hanya menjadi tugas
Pemerintah (pusat) melainkan juga menjadi tanggung jawab penuh pemerintah
kabupaten/kota. Sejak berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
telah terjadi transformasi peran pemerintah daerah, yaitu pemerintah daerah menjadi
aktor utama dalam pembangunan daerah, termasuk dalam melaksanakan rencana tata
ruang dan rencana pembangunan yang menjadi induk bagi pembangunan di bidang

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 17
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017
USULAN IDENTIFIKASI
TEKNIS PERUMAHAN KUMUH

permukiman perkotaan. Dengan adanya peran ini, maka arahan kebijakan dan strategi
pencegahan dan penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang dirumuskan
oleh pemerintah daerah harus terpadu dan sinergi dengan rencana tata ruang (RTRW) dan
rencana pembangunan (RPJP dan RPJM).

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR


BAGIAN E - 18
DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN 2017

You might also like