Professional Documents
Culture Documents
4.3. Bukti Korespondensi Komunikasi Terapeutik
4.3. Bukti Korespondensi Komunikasi Terapeutik
Selamat sore Bapak/Ibu, saya bermaksud untuk submit jurnal untuk diseleksi agar bisa dimuat dan dipublish
oleh UPNYK. Berikut saya kirimkan jurnal Ilmu Komunikasi yang berjudul: PENGGUNAAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK OLEH PERAWAT UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PASIEN SKIZOFRENIA. Semoga
jurnal dapat diterima dan dipublish oleh UPNYK. Jika ada yang perlu diperbaiki, mohon disampaikan pada email
berikut ini atau melalui nomor 081217241501 (Rosa). Terimakasih atas perhatian dari Bapak/Ibu.
Hormat saya,
Rosa Apriliyanti
--
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712487280646839116&simpl=msg-f%3A1712487… 1/1
PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT
UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PASIEN
SKIZOFRENIA
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai percakapan pada komunikasi terapeutik yang dilakukan
perawat pada pasien yang memiliki penyakit secara psikologis yaitu, skizofrenia. Salah satu cara dalam
meningkatkan konsep diri rendah pasien skizofrenia adalah menggunakan komunikasi terapeutik yang
merupakan bagian dari komunikasi kesehatan. Saat melakukan asuhan keperawatan seperti, komunikasi
terapeutik perawat membutuhkan keterampilan komunikasi yang efektif untuk melaksanakannya secara
efisien. Perawat akan mengambil peran untuk memberikan perawatan, berkoordinasi dan membantu pasien
dalam melakukan aktivitas seharihari dengan tujuan untuk membantu pasien dalam meringangkan
penyakitnya secara psikologis. Maka dari itu, agar terwujudkan komunikasi terapeutik yang efektif, perawat
menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi terapeutik yaitu, kepercayaan (trust), saling menghargai
(respect), hubungan profesional (professional intimacy), empati (empathy) dan kekuatan (power).. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa dalam percakapan saat komunikasi terapeutik masing-masing perawat
memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada giliran bicara (turn-taking), urutan berbicara (sequences),
perbaikan (repair) dan pilihan (preference), selain itu pada penelitian ini juga ditemukan bahwa masing-
masing perawat memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari aspek verbal maupun non verbal dalam
penggunaan 5 komponen pada komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep diri pasien. Dalam
penerapan komunikasi terapeutik komponen kepercayaan adalah komponen yang paling dominan digunakan
oleh perawat untuk meningkatkan konsep diri pasien. Perbedaan penerapan komunikasi terapeutik tersebut
juga dipengaruhi latar belakang perawat, kemampuan perawat dalam komunikasi terapeutik, keterbukaan
pasien dan juga lama durasi perawatan pasien.
1
negatif. Meskipun, lebih memakan waktu dan klien mencapai pemahaman yang lebih baik melalui
membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam komunikasi verbal dan non-verbal. Lebih lanjut,
keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi Sherko (2013) menambahkan bahwa komunikasi
terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif terapeutik menggunakan strategi khusus yang
untuk mempercepat penyembuhan pasien mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
(Donsbach, 2008). Tidak hanya digunakan sebagai dan gagasan yang memiliki tujuan untuk
pemberian perawatan pada pasien fisiologis, mengurangi distress psikologi yang dialami oleh
komunikasi terapeutik juga digunakan pada pasien pasien.
dengan penyakit psikologis seperti skizofrenia. Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa gejala
Skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan negatif dari skizofrenia adalah sulit memulai
yang paling serius dibandingkan dengan gangguan pembicaraan, berkurangnya motivasi, berkurangnya
kejiwaan lainnya. Biasanya terjadi pada akhir masa atensi, dan menarik diri secara sosial akibat
remaja dan sering kali memiliki efek mendalam berkurangnya konsep dan aktualisasi dirinya. Dalam
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang dengan penelitiannya Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa
skizofrenia sering mengalami kesulitan hidup pasien skizofrenia memiliki perasaan tidak berharga,
mandiri dan mengurus diri sendiri, bekerja, dan merasa harga diri rendah, dan tidak berarti yang
memenuhi kewajiban atau melakukan peran lainnya berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
(Mueser & Jeste, 2008, h. 3). Skizofrenia memiliki sendiri dan kemampuan dirinya. Maka dari itu,
gejala negatif seperti delusi atau waham, halusinasi, penting dilakukan komunikasi terapeutik kepada
kekacauan pikiran, menyimpan rasa kecurigaan pasien skizofrenia untuk meningkatkan konsep diri
terhadap sesuatu. Penderita skizofrenia juga kerap dengan tujuan mengurangi gejala negatif
kali mengalami perubahan sensori persepsi, skizofrenia.
merasakan sensasi palsu berupa suara dan Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat
penglihatan (Damayanti, 2016). membantu pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Oktober mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
2019, data rekam medis RSJ Dr. Radjiman negatif. Meskipun, lebih memakan waktu dan
Wediodiningrat menunjukkan sejak tahun 2017 membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam
kunjungan pasien terbanyak datang dari penderita keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi
skizofrenia dengan jumlah 786 pasien, dengan terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif
rincian skizofrenia paranoid sebanyak 146 orang, untuk mempercepat penyembuhan pasien
dan skizofrenia hebefrenik sebanyak 551 orang, dan (Donsbach, 2008).
89 orang penderita skizofrenia tak terinci. Dari data Pasien skizofrenia dengan gejala negatif
rekam medis tersebut, peneliti menentukan fokus memiliki konsep diri rendah. Menurut Rakhmat
penelitian pada perawatan yang dilakukan oleh (2007, h. 99) konsep diri adalah pandangan dan
perawat kepada pasien skizofrenia hebrefrenik yang perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri
memiliki negative symptomps. Fatani (2017) ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis. Lebih
membagi gejala skizofrenia menjadi tiga yaitu, lanjut, Rakhmat (2007, h. 100) menjelaskan terdapat
positive symptomps penderita dengan gejala ini dua komponen tentang konsep diri yaitu, komponen
disebut dengan skizofrenia paranoid. kognitif dan komponen afektif. Pengambilan tema
Penderita skizofrenia dengan negative symptomps, dalam percakapan saat melakukan komunikasi
penderita dengan gejala ini disebut dengan terapeutik yang dilakukan perawat dengan pasien ini
skizofrenia hebefrenik, ditandai dengan kurangnya didasarkan juga pada informasi perawat di RSJ Dr.
motivasi, menarik diri dari dunia sosial, penderita Radjiman Wediodiningrat yang mengatakan bahwa
skizofrenia hebefrenik seringkali susah melakukan dalam komunikasi terapeutik kepada pasien
aktivitas sehari-hari dan susah untuk berinteraksi skizofrenia hebefrenik (negative symptomps)
dengan orang lain. biasanya perawat memberikan topik aspek
Dalam menangani pasien skizofrenia, perawat kejiwaaan, salah satunya adalah meningkatkan
memiliki peranan yang penting. Salah satu cara konsep diri pasien.
menangani pasien dengan skizofrena adalah Dalam meningkatkan konsep diri pasien. Perawat
menggunakan komunikasi terapeutik. Menurut menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi
Pounds (dalam Mulyana, 2016) konsep komunikasi terapeutik yang juga merupakan komponen dalam
terapeutik mengacu pada proses dimana perawat komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi
secara sadar mempengaruhi klien atau membantu
2
interpersonal selain berpusat pada pesan, Kemudian menjadikan perawat sebagai
komunikasi informan, dikarenakan perawat adalah orang yang
interpersonal juga terkait dengan konteks. Appegate lebih sering berhubungan dengan pasien dan juga
dan Delia (dalam Berger, 2014, h.222) mengusulkan keluarga pasien sehingga perawat yang lebih
lima dimensi konteks untuk situasi komunikasi: latar mendominasi dalam proses perawatan dibandingkan
fisik (ruang, lingkungan, dan saluran yang dengan dokter.
digunakan), latar sosial/relasional (misalnya, teman, Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini
pasangan hidup, rekan kerja, terapis, atau tetangga), akan menggunakan metode analisis percakapan
latar instutisional (misalnya, rumah, pekerjaan, (conversation analysis). Palotti (2007) dalam
rumah sakit, sekolah, gereja), latar fungsional bukunya Conversation Analysis: Methodology,
(tujuan utama yang dikejar, misalnya, menyediakan machinery, and application to specific thing,
informasi, membujuk, mendukung, dan latar budaya menjelaskan dan membagi struktur dasar dari
(termasuk suku, kebangsaan, kelas sosial, dan analisis percakapan (conversation analysis) menjadi
golongan lainnya yang relevan). empat bagian yaitu, giliran bicara (turn-taking
Komunikasi interpersonal yang terjadi pada organization), urutan bicara (sequence), pasangan
penelitian ini adalah komunikasi interpersonal yang sepadan (repair), dan preference.
terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia. Dalam penelitian ini conversation analysis
Sebagaimana dalam konteks komunikasi digunakan untuk melihat dinamika dan struktur
interpersonal adalah latar fisik ruang, latar dasar percakapan yang dilakukan oleh perawat dan
sosial/relasional adalah terapis dan pasien, latar pasien saat melakukan komunikasi terapeutik
institusional adalah rumah sakit, dan latar fungsional sebagai bagian dari terapi. Heritage (dalam Palotti,
adalah untuk mendukung pasien skizofrenia yang 2007) menjelaskan bahwa analisis percakapan
dilakukan oleh perawat. Komunikasi interpersonal memandang pembicaraan dan gerakan tubuh bukan
yang terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia di hanya sebagai media untuk berkomunikasi, tetapi
rumah sakit jiwa dengan tujuan untuk pemberian sebagai cara membangun realitas dan hubungan
perawatan disebut dengan komunikasi terapeutik sosial pada dua orang atau lebih
yang merupakan sub-disiplin dari komunikasi Penelitian ini akan mengamati percakapan yang
kesehatan. berlangsung dalam komunikasi terapeutik yang
Sejumlah penelitian terdahulu lain pada dilakukan oleh perawat dan pasien gangguan jiwa
komunikasi terapeutik juga telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perawat
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh membangun dan mempertahankan interaksi dalam
Cerino (2012) yang meneliti teknik komunikasi rangka meningkatkan konsep diri pasien serta
terapeutik untuk pasien yang menderita penyakit penggunaan 5 komponen utama dalam komunikasi
kronis seperti kanker. Penelitian lain dilakukan oleh terapeutik.
Vankatwyk (2006) yang meneliti mengenai Pemilihan lokasi penelitian di RSJ Dr. Radjiman
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh pastor, Wediodiningrat dikarenakan Rumah Sakit Jiwa ini
dan penelitian yang dilakukan oleh Long & Slevin adalah rumah sakit jiwa pertama yang dibangun
(2013) tentang komunikasi terapeutik yang pada zaman penjajahan Belanda di tahun 1902 dan
dilakukan pada pasien demensia. saat ini menjadi RSJ terbesar di Asia Tenggara, jika
Pengambilan tema dalam percakapan saat dibandingkan rumah sakit jiwa yang lain RSJ Dr.
melakukan komunikasi terapeutik yang dilakukan Radjiman Wediodiningrat memiliki jumlah pasien
perawat dengan pasien ini didasarkan juga pada dan fasilitas yang lebih banyak yaitu, 1.200 tempat
informasi perawat di RSJ Dr. Radjiman tidur. Dalam kurun waktu 1942 - 1945, Rumah Sakit
Wediodiningrat yang mengatakan bahwa dalam Jiwa Lawang mengalami penurunan pelayanan,
komunikasi terapeutik kepada pasien skizofrenia karena kurangnya sarana perawatan dan adanya
hebefrenik (negative symptomps) biasanya perawat penyakit menular, jumlah pasien menurun sampai
memberikan topik aspek kejiwaaan, salah satunya 800 orang. Tahun 1947 jumlah pasien : 1.200 orang,
adalah meningkatkan konsep diri pasien. Dari gabungan antara anex Suko dan Rumah Sakit Jiwa
penelitian tersebut juga menjadi rujukan bagi Lawang.
peneliti, memilih Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
Wediodiningrat sebagai tempat penelitian karena di TUJUAN PENELITIAN
rumah sakit jiwa membutuhkan penangan dan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
perawatan pasien yang berbeda dengan rumah sakit penelitian ini adalah untuk mengetahui,
umum yang menangani penderita sakit fisik. menganalisis, menjelaskan dengan conversation
3
analysis bagaimana percakapan dalam komunikasi 3. Perawat yang sudah menangani pasien
terapeutik yang dilakukan perawat untuk skizofrenia, khususnya skizofrenia
meningkatkan konsep diri pasien skizofrenia. hebefrenik yang memiliki negative
symptomps.
4. Informan penelitian terdiri dari pasangan
(couple/pair) yaitu, perawat dan pasien
skizofrenia (one on one).
penelitian ini merujuk pada penelitian CA yang Analisis data adalah proses mengordinasikan
berfokus pada peraturan, struktur dan urutan dalam data ke dalam tipologi satuan, penyusunan satuan,
kategorisasi, dan menjelaskan tentang komponen-
sebuah percakapan. Percakapan yang dimaksud
komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis
adalah percakapan dalam komunikasi terapeutik data (Moleong, 2016).
yang dilakukan 78 oleh perawat dan pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian
Wediodiningrat dengan tujuan untuk meningkatkan conversation analysis (CA). Pendekatan CA
konsep diri pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pada spesifikasi perilaku sosial manusia
mengungkap secara detail bagaimana peraturan, dalam percakapan dan berkomitmen untuk
struktur, dan urutan dalam percakapan saat perawat melakukan pengamatan secara naturalistik. Metode
CA menawarkan penelitian dengan cara deskriptif
melakukan komunikasi terapeutik dengan
yang dikembangkan dengan baik untuk meneliti
menerapkan 5 komponen utama kepada pasien interaksi percakapan dengan prosedur empiris yang
dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri benar untuk mendukung analisisnya (Hoey dan
pasien. Kendrick, 2018)
TEKNIK PEMILIHAN INFORMAN Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
digunakan metode conversation analysis menurut
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan Gabriella Pallotti (2007), dengan tahapan sebagai
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria berikut:
dan aspek tertentu. Beberapa kriteria atau
pertimbangan yang digunakan peneliti dalam 1. Data selection (pemilihan data), Penelitian
CA didasarkan pada data naturalistik, yaitu
pemilihan informan berdasarkan studi pendahuluan
pertukaran yang dilakukan tempat terlepas
yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman dari kebutuhan penelitian untuk mencatat
Wediodiningrat adalah sebagai berikut: dan menganalisis mereka. Ini berarti bahwa
analis percakapan tidak memperoleh data
1. Perawat aktif yang sudah memiliki Surat mereka dari eksperimental, role plays atau
Tanda Registrasi (STR). wawancara namun dengan
2. Perawat yang sudah melakukan profesinya pengamatan/observasi. Maka dari itu,
sebagai perawat di RSJ Dr. Radjiman peneliti mulai dengan memilih bagian hasil
Wediodiningrat selama kurang lebih 2 data yang akan dianalisis yaitu, memilih
hasil data yang berhubungan dengan proses
tahun.
4
komunikasi yang dilakukan perawat dan perawat dikarenakan sebagian besar keluarga dari
pasien skizofrenia untuk meningkatkan perawat I berprofesi sebagai tenaga medis.
konsep diri pasien dengan menerapkan 5
komponen utama dalam komunikasi 2. Perawat A (38 tahun), Perawat A bekerja
terapeutik. menjadi perawat menangani pasien skizofrenia sejak
2. Data transcription (transkrip data), tahun 2006. Namun, sebelumnya perawat A bekerja
transkripsi adalah bagian penting dari sebagai Dosen di salah satu Poltekkes jurusan
melakukan CA. Transkrip terperinci dari Keperawatan di Malang. Setelah itu perawat A
pembicaraan tersebut – dan beberapa kasus mengikuti pemilihan PNS dan menjadi perawat di
berperilaku seperti gerakan atau gerakan – rumah sakit jiwa.
sebelum menganalisis suatu episode
interaksi. Transkrip ini meliputi semua 3. Perawat Y (46 tahun), Perawat Y sudah bekerja
bagian dalam percakapan dari awal dan menangani pasien skizofrenia sejak tahun 1998 dan
akhir ucapan yang tumpang tindih sudah memiliki Surat Tanda Registrasi. Perawat Y
(overlaps), awal yang salah, keraguan, sebelumnya sama sekali tidak memiliki keinginan
suara non-verbal seperti ah, oh, hm, kontur menjadi perawat, hanya ia ingin mewujudkan
intonasi, gerakan tubuh dan pandangan. harapan orang tuanya untuk bersekolah di perguruan
Dalam transkrip data penelitian ini akan tinggi negeri di jurusan kesehatan.
menggunakan simbol dalam analisis
percakapan yang dijelaskan oleh Jefferson Keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti tidak bisa
(dalam Knapp & Anots, 2008). memilih pasien skizofrenia mana yang akan diteliti.
3. Participant viewpoint (sudut pandang Informan perawat dan pasien skizofrenia ditentukan
pelaku), bukan berarti peneliti oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
mengekspresikan diri dengan cara yang Wediodiningrat yang langsung mengarahkan kepada
persis sama seperti yang diamati orang informan di Ruang Melati yang merupakan ruangan
akan ketika menganalisis interaksi yang pasien skizofrenia perempuan dengan perawat
sama, tetapi mereka menempatkan analisis perempuan, sehingga peneliti tidak mendapatkan
mereka pada sudut pandang peserta dalam akses untuk memilih perawat laki-laki maupun
interaksi. Peneliti harus memosikan diri dan pasien skizofrenia laki-laki sebagai informan dalam
mengakui dengan rendah hati bahwa penelitian ini.
interpretasi tidak pernah lepas dari
pengalaman pribadi, kultural, dan historis
informan.
4. Generalisation (generalisasi), CA selalu
HASIL PENELITIAN
dimulai dengan kasus tunggal, mencoba
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
menjelaskan dinamika mereka satu per
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
satu. Berdasarkan proses itu peneliti harus
melakukan percakaap saat terapi dengan pasien,
berusaha memformulasikan beberapa
perawat menggunakan struktur dasar percakapan
pengamatan umum pernyataan atau aturan
sesuai dengan penjelasan Pallotti (2007) tentang
yang sementara dapat ditarik kesimpulan
struktur dasar pada percakapan yaitu, adanya giliran
hal-hal yang sedang diamati.
bicara (turn-taking), urutan bicara (sequence),
perbaikan (repair), pilihan (preference).
GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa giliran
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan bicara (turn-taking) sesuai dengan penjelasan
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria Levinson (dalam Knapp & Antos, 2008) bahwa
dan aspek tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah pergantian tersebut berlangsung secara urut sehingga
ditentukan di atas, informan yang dipilih dan telah didapatkan A-B-A-B-A-B. Dalam giliran bicara
memenuhi kriteria, yaitu: terdapat 3 karakteristik kalimat utama yaitu, kalimat
perintah, kalimat pertanyaan, dan kalimat
1. Perawat I (48 tahun), Perawat I sudah bekerja pernyataan. Masing-masing dari informan memiliki
dari tahun 1993. Sudah memiliki Surat Tanda kalimat perintah, pertanyaan, dan pernyataan yang
Registrasi. Latar belakangnya menjadi seorang berbeda-beda. Selanjutnya, pada penelitian ini juga
ditemukan adanya urutan bicara (sequence), namun
5
dalam penelitian ini perawat Y memiliki urutan Selain itu, penerapan komunikasi terapeutik
bicara (sequence) yang berbeda yaitu, tidak adanya dapat memberi manfaat, tidak hanya untuk klien
pre-invitation atau pre-request berbeda dengan dua tetapi juga untuk perawat, karena keterampilan tidak
perawat yang menjadi informan lainnya. Hal hanya meningkatkan komponen saling percaya
tersebut juga dijelaskan oleh Amri (2011) bahwa dengan pasien, namun lebih yaitu, menghasilkan
pre-sequence lebih banyak digunakan sebagai efektivitas dalam memperoleh tujuan terapi, tetapi
percakapan murni yang formal. Jadi beberapa juga memberi pasien perawatan dan pemenuhan
percakapan terkadang mengandung pre-sequence dalam intervensi keperawatan secara profesional
dengan tujuan untuk menanyakan tentang yang juga dapat meningkatkan profesi perawawat
ketersediaan dan kemungkinan untuk mendapatkan (Damaiyanti, 2008).
informasi.
Penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia
Gambaran umum komunikasi terapeutik di lainnya juga dijelaskan pada penelitian yang
Indonesia dilakukan oleh Kholil & Lubis (2019) yang
mengkaji mengenai penggunaan komunikasi
Komunikasi teraapeutik merupakan salah satu terapeutik di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi di
bagian dari komunikasi kesehatan dan dalam kajian Medan.
ilmu komunikasi juga termasuk dalam komunikasi
interpersonal. Di Indonesia, komunikasi terapeutik Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk melihat
digunakan sebagai alat bagi perawat untuk penggunaan komunikasi terapeutik dengan dokter
mempengaruhi tingkah laku pasien untuk dan pasien dengan penyakit fisiologis kronis. Dalam
mendapatkan keberhasilan dalam intervensi penelitian tersebut ditemukan bahwa implementasi
keperawatan (Stuart & Sunden dalam Kusuma, komunikasi terapeutik dilakukan oleh tenaga medis
2016). Komunikasi terapeutik dilakukan secara di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
sadar dengan teknik khusus yang bertujuan untuk menerapkan terapi dengan beberapa tahapan, seperti
kesembuhan pasien (Uripni dalam Kusuma, 2016). salam ketika memasuki ruangan, salam kepada
setiap pasien sebelum memeriksa dan bertanya
Komunikasi terapeutik dapat diterapkan pada pasien tentang perkembangan kesehatan mereka. Hal ini
dengan penyakit fisiologis maupun secara merupakan prosedur formulir komunikasi yang
psikologis. Seperti penelitian yang sudah dilakukan harus dilakukan oleh setiap tenaga medis.
oleh Adistie, Mediani, dkk (2018) yang mengkaji
penggunaan komunikasi terapeutik pada pasien yang Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
akan menjalankan operasi atau disebut dengan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik
perawatan pra-operasi. Lebih lanjut dalam penelitian pada penelitian yang dilakukan oleh Kholil & Lubis
tersebut dijelaskan bahwa perawatan pra-operasi (2019) saat berinteraksi dengan pasien yang
dimaksudkan untuk mempersiapkan pasien dan mengalami gangguan pendengaran sehingga tenaga
keluarga pasien untuk menghadapi operasi/operasi. medis kesulitan menerapkan komunikasi terapeutik.
Hal tersebut dilakukan karena sebelum menjalani
operasi, persiapannya dapat memengaruhi emosi Dari penjelasan di atas, implementasi atau
yang membutuhkan penyesuaian orang tua, Selain penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia masih
itu, ketika orang tua tertekan, itu dapat banyak dilakukan oleh tenaga medis pada pasien
mempengaruhi tekanan emosional pasien juga yang memiliki penyakit secara fisiologis yang
(Adistie, Mediani, dkk, 2018). dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi tekanan
emosi dan mempermudah perawat untuk
Penggunaan komunikasi terapeutik saat ini lebih memberikan perawatan kepada pasien, komunikasi
terkonsentrasi pada pengaplikasian komunikasi terapeutik di Indonesia juga dilakukan kepada
terapeutik untuk pasien dengan penyakit fisiologis keluarga pasien sebagai salah satu support group
atau pasien yang memiliki penyakit kronis lainnya, pasien saat menjalani perawatan.
dan penerapannya kepada pasien lanjut usia dan
anak-anak di Indonesia. Penerapan komunikasi Maka dari itu, penelitian ini akan mengkaji
terapeutik di Indonesia diterapkan untuk mengatasi penerapan komunikasi terapeutik yang dilakukan
pasien atau keluarga pasien yang mengalami oleh perawat pada pasien yang memiliki penyakit
berbagai masalah psikologis yang menjadi secara psikologis yaitu, skizofrenia dengan konsep
pertimbangan oleh perawat.
6
diri rendah atau pasien skizofrenia yang memiliki menggunakan kata-kata medis, menggunakan bahasa
gejala negatif. jawa/bahasa krama halus. Pada penggunaan empati
perawat dan pasien juga menggunakan dalam
Conversation analysis dalam komunikasi komunikasi terapeutik dengan masing-masing
terapeutik antara perawat I dan pasien K karakteristik. Perawat I menunjukkan empati kepada
pasien K dengan melakukan legitimasi,
Dalam percakapan yang dilakukan oleh perawat I mengungkapkan sugesti dengan cara yang
dan pasien K kalimat perintah digunakan konstruktif. Pada komponen terakhir yaitu, kekuatan
memberikan perintah untuk tetap beraktivitas dan perawat I dan K menunjukkan dengan memberikan
tidak boleh menyendiri. Percakapan dalam perintah secara langsung, melakukan ingrasiasi
komunikasi terapeutik saat terjadinya giliran bicara (pujian), bargaining dan promising.
(turn-taking) perawat dan pasien juga menggunakan
kalimat pertanyaan dan pernyataan dengan tujuan Conversation analysis dalam komunikasi
pada penggunaan yang berbeda-beda. perawat I terapeutik antara perawat A dan pasien Y
menggunakan kalimat pertanyaan untuk mengawali
giliran bicara dengan menanyakan kabar dan Pada percakapan perawat A dan pasien Y
keadaan pasien K. Perawat I melakukan perbaikan kalimat perintah digunakan untuk memberikan
dalam percakapan saat komunikasi terapeutik untuk dorongan dan dukungan (enocuraging) kepada
menenangkan pasien terkait dengan keinginan untuk pasien Y memiliki kemampuan (skill) di bidang
bertemu keluarga. Selanjutnya, preference atau kecantikan. perawat A menggunakan kalimat
melakukan penerimaan dan penelokan. Perawat I pertanyaan untuk mengawali giliran bicara dengan
melakukan penolakan secara tidak langsung saat menanyakan kabar dan keadaan pasien. Perawat A
pasien ingin bertemu dengan keluarganya, dan melakukan perbaikan dalam percakapannya
melakukan persetujuan ketika pasien K sebagian besar untuk mendapatkan pemahaman yang
menceritakan aktivitas-aktivitas apa saja ang bisa ia sama dengan pasien Y. Sementara perawat A
lakukan. melakukan penolakan saat atas sikap pasien yang
mengaku lebih suka menyendiri dan merasa bahwa
Perawat I dan pasien K meningkatkan konsep keluarganya tidak ada yang peduli terhadapnya,
diri pasien dengan menggunakan komponen namun perawat A melakukan persetujuan ketika
kepercayaan ditunjukkan dengan aspek verbal dan pasien Y ingin mengembangkan kemampuan (skill)
nonverbal. Adanya kepercayaan antara perawat I dan saat sudah diizinkan kembali ke Dinas Sosial
pasien K dalam komunikasi terapeutik ditujukan setempat.
dengan karakteristik seperti, pasien menceritakan
kegiatan yang biasa dilakukannya di rumah maupun Perawat A dan pasien Y menunjukkan adanya
di rumah sakit. Pasien menanyakan dan menyatakan kepercayaan dengan karakteristik menceritakan
ingin bertemu dengan keluarga, mengungkapkan hal tentang perasaannya yang masih sedih.
yang tampak. Menceritakan bahwa pasien hanya Menceritakan tentang masalah diperlakukan dengan
berkomunikasi dengan keluarga. buruk di tempat kerja, perawat memberikan
pertanyaan terbuka, menceritakan tentang
Dalam penggunaan komponen saling menghargai kemampuan yang dimiliki oleh pasien. tentang
masing-masing pasien juga menunjukkan dengan perasaannya yang masih sedih, menceritakan tentang
sikap dan karakteristik yang berbeda-beda. Perawat I masalah diperlakukan dengan buruk di tempat kerja,
dan pasien K menunjukkan dengan sikap merespon perawat memberikan pertanyaan terbuka dan
dengan melakukan pengulangan apa yang dialami menceritakan tentang kemampuan yang dimiliki
oleh pasien, memberikan saran untuk terus oleh pasien.
melakukan aktivitas/kegiatan, memberikan
tanggapan dengan menggunakan hasil observasi dan Penggunaan komponen saling menghargai
pemikiran, dan tanpa menghakimi dan tidak digunakan oleh perawat A kepada pasien Y. Perawat
memberikan label. A menunjukkan dengan memberi dan mendukung
pasien Y, memperlihatkan rasa ketertarikan dengan
Pada penggunaan komponen hubungan memberikan pertanyaan lebih lanjut, dan meminta
profesional masing-masing perawat menunjukkan pasien untuk menjelaskan atau memperluas
dengan cara yang berbeda-beda. Perawat I dan informasi.
pasien K misalnya menunjukkan dengan tidak
7
Sementara untuk penggunaan komponen pertanyaan terbuka dan menceritakan tentang
hubungan profesional ditunjukkan dengan Perawat kemampuan yang dimiliki oleh pasien.
A dan pasien Y menunjukkan dengan mengenal
lawan bicara dengan mengajukan pertanyaan yang Menggunakan komponen saling menghargai,
berhubungan dengan kondisi pasien, menggunakan perawat Y dan pasien N menunjukkan dengan tidak
kata-kata yang mudah dipahami. Pada komponen menghakimi dan memberikan label, mendengarkan
empati, perawat A menunjukkan dengan pasien hingga meminta pasien untuk menceritakan
merefleksikan kembali mengenai apa yang secara lengkap, menggunakan humor. perawat Y dan
disampaikan pasien, dan memberikan saran yang pasien N menunjukkan hubungan profesional
bisa meningkatkan kesehatan pasien. pasien A dan dengan tidak mengungkapkan informasi pribadi
pasien Y menunjukkan dengan memberikan perintah yang tidak relevan, memberikan saran untuk
secara langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), meningkatkan dan berhubungan dengan kesehatan
melakukan manipulasi yang menunjukkan pasien. Perawat Y dan pasien N menunjukkan
penggunaan komponen kekuatan (power). dengan bargaining dan promising serta menyetujui
dan melakukan penolakan yang menujukkan
Conversation analysis dalam komunikasi karakteristik penggunaan kekuatan (power).
terapeutik antara perawat Y dan pasien N
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perawat perawat A yang memiliki latar belakang sebagai
yang tidak memiliki kedekatan cenderung tenaga pendidik sebelum menjadi perawat lebih
menggunakan pre-invitation dan pre-request dalam terlihat karakteristiknya dalam meningkatkan konsep
memulai pembicaraan, sedangkan perawat Y dan diri pasien, perawat A dalam melakukan komunikasi
pasien N yang sudah bertemu sebelumnya langsung terapeutik lebih terlihat menerapkan teknik
melakukan pre-opening yaitu, dengan cara komunikasi terapeutik seperti, teknik mendengarkan,
menanyakan kejadian/peristiwa yang sudah terjadi. terknik bertanya dan teknik menyimpulkan.
Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya Sementara itu perawat I yang mengatakan bahwa
perbaikan (repair) yang dilakukan oleh perawat dirinya menjadi perawat karena sebagian besar
maupun pasien, serta pilihan (preference) atau keluarganya berprofesi sebagai perawat, dalam
melakukan persetujuan dan penolakan yang meningkatkan konsep sepanjang terapi perawat I dan
dilakukan oleh perawat maupun pasien. Perawat Y pasien K hanya membicarakan tentang aktivitas
dan pasien N menggunakan kalimat pernyataan sehari-harinya, tidak banyak informasi yang dapat
untuk menceritakan kondisi pasien dan bagaimana digali oleh perawat I dari pasien K. Namun, hal
orang-orang di sekitarnya memperlakukannya yang tersebut juga dipengaruhi oleh pasien K yang
menyebabkan pasien N sulit untuk mengendalikan tertutup dan merupakan pasien baru.
emosi.
Pada perawat Y dan pasien N, terlihat lebih
Perawat Y melakukan perbaikan agar pasien Y informal saat melakukan percakapan dalam
menjelaskan lebih detail tentang permasalahan dan komunikasi terapeutik. Hal tersebut dikarenakan
kondisi yang dialami oleh pasien. Persetujuan pada perawat Y dan pasien N sering bertemu dalam acara
percakapan antara perawat Y dan pasien N lebih PKJ yang dilaksanakan secara rutin oleh pihak
banyak dilakukan oleh pasien N yang menyetujui rumah sakit. Hal tersebut juga dikarenakan pasien N
atas saran-saran yang diberikan oleh perawat Y. adalah pasien terlama dirawat dibandingkan 2 pasien
Perawat Y melakukan penolakan ketika pasien N lainnya, dan sempat diperbolehkan untuk pulang.
menyalurkan emosinya dengan tindak kekerasan dan Namun, dalam meningkatkan konsep diri pasien,
menyakiti dirinya. perawat Y juga tidak begitu terlihat. Pasien N yang
memiliki konsep diri rendah dan susah
Dalam meningkatkan konsep diri pasien N, mengendalikan emosi, perawat Y hanya
perawat N menggunakan komponen kepercayaan menyarankan untuk berkegiatan dan berolahraga
yang ditunjukkan dengan karakteristik Y dan untuk menyalurkan energi dari pasien N. Hal
Nmenunjukkan adanya kepercayaan dengan tersebut juga dilatarbelakangi oleh perawat Y yang
menceritakan tentang perasaannya yang masih sedih, sebenarnya menjadi perawat bukan keinginannya
menceritakan tentang masalah diperlakukan dengan sejak dini, namun didasarkan dari dorongan orang
buruk di tempat kerja, perawat memberikan tua juga yang harus masuk sekolah negeri dalam
bidang keperawatan. Dalam melakukan komunikasi
8
terapeutik perawat harus menerapkan kemampuan dengan keluarga, penyebab pasien kembali lagi
(skill) yang bisa mendukung efektifnya komunikasi dirawat di Rumah Sakit Jiwa, dan juga masalalu
terapeutik dan juga akan memberikan dampak yang menyebabkan trauma tersendiri bagi pasien.
positif bagi kesehatan pasien. Perawat harus Perbincangan awal ini yang menyebabkan adanya
memenuhi kemampuan (skill) dalam komunikasi pengembangan dalam hubungan antara pasien dan
terapeutik seperti, teknik mendengarkan, teknik perawat.
memberikan pertanyaan, dan juga teknik
menyimpulkan. Pemberian informasi yang dilakukan perawat
seperti, dimulai dari hal yang tampak dengan
Selain itu, peneliti juga menyarankan bahwa menceritakan bahwa perasaannya sudah mulai
melakukan komunikasi terapeutik memerlukan tenang, atau pasien Y yang masih merasa sedih
durasi waktu yang tidak sebentar untuk karena tidak satupun keluarganya yang bersedia.
mengembangkan hubungan antara pasien dan Dari informasi-informasi yang diberikan oleh pasien
perawat. Sehingga dalam pelaksanaan komunikasi tersebut berhubungan dengan pembukaan diri yang
terapeutik perawat juga memperhatikan pengguaan dimiliki oleh pasien kepada perawat di RSJ Dr.
komponen dasar terutama komponen kepercayaan. Radjiman Wediodiningrat. Hal tersebut sesuai
dengan lapisan bawang pada penetrasi sosial yaitu,
Dalam membangun kepercayaan saat melakukan dimulai dengan citra publik lapisan terluar dari
komunikasi terapeutik perawat melakukan tahapan seseorang, apa yang dapat dililihat oleh orang lain.
dalam komunikasi terapeutik yaitu, tahap orientasi, Kemudian, resiporitas keterbukaan balik dari
tahap terminasi/kerja, dan tahap evaluasi. Pada tahap seseorang kepada yang lainnya, keluasan, jumlah
orientasi perawat akan melakukan perkenalan topik yang didiskusikan dalam sebuah hubungan
dengan pasien hingga pada tahap kerja. Pada saat
melakukan tahapan dalam komunikasi terapeutik Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
perawat juga melakukan penetrasi sosial. terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2009) dengan membuka diri maka akan meningkatkan
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
individu bergerak dari komunikasi superfisial Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi
menuju ke komunikasi yang lebih intim dan lebih dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih
berhubungan dengan pembukaan diri pasien. terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan
baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif,
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) dan lebih cermat memandang diri dengan orang lain.
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- Pasien yang sudah memiliki kepercayaan pada
individu bergerak dari komunikasi superfisial perawat akan mulai membuka diri dengan
menuju ke komunikasi yang lebih intim. Lebih memberikan informasi yang tidak diketahui oleh
lanjut, Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) orang lain bahkan keluarga pasien sendiri.
menjelaskan keintiman yang dimaksud adalah Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
keintiman secara intelektual dan emosional, hingga terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
pada batasan dimana individu-individu tersebut juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
melakukan aktivitas bersama. Penetrasi sosial ini dengan membuka diri maka akan meningkatkan
bisa terjadi pada setiap individu seperti, suami-istri, pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
karyawan-supervisor, dokter-pasien bahkan perawat- meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
pasien yang juga merupakan informan utama dalam
penelitian ini. Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi
lebih dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih
Proses penentrasi sosial yang dilakukan oleh terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan
perawat dan pasien ini dimulai saat menggunakan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif,
komponen kepercayaan dalam komunikasi dan lebih cermat memandang diri dengan orang lain.
terapeutik, pasien mulai menceritakan pada hal-hal
yang tampak hingga ke bagian yang lebih personal, Dalam penetrasi sosial pembukaan diri
seperti, menceritakan tentang hubungan pasien merupakan inti dari perkembangan hubungan.
9
Pembukaan diri (self-disclosure) dapat secara umum Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
mengenai diri sendiri kepada orang lain yang melakukan percakapan saat terapi dengan pasien,
memiliki tujuan (Dalman & Taylor, dalam Turner, perawat menggunakan struktur dasar pada
2009). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan percakapan yaitu, adanya giliran bicara (turntaking),
bahwa berjalannya komunikasi terapeutik untuk urutan bicara (sequence), perbaikan (repair), pilihan
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan (preference). Dari analisis dan pembahasan dapat
oleh perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan disimpulkan bahwa percakapan yang dilakukan oleh
yang dimiliki antara perawat dan pasien yang perawat dan pasien skizofrenia memiliki struktur
akhirnya mempengaruhi keterbukaan pasien. dasar yang sama (giliran biraca, urutan berbicara,
Keterbukaan pasien kepada perawat tidak hanya perbaikan, dan pilihan), namun penggunaan dan
membantu perawat dalam meningkatkan konsep diri karakteristiknya ditunjukkan dengan cara yang
pasien namun juga membantu membentuk hubungan berbeda-beda. Pada struktur pertama yaitu, giliran
masa kini dan masa depan antara perawat dan bicara (turn-taking) terdapat 3 penggunaan kalimat
pasien. utama yaitu, kalimat perintah, kalimat pertanyaan,
dan kalimat pernyataan yang menyebabkan
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa informasi terjadinya giliran bicara.
yang diberikan oleh pasien masih terdapat pada
lapisan terluar pada penetrasi sosial yaitu, citra Giliran bicara juga terjadi pada percakapan
publik, atau hal-hal yang masih tampak, sehingga antara perawat dan pasien dengan menggunakan
perawat melakukan komunikasi terapeutik untuk kalimat pernyataan yang juga digunakan dengan
meningkatkan konsep diri masih belum terlihat hasil cara yang berbeda-beda. Pasien yang dirawat lebih
perubahan konsep diri pasien. Hal tersebut dapat lama dengan durasi kurang lebih 6 bulan tidak
dilihat dari pengakuan pasien yang masih merasa melakukan pre-sequence hal tersebut dilakukan
bahwa keluarganya masih belum bisa menerima dan karena kedekatan antara perawat dan pasien. Pre-
merawat, kemudian penarikan diri dari dunia sosial, sequence lebih banyak digunakan pada percakapan
sulit berinteraksi dengan orang lain dan juga lebih yang lebih formal yang dilakukan oleh perawat I dan
suka menyendiri. Hasil tersebut juga dikarenakan perawat A. Hal tersebut juga disebabkan oleh
pada penelitian ini tidak melihat sisi dari keluarga keterbukaan pasien dan durasi perawatan masing-
pasien yang merupakan significant others paling masing pasien.
penting bagi pasien, penelitian ini hanya mengkaji
komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep Saat melakukan komunikasi terapeutik masing-
diri yang hanya dilakukan oleh perawat yang masing perawat melakukan perbaikan yang memiliki
diobservasi sekali pada saat perawat melakukan tujuan dan penggunaan yang berbeda-beda.
komunikasi terapeutik. Melakukan penolakan dan persetujuan juga
dilakukan dalam percakapan antara perawat dan
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan pasien skizofrenia sebagai lawan bicara saat
bahwa berjalannya komunikasi terapeutik untuk melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan dari terapi.
oleh perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan
yang dimiliki antara perawat dan pasien yang Selanjutnya, perawat menggunakan 5 komponen
akhirnya mempengaruhi keterbukaan pasien. komunikasi terapeutik dengan karakteristik tertentu
Keterbukaan pasien kepada perawat tidak hanya yang ditunjukkan dengan aspek verbal dan non-
membantu perawat dalam meningkatkan konsep diri verbal dengan tujuan untuk meningkatkan konsep
pasien namun juga membantu membentuk hubungan diri pasien. 5 komponen komunikasi terapeutik
masa kini dan masa depan antara perawat dan tersebut adalah kepercayaan (trust), saling
pasien. menghargai (respect), hubungan profesional
(professional intimacy), empati (empathy), dan
kekuatan (power). Perawat meningkatkan konsep
diri pasien menggunakan 5 komponen pada
komunikasi terapeutik dengan cara yang berbeda-
beda. Cara-cara yang digunakan oleh perawat
tersebut dipengaruhi oleh latar belakang perawat dan
KESIMPULAN juga keterbukaan pasien dalam menceritakan
10
permasalahan. Selain itu juga dipengaruhi oleh dirinya berarti untuk orang lain juga, bisa tidur
durasi perawatan masing-masing skizofrenia. dengan teratur, sikap gaduh-gelisah pasien pun
Komponen yang paling dominan dan menentukan sudah mulai berkurang, dapat berinteraksi dengan
keberhasilan dalam komunikasi terapeutik adalah baik dengan orang-orang di sekitarnya, perawat
komponen kepercayaan yang terjalin antara pasien maupun dengan pasien yang lain.
dan perawat. Komunikasi terapeutik juga
dipengaruhi oleh keterbukaan pasien kepada perawat
yang dapat dikembangkan melalui saling percaya REFERENCES
antar keduanya.
Adistie, F & Mediani, dkk. (2018). The implementation of
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa thereapeutic communication of nurse to the
komunikasi terapeutik penting dilakukan bagi pasien parents of pediatric patients in preoperative
yang memiliki permasalahan dalam hal kejiwaan. stage.
Komunikasi terapeutik tidak hanya dilakukan Belitung Nurse Journal. 4 (4), 356 – 265.
kepada pasien yang memiliki penyakit fisiologis
namun juga psikologis. Dalam melakukan Berger, C. (2014). Handbook ilmu komunikasi. Bandung,
komunikasi terapeutik perawat harus menerapkan Indonesia: Nusa Media.
kemampuan (skill) yang bisa mendukung efektifnya Cerino, N.D. (2012). Therapeutic communication a
komunikasi terapeutik dan juga akan memberikan necessity in hospice care: four techniques for
dampak positif bagi kesehatan pasien. Perawat harus more
memenuhi kemampuan (skill) dalam komunikasi. effective caregiving. Journal of Health
terapeutik seperti, teknik mendengarkan, teknik Communication. 1 (2), 21 – 23.
memberikan pertanyaan, dan juga teknik
menyimpulkan. Dalam melakukan komunikasi Mueser, K. T & Jeste, D.V. (2008). Clinical book of
terapeutik juga perlu diterapkan adanya 5 komponen schizophrenia. New York, USA: The Guilford
utama yaitu, kepercayaan (trust), saling menghargai Press.
(respect), hubungan profesional (professional Damayanti, R. (2016). Pengaruh terapi suportif keluarga
intimacy), empati (empathy) dan juga kekuatan terhadap kemampuan keluarga merawat klien
(power). gangguan jiwa di Kecamatan Bogor Timur. Jurnal
Bimbingan dan Konseling. 1 (1), 19 – 28.
Kondisi pasien yang memiliki konsep diri rendah
juga bisa menjadi faktor efektifnya komunikasi Fatani, B.Z. (2017). Schizoprenia: Etiology,
terapeutik. Pasien skizofrenia dengan konsep diri pathophysiological and management. The Egyptian
rendah yang juga menarik diri dari dunia sosial dan Journal of Hospital Medicine. 69 (6), 2640 – 2646.
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain juga akan
Kholil, S. & Lubis, L, dkk. (2019). Implementation of
mempengaruhi berjalannya komunikasi terapeutik. therapeutic communication at Dr. Pirngadi
Maka dari itu, komunikasi terapeutik perlu Hospital. Budapest International Research and
dilakukan dengan hati-hati dan pelan karena perawat Critics Institute – Journal BIRCI Journal. 2 (4),
juga menghadapi pasien yang membutuhkan 645
perhatian khusus. Bahkan pada masa awal – 656.
komunikasi terapeutik, komunikasi berjalan sepihak
namun jika dilakukan secara rutin, seiring Kusuma, A.W. (2016). Komunikasi terapeutik: studi
berjalannya waktu pasien akan meningkatkan deskriptif kualifikasi komunikasi terapeutik antara
perawat dan pasien di Rumah Sakit Grhasia
kepercayaan kepada pasien dan bersedia untuk
Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri
bercerita untuk meringankan bebannya. Sehingga, Sunan Kalijaga.
dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik
membutuhkan waktu yang tidak sebentar dengan Leon, G.D. (2000). The therapeutic community: theory,
teknik atau cara yang harus dikuasai oleh perawat. model, and method. USA: Springer Publishing
Terapi dengan komunikasi terapeutik yang Company
dilakukan pada pasien skizofrenia membawa
perubahan pada konsep diri pasien akan terlihat Mulyana, D. (2016). Health and therapeutic
dengan karakteristika sudah dapat mengerjakan communication. Bandung, Indonesia: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
aktivitas tanpa diminta oleh perawat, bisa
menghargai dirinya sendiri dan menyadari bahwa
11
Shreko, E., Sotiri, E., & Lika E. (2013). Therapeutic
communication. JAHR, 4 (7). 17- 27.
12
BUKTI KORESPONDENSI
ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2
Rosa Apriliyanti:
Our decision is to: revision required 1 weeks. See the reviewer's comment
detail in Peer Review, then Upload file. The results of the author's
corrections (including the results of the two reviewers) are made into one
file, and uploaded to the author version.
Editor:
Silahkan melakukan parafrase kalimat yang ter-blok banyak pada lampiran
kesamaan. Perhatikan setiap komentar yang diberikan oleh kedua reviewer.
Reviewer A:
2. Topik artikel ini relevan, aktual, menarik bagi pembaca, dan sesuai
dengan ruang lingkup (scope) Jurnal Ilmu Komunikasi.:
Ya
9. Artikel telah mereview artikel dari jurnal yang relevan dan mencukupi.:
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1710482630998264203&simpl=msg-f%3A171048… 1/4
12/15/21, 8:21 AM Email Airlangga University - [JIK] Editor Decision
Tidak
10. Metode penelitian dipaparkan dengan jelas, rinci, dan diterapkan dengan
benar.:
Tidak
11. Diskusi atau pembahasan didasarkan pada analisis data; hasil tidak
dibesar-besarkan (overgeneralized), implikasi penelitian juga ditulis dengan
jelas.:
Ya
16. Referensi ditampilkan tanpa ada yang hilang dan gaya penulisan referensi
diikuti dengan baik (lebih 80% referensi berasal dari jurnal ilmiah).
Penulisan referensi menggunakan Mendeley.:
Tidak
17. Artikel ditulis dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami, menggunakan
gaya penulisan akademik; menggunakan kosa kata teknis dengan benar, tidak
ada kesalahan tata bahasa.:
Ya
Penyajian metode cukup rinci namun belum menyebutkan pendekatan dan jenis
penelitian yang dilakukan (kualitatif/kuantitatif, studi
kasus/fenomenologi/jenis lainnya)
Pada metode penelitian tidak perlu membuat subbab baru, sehingga subbab
teknik pemilihan informan, teknik pengumpulan dan analisis data, gambaran
subjek penelitian tidak perlu.
Pembahasan akan hasil temuan penelitian dan ide penulis belum cukup
dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya dari artikel jurnal
ilmiah yang relevan
------------------------------------------------------
------------------------------------------------------
Reviewer B:
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1710482630998264203&simpl=msg-f%3A171048… 2/4
12/15/21, 8:21 AM Email Airlangga University - [JIK] Editor Decision
2. Topik artikel ini relevan, aktual, menarik bagi pembaca, dan sesuai
dengan ruang lingkup (scope) Jurnal Ilmu Komunikasi.:
Ya
9. Artikel telah mereview artikel dari jurnal yang relevan dan mencukupi.:
Tidak
10. Metode penelitian dipaparkan dengan jelas, rinci, dan diterapkan dengan
benar.:
Tidak
11. Diskusi atau pembahasan didasarkan pada analisis data; hasil tidak
dibesar-besarkan (overgeneralized), implikasi penelitian juga ditulis dengan
jelas.:
Ya
16. Referensi ditampilkan tanpa ada yang hilang dan gaya penulisan referensi
diikuti dengan baik (lebih 80% referensi berasal dari jurnal ilmiah).
Penulisan referensi menggunakan Mendeley.:
Tidak
17. Artikel ditulis dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami, menggunakan
gaya penulisan akademik; menggunakan kosa kata teknis dengan benar, tidak
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1710482630998264203&simpl=msg-f%3A171048… 3/4
12/15/21, 8:21 AM Email Airlangga University - [JIK] Editor Decision
------------------------------------------------------
________________________________________________________________________
Jurnal Ilmu Komunikasi
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi
3 lampiran
4687-12619-2-RV_reviewed.docx
52K
4687-12619-2-RV_reviewed2.docx
52K
4687-12619-2-RV 17%.pdf
2710K
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1710482630998264203&simpl=msg-f%3A171048… 4/4
FORM REVIEW ARTIKEL
Judul Artikel: Penggunaan Komunikasi Terapeutik oleh Perawat Untuk
Meningkatkan Konsep Diri Pasien Skizofrenia
17 Artikel ditulis dengan bahasa yang baik dan Penulisan artikel menggunakan bahasa
mudah dipahami, menggunakan gaya yang baik dan mudah dipahami. Gaya
penulisan akademik; menggunakan kosa bahasa akademik. Masih ditemukan
kata teknis dengan benar, tidak ada kesalahan penulisan kata (misal,
penulisan kata asing yang tidak diketik
kesalahan tata bahasa.
miring)
18 Komentar untuk Penulis Secara keseluruhan penelitian ini
cukup baik. Topik masuk kategori
scope JIK.
Meski begitu, penulis perlu
melakukan perbaikan sesuai dengan
catatan yanga da di form dan comment
review.
Catatan: Penambahan/perubahan
berdasarkan revisi diketik
menggunakan warna merah dan
menyertakan komentar bahwa
sudah melakukan perbaikan
19 Rekomendasi Dipertimbangkan Kembali Setelah
a. Diterima (Accept Submission) Revisi Minor (Revisions Required).
b. Dipertimbangkan Kembali Setelah
Revisi Minor (Revisions Required).
c. Dipertimbangkan Kembali Setelah
Dilakukan Revisi Mayor (Resubmit for
Review)
2
d. Ditolak (Decline Submission)
PENDAHULUAN perilaku. Bentuk perawatan utama dalam komunikasi Commented [WU4]: Pendahuluan sudah menyajikan
terapeutik adalah kognitif terapi dan pelatihan informasi latar belakang yang relevan, meringaks hal-hal
Komunikasi terapeutik (TC) yang merupakan keterampilan komunikasi (Donsbach, 2008). Lebih mendasar. Sudah membahas penelitian sebelumnya secara
lanjut, Donsbach (2008) menjelaskan bahwa terapi kritis.
bagian dari komunikasi kesehatan telah terbukti
kognitif ini dimaksudkan sebagai terapi perilaku Gap penelitian terlihat dan keunikan cukup
sebagai perawatan yang kuat sebagai pendekatan Sudah menyajikan konsep/teori relevan dan tujuan penelitian.
untuk penyalahgunaan obat seperti narkoba dan emotif rasional yang berfokus pada pemikiran atau
masalah terkait dalam kehidupan. Komunikasi kepercayaan yang mengarah pada konsekuensi emosi
terapeutik pada dasarnya merupakan pendekatan dan perilaku negatif.
yang digunakan dan berkembang terutama dalam Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat
bidang psikiatri, dan psikologi (Leon, 2000). membantu pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
Komunikasi terapeutik berusaha mengurangi kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
kecemasan dengan mengurangi aktivasi dan mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
gangguan kognitif, dengan berusaha mengubah negatif. Meskipun, lebih memakan waktu dan
kognitif individu, respons emosional, dan/atau membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam
keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi
3
terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif terapeutik menggunakan strategi khusus yang
untuk mempercepat penyembuhan pasien (Donsbach, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
2008). Tidak hanya digunakan sebagai pemberian dan gagasan yang memiliki tujuan untuk mengurangi
perawatan pada pasien fisiologis, komunikasi distress psikologi yang dialami oleh pasien.
terapeutik juga digunakan pada pasien dengan Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa gejala
penyakit psikologis seperti skizofrenia. negatif dari skizofrenia adalah sulit memulai
Skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan pembicaraan, berkurangnya motivasi, berkurangnya
yang paling serius dibandingkan dengan gangguan atensi, dan menarik diri secara sosial akibat
kejiwaan lainnya. Biasanya terjadi pada akhir masa berkurangnya konsep dan aktualisasi dirinya. Dalam
remaja dan sering kali memiliki efek mendalam penelitiannya Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang dengan pasien skizofrenia memiliki perasaan tidak berharga,
skizofrenia sering mengalami kesulitan hidup merasa harga diri rendah, dan tidak berarti yang
mandiri dan mengurus diri sendiri, bekerja, dan berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
memenuhi kewajiban atau melakukan peran lainnya sendiri dan kemampuan dirinya. Maka dari itu,
(Mueser & Jeste, 2008, h. 3). Skizofrenia memiliki penting dilakukan komunikasi terapeutik kepada
gejala negatif seperti delusi atau waham, halusinasi, pasien skizofrenia untuk meningkatkan konsep diri
kekacauan pikiran, menyimpan rasa kecurigaan dengan tujuan mengurangi gejala negatif skizofrenia.
terhadap sesuatu. Penderita skizofrenia juga kerap Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat
kali mengalami perubahan sensori persepsi, membantu pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
merasakan sensasi palsu berupa suara dan kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
penglihatan (Damayanti, 2016). mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah negatif. Meskipun, lebih memakan waktu dan
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Oktober membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam Commented [WU5]: Oleh siapa? Sebutkan nama dan tahun
2019, data rekam medis RSJ Dr. Radjiman keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi penelitian, kemudian cantumkan referensinya di daftar
Wediodiningrat menunjukkan sejak tahun 2017 terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif pustaka.
kunjungan pasien terbanyak datang dari penderita untuk mempercepat penyembuhan pasien (Donsbach,
skizofrenia dengan jumlah 786 pasien, dengan rincian 2008). Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
skizofrenia paranoid sebanyak 146 orang, dan Pasien skizofrenia dengan gejala negatif memiliki diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
skizofrenia hebefrenik sebanyak 551 orang, dan 89 konsep diri rendah. Menurut Rakhmat (2007, h. 99) komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
orang penderita skizofrenia tak terinci. Dari data konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita
rekam medis tersebut, peneliti menentukan fokus tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh
penelitian pada perawatan yang dilakukan oleh bersifat psikologi, sosial dan fisis. Lebih lanjut,
perawat kepada pasien skizofrenia hebrefrenik yang Rakhmat (2007, h. 100) menjelaskan terdapat dua
memiliki negative symptomps. Fatani (2017) komponen tentang konsep diri yaitu, komponen
membagi gejala skizofrenia menjadi tiga yaitu, kognitif dan komponen afektif. Pengambilan tema
positive symptomps penderita dengan gejala ini dalam percakapan saat melakukan komunikasi
disebut dengan skizofrenia paranoid. terapeutik yang dilakukan perawat dengan pasien ini
Penderita skizofrenia dengan negative symptomps, didasarkan juga pada informasi perawat di RSJ Dr.
penderita dengan gejala ini disebut dengan Radjiman Wediodiningrat yang mengatakan bahwa
skizofrenia hebefrenik, ditandai dengan kurangnya dalam komunikasi terapeutik kepada pasien
motivasi, menarik diri dari dunia sosial, penderita skizofrenia hebefrenik (negative symptomps)
skizofrenia hebefrenik seringkali susah melakukan biasanya perawat memberikan topik aspek kejiwaaan,
aktivitas sehari-hari dan susah untuk berinteraksi salah satunya adalah meningkatkan konsep diri
dengan orang lain. pasien.
Dalam menangani pasien skizofrenia, perawat Dalam meningkatkan konsep diri pasien. Perawat
memiliki peranan yang penting. Salah satu cara menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi
menangani pasien dengan skizofrena adalah terapeutik yang juga merupakan komponen dalam
menggunakan komunikasi terapeutik. Menurut komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi
Pounds (dalam Mulyana, 2016) konsep komunikasi interpersonal selain berpusat pada pesan, komunikasi
terapeutik mengacu pada proses dimana perawat interpersonal juga terkait dengan konteks. Appegate
secara sadar mempengaruhi klien atau membantu dan Delia (dalam Berger, 2014, h.222) mengusulkan
klien mencapai pemahaman yang lebih baik melalui lima dimensi konteks untuk situasi komunikasi: latar Commented [WU6]: Referensi tidak tercantum di daftar
komunikasi verbal dan non-verbal. Lebih lanjut, fisik (ruang, lingkungan, dan saluran yang pustaka.
Sherko (2013) menambahkan bahwa komunikasi digunakan), latar sosial/relasional (misalnya, teman,
Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
4
pasangan hidup, rekan kerja, terapis, atau tetangga), Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini akan
latar instutisional (misalnya, rumah, pekerjaan, menggunakan metode analisis percakapan
rumah sakit, sekolah, gereja), latar fungsional (tujuan (conversation analysis). Palotti (2007) dalam Commented [WU9]: Referensi tidak tercantum di daftar
utama yang dikejar, misalnya, menyediakan bukunya Conversation Analysis: Methodology, pustaka.
informasi, membujuk, mendukung, dan latar budaya machinery, and application to specific thing,
(termasuk suku, kebangsaan, kelas sosial, dan menjelaskan dan membagi struktur dasar dari analisis Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
golongan lainnya yang relevan). percakapan (conversation analysis) menjadi empat diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
Komunikasi interpersonal yang terjadi pada bagian yaitu, giliran bicara (turn-taking komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
penelitian ini adalah komunikasi interpersonal yang organization), urutan bicara (sequence), pasangan
terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia. sepadan (repair), dan preference.
Sebagaimana dalam konteks komunikasi Dalam penelitian ini conversation analysis
interpersonal adalah latar fisik ruang, latar digunakan untuk melihat dinamika dan struktur dasar
sosial/relasional adalah terapis dan pasien, latar percakapan yang dilakukan oleh perawat dan pasien
institusional adalah rumah sakit, dan latar fungsional saat melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian
adalah untuk mendukung pasien skizofrenia yang dari terapi. Heritage (dalam Palotti, 2007)
dilakukan oleh perawat. Komunikasi interpersonal menjelaskan bahwa analisis percakapan memandang
yang terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia di pembicaraan dan gerakan tubuh bukan hanya sebagai
rumah sakit jiwa dengan tujuan untuk pemberian media untuk berkomunikasi, tetapi sebagai cara
perawatan disebut dengan komunikasi terapeutik membangun realitas dan hubungan sosial pada dua
yang merupakan sub-disiplin dari komunikasi orang atau lebih
kesehatan. Penelitian ini akan mengamati percakapan yang
Sejumlah penelitian terdahulu lain pada berlangsung dalam komunikasi terapeutik yang
komunikasi terapeutik juga telah dilakukan dilakukan oleh perawat dan pasien gangguan jiwa
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perawat
Cerino (2012) yang meneliti teknik komunikasi membangun dan mempertahankan interaksi dalam
terapeutik untuk pasien yang menderita penyakit rangka meningkatkan konsep diri pasien serta
kronis seperti kanker. Penelitian lain dilakukan oleh penggunaan 5 komponen utama dalam komunikasi
Vankatwyk (2006) yang meneliti mengenai terapeutik. Commented [WU7]: Referensi tidak tercantum di daftar
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh pastor, Pemilihan lokasi penelitian di RSJ Dr. Radjiman pustaka.
dan penelitian yang dilakukan oleh Long & Slevin Wediodiningrat dikarenakan Rumah Sakit Jiwa ini
(2013) tentang komunikasi terapeutik yang dilakukan adalah rumah sakit jiwa pertama yang dibangun pada Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
pada pasien demensia. zaman penjajahan Belanda di tahun 1902 dan saat ini diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
Pengambilan tema dalam percakapan saat menjadi RSJ terbesar di Asia Tenggara, jika komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
melakukan komunikasi terapeutik yang dilakukan dibandingkan rumah sakit jiwa yang lain RSJ Dr. Commented [WU8]: Referensi tidak tercantum di daftar
perawat dengan pasien ini didasarkan juga pada Radjiman Wediodiningrat memiliki jumlah pasien pustaka.
informasi perawat di RSJ Dr. Radjiman dan fasilitas yang lebih banyak yaitu, 1.200 tempat
Wediodiningrat yang mengatakan bahwa dalam tidur. Dalam kurun waktu 1942 - 1945, Rumah Sakit Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
komunikasi terapeutik kepada pasien skizofrenia Jiwa Lawang mengalami penurunan pelayanan, diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
hebefrenik (negative symptomps) biasanya perawat karena kurangnya sarana perawatan dan adanya komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
memberikan topik aspek kejiwaaan, salah satunya penyakit menular, jumlah pasien menurun sampai
adalah meningkatkan konsep diri pasien. Dari 800 orang. Tahun 1947 jumlah pasien : 1.200 orang,
penelitian tersebut juga menjadi rujukan bagi peneliti, gabungan antara anex Suko dan Rumah Sakit Jiwa
memilih Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Lawang.
Wediodiningrat sebagai tempat penelitian karena di
rumah sakit jiwa membutuhkan penangan dan TUJUAN PENELITIAN Commented [WU10]: Penyajian tujuan dimasukkan ke
perawatan pasien yang berbeda dengan rumah sakit Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pendahuluan. Tidak perlu membuat subbab baru
umum yang menangani penderita sakit fisik. penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis,
Kemudian menjadikan perawat sebagai menjelaskan dengan conversation analysis Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
informan, dikarenakan perawat adalah orang yang diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
bagaimana percakapan dalam komunikasi terapeutik komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
lebih sering berhubungan dengan pasien dan juga yang dilakukan perawat untuk meningkatkan konsep
keluarga pasien sehingga perawat yang lebih diri pasien skizofrenia.
mendominasi dalam proses perawatan dibandingkan
dengan dokter.
5
METODE PENELITIAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA Commented [WU11]: Penyajian metode cukup rinci
namun belum menyebutkan pendekatan dan jenis penelitian
Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga cara yang dilakukan (kualitatif/kuantitatif, studi
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kasus/fenomenologi/jenis lainnya)
penelitian analisis percakapan (conversation dalam teknik pengumpulan data yaitu, observasi,
Pada metode penelitian tidak perlu membuat subbab baru,
analysis). Analisis percakapan sebagai metode teknik rekaman audio, dan pencatatan data di sehingga subbab teknik pemilihan informan, teknik
lapangan yang dilakukan di RSJ Dr. Radjiman pengumpulan dan analisis data, gambaran subjek penelitian
bertujuan untuk menjelaskan peraturan, struktur, dan
Wediodiningrat Malang. tidak perlu.
urutan bentuk interaksi, baik itu pada percakapan
formal maupun informal (Van Rees dalam Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
TEKNIK ANALISIS DATA
Mulyadiana, 2008). diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
Analisis data adalah proses mengordinasikan data
penelitian ini merujuk pada penelitian CA yang ke dalam tipologi satuan, penyusunan satuan,
berfokus pada peraturan, struktur dan urutan dalam kategorisasi, dan menjelaskan tentang komponen-
sebuah percakapan. Percakapan yang dimaksud komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis data
adalah percakapan dalam komunikasi terapeutik yang (Moleong, 2016). Commented [WU12]: Referensi tidak ditemukan di daftar
dilakukan 78 oleh perawat dan pasien skizofrenia di pustaka
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian
conversation analysis (CA). Pendekatan CA Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri
mengkaji pada spesifikasi perilaku sosial manusia diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
dalam percakapan dan berkomitmen untuk
secara detail bagaimana peraturan, struktur, dan melakukan pengamatan secara naturalistik. Metode
urutan dalam percakapan saat perawat melakukan CA menawarkan penelitian dengan cara deskriptif
komunikasi terapeutik dengan menerapkan 5 yang dikembangkan dengan baik untuk meneliti
komponen utama kepada pasien dengan tujuan untuk interaksi percakapan dengan prosedur empiris yang
meningkatkan konsep diri pasien. benar untuk mendukung analisisnya (Hoey dan
Kendrick, 2018) Commented [WU13]: Referensi tidak ditemukan di daftar
TEKNIK PEMILIHAN INFORMAN pustaka
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan digunakan metode conversation analysis menurut Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
Gabriella Pallotti (2007), dengan tahapan sebagai diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
berikut:
dan aspek tertentu. Beberapa kriteria atau
pertimbangan yang digunakan peneliti dalam 1. Data selection (pemilihan data), Penelitian
pemilihan informan berdasarkan studi pendahuluan CA didasarkan pada data naturalistik, yaitu
yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman pertukaran yang dilakukan tempat terlepas
Wediodiningrat adalah sebagai berikut: dari kebutuhan penelitian untuk mencatat
dan menganalisis mereka. Ini berarti bahwa
1. Perawat aktif yang sudah memiliki Surat analis percakapan tidak memperoleh data
Tanda Registrasi (STR). mereka dari eksperimental, role plays atau
2. Perawat yang sudah melakukan profesinya wawancara namun dengan
pengamatan/observasi. Maka dari itu,
sebagai perawat di RSJ Dr. Radjiman
peneliti mulai dengan memilih bagian hasil
Wediodiningrat selama kurang lebih 2 data yang akan dianalisis yaitu, memilih
tahun. hasil data yang berhubungan dengan proses
3. Perawat yang sudah menangani pasien komunikasi yang dilakukan perawat dan
skizofrenia, khususnya skizofrenia pasien skizofrenia untuk meningkatkan
hebefrenik yang memiliki negative konsep diri pasien dengan menerapkan 5
symptomps. komponen utama dalam komunikasi
4. Informan penelitian terdiri dari pasangan terapeutik.
2. Data transcription (transkrip data),
(couple/pair) yaitu, perawat dan pasien
transkripsi adalah bagian penting dari
skizofrenia (one on one). melakukan CA. Transkrip terperinci dari
pembicaraan tersebut – dan beberapa kasus
6
berperilaku seperti gerakan atau gerakan – 3. Perawat Y (46 tahun), Perawat Y sudah bekerja
sebelum menganalisis suatu episode menangani pasien skizofrenia sejak tahun 1998 dan
interaksi. Transkrip ini meliputi semua sudah memiliki Surat Tanda Registrasi. Perawat Y
bagian dalam percakapan dari awal dan sebelumnya sama sekali tidak memiliki keinginan
akhir ucapan yang tumpang tindih menjadi perawat, hanya ia ingin mewujudkan
(overlaps), awal yang salah, keraguan, suara harapan orang tuanya untuk bersekolah di perguruan
non-verbal seperti ah, oh, hm, kontur tinggi negeri di jurusan kesehatan.
intonasi, gerakan tubuh dan pandangan.
Dalam transkrip data penelitian ini akan Keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti tidak bisa
menggunakan simbol dalam analisis memilih pasien skizofrenia mana yang akan diteliti.
percakapan yang dijelaskan oleh Jefferson Informan perawat dan pasien skizofrenia ditentukan
(dalam Knapp & Anots, 2008). oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
3. Participant viewpoint (sudut pandang Wediodiningrat yang langsung mengarahkan kepada
pelaku), bukan berarti peneliti informan di Ruang Melati yang merupakan ruangan
mengekspresikan diri dengan cara yang pasien skizofrenia perempuan dengan perawat
persis sama seperti yang diamati orang akan perempuan, sehingga peneliti tidak mendapatkan
ketika menganalisis interaksi yang sama, akses untuk memilih perawat laki-laki maupun pasien
tetapi mereka menempatkan analisis mereka skizofrenia laki-laki sebagai informan dalam
pada sudut pandang peserta dalam interaksi. penelitian ini.
Peneliti harus memosikan diri dan mengakui
dengan rendah hati bahwa interpretasi tidak
pernah lepas dari pengalaman pribadi, HASIL PENELITIAN Commented [WU14]: Sudah berdasarkan pada analisis
kultural, dan historis informan. data. Hasil tidak overgeneralized.
4. Generalisation (generalisasi), CA selalu Pembahasan sudah dikaitkan dengan konsep/teori yang
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dimulai dengan kasus tunggal, mencoba digunakan.
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
menjelaskan dinamika mereka satu per satu. Pembahasan akan hasil temuan penelitian dan ide penulis
melakukan percakaap saat terapi dengan pasien, belum cukup dibandingkan dengan penelitian-penelitian
Berdasarkan proses itu peneliti harus
perawat menggunakan struktur dasar percakapan sebelumnya dari artikel jurnal ilmiah yang relevan.
berusaha memformulasikan beberapa
sesuai dengan penjelasan Pallotti (2007) tentang Implikasi tampak
pengamatan umum pernyataan atau aturan
struktur dasar pada percakapan yaitu, adanya giliran
yang sementara dapat ditarik kesimpulan
bicara (turn-taking), urutan bicara (sequence), Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
hal-hal yang sedang diamati. diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
perbaikan (repair), pilihan (preference).
komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini ditemukan bahwa giliran
bicara (turn-taking) sesuai dengan penjelasan
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan Levinson (dalam Knapp & Antos, 2008) bahwa
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria pergantian tersebut berlangsung secara urut sehingga
dan aspek tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah didapatkan A-B-A-B-A-B. Dalam giliran bicara
ditentukan di atas, informan yang dipilih dan telah terdapat 3 karakteristik kalimat utama yaitu, kalimat
memenuhi kriteria, yaitu: perintah, kalimat pertanyaan, dan kalimat pernyataan.
Masing-masing dari informan memiliki kalimat
1. Perawat I (48 tahun), Perawat I sudah bekerja dari perintah, pertanyaan, dan pernyataan yang berbeda-
tahun 1993. Sudah memiliki Surat Tanda Registrasi. beda. Selanjutnya, pada penelitian ini juga ditemukan
Latar belakangnya menjadi seorang perawat adanya urutan bicara (sequence), namun dalam
dikarenakan sebagian besar keluarga dari perawat I penelitian ini perawat Y memiliki urutan bicara
berprofesi sebagai tenaga medis. (sequence) yang berbeda yaitu, tidak adanya pre-
invitation atau pre-request berbeda dengan dua
2. Perawat A (38 tahun), Perawat A bekerja menjadi perawat yang menjadi informan lainnya. Hal tersebut
perawat menangani pasien skizofrenia sejak tahun juga dijelaskan oleh Amri (2011) bahwa pre-
2006. Namun, sebelumnya perawat A bekerja sebagai sequence lebih banyak digunakan sebagai percakapan
Dosen di salah satu Poltekkes jurusan Keperawatan di murni yang formal. Jadi beberapa percakapan
Malang. Setelah itu perawat A mengikuti pemilihan terkadang mengandung pre-sequence dengan tujuan
PNS dan menjadi perawat di rumah sakit jiwa. untuk menanyakan tentang ketersediaan dan
kemungkinan untuk mendapatkan informasi.
7
Gambaran umum komunikasi terapeutik di Penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia
Indonesia lainnya juga dijelaskan pada penelitian yang Commented [WU15]: Sebaiknya bagian ini masuk ke
dilakukan oleh Kholil & Lubis (2019) yang mengkaji pendahuluan
Komunikasi teraapeutik merupakan salah satu bagian mengenai penggunaan komunikasi terapeutik di
dari komunikasi kesehatan dan dalam kajian ilmu Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi di Medan. Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
komunikasi juga termasuk dalam komunikasi diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
interpersonal. Di Indonesia, komunikasi terapeutik Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk melihat komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
digunakan sebagai alat bagi perawat untuk penggunaan komunikasi terapeutik dengan dokter
mempengaruhi tingkah laku pasien untuk dan pasien dengan penyakit fisiologis kronis. Dalam
mendapatkan keberhasilan dalam intervensi penelitian tersebut ditemukan bahwa implementasi
keperawatan (Stuart & Sunden dalam Kusuma, komunikasi terapeutik dilakukan oleh tenaga medis di
2016). Komunikasi terapeutik dilakukan secara sadar Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
dengan teknik khusus yang bertujuan untuk menerapkan terapi dengan beberapa tahapan, seperti
kesembuhan pasien (Uripni dalam Kusuma, 2016). salam ketika memasuki ruangan, salam kepada setiap
pasien sebelum memeriksa dan bertanya tentang
Komunikasi terapeutik dapat diterapkan pada pasien perkembangan kesehatan mereka. Hal ini merupakan
dengan penyakit fisiologis maupun secara psikologis. prosedur formulir komunikasi yang harus dilakukan
Seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh Adistie, oleh setiap tenaga medis.
Mediani, dkk (2018) yang mengkaji penggunaan
komunikasi terapeutik pada pasien yang akan Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
menjalankan operasi atau disebut dengan perawatan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik
pra-operasi. Lebih lanjut dalam penelitian tersebut pada penelitian yang dilakukan oleh Kholil & Lubis
dijelaskan bahwa perawatan pra-operasi (2019) saat berinteraksi dengan pasien yang
dimaksudkan untuk mempersiapkan pasien dan mengalami gangguan pendengaran sehingga tenaga
keluarga pasien untuk menghadapi operasi/operasi. medis kesulitan menerapkan komunikasi terapeutik.
Hal tersebut dilakukan karena sebelum menjalani
operasi, persiapannya dapat memengaruhi emosi Dari penjelasan di atas, implementasi atau
yang membutuhkan penyesuaian orang tua, Selain penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia masih
itu, ketika orang tua tertekan, itu dapat mempengaruhi banyak dilakukan oleh tenaga medis pada pasien yang
tekanan emosional pasien juga (Adistie, Mediani, memiliki penyakit secara fisiologis yang dilakukan
dkk, 2018). dengan tujuan untuk mengurangi tekanan emosi dan
mempermudah perawat untuk memberikan
Penggunaan komunikasi terapeutik saat ini lebih perawatan kepada pasien, komunikasi terapeutik di
terkonsentrasi pada pengaplikasian komunikasi Indonesia juga dilakukan kepada keluarga pasien
terapeutik untuk pasien dengan penyakit fisiologis sebagai salah satu support group pasien saat
atau pasien yang memiliki penyakit kronis lainnya, menjalani perawatan.
dan penerapannya kepada pasien lanjut usia dan anak-
anak di Indonesia. Penerapan komunikasi terapeutik Maka dari itu, penelitian ini akan mengkaji
di Indonesia diterapkan untuk mengatasi pasien atau penerapan komunikasi terapeutik yang dilakukan
keluarga pasien yang mengalami berbagai masalah oleh perawat pada pasien yang memiliki penyakit
psikologis yang menjadi pertimbangan oleh perawat. secara psikologis yaitu, skizofrenia dengan konsep
diri rendah atau pasien skizofrenia yang memiliki
Selain itu, penerapan komunikasi terapeutik dapat gejala negatif.
memberi manfaat, tidak hanya untuk klien tetapi juga
untuk perawat, karena keterampilan tidak hanya Conversation analysis dalam komunikasi
meningkatkan komponen saling percaya dengan terapeutik antara perawat I dan pasien K
pasien, namun lebih yaitu, menghasilkan efektivitas
dalam memperoleh tujuan terapi, tetapi juga memberi Dalam percakapan yang dilakukan oleh perawat I
pasien perawatan dan pemenuhan dalam intervensi dan pasien K kalimat perintah digunakan
keperawatan secara profesional yang juga dapat memberikan perintah untuk tetap beraktivitas dan
meningkatkan profesi perawawat (Damaiyanti, tidak boleh menyendiri. Percakapan dalam
2008). komunikasi terapeutik saat terjadinya giliran bicara Commented [WU16]: Referensi tidak ditemukan di daftar
(turn-taking) perawat dan pasien juga menggunakan pustaka
kalimat pertanyaan dan pernyataan dengan tujuan
Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
8
pada penggunaan yang berbeda-beda. perawat I Pada percakapan perawat A dan pasien Y kalimat
menggunakan kalimat pertanyaan untuk mengawali perintah digunakan untuk memberikan dorongan dan
giliran bicara dengan menanyakan kabar dan keadaan dukungan (enocuraging) kepada pasien Y memiliki
pasien K. Perawat I melakukan perbaikan dalam kemampuan (skill) di bidang kecantikan. perawat A
percakapan saat komunikasi terapeutik untuk menggunakan kalimat pertanyaan untuk mengawali
menenangkan pasien terkait dengan keinginan untuk giliran bicara dengan menanyakan kabar dan keadaan
bertemu keluarga. Selanjutnya, preference atau pasien. Perawat A melakukan perbaikan dalam
melakukan penerimaan dan penelokan. Perawat I percakapannya sebagian besar untuk mendapatkan
melakukan penolakan secara tidak langsung saat pemahaman yang sama dengan pasien Y. Sementara
pasien ingin bertemu dengan keluarganya, dan perawat A melakukan penolakan saat atas sikap
melakukan persetujuan ketika pasien K menceritakan pasien yang mengaku lebih suka menyendiri dan
aktivitas-aktivitas apa saja ang bisa ia lakukan. merasa bahwa keluarganya tidak ada yang peduli
terhadapnya, namun perawat A melakukan
Perawat I dan pasien K meningkatkan konsep diri persetujuan ketika pasien Y ingin mengembangkan
pasien dengan menggunakan komponen kepercayaan kemampuan (skill) saat sudah diizinkan kembali ke
ditunjukkan dengan aspek verbal dan nonverbal. Dinas Sosial setempat.
Adanya kepercayaan antara perawat I dan pasien K
dalam komunikasi terapeutik ditujukan dengan Perawat A dan pasien Y menunjukkan adanya
karakteristik seperti, pasien menceritakan kegiatan kepercayaan dengan karakteristik menceritakan
yang biasa dilakukannya di rumah maupun di rumah tentang perasaannya yang masih sedih. Menceritakan
sakit. Pasien menanyakan dan menyatakan ingin tentang masalah diperlakukan dengan buruk di
bertemu dengan keluarga, mengungkapkan hal yang tempat kerja, perawat memberikan pertanyaan
tampak. Menceritakan bahwa pasien hanya terbuka, menceritakan tentang kemampuan yang
berkomunikasi dengan keluarga. dimiliki oleh pasien. tentang perasaannya yang masih
sedih, menceritakan tentang masalah diperlakukan
Dalam penggunaan komponen saling menghargai dengan buruk di tempat kerja, perawat memberikan
masing-masing pasien juga menunjukkan dengan pertanyaan terbuka dan menceritakan tentang
sikap dan karakteristik yang berbeda-beda. Perawat I kemampuan yang dimiliki oleh pasien.
dan pasien K menunjukkan dengan sikap merespon
dengan melakukan pengulangan apa yang dialami Penggunaan komponen saling menghargai
oleh pasien, memberikan saran untuk terus digunakan oleh perawat A kepada pasien Y. Perawat
melakukan aktivitas/kegiatan, memberikan A menunjukkan dengan memberi dan mendukung
tanggapan dengan menggunakan hasil observasi dan pasien Y, memperlihatkan rasa ketertarikan dengan
pemikiran, dan tanpa menghakimi dan tidak memberikan pertanyaan lebih lanjut, dan meminta
memberikan label. pasien untuk menjelaskan atau memperluas
informasi.
Pada penggunaan komponen hubungan
profesional masing-masing perawat menunjukkan Sementara untuk penggunaan komponen
dengan cara yang berbeda-beda. Perawat I dan pasien hubungan profesional ditunjukkan dengan Perawat A
K misalnya menunjukkan dengan tidak menggunakan dan pasien Y menunjukkan dengan mengenal lawan
kata-kata medis, menggunakan bahasa jawa/bahasa bicara dengan mengajukan pertanyaan yang
krama halus. Pada penggunaan empati perawat dan berhubungan dengan kondisi pasien, menggunakan
pasien juga menggunakan dalam komunikasi kata-kata yang mudah dipahami. Pada komponen
terapeutik dengan masing-masing karakteristik. empati, perawat A menunjukkan dengan
Perawat I menunjukkan empati kepada pasien K merefleksikan kembali mengenai apa yang
dengan melakukan legitimasi, mengungkapkan disampaikan pasien, dan memberikan saran yang bisa
sugesti dengan cara yang konstruktif. Pada komponen meningkatkan kesehatan pasien. pasien A dan pasien
terakhir yaitu, kekuatan perawat I dan K Y menunjukkan dengan memberikan perintah secara
menunjukkan dengan memberikan perintah secara langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), melakukan
langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), bargaining manipulasi yang menunjukkan penggunaan
dan promising. komponen kekuatan (power).
9
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perawat pendidik sebelum menjadi perawat lebih terlihat
yang tidak memiliki kedekatan cenderung karakteristiknya dalam meningkatkan konsep diri
menggunakan pre-invitation dan pre-request dalam pasien, perawat A dalam melakukan komunikasi
memulai pembicaraan, sedangkan perawat Y dan terapeutik lebih terlihat menerapkan teknik
pasien N yang sudah bertemu sebelumnya langsung komunikasi terapeutik seperti, teknik mendengarkan,
melakukan pre-opening yaitu, dengan cara terknik bertanya dan teknik menyimpulkan.
menanyakan kejadian/peristiwa yang sudah terjadi. Sementara itu perawat I yang mengatakan bahwa
Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya dirinya menjadi perawat karena sebagian besar
perbaikan (repair) yang dilakukan oleh perawat keluarganya berprofesi sebagai perawat, dalam
maupun pasien, serta pilihan (preference) atau meningkatkan konsep sepanjang terapi perawat I dan
melakukan persetujuan dan penolakan yang pasien K hanya membicarakan tentang aktivitas
dilakukan oleh perawat maupun pasien. Perawat Y sehari-harinya, tidak banyak informasi yang dapat
dan pasien N menggunakan kalimat pernyataan untuk digali oleh perawat I dari pasien K. Namun, hal
menceritakan kondisi pasien dan bagaimana orang- tersebut juga dipengaruhi oleh pasien K yang tertutup
orang di sekitarnya memperlakukannya yang dan merupakan pasien baru.
menyebabkan pasien N sulit untuk mengendalikan
emosi. Pada perawat Y dan pasien N, terlihat lebih
informal saat melakukan percakapan dalam
Perawat Y melakukan perbaikan agar pasien Y komunikasi terapeutik. Hal tersebut dikarenakan
menjelaskan lebih detail tentang permasalahan dan perawat Y dan pasien N sering bertemu dalam acara
kondisi yang dialami oleh pasien. Persetujuan pada PKJ yang dilaksanakan secara rutin oleh pihak rumah
percakapan antara perawat Y dan pasien N lebih sakit. Hal tersebut juga dikarenakan pasien N adalah
banyak dilakukan oleh pasien N yang menyetujui atas pasien terlama dirawat dibandingkan 2 pasien
saran-saran yang diberikan oleh perawat Y. Perawat lainnya, dan sempat diperbolehkan untuk pulang.
Y melakukan penolakan ketika pasien N Namun, dalam meningkatkan konsep diri pasien,
menyalurkan emosinya dengan tindak kekerasan dan perawat Y juga tidak begitu terlihat. Pasien N yang
menyakiti dirinya. memiliki konsep diri rendah dan susah
mengendalikan emosi, perawat Y hanya
Dalam meningkatkan konsep diri pasien N, menyarankan untuk berkegiatan dan berolahraga
perawat N menggunakan komponen kepercayaan untuk menyalurkan energi dari pasien N. Hal tersebut
yang ditunjukkan dengan karakteristik Y dan juga dilatarbelakangi oleh perawat Y yang
Nmenunjukkan adanya kepercayaan dengan sebenarnya menjadi perawat bukan keinginannya
menceritakan tentang perasaannya yang masih sedih, sejak dini, namun didasarkan dari dorongan orang tua
menceritakan tentang masalah diperlakukan dengan juga yang harus masuk sekolah negeri dalam bidang
buruk di tempat kerja, perawat memberikan keperawatan. Dalam melakukan komunikasi
pertanyaan terbuka dan menceritakan tentang terapeutik perawat harus menerapkan kemampuan
kemampuan yang dimiliki oleh pasien. (skill) yang bisa mendukung efektifnya komunikasi
terapeutik dan juga akan memberikan dampak positif
Menggunakan komponen saling menghargai, bagi kesehatan pasien. Perawat harus memenuhi
perawat Y dan pasien N menunjukkan dengan tidak kemampuan (skill) dalam komunikasi terapeutik
menghakimi dan memberikan label, mendengarkan seperti, teknik mendengarkan, teknik memberikan
pasien hingga meminta pasien untuk menceritakan pertanyaan, dan juga teknik menyimpulkan.
secara lengkap, menggunakan humor. perawat Y dan
pasien N menunjukkan hubungan profesional dengan Selain itu, peneliti juga menyarankan bahwa
tidak mengungkapkan informasi pribadi yang tidak melakukan komunikasi terapeutik memerlukan durasi
relevan, memberikan saran untuk meningkatkan dan waktu yang tidak sebentar untuk mengembangkan
berhubungan dengan kesehatan pasien. Perawat Y hubungan antara pasien dan perawat. Sehingga dalam
dan pasien N menunjukkan dengan bargaining dan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat juga
promising serta menyetujui dan melakukan memperhatikan pengguaan komponen dasar terutama
penolakan yang menujukkan karakteristik komponen kepercayaan. Commented [WU17]: Sebaiknya bagian ini masuk ke bab
penggunaan kekuatan (power). kesimpulan sebagai saran praktis
Dalam membangun kepercayaan saat melakukan
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perawat komunikasi terapeutik perawat melakukan tahapan Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
A yang memiliki latar belakang sebagai tenaga dalam komunikasi terapeutik yaitu, tahap orientasi, diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
10
tahap terminasi/kerja, dan tahap evaluasi. Pada tahap seseorang kepada yang lainnya, keluasan, jumlah
orientasi perawat akan melakukan perkenalan dengan topik yang didiskusikan dalam sebuah hubungan
pasien hingga pada tahap kerja. Pada saat melakukan
tahapan dalam komunikasi terapeutik perawat juga Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
melakukan penetrasi sosial. terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2009) dengan membuka diri maka akan meningkatkan
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi lebih
ke komunikasi yang lebih intim dan berhubungan dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih terbuka
dengan pembukaan diri pasien. untuk menerima pengalaman dan gagasan baru, lebih
cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) cermat memandang diri dengan orang lain.
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- Pasien yang sudah memiliki kepercayaan pada
individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju perawat akan mulai membuka diri dengan
ke komunikasi yang lebih intim. Lebih lanjut, memberikan informasi yang tidak diketahui oleh
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) menjelaskan orang lain bahkan keluarga pasien sendiri.
keintiman yang dimaksud adalah keintiman secara Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
intelektual dan emosional, hingga pada batasan terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
dimana individu-individu tersebut melakukan juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
aktivitas bersama. Penetrasi sosial ini bisa terjadi dengan membuka diri maka akan meningkatkan
pada setiap individu seperti, suami-istri, karyawan- pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
supervisor, dokter-pasien bahkan perawat-pasien meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
yang juga merupakan informan utama dalam
penelitian ini. Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi
lebih dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih
Proses penentrasi sosial yang dilakukan oleh terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan
perawat dan pasien ini dimulai saat menggunakan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif,
komponen kepercayaan dalam komunikasi dan lebih cermat memandang diri dengan orang lain.
terapeutik, pasien mulai menceritakan pada hal-hal
yang tampak hingga ke bagian yang lebih personal, Dalam penetrasi sosial pembukaan diri
seperti, menceritakan tentang hubungan pasien merupakan inti dari perkembangan hubungan.
dengan keluarga, penyebab pasien kembali lagi Pembukaan diri (self-disclosure) dapat secara umum
dirawat di Rumah Sakit Jiwa, dan juga masalalu yang didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi
menyebabkan trauma tersendiri bagi pasien. mengenai diri sendiri kepada orang lain yang
Perbincangan awal ini yang menyebabkan adanya memiliki tujuan (Dalman & Taylor, dalam Turner,
pengembangan dalam hubungan antara pasien dan 2009). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
perawat. bahwa berjalannya komunikasi terapeutik untuk
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan oleh
Pemberian informasi yang dilakukan perawat perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan yang
seperti, dimulai dari hal yang tampak dengan dimiliki antara perawat dan pasien yang akhirnya
menceritakan bahwa perasaannya sudah mulai mempengaruhi keterbukaan pasien. Keterbukaan
tenang, atau pasien Y yang masih merasa sedih pasien kepada perawat tidak hanya membantu
karena tidak satupun keluarganya yang bersedia. Dari perawat dalam meningkatkan konsep diri pasien
informasi-informasi yang diberikan oleh pasien namun juga membantu membentuk hubungan masa
tersebut berhubungan dengan pembukaan diri yang kini dan masa depan antara perawat dan pasien.
dimiliki oleh pasien kepada perawat di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat. Hal tersebut sesuai Dalam penelitian ini ditemukan bahwa informasi
dengan lapisan bawang pada penetrasi sosial yaitu, yang diberikan oleh pasien masih terdapat pada
dimulai dengan citra publik lapisan terluar dari lapisan terluar pada penetrasi sosial yaitu, citra
seseorang, apa yang dapat dililihat oleh orang lain. publik, atau hal-hal yang masih tampak, sehingga
Kemudian, resiporitas keterbukaan balik dari perawat melakukan komunikasi terapeutik untuk
11
meningkatkan konsep diri masih belum terlihat hasil berbeda-beda. Pasien yang dirawat lebih lama dengan
perubahan konsep diri pasien. Hal tersebut dapat durasi kurang lebih 6 bulan tidak melakukan pre-
dilihat dari pengakuan pasien yang masih merasa sequence hal tersebut dilakukan karena kedekatan
bahwa keluarganya masih belum bisa menerima dan antara perawat dan pasien. Pre-sequence lebih
merawat, kemudian penarikan diri dari dunia sosial, banyak digunakan pada percakapan yang lebih formal
sulit berinteraksi dengan orang lain dan juga lebih yang dilakukan oleh perawat I dan perawat A. Hal
suka menyendiri. Hasil tersebut juga dikarenakan tersebut juga disebabkan oleh keterbukaan pasien dan
pada penelitian ini tidak melihat sisi dari keluarga durasi perawatan masing-masing pasien.
pasien yang merupakan significant others paling
penting bagi pasien, penelitian ini hanya mengkaji Saat melakukan komunikasi terapeutik masing-
komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep masing perawat melakukan perbaikan yang memiliki
diri yang hanya dilakukan oleh perawat yang tujuan dan penggunaan yang berbeda-beda.
diobservasi sekali pada saat perawat melakukan Melakukan penolakan dan persetujuan juga
komunikasi terapeutik. dilakukan dalam percakapan antara perawat dan
pasien skizofrenia sebagai lawan bicara saat
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian dari
berjalannya komunikasi terapeutik untuk terapi.
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan oleh
perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan yang Selanjutnya, perawat menggunakan 5 komponen
dimiliki antara perawat dan pasien yang akhirnya komunikasi terapeutik dengan karakteristik tertentu
mempengaruhi keterbukaan pasien. Keterbukaan yang ditunjukkan dengan aspek verbal dan non-
pasien kepada perawat tidak hanya membantu verbal dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri
perawat dalam meningkatkan konsep diri pasien pasien. 5 komponen komunikasi terapeutik tersebut
namun juga membantu membentuk hubungan masa adalah kepercayaan (trust), saling menghargai
kini dan masa depan antara perawat dan pasien. (respect), hubungan profesional (professional
intimacy), empati (empathy), dan kekuatan (power).
Perawat meningkatkan konsep diri pasien
menggunakan 5 komponen pada komunikasi
terapeutik dengan cara yang berbeda-beda. Cara-cara
yang digunakan oleh perawat tersebut dipengaruhi
oleh latar belakang perawat dan juga keterbukaan
KESIMPULAN pasien dalam menceritakan permasalahan. Selain itu Commented [WU18]: Kesimpulan menjawab tujuan dan
sudah menjelaskan kontribusi penelitian.
juga dipengaruhi oleh durasi perawatan masing-
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Sudah ada saran penelitian.
masing skizofrenia. Komponen yang paling dominan
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam dan menentukan keberhasilan dalam komunikasi Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
melakukan percakapan saat terapi dengan pasien, terapeutik adalah komponen kepercayaan yang diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
perawat menggunakan struktur dasar pada terjalin antara pasien dan perawat. Komunikasi komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
percakapan yaitu, adanya giliran bicara (turntaking), terapeutik juga dipengaruhi oleh keterbukaan pasien
urutan bicara (sequence), perbaikan (repair), pilihan kepada perawat yang dapat dikembangkan melalui
(preference). Dari analisis dan pembahasan dapat saling percaya antar keduanya.
disimpulkan bahwa percakapan yang dilakukan oleh
perawat dan pasien skizofrenia memiliki struktur Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
dasar yang sama (giliran bicara, urutan berbicara, komunikasi terapeutik penting dilakukan bagi pasien
perbaikan, dan pilihan), namun penggunaan dan yang memiliki permasalahan dalam hal kejiwaan.
karakteristiknya ditunjukkan dengan cara yang Komunikasi terapeutik tidak hanya dilakukan kepada
berbeda-beda. Pada struktur pertama yaitu, giliran pasien yang memiliki penyakit fisiologis namun juga
bicara (turn-taking) terdapat 3 penggunaan kalimat psikologis. Dalam melakukan komunikasi terapeutik
utama yaitu, kalimat perintah, kalimat pertanyaan, perawat harus menerapkan kemampuan (skill) yang
dan kalimat pernyataan yang menyebabkan bisa mendukung efektifnya komunikasi terapeutik
terjadinya giliran bicara. dan juga akan memberikan dampak positif bagi
kesehatan pasien. Perawat harus memenuhi
Giliran bicara juga terjadi pada percakapan antara kemampuan (skill) dalam komunikasi. terapeutik
perawat dan pasien dengan menggunakan kalimat seperti, teknik mendengarkan, teknik memberikan
pernyataan yang juga digunakan dengan cara yang pertanyaan, dan juga teknik menyimpulkan. Dalam
12
melakukan komunikasi terapeutik juga perlu gangguan jiwa di Kecamatan Bogor Timur. Jurnal
diterapkan adanya 5 komponen utama yaitu, Bimbingan dan Konseling. 1 (1), 19 – 28.
kepercayaan (trust), saling menghargai (respect),
hubungan profesional (professional intimacy), empati Fatani, B.Z. (2017). Schizoprenia: Etiology,
pathophysiological and management. The Egyptian
(empathy) dan juga kekuatan (power). Journal of Hospital Medicine. 69 (6), 2640 – 2646.
Kondisi pasien yang memiliki konsep diri rendah Kholil, S. & Lubis, L, dkk. (2019). Implementation of
juga bisa menjadi faktor efektifnya komunikasi therapeutic communication at Dr. Pirngadi
terapeutik. Pasien skizofrenia dengan konsep diri Hospital. Budapest International Research and
rendah yang juga menarik diri dari dunia sosial dan Critics Institute – Journal BIRCI Journal. 2 (4), 645
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain juga akan – 656.
mempengaruhi berjalannya komunikasi terapeutik.
Kusuma, A.W. (2016). Komunikasi terapeutik: studi
Maka dari itu, komunikasi terapeutik perlu dilakukan
deskriptif kualifikasi komunikasi terapeutik antara
dengan hati-hati dan pelan karena perawat juga perawat dan pasien di Rumah Sakit Grhasia
menghadapi pasien yang membutuhkan perhatian Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri
khusus. Bahkan pada masa awal komunikasi Sunan Kalijaga.
terapeutik, komunikasi berjalan sepihak namun jika
dilakukan secara rutin, seiring berjalannya waktu Leon, G.D. (2000). The therapeutic community: theory,
pasien akan meningkatkan kepercayaan kepada model, and method. USA: Springer Publishing
pasien dan bersedia untuk bercerita untuk Company
meringankan bebannya. Sehingga, dapat disimpulkan
Mulyana, D. (2016). Health and therapeutic
bahwa komunikasi terapeutik membutuhkan waktu
communication. Bandung, Indonesia: PT. Remaja
yang tidak sebentar dengan teknik atau cara yang Rosdakarya Offset.
harus dikuasai oleh perawat. Terapi dengan
komunikasi terapeutik yang dilakukan pada pasien Shreko, E., Sotiri, E., & Lika E. (2013). Therapeutic
skizofrenia membawa perubahan pada konsep diri communication. JAHR, 4 (7). 17- 27. Commented [WU20]: Referensi tidak ditemukan di artikel
pasien akan terlihat dengan karakteristika sudah dapat
mengerjakan aktivitas tanpa diminta oleh perawat, Donsbach, W. (2008). The international encyclopedia of Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
bisa menghargai dirinya sendiri dan menyadari communication. London, UK: Blackwell Publishing. diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
bahwa dirinya berarti untuk orang lain juga, bisa tidur komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
Reynaldi, G. (2016). Upaya peningkatan aktualisasi diri
dengan teratur, sikap gaduh-gelisah pasien pun sudah
pada klien dengan harga diri rendah di RSJD Arif
mulai berkurang, dapat berinteraksi dengan baik Zainudin Surakarta. Tugas Akhir. Fakultas Ilmu
dengan orang-orang di sekitarnya, perawat maupun Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
dengan pasien yang lain.
Mulyadiana, L.L. (2008). Analisis percakapan pada naskah
film the kingdom (satu kajian pragmatis). Tesis.
Universitas Widyatama.
REFERENCES Commented [WU19]: Penyajian belum menggunakan
Mendeley.
Pallotti, G. (2007). Conversation Analysis: Methodology,
Adistie, F & Mediani, dkk. (2018). The implementation of Masih ditemukan referensi yang hilang.
machinery and application to specific settings. Bern:
thereapeutic communication of nurse to the Belum melakukan sitasi artikel dari JIK
Peter Lang.
parents of pediatric patients in preoperative stage. Jumlah referensi yang digunakan sudah melebihi dari batas
Knapp, K & Antos, G. (2008). Handbook interpersonal
Belitung Nurse Journal. 4 (4), 356 – 265. minimal (minimal 15 referensi)
communication. Berlin, Jerman: Deutsche
Sumber referensi dari artikel jurnal ilmiah masih minim,
Nationalbibliothek.
Berger, C. (2014). Handbook ilmu komunikasi. Bandung, belum mencapai >80% dari total referensi yang digunakan.
Indonesia: Nusa Media. Al-Amri, M.N. (2011). Getting beyond conversation
Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
analysis: critical and pedagogical implications for
Cerino, N.D. (2012). Therapeutic communication a diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
TESOL/Bilingual Curriculum for Diverse Learners
necessity in hospice care: four techniques for more komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
in the age of globalization. Education enquiry. 2
effective caregiving. Journal of Health (1), 141 – 151.
Communication. 1 (2), 21 – 23.
Turner, R. (2009). Pengantar teori komunikasi: analisis
Mueser, K. T & Jeste, D.V. (2008). Clinical book of dan aplikasi. Jakarta, Indonesia: Salemba
schizophrenia. New York, USA: The Guilford Press. Humanika.
13
FORM REVIEW ARTIKEL
Judul Artikel: PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
OLEH PERAWAT UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI
PASIEN SKIZOFRENIA
1 Artikel ini memberikan kontribusi pada Ya
body of knowledge yang berhubungan
dengan Jurnal Ilmu Komunikasi
2 Topik artikel ini relevan, aktual, menarik Ya
bagi pembaca, dan sesuai dengan ruang
lingkup (scope) Jurnal Ilmu Komunikasi.
3 Rational atau logika berpikir disusun dengan Ya
baik, berdasarkan pada teori atau isu yang
menarik.
4 Artikel merupakan tulisan asli dan Ya
mengandung kebaruan pada bidang
keilmuan Komunikasi.
5 Judul artikel sesuai dengan isi, informatif, Ya
efektif, dan menarik perhatian pembaca
6 Abstrak bersifat informatif, terdiri dari: latar Belum informative, belum ada
belakang permasalahan singkat, metode, masalah penelitian, metode dan
hasil, dan kontribusi penelitian. kontribusi penelitian ini.
7 Kata kunci mencerminkan istilah penting Ya, cukup
dalam artikel.
8 Pendahuluan menyajikan informasi latar Tidak ada penelitian terdahulu yang
belakang yang relevan, meringkas hal-hal dibahas secara kritis, hanya sekedar
yang mendasar, membahas penelitian dituliskan biar sudah ada. Silahkan
sebelumnya secara kritis, dan diperbaiki, dibandingkan dengan
menyampaikan dengan jelas kesenjangan penelitian anda, agar jelas seperti apa
(gap) yang akan diisi dengan penelitian. penelitian anda (kebaruan penelitian
anda).
Gap penelitian perlu diperjelas.
9 Artikel telah mereview artikel dari jurnal Tidak, silahkan ditambahkan minimal
yang relevan dan mencukupi. 5 dan dijelaskan tanpa menyalin.
10 Metode penelitian dipaparkan dengan jelas, Tidak. Perlu diperjelas subjek dan
rinci, dan diterapkan dengan benar. objek penelitian.
11 Diskusi atau pembahasan didasarkan pada Diskusi sudah ada
analisis data; hasil tidak dibesar-besarkan
(overgeneralized), implikasi penelitian juga
ditulis dengan jelas
12 Isi artikel bersifat inovatif, padat, terstruktur, Belum bunyi dari teori, konsep dan
logis, dan ‘bunyi’. jurnal penelitian
13 Artikel menggunakan instrument pendukung Tidak ada. Silahkan ditambahkan.
yang digunakan untuk menganalisis temuan
penelitian.
1
14 Kesimpulan menjawab tujuan penelitian dan Ya, hanya saja perlu dipersingkat
menjelaskan temuan penelitian. simpulan
15 Artikel memiliki kontribusi penelitian dapat Ada kontribusi
berupa
konsep/teori/metode/implementasi/kebijakan
16 Referensi ditampilkan tanpa ada yang hilang Tidak.
dan gaya penulisan referensi diikuti dengan Daftar pustaka masih minim dari
baik (lebih 80% referensi berasal dari jurnal
jurnal, silahkan diperbaiki wajib 80%
ilmiah). Penulisan referensi menggunakan jurnal dan mutakhir. Gunakan
Mendeley. mendeley agar tidak ada sitasi yang
tertinggal.
17 Artikel ditulis dengan bahasa yang baik dan Masih ditemukan penulisan yang tidak
mudah dipahami, menggunakan gaya sesuai, tidak mencetak miring kalimat
penulisan akademik; menggunakan kosa asing.
kata teknis dengan benar, tidak ada
kesalahan tata bahasa.
18 Komentar untuk Penulis Silahkan diperbaiki dalam hal
kebaruan penelitian yang diperoleh
dari membandingkan penelitian lain
(bukan cuman ditulis sekedar), serta
hasil dan pembahasan perlu diperbaiki
dan ditambahkan. Hindari penulisan
menurut di awal kalimat, dan tidak
mensitasi sumber dalam sumber,
langsung saja merujuk sumber utama
berasal dari jurnal. Lihat catatan yang
lebih rinci pada naskah.
19 Rekomendasi Dipertimbangkan Kembali Setelah
a. Diterima (Accept Submission) Revisi Minor
b. Dipertimbangkan Kembali Setelah
Revisi Minor (Revisions Required).
c. Dipertimbangkan Kembali Setelah
Dilakukan Revisi Mayor (Resubmit for
Review)
d. Ditolak (Decline Submission)
Abstract: Masalah penelitian yang anda teliti. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai percakapan pada Commented [Cica2]: Tambahkan masalah penelitian yang
anda teliti.
2
komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat pada pasien yang memiliki penyakit secara psikologis yaitu,
skizofrenia. Salah satu cara dalam meningkatkan konsep diri rendah pasien skizofrenia adalah menggunakan
komunikasi terapeutik yang merupakan bagian dari komunikasi kesehatan. Saat melakukan asuhan
keperawatan seperti, komunikasi terapeutik perawat membutuhkan keterampilan komunikasi yang efektif
untuk melaksanakannya secara efisien. Perawat akan mengambil peran untuk memberikan perawatan,
berkoordinasi dan membantu pasien dalam melakukan aktivitas seharihari dengan tujuan untuk membantu
pasien dalam meringangkan penyakitnya secara psikologis. Maka dari itu, agar terwujudkan komunikasi Commented [Cica3]: Tidak menggunakan kata sambung di
terapeutik yang efektif, perawat menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi terapeutik yaitu, awal kalimat.
kepercayaan (trust), saling menghargai (respect), hubungan profesional (professional intimacy), empati
(empathy) dan kekuatan (power).. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dalam percakapan saat Commented [Cica4]: Silahkan diganti dengan metode
komunikasi terapeutik masing-masing perawat memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada giliran bicara penelitian secara singkat, lugas, dan jelas.
(turn-taking), urutan berbicara (sequences), perbaikan (repair) dan pilihan (preference), selain itu pada
penelitian ini juga ditemukan bahwa masing-masing perawat memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari
aspek verbal maupun non verbal dalam penggunaan 5 komponen pada komunikasi terapeutik untuk
meningkatkan konsep diri pasien. Dalam penerapan komunikasi terapeutik komponen kepercayaan adalah
komponen yang paling dominan digunakan oleh perawat untuk meningkatkan konsep diri pasien. Perbedaan
penerapan komunikasi terapeutik tersebut juga dipengaruhi latar belakang perawat, kemampuan perawat
dalam komunikasi terapeutik, keterbukaan pasien dan juga lama durasi perawatan pasien. xxxx Commented [Cica5]: Tambahkan kontribusi penelitian ini,
boleh rekomendasi metode, keilmuan, model, kebijakan, dan
lainnya.
3
terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif terapeutik menggunakan strategi khusus yang
untuk mempercepat penyembuhan pasien (Donsbach, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
2008). Tidak hanya digunakan sebagai pemberian dan gagasan yang memiliki tujuan untuk mengurangi
perawatan pada pasien fisiologis, komunikasi distress psikologi yang dialami oleh pasien.
terapeutik juga digunakan pada pasien dengan Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa gejala
penyakit psikologis seperti skizofrenia. negatif dari skizofrenia adalah sulit memulai
Skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan pembicaraan, berkurangnya motivasi, berkurangnya
yang paling serius dibandingkan dengan gangguan atensi, dan menarik diri secara sosial akibat
kejiwaan lainnya. Biasanya terjadi pada akhir masa berkurangnya konsep dan aktualisasi dirinya. Dalam
remaja dan sering kali memiliki efek mendalam penelitiannya Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang dengan pasien skizofrenia memiliki perasaan tidak berharga,
skizofrenia sering mengalami kesulitan hidup merasa harga diri rendah, dan tidak berarti yang
mandiri dan mengurus diri sendiri, bekerja, dan berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
memenuhi kewajiban atau melakukan peran lainnya sendiri dan kemampuan dirinya. Maka dari itu,
(Mueser & Jeste, 2008, h. 3). Skizofrenia memiliki penting dilakukan komunikasi terapeutik kepada
gejala negatif seperti delusi atau waham, halusinasi, pasien skizofrenia untuk meningkatkan konsep diri
kekacauan pikiran, menyimpan rasa kecurigaan dengan tujuan mengurangi gejala negatif skizofrenia.
terhadap sesuatu. Penderita skizofrenia juga kerap Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat
kali mengalami perubahan sensori persepsi, membantu pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
merasakan sensasi palsu berupa suara dan kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
penglihatan (Damayanti, 2016). mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah negatif. Meskipun, lebih memakan waktu dan
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Oktober membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam
2019, data rekam medis RSJ Dr. Radjiman keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi
Wediodiningrat menunjukkan sejak tahun 2017 terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif
kunjungan pasien terbanyak datang dari penderita untuk mempercepat penyembuhan pasien (Donsbach,
skizofrenia dengan jumlah 786 pasien, dengan rincian 2008).
skizofrenia paranoid sebanyak 146 orang, dan Pasien skizofrenia dengan gejala negatif memiliki
skizofrenia hebefrenik sebanyak 551 orang, dan 89 konsep diri rendah. Menurut Rakhmat (2007, h. 99) Commented [Cica11]: Sitasi ini tidak ada dituliskan pada
orang penderita skizofrenia tak terinci. Dari data konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita daftar pustaka.
rekam medis tersebut, peneliti menentukan fokus tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh
penelitian pada perawatan yang dilakukan oleh bersifat psikologi, sosial dan fisis. Lebih lanjut,
perawat kepada pasien skizofrenia hebrefrenik yang Rakhmat (2007, h. 100) menjelaskan terdapat dua
memiliki negative symptomps. Fatani (2017) komponen tentang konsep diri yaitu, komponen
membagi gejala skizofrenia menjadi tiga yaitu, kognitif dan komponen afektif. Pengambilan tema
positive symptomps penderita dengan gejala ini dalam percakapan saat melakukan komunikasi
disebut dengan skizofrenia paranoid. terapeutik yang dilakukan perawat dengan pasien ini
Penderita skizofrenia dengan negative symptomps, didasarkan juga pada informasi perawat di RSJ Dr.
penderita dengan gejala ini disebut dengan Radjiman Wediodiningrat yang mengatakan bahwa
skizofrenia hebefrenik, ditandai dengan kurangnya dalam komunikasi terapeutik kepada pasien
motivasi, menarik diri dari dunia sosial, penderita skizofrenia hebefrenik (negative symptomps)
skizofrenia hebefrenik seringkali susah melakukan biasanya perawat memberikan topik aspek kejiwaaan,
aktivitas sehari-hari dan susah untuk berinteraksi salah satunya adalah meningkatkan konsep diri
dengan orang lain. pasien.
Dalam menangani pasien skizofrenia, perawat Dalam meningkatkan konsep diri pasien. Perawat Commented [Cica12]: Kalimat terlalu pendek dan
memiliki peranan yang penting. Salah satu cara menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi menggantung.
menangani pasien dengan skizofrena adalah terapeutik yang juga merupakan komponen dalam
menggunakan komunikasi terapeutik. Menurut komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi Commented [Cica9]: Hindari penggunaan kata menurut di
Pounds (dalam Mulyana, 2016) konsep komunikasi interpersonal selain berpusat pada pesan, komunikasi awal kalimat, dan hindari penggunan sumber dalam sumber.
terapeutik mengacu pada proses dimana perawat interpersonal juga terkait dengan konteks. Appegate Langsung saja merujuk pada sumber utama, namun referensi
secara sadar mempengaruhi klien atau membantu dan Delia (dalam Berger, 2014, h.222) mengusulkan mutakhir 10 tahun terakhir dan berasal dari jurnal.
klien mencapai pemahaman yang lebih baik melalui lima dimensi konteks untuk situasi komunikasi: latar Commented [Cica13]: Cari dari jurnal yang sumber utama.
komunikasi verbal dan non-verbal. Lebih lanjut, fisik (ruang, lingkungan, dan saluran yang
Commented [Cica10]: Ini belum ada di daftar pustaka,
Sherko (2013) menambahkan bahwa komunikasi digunakan), latar sosial/relasional (misalnya, teman,
gunakan aplikasi mendeley agar tidak ada sitasi yang
tertinggal.
Commented [Cica14]: atau
4
pasangan hidup, rekan kerja, terapis, atau tetangga), Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini akan
latar instutisional (misalnya, rumah, pekerjaan, menggunakan metode analisis percakapan
rumah sakit, sekolah, gereja), latar fungsional (tujuan (conversation analysis). Palotti (2007) dalam
utama yang dikejar, misalnya, menyediakan bukunya Conversation Analysis: Methodology,
informasi, membujuk, mendukung, dan latar budaya machinery, and application to specific thing,
(termasuk suku, kebangsaan, kelas sosial, dan menjelaskan dan membagi struktur dasar dari analisis
golongan lainnya yang relevan). percakapan (conversation analysis) menjadi empat
Komunikasi interpersonal yang terjadi pada bagian yaitu, giliran bicara (turn-taking
penelitian ini adalah komunikasi interpersonal yang organization), urutan bicara (sequence), pasangan
terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia. sepadan (repair), dan preference. Commented [Cica22]: Cari dari jurnal, sumber ini juga
Sebagaimana dalam konteks komunikasi Dalam penelitian ini conversation analysis tidak dituliskan di daftar pustaka.
interpersonal adalah latar fisik ruang, latar digunakan untuk melihat dinamika dan struktur dasar
sosial/relasional adalah terapis dan pasien, latar percakapan yang dilakukan oleh perawat dan pasien Commented [Cica15]: atau
institusional adalah rumah sakit, dan latar fungsional saat melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian
adalah untuk mendukung pasien skizofrenia yang dari terapi. Heritage (dalam Palotti, 2007)
dilakukan oleh perawat. Komunikasi interpersonal menjelaskan bahwa analisis percakapan memandang
yang terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia di pembicaraan dan gerakan tubuh bukan hanya sebagai
rumah sakit jiwa dengan tujuan untuk pemberian media untuk berkomunikasi, tetapi sebagai cara
perawatan disebut dengan komunikasi terapeutik membangun realitas dan hubungan sosial pada dua
yang merupakan sub-disiplin dari komunikasi orang atau lebih Commented [Cica23]: Cari dari jurnal dan sumber ini juga
kesehatan. Penelitian ini akan mengamati percakapan yang tidak dituliskan di daftar pustaka.
Sejumlah penelitian terdahulu lain pada berlangsung dalam komunikasi terapeutik yang
komunikasi terapeutik juga telah dilakukan dilakukan oleh perawat dan pasien gangguan jiwa
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perawat
Cerino (2012) yang meneliti teknik komunikasi membangun dan mempertahankan interaksi dalam
terapeutik untuk pasien yang menderita penyakit rangka meningkatkan konsep diri pasien serta
kronis seperti kanker. Penelitian lain dilakukan oleh penggunaan 5 komponen utama dalam komunikasi Commented [Cica16]: lalu bagaimana hasilnya?
Vankatwyk (2006) yang meneliti mengenai terapeutik.
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh pastor, Pemilihan lokasi penelitian di RSJ Dr. Radjiman Commented [Cica17]: tidak ditemukan pada daftar
dan penelitian yang dilakukan oleh Long & Slevin Wediodiningrat dikarenakan Rumah Sakit Jiwa ini pustaka.
(2013) tentang komunikasi terapeutik yang dilakukan adalah rumah sakit jiwa pertama yang dibangun pada Commented [Cica18]: Hasilnya bagaimana?
pada pasien demensia. zaman penjajahan Belanda di tahun 1902 dan saat ini
Commented [Cica19]: Tidak ditemukan pada daftar
Pengambilan tema dalam percakapan saat menjadi RSJ terbesar di Asia Tenggara, jika
pustaka.
melakukan komunikasi terapeutik yang dilakukan dibandingkan rumah sakit jiwa yang lain RSJ Dr.
perawat dengan pasien ini didasarkan juga pada Radjiman Wediodiningrat memiliki jumlah pasien Commented [Cica20]: Apa bedanya dengan penelitian
informasi perawat di RSJ Dr. Radjiman dan fasilitas yang lebih banyak yaitu, 1.200 tempat anda? GAPnya seperti apa yang baik?
Wediodiningrat yang mengatakan bahwa dalam tidur. Dalam kurun waktu 1942 - 1945, Rumah Sakit Commented [Cica21]: Hasilnya bagaimana?
komunikasi terapeutik kepada pasien skizofrenia Jiwa Lawang mengalami penurunan pelayanan,
hebefrenik (negative symptomps) biasanya perawat karena kurangnya sarana perawatan dan adanya
memberikan topik aspek kejiwaaan, salah satunya penyakit menular, jumlah pasien menurun sampai
adalah meningkatkan konsep diri pasien. Dari 800 orang. Tahun 1947 jumlah pasien : 1.200 orang,
penelitian tersebut juga menjadi rujukan bagi peneliti, gabungan antara anex Suko dan Rumah Sakit Jiwa
memilih Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Lawang.
Wediodiningrat sebagai tempat penelitian karena di
rumah sakit jiwa membutuhkan penangan dan TUJUAN PENELITIAN
perawatan pasien yang berbeda dengan rumah sakit Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
umum yang menangani penderita sakit fisik. penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis,
Kemudian menjadikan perawat sebagai menjelaskan dengan conversation analysis
informan, dikarenakan perawat adalah orang yang bagaimana percakapan dalam komunikasi terapeutik
lebih sering berhubungan dengan pasien dan juga yang dilakukan perawat untuk meningkatkan konsep
keluarga pasien sehingga perawat yang lebih diri pasien skizofrenia.
mendominasi dalam proses perawatan dibandingkan
dengan dokter.
5
METODE PENELITIAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga cara
penelitian analisis percakapan (conversation dalam teknik pengumpulan data yaitu, observasi,
analysis). Analisis percakapan sebagai metode teknik rekaman audio, dan pencatatan data di
lapangan yang dilakukan di RSJ Dr. Radjiman
bertujuan untuk menjelaskan peraturan, struktur, dan
Wediodiningrat Malang.
urutan bentuk interaksi, baik itu pada percakapan
formal maupun informal (Van Rees dalam
TEKNIK ANALISIS DATA
Mulyadiana, 2008).
Analisis data adalah proses mengordinasikan data
penelitian ini merujuk pada penelitian CA yang ke dalam tipologi satuan, penyusunan satuan,
berfokus pada peraturan, struktur dan urutan dalam kategorisasi, dan menjelaskan tentang komponen-
sebuah percakapan. Percakapan yang dimaksud komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis data
adalah percakapan dalam komunikasi terapeutik yang (Moleong, 2016).
dilakukan 78 oleh perawat dan pasien skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian
dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri conversation analysis (CA). Pendekatan CA
mengkaji pada spesifikasi perilaku sosial manusia
pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
dalam percakapan dan berkomitmen untuk
secara detail bagaimana peraturan, struktur, dan melakukan pengamatan secara naturalistik. Metode
urutan dalam percakapan saat perawat melakukan CA menawarkan penelitian dengan cara deskriptif
komunikasi terapeutik dengan menerapkan 5 yang dikembangkan dengan baik untuk meneliti
komponen utama kepada pasien dengan tujuan untuk interaksi percakapan dengan prosedur empiris yang
meningkatkan konsep diri pasien. benar untuk mendukung analisisnya (Hoey dan
Kendrick, 2018)
TEKNIK PEMILIHAN INFORMAN
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan digunakan metode conversation analysis menurut
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria Gabriella Pallotti (2007), dengan tahapan sebagai
berikut:
dan aspek tertentu. Beberapa kriteria atau
pertimbangan yang digunakan peneliti dalam 1. Data selection (pemilihan data), Penelitian
pemilihan informan berdasarkan studi pendahuluan CA didasarkan pada data naturalistik, yaitu
yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman pertukaran yang dilakukan tempat terlepas
Wediodiningrat adalah sebagai berikut: dari kebutuhan penelitian untuk mencatat
dan menganalisis mereka. Ini berarti bahwa
1. Perawat aktif yang sudah memiliki Surat analis percakapan tidak memperoleh data
Tanda Registrasi (STR). mereka dari eksperimental, role plays atau
2. Perawat yang sudah melakukan profesinya wawancara namun dengan
pengamatan/observasi. Maka dari itu,
sebagai perawat di RSJ Dr. Radjiman
peneliti mulai dengan memilih bagian hasil
Wediodiningrat selama kurang lebih 2 data yang akan dianalisis yaitu, memilih
tahun. hasil data yang berhubungan dengan proses
3. Perawat yang sudah menangani pasien komunikasi yang dilakukan perawat dan
skizofrenia, khususnya skizofrenia pasien skizofrenia untuk meningkatkan
hebefrenik yang memiliki negative konsep diri pasien dengan menerapkan 5
symptomps. komponen utama dalam komunikasi
4. Informan penelitian terdiri dari pasangan terapeutik.
2. Data transcription (transkrip data),
(couple/pair) yaitu, perawat dan pasien
transkripsi adalah bagian penting dari
skizofrenia (one on one). melakukan CA. Transkrip terperinci dari
pembicaraan tersebut – dan beberapa kasus
6
berperilaku seperti gerakan atau gerakan – 3. Perawat Y (46 tahun), Perawat Y sudah bekerja
sebelum menganalisis suatu episode menangani pasien skizofrenia sejak tahun 1998 dan
interaksi. Transkrip ini meliputi semua sudah memiliki Surat Tanda Registrasi. Perawat Y
bagian dalam percakapan dari awal dan sebelumnya sama sekali tidak memiliki keinginan
akhir ucapan yang tumpang tindih menjadi perawat, hanya ia ingin mewujudkan
(overlaps), awal yang salah, keraguan, suara harapan orang tuanya untuk bersekolah di perguruan
non-verbal seperti ah, oh, hm, kontur tinggi negeri di jurusan kesehatan.
intonasi, gerakan tubuh dan pandangan.
Dalam transkrip data penelitian ini akan Keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti tidak bisa
menggunakan simbol dalam analisis memilih pasien skizofrenia mana yang akan diteliti.
percakapan yang dijelaskan oleh Jefferson Informan perawat dan pasien skizofrenia ditentukan
(dalam Knapp & Anots, 2008). oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
3. Participant viewpoint (sudut pandang Wediodiningrat yang langsung mengarahkan kepada
pelaku), bukan berarti peneliti informan di Ruang Melati yang merupakan ruangan
mengekspresikan diri dengan cara yang pasien skizofrenia perempuan dengan perawat
persis sama seperti yang diamati orang akan perempuan, sehingga peneliti tidak mendapatkan
ketika menganalisis interaksi yang sama, akses untuk memilih perawat laki-laki maupun pasien
tetapi mereka menempatkan analisis mereka skizofrenia laki-laki sebagai informan dalam
pada sudut pandang peserta dalam interaksi. penelitian ini. Commented [Cica24]: Tidak perlu dituliskan subjudul,
Peneliti harus memosikan diri dan mengakui namun dibaurkan. Mohon tidak menggunakan penomoran.
dengan rendah hati bahwa interpretasi tidak
pernah lepas dari pengalaman pribadi, HASIL PENELITIAN Commented [Cica25]: Silahkan dituliskan terlebih dahulu
kultural, dan historis informan. hasil penelitian sesuai dengan metode, lalu dianalisis dan
4. Generalisation (generalisasi), CA selalu dibahas dengan membunyikan teori dan jurnal penelitian lain.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dimulai dengan kasus tunggal, mencoba
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
menjelaskan dinamika mereka satu per satu.
melakukan percakaap saat terapi dengan pasien,
Berdasarkan proses itu peneliti harus
perawat menggunakan struktur dasar percakapan
berusaha memformulasikan beberapa
sesuai dengan penjelasan Pallotti (2007) tentang
pengamatan umum pernyataan atau aturan
struktur dasar pada percakapan yaitu, adanya giliran
yang sementara dapat ditarik kesimpulan
bicara (turn-taking), urutan bicara (sequence),
hal-hal yang sedang diamati.
perbaikan (repair), pilihan (preference).
GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini ditemukan bahwa giliran
bicara (turn-taking) sesuai dengan penjelasan
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan Levinson (dalam Knapp & Antos, 2008) bahwa
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria pergantian tersebut berlangsung secara urut sehingga
dan aspek tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah didapatkan A-B-A-B-A-B. Dalam giliran bicara
ditentukan di atas, informan yang dipilih dan telah terdapat 3 karakteristik kalimat utama yaitu, kalimat
memenuhi kriteria, yaitu: perintah, kalimat pertanyaan, dan kalimat pernyataan.
Masing-masing dari informan memiliki kalimat
1. Perawat I (48 tahun), Perawat I sudah bekerja dari perintah, pertanyaan, dan pernyataan yang berbeda-
tahun 1993. Sudah memiliki Surat Tanda Registrasi. beda. Selanjutnya, pada penelitian ini juga ditemukan
Latar belakangnya menjadi seorang perawat adanya urutan bicara (sequence), namun dalam
dikarenakan sebagian besar keluarga dari perawat I penelitian ini perawat Y memiliki urutan bicara
berprofesi sebagai tenaga medis. (sequence) yang berbeda yaitu, tidak adanya pre-
invitation atau pre-request berbeda dengan dua
2. Perawat A (38 tahun), Perawat A bekerja menjadi perawat yang menjadi informan lainnya. Hal tersebut
perawat menangani pasien skizofrenia sejak tahun juga dijelaskan oleh Amri (2011) bahwa pre-
2006. Namun, sebelumnya perawat A bekerja sebagai sequence lebih banyak digunakan sebagai percakapan
Dosen di salah satu Poltekkes jurusan Keperawatan di murni yang formal. Jadi beberapa percakapan
Malang. Setelah itu perawat A mengikuti pemilihan terkadang mengandung pre-sequence dengan tujuan
PNS dan menjadi perawat di rumah sakit jiwa. untuk menanyakan tentang ketersediaan dan
kemungkinan untuk mendapatkan informasi.
7
Gambaran umum komunikasi terapeutik di Penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia
Indonesia lainnya juga dijelaskan pada penelitian yang
dilakukan oleh Kholil & Lubis (2019) yang mengkaji
Komunikasi teraapeutik merupakan salah satu bagian mengenai penggunaan komunikasi terapeutik di
dari komunikasi kesehatan dan dalam kajian ilmu Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi di Medan.
komunikasi juga termasuk dalam komunikasi
interpersonal. Di Indonesia, komunikasi terapeutik Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk melihat
digunakan sebagai alat bagi perawat untuk penggunaan komunikasi terapeutik dengan dokter
mempengaruhi tingkah laku pasien untuk dan pasien dengan penyakit fisiologis kronis. Dalam
mendapatkan keberhasilan dalam intervensi penelitian tersebut ditemukan bahwa implementasi
keperawatan (Stuart & Sunden dalam Kusuma, komunikasi terapeutik dilakukan oleh tenaga medis di
2016). Komunikasi terapeutik dilakukan secara sadar Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
dengan teknik khusus yang bertujuan untuk menerapkan terapi dengan beberapa tahapan, seperti
kesembuhan pasien (Uripni dalam Kusuma, 2016). salam ketika memasuki ruangan, salam kepada setiap
pasien sebelum memeriksa dan bertanya tentang
Komunikasi terapeutik dapat diterapkan pada pasien perkembangan kesehatan mereka. Hal ini merupakan
dengan penyakit fisiologis maupun secara psikologis. prosedur formulir komunikasi yang harus dilakukan
Seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh Adistie, oleh setiap tenaga medis.
Mediani, dkk (2018) yang mengkaji penggunaan
komunikasi terapeutik pada pasien yang akan Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
menjalankan operasi atau disebut dengan perawatan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik
pra-operasi. Lebih lanjut dalam penelitian tersebut pada penelitian yang dilakukan oleh Kholil & Lubis
dijelaskan bahwa perawatan pra-operasi (2019) saat berinteraksi dengan pasien yang
dimaksudkan untuk mempersiapkan pasien dan mengalami gangguan pendengaran sehingga tenaga
keluarga pasien untuk menghadapi operasi/operasi. medis kesulitan menerapkan komunikasi terapeutik.
Hal tersebut dilakukan karena sebelum menjalani
operasi, persiapannya dapat memengaruhi emosi Dari penjelasan di atas, implementasi atau
yang membutuhkan penyesuaian orang tua, Selain penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia masih
itu, ketika orang tua tertekan, itu dapat mempengaruhi banyak dilakukan oleh tenaga medis pada pasien yang
tekanan emosional pasien juga (Adistie, Mediani, memiliki penyakit secara fisiologis yang dilakukan
dkk, 2018). dengan tujuan untuk mengurangi tekanan emosi dan
mempermudah perawat untuk memberikan
Penggunaan komunikasi terapeutik saat ini lebih perawatan kepada pasien, komunikasi terapeutik di
terkonsentrasi pada pengaplikasian komunikasi Indonesia juga dilakukan kepada keluarga pasien
terapeutik untuk pasien dengan penyakit fisiologis sebagai salah satu support group pasien saat
atau pasien yang memiliki penyakit kronis lainnya, menjalani perawatan.
dan penerapannya kepada pasien lanjut usia dan anak-
anak di Indonesia. Penerapan komunikasi terapeutik Maka dari itu, penelitian ini akan mengkaji
di Indonesia diterapkan untuk mengatasi pasien atau penerapan komunikasi terapeutik yang dilakukan
keluarga pasien yang mengalami berbagai masalah oleh perawat pada pasien yang memiliki penyakit
psikologis yang menjadi pertimbangan oleh perawat. secara psikologis yaitu, skizofrenia dengan konsep
diri rendah atau pasien skizofrenia yang memiliki
Selain itu, penerapan komunikasi terapeutik dapat gejala negatif.
memberi manfaat, tidak hanya untuk klien tetapi juga
untuk perawat, karena keterampilan tidak hanya Conversation analysis dalam komunikasi
meningkatkan komponen saling percaya dengan terapeutik antara perawat I dan pasien K
pasien, namun lebih yaitu, menghasilkan efektivitas
dalam memperoleh tujuan terapi, tetapi juga memberi Dalam percakapan yang dilakukan oleh perawat I
pasien perawatan dan pemenuhan dalam intervensi dan pasien K kalimat perintah digunakan
keperawatan secara profesional yang juga dapat memberikan perintah untuk tetap beraktivitas dan
meningkatkan profesi perawawat (Damaiyanti, tidak boleh menyendiri. Percakapan dalam
2008). komunikasi terapeutik saat terjadinya giliran bicara
(turn-taking) perawat dan pasien juga menggunakan
kalimat pertanyaan dan pernyataan dengan tujuan
8
pada penggunaan yang berbeda-beda. perawat I Pada percakapan perawat A dan pasien Y kalimat
menggunakan kalimat pertanyaan untuk mengawali perintah digunakan untuk memberikan dorongan dan
giliran bicara dengan menanyakan kabar dan keadaan dukungan (enocuraging) kepada pasien Y memiliki
pasien K. Perawat I melakukan perbaikan dalam kemampuan (skill) di bidang kecantikan. perawat A
percakapan saat komunikasi terapeutik untuk menggunakan kalimat pertanyaan untuk mengawali
menenangkan pasien terkait dengan keinginan untuk giliran bicara dengan menanyakan kabar dan keadaan
bertemu keluarga. Selanjutnya, preference atau pasien. Perawat A melakukan perbaikan dalam
melakukan penerimaan dan penelokan. Perawat I percakapannya sebagian besar untuk mendapatkan
melakukan penolakan secara tidak langsung saat pemahaman yang sama dengan pasien Y. Sementara
pasien ingin bertemu dengan keluarganya, dan perawat A melakukan penolakan saat atas sikap
melakukan persetujuan ketika pasien K menceritakan pasien yang mengaku lebih suka menyendiri dan
aktivitas-aktivitas apa saja ang bisa ia lakukan. merasa bahwa keluarganya tidak ada yang peduli
terhadapnya, namun perawat A melakukan
Perawat I dan pasien K meningkatkan konsep diri persetujuan ketika pasien Y ingin mengembangkan
pasien dengan menggunakan komponen kepercayaan kemampuan (skill) saat sudah diizinkan kembali ke
ditunjukkan dengan aspek verbal dan nonverbal. Dinas Sosial setempat.
Adanya kepercayaan antara perawat I dan pasien K
dalam komunikasi terapeutik ditujukan dengan Perawat A dan pasien Y menunjukkan adanya
karakteristik seperti, pasien menceritakan kegiatan kepercayaan dengan karakteristik menceritakan
yang biasa dilakukannya di rumah maupun di rumah tentang perasaannya yang masih sedih. Menceritakan
sakit. Pasien menanyakan dan menyatakan ingin tentang masalah diperlakukan dengan buruk di
bertemu dengan keluarga, mengungkapkan hal yang tempat kerja, perawat memberikan pertanyaan
tampak. Menceritakan bahwa pasien hanya terbuka, menceritakan tentang kemampuan yang
berkomunikasi dengan keluarga. dimiliki oleh pasien. tentang perasaannya yang masih
sedih, menceritakan tentang masalah diperlakukan
Dalam penggunaan komponen saling menghargai dengan buruk di tempat kerja, perawat memberikan
masing-masing pasien juga menunjukkan dengan pertanyaan terbuka dan menceritakan tentang
sikap dan karakteristik yang berbeda-beda. Perawat I kemampuan yang dimiliki oleh pasien.
dan pasien K menunjukkan dengan sikap merespon
dengan melakukan pengulangan apa yang dialami Penggunaan komponen saling menghargai
oleh pasien, memberikan saran untuk terus digunakan oleh perawat A kepada pasien Y. Perawat
melakukan aktivitas/kegiatan, memberikan A menunjukkan dengan memberi dan mendukung
tanggapan dengan menggunakan hasil observasi dan pasien Y, memperlihatkan rasa ketertarikan dengan
pemikiran, dan tanpa menghakimi dan tidak memberikan pertanyaan lebih lanjut, dan meminta
memberikan label. pasien untuk menjelaskan atau memperluas
informasi.
Pada penggunaan komponen hubungan
profesional masing-masing perawat menunjukkan Sementara untuk penggunaan komponen
dengan cara yang berbeda-beda. Perawat I dan pasien hubungan profesional ditunjukkan dengan Perawat A
K misalnya menunjukkan dengan tidak menggunakan dan pasien Y menunjukkan dengan mengenal lawan
kata-kata medis, menggunakan bahasa jawa/bahasa bicara dengan mengajukan pertanyaan yang
krama halus. Pada penggunaan empati perawat dan berhubungan dengan kondisi pasien, menggunakan
pasien juga menggunakan dalam komunikasi kata-kata yang mudah dipahami. Pada komponen
terapeutik dengan masing-masing karakteristik. empati, perawat A menunjukkan dengan
Perawat I menunjukkan empati kepada pasien K merefleksikan kembali mengenai apa yang
dengan melakukan legitimasi, mengungkapkan disampaikan pasien, dan memberikan saran yang bisa
sugesti dengan cara yang konstruktif. Pada komponen meningkatkan kesehatan pasien. pasien A dan pasien
terakhir yaitu, kekuatan perawat I dan K Y menunjukkan dengan memberikan perintah secara
menunjukkan dengan memberikan perintah secara langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), melakukan
langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), bargaining manipulasi yang menunjukkan penggunaan
dan promising. komponen kekuatan (power).
9
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perawat pendidik sebelum menjadi perawat lebih terlihat
yang tidak memiliki kedekatan cenderung karakteristiknya dalam meningkatkan konsep diri
menggunakan pre-invitation dan pre-request dalam pasien, perawat A dalam melakukan komunikasi
memulai pembicaraan, sedangkan perawat Y dan terapeutik lebih terlihat menerapkan teknik
pasien N yang sudah bertemu sebelumnya langsung komunikasi terapeutik seperti, teknik mendengarkan,
melakukan pre-opening yaitu, dengan cara terknik bertanya dan teknik menyimpulkan.
menanyakan kejadian/peristiwa yang sudah terjadi. Sementara itu perawat I yang mengatakan bahwa
Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya dirinya menjadi perawat karena sebagian besar
perbaikan (repair) yang dilakukan oleh perawat keluarganya berprofesi sebagai perawat, dalam
maupun pasien, serta pilihan (preference) atau meningkatkan konsep sepanjang terapi perawat I dan
melakukan persetujuan dan penolakan yang pasien K hanya membicarakan tentang aktivitas
dilakukan oleh perawat maupun pasien. Perawat Y sehari-harinya, tidak banyak informasi yang dapat
dan pasien N menggunakan kalimat pernyataan untuk digali oleh perawat I dari pasien K. Namun, hal
menceritakan kondisi pasien dan bagaimana orang- tersebut juga dipengaruhi oleh pasien K yang tertutup
orang di sekitarnya memperlakukannya yang dan merupakan pasien baru.
menyebabkan pasien N sulit untuk mengendalikan
emosi. Pada perawat Y dan pasien N, terlihat lebih
informal saat melakukan percakapan dalam
Perawat Y melakukan perbaikan agar pasien Y komunikasi terapeutik. Hal tersebut dikarenakan
menjelaskan lebih detail tentang permasalahan dan perawat Y dan pasien N sering bertemu dalam acara
kondisi yang dialami oleh pasien. Persetujuan pada PKJ yang dilaksanakan secara rutin oleh pihak rumah
percakapan antara perawat Y dan pasien N lebih sakit. Hal tersebut juga dikarenakan pasien N adalah
banyak dilakukan oleh pasien N yang menyetujui atas pasien terlama dirawat dibandingkan 2 pasien
saran-saran yang diberikan oleh perawat Y. Perawat lainnya, dan sempat diperbolehkan untuk pulang.
Y melakukan penolakan ketika pasien N Namun, dalam meningkatkan konsep diri pasien,
menyalurkan emosinya dengan tindak kekerasan dan perawat Y juga tidak begitu terlihat. Pasien N yang
menyakiti dirinya. memiliki konsep diri rendah dan susah
mengendalikan emosi, perawat Y hanya
Dalam meningkatkan konsep diri pasien N, menyarankan untuk berkegiatan dan berolahraga
perawat N menggunakan komponen kepercayaan untuk menyalurkan energi dari pasien N. Hal tersebut
yang ditunjukkan dengan karakteristik Y dan juga dilatarbelakangi oleh perawat Y yang
Nmenunjukkan adanya kepercayaan dengan sebenarnya menjadi perawat bukan keinginannya
menceritakan tentang perasaannya yang masih sedih, sejak dini, namun didasarkan dari dorongan orang tua
menceritakan tentang masalah diperlakukan dengan juga yang harus masuk sekolah negeri dalam bidang
buruk di tempat kerja, perawat memberikan keperawatan. Dalam melakukan komunikasi
pertanyaan terbuka dan menceritakan tentang terapeutik perawat harus menerapkan kemampuan
kemampuan yang dimiliki oleh pasien. (skill) yang bisa mendukung efektifnya komunikasi
terapeutik dan juga akan memberikan dampak positif
Menggunakan komponen saling menghargai, bagi kesehatan pasien. Perawat harus memenuhi
perawat Y dan pasien N menunjukkan dengan tidak kemampuan (skill) dalam komunikasi terapeutik
menghakimi dan memberikan label, mendengarkan seperti, teknik mendengarkan, teknik memberikan
pasien hingga meminta pasien untuk menceritakan pertanyaan, dan juga teknik menyimpulkan.
secara lengkap, menggunakan humor. perawat Y dan
pasien N menunjukkan hubungan profesional dengan Selain itu, peneliti juga menyarankan bahwa
tidak mengungkapkan informasi pribadi yang tidak melakukan komunikasi terapeutik memerlukan durasi
relevan, memberikan saran untuk meningkatkan dan waktu yang tidak sebentar untuk mengembangkan
berhubungan dengan kesehatan pasien. Perawat Y hubungan antara pasien dan perawat. Sehingga dalam
dan pasien N menunjukkan dengan bargaining dan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat juga
promising serta menyetujui dan melakukan memperhatikan pengguaan komponen dasar terutama
penolakan yang menujukkan karakteristik komponen kepercayaan.
penggunaan kekuatan (power).
Dalam membangun kepercayaan saat melakukan
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perawat komunikasi terapeutik perawat melakukan tahapan
A yang memiliki latar belakang sebagai tenaga dalam komunikasi terapeutik yaitu, tahap orientasi,
10
tahap terminasi/kerja, dan tahap evaluasi. Pada tahap seseorang kepada yang lainnya, keluasan, jumlah
orientasi perawat akan melakukan perkenalan dengan topik yang didiskusikan dalam sebuah hubungan
pasien hingga pada tahap kerja. Pada saat melakukan
tahapan dalam komunikasi terapeutik perawat juga Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
melakukan penetrasi sosial. terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2009) dengan membuka diri maka akan meningkatkan
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi lebih
ke komunikasi yang lebih intim dan berhubungan dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih terbuka
dengan pembukaan diri pasien. untuk menerima pengalaman dan gagasan baru, lebih
cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) cermat memandang diri dengan orang lain.
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- Pasien yang sudah memiliki kepercayaan pada
individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju perawat akan mulai membuka diri dengan
ke komunikasi yang lebih intim. Lebih lanjut, memberikan informasi yang tidak diketahui oleh
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) menjelaskan orang lain bahkan keluarga pasien sendiri.
keintiman yang dimaksud adalah keintiman secara Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
intelektual dan emosional, hingga pada batasan terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
dimana individu-individu tersebut melakukan juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
aktivitas bersama. Penetrasi sosial ini bisa terjadi dengan membuka diri maka akan meningkatkan
pada setiap individu seperti, suami-istri, karyawan- pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
supervisor, dokter-pasien bahkan perawat-pasien meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
yang juga merupakan informan utama dalam
penelitian ini. Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi
lebih dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih
Proses penentrasi sosial yang dilakukan oleh terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan
perawat dan pasien ini dimulai saat menggunakan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif,
komponen kepercayaan dalam komunikasi dan lebih cermat memandang diri dengan orang lain.
terapeutik, pasien mulai menceritakan pada hal-hal
yang tampak hingga ke bagian yang lebih personal, Dalam penetrasi sosial pembukaan diri
seperti, menceritakan tentang hubungan pasien merupakan inti dari perkembangan hubungan.
dengan keluarga, penyebab pasien kembali lagi Pembukaan diri (self-disclosure) dapat secara umum
dirawat di Rumah Sakit Jiwa, dan juga masalalu yang didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi
menyebabkan trauma tersendiri bagi pasien. mengenai diri sendiri kepada orang lain yang
Perbincangan awal ini yang menyebabkan adanya memiliki tujuan (Dalman & Taylor, dalam Turner,
pengembangan dalam hubungan antara pasien dan 2009). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
perawat. bahwa berjalannya komunikasi terapeutik untuk
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan oleh
Pemberian informasi yang dilakukan perawat perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan yang
seperti, dimulai dari hal yang tampak dengan dimiliki antara perawat dan pasien yang akhirnya
menceritakan bahwa perasaannya sudah mulai mempengaruhi keterbukaan pasien. Keterbukaan
tenang, atau pasien Y yang masih merasa sedih pasien kepada perawat tidak hanya membantu
karena tidak satupun keluarganya yang bersedia. Dari perawat dalam meningkatkan konsep diri pasien
informasi-informasi yang diberikan oleh pasien namun juga membantu membentuk hubungan masa
tersebut berhubungan dengan pembukaan diri yang kini dan masa depan antara perawat dan pasien.
dimiliki oleh pasien kepada perawat di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat. Hal tersebut sesuai Dalam penelitian ini ditemukan bahwa informasi
dengan lapisan bawang pada penetrasi sosial yaitu, yang diberikan oleh pasien masih terdapat pada
dimulai dengan citra publik lapisan terluar dari lapisan terluar pada penetrasi sosial yaitu, citra
seseorang, apa yang dapat dililihat oleh orang lain. publik, atau hal-hal yang masih tampak, sehingga
Kemudian, resiporitas keterbukaan balik dari perawat melakukan komunikasi terapeutik untuk
11
meningkatkan konsep diri masih belum terlihat hasil berbeda-beda. Pasien yang dirawat lebih lama dengan
perubahan konsep diri pasien. Hal tersebut dapat durasi kurang lebih 6 bulan tidak melakukan pre-
dilihat dari pengakuan pasien yang masih merasa sequence hal tersebut dilakukan karena kedekatan
bahwa keluarganya masih belum bisa menerima dan antara perawat dan pasien. Pre-sequence lebih
merawat, kemudian penarikan diri dari dunia sosial, banyak digunakan pada percakapan yang lebih formal
sulit berinteraksi dengan orang lain dan juga lebih yang dilakukan oleh perawat I dan perawat A. Hal
suka menyendiri. Hasil tersebut juga dikarenakan tersebut juga disebabkan oleh keterbukaan pasien dan
pada penelitian ini tidak melihat sisi dari keluarga durasi perawatan masing-masing pasien.
pasien yang merupakan significant others paling
penting bagi pasien, penelitian ini hanya mengkaji Saat melakukan komunikasi terapeutik masing-
komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep masing perawat melakukan perbaikan yang memiliki
diri yang hanya dilakukan oleh perawat yang tujuan dan penggunaan yang berbeda-beda.
diobservasi sekali pada saat perawat melakukan Melakukan penolakan dan persetujuan juga
komunikasi terapeutik. dilakukan dalam percakapan antara perawat dan
pasien skizofrenia sebagai lawan bicara saat
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian dari
berjalannya komunikasi terapeutik untuk terapi.
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan oleh
perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan yang Selanjutnya, perawat menggunakan 5 komponen
dimiliki antara perawat dan pasien yang akhirnya komunikasi terapeutik dengan karakteristik tertentu
mempengaruhi keterbukaan pasien. Keterbukaan yang ditunjukkan dengan aspek verbal dan non-
pasien kepada perawat tidak hanya membantu verbal dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri
perawat dalam meningkatkan konsep diri pasien pasien. 5 komponen komunikasi terapeutik tersebut
namun juga membantu membentuk hubungan masa adalah kepercayaan (trust), saling menghargai
kini dan masa depan antara perawat dan pasien. (respect), hubungan profesional (professional
intimacy), empati (empathy), dan kekuatan (power).
Perawat meningkatkan konsep diri pasien
menggunakan 5 komponen pada komunikasi
terapeutik dengan cara yang berbeda-beda. Cara-cara
yang digunakan oleh perawat tersebut dipengaruhi
oleh latar belakang perawat dan juga keterbukaan
KESIMPULAN pasien dalam menceritakan permasalahan. Selain itu Commented [Cica26]: Simpulan wajib menjawab tujuan,
tidak diperbolehkan berisi pebahasan.
juga dipengaruhi oleh durasi perawatan masing-
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan masing skizofrenia. Komponen yang paling dominan
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam dan menentukan keberhasilan dalam komunikasi
melakukan percakapan saat terapi dengan pasien, terapeutik adalah komponen kepercayaan yang
perawat menggunakan struktur dasar pada terjalin antara pasien dan perawat. Komunikasi
percakapan yaitu, adanya giliran bicara (turntaking), terapeutik juga dipengaruhi oleh keterbukaan pasien
urutan bicara (sequence), perbaikan (repair), pilihan kepada perawat yang dapat dikembangkan melalui
(preference). Dari analisis dan pembahasan dapat saling percaya antar keduanya.
disimpulkan bahwa percakapan yang dilakukan oleh
perawat dan pasien skizofrenia memiliki struktur Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
dasar yang sama (giliran biraca, urutan berbicara, komunikasi terapeutik penting dilakukan bagi pasien
perbaikan, dan pilihan), namun penggunaan dan yang memiliki permasalahan dalam hal kejiwaan.
karakteristiknya ditunjukkan dengan cara yang Komunikasi terapeutik tidak hanya dilakukan kepada
berbeda-beda. Pada struktur pertama yaitu, giliran pasien yang memiliki penyakit fisiologis namun juga
bicara (turn-taking) terdapat 3 penggunaan kalimat psikologis. Dalam melakukan komunikasi terapeutik
utama yaitu, kalimat perintah, kalimat pertanyaan, perawat harus menerapkan kemampuan (skill) yang
dan kalimat pernyataan yang menyebabkan bisa mendukung efektifnya komunikasi terapeutik
terjadinya giliran bicara. dan juga akan memberikan dampak positif bagi
kesehatan pasien. Perawat harus memenuhi
Giliran bicara juga terjadi pada percakapan antara kemampuan (skill) dalam komunikasi. terapeutik
perawat dan pasien dengan menggunakan kalimat seperti, teknik mendengarkan, teknik memberikan
pernyataan yang juga digunakan dengan cara yang pertanyaan, dan juga teknik menyimpulkan. Dalam
12
melakukan komunikasi terapeutik juga perlu gangguan jiwa di Kecamatan Bogor Timur. Jurnal
diterapkan adanya 5 komponen utama yaitu, Bimbingan dan Konseling. 1 (1), 19 – 28.
kepercayaan (trust), saling menghargai (respect),
hubungan profesional (professional intimacy), empati Fatani, B.Z. (2017). Schizoprenia: Etiology,
pathophysiological and management. The Egyptian
(empathy) dan juga kekuatan (power). Journal of Hospital Medicine. 69 (6), 2640 – 2646.
Kondisi pasien yang memiliki konsep diri rendah Kholil, S. & Lubis, L, dkk. (2019). Implementation of
juga bisa menjadi faktor efektifnya komunikasi therapeutic communication at Dr. Pirngadi
terapeutik. Pasien skizofrenia dengan konsep diri Hospital. Budapest International Research and
rendah yang juga menarik diri dari dunia sosial dan Critics Institute – Journal BIRCI Journal. 2 (4), 645
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain juga akan – 656.
mempengaruhi berjalannya komunikasi terapeutik.
Kusuma, A.W. (2016). Komunikasi terapeutik: studi
Maka dari itu, komunikasi terapeutik perlu dilakukan
deskriptif kualifikasi komunikasi terapeutik antara
dengan hati-hati dan pelan karena perawat juga perawat dan pasien di Rumah Sakit Grhasia
menghadapi pasien yang membutuhkan perhatian Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri
khusus. Bahkan pada masa awal komunikasi Sunan Kalijaga.
terapeutik, komunikasi berjalan sepihak namun jika
dilakukan secara rutin, seiring berjalannya waktu Leon, G.D. (2000). The therapeutic community: theory,
pasien akan meningkatkan kepercayaan kepada model, and method. USA: Springer Publishing
pasien dan bersedia untuk bercerita untuk Company
meringankan bebannya. Sehingga, dapat disimpulkan
Mulyana, D. (2016). Health and therapeutic
bahwa komunikasi terapeutik membutuhkan waktu
communication. Bandung, Indonesia: PT. Remaja
yang tidak sebentar dengan teknik atau cara yang Rosdakarya Offset.
harus dikuasai oleh perawat. Terapi dengan
komunikasi terapeutik yang dilakukan pada pasien Shreko, E., Sotiri, E., & Lika E. (2013). Therapeutic
skizofrenia membawa perubahan pada konsep diri communication. JAHR, 4 (7). 17- 27.
pasien akan terlihat dengan karakteristika sudah dapat
mengerjakan aktivitas tanpa diminta oleh perawat, Donsbach, W. (2008). The international encyclopedia of
bisa menghargai dirinya sendiri dan menyadari communication. London, UK: Blackwell Publishing.
bahwa dirinya berarti untuk orang lain juga, bisa tidur
Reynaldi, G. (2016). Upaya peningkatan aktualisasi diri
dengan teratur, sikap gaduh-gelisah pasien pun sudah
pada klien dengan harga diri rendah di RSJD Arif
mulai berkurang, dapat berinteraksi dengan baik Zainudin Surakarta. Tugas Akhir. Fakultas Ilmu
dengan orang-orang di sekitarnya, perawat maupun Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
dengan pasien yang lain.
Mulyadiana, L.L. (2008). Analisis percakapan pada naskah
film the kingdom (satu kajian pragmatis). Tesis.
Universitas Widyatama.
REFERENCES Commented [Cica27]: Daftar pustaka wajib >80% jurnal
dan mutakhir 10 tahun terakhir.
Pallotti, G. (2007). Conversation Analysis: Methodology,
Adistie, F & Mediani, dkk. (2018). The implementation of machinery and application to specific settings. Bern:
thereapeutic communication of nurse to the Peter Lang.
parents of pediatric patients in preoperative stage. Knapp, K & Antos, G. (2008). Handbook interpersonal
Belitung Nurse Journal. 4 (4), 356 – 265. communication. Berlin, Jerman: Deutsche
Nationalbibliothek.
Berger, C. (2014). Handbook ilmu komunikasi. Bandung,
Indonesia: Nusa Media. Al-Amri, M.N. (2011). Getting beyond conversation
analysis: critical and pedagogical implications for
Cerino, N.D. (2012). Therapeutic communication a TESOL/Bilingual Curriculum for Diverse Learners
necessity in hospice care: four techniques for more in the age of globalization. Education enquiry. 2
effective caregiving. Journal of Health (1), 141 – 151.
Communication. 1 (2), 21 – 23.
Turner, R. (2009). Pengantar teori komunikasi: analisis
Mueser, K. T & Jeste, D.V. (2008). Clinical book of dan aplikasi. Jakarta, Indonesia: Salemba
schizophrenia. New York, USA: The Guilford Press. Humanika.
13
4687-12619-2-RV
by Agustus Jik 2021
29
36
27
17
22
10
28
39
44
15
23
18
4
14
4
20
40
17
32
2
30
42
18
43
35 21
34
16
1
37
25
1
10
12
19
7
1
12
33
16
20
26
13
13
7
38
6
3
41
24
2
1
11
1
10
25
19
13
31
4687-12619-2-RV
ORIGINALITY REPORT
17 %
SIMILARITY INDEX
16%
INTERNET SOURCES
6%
PUBLICATIONS
6%
STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
1
es.scribd.com
Internet Source 2%
2
repository.ub.ac.id
Internet Source 2%
3
sonumahendra.wordpress.com
Internet Source 1%
4
ilkomunusra.blogspot.com
Internet Source 1%
5
repository.its.ac.id
Internet Source 1%
6
text-id.123dok.com
Internet Source 1%
7
123dok.com
Internet Source <1 %
8
Submitted to iGroup
Student Paper <1 %
9
goresanpena86.blogspot.com
Internet Source <1 %
10
doku.pub
Internet Source <1 %
11
friday-fresh.blogspot.com
Internet Source <1 %
12
lib.ui.ac.id
Internet Source <1 %
13
Hadi Abdillah. "PENGGUNAAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK OLEH PERAWAT TERHADAP
<1 %
PASIEN DENGAN MASALAH WAHAM DI PSBL
PHALAMARTA KABUPATEN SUKABUMI", Jurnal
Ilmu Kesehatan Immanuel, 2020
Publication
14
Submitted to Universitas Pendidikan
Indonesia
<1 %
Student Paper
15
www.scribd.com
Internet Source <1 %
16
bppkibandung.id
Internet Source <1 %
17
core.ac.uk
Internet Source <1 %
18
akademik.unsoed.ac.id
Internet Source <1 %
19
cheriabeloved.files.wordpress.com
Internet Source <1 %
20
docplayer.info
Internet Source <1 %
21
kuakandangserang.blogspot.com
Internet Source <1 %
22
Endang Yuswatiningsih, Iva Milia Hani R.
Jurnal Ilmu Kesehatan, 2021
<1 %
Publication
23
akrabjuara.com
Internet Source <1 %
24
docobook.com
Internet Source <1 %
25
eprints.walisongo.ac.id
Internet Source <1 %
26
he-wroteyou.com
Internet Source <1 %
27
Submitted to Universitas Muhammadiyah
Surakarta
<1 %
Student Paper
28
eprints.ums.ac.id
Internet Source <1 %
29
repository.unair.ac.id
Internet Source <1 %
30
www.coursehero.com
Internet Source <1 %
31
dewianis4.blogspot.com
Internet Source <1 %
32
repositori.uin-alauddin.ac.id
Internet Source <1 %
33
repositori.usu.ac.id
Internet Source <1 %
34
repository.uinjkt.ac.id
Internet Source <1 %
35
zombiedoc.com
Internet Source <1 %
36
issuu.com
Internet Source <1 %
37
johannessimatupang.wordpress.com
Internet Source <1 %
38
journal.um-surabaya.ac.id
Internet Source <1 %
39
jurnal.stikesmukla.ac.id
Internet Source <1 %
40
scholar.sun.ac.za
Internet Source <1 %
41
dhitakris.wordpress.com
Internet Source <1 %
42
Hannika Fasya, Lucy Pujasari Supratman.
"Therapeutic Communication of Nurses to
<1 %
Mental Disorder Patient", Jurnal Penelitian
Komunikasi, 2018
Publication
43
Rizki Muliani, Andria Pragholapati, Irman.
"Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat
<1 %
terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien
Di Ruang Perawatan Intensif", Health
Information : Jurnal Penelitian, 2020
Publication
44
eprints.iain-surakarta.ac.id
Internet Source <1 %
Terimakasih atas reviewnya. Mohon maaf ada keterlambatan pengumpulan karena saat ini admin sedang full time
bekerja juga. Berikut saya lampirkan jurnal terbaru yang sudah kami revisi, bapak. Demikian, atas perhatiannya saya
mengucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Rosa Apriliyanti
[Kutipan teks disembunyikan]
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1710482630998264203&simpl=msg-f%3A171048… 4/4
PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT
UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PASIEN
SKIZOFRENIA
Abstract: Schizophrenic patients have stigma and negative self-concept in the eyes of society. This study aims to
examine conversations on therapeutic communication carried out by nurses in patients who have a
psychological disease, namely schizophrenia in order to improve self-concept more positively. Conversation
analysis research method is used to analyze conversations between nurses and schizophrenic patients so that
all verbal and nonverbal interactions between them can be analyzed in detail. From the results of the study,
it was found that in conversations during therapeutic communication, each nurse had different
characteristics in turn-taking, speaking sequences, repairs and preferences. It was also found that each nurse
had different characteristics from verbal and non-verbal aspects in the use of the 5 components of
therapeutic communication to improve the patient's self-concept. In the application of therapeutic
communication, the trust component is the most dominant component used by nurses to improve the
patient's self-concept. The difference in the application of therapeutic communication is also influenced by
the background of the nurse, the ability of the nurse in therapeutic communication, the openness of the
patient and also the duration of patient care.
Abstrak: Pasien skizofrenia memiliki stigma dan konsep diri negatif di mata masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk meneliti mengenai percakapan pada komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat pada pasien yang
memiliki penyakit secara psikologis yaitu, skizofrenia agar dapat meningkatkan konsep diri secara lebih
positif. Metode penelitian conversation analysis digunakan untuk menganalisis percakapan antara perawat
dan pasien skizofrenia sehingga semua interaksi verbal dan nonverbal di antara mereka dapat dianalisis
dengan detail. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dalam percakapan saat komunikasi terapeutik masing-
masing perawat memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada giliran bicara (turn-taking), urutan berbicara
(sequences), perbaikan (repair) dan pilihan (preference), selain itu pada penelitian ini juga ditemukan bahwa
masing-masing perawat memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari aspek verbal maupun non verbal
dalam penggunaan 5 komponen pada komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep diri pasien. Dalam
penerapan komunikasi terapeutik komponen kepercayaan adalah komponen yang paling dominan digunakan
oleh perawat untuk meningkatkan konsep diri pasien. Perbedaan penerapan komunikasi terapeutik tersebut
juga dipengaruhi latar belakang perawat, kemampuan perawat dalam komunikasi terapeutik, keterbukaan
pasien dan juga lama durasi perawatan pasien.
2
terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif terapeutik menggunakan strategi khusus yang
untuk mempercepat penyembuhan pasien (Patty et mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
al., 2015). Tidak hanya digunakan sebagai dan gagasan yang memiliki tujuan untuk mengurangi
pemberian perawatan pada pasien fisiologis, distress psikologi yang dialami oleh pasien (Sherko
komunikasi terapeutik juga digunakan pada pasien et al., 2013).
dengan penyakit psikologis seperti skizofrenia. Gejala negatif dari skizofrenia adalah sulit
Skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan memulai pembicaraan, berkurangnya motivasi,
yang paling serius dibandingkan dengan gangguan berkurangnya atensi, dan menarik diri secara sosial
kejiwaan lainnya. Biasanya terjadi pada akhir masa akibat berkurangnya konsep dan aktualisasi dirinya
remaja dan sering kali memiliki efek mendalam (Reynaldi, 2016). Dalam penelitiannya Reynaldi
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang dengan menjelaskan bahwa pasien skizofrenia memiliki
skizofrenia sering mengalami kesulitan hidup perasaan tidak berharga, merasa harga diri rendah,
mandiri dan mengurus diri sendiri, bekerja, dan dan tidak berarti yang berkepanjangan akibat
memenuhi kewajiban atau melakukan peran lainnya evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
(Patty et al., 2015). Skizofrenia memiliki gejala kemampuan dirinya. Berdasarkan temuan Reynaldi
negatif seperti delusi atau waham, halusinasi, inilah maka penting dilakukan komunikasi
kekacauan pikiran, menyimpan rasa kecurigaan terapeutik kepada pasien skizofrenia untuk
terhadap sesuatu. Penderita skizofrenia juga kerap meningkatkan konsep diri dengan tujuan
kali mengalami perubahan sensori persepsi, mengurangi gejala negatif skizofrenia. Dengan
merasakan sensasi palsu berupa suara dan komunikasi terapeutik perawat dapat membantu
penglihatan (Damayanti & Hernawaty, 2014). pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
dilakukan pada tanggal 23 Oktober 2019, data rekam mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
medis RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat negatif.
menunjukkan sejak tahun 2017 kunjungan pasien Pasien skizofrenia dengan gejala negatif memiliki
terbanyak datang dari penderita skizofrenia dengan konsep diri rendah. Menurut Rakhmat konsep diri
jumlah 786 pasien, dengan rincian skizofrenia adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita
paranoid sebanyak 146 orang, dan skizofrenia (Rakhmat, 2007, h. 99). Persepsi tentang diri ini
hebefrenik sebanyak 551 orang, dan 89 orang boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis. Lebih
penderita skizofrenia tak terinci. Dari data rekam lanjut, Rakhmat (2007, h. 100) menjelaskan terdapat
medis tersebut, peneliti menentukan fokus penelitian dua komponen tentang konsep diri yaitu, komponen
pada perawatan yang dilakukan oleh perawat kepada kognitif dan komponen afektif. Pengambilan tema
pasien skizofrenia hebrefrenik yang memiliki dalam percakapan saat melakukan komunikasi
negative symptomps. Fatani membagi gejala terapeutik yang dilakukan perawat dengan pasien ini
skizofrenia menjadi tiga yaitu, positive symptomps didasarkan juga pada informasi perawat di RSJ Dr.
penderita dengan gejala ini disebut dengan Radjiman Wediodiningrat yang mengatakan bahwa
skizofrenia paranoid (Fatani et al., 2017). dalam komunikasi terapeutik kepada pasien
Penderita skizofrenia dengan negative symptomps, skizofrenia hebefrenik (negative symptomps)
penderita dengan gejala ini disebut dengan biasanya perawat memberikan topik aspek kejiwaaan,
skizofrenia hebefrenik, ditandai dengan kurangnya salah satunya adalah meningkatkan konsep diri
motivasi, menarik diri dari dunia sosial, penderita pasien.
skizofrenia hebefrenik seringkali susah melakukan Dalam meningkatkan konsep diri pasien. Perawat
aktivitas sehari-hari dan susah untuk berinteraksi menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi
dengan orang lain. terapeutik yang juga merupakan komponen dalam
Dalam menangani pasien skizofrenia, perawat komunikasi interpersonal yakni kepercayaan (trust),
memiliki peranan yang penting. Salah satu cara saling menghargai (respect), hubungan profesional
menangani pasien dengan skizofrena adalah (professional intimacy), empati (empathy), dan
menggunakan komunikasi terapeutik. Konsep kekuatan (power) (Sherko et al., 2013) . Dalam
komunikasi terapeutik mengacu pada proses dimana komunikasi interpersonal selain berpusat pada pesan,
perawat secara sadar mempengaruhi klien atau komunikasi interpersonal juga terkait dengan
membantu klien mencapai pemahaman yang lebih konteks. Wahyuningsih menambahkan lima dimensi
baik melalui komunikasi verbal dan non-verbal konteks untuk situasi komunikasi: latar fisik (ruang,
(Mulyana, 2016). Lebih lanjut, Sherko lingkungan, dan saluran yang digunakan), latar
menambahkan bahwa komunikasi sosial atau relasional (misalnya, teman,
2
pasangan hidup, rekan kerja, terapis, atau tetangga), melakukan komunikasi terapeutik yang dilakukan
latar instutisional (misalnya, rumah, pekerjaan, perawat dengan pasien ini didasarkan juga pada
rumah sakit, sekolah, gereja), latar fungsional (tujuan informasi perawat di RSJ Dr. Radjiman
utama yang dikejar, misalnya, menyediakan Wediodiningrat yang mengatakan bahwa dalam
informasi, membujuk, mendukung, dan latar budaya komunikasi terapeutik kepada pasien skizofrenia
(termasuk suku, kebangsaan, kelas sosial, dan hebefrenik (negative symptomps) biasanya perawat
golongan lainnya yang relevan) (Wahyuningsih et memberikan topik aspek kejiwaaan, salah satunya
al., 2019). adalah meningkatkan konsep diri pasien. Dari
Komunikasi interpersonal yang terjadi pada penelitian tersebut juga menjadi rujukan bagi peneliti,
penelitian ini adalah komunikasi interpersonal yang memilih Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia. Wediodiningrat sebagai tempat penelitian karena di
Sebagaimana dalam konteks komunikasi rumah sakit jiwa membutuhkan penangan dan
interpersonal adalah latar fisik ruang, latar sosial perawatan pasien yang berbeda dengan rumah sakit
atau relasional adalah terapis dan pasien, latar umum yang menangani penderita sakit fisik.
institusional adalah rumah sakit, dan latar fungsional Penelitian ini menjadikan perawat sebagai
adalah untuk mendukung pasien skizofrenia yang informan, dikarenakan perawat adalah orang yang
dilakukan oleh perawat. Komunikasi interpersonal lebih sering berhubungan dengan pasien dan juga
yang terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia di keluarga pasien sehingga perawat yang lebih
rumah sakit jiwa dengan tujuan untuk pemberian mendominasi dalam proses perawatan dibandingkan
perawatan disebut dengan komunikasi terapeutik dengan dokter.
yang merupakan sub-disiplin dari komunikasi Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini
kesehatan. menggunakan metode analisis percakapan
Sejumlah penelitian terdahulu lain pada (conversation analysis). Palotti dalam bukunya
komunikasi terapeutik juga telah dilakukan Conversation Analysis: Methodology, machinery,
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh and application to specific thing, menjelaskan dan
Cerino yang meneliti teknik komunikasi terapeutik membagi struktur dasar dari analisis percakapan
untuk pasien yang menderita penyakit kronis seperti (conversation analysis) menjadi empat bagian yaitu,
kanker (Cerino, 1984). Penelitian lain dilakukan giliran bicara (turn-taking organization), urutan
oleh Vankatwyk yang meneliti mengenai bicara (sequence), pasangan sepadan (repair), dan
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh pastor preference (Pallotti, 2007).
(VanKatwyk, 2006), dan penelitian yang dilakukan Dalam penelitian ini conversation analysis
oleh Long & Slevin tentang komunikasi terapeutik digunakan untuk melihat dinamika dan struktur dasar
yang dilakukan pada pasien demensia (Long & percakapan yang dilakukan oleh perawat dan pasien
Slevin, 1999). Ketiga penelitian tersebut saat melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian
menampilkan temuan bahwa komunikasi terapeutik dari terapi. Pallotti menjelaskan bahwa analisis
akan memiliki teknik yang berbeda tergantung pada percakapan memandang pembicaraan dan gerakan
derajat keparahan penyakit. Ketiga penelitian tubuh bukan hanya sebagai media untuk
terdahulu di atas memperlihatkan bahwa berkomunikasi, tetapi sebagai cara membangun
implementasi atau penerapan komunikasi terapeutik realitas dan hubungan sosial pada dua orang atau
di Indonesia masih banyak dilakukan oleh tenaga lebih (Pallotti, 2007)
medis pada pasien yang memiliki penyakit secara Penelitian ini mengamati percakapan yang
fisiologis yang dilakukan dengan tujuan untuk berlangsung dalam komunikasi terapeutik yang
mengurangi tekanan emosi dan mempermudah dilakukan oleh perawat dan pasien gangguan jiwa
perawat untuk memberikan perawatan kepada dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perawat
pasien, komunikasi terapeutik di Indonesia juga membangun dan mempertahankan interaksi dalam
dilakukan kepada keluarga pasien sebagai salah rangka meningkatkan konsep diri pasien serta
satu support group pasien saat menjalani perawatan. penggunaan 5 komponen utama dalam komunikasi
terapeutik yakni kepercayaan (trust), saling
Maka dari itu, penelitian ini akan mengkaji menghargai (respect), hubungan profesional
penerapan komunikasi terapeutik yang dilakukan (professional intimacy), empati (empathy), dan
oleh perawat pada pasien yang memiliki penyakit kekuatan (power).
secara psikologis yaitu, skizofrenia dengan konsep Pemilihan lokasi penelitian di RSJ Dr. Radjiman
diri rendah atau pasien skizofrenia yang memiliki Wediodiningrat dikarenakan Rumah Sakit Jiwa ini
gejala negatif. adalah rumah sakit jiwa pertama yang dibangun pada
zaman penjajahan Belanda di tahun 1902 dan saat ini
Pengambilan tema dalam percakapan saat menjadi RSJ terbesar di Asia Tenggara, jika
2
dibandingkan rumah sakit jiwa yang lain RSJ Dr. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
Radjiman Wediodiningrat memiliki jumlah pasien ini digunakan metode conversation analysis menurut
dan fasilitas yang lebih banyak yaitu, 1.200 tempat Gabriella Pallotti (2007), dengan tahapan sebagai
tidur. Dalam kurun waktu 1942 - 1945, Rumah berikut:
Sakit Jiwa Lawang mengalami penurunan
pelayanan, karena kurangnya sarana perawatan dan Pertama, Data selection (pemilihan data),
adanya penyakit menular, jumlah pasien menurun Penelitian CA didasarkan pada data naturalistik,
sampai 800 orang. Tahun 1947 jumlah pasien : yaitu pertukaran yang dilakukan tempat terlepas dari
1.200 orang, gabungan antara anex Suko dan kebutuhan penelitian untuk mencatat dan
Rumah Sakit Jiwa Lawang. menganalisis mereka. Ini berarti bahwa analis
Dengan demikian, melalui penelitian ini dapat percakapan tidak memperoleh data mereka dari
mengetahui, menganalisis, menjelaskan dengan eksperimental, role plays atau wawancara namun
conversation analysis bagaimana percakapan dalam dengan pengamatan/observasi. Maka dari itu,
komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat peneliti mulai dengan memilih bagian hasil data
untuk meningkatkan konsep diri pasien skizofrenia. yang akan dianalisis yaitu, memilih hasil data yang
berhubungan dengan proses komunikasi yang
dilakukan perawat dan pasien skizofrenia untuk
METODE PENELITIAN meningkatkan konsep diri pasien dengan
menerapkan 5 komponen utama dalam komunikasi
Metode penelitian yang digunakan adalah metode terapeutik.
penelitian analisis percakapan (conversation Kedua, Data transcription (transkrip data),
analysis) dengan pendekatan kualitatif. Analisis transkripsi adalah bagian penting dari melakukan
percakapan sebagai metode bertujuan untuk CA. Transkrip terperinci dari pembicaraan tersebut
menjelaskan peraturan, struktur, dan urutan bentuk –termasuk didalamnya gerakan atau non verbal atau
tanda – sebelum melakukan suatu episode interaksi.
interaksi, baik itu pada percakapan formal maupun
Transkrip ini meliputi semua bagian dalam
informal (Mulyadiana, 2008). percakapan dari awal dan akhir ucapan yang
Penelitian ini merujuk pada penelitian CA yang tumpang tindih (overlaps), awal yang salah,
berfokus pada peraturan, struktur dan urutan dalam keraguan, suara non-verbal seperti ah, oh, hm,
sebuah percakapan. Percakapan yang dimaksud kontur intonasi, gerakan tubuh dan pandangan.
adalah percakapan dalam komunikasi terapeutik Dalam transkrip data penelitian ini akan
yang dilakukan 78 oleh perawat dan pasien menggunakan simbol dalam analisis percakapan
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman yang dijelaskan oleh Knapp (Knapp & Antos, 2008).
Wediodiningrat dengan tujuan untuk meningkatkan Ketiga, Participant viewpoint (sudut pandang
konsep diri pasien. Penelitian ini bertujuan untuk pelaku), bukan berarti peneliti mengekspresikan diri
mengungkap secara detail bagaimana peraturan, dengan cara yang persis sama seperti yang diamati
struktur, dan urutan dalam percakapan saat perawat orang akan ketika menganalisis interaksi yang sama,
melakukan komunikasi terapeutik dengan tetapi mereka menempatkan analisis mereka pada
menerapkan 5 komponen utama (yakni sudut pandang peserta dalam interaksi. Peneliti harus
kepercayaan, saling menghargai, hubungan memosikan diri dan mengakui dengan rendah hati
profesional, empati, dan kekuatan) kepada pasien bahwa interpretasi tidak pernah lepas dari
dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri pengalaman pribadi, kultural, dan historis informan.
pasien. Keempat, Generalisation (generalisasi), CA selalu
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dengan kasus tunggal, mencoba menjelaskan
menggunakan observasi, teknik rekaman audio, dan dinamika mereka satu per satu. Berdasarkan proses
pencatatan data di lapangan yang dilakukan di RSJ itu peneliti harus berusaha memformulasikan
Dr. Radjiman Wediodiningrat Malang. beberapa pengamatan umum pernyataan atau aturan
Dalam penelitian ini digunakan desain yang sementara dapat ditarik kesimpulan hal-hal yang
penelitian conversation analysis (CA). Pendekatan sedang diamati.
CA mengkaji pada spesifikasi perilaku sosial Teknik pemilihan informan dengan cara memilih
manusia dalam percakapan dan berkomitmen untuk informan berdasarkan kriteria dan aspek tertentu.
melakukan pengamatan secara naturalistic Beberapa kriteria atau pertimbangan yang digunakan
(Moleong, 2018). Metode CA menawarkan peneliti dalam pemilihan informan berdasarkan studi
penelitian dengan cara deskriptif yang pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr.
dikembangkan dengan baik untuk meneliti interaksi Radjiman Wediodiningrat adalah sebagai berikut: (1)
percakapan dengan prosedur empiris yang benar Perawat aktif yang sudah memiliki Surat Tanda
untuk mendukung analisisnya (Hoey & Kendrick, Registrasi (STR); (2) Perawat yang sudah melakukan
2018). profesinya sebagai perawat di RSJ Dr. Radjiman
2
Wediodiningrat selama kurang lebih 2 tahun; (3) perintah, kalimat pertanyaan, dan kalimat pernyataan.
Perawat yang sudah menangani pasien skizofrenia, Masing-masing dari informan memiliki kalimat
khususnya skizofrenia hebefrenik yang memiliki perintah, pertanyaan, dan pernyataan yang berbeda-
negative symptomps; (4) Informan penelitian terdiri beda. Selanjutnya, pada penelitian ini juga ditemukan
dari pasangan (couple) yaitu, perawat dan pasien adanya urutan bicara (sequence), namun dalam
skizofrenia (one on one). penelitian ini perawat Y memiliki urutan bicara
(sequence) yang berbeda yaitu, tidak adanya pre-
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan di invitation atau pre-request berbeda dengan dua
atas, informan yang dipilih dan telah memenuhi perawat yang menjadi informan lainnya. Hal tersebut
kriteria, yaitu: juga dijelaskan oleh Amri bahwa pre- sequence lebih
banyak digunakan sebagai percakapan murni yang
1. Perawat I (48 tahun), Perawat I sudah formal (Al-Amri, 2011). Jadi beberapa percakapan
bekerja dari tahun 1993. Sudah memiliki terkadang mengandung pre-sequence dengan tujuan
Surat Tanda Registrasi. Latar belakangnya untuk menanyakan tentang ketersediaan dan
menjadi seorang perawat dikarenakan kemungkinan untuk mendapatkan informasi.
sebagian besar keluarga dari perawat I
berprofesi sebagai tenaga medis. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
2. Perawat A (38 tahun), Perawat A bekerja melakukan percakapan saat terapi dengan pasien,
menjadi perawat menangani pasien perawat menggunakan struktur dasar pada
skizofrenia sejak tahun 2006. Namun, percakapan yaitu, adanya giliran bicara (turntaking),
sebelumnya perawat A bekerja sebagai urutan bicara (sequence), perbaikan (repair), pilihan
Dosen di salah satu Poltekkes jurusan (preference). Dari analisis dan pembahasan dapat
Keperawatan di Malang. Setelah itu disimpulkan bahwa percakapan yang dilakukan oleh
perawat A mengikuti pemilihan PNS dan perawat dan pasien skizofrenia memiliki struktur
menjadi perawat di rumah sakit jiwa. dasar yang sama (giliran biraca, urutan berbicara,
perbaikan, dan pilihan), namun penggunaan dan
3. Perawat Y (46 tahun), Perawat Y sudah karakteristiknya ditunjukkan dengan cara yang
bekerja menangani pasien skizofrenia berbeda-beda. Pada struktur pertama yaitu, giliran
sejak tahun 1998 dan sudah memiliki bicara (turn-taking) terdapat 3 penggunaan kalimat
Surat Tanda Registrasi. Perawat Y utama yaitu, kalimat perintah, kalimat pertanyaan,
sebelumnya sama sekali tidak memiliki dan kalimat pernyataan yang menyebabkan terjadinya
keinginan menjadi perawat, hanya ia ingin giliran bicara.
mewujudkan harapan orang tuanya untuk
bersekolah di perguruan tinggi negeri di Giliran bicara juga terjadi pada percakapan antara
jurusan kesehatan. perawat dan pasien dengan menggunakan kalimat
pernyataan yang juga digunakan dengan cara yang
Keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti tidak berbeda-beda. Pasien yang dirawat lebih lama dengan
bisa memilih pasien skizofrenia mana yang akan durasi kurang lebih 6 bulan tidak melakukan pre-
diteliti. Informan perawat dan pasien skizofrenia sequence hal tersebut dilakukan karena kedekatan
ditentukan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Dr. antara perawat dan pasien. Pre-sequence lebih
Radjiman Wediodiningrat yang langsung banyak digunakan pada percakapan yang lebih formal
mengarahkan kepada informan di Ruang Melati yang dilakukan oleh perawat I dan perawat A. Hal
yang merupakan ruangan pasien skizofrenia tersebut juga disebabkan oleh keterbukaan pasien dan
perempuan dengan perawat perempuan, sehingga durasi perawatan masing-masing pasien.
peneliti tidak mendapatkan akses untuk memilih
perawat laki-laki maupun pasien skizofrenia laki- Saat melakukan komunikasi terapeutik masing-
laki sebagai informan dalam penelitian ini. masing perawat melakukan perbaikan yang memiliki
tujuan dan penggunaan yang berbeda-beda.
PEMBAHASAN Melakukan penolakan dan persetujuan juga
dilakukan dalam percakapan antara perawat dan
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa giliran pasien skizofrenia sebagai lawan bicara saat
bicara (turn-taking) sesuai dengan penjelasan melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian dari
Knapp bahwa pergantian tersebut berlangsung terapi.
secara urut sehingga didapatkan A-B-A-B-A-B
(Knapp & Antos, 2008). Dalam giliran bicara Penggunaan kalimat perintah, pertanyaan dan
terdapat 3 karakteristik kalimat utama yaitu, kalimat pernyataan dalam komunikasi terapeutik digunakan
2
sebagai alat bagi perawat untuk mempengaruhi menghargai (respect), hubungan profesional
tingkah laku pasien untuk mendapatkan keberhasilan (professional intimacy), empati (empathy), dan
dalam intervensi keperawatan (Kusumo, 2017). Ada kekuatan (power) (Palotti, 2007) Perawat
hal yang menarik yang dijumpai dalam penelitian ini meningkatkan konsep diri pasien menggunakan 5
yakni konten atau isi kalimat bisa sama namun bisa komponen pada komunikasi terapeutik dengan cara
berefek berbeda ketika cara penyampaian perawat yang berbeda-beda. Cara-cara yang digunakan oleh
berbeda ketika menanyakan dengan senyuman, perawat tersebut dipengaruhi oleh latar belakang
lemah lembut dan tidak berprasangka negatif perawat dan juga keterbukaan pasien dalam
terhadap pasien. Ketika menggunakan pendekatan menceritakan permasalahan. Selain itu juga
yang halus maka komunikasi terapeutik antara dipengaruhi oleh durasi perawatan masing- masing
perawat dan pasien lancar sehingga bisa dikatakan skizofrenia. Komponen yang paling dominan dan
bahwa komunikasi terapeutik musti dilakukan secara menentukan keberhasilan dalam komunikasi
sadar dengan teknik khusus agar dapat mendorong terapeutik adalah komponen kepercayaan yang
kesembuhan pasien, terlebih menurut Arda, perawat terjalin antara pasien dan perawat. Komunikasi
dengan kualifikasi tinggi bisa menjadi model bagi terapeutik juga dipengaruhi oleh keterbukaan pasien
pasien (Arda, 2019) kepada perawat yang dapat dikembangkan melalui
saling percaya antar keduanya.
Penggunaan komunikasi terapeutik nantinya
diharapkan tidak hanya untuk penanganan pasien Conversation analysis dalam komunikasi
dengan penyakit fisiologis tetapi juga untuk pasien terapeutik antara perawat I dan pasien K
yang memiliki penyakit kronis lainnya baik pada
pasien lanjut usia maupun anak- anak di Indonesia. Dalam percakapan yang dilakukan oleh perawat I dan
Penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia juga pasien K kalimat perintah digunakan memberikan
diharapkan dapat diterapkan oleh keluarga pasien perintah untuk tetap beraktivitas dan tidak boleh
maupun perawat demi kebaikan pasien. menyendiri. Percakapan dalam komunikasi terapeutik
saat terjadinya giliran bicara (turn-taking) perawat
Selain itu, dari hasil penelitian terlihat bahwa dan pasien juga menggunakan kalimat pertanyaan
penerapan komunikasi terapeutik dapat memberi dan pernyataan dengan tujuan pada penggunaan yang
manfaat, tidak hanya untuk pasien tetapi juga untuk berbeda-beda. perawat I menggunakan kalimat
perawat, karena perawat dituntut memiliki pertanyaan untuk mengawali giliran bicara dengan
keterampilan tidak hanya meningkatkan komponen menanyakan kabar dan keadaan pasien K. Perawat I
saling percaya dengan pasien, namun lebih yaitu, melakukan perbaikan dalam percakapan saat
menghasilkan efektivitas dalam memperoleh tujuan komunikasi terapeutik untuk menenangkan pasien
terapi, sehingga perawat mampu memberi pemenuhan terkait dengan keinginan untuk bertemu keluarga.
keperawatan secara profesional kepada pasien Selanjutnya, preference atau melakukan penerimaan
(Damayanti & Hernawaty, 2014). dan penelokan. Perawat I melakukan penolakan
secara tidak langsung saat pasien ingin bertemu
Dari hasil turn taking perawat dengan pasien dengan keluarganya, dan melakukan persetujuan
seperti penyampaian salam ketika memasuki ketika pasien K menceritakan aktivitas-aktivitas apa
ruangan, salam kepada pasien sebelum memeriksa saja ang bisa ia lakukan.
dan bertanya tentang kesehatan, perasaan berjalan
dengan baik antar keduanya karena pasien tidak ada Perawat I dan pasien K meningkatkan konsep diri
yang memiliki gangguan pendengaran. Mungkin pasien dengan menggunakan komponen kepercayaan
ketika pasien juga mengidap gangguan pendengaran ditunjukkan dengan aspek verbal dan nonverbal.
selain skizofrenia yang terjadi turn taking tidak akan Adanya kepercayaan antara perawat I dan pasien K
berjalan dengan baik seperti yang dilakukan oleh dalam komunikasi terapeutik ditujukan dengan
Kholil yang mengkaji mengenai penggunaan karakteristik seperti, pasien menceritakan kegiatan
komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Umum Dr. yang biasa dilakukannya di rumah maupun di rumah
Pirngadi di Medan pada pasien dengan gangguan sakit. Pasien menanyakan dan menyatakan ingin
pendengaran (Kholil et al., 2019). bertemu dengan keluarga, mengungkapkan hal yang
tampak. Menceritakan bahwa pasien hanya
Selanjutnya, perawat menggunakan 5 komponen berkomunikasi dengan keluarga.
komunikasi terapeutik dengan karakteristik tertentu
yang ditunjukkan dengan aspek verbal dan non- Dalam penggunaan komponen saling menghargai
verbal dengan tujuan untuk meningkatkan konsep masing-masing pasien juga menunjukkan dengan
diri pasien. Lima komponen komunikasi terapeutik sikap dan karakteristik yang berbeda-beda. Perawat I
tersebut adalah kepercayaan (trust), saling dan pasien K menunjukkan dengan sikap merespon
2
dengan melakukan pengulangan apa yang dialami Penggunaan komponen saling menghargai
oleh pasien, memberikan saran untuk terus digunakan oleh perawat A kepada pasien Y. Perawat
melakukan aktivitas/kegiatan, memberikan A menunjukkan dengan memberi dan mendukung
tanggapan dengan menggunakan hasil observasi dan pasien Y, memperlihatkan rasa ketertarikan dengan
pemikiran, dan tanpa menghakimi dan tidak memberikan pertanyaan lebih lanjut, dan meminta
memberikan label. pasien untuk menjelaskan atau memperluas
informasi.
Pada penggunaan komponen hubungan
profesional masing-masing perawat menunjukkan Sementara untuk penggunaan komponen
dengan cara yang berbeda-beda. Perawat I dan pasien hubungan profesional ditunjukkan dengan Perawat A
K misalnya menunjukkan dengan tidak menggunakan dan pasien Y menunjukkan dengan mengenal lawan
kata-kata medis, menggunakan bahasa jawa/bahasa bicara dengan mengajukan pertanyaan yang
krama halus. Pada penggunaan empati perawat dan berhubungan dengan kondisi pasien, menggunakan
pasien juga menggunakan dalam komunikasi kata-kata yang mudah dipahami. Pada komponen
terapeutik dengan masing-masing karakteristik. empati, perawat A menunjukkan dengan
Perawat I menunjukkan empati kepada pasien K merefleksikan kembali mengenai apa yang
dengan melakukan legitimasi, mengungkapkan disampaikan pasien, dan memberikan saran yang bisa
sugesti dengan cara yang konstruktif. Pada komponen meningkatkan kesehatan pasien. pasien A dan pasien
terakhir yaitu, kekuatan perawat I dan K Y menunjukkan dengan memberikan perintah secara
menunjukkan dengan memberikan perintah secara langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), melakukan
langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), bargaining manipulasi yang menunjukkan penggunaan
dan promising. komponen kekuatan (power).
Rosa Apriliyanti:
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712408887551846360&simpl=msg-f%3A171240… 1/1
12/15/21, 8:53 AM Email Airlangga University - Re: bmit Jurnal Ilmu Komunikasi - Rosa Apriliyanti (UNAIR)
Hormat saya,
Rosa Apriliyanti
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712487280646839116&simpl=msg-f%3A1712487… 1/1
BUKTI KORESPONDENSI
ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2
Rosa Apriliyanti:
Submission URL:
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/author/submissionEditing/4687
Username: rosapriliyanti
If you are unable to undertake this work at this time or have any questions,
please contact me. Thank you for your contribution to this journal.
4687-15061-1-CE.docx
66K
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712684292213859748&simpl=msg-f%3A171268… 1/1
Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep Diri
Pasien Skizofrenia
Rosa Apriliyanti1, Andria Saptyasari2, Ratih Puspa3
1
Department ......, Faculty of Social and Political Science Airlangga University, Airlangga Street No.4 - 6,
Surabaya, Indonesia
2
Department ......, Faculty of Social and Political Science Airlangga University, Airlangga Street No.4 - 6,
Surabaya, Indonesia
3
Department ......, Faculty of Social and Political Science Airlangga University, Airlangga Street No.4 - 6,
Surabaya, Indonesia
Email: rosaapriliyanti34@gmail.com1, andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id2*, ratih.puspa@fisip.unair.ac.id3
*Corresponding author
Abstract
Schizophrenic patients have stigma and negative self-concept in the eyes of society. This study aims to
examine conversations on therapeutic communication carried out by nurses in patients who have a
psychological disease, namely schizophrenia in order to improve self-concept more positively.
Conversation analysis research method is used to analyze conversations between nurses and
schizophrenic patients so that all verbal and nonverbal interactions between them can be analyzed in
detail. From the results of the study, it was found that in conversations during therapeutic
communication, each nurse had different characteristics in turn-taking, speaking sequences, repairs and
preferences. It was also found that each nurse had different characteristics from verbal and non-verbal
aspects in the use of the 5 components of therapeutic communication to improve the patient's self-
concept. In the application of therapeutic communication, the trust component is the most dominant
component used by nurses to improve the patient's self-concept. The difference in the application of
therapeutic communication is also influenced by the background of the nurse, the ability of the nurse in
therapeutic communication, the openness of the patient and also the duration of patient care.
Keywords: Therapeutic Communication; Schizophrenia; Self Concept; Conversation Analysis
Abstrak
Pasien skizofrenia memiliki stigma dan konsep diri negatif di mata masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat pada pasien yang memiliki penyakit
psikologis skizofrenia agar dapat meningkatkan konsep diri secara lebih positif. Metode penelitian
conversation analysis digunakan untuk menganalisis percakapan antara perawat dan pasien skizofrenia
sehingga semua interaksi verbal dan nonverbal di antara mereka secara detail. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam percakapan atau komunikasi terapeutik setiap perawat memiliki karakteristik
yang berbeda-beda pada giliran bicara (turn-taking), urutan berbicara (sequences), perbaikan (repair)
dan pilihan (preference), selain itu pada penelitian ini juga ditemukan bahwa masing-masing perawat
memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari aspek verbal maupun non verbal dalam penggunaan 5
komponen pada komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep diri pasien. Dalam penerapan
komunikasi terapeutik komponen kepercayaan adalah komponen yang paling dominan digunakan oleh
perawat untuk meningkatkan konsep diri pasien. Perbedaan penerapan komunikasi terapeutik tersebut
juga dipengaruhi latar belakang perawat, kemampuan perawat dalam komunikasi terapeutik,
keterbukaan pasien dan juga lama durasi perawatan pasien.
Kata kunci: komunikasi terapeutik, skizofrenia, konsep diri, analisis percakapan
17
BUKTI KORESPONDENSI
ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2
Pernyataan Orisinalitas
4 pesan
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta <jik@upnyk.ac.id> 5 Oktober 2021 17.02
Kepada: Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com>, andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id,
ratih.puspa@fisip.unair.ac.id
Selamat sore.
Yth. Ibu Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, dan Ratih Puspa
Artikel anda dengan judul "Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep Diri Pasien Skizofrenia"
sudah dalam proses proofreading author (silahkan cek email anda dari sistem) dan akan diterbitkan pada Volume 19
No 2 Agustus 2021.
Kami dari tim JIK meminta penulis untuk mengisi pernyataan orisinalitas artikel dan dikirimkan kembali melalui email
ini (form terlampir).
Terima kasih.
Best Regards,
Editor in Chief Jurnal Ilmu Komunikasi
Dr. Puji Lestari, SIP., M. Si
UPN Veteran Yogyakarta
FISIP UPN Veteran Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 2 Tambak bayan Yogyakarta
Contact: +6282168289694
Selamat malam
Yth. Ibu Puji Lestari,
Saya kirimkan pernyataan orisinalitas terkait artikel berjudul "Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan
Konsep Diri Pasien Skizofrenia" yang sudah diisi kepada tim JIK.
Terima kasih.
Salam,
Andria Saptyasari
Berikut saya lampirkan surat pernyataan orisinalitas yang sudah ditandatangani. Demikian terimakasih.
Regards,
Rosa A.
[Kutipan teks disembunyikan]
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712773546461212796&simpl=msg-f%3A171277… 1/2
12/15/21, 8:57 AM Email Airlangga University - Pernyataan Orisinalitas
E: ratih.puspa@fisip.unair.ac.id
Virus-free. www.avast.com
On Tue, 5 Oct 2021 at 17:02, Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta <jik@upnyk.ac.id> wrote:
[Kutipan teks disembunyikan]
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712773546461212796&simpl=msg-f%3A171277… 2/2
COPYRIGHT AND ORIGINALITY
The transfer of copyright includes the exclusive right to reproduce and distribute the
article, including reprints. It also includes the right to adapt the articles used in
conjunction with a computer system including reproduction or publication in the form
online and mounted on a retrieval system.
Author's,
Surabaya, 5 Oktober 2021
Andria Saptyasari
BUKTI KORESPONDENSI
ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta <jik@upnyk.ac.id> 7 Oktober 2021 12.49
Kepada: Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com>, andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id, Ratih Puspa
<ratih.puspa@fisip.unair.ac.id>
Selamat siang.
Yth. Ibu Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, dan Ratih Puspa
Terima kasih telah berpartisipasi sebagai penulis di Jurnal Ilmu Komunikasi.
Artikel Anda telah kami terbitkan pada Volume 19 No 2 Agustus 2021: http://jurnal.upnyk.ac.id/
index.php/komunikasi/article/view/4687
Kami lampirkan juga Letter of Acceptance dan kuitansi pembayaran penerbitan artikel.
Best Regards,
Editor in Chief Jurnal Ilmu Komunikasi
Dr. Puji Lestari, SIP., M. Si
UPN Veteran Yogyakarta
FISIP UPN Veteran Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 2 Tambak bayan Yogyakarta
Contact: +6282168289694
2 lampiran
109_Kuitansi ID4687_Andria Saptyasari.pdf
153K
116. Acceptance Letter Rosa, Andria, Ratih ID4687.pdf
204K
https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712938832118191060&simpl=msg-f%3A1712938… 1/1
KUITANSI
No: 109/UN62/JIK/X/2021
Terima Dari : Andria Saptyasari
Uang Sebanyak : Rp 1.500.000,00
Guna Pembayaran : Biaya penerbitan artikel Volume 19 No 2 Agustus 2021
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta
Nomor : 116/UN62/JIK/X/2021
Klasifikasi : Biasa
Lampiran :-
Perihal : Surat Keterangan Penerimaan Artikel
Ketua Editor