You are on page 1of 3

KHOTBAH PENGHIBURAN

2 KORINTUS 5:8

BERSAMBUNG

SUSPENSE :

LEAD :

Sidang penghiburan yang dikasihi Tuhan.

Pada umumnya, kita yang hadir saat ini, sudah pernah mengalami dampak dari peristiwa
kematian. Nah salah satu dampaknya adalah, bahwa orang yang sedang menghdapi kematian,
biasanya diliputi semacam perasaan kehilangan.

Kita merasa kehilangan hubungan yang sudah terjalin selama ini dengan alm/almh, entah
itu suami, isteri, anak, saudara, sahabt atau para kekasih lainnya. Kita merasakan suatu perasaan
kehilangan yang besar. Kita mentap jenazahnya, dan merasakan bahwa semua hubungan ini akan
segera tamat. Tamatlah sudah semuanya. Selesai.

Ada orang tuaku yang hadir malam ini yang sudah berusia lanjut? Ada? Saya mau bilang,
pada kebanyakan orang berusia lanjut, perasaan kehilangan, bahkan sudah berlangsung beberapa
tahun. Itulah salah satu beban perasaan yang kita tanggung pada masa usia lanjut. Sebagai orang
yang berada dalam usia lanjut, kita telah dan sedang kehilangan banyak hal.

Karena itu, yang masih muda, yang masih produktif pikirkanlah, bahwa Tuhan kasih
umur panjang, kita pun akan menikmati masa usia lanjut. Amin? Amin? Dan ketika masa itupun
datang, ingatlah bahwa kita harus menyadari dan merelakan, bahwa kita kehilangan banyak hal.

Pertama, sudah sejak beberapa tahun lalu, kita kehilangan pekerjaan. Dulu mungkin kita
seorang ibu yang sibuk mengurus rumah tangga, sekarang anak sudah dewasa dan suami sudah
tiada. Apa yang mau diurus? Cucu pak. Kalau usiamu sudah 80-90, sudah sakit-sakitan, apa
masih sanggup jaga cucu?

Atau mungkin dulu kita seorang pasukan aktif, yang tiap pagi berangkat kerja, latihan,
pergi tugas di tempat yang jauh, sekrang tiap hari kita tinggal di rumah. Kita merasa kehilangan
kepuasan kerja. Kita kehilangan fungsi. Kita kehilangan arti. Kita kehilangan jati-diri.

Selanjutnya kita kehilangan perasaan mobilitas atau keleluasaan bergerak. Dulu kita bisa
bepergian kapan saja dan ke mana saja, sekrang kita terpaksa bergantung pada orang lain. Kita
juga kehilangan tenaga. Dulu kita sanggup melakukan ini dan itu, sekarng kita cepat letih.
Penglihatan berkurang. Pendengaran juga berkurang. Kita kehilangan kemampuan. Kita
kehilangan kekuatan.

1
Kita juga kehilangan sumber penghasilan. Dulu tiap bulan mendapat perolehan, sekarang
kita hidup dari uang pensiun.

Berikutnya kita kehilangan memori, padahal kita senang mengenang masa lalu yang kita
banggakan, namun sekarang masa lalu juga mulai hilang.

Yang paling menyedihkan adalah kehilangan orang-orang dekat. Suami atau isteri telah
mendahului kita. Kawan-kawan seorang demi seornag meninggal dunia. Banyak teman sebaya
sudah meninggal, bahkan yang muda pun sudah ada yang mendahului.

Berbagai macam persaan kehilangan itu menimbulkan perasaan bahwa hidup kita sudah
hamper tamat. Ibarat film, begitulah hidup akan tamat. Kematian adalah tamatnya hidup.

Tetapi, benarkah bahwa kemtian berakibat hidup ini tamat? Bagaimana iman Kristen,
bagaimana ALkitab, firman Tuhan berkata mengenai hal ini?

PUNCH LINE :

Inilah yang Tuhan mau kita tahu melalui kesaksian Paulus. Dalam pembacaan kita malam
hari ini, dalam 2 Korintus 5:8, firman Tuhan berkata: ‘tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka
kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.’

Perhatikan dua kata ‘beralih’ dan ‘menetap’.

Pertama, ‘beralih’ menggunakan kata Yunani: εκδημεω ekdemeo (Pengucapan: ek-day-


meh’-o) dari kata ekdemesai, yang menyatakan arti: pergi dari rumah (meninggalkan atau pindah
rumah). Dan kata kedua ‘menetap’ menggunakan kata Yunani: ενδημεω endemeo (Pengucapan:
en-day-meh’-o) dari kata endemesai yang berarti pulang ke rumah.

Yang pertama kata ‘beralih’ atau ekdemesai berarti pergi dari rumah, dan kata ke dua
‘menetap’ atau endemesai berarti pulang ke rumah. Ada pergi dan ada pulang.

Apa artinya ini? Perikop ini mau menjelaskan bahwa kematian itu ibarat sebagai
peralihan dari berada di luar rumah menjadi berada di dalam rumah. Bukankah keberadaan itu
saling bersambung. Apa yang Paulus tulis dalam 2 korintus 5:8 ini merupakan suatu pengakuan
imani bahwa pada waktu kita meninggal dunia, seperti yang dialami oleh orang2 yang kita
kasihi, yang telah mendahului kita, seperti Alm. Bapak Paulus P, maka hidup kita ini tidak
pernah menjadi tamat atau berakhir, melainkan bersambung dengan hidup bersama-sama Kristus.

Karena itu Yesus mengingtkan kita, dengan berkata: ‘Di rumah Bapa-Ku banyak tempat
tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ
untuk menyediakan tempat bagimu.’ (Yoh 14:2).

Yesus pergi….tapi ada sambungannya, kita akan berjumpa kembali di tempat yang
Tuhan persiapkan bagi kita. Di mana? Di rumah Bapa di Sorga. Maka bagi iman Kristen, hidup

2
kita ini adalah hidup yang bersambung. Adapi sambungannya. Persis sinetron, tapi tidak sama
dengan sinetron. Karena hidup orang percaya, tidak berakhir di kematian ini.

Maka pertanyaannya adalah: apa dan bagaimana bentuk persambungannya? Jujur harus
kita katakana, tidak kita tahu. Hal itu bukan urusan kita, melainkan urusan Tuhan. Rincian
kebajikan-Nya tidak usah kita ketahui. Yang kita ketahui adalah bahwa hidup badaniah akan
bersambung dengan hidup rohaniah, dan hidup duniawi akan bersambung dengan hidup sorgawi.
Inilah pengharapan kita. Inilah penghiburan kita. Ini pulalah yang kita nantikan.

Saudara….segenap keluarga yang merasa kehilangan berat, hidup ini..sebenarnya


bersambung. Tadi saya katakan, hidup ini persis sinetron, tapi bukan sinetron. Bu…bu….pernah
nonton sinetron? Bagaimana rasanya menonton film bersambung? Lagi asik-asiknya, seru-
serunya kita menonton, tiba-tiba muncul kata ‘Bersambung’… Kecewa penonton. Tetapi di lain
pihak, bukankah justru ada untungnya? Di mana untungnya? Bahwa film ini masih bersambung
sehingga nanti kita masih dapat menikmati sambungannya. Dan kita merasa, pasti akan lebih
seru lagi. Karena itu, ibu2 biasanya heboh kalau ngompul lalu bahas sambungan sebuah sinetron.
Akan tetapi, seseru-serunya sinteron bersambung ini, seberapa banyak pun episodenya, pasti
ditutup dengan ‘Tammat’. Tapi hidup orang percaya, melampaui film bersambung.

Saudara…..hidup kita melampaui film BERSAMBUNG. Meskipun hidup tampak


terhenti, kisah hidup di dunia sudah TAMMAT, selesai pada waktu kematian, namun sebenarnya
ada sambungannya. Memang, tampaknya terhenti dan itu tentu mengecewakan dan
menyedihkan. Sedang asyik-asyiknya dan seru-serunya tiba-tiba berhenti. Namun berhenti di sini
bukan berarti hilang, sebab semua ini akan disambung lagi. Hidup kita BERSAMBUNG. Kata
terakhir dalam episode hidup orang percaya bukanlah END, TAMAT, melainkan
BERSAMBUNG. Bersambung lagi ‘ke BAB’ berikutnya. Bagimana kisah selanjutnya. Kita
tidak tahu. Yang hanya kita tahu: Yesus berkata: ‘Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika
tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk
menyediakan tempat bagimu.’ (Yoh 14:2).

POWER STATEMENT :

Menutup khutbah ini, saya mau mengajak kita semua menyanyikan 278:1&2 ‘Bila
Sangkakala Menggegap’
1. Bila sangkakala menggegap dan zaman berhenti, fajar baru yang abadi merekah;
bila nanti dibacakan nama orang tertebus, pada saat itu aku pun serta.
Refrein:
Bila nama dibacakan, bila nama dibacakan, bila nama dibacakan,
Pada saat itu aku pun serta.
2. Bila orang yang telah meninggal dalam Tuhannya; dibangkitkan pada pagi mulia
dan berkumpul dalam rumah yang lestari dan megah, pada saat itu aku pun serta.

Amin.

You might also like