You are on page 1of 106

BUKTI KORESPONDENSI

ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2

Judul artikel : Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep


Diri Pasien Skizofrenia

Jurnal : Jurnal Ilmu Komunikasi, 2021, Vol 19 (2), 158-171

Penulis : Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, Ratih Puspa

No. Perihal Tanggal


1. Bukti konfirmasi submit artikel dan artikel yang disubmit 31 Januari 2021
2. Bukti konfirmasi review, hasil review pertama dan 10 September 2021
kedua, serta hasil turnitin
3. Bukti konfirmasi submit revisi beserta artikelnya 22 September 2021
4. Bukti konfirmasi pembayaran dan bukti pembayaran 1 Oktober 2021
5. Bukti konfirmasi editing dan artikelnya 4 Oktober 2021
6. Bukti konfirmasi isian form originalitas 5 Oktober 2021
7. Bukti konfirmasi accepted dan e-kuitansi pembayaran 7 Oktober 2021
BUKTI KORESPONDENSI
ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2

Judul artikel : Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep


Diri Pasien Skizofrenia

Jurnal : Jurnal Ilmu Komunikasi, 2021, Vol 19 (2), 158-171

Penulis : Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, Ratih Puspa

No. Perihal Tanggal


1. Bukti konfirmasi submit artikel dan artikel yang disubmit 31 Januari 2021
Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>

On Sun, 31 Jan 2021 at 16.14 Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com> wrote:


Kepada Yth Tim Jurnal UPNYK,

Selamat sore Bapak/Ibu, saya bermaksud untuk submit jurnal untuk diseleksi agar bisa dimuat dan dipublish
oleh UPNYK. Berikut saya kirimkan jurnal Ilmu Komunikasi yang berjudul: PENGGUNAAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK OLEH PERAWAT UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PASIEN SKIZOFRENIA. Semoga
jurnal dapat diterima dan dipublish oleh UPNYK. Jika ada yang perlu diperbaiki, mohon disampaikan pada email
berikut ini atau melalui nomor 081217241501 (Rosa). Terimakasih atas perhatian dari Bapak/Ibu.

Hormat saya,
Rosa Apriliyanti
--

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712487280646839116&simpl=msg-f%3A1712487… 1/1
PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT
UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PASIEN
SKIZOFRENIA

Rosa Apriliyanti1, Andria Saptyasari2 Ratih Puspa S3


1
Faculty of Social and Political Science Airlangga University, Airlangga Street No.4 - 6, Surabaya, Indonesia
2
Faculty of Social and Political Science Airlangga University, Airlangga Street No.4 - 6, Surabaya, Indonesia
3
Faculty of Social and Political Science Airlangga University, Airlangga Street No.4 - 6, Surabaya, Indonesia
rosaapriliyanti34@gmail.com, andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id, ratih.puspa@fisip.unair.ac.id

Keywords: komunikasi terapeutik, skizofrenia, konsep diri, analisis percakapan

Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai percakapan pada komunikasi terapeutik yang dilakukan
perawat pada pasien yang memiliki penyakit secara psikologis yaitu, skizofrenia. Salah satu cara dalam
meningkatkan konsep diri rendah pasien skizofrenia adalah menggunakan komunikasi terapeutik yang
merupakan bagian dari komunikasi kesehatan. Saat melakukan asuhan keperawatan seperti, komunikasi
terapeutik perawat membutuhkan keterampilan komunikasi yang efektif untuk melaksanakannya secara
efisien. Perawat akan mengambil peran untuk memberikan perawatan, berkoordinasi dan membantu pasien
dalam melakukan aktivitas seharihari dengan tujuan untuk membantu pasien dalam meringangkan
penyakitnya secara psikologis. Maka dari itu, agar terwujudkan komunikasi terapeutik yang efektif, perawat
menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi terapeutik yaitu, kepercayaan (trust), saling menghargai
(respect), hubungan profesional (professional intimacy), empati (empathy) dan kekuatan (power).. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa dalam percakapan saat komunikasi terapeutik masing-masing perawat
memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada giliran bicara (turn-taking), urutan berbicara (sequences),
perbaikan (repair) dan pilihan (preference), selain itu pada penelitian ini juga ditemukan bahwa masing-
masing perawat memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari aspek verbal maupun non verbal dalam
penggunaan 5 komponen pada komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep diri pasien. Dalam
penerapan komunikasi terapeutik komponen kepercayaan adalah komponen yang paling dominan digunakan
oleh perawat untuk meningkatkan konsep diri pasien. Perbedaan penerapan komunikasi terapeutik tersebut
juga dipengaruhi latar belakang perawat, kemampuan perawat dalam komunikasi terapeutik, keterbukaan
pasien dan juga lama durasi perawatan pasien.

gangguan kognitif, dengan berusaha mengubah


kognitif individu, respons emosional, dan/atau
PENDAHULUAN perilaku. Bentuk perawatan utama dalam
komunikasi terapeutik adalah kognitif terapi dan
pelatihan keterampilan komunikasi (Donsbach,
Komunikasi terapeutik (TC) yang merupakan
2008). Lebih lanjut, Donsbach (2008) menjelaskan
bagian dari komunikasi kesehatan telah terbukti
bahwa terapi kognitif ini dimaksudkan sebagai
sebagai perawatan yang kuat sebagai pendekatan
terapi perilaku emotif rasional yang berfokus pada
untuk penyalahgunaan obat seperti narkoba dan
pemikiran atau kepercayaan yang mengarah pada
masalah terkait dalam kehidupan. Komunikasi
konsekuensi emosi
terapeutik pada dasarnya merupakan pendekatan
dan perilaku negatif.
yang digunakan dan berkembang terutama dalam
Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat
bidang psikiatri, dan psikologi (Leon, 2000).
membantu pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
Komunikasi terapeutik berusaha mengurangi
kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
kecemasan dengan mengurangi aktivasi dan
mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku

1
negatif. Meskipun, lebih memakan waktu dan klien mencapai pemahaman yang lebih baik melalui
membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam komunikasi verbal dan non-verbal. Lebih lanjut,
keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi Sherko (2013) menambahkan bahwa komunikasi
terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif terapeutik menggunakan strategi khusus yang
untuk mempercepat penyembuhan pasien mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
(Donsbach, 2008). Tidak hanya digunakan sebagai dan gagasan yang memiliki tujuan untuk
pemberian perawatan pada pasien fisiologis, mengurangi distress psikologi yang dialami oleh
komunikasi terapeutik juga digunakan pada pasien pasien.
dengan penyakit psikologis seperti skizofrenia. Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa gejala
Skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan negatif dari skizofrenia adalah sulit memulai
yang paling serius dibandingkan dengan gangguan pembicaraan, berkurangnya motivasi, berkurangnya
kejiwaan lainnya. Biasanya terjadi pada akhir masa atensi, dan menarik diri secara sosial akibat
remaja dan sering kali memiliki efek mendalam berkurangnya konsep dan aktualisasi dirinya. Dalam
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang dengan penelitiannya Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa
skizofrenia sering mengalami kesulitan hidup pasien skizofrenia memiliki perasaan tidak berharga,
mandiri dan mengurus diri sendiri, bekerja, dan merasa harga diri rendah, dan tidak berarti yang
memenuhi kewajiban atau melakukan peran lainnya berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
(Mueser & Jeste, 2008, h. 3). Skizofrenia memiliki sendiri dan kemampuan dirinya. Maka dari itu,
gejala negatif seperti delusi atau waham, halusinasi, penting dilakukan komunikasi terapeutik kepada
kekacauan pikiran, menyimpan rasa kecurigaan pasien skizofrenia untuk meningkatkan konsep diri
terhadap sesuatu. Penderita skizofrenia juga kerap dengan tujuan mengurangi gejala negatif
kali mengalami perubahan sensori persepsi, skizofrenia.
merasakan sensasi palsu berupa suara dan Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat
penglihatan (Damayanti, 2016). membantu pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Oktober mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
2019, data rekam medis RSJ Dr. Radjiman negatif. Meskipun, lebih memakan waktu dan
Wediodiningrat menunjukkan sejak tahun 2017 membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam
kunjungan pasien terbanyak datang dari penderita keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi
skizofrenia dengan jumlah 786 pasien, dengan terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif
rincian skizofrenia paranoid sebanyak 146 orang, untuk mempercepat penyembuhan pasien
dan skizofrenia hebefrenik sebanyak 551 orang, dan (Donsbach, 2008).
89 orang penderita skizofrenia tak terinci. Dari data Pasien skizofrenia dengan gejala negatif
rekam medis tersebut, peneliti menentukan fokus memiliki konsep diri rendah. Menurut Rakhmat
penelitian pada perawatan yang dilakukan oleh (2007, h. 99) konsep diri adalah pandangan dan
perawat kepada pasien skizofrenia hebrefrenik yang perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri
memiliki negative symptomps. Fatani (2017) ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis. Lebih
membagi gejala skizofrenia menjadi tiga yaitu, lanjut, Rakhmat (2007, h. 100) menjelaskan terdapat
positive symptomps penderita dengan gejala ini dua komponen tentang konsep diri yaitu, komponen
disebut dengan skizofrenia paranoid. kognitif dan komponen afektif. Pengambilan tema
Penderita skizofrenia dengan negative symptomps, dalam percakapan saat melakukan komunikasi
penderita dengan gejala ini disebut dengan terapeutik yang dilakukan perawat dengan pasien ini
skizofrenia hebefrenik, ditandai dengan kurangnya didasarkan juga pada informasi perawat di RSJ Dr.
motivasi, menarik diri dari dunia sosial, penderita Radjiman Wediodiningrat yang mengatakan bahwa
skizofrenia hebefrenik seringkali susah melakukan dalam komunikasi terapeutik kepada pasien
aktivitas sehari-hari dan susah untuk berinteraksi skizofrenia hebefrenik (negative symptomps)
dengan orang lain. biasanya perawat memberikan topik aspek
Dalam menangani pasien skizofrenia, perawat kejiwaaan, salah satunya adalah meningkatkan
memiliki peranan yang penting. Salah satu cara konsep diri pasien.
menangani pasien dengan skizofrena adalah Dalam meningkatkan konsep diri pasien. Perawat
menggunakan komunikasi terapeutik. Menurut menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi
Pounds (dalam Mulyana, 2016) konsep komunikasi terapeutik yang juga merupakan komponen dalam
terapeutik mengacu pada proses dimana perawat komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi
secara sadar mempengaruhi klien atau membantu

2
interpersonal selain berpusat pada pesan, Kemudian menjadikan perawat sebagai
komunikasi informan, dikarenakan perawat adalah orang yang
interpersonal juga terkait dengan konteks. Appegate lebih sering berhubungan dengan pasien dan juga
dan Delia (dalam Berger, 2014, h.222) mengusulkan keluarga pasien sehingga perawat yang lebih
lima dimensi konteks untuk situasi komunikasi: latar mendominasi dalam proses perawatan dibandingkan
fisik (ruang, lingkungan, dan saluran yang dengan dokter.
digunakan), latar sosial/relasional (misalnya, teman, Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini
pasangan hidup, rekan kerja, terapis, atau tetangga), akan menggunakan metode analisis percakapan
latar instutisional (misalnya, rumah, pekerjaan, (conversation analysis). Palotti (2007) dalam
rumah sakit, sekolah, gereja), latar fungsional bukunya Conversation Analysis: Methodology,
(tujuan utama yang dikejar, misalnya, menyediakan machinery, and application to specific thing,
informasi, membujuk, mendukung, dan latar budaya menjelaskan dan membagi struktur dasar dari
(termasuk suku, kebangsaan, kelas sosial, dan analisis percakapan (conversation analysis) menjadi
golongan lainnya yang relevan). empat bagian yaitu, giliran bicara (turn-taking
Komunikasi interpersonal yang terjadi pada organization), urutan bicara (sequence), pasangan
penelitian ini adalah komunikasi interpersonal yang sepadan (repair), dan preference.
terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia. Dalam penelitian ini conversation analysis
Sebagaimana dalam konteks komunikasi digunakan untuk melihat dinamika dan struktur
interpersonal adalah latar fisik ruang, latar dasar percakapan yang dilakukan oleh perawat dan
sosial/relasional adalah terapis dan pasien, latar pasien saat melakukan komunikasi terapeutik
institusional adalah rumah sakit, dan latar fungsional sebagai bagian dari terapi. Heritage (dalam Palotti,
adalah untuk mendukung pasien skizofrenia yang 2007) menjelaskan bahwa analisis percakapan
dilakukan oleh perawat. Komunikasi interpersonal memandang pembicaraan dan gerakan tubuh bukan
yang terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia di hanya sebagai media untuk berkomunikasi, tetapi
rumah sakit jiwa dengan tujuan untuk pemberian sebagai cara membangun realitas dan hubungan
perawatan disebut dengan komunikasi terapeutik sosial pada dua orang atau lebih
yang merupakan sub-disiplin dari komunikasi Penelitian ini akan mengamati percakapan yang
kesehatan. berlangsung dalam komunikasi terapeutik yang
Sejumlah penelitian terdahulu lain pada dilakukan oleh perawat dan pasien gangguan jiwa
komunikasi terapeutik juga telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perawat
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh membangun dan mempertahankan interaksi dalam
Cerino (2012) yang meneliti teknik komunikasi rangka meningkatkan konsep diri pasien serta
terapeutik untuk pasien yang menderita penyakit penggunaan 5 komponen utama dalam komunikasi
kronis seperti kanker. Penelitian lain dilakukan oleh terapeutik.
Vankatwyk (2006) yang meneliti mengenai Pemilihan lokasi penelitian di RSJ Dr. Radjiman
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh pastor, Wediodiningrat dikarenakan Rumah Sakit Jiwa ini
dan penelitian yang dilakukan oleh Long & Slevin adalah rumah sakit jiwa pertama yang dibangun
(2013) tentang komunikasi terapeutik yang pada zaman penjajahan Belanda di tahun 1902 dan
dilakukan pada pasien demensia. saat ini menjadi RSJ terbesar di Asia Tenggara, jika
Pengambilan tema dalam percakapan saat dibandingkan rumah sakit jiwa yang lain RSJ Dr.
melakukan komunikasi terapeutik yang dilakukan Radjiman Wediodiningrat memiliki jumlah pasien
perawat dengan pasien ini didasarkan juga pada dan fasilitas yang lebih banyak yaitu, 1.200 tempat
informasi perawat di RSJ Dr. Radjiman tidur. Dalam kurun waktu 1942 - 1945, Rumah Sakit
Wediodiningrat yang mengatakan bahwa dalam Jiwa Lawang mengalami penurunan pelayanan,
komunikasi terapeutik kepada pasien skizofrenia karena kurangnya sarana perawatan dan adanya
hebefrenik (negative symptomps) biasanya perawat penyakit menular, jumlah pasien menurun sampai
memberikan topik aspek kejiwaaan, salah satunya 800 orang. Tahun 1947 jumlah pasien : 1.200 orang,
adalah meningkatkan konsep diri pasien. Dari gabungan antara anex Suko dan Rumah Sakit Jiwa
penelitian tersebut juga menjadi rujukan bagi Lawang.
peneliti, memilih Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
Wediodiningrat sebagai tempat penelitian karena di TUJUAN PENELITIAN
rumah sakit jiwa membutuhkan penangan dan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
perawatan pasien yang berbeda dengan rumah sakit penelitian ini adalah untuk mengetahui,
umum yang menangani penderita sakit fisik. menganalisis, menjelaskan dengan conversation

3
analysis bagaimana percakapan dalam komunikasi 3. Perawat yang sudah menangani pasien
terapeutik yang dilakukan perawat untuk skizofrenia, khususnya skizofrenia
meningkatkan konsep diri pasien skizofrenia. hebefrenik yang memiliki negative
symptomps.
4. Informan penelitian terdiri dari pasangan
(couple/pair) yaitu, perawat dan pasien
skizofrenia (one on one).

METODE PENELITIAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Metode penelitian yang digunakan adalah Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga cara
metode penelitian analisis percakapan (conversation dalam teknik pengumpulan data yaitu, observasi,
analysis). Analisis percakapan sebagai metode teknik rekaman audio, dan pencatatan data di
bertujuan untuk menjelaskan peraturan, struktur, dan lapangan yang dilakukan di RSJ Dr. Radjiman
urutan bentuk interaksi, baik itu pada percakapan Wediodiningrat Malang.
formal maupun informal (Van Rees dalam
Mulyadiana, 2008). TEKNIK ANALISIS DATA

penelitian ini merujuk pada penelitian CA yang Analisis data adalah proses mengordinasikan
berfokus pada peraturan, struktur dan urutan dalam data ke dalam tipologi satuan, penyusunan satuan,
kategorisasi, dan menjelaskan tentang komponen-
sebuah percakapan. Percakapan yang dimaksud
komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis
adalah percakapan dalam komunikasi terapeutik data (Moleong, 2016).
yang dilakukan 78 oleh perawat dan pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian
Wediodiningrat dengan tujuan untuk meningkatkan conversation analysis (CA). Pendekatan CA
konsep diri pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pada spesifikasi perilaku sosial manusia
mengungkap secara detail bagaimana peraturan, dalam percakapan dan berkomitmen untuk
struktur, dan urutan dalam percakapan saat perawat melakukan pengamatan secara naturalistik. Metode
CA menawarkan penelitian dengan cara deskriptif
melakukan komunikasi terapeutik dengan
yang dikembangkan dengan baik untuk meneliti
menerapkan 5 komponen utama kepada pasien interaksi percakapan dengan prosedur empiris yang
dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri benar untuk mendukung analisisnya (Hoey dan
pasien. Kendrick, 2018)

TEKNIK PEMILIHAN INFORMAN Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
digunakan metode conversation analysis menurut
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan Gabriella Pallotti (2007), dengan tahapan sebagai
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria berikut:
dan aspek tertentu. Beberapa kriteria atau
pertimbangan yang digunakan peneliti dalam 1. Data selection (pemilihan data), Penelitian
CA didasarkan pada data naturalistik, yaitu
pemilihan informan berdasarkan studi pendahuluan
pertukaran yang dilakukan tempat terlepas
yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman dari kebutuhan penelitian untuk mencatat
Wediodiningrat adalah sebagai berikut: dan menganalisis mereka. Ini berarti bahwa
analis percakapan tidak memperoleh data
1. Perawat aktif yang sudah memiliki Surat mereka dari eksperimental, role plays atau
Tanda Registrasi (STR). wawancara namun dengan
2. Perawat yang sudah melakukan profesinya pengamatan/observasi. Maka dari itu,
sebagai perawat di RSJ Dr. Radjiman peneliti mulai dengan memilih bagian hasil
Wediodiningrat selama kurang lebih 2 data yang akan dianalisis yaitu, memilih
hasil data yang berhubungan dengan proses
tahun.

4
komunikasi yang dilakukan perawat dan perawat dikarenakan sebagian besar keluarga dari
pasien skizofrenia untuk meningkatkan perawat I berprofesi sebagai tenaga medis.
konsep diri pasien dengan menerapkan 5
komponen utama dalam komunikasi 2. Perawat A (38 tahun), Perawat A bekerja
terapeutik. menjadi perawat menangani pasien skizofrenia sejak
2. Data transcription (transkrip data), tahun 2006. Namun, sebelumnya perawat A bekerja
transkripsi adalah bagian penting dari sebagai Dosen di salah satu Poltekkes jurusan
melakukan CA. Transkrip terperinci dari Keperawatan di Malang. Setelah itu perawat A
pembicaraan tersebut – dan beberapa kasus mengikuti pemilihan PNS dan menjadi perawat di
berperilaku seperti gerakan atau gerakan – rumah sakit jiwa.
sebelum menganalisis suatu episode
interaksi. Transkrip ini meliputi semua 3. Perawat Y (46 tahun), Perawat Y sudah bekerja
bagian dalam percakapan dari awal dan menangani pasien skizofrenia sejak tahun 1998 dan
akhir ucapan yang tumpang tindih sudah memiliki Surat Tanda Registrasi. Perawat Y
(overlaps), awal yang salah, keraguan, sebelumnya sama sekali tidak memiliki keinginan
suara non-verbal seperti ah, oh, hm, kontur menjadi perawat, hanya ia ingin mewujudkan
intonasi, gerakan tubuh dan pandangan. harapan orang tuanya untuk bersekolah di perguruan
Dalam transkrip data penelitian ini akan tinggi negeri di jurusan kesehatan.
menggunakan simbol dalam analisis
percakapan yang dijelaskan oleh Jefferson Keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti tidak bisa
(dalam Knapp & Anots, 2008). memilih pasien skizofrenia mana yang akan diteliti.
3. Participant viewpoint (sudut pandang Informan perawat dan pasien skizofrenia ditentukan
pelaku), bukan berarti peneliti oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
mengekspresikan diri dengan cara yang Wediodiningrat yang langsung mengarahkan kepada
persis sama seperti yang diamati orang informan di Ruang Melati yang merupakan ruangan
akan ketika menganalisis interaksi yang pasien skizofrenia perempuan dengan perawat
sama, tetapi mereka menempatkan analisis perempuan, sehingga peneliti tidak mendapatkan
mereka pada sudut pandang peserta dalam akses untuk memilih perawat laki-laki maupun
interaksi. Peneliti harus memosikan diri dan pasien skizofrenia laki-laki sebagai informan dalam
mengakui dengan rendah hati bahwa penelitian ini.
interpretasi tidak pernah lepas dari
pengalaman pribadi, kultural, dan historis
informan.
4. Generalisation (generalisasi), CA selalu
HASIL PENELITIAN
dimulai dengan kasus tunggal, mencoba
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
menjelaskan dinamika mereka satu per
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
satu. Berdasarkan proses itu peneliti harus
melakukan percakaap saat terapi dengan pasien,
berusaha memformulasikan beberapa
perawat menggunakan struktur dasar percakapan
pengamatan umum pernyataan atau aturan
sesuai dengan penjelasan Pallotti (2007) tentang
yang sementara dapat ditarik kesimpulan
struktur dasar pada percakapan yaitu, adanya giliran
hal-hal yang sedang diamati.
bicara (turn-taking), urutan bicara (sequence),
perbaikan (repair), pilihan (preference).
GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa giliran
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan bicara (turn-taking) sesuai dengan penjelasan
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria Levinson (dalam Knapp & Antos, 2008) bahwa
dan aspek tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah pergantian tersebut berlangsung secara urut sehingga
ditentukan di atas, informan yang dipilih dan telah didapatkan A-B-A-B-A-B. Dalam giliran bicara
memenuhi kriteria, yaitu: terdapat 3 karakteristik kalimat utama yaitu, kalimat
perintah, kalimat pertanyaan, dan kalimat
1. Perawat I (48 tahun), Perawat I sudah bekerja pernyataan. Masing-masing dari informan memiliki
dari tahun 1993. Sudah memiliki Surat Tanda kalimat perintah, pertanyaan, dan pernyataan yang
Registrasi. Latar belakangnya menjadi seorang berbeda-beda. Selanjutnya, pada penelitian ini juga
ditemukan adanya urutan bicara (sequence), namun

5
dalam penelitian ini perawat Y memiliki urutan Selain itu, penerapan komunikasi terapeutik
bicara (sequence) yang berbeda yaitu, tidak adanya dapat memberi manfaat, tidak hanya untuk klien
pre-invitation atau pre-request berbeda dengan dua tetapi juga untuk perawat, karena keterampilan tidak
perawat yang menjadi informan lainnya. Hal hanya meningkatkan komponen saling percaya
tersebut juga dijelaskan oleh Amri (2011) bahwa dengan pasien, namun lebih yaitu, menghasilkan
pre-sequence lebih banyak digunakan sebagai efektivitas dalam memperoleh tujuan terapi, tetapi
percakapan murni yang formal. Jadi beberapa juga memberi pasien perawatan dan pemenuhan
percakapan terkadang mengandung pre-sequence dalam intervensi keperawatan secara profesional
dengan tujuan untuk menanyakan tentang yang juga dapat meningkatkan profesi perawawat
ketersediaan dan kemungkinan untuk mendapatkan (Damaiyanti, 2008).
informasi.
Penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia
Gambaran umum komunikasi terapeutik di lainnya juga dijelaskan pada penelitian yang
Indonesia dilakukan oleh Kholil & Lubis (2019) yang
mengkaji mengenai penggunaan komunikasi
Komunikasi teraapeutik merupakan salah satu terapeutik di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi di
bagian dari komunikasi kesehatan dan dalam kajian Medan.
ilmu komunikasi juga termasuk dalam komunikasi
interpersonal. Di Indonesia, komunikasi terapeutik Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk melihat
digunakan sebagai alat bagi perawat untuk penggunaan komunikasi terapeutik dengan dokter
mempengaruhi tingkah laku pasien untuk dan pasien dengan penyakit fisiologis kronis. Dalam
mendapatkan keberhasilan dalam intervensi penelitian tersebut ditemukan bahwa implementasi
keperawatan (Stuart & Sunden dalam Kusuma, komunikasi terapeutik dilakukan oleh tenaga medis
2016). Komunikasi terapeutik dilakukan secara di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
sadar dengan teknik khusus yang bertujuan untuk menerapkan terapi dengan beberapa tahapan, seperti
kesembuhan pasien (Uripni dalam Kusuma, 2016). salam ketika memasuki ruangan, salam kepada
setiap pasien sebelum memeriksa dan bertanya
Komunikasi terapeutik dapat diterapkan pada pasien tentang perkembangan kesehatan mereka. Hal ini
dengan penyakit fisiologis maupun secara merupakan prosedur formulir komunikasi yang
psikologis. Seperti penelitian yang sudah dilakukan harus dilakukan oleh setiap tenaga medis.
oleh Adistie, Mediani, dkk (2018) yang mengkaji
penggunaan komunikasi terapeutik pada pasien yang Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
akan menjalankan operasi atau disebut dengan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik
perawatan pra-operasi. Lebih lanjut dalam penelitian pada penelitian yang dilakukan oleh Kholil & Lubis
tersebut dijelaskan bahwa perawatan pra-operasi (2019) saat berinteraksi dengan pasien yang
dimaksudkan untuk mempersiapkan pasien dan mengalami gangguan pendengaran sehingga tenaga
keluarga pasien untuk menghadapi operasi/operasi. medis kesulitan menerapkan komunikasi terapeutik.
Hal tersebut dilakukan karena sebelum menjalani
operasi, persiapannya dapat memengaruhi emosi Dari penjelasan di atas, implementasi atau
yang membutuhkan penyesuaian orang tua, Selain penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia masih
itu, ketika orang tua tertekan, itu dapat banyak dilakukan oleh tenaga medis pada pasien
mempengaruhi tekanan emosional pasien juga yang memiliki penyakit secara fisiologis yang
(Adistie, Mediani, dkk, 2018). dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi tekanan
emosi dan mempermudah perawat untuk
Penggunaan komunikasi terapeutik saat ini lebih memberikan perawatan kepada pasien, komunikasi
terkonsentrasi pada pengaplikasian komunikasi terapeutik di Indonesia juga dilakukan kepada
terapeutik untuk pasien dengan penyakit fisiologis keluarga pasien sebagai salah satu support group
atau pasien yang memiliki penyakit kronis lainnya, pasien saat menjalani perawatan.
dan penerapannya kepada pasien lanjut usia dan
anak-anak di Indonesia. Penerapan komunikasi Maka dari itu, penelitian ini akan mengkaji
terapeutik di Indonesia diterapkan untuk mengatasi penerapan komunikasi terapeutik yang dilakukan
pasien atau keluarga pasien yang mengalami oleh perawat pada pasien yang memiliki penyakit
berbagai masalah psikologis yang menjadi secara psikologis yaitu, skizofrenia dengan konsep
pertimbangan oleh perawat.

6
diri rendah atau pasien skizofrenia yang memiliki menggunakan kata-kata medis, menggunakan bahasa
gejala negatif. jawa/bahasa krama halus. Pada penggunaan empati
perawat dan pasien juga menggunakan dalam
Conversation analysis dalam komunikasi komunikasi terapeutik dengan masing-masing
terapeutik antara perawat I dan pasien K karakteristik. Perawat I menunjukkan empati kepada
pasien K dengan melakukan legitimasi,
Dalam percakapan yang dilakukan oleh perawat I mengungkapkan sugesti dengan cara yang
dan pasien K kalimat perintah digunakan konstruktif. Pada komponen terakhir yaitu, kekuatan
memberikan perintah untuk tetap beraktivitas dan perawat I dan K menunjukkan dengan memberikan
tidak boleh menyendiri. Percakapan dalam perintah secara langsung, melakukan ingrasiasi
komunikasi terapeutik saat terjadinya giliran bicara (pujian), bargaining dan promising.
(turn-taking) perawat dan pasien juga menggunakan
kalimat pertanyaan dan pernyataan dengan tujuan Conversation analysis dalam komunikasi
pada penggunaan yang berbeda-beda. perawat I terapeutik antara perawat A dan pasien Y
menggunakan kalimat pertanyaan untuk mengawali
giliran bicara dengan menanyakan kabar dan Pada percakapan perawat A dan pasien Y
keadaan pasien K. Perawat I melakukan perbaikan kalimat perintah digunakan untuk memberikan
dalam percakapan saat komunikasi terapeutik untuk dorongan dan dukungan (enocuraging) kepada
menenangkan pasien terkait dengan keinginan untuk pasien Y memiliki kemampuan (skill) di bidang
bertemu keluarga. Selanjutnya, preference atau kecantikan. perawat A menggunakan kalimat
melakukan penerimaan dan penelokan. Perawat I pertanyaan untuk mengawali giliran bicara dengan
melakukan penolakan secara tidak langsung saat menanyakan kabar dan keadaan pasien. Perawat A
pasien ingin bertemu dengan keluarganya, dan melakukan perbaikan dalam percakapannya
melakukan persetujuan ketika pasien K sebagian besar untuk mendapatkan pemahaman yang
menceritakan aktivitas-aktivitas apa saja ang bisa ia sama dengan pasien Y. Sementara perawat A
lakukan. melakukan penolakan saat atas sikap pasien yang
mengaku lebih suka menyendiri dan merasa bahwa
Perawat I dan pasien K meningkatkan konsep keluarganya tidak ada yang peduli terhadapnya,
diri pasien dengan menggunakan komponen namun perawat A melakukan persetujuan ketika
kepercayaan ditunjukkan dengan aspek verbal dan pasien Y ingin mengembangkan kemampuan (skill)
nonverbal. Adanya kepercayaan antara perawat I dan saat sudah diizinkan kembali ke Dinas Sosial
pasien K dalam komunikasi terapeutik ditujukan setempat.
dengan karakteristik seperti, pasien menceritakan
kegiatan yang biasa dilakukannya di rumah maupun Perawat A dan pasien Y menunjukkan adanya
di rumah sakit. Pasien menanyakan dan menyatakan kepercayaan dengan karakteristik menceritakan
ingin bertemu dengan keluarga, mengungkapkan hal tentang perasaannya yang masih sedih.
yang tampak. Menceritakan bahwa pasien hanya Menceritakan tentang masalah diperlakukan dengan
berkomunikasi dengan keluarga. buruk di tempat kerja, perawat memberikan
pertanyaan terbuka, menceritakan tentang
Dalam penggunaan komponen saling menghargai kemampuan yang dimiliki oleh pasien. tentang
masing-masing pasien juga menunjukkan dengan perasaannya yang masih sedih, menceritakan tentang
sikap dan karakteristik yang berbeda-beda. Perawat I masalah diperlakukan dengan buruk di tempat kerja,
dan pasien K menunjukkan dengan sikap merespon perawat memberikan pertanyaan terbuka dan
dengan melakukan pengulangan apa yang dialami menceritakan tentang kemampuan yang dimiliki
oleh pasien, memberikan saran untuk terus oleh pasien.
melakukan aktivitas/kegiatan, memberikan
tanggapan dengan menggunakan hasil observasi dan Penggunaan komponen saling menghargai
pemikiran, dan tanpa menghakimi dan tidak digunakan oleh perawat A kepada pasien Y. Perawat
memberikan label. A menunjukkan dengan memberi dan mendukung
pasien Y, memperlihatkan rasa ketertarikan dengan
Pada penggunaan komponen hubungan memberikan pertanyaan lebih lanjut, dan meminta
profesional masing-masing perawat menunjukkan pasien untuk menjelaskan atau memperluas
dengan cara yang berbeda-beda. Perawat I dan informasi.
pasien K misalnya menunjukkan dengan tidak

7
Sementara untuk penggunaan komponen pertanyaan terbuka dan menceritakan tentang
hubungan profesional ditunjukkan dengan Perawat kemampuan yang dimiliki oleh pasien.
A dan pasien Y menunjukkan dengan mengenal
lawan bicara dengan mengajukan pertanyaan yang Menggunakan komponen saling menghargai,
berhubungan dengan kondisi pasien, menggunakan perawat Y dan pasien N menunjukkan dengan tidak
kata-kata yang mudah dipahami. Pada komponen menghakimi dan memberikan label, mendengarkan
empati, perawat A menunjukkan dengan pasien hingga meminta pasien untuk menceritakan
merefleksikan kembali mengenai apa yang secara lengkap, menggunakan humor. perawat Y dan
disampaikan pasien, dan memberikan saran yang pasien N menunjukkan hubungan profesional
bisa meningkatkan kesehatan pasien. pasien A dan dengan tidak mengungkapkan informasi pribadi
pasien Y menunjukkan dengan memberikan perintah yang tidak relevan, memberikan saran untuk
secara langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), meningkatkan dan berhubungan dengan kesehatan
melakukan manipulasi yang menunjukkan pasien. Perawat Y dan pasien N menunjukkan
penggunaan komponen kekuatan (power). dengan bargaining dan promising serta menyetujui
dan melakukan penolakan yang menujukkan
Conversation analysis dalam komunikasi karakteristik penggunaan kekuatan (power).
terapeutik antara perawat Y dan pasien N
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perawat perawat A yang memiliki latar belakang sebagai
yang tidak memiliki kedekatan cenderung tenaga pendidik sebelum menjadi perawat lebih
menggunakan pre-invitation dan pre-request dalam terlihat karakteristiknya dalam meningkatkan konsep
memulai pembicaraan, sedangkan perawat Y dan diri pasien, perawat A dalam melakukan komunikasi
pasien N yang sudah bertemu sebelumnya langsung terapeutik lebih terlihat menerapkan teknik
melakukan pre-opening yaitu, dengan cara komunikasi terapeutik seperti, teknik mendengarkan,
menanyakan kejadian/peristiwa yang sudah terjadi. terknik bertanya dan teknik menyimpulkan.
Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya Sementara itu perawat I yang mengatakan bahwa
perbaikan (repair) yang dilakukan oleh perawat dirinya menjadi perawat karena sebagian besar
maupun pasien, serta pilihan (preference) atau keluarganya berprofesi sebagai perawat, dalam
melakukan persetujuan dan penolakan yang meningkatkan konsep sepanjang terapi perawat I dan
dilakukan oleh perawat maupun pasien. Perawat Y pasien K hanya membicarakan tentang aktivitas
dan pasien N menggunakan kalimat pernyataan sehari-harinya, tidak banyak informasi yang dapat
untuk menceritakan kondisi pasien dan bagaimana digali oleh perawat I dari pasien K. Namun, hal
orang-orang di sekitarnya memperlakukannya yang tersebut juga dipengaruhi oleh pasien K yang
menyebabkan pasien N sulit untuk mengendalikan tertutup dan merupakan pasien baru.
emosi.
Pada perawat Y dan pasien N, terlihat lebih
Perawat Y melakukan perbaikan agar pasien Y informal saat melakukan percakapan dalam
menjelaskan lebih detail tentang permasalahan dan komunikasi terapeutik. Hal tersebut dikarenakan
kondisi yang dialami oleh pasien. Persetujuan pada perawat Y dan pasien N sering bertemu dalam acara
percakapan antara perawat Y dan pasien N lebih PKJ yang dilaksanakan secara rutin oleh pihak
banyak dilakukan oleh pasien N yang menyetujui rumah sakit. Hal tersebut juga dikarenakan pasien N
atas saran-saran yang diberikan oleh perawat Y. adalah pasien terlama dirawat dibandingkan 2 pasien
Perawat Y melakukan penolakan ketika pasien N lainnya, dan sempat diperbolehkan untuk pulang.
menyalurkan emosinya dengan tindak kekerasan dan Namun, dalam meningkatkan konsep diri pasien,
menyakiti dirinya. perawat Y juga tidak begitu terlihat. Pasien N yang
memiliki konsep diri rendah dan susah
Dalam meningkatkan konsep diri pasien N, mengendalikan emosi, perawat Y hanya
perawat N menggunakan komponen kepercayaan menyarankan untuk berkegiatan dan berolahraga
yang ditunjukkan dengan karakteristik Y dan untuk menyalurkan energi dari pasien N. Hal
Nmenunjukkan adanya kepercayaan dengan tersebut juga dilatarbelakangi oleh perawat Y yang
menceritakan tentang perasaannya yang masih sedih, sebenarnya menjadi perawat bukan keinginannya
menceritakan tentang masalah diperlakukan dengan sejak dini, namun didasarkan dari dorongan orang
buruk di tempat kerja, perawat memberikan tua juga yang harus masuk sekolah negeri dalam
bidang keperawatan. Dalam melakukan komunikasi

8
terapeutik perawat harus menerapkan kemampuan dengan keluarga, penyebab pasien kembali lagi
(skill) yang bisa mendukung efektifnya komunikasi dirawat di Rumah Sakit Jiwa, dan juga masalalu
terapeutik dan juga akan memberikan dampak yang menyebabkan trauma tersendiri bagi pasien.
positif bagi kesehatan pasien. Perawat harus Perbincangan awal ini yang menyebabkan adanya
memenuhi kemampuan (skill) dalam komunikasi pengembangan dalam hubungan antara pasien dan
terapeutik seperti, teknik mendengarkan, teknik perawat.
memberikan pertanyaan, dan juga teknik
menyimpulkan. Pemberian informasi yang dilakukan perawat
seperti, dimulai dari hal yang tampak dengan
Selain itu, peneliti juga menyarankan bahwa menceritakan bahwa perasaannya sudah mulai
melakukan komunikasi terapeutik memerlukan tenang, atau pasien Y yang masih merasa sedih
durasi waktu yang tidak sebentar untuk karena tidak satupun keluarganya yang bersedia.
mengembangkan hubungan antara pasien dan Dari informasi-informasi yang diberikan oleh pasien
perawat. Sehingga dalam pelaksanaan komunikasi tersebut berhubungan dengan pembukaan diri yang
terapeutik perawat juga memperhatikan pengguaan dimiliki oleh pasien kepada perawat di RSJ Dr.
komponen dasar terutama komponen kepercayaan. Radjiman Wediodiningrat. Hal tersebut sesuai
dengan lapisan bawang pada penetrasi sosial yaitu,
Dalam membangun kepercayaan saat melakukan dimulai dengan citra publik lapisan terluar dari
komunikasi terapeutik perawat melakukan tahapan seseorang, apa yang dapat dililihat oleh orang lain.
dalam komunikasi terapeutik yaitu, tahap orientasi, Kemudian, resiporitas keterbukaan balik dari
tahap terminasi/kerja, dan tahap evaluasi. Pada tahap seseorang kepada yang lainnya, keluasan, jumlah
orientasi perawat akan melakukan perkenalan topik yang didiskusikan dalam sebuah hubungan
dengan pasien hingga pada tahap kerja. Pada saat
melakukan tahapan dalam komunikasi terapeutik Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
perawat juga melakukan penetrasi sosial. terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2009) dengan membuka diri maka akan meningkatkan
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
individu bergerak dari komunikasi superfisial Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi
menuju ke komunikasi yang lebih intim dan lebih dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih
berhubungan dengan pembukaan diri pasien. terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan
baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif,
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) dan lebih cermat memandang diri dengan orang lain.
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- Pasien yang sudah memiliki kepercayaan pada
individu bergerak dari komunikasi superfisial perawat akan mulai membuka diri dengan
menuju ke komunikasi yang lebih intim. Lebih memberikan informasi yang tidak diketahui oleh
lanjut, Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) orang lain bahkan keluarga pasien sendiri.
menjelaskan keintiman yang dimaksud adalah Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
keintiman secara intelektual dan emosional, hingga terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
pada batasan dimana individu-individu tersebut juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
melakukan aktivitas bersama. Penetrasi sosial ini dengan membuka diri maka akan meningkatkan
bisa terjadi pada setiap individu seperti, suami-istri, pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
karyawan-supervisor, dokter-pasien bahkan perawat- meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
pasien yang juga merupakan informan utama dalam
penelitian ini. Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi
lebih dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih
Proses penentrasi sosial yang dilakukan oleh terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan
perawat dan pasien ini dimulai saat menggunakan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif,
komponen kepercayaan dalam komunikasi dan lebih cermat memandang diri dengan orang lain.
terapeutik, pasien mulai menceritakan pada hal-hal
yang tampak hingga ke bagian yang lebih personal, Dalam penetrasi sosial pembukaan diri
seperti, menceritakan tentang hubungan pasien merupakan inti dari perkembangan hubungan.

9
Pembukaan diri (self-disclosure) dapat secara umum Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
mengenai diri sendiri kepada orang lain yang melakukan percakapan saat terapi dengan pasien,
memiliki tujuan (Dalman & Taylor, dalam Turner, perawat menggunakan struktur dasar pada
2009). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan percakapan yaitu, adanya giliran bicara (turntaking),
bahwa berjalannya komunikasi terapeutik untuk urutan bicara (sequence), perbaikan (repair), pilihan
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan (preference). Dari analisis dan pembahasan dapat
oleh perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan disimpulkan bahwa percakapan yang dilakukan oleh
yang dimiliki antara perawat dan pasien yang perawat dan pasien skizofrenia memiliki struktur
akhirnya mempengaruhi keterbukaan pasien. dasar yang sama (giliran biraca, urutan berbicara,
Keterbukaan pasien kepada perawat tidak hanya perbaikan, dan pilihan), namun penggunaan dan
membantu perawat dalam meningkatkan konsep diri karakteristiknya ditunjukkan dengan cara yang
pasien namun juga membantu membentuk hubungan berbeda-beda. Pada struktur pertama yaitu, giliran
masa kini dan masa depan antara perawat dan bicara (turn-taking) terdapat 3 penggunaan kalimat
pasien. utama yaitu, kalimat perintah, kalimat pertanyaan,
dan kalimat pernyataan yang menyebabkan
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa informasi terjadinya giliran bicara.
yang diberikan oleh pasien masih terdapat pada
lapisan terluar pada penetrasi sosial yaitu, citra Giliran bicara juga terjadi pada percakapan
publik, atau hal-hal yang masih tampak, sehingga antara perawat dan pasien dengan menggunakan
perawat melakukan komunikasi terapeutik untuk kalimat pernyataan yang juga digunakan dengan
meningkatkan konsep diri masih belum terlihat hasil cara yang berbeda-beda. Pasien yang dirawat lebih
perubahan konsep diri pasien. Hal tersebut dapat lama dengan durasi kurang lebih 6 bulan tidak
dilihat dari pengakuan pasien yang masih merasa melakukan pre-sequence hal tersebut dilakukan
bahwa keluarganya masih belum bisa menerima dan karena kedekatan antara perawat dan pasien. Pre-
merawat, kemudian penarikan diri dari dunia sosial, sequence lebih banyak digunakan pada percakapan
sulit berinteraksi dengan orang lain dan juga lebih yang lebih formal yang dilakukan oleh perawat I dan
suka menyendiri. Hasil tersebut juga dikarenakan perawat A. Hal tersebut juga disebabkan oleh
pada penelitian ini tidak melihat sisi dari keluarga keterbukaan pasien dan durasi perawatan masing-
pasien yang merupakan significant others paling masing pasien.
penting bagi pasien, penelitian ini hanya mengkaji
komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep Saat melakukan komunikasi terapeutik masing-
diri yang hanya dilakukan oleh perawat yang masing perawat melakukan perbaikan yang memiliki
diobservasi sekali pada saat perawat melakukan tujuan dan penggunaan yang berbeda-beda.
komunikasi terapeutik. Melakukan penolakan dan persetujuan juga
dilakukan dalam percakapan antara perawat dan
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan pasien skizofrenia sebagai lawan bicara saat
bahwa berjalannya komunikasi terapeutik untuk melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan dari terapi.
oleh perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan
yang dimiliki antara perawat dan pasien yang Selanjutnya, perawat menggunakan 5 komponen
akhirnya mempengaruhi keterbukaan pasien. komunikasi terapeutik dengan karakteristik tertentu
Keterbukaan pasien kepada perawat tidak hanya yang ditunjukkan dengan aspek verbal dan non-
membantu perawat dalam meningkatkan konsep diri verbal dengan tujuan untuk meningkatkan konsep
pasien namun juga membantu membentuk hubungan diri pasien. 5 komponen komunikasi terapeutik
masa kini dan masa depan antara perawat dan tersebut adalah kepercayaan (trust), saling
pasien. menghargai (respect), hubungan profesional
(professional intimacy), empati (empathy), dan
kekuatan (power). Perawat meningkatkan konsep
diri pasien menggunakan 5 komponen pada
komunikasi terapeutik dengan cara yang berbeda-
beda. Cara-cara yang digunakan oleh perawat
tersebut dipengaruhi oleh latar belakang perawat dan
KESIMPULAN juga keterbukaan pasien dalam menceritakan

10
permasalahan. Selain itu juga dipengaruhi oleh dirinya berarti untuk orang lain juga, bisa tidur
durasi perawatan masing-masing skizofrenia. dengan teratur, sikap gaduh-gelisah pasien pun
Komponen yang paling dominan dan menentukan sudah mulai berkurang, dapat berinteraksi dengan
keberhasilan dalam komunikasi terapeutik adalah baik dengan orang-orang di sekitarnya, perawat
komponen kepercayaan yang terjalin antara pasien maupun dengan pasien yang lain.
dan perawat. Komunikasi terapeutik juga
dipengaruhi oleh keterbukaan pasien kepada perawat
yang dapat dikembangkan melalui saling percaya REFERENCES
antar keduanya.
Adistie, F & Mediani, dkk. (2018). The implementation of
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa thereapeutic communication of nurse to the
komunikasi terapeutik penting dilakukan bagi pasien parents of pediatric patients in preoperative
yang memiliki permasalahan dalam hal kejiwaan. stage.
Komunikasi terapeutik tidak hanya dilakukan Belitung Nurse Journal. 4 (4), 356 – 265.
kepada pasien yang memiliki penyakit fisiologis
namun juga psikologis. Dalam melakukan Berger, C. (2014). Handbook ilmu komunikasi. Bandung,
komunikasi terapeutik perawat harus menerapkan Indonesia: Nusa Media.
kemampuan (skill) yang bisa mendukung efektifnya Cerino, N.D. (2012). Therapeutic communication a
komunikasi terapeutik dan juga akan memberikan necessity in hospice care: four techniques for
dampak positif bagi kesehatan pasien. Perawat harus more
memenuhi kemampuan (skill) dalam komunikasi. effective caregiving. Journal of Health
terapeutik seperti, teknik mendengarkan, teknik Communication. 1 (2), 21 – 23.
memberikan pertanyaan, dan juga teknik
menyimpulkan. Dalam melakukan komunikasi Mueser, K. T & Jeste, D.V. (2008). Clinical book of
terapeutik juga perlu diterapkan adanya 5 komponen schizophrenia. New York, USA: The Guilford
utama yaitu, kepercayaan (trust), saling menghargai Press.
(respect), hubungan profesional (professional Damayanti, R. (2016). Pengaruh terapi suportif keluarga
intimacy), empati (empathy) dan juga kekuatan terhadap kemampuan keluarga merawat klien
(power). gangguan jiwa di Kecamatan Bogor Timur. Jurnal
Bimbingan dan Konseling. 1 (1), 19 – 28.
Kondisi pasien yang memiliki konsep diri rendah
juga bisa menjadi faktor efektifnya komunikasi Fatani, B.Z. (2017). Schizoprenia: Etiology,
terapeutik. Pasien skizofrenia dengan konsep diri pathophysiological and management. The Egyptian
rendah yang juga menarik diri dari dunia sosial dan Journal of Hospital Medicine. 69 (6), 2640 – 2646.
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain juga akan
Kholil, S. & Lubis, L, dkk. (2019). Implementation of
mempengaruhi berjalannya komunikasi terapeutik. therapeutic communication at Dr. Pirngadi
Maka dari itu, komunikasi terapeutik perlu Hospital. Budapest International Research and
dilakukan dengan hati-hati dan pelan karena perawat Critics Institute – Journal BIRCI Journal. 2 (4),
juga menghadapi pasien yang membutuhkan 645
perhatian khusus. Bahkan pada masa awal – 656.
komunikasi terapeutik, komunikasi berjalan sepihak
namun jika dilakukan secara rutin, seiring Kusuma, A.W. (2016). Komunikasi terapeutik: studi
berjalannya waktu pasien akan meningkatkan deskriptif kualifikasi komunikasi terapeutik antara
perawat dan pasien di Rumah Sakit Grhasia
kepercayaan kepada pasien dan bersedia untuk
Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri
bercerita untuk meringankan bebannya. Sehingga, Sunan Kalijaga.
dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik
membutuhkan waktu yang tidak sebentar dengan Leon, G.D. (2000). The therapeutic community: theory,
teknik atau cara yang harus dikuasai oleh perawat. model, and method. USA: Springer Publishing
Terapi dengan komunikasi terapeutik yang Company
dilakukan pada pasien skizofrenia membawa
perubahan pada konsep diri pasien akan terlihat Mulyana, D. (2016). Health and therapeutic
dengan karakteristika sudah dapat mengerjakan communication. Bandung, Indonesia: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
aktivitas tanpa diminta oleh perawat, bisa
menghargai dirinya sendiri dan menyadari bahwa

11
Shreko, E., Sotiri, E., & Lika E. (2013). Therapeutic
communication. JAHR, 4 (7). 17- 27.

Donsbach, W. (2008). The international encyclopedia of


communication. London, UK: Blackwell
Publishing.

Reynaldi, G. (2016). Upaya peningkatan aktualisasi diri


pada klien dengan harga diri rendah di RSJD Arif
Zainudin Surakarta. Tugas Akhir. Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mulyadiana, L.L. (2008). Analisis percakapan pada


naskah
film the kingdom (satu kajian pragmatis). Tesis.
Universitas Widyatama.

Pallotti, G. (2007). Conversation Analysis: Methodology,


machinery and application to specific settings.
Bern:
Peter Lang.
Knapp, K & Antos, G. (2008). Handbook interpersonal
communication. Berlin, Jerman: Deutsche
Nationalbibliothek.

Al-Amri, M.N. (2011). Getting beyond conversation


analysis: critical and pedagogical implications for
TESOL/Bilingual Curriculum for Diverse Learners
in the age of globalization. Education enquiry. 2
(1), 141 – 151.

Turner, R. (2009). Pengantar teori komunikasi: analisis


dan aplikasi. Jakarta, Indonesia: Salemba
Humanika.

12
BUKTI KORESPONDENSI
ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2

Judul artikel : Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep


Diri Pasien Skizofrenia

Jurnal : Jurnal Ilmu Komunikasi, 2021, Vol 19 (2), 158-171

Penulis : Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, Ratih Puspa

No. Perihal Tanggal


2. Bukti konfirmasi review, hasil review pertama dan 10 September 2021
kedua, serta hasil turnitin
12/15/21, 8:21 AM Email Airlangga University - [JIK] Editor Decision

Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>

[JIK] Editor Decision


2 pesan

Dr. Muhammad Khairil <admin.jurnal@upnyk.ac.id> 10 September 2021 10.08


Kepada: Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com>
Cc: Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>, Ratih Puspa S <ratih.puspa@fisip.unair.ac.id>

Rosa Apriliyanti:

We have reached a decision regarding your submission to Jurnal Ilmu


Komunikasi, "PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT UNTUK
MENINGKATKAN KONSEP DIRI PASIEN SKIZOFRENIA".

Our decision is to: revision required 1 weeks. See the reviewer's comment
detail in Peer Review, then Upload file. The results of the author's
corrections (including the results of the two reviewers) are made into one
file, and uploaded to the author version.

Dr. Muhammad Khairil


Scopus ID: 57193861143; Universitas Tadulako
muh_khairil02@yahoo.com
------------------------------------------------------

Editor:
Silahkan melakukan parafrase kalimat yang ter-blok banyak pada lampiran
kesamaan. Perhatikan setiap komentar yang diberikan oleh kedua reviewer.

Reviewer A:

1. Artikel ini memberikan kontribusi pada body of knowledge yang berhubungan


dengan Jurnal Ilmu Komunikasi.:
Ya

2. Topik artikel ini relevan, aktual, menarik bagi pembaca, dan sesuai
dengan ruang lingkup (scope) Jurnal Ilmu Komunikasi.:
Ya

3. Rational atau logika berpikir artikel ini disusun dengan baik,


berdasarkan pada teori atau isu yang menarik.:
Ya

4. Artikel merupakan tulisan asli dan mengandung kebaruan pada bidang


keilmuan Komunikasi.:
Ya

5. Judul artikel sesuai dengan isi, informatif, efektif, dan menarik


perhatian pembaca.:
Ya

6. Abstrak bersifat informatif, terdiri dari: latar belakang permasalahan


singkat, metode, hasil, dan kontribusi penelitian.:
Tidak

7. Kata kunci mencerminkan istilah penting dalam artikel.:


Ya

8. Pendahuluan menyajikan informasi latar belakang yang relevan, meringkas


hal-hal yang mendasar, membahas penelitian sebelumnya secara kritis, dan
menyampaikan dengan jelas kesenjangan (gap) yang akan diisi dengan
penelitian.:
Ya

9. Artikel telah mereview artikel dari jurnal yang relevan dan mencukupi.:

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1710482630998264203&simpl=msg-f%3A171048… 1/4
12/15/21, 8:21 AM Email Airlangga University - [JIK] Editor Decision

Tidak

10. Metode penelitian dipaparkan dengan jelas, rinci, dan diterapkan dengan
benar.:
Tidak

11. Diskusi atau pembahasan didasarkan pada analisis data; hasil tidak
dibesar-besarkan (overgeneralized), implikasi penelitian juga ditulis dengan
jelas.:
Ya

12. Isi artikel bersifat inovatif, padat, terstruktur, logis, dan


‘bunyi'.:
Ya

13. Artikel menggunakan instrument pendukung yang digunakan untuk


menganalisis temuan penelitian.:
Tidak

14. Kesimpulan menjawab tujuan penelitian dan menjelaskan temuan


penelitian.:
Ya

15. Artikel memiliki kontribusi penelitian dapat berupa


konsep/teori/metode/implementasi/kebijakan.:
Ya

16. Referensi ditampilkan tanpa ada yang hilang dan gaya penulisan referensi
diikuti dengan baik (lebih 80% referensi berasal dari jurnal ilmiah).
Penulisan referensi menggunakan Mendeley.:
Tidak

17. Artikel ditulis dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami, menggunakan
gaya penulisan akademik; menggunakan kosa kata teknis dengan benar, tidak
ada kesalahan tata bahasa.:
Ya

18. Komentar untuk Penulis::


Abstrak kurang informative. Sudah memuat latar belakang singkat, tujuan,
dan hasil. Belum ada metode penelitian dan kontribusi penelitian. Komponen
komunikasi terapeutik tidak perlu disajikan pada abstrak.

Penyajian metode cukup rinci namun belum menyebutkan pendekatan dan jenis
penelitian yang dilakukan (kualitatif/kuantitatif, studi
kasus/fenomenologi/jenis lainnya)
Pada metode penelitian tidak perlu membuat subbab baru, sehingga subbab
teknik pemilihan informan, teknik pengumpulan dan analisis data, gambaran
subjek penelitian tidak perlu.

Pembahasan akan hasil temuan penelitian dan ide penulis belum cukup
dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya dari artikel jurnal
ilmiah yang relevan

Tidak ada instrument pendukung

Penyajian belum menggunakan Mendeley.


Masih ditemukan referensi yang hilang.
Belum melakukan sitasi artikel dari JIK
Jumlah referensi yang digunakan sudah melebihi dari batas minimal (minimal
15 referensi)
Sumber referensi dari artikel jurnal ilmiah masih minim, belum mencapai >80%
dari total referensi yang digunakan.

Perhatikan penulisan kata, karena masih ditemukan kesalahan penulisan kata.

------------------------------------------------------

------------------------------------------------------
Reviewer B:

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1710482630998264203&simpl=msg-f%3A171048… 2/4
12/15/21, 8:21 AM Email Airlangga University - [JIK] Editor Decision

1. Artikel ini memberikan kontribusi pada body of knowledge yang berhubungan


dengan Jurnal Ilmu Komunikasi.:
Ya

2. Topik artikel ini relevan, aktual, menarik bagi pembaca, dan sesuai
dengan ruang lingkup (scope) Jurnal Ilmu Komunikasi.:
Ya

3. Rational atau logika berpikir artikel ini disusun dengan baik,


berdasarkan pada teori atau isu yang menarik.:
Ya

4. Artikel merupakan tulisan asli dan mengandung kebaruan pada bidang


keilmuan Komunikasi.:
Ya

5. Judul artikel sesuai dengan isi, informatif, efektif, dan menarik


perhatian pembaca.:
Ya

6. Abstrak bersifat informatif, terdiri dari: latar belakang permasalahan


singkat, metode, hasil, dan kontribusi penelitian.:
Tidak

7. Kata kunci mencerminkan istilah penting dalam artikel.:


Ya

8. Pendahuluan menyajikan informasi latar belakang yang relevan, meringkas


hal-hal yang mendasar, membahas penelitian sebelumnya secara kritis, dan
menyampaikan dengan jelas kesenjangan (gap) yang akan diisi dengan
penelitian.:
Tidak

9. Artikel telah mereview artikel dari jurnal yang relevan dan mencukupi.:
Tidak

10. Metode penelitian dipaparkan dengan jelas, rinci, dan diterapkan dengan
benar.:
Tidak

11. Diskusi atau pembahasan didasarkan pada analisis data; hasil tidak
dibesar-besarkan (overgeneralized), implikasi penelitian juga ditulis dengan
jelas.:
Ya

12. Isi artikel bersifat inovatif, padat, terstruktur, logis, dan


‘bunyi'.:
Tidak

13. Artikel menggunakan instrument pendukung yang digunakan untuk


menganalisis temuan penelitian.:
Tidak

14. Kesimpulan menjawab tujuan penelitian dan menjelaskan temuan


penelitian.:
Ya

15. Artikel memiliki kontribusi penelitian dapat berupa


konsep/teori/metode/implementasi/kebijakan.:
Ya

16. Referensi ditampilkan tanpa ada yang hilang dan gaya penulisan referensi
diikuti dengan baik (lebih 80% referensi berasal dari jurnal ilmiah).
Penulisan referensi menggunakan Mendeley.:
Tidak

17. Artikel ditulis dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami, menggunakan
gaya penulisan akademik; menggunakan kosa kata teknis dengan benar, tidak

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1710482630998264203&simpl=msg-f%3A171048… 3/4
12/15/21, 8:21 AM Email Airlangga University - [JIK] Editor Decision

ada kesalahan tata bahasa.:


Tidak

18. Komentar untuk Penulis::


Silahkan diperbaiki dalam hal kebaruan penelitian yang diperoleh dari
membandingkan penelitian lain (bukan cuman ditulis sekedar), serta hasil dan
pembahasan perlu diperbaiki dan ditambahkan. Hindari penulisan menurut di
awal kalimat, dan tidak mensitasi sumber dalam sumber, langsung saja merujuk
sumber utama berasal dari jurnal. Lihat catatan yang lebih rinci pada
naskah.

------------------------------------------------------
________________________________________________________________________
Jurnal Ilmu Komunikasi
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi

3 lampiran
4687-12619-2-RV_reviewed.docx
52K
4687-12619-2-RV_reviewed2.docx
52K
4687-12619-2-RV 17%.pdf
2710K

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1710482630998264203&simpl=msg-f%3A171048… 4/4
FORM REVIEW ARTIKEL
Judul Artikel: Penggunaan Komunikasi Terapeutik oleh Perawat Untuk
Meningkatkan Konsep Diri Pasien Skizofrenia

1 Artikel ini memberikan kontribusi pada Ya


body of knowledge yang berhubungan
dengan Jurnal Ilmu Komunikasi
2 Topik artikel ini relevan, aktual, menarik Ya
bagi pembaca, dan sesuai dengan ruang
lingkup (scope) Jurnal Ilmu Komunikasi.
3 Rational atau logika berpikir disusun dengan Ya
baik, berdasarkan pada teori atau isu yang
menarik.
4 Artikel merupakan tulisan asli dan Ya
mengandung kebaruan pada bidang
keilmuan Komunikasi.
5 Judul artikel sesuai dengan isi, informatif, Ya
efektif, dan menarik perhatian pembaca
6 Abstrak bersifat informatif, terdiri dari: latar Abstrak kurang informative. Sudah memuat
belakang permasalahan singkat, metode, latar belakang singkat, tujuan, dan hasil.
Belum ada metode penelitian dan kontribusi
hasil, dan kontribusi penelitian. penelitian.
Komponen komunikasi terapeutik tidak
perlu disajikan pada abstrak.
7 Kata kunci mencerminkan istilah penting Ya
dalam artikel.
8 Pendahuluan menyajikan informasi latar Pendahuluan sudah menyajikan informasi
belakang yang relevan, meringkas hal-hal latar belakang yang relevan, meringaks hal-
hal mendasar. Sudah membahas penelitian
yang mendasar, membahas penelitian sebelumnya secara kritis.
sebelumnya secara kritis, dan Gap penelitian terlihat dan keunikan
menyampaikan dengan jelas kesenjangan cukup
(gap) yang akan diisi dengan penelitian.
9 Artikel telah mereview artikel dari jurnal Ya, tapi belum mensitasi artikel
yang relevan dan mencukupi. penelitian dari JIK
10 Metode penelitian dipaparkan dengan jelas, Penyajian metode cukup rinci namun belum
rinci, dan diterapkan dengan benar. menyebutkan pendekatan dan jenis penelitian
yang dilakukan (kualitatif/kuantitatif, studi
kasus/fenomenologi/jenis lainnya)
Pada metode penelitian tidak perlu
membuat subbab baru, sehingga subbab
teknik pemilihan informan, teknik
pengumpulan dan analisis data, gambaran
subjek penelitian tidak perlu.
11 Diskusi atau pembahasan didasarkan pada Sudah berdasarkan pada analisis data. Hasil
analisis data; hasil tidak dibesar-besarkan tidak overgeneralized.
Pembahasan sudah dikaitkan dengan
(overgeneralized), implikasi penelitian juga konsep/teori yang digunakan.
ditulis dengan jelas Pembahasan akan hasil temuan penelitian dan
ide penulis belum cukup dibandingkan dengan
1
penelitian-penelitian sebelumnya dari artikel
jurnal ilmiah yang relevan.
Implikasi tampak
12 Isi artikel bersifat inovatif, padat, terstruktur, Ya
logis, dan ‘bunyi’.
13 Artikel menggunakan instrument pendukung Tidak ada instrument pendukung
yang digunakan untuk menganalisis temuan
penelitian.
14 Kesimpulan menjawab tujuan penelitian dan Kesimpulan menjawab tujuan dan sudah ada
menjelaskan temuan penelitian. saran penelitian.

15 Artikel memiliki kontribusi penelitian dapat Ya


berupa
konsep/teori/metode/implementasi/kebijakan
16 Referensi ditampilkan tanpa ada yang hilang Penyajian belum menggunakan Mendeley.
dan gaya penulisan referensi diikuti dengan Masih ditemukan referensi yang hilang.
Belum melakukan sitasi artikel dari JIK
baik (lebih 80% referensi berasal dari jurnal Jumlah referensi yang digunakan sudah
ilmiah). Penulisan referensi menggunakan melebihi dari batas minimal (minimal 15
Mendeley. referensi)
Sumber referensi dari artikel jurnal ilmiah
masih minim, belum mencapai >80% dari
total referensi yang digunakan.

17 Artikel ditulis dengan bahasa yang baik dan Penulisan artikel menggunakan bahasa
mudah dipahami, menggunakan gaya yang baik dan mudah dipahami. Gaya
penulisan akademik; menggunakan kosa bahasa akademik. Masih ditemukan
kata teknis dengan benar, tidak ada kesalahan penulisan kata (misal,
penulisan kata asing yang tidak diketik
kesalahan tata bahasa.
miring)
18 Komentar untuk Penulis Secara keseluruhan penelitian ini
cukup baik. Topik masuk kategori
scope JIK.
Meski begitu, penulis perlu
melakukan perbaikan sesuai dengan
catatan yanga da di form dan comment
review.

Catatan: Penambahan/perubahan
berdasarkan revisi diketik
menggunakan warna merah dan
menyertakan komentar bahwa
sudah melakukan perbaikan
19 Rekomendasi Dipertimbangkan Kembali Setelah
a. Diterima (Accept Submission) Revisi Minor (Revisions Required).
b. Dipertimbangkan Kembali Setelah
Revisi Minor (Revisions Required).
c. Dipertimbangkan Kembali Setelah
Dilakukan Revisi Mayor (Resubmit for
Review)
2
d. Ditolak (Decline Submission)

PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT


UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PASIEN
SKIZOFRENIA Commented [WU1]: Jumlah kata pada judul sesuai
ketentuan JIK (maksimal 14 kata)
Judul informative, sesuai dengan penelitian, dan cukup
menarik perhatian pembaca.
Keywords: komunikasi terapeutik, skizofrenia, konsep diri, analisis percakapan Commented [WU2]: Penulisan artikel menggunakan
bahasa yang baik dan mudah dipahami. Gaya bahasa
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai percakapan pada komunikasi terapeutik yang dilakukan akademik. Masih ditemukan kesalahan penulisan kata (misal,
perawat pada pasien yang memiliki penyakit secara psikologis yaitu, skizofrenia. Salah satu cara dalam penulisan kata asing yang tidak diketik miring)
meningkatkan konsep diri rendah pasien skizofrenia adalah menggunakan komunikasi terapeutik yang
merupakan bagian dari komunikasi kesehatan. Saat melakukan asuhan keperawatan seperti, komunikasi Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
terapeutik perawat membutuhkan keterampilan komunikasi yang efektif untuk melaksanakannya secara diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
efisien. Perawat akan mengambil peran untuk memberikan perawatan, berkoordinasi dan membantu pasien
dalam melakukan aktivitas seharihari dengan tujuan untuk membantu pasien dalam meringangkan Commented [WU3]: Abstrak kurang informative. Sudah
penyakitnya secara psikologis. Maka dari itu, agar terwujudkan komunikasi terapeutik yang efektif, perawat memuat latar belakang singkat, tujuan, dan hasil. Belum ada
menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi terapeutik yaitu, kepercayaan (trust), saling menghargai metode penelitian dan kontribusi penelitian.
(respect), hubungan profesional (professional intimacy), empati (empathy) dan kekuatan (power).. Dari hasil Komponen komunikasi terapeutik tidak perlu disajikan pada
penelitian didapatkan bahwa dalam percakapan saat komunikasi terapeutik masing-masing perawat memiliki abstrak.
karakteristik yang berbeda-beda pada giliran bicara (turn-taking), urutan berbicara (sequences), perbaikan Jumlah kata pada abstrak sedikit melebihi batas maksimal
(repair) dan pilihan (preference), selain itu pada penelitian ini juga ditemukan bahwa masing-masing perawat (ketentuan JIK 100-200 kata)
memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari aspek verbal maupun non verbal dalam penggunaan 5
komponen pada komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep diri pasien. Dalam penerapan komunikasi Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
terapeutik komponen kepercayaan adalah komponen yang paling dominan digunakan oleh perawat untuk diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
meningkatkan konsep diri pasien. Perbedaan penerapan komunikasi terapeutik tersebut juga dipengaruhi latar komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
belakang perawat, kemampuan perawat dalam komunikasi terapeutik, keterbukaan pasien dan juga lama
durasi perawatan pasien.

PENDAHULUAN perilaku. Bentuk perawatan utama dalam komunikasi Commented [WU4]: Pendahuluan sudah menyajikan
terapeutik adalah kognitif terapi dan pelatihan informasi latar belakang yang relevan, meringaks hal-hal
Komunikasi terapeutik (TC) yang merupakan keterampilan komunikasi (Donsbach, 2008). Lebih mendasar. Sudah membahas penelitian sebelumnya secara
lanjut, Donsbach (2008) menjelaskan bahwa terapi kritis.
bagian dari komunikasi kesehatan telah terbukti
kognitif ini dimaksudkan sebagai terapi perilaku Gap penelitian terlihat dan keunikan cukup
sebagai perawatan yang kuat sebagai pendekatan Sudah menyajikan konsep/teori relevan dan tujuan penelitian.
untuk penyalahgunaan obat seperti narkoba dan emotif rasional yang berfokus pada pemikiran atau
masalah terkait dalam kehidupan. Komunikasi kepercayaan yang mengarah pada konsekuensi emosi
terapeutik pada dasarnya merupakan pendekatan dan perilaku negatif.
yang digunakan dan berkembang terutama dalam Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat
bidang psikiatri, dan psikologi (Leon, 2000). membantu pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
Komunikasi terapeutik berusaha mengurangi kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
kecemasan dengan mengurangi aktivasi dan mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
gangguan kognitif, dengan berusaha mengubah negatif. Meskipun, lebih memakan waktu dan
kognitif individu, respons emosional, dan/atau membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam
keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi

3
terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif terapeutik menggunakan strategi khusus yang
untuk mempercepat penyembuhan pasien (Donsbach, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
2008). Tidak hanya digunakan sebagai pemberian dan gagasan yang memiliki tujuan untuk mengurangi
perawatan pada pasien fisiologis, komunikasi distress psikologi yang dialami oleh pasien.
terapeutik juga digunakan pada pasien dengan Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa gejala
penyakit psikologis seperti skizofrenia. negatif dari skizofrenia adalah sulit memulai
Skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan pembicaraan, berkurangnya motivasi, berkurangnya
yang paling serius dibandingkan dengan gangguan atensi, dan menarik diri secara sosial akibat
kejiwaan lainnya. Biasanya terjadi pada akhir masa berkurangnya konsep dan aktualisasi dirinya. Dalam
remaja dan sering kali memiliki efek mendalam penelitiannya Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang dengan pasien skizofrenia memiliki perasaan tidak berharga,
skizofrenia sering mengalami kesulitan hidup merasa harga diri rendah, dan tidak berarti yang
mandiri dan mengurus diri sendiri, bekerja, dan berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
memenuhi kewajiban atau melakukan peran lainnya sendiri dan kemampuan dirinya. Maka dari itu,
(Mueser & Jeste, 2008, h. 3). Skizofrenia memiliki penting dilakukan komunikasi terapeutik kepada
gejala negatif seperti delusi atau waham, halusinasi, pasien skizofrenia untuk meningkatkan konsep diri
kekacauan pikiran, menyimpan rasa kecurigaan dengan tujuan mengurangi gejala negatif skizofrenia.
terhadap sesuatu. Penderita skizofrenia juga kerap Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat
kali mengalami perubahan sensori persepsi, membantu pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
merasakan sensasi palsu berupa suara dan kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
penglihatan (Damayanti, 2016). mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah negatif. Meskipun, lebih memakan waktu dan
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Oktober membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam Commented [WU5]: Oleh siapa? Sebutkan nama dan tahun
2019, data rekam medis RSJ Dr. Radjiman keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi penelitian, kemudian cantumkan referensinya di daftar
Wediodiningrat menunjukkan sejak tahun 2017 terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif pustaka.
kunjungan pasien terbanyak datang dari penderita untuk mempercepat penyembuhan pasien (Donsbach,
skizofrenia dengan jumlah 786 pasien, dengan rincian 2008). Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
skizofrenia paranoid sebanyak 146 orang, dan Pasien skizofrenia dengan gejala negatif memiliki diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
skizofrenia hebefrenik sebanyak 551 orang, dan 89 konsep diri rendah. Menurut Rakhmat (2007, h. 99) komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
orang penderita skizofrenia tak terinci. Dari data konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita
rekam medis tersebut, peneliti menentukan fokus tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh
penelitian pada perawatan yang dilakukan oleh bersifat psikologi, sosial dan fisis. Lebih lanjut,
perawat kepada pasien skizofrenia hebrefrenik yang Rakhmat (2007, h. 100) menjelaskan terdapat dua
memiliki negative symptomps. Fatani (2017) komponen tentang konsep diri yaitu, komponen
membagi gejala skizofrenia menjadi tiga yaitu, kognitif dan komponen afektif. Pengambilan tema
positive symptomps penderita dengan gejala ini dalam percakapan saat melakukan komunikasi
disebut dengan skizofrenia paranoid. terapeutik yang dilakukan perawat dengan pasien ini
Penderita skizofrenia dengan negative symptomps, didasarkan juga pada informasi perawat di RSJ Dr.
penderita dengan gejala ini disebut dengan Radjiman Wediodiningrat yang mengatakan bahwa
skizofrenia hebefrenik, ditandai dengan kurangnya dalam komunikasi terapeutik kepada pasien
motivasi, menarik diri dari dunia sosial, penderita skizofrenia hebefrenik (negative symptomps)
skizofrenia hebefrenik seringkali susah melakukan biasanya perawat memberikan topik aspek kejiwaaan,
aktivitas sehari-hari dan susah untuk berinteraksi salah satunya adalah meningkatkan konsep diri
dengan orang lain. pasien.
Dalam menangani pasien skizofrenia, perawat Dalam meningkatkan konsep diri pasien. Perawat
memiliki peranan yang penting. Salah satu cara menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi
menangani pasien dengan skizofrena adalah terapeutik yang juga merupakan komponen dalam
menggunakan komunikasi terapeutik. Menurut komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi
Pounds (dalam Mulyana, 2016) konsep komunikasi interpersonal selain berpusat pada pesan, komunikasi
terapeutik mengacu pada proses dimana perawat interpersonal juga terkait dengan konteks. Appegate
secara sadar mempengaruhi klien atau membantu dan Delia (dalam Berger, 2014, h.222) mengusulkan
klien mencapai pemahaman yang lebih baik melalui lima dimensi konteks untuk situasi komunikasi: latar Commented [WU6]: Referensi tidak tercantum di daftar
komunikasi verbal dan non-verbal. Lebih lanjut, fisik (ruang, lingkungan, dan saluran yang pustaka.
Sherko (2013) menambahkan bahwa komunikasi digunakan), latar sosial/relasional (misalnya, teman,
Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
4
pasangan hidup, rekan kerja, terapis, atau tetangga), Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini akan
latar instutisional (misalnya, rumah, pekerjaan, menggunakan metode analisis percakapan
rumah sakit, sekolah, gereja), latar fungsional (tujuan (conversation analysis). Palotti (2007) dalam Commented [WU9]: Referensi tidak tercantum di daftar
utama yang dikejar, misalnya, menyediakan bukunya Conversation Analysis: Methodology, pustaka.
informasi, membujuk, mendukung, dan latar budaya machinery, and application to specific thing,
(termasuk suku, kebangsaan, kelas sosial, dan menjelaskan dan membagi struktur dasar dari analisis Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
golongan lainnya yang relevan). percakapan (conversation analysis) menjadi empat diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
Komunikasi interpersonal yang terjadi pada bagian yaitu, giliran bicara (turn-taking komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
penelitian ini adalah komunikasi interpersonal yang organization), urutan bicara (sequence), pasangan
terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia. sepadan (repair), dan preference.
Sebagaimana dalam konteks komunikasi Dalam penelitian ini conversation analysis
interpersonal adalah latar fisik ruang, latar digunakan untuk melihat dinamika dan struktur dasar
sosial/relasional adalah terapis dan pasien, latar percakapan yang dilakukan oleh perawat dan pasien
institusional adalah rumah sakit, dan latar fungsional saat melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian
adalah untuk mendukung pasien skizofrenia yang dari terapi. Heritage (dalam Palotti, 2007)
dilakukan oleh perawat. Komunikasi interpersonal menjelaskan bahwa analisis percakapan memandang
yang terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia di pembicaraan dan gerakan tubuh bukan hanya sebagai
rumah sakit jiwa dengan tujuan untuk pemberian media untuk berkomunikasi, tetapi sebagai cara
perawatan disebut dengan komunikasi terapeutik membangun realitas dan hubungan sosial pada dua
yang merupakan sub-disiplin dari komunikasi orang atau lebih
kesehatan. Penelitian ini akan mengamati percakapan yang
Sejumlah penelitian terdahulu lain pada berlangsung dalam komunikasi terapeutik yang
komunikasi terapeutik juga telah dilakukan dilakukan oleh perawat dan pasien gangguan jiwa
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perawat
Cerino (2012) yang meneliti teknik komunikasi membangun dan mempertahankan interaksi dalam
terapeutik untuk pasien yang menderita penyakit rangka meningkatkan konsep diri pasien serta
kronis seperti kanker. Penelitian lain dilakukan oleh penggunaan 5 komponen utama dalam komunikasi
Vankatwyk (2006) yang meneliti mengenai terapeutik. Commented [WU7]: Referensi tidak tercantum di daftar
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh pastor, Pemilihan lokasi penelitian di RSJ Dr. Radjiman pustaka.
dan penelitian yang dilakukan oleh Long & Slevin Wediodiningrat dikarenakan Rumah Sakit Jiwa ini
(2013) tentang komunikasi terapeutik yang dilakukan adalah rumah sakit jiwa pertama yang dibangun pada Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
pada pasien demensia. zaman penjajahan Belanda di tahun 1902 dan saat ini diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
Pengambilan tema dalam percakapan saat menjadi RSJ terbesar di Asia Tenggara, jika komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
melakukan komunikasi terapeutik yang dilakukan dibandingkan rumah sakit jiwa yang lain RSJ Dr. Commented [WU8]: Referensi tidak tercantum di daftar
perawat dengan pasien ini didasarkan juga pada Radjiman Wediodiningrat memiliki jumlah pasien pustaka.
informasi perawat di RSJ Dr. Radjiman dan fasilitas yang lebih banyak yaitu, 1.200 tempat
Wediodiningrat yang mengatakan bahwa dalam tidur. Dalam kurun waktu 1942 - 1945, Rumah Sakit Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
komunikasi terapeutik kepada pasien skizofrenia Jiwa Lawang mengalami penurunan pelayanan, diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
hebefrenik (negative symptomps) biasanya perawat karena kurangnya sarana perawatan dan adanya komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
memberikan topik aspek kejiwaaan, salah satunya penyakit menular, jumlah pasien menurun sampai
adalah meningkatkan konsep diri pasien. Dari 800 orang. Tahun 1947 jumlah pasien : 1.200 orang,
penelitian tersebut juga menjadi rujukan bagi peneliti, gabungan antara anex Suko dan Rumah Sakit Jiwa
memilih Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Lawang.
Wediodiningrat sebagai tempat penelitian karena di
rumah sakit jiwa membutuhkan penangan dan TUJUAN PENELITIAN Commented [WU10]: Penyajian tujuan dimasukkan ke
perawatan pasien yang berbeda dengan rumah sakit Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pendahuluan. Tidak perlu membuat subbab baru
umum yang menangani penderita sakit fisik. penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis,
Kemudian menjadikan perawat sebagai menjelaskan dengan conversation analysis Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
informan, dikarenakan perawat adalah orang yang diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
bagaimana percakapan dalam komunikasi terapeutik komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
lebih sering berhubungan dengan pasien dan juga yang dilakukan perawat untuk meningkatkan konsep
keluarga pasien sehingga perawat yang lebih diri pasien skizofrenia.
mendominasi dalam proses perawatan dibandingkan
dengan dokter.

5
METODE PENELITIAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA Commented [WU11]: Penyajian metode cukup rinci
namun belum menyebutkan pendekatan dan jenis penelitian
Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga cara yang dilakukan (kualitatif/kuantitatif, studi
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kasus/fenomenologi/jenis lainnya)
penelitian analisis percakapan (conversation dalam teknik pengumpulan data yaitu, observasi,
Pada metode penelitian tidak perlu membuat subbab baru,
analysis). Analisis percakapan sebagai metode teknik rekaman audio, dan pencatatan data di sehingga subbab teknik pemilihan informan, teknik
lapangan yang dilakukan di RSJ Dr. Radjiman pengumpulan dan analisis data, gambaran subjek penelitian
bertujuan untuk menjelaskan peraturan, struktur, dan
Wediodiningrat Malang. tidak perlu.
urutan bentuk interaksi, baik itu pada percakapan
formal maupun informal (Van Rees dalam Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
TEKNIK ANALISIS DATA
Mulyadiana, 2008). diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
Analisis data adalah proses mengordinasikan data
penelitian ini merujuk pada penelitian CA yang ke dalam tipologi satuan, penyusunan satuan,
berfokus pada peraturan, struktur dan urutan dalam kategorisasi, dan menjelaskan tentang komponen-
sebuah percakapan. Percakapan yang dimaksud komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis data
adalah percakapan dalam komunikasi terapeutik yang (Moleong, 2016). Commented [WU12]: Referensi tidak ditemukan di daftar
dilakukan 78 oleh perawat dan pasien skizofrenia di pustaka
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian
conversation analysis (CA). Pendekatan CA Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri
mengkaji pada spesifikasi perilaku sosial manusia diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
dalam percakapan dan berkomitmen untuk
secara detail bagaimana peraturan, struktur, dan melakukan pengamatan secara naturalistik. Metode
urutan dalam percakapan saat perawat melakukan CA menawarkan penelitian dengan cara deskriptif
komunikasi terapeutik dengan menerapkan 5 yang dikembangkan dengan baik untuk meneliti
komponen utama kepada pasien dengan tujuan untuk interaksi percakapan dengan prosedur empiris yang
meningkatkan konsep diri pasien. benar untuk mendukung analisisnya (Hoey dan
Kendrick, 2018) Commented [WU13]: Referensi tidak ditemukan di daftar
TEKNIK PEMILIHAN INFORMAN pustaka
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan digunakan metode conversation analysis menurut Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
Gabriella Pallotti (2007), dengan tahapan sebagai diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
berikut:
dan aspek tertentu. Beberapa kriteria atau
pertimbangan yang digunakan peneliti dalam 1. Data selection (pemilihan data), Penelitian
pemilihan informan berdasarkan studi pendahuluan CA didasarkan pada data naturalistik, yaitu
yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman pertukaran yang dilakukan tempat terlepas
Wediodiningrat adalah sebagai berikut: dari kebutuhan penelitian untuk mencatat
dan menganalisis mereka. Ini berarti bahwa
1. Perawat aktif yang sudah memiliki Surat analis percakapan tidak memperoleh data
Tanda Registrasi (STR). mereka dari eksperimental, role plays atau
2. Perawat yang sudah melakukan profesinya wawancara namun dengan
pengamatan/observasi. Maka dari itu,
sebagai perawat di RSJ Dr. Radjiman
peneliti mulai dengan memilih bagian hasil
Wediodiningrat selama kurang lebih 2 data yang akan dianalisis yaitu, memilih
tahun. hasil data yang berhubungan dengan proses
3. Perawat yang sudah menangani pasien komunikasi yang dilakukan perawat dan
skizofrenia, khususnya skizofrenia pasien skizofrenia untuk meningkatkan
hebefrenik yang memiliki negative konsep diri pasien dengan menerapkan 5
symptomps. komponen utama dalam komunikasi
4. Informan penelitian terdiri dari pasangan terapeutik.
2. Data transcription (transkrip data),
(couple/pair) yaitu, perawat dan pasien
transkripsi adalah bagian penting dari
skizofrenia (one on one). melakukan CA. Transkrip terperinci dari
pembicaraan tersebut – dan beberapa kasus

6
berperilaku seperti gerakan atau gerakan – 3. Perawat Y (46 tahun), Perawat Y sudah bekerja
sebelum menganalisis suatu episode menangani pasien skizofrenia sejak tahun 1998 dan
interaksi. Transkrip ini meliputi semua sudah memiliki Surat Tanda Registrasi. Perawat Y
bagian dalam percakapan dari awal dan sebelumnya sama sekali tidak memiliki keinginan
akhir ucapan yang tumpang tindih menjadi perawat, hanya ia ingin mewujudkan
(overlaps), awal yang salah, keraguan, suara harapan orang tuanya untuk bersekolah di perguruan
non-verbal seperti ah, oh, hm, kontur tinggi negeri di jurusan kesehatan.
intonasi, gerakan tubuh dan pandangan.
Dalam transkrip data penelitian ini akan Keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti tidak bisa
menggunakan simbol dalam analisis memilih pasien skizofrenia mana yang akan diteliti.
percakapan yang dijelaskan oleh Jefferson Informan perawat dan pasien skizofrenia ditentukan
(dalam Knapp & Anots, 2008). oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
3. Participant viewpoint (sudut pandang Wediodiningrat yang langsung mengarahkan kepada
pelaku), bukan berarti peneliti informan di Ruang Melati yang merupakan ruangan
mengekspresikan diri dengan cara yang pasien skizofrenia perempuan dengan perawat
persis sama seperti yang diamati orang akan perempuan, sehingga peneliti tidak mendapatkan
ketika menganalisis interaksi yang sama, akses untuk memilih perawat laki-laki maupun pasien
tetapi mereka menempatkan analisis mereka skizofrenia laki-laki sebagai informan dalam
pada sudut pandang peserta dalam interaksi. penelitian ini.
Peneliti harus memosikan diri dan mengakui
dengan rendah hati bahwa interpretasi tidak
pernah lepas dari pengalaman pribadi, HASIL PENELITIAN Commented [WU14]: Sudah berdasarkan pada analisis
kultural, dan historis informan. data. Hasil tidak overgeneralized.
4. Generalisation (generalisasi), CA selalu Pembahasan sudah dikaitkan dengan konsep/teori yang
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dimulai dengan kasus tunggal, mencoba digunakan.
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
menjelaskan dinamika mereka satu per satu. Pembahasan akan hasil temuan penelitian dan ide penulis
melakukan percakaap saat terapi dengan pasien, belum cukup dibandingkan dengan penelitian-penelitian
Berdasarkan proses itu peneliti harus
perawat menggunakan struktur dasar percakapan sebelumnya dari artikel jurnal ilmiah yang relevan.
berusaha memformulasikan beberapa
sesuai dengan penjelasan Pallotti (2007) tentang Implikasi tampak
pengamatan umum pernyataan atau aturan
struktur dasar pada percakapan yaitu, adanya giliran
yang sementara dapat ditarik kesimpulan
bicara (turn-taking), urutan bicara (sequence), Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
hal-hal yang sedang diamati. diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
perbaikan (repair), pilihan (preference).
komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini ditemukan bahwa giliran
bicara (turn-taking) sesuai dengan penjelasan
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan Levinson (dalam Knapp & Antos, 2008) bahwa
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria pergantian tersebut berlangsung secara urut sehingga
dan aspek tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah didapatkan A-B-A-B-A-B. Dalam giliran bicara
ditentukan di atas, informan yang dipilih dan telah terdapat 3 karakteristik kalimat utama yaitu, kalimat
memenuhi kriteria, yaitu: perintah, kalimat pertanyaan, dan kalimat pernyataan.
Masing-masing dari informan memiliki kalimat
1. Perawat I (48 tahun), Perawat I sudah bekerja dari perintah, pertanyaan, dan pernyataan yang berbeda-
tahun 1993. Sudah memiliki Surat Tanda Registrasi. beda. Selanjutnya, pada penelitian ini juga ditemukan
Latar belakangnya menjadi seorang perawat adanya urutan bicara (sequence), namun dalam
dikarenakan sebagian besar keluarga dari perawat I penelitian ini perawat Y memiliki urutan bicara
berprofesi sebagai tenaga medis. (sequence) yang berbeda yaitu, tidak adanya pre-
invitation atau pre-request berbeda dengan dua
2. Perawat A (38 tahun), Perawat A bekerja menjadi perawat yang menjadi informan lainnya. Hal tersebut
perawat menangani pasien skizofrenia sejak tahun juga dijelaskan oleh Amri (2011) bahwa pre-
2006. Namun, sebelumnya perawat A bekerja sebagai sequence lebih banyak digunakan sebagai percakapan
Dosen di salah satu Poltekkes jurusan Keperawatan di murni yang formal. Jadi beberapa percakapan
Malang. Setelah itu perawat A mengikuti pemilihan terkadang mengandung pre-sequence dengan tujuan
PNS dan menjadi perawat di rumah sakit jiwa. untuk menanyakan tentang ketersediaan dan
kemungkinan untuk mendapatkan informasi.

7
Gambaran umum komunikasi terapeutik di Penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia
Indonesia lainnya juga dijelaskan pada penelitian yang Commented [WU15]: Sebaiknya bagian ini masuk ke
dilakukan oleh Kholil & Lubis (2019) yang mengkaji pendahuluan
Komunikasi teraapeutik merupakan salah satu bagian mengenai penggunaan komunikasi terapeutik di
dari komunikasi kesehatan dan dalam kajian ilmu Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi di Medan. Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
komunikasi juga termasuk dalam komunikasi diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
interpersonal. Di Indonesia, komunikasi terapeutik Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk melihat komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
digunakan sebagai alat bagi perawat untuk penggunaan komunikasi terapeutik dengan dokter
mempengaruhi tingkah laku pasien untuk dan pasien dengan penyakit fisiologis kronis. Dalam
mendapatkan keberhasilan dalam intervensi penelitian tersebut ditemukan bahwa implementasi
keperawatan (Stuart & Sunden dalam Kusuma, komunikasi terapeutik dilakukan oleh tenaga medis di
2016). Komunikasi terapeutik dilakukan secara sadar Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
dengan teknik khusus yang bertujuan untuk menerapkan terapi dengan beberapa tahapan, seperti
kesembuhan pasien (Uripni dalam Kusuma, 2016). salam ketika memasuki ruangan, salam kepada setiap
pasien sebelum memeriksa dan bertanya tentang
Komunikasi terapeutik dapat diterapkan pada pasien perkembangan kesehatan mereka. Hal ini merupakan
dengan penyakit fisiologis maupun secara psikologis. prosedur formulir komunikasi yang harus dilakukan
Seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh Adistie, oleh setiap tenaga medis.
Mediani, dkk (2018) yang mengkaji penggunaan
komunikasi terapeutik pada pasien yang akan Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
menjalankan operasi atau disebut dengan perawatan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik
pra-operasi. Lebih lanjut dalam penelitian tersebut pada penelitian yang dilakukan oleh Kholil & Lubis
dijelaskan bahwa perawatan pra-operasi (2019) saat berinteraksi dengan pasien yang
dimaksudkan untuk mempersiapkan pasien dan mengalami gangguan pendengaran sehingga tenaga
keluarga pasien untuk menghadapi operasi/operasi. medis kesulitan menerapkan komunikasi terapeutik.
Hal tersebut dilakukan karena sebelum menjalani
operasi, persiapannya dapat memengaruhi emosi Dari penjelasan di atas, implementasi atau
yang membutuhkan penyesuaian orang tua, Selain penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia masih
itu, ketika orang tua tertekan, itu dapat mempengaruhi banyak dilakukan oleh tenaga medis pada pasien yang
tekanan emosional pasien juga (Adistie, Mediani, memiliki penyakit secara fisiologis yang dilakukan
dkk, 2018). dengan tujuan untuk mengurangi tekanan emosi dan
mempermudah perawat untuk memberikan
Penggunaan komunikasi terapeutik saat ini lebih perawatan kepada pasien, komunikasi terapeutik di
terkonsentrasi pada pengaplikasian komunikasi Indonesia juga dilakukan kepada keluarga pasien
terapeutik untuk pasien dengan penyakit fisiologis sebagai salah satu support group pasien saat
atau pasien yang memiliki penyakit kronis lainnya, menjalani perawatan.
dan penerapannya kepada pasien lanjut usia dan anak-
anak di Indonesia. Penerapan komunikasi terapeutik Maka dari itu, penelitian ini akan mengkaji
di Indonesia diterapkan untuk mengatasi pasien atau penerapan komunikasi terapeutik yang dilakukan
keluarga pasien yang mengalami berbagai masalah oleh perawat pada pasien yang memiliki penyakit
psikologis yang menjadi pertimbangan oleh perawat. secara psikologis yaitu, skizofrenia dengan konsep
diri rendah atau pasien skizofrenia yang memiliki
Selain itu, penerapan komunikasi terapeutik dapat gejala negatif.
memberi manfaat, tidak hanya untuk klien tetapi juga
untuk perawat, karena keterampilan tidak hanya Conversation analysis dalam komunikasi
meningkatkan komponen saling percaya dengan terapeutik antara perawat I dan pasien K
pasien, namun lebih yaitu, menghasilkan efektivitas
dalam memperoleh tujuan terapi, tetapi juga memberi Dalam percakapan yang dilakukan oleh perawat I
pasien perawatan dan pemenuhan dalam intervensi dan pasien K kalimat perintah digunakan
keperawatan secara profesional yang juga dapat memberikan perintah untuk tetap beraktivitas dan
meningkatkan profesi perawawat (Damaiyanti, tidak boleh menyendiri. Percakapan dalam
2008). komunikasi terapeutik saat terjadinya giliran bicara Commented [WU16]: Referensi tidak ditemukan di daftar
(turn-taking) perawat dan pasien juga menggunakan pustaka
kalimat pertanyaan dan pernyataan dengan tujuan
Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
8
pada penggunaan yang berbeda-beda. perawat I Pada percakapan perawat A dan pasien Y kalimat
menggunakan kalimat pertanyaan untuk mengawali perintah digunakan untuk memberikan dorongan dan
giliran bicara dengan menanyakan kabar dan keadaan dukungan (enocuraging) kepada pasien Y memiliki
pasien K. Perawat I melakukan perbaikan dalam kemampuan (skill) di bidang kecantikan. perawat A
percakapan saat komunikasi terapeutik untuk menggunakan kalimat pertanyaan untuk mengawali
menenangkan pasien terkait dengan keinginan untuk giliran bicara dengan menanyakan kabar dan keadaan
bertemu keluarga. Selanjutnya, preference atau pasien. Perawat A melakukan perbaikan dalam
melakukan penerimaan dan penelokan. Perawat I percakapannya sebagian besar untuk mendapatkan
melakukan penolakan secara tidak langsung saat pemahaman yang sama dengan pasien Y. Sementara
pasien ingin bertemu dengan keluarganya, dan perawat A melakukan penolakan saat atas sikap
melakukan persetujuan ketika pasien K menceritakan pasien yang mengaku lebih suka menyendiri dan
aktivitas-aktivitas apa saja ang bisa ia lakukan. merasa bahwa keluarganya tidak ada yang peduli
terhadapnya, namun perawat A melakukan
Perawat I dan pasien K meningkatkan konsep diri persetujuan ketika pasien Y ingin mengembangkan
pasien dengan menggunakan komponen kepercayaan kemampuan (skill) saat sudah diizinkan kembali ke
ditunjukkan dengan aspek verbal dan nonverbal. Dinas Sosial setempat.
Adanya kepercayaan antara perawat I dan pasien K
dalam komunikasi terapeutik ditujukan dengan Perawat A dan pasien Y menunjukkan adanya
karakteristik seperti, pasien menceritakan kegiatan kepercayaan dengan karakteristik menceritakan
yang biasa dilakukannya di rumah maupun di rumah tentang perasaannya yang masih sedih. Menceritakan
sakit. Pasien menanyakan dan menyatakan ingin tentang masalah diperlakukan dengan buruk di
bertemu dengan keluarga, mengungkapkan hal yang tempat kerja, perawat memberikan pertanyaan
tampak. Menceritakan bahwa pasien hanya terbuka, menceritakan tentang kemampuan yang
berkomunikasi dengan keluarga. dimiliki oleh pasien. tentang perasaannya yang masih
sedih, menceritakan tentang masalah diperlakukan
Dalam penggunaan komponen saling menghargai dengan buruk di tempat kerja, perawat memberikan
masing-masing pasien juga menunjukkan dengan pertanyaan terbuka dan menceritakan tentang
sikap dan karakteristik yang berbeda-beda. Perawat I kemampuan yang dimiliki oleh pasien.
dan pasien K menunjukkan dengan sikap merespon
dengan melakukan pengulangan apa yang dialami Penggunaan komponen saling menghargai
oleh pasien, memberikan saran untuk terus digunakan oleh perawat A kepada pasien Y. Perawat
melakukan aktivitas/kegiatan, memberikan A menunjukkan dengan memberi dan mendukung
tanggapan dengan menggunakan hasil observasi dan pasien Y, memperlihatkan rasa ketertarikan dengan
pemikiran, dan tanpa menghakimi dan tidak memberikan pertanyaan lebih lanjut, dan meminta
memberikan label. pasien untuk menjelaskan atau memperluas
informasi.
Pada penggunaan komponen hubungan
profesional masing-masing perawat menunjukkan Sementara untuk penggunaan komponen
dengan cara yang berbeda-beda. Perawat I dan pasien hubungan profesional ditunjukkan dengan Perawat A
K misalnya menunjukkan dengan tidak menggunakan dan pasien Y menunjukkan dengan mengenal lawan
kata-kata medis, menggunakan bahasa jawa/bahasa bicara dengan mengajukan pertanyaan yang
krama halus. Pada penggunaan empati perawat dan berhubungan dengan kondisi pasien, menggunakan
pasien juga menggunakan dalam komunikasi kata-kata yang mudah dipahami. Pada komponen
terapeutik dengan masing-masing karakteristik. empati, perawat A menunjukkan dengan
Perawat I menunjukkan empati kepada pasien K merefleksikan kembali mengenai apa yang
dengan melakukan legitimasi, mengungkapkan disampaikan pasien, dan memberikan saran yang bisa
sugesti dengan cara yang konstruktif. Pada komponen meningkatkan kesehatan pasien. pasien A dan pasien
terakhir yaitu, kekuatan perawat I dan K Y menunjukkan dengan memberikan perintah secara
menunjukkan dengan memberikan perintah secara langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), melakukan
langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), bargaining manipulasi yang menunjukkan penggunaan
dan promising. komponen kekuatan (power).

Conversation analysis dalam komunikasi Conversation analysis dalam komunikasi


terapeutik antara perawat A dan pasien Y terapeutik antara perawat Y dan pasien N

9
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perawat pendidik sebelum menjadi perawat lebih terlihat
yang tidak memiliki kedekatan cenderung karakteristiknya dalam meningkatkan konsep diri
menggunakan pre-invitation dan pre-request dalam pasien, perawat A dalam melakukan komunikasi
memulai pembicaraan, sedangkan perawat Y dan terapeutik lebih terlihat menerapkan teknik
pasien N yang sudah bertemu sebelumnya langsung komunikasi terapeutik seperti, teknik mendengarkan,
melakukan pre-opening yaitu, dengan cara terknik bertanya dan teknik menyimpulkan.
menanyakan kejadian/peristiwa yang sudah terjadi. Sementara itu perawat I yang mengatakan bahwa
Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya dirinya menjadi perawat karena sebagian besar
perbaikan (repair) yang dilakukan oleh perawat keluarganya berprofesi sebagai perawat, dalam
maupun pasien, serta pilihan (preference) atau meningkatkan konsep sepanjang terapi perawat I dan
melakukan persetujuan dan penolakan yang pasien K hanya membicarakan tentang aktivitas
dilakukan oleh perawat maupun pasien. Perawat Y sehari-harinya, tidak banyak informasi yang dapat
dan pasien N menggunakan kalimat pernyataan untuk digali oleh perawat I dari pasien K. Namun, hal
menceritakan kondisi pasien dan bagaimana orang- tersebut juga dipengaruhi oleh pasien K yang tertutup
orang di sekitarnya memperlakukannya yang dan merupakan pasien baru.
menyebabkan pasien N sulit untuk mengendalikan
emosi. Pada perawat Y dan pasien N, terlihat lebih
informal saat melakukan percakapan dalam
Perawat Y melakukan perbaikan agar pasien Y komunikasi terapeutik. Hal tersebut dikarenakan
menjelaskan lebih detail tentang permasalahan dan perawat Y dan pasien N sering bertemu dalam acara
kondisi yang dialami oleh pasien. Persetujuan pada PKJ yang dilaksanakan secara rutin oleh pihak rumah
percakapan antara perawat Y dan pasien N lebih sakit. Hal tersebut juga dikarenakan pasien N adalah
banyak dilakukan oleh pasien N yang menyetujui atas pasien terlama dirawat dibandingkan 2 pasien
saran-saran yang diberikan oleh perawat Y. Perawat lainnya, dan sempat diperbolehkan untuk pulang.
Y melakukan penolakan ketika pasien N Namun, dalam meningkatkan konsep diri pasien,
menyalurkan emosinya dengan tindak kekerasan dan perawat Y juga tidak begitu terlihat. Pasien N yang
menyakiti dirinya. memiliki konsep diri rendah dan susah
mengendalikan emosi, perawat Y hanya
Dalam meningkatkan konsep diri pasien N, menyarankan untuk berkegiatan dan berolahraga
perawat N menggunakan komponen kepercayaan untuk menyalurkan energi dari pasien N. Hal tersebut
yang ditunjukkan dengan karakteristik Y dan juga dilatarbelakangi oleh perawat Y yang
Nmenunjukkan adanya kepercayaan dengan sebenarnya menjadi perawat bukan keinginannya
menceritakan tentang perasaannya yang masih sedih, sejak dini, namun didasarkan dari dorongan orang tua
menceritakan tentang masalah diperlakukan dengan juga yang harus masuk sekolah negeri dalam bidang
buruk di tempat kerja, perawat memberikan keperawatan. Dalam melakukan komunikasi
pertanyaan terbuka dan menceritakan tentang terapeutik perawat harus menerapkan kemampuan
kemampuan yang dimiliki oleh pasien. (skill) yang bisa mendukung efektifnya komunikasi
terapeutik dan juga akan memberikan dampak positif
Menggunakan komponen saling menghargai, bagi kesehatan pasien. Perawat harus memenuhi
perawat Y dan pasien N menunjukkan dengan tidak kemampuan (skill) dalam komunikasi terapeutik
menghakimi dan memberikan label, mendengarkan seperti, teknik mendengarkan, teknik memberikan
pasien hingga meminta pasien untuk menceritakan pertanyaan, dan juga teknik menyimpulkan.
secara lengkap, menggunakan humor. perawat Y dan
pasien N menunjukkan hubungan profesional dengan Selain itu, peneliti juga menyarankan bahwa
tidak mengungkapkan informasi pribadi yang tidak melakukan komunikasi terapeutik memerlukan durasi
relevan, memberikan saran untuk meningkatkan dan waktu yang tidak sebentar untuk mengembangkan
berhubungan dengan kesehatan pasien. Perawat Y hubungan antara pasien dan perawat. Sehingga dalam
dan pasien N menunjukkan dengan bargaining dan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat juga
promising serta menyetujui dan melakukan memperhatikan pengguaan komponen dasar terutama
penolakan yang menujukkan karakteristik komponen kepercayaan. Commented [WU17]: Sebaiknya bagian ini masuk ke bab
penggunaan kekuatan (power). kesimpulan sebagai saran praktis
Dalam membangun kepercayaan saat melakukan
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perawat komunikasi terapeutik perawat melakukan tahapan Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
A yang memiliki latar belakang sebagai tenaga dalam komunikasi terapeutik yaitu, tahap orientasi, diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
komentar bahwa sudah melakukan perbaikan

10
tahap terminasi/kerja, dan tahap evaluasi. Pada tahap seseorang kepada yang lainnya, keluasan, jumlah
orientasi perawat akan melakukan perkenalan dengan topik yang didiskusikan dalam sebuah hubungan
pasien hingga pada tahap kerja. Pada saat melakukan
tahapan dalam komunikasi terapeutik perawat juga Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
melakukan penetrasi sosial. terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2009) dengan membuka diri maka akan meningkatkan
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi lebih
ke komunikasi yang lebih intim dan berhubungan dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih terbuka
dengan pembukaan diri pasien. untuk menerima pengalaman dan gagasan baru, lebih
cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) cermat memandang diri dengan orang lain.
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- Pasien yang sudah memiliki kepercayaan pada
individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju perawat akan mulai membuka diri dengan
ke komunikasi yang lebih intim. Lebih lanjut, memberikan informasi yang tidak diketahui oleh
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) menjelaskan orang lain bahkan keluarga pasien sendiri.
keintiman yang dimaksud adalah keintiman secara Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
intelektual dan emosional, hingga pada batasan terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
dimana individu-individu tersebut melakukan juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
aktivitas bersama. Penetrasi sosial ini bisa terjadi dengan membuka diri maka akan meningkatkan
pada setiap individu seperti, suami-istri, karyawan- pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
supervisor, dokter-pasien bahkan perawat-pasien meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
yang juga merupakan informan utama dalam
penelitian ini. Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi
lebih dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih
Proses penentrasi sosial yang dilakukan oleh terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan
perawat dan pasien ini dimulai saat menggunakan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif,
komponen kepercayaan dalam komunikasi dan lebih cermat memandang diri dengan orang lain.
terapeutik, pasien mulai menceritakan pada hal-hal
yang tampak hingga ke bagian yang lebih personal, Dalam penetrasi sosial pembukaan diri
seperti, menceritakan tentang hubungan pasien merupakan inti dari perkembangan hubungan.
dengan keluarga, penyebab pasien kembali lagi Pembukaan diri (self-disclosure) dapat secara umum
dirawat di Rumah Sakit Jiwa, dan juga masalalu yang didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi
menyebabkan trauma tersendiri bagi pasien. mengenai diri sendiri kepada orang lain yang
Perbincangan awal ini yang menyebabkan adanya memiliki tujuan (Dalman & Taylor, dalam Turner,
pengembangan dalam hubungan antara pasien dan 2009). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
perawat. bahwa berjalannya komunikasi terapeutik untuk
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan oleh
Pemberian informasi yang dilakukan perawat perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan yang
seperti, dimulai dari hal yang tampak dengan dimiliki antara perawat dan pasien yang akhirnya
menceritakan bahwa perasaannya sudah mulai mempengaruhi keterbukaan pasien. Keterbukaan
tenang, atau pasien Y yang masih merasa sedih pasien kepada perawat tidak hanya membantu
karena tidak satupun keluarganya yang bersedia. Dari perawat dalam meningkatkan konsep diri pasien
informasi-informasi yang diberikan oleh pasien namun juga membantu membentuk hubungan masa
tersebut berhubungan dengan pembukaan diri yang kini dan masa depan antara perawat dan pasien.
dimiliki oleh pasien kepada perawat di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat. Hal tersebut sesuai Dalam penelitian ini ditemukan bahwa informasi
dengan lapisan bawang pada penetrasi sosial yaitu, yang diberikan oleh pasien masih terdapat pada
dimulai dengan citra publik lapisan terluar dari lapisan terluar pada penetrasi sosial yaitu, citra
seseorang, apa yang dapat dililihat oleh orang lain. publik, atau hal-hal yang masih tampak, sehingga
Kemudian, resiporitas keterbukaan balik dari perawat melakukan komunikasi terapeutik untuk

11
meningkatkan konsep diri masih belum terlihat hasil berbeda-beda. Pasien yang dirawat lebih lama dengan
perubahan konsep diri pasien. Hal tersebut dapat durasi kurang lebih 6 bulan tidak melakukan pre-
dilihat dari pengakuan pasien yang masih merasa sequence hal tersebut dilakukan karena kedekatan
bahwa keluarganya masih belum bisa menerima dan antara perawat dan pasien. Pre-sequence lebih
merawat, kemudian penarikan diri dari dunia sosial, banyak digunakan pada percakapan yang lebih formal
sulit berinteraksi dengan orang lain dan juga lebih yang dilakukan oleh perawat I dan perawat A. Hal
suka menyendiri. Hasil tersebut juga dikarenakan tersebut juga disebabkan oleh keterbukaan pasien dan
pada penelitian ini tidak melihat sisi dari keluarga durasi perawatan masing-masing pasien.
pasien yang merupakan significant others paling
penting bagi pasien, penelitian ini hanya mengkaji Saat melakukan komunikasi terapeutik masing-
komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep masing perawat melakukan perbaikan yang memiliki
diri yang hanya dilakukan oleh perawat yang tujuan dan penggunaan yang berbeda-beda.
diobservasi sekali pada saat perawat melakukan Melakukan penolakan dan persetujuan juga
komunikasi terapeutik. dilakukan dalam percakapan antara perawat dan
pasien skizofrenia sebagai lawan bicara saat
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian dari
berjalannya komunikasi terapeutik untuk terapi.
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan oleh
perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan yang Selanjutnya, perawat menggunakan 5 komponen
dimiliki antara perawat dan pasien yang akhirnya komunikasi terapeutik dengan karakteristik tertentu
mempengaruhi keterbukaan pasien. Keterbukaan yang ditunjukkan dengan aspek verbal dan non-
pasien kepada perawat tidak hanya membantu verbal dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri
perawat dalam meningkatkan konsep diri pasien pasien. 5 komponen komunikasi terapeutik tersebut
namun juga membantu membentuk hubungan masa adalah kepercayaan (trust), saling menghargai
kini dan masa depan antara perawat dan pasien. (respect), hubungan profesional (professional
intimacy), empati (empathy), dan kekuatan (power).
Perawat meningkatkan konsep diri pasien
menggunakan 5 komponen pada komunikasi
terapeutik dengan cara yang berbeda-beda. Cara-cara
yang digunakan oleh perawat tersebut dipengaruhi
oleh latar belakang perawat dan juga keterbukaan
KESIMPULAN pasien dalam menceritakan permasalahan. Selain itu Commented [WU18]: Kesimpulan menjawab tujuan dan
sudah menjelaskan kontribusi penelitian.
juga dipengaruhi oleh durasi perawatan masing-
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Sudah ada saran penelitian.
masing skizofrenia. Komponen yang paling dominan
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam dan menentukan keberhasilan dalam komunikasi Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
melakukan percakapan saat terapi dengan pasien, terapeutik adalah komponen kepercayaan yang diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
perawat menggunakan struktur dasar pada terjalin antara pasien dan perawat. Komunikasi komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
percakapan yaitu, adanya giliran bicara (turntaking), terapeutik juga dipengaruhi oleh keterbukaan pasien
urutan bicara (sequence), perbaikan (repair), pilihan kepada perawat yang dapat dikembangkan melalui
(preference). Dari analisis dan pembahasan dapat saling percaya antar keduanya.
disimpulkan bahwa percakapan yang dilakukan oleh
perawat dan pasien skizofrenia memiliki struktur Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
dasar yang sama (giliran bicara, urutan berbicara, komunikasi terapeutik penting dilakukan bagi pasien
perbaikan, dan pilihan), namun penggunaan dan yang memiliki permasalahan dalam hal kejiwaan.
karakteristiknya ditunjukkan dengan cara yang Komunikasi terapeutik tidak hanya dilakukan kepada
berbeda-beda. Pada struktur pertama yaitu, giliran pasien yang memiliki penyakit fisiologis namun juga
bicara (turn-taking) terdapat 3 penggunaan kalimat psikologis. Dalam melakukan komunikasi terapeutik
utama yaitu, kalimat perintah, kalimat pertanyaan, perawat harus menerapkan kemampuan (skill) yang
dan kalimat pernyataan yang menyebabkan bisa mendukung efektifnya komunikasi terapeutik
terjadinya giliran bicara. dan juga akan memberikan dampak positif bagi
kesehatan pasien. Perawat harus memenuhi
Giliran bicara juga terjadi pada percakapan antara kemampuan (skill) dalam komunikasi. terapeutik
perawat dan pasien dengan menggunakan kalimat seperti, teknik mendengarkan, teknik memberikan
pernyataan yang juga digunakan dengan cara yang pertanyaan, dan juga teknik menyimpulkan. Dalam

12
melakukan komunikasi terapeutik juga perlu gangguan jiwa di Kecamatan Bogor Timur. Jurnal
diterapkan adanya 5 komponen utama yaitu, Bimbingan dan Konseling. 1 (1), 19 – 28.
kepercayaan (trust), saling menghargai (respect),
hubungan profesional (professional intimacy), empati Fatani, B.Z. (2017). Schizoprenia: Etiology,
pathophysiological and management. The Egyptian
(empathy) dan juga kekuatan (power). Journal of Hospital Medicine. 69 (6), 2640 – 2646.

Kondisi pasien yang memiliki konsep diri rendah Kholil, S. & Lubis, L, dkk. (2019). Implementation of
juga bisa menjadi faktor efektifnya komunikasi therapeutic communication at Dr. Pirngadi
terapeutik. Pasien skizofrenia dengan konsep diri Hospital. Budapest International Research and
rendah yang juga menarik diri dari dunia sosial dan Critics Institute – Journal BIRCI Journal. 2 (4), 645
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain juga akan – 656.
mempengaruhi berjalannya komunikasi terapeutik.
Kusuma, A.W. (2016). Komunikasi terapeutik: studi
Maka dari itu, komunikasi terapeutik perlu dilakukan
deskriptif kualifikasi komunikasi terapeutik antara
dengan hati-hati dan pelan karena perawat juga perawat dan pasien di Rumah Sakit Grhasia
menghadapi pasien yang membutuhkan perhatian Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri
khusus. Bahkan pada masa awal komunikasi Sunan Kalijaga.
terapeutik, komunikasi berjalan sepihak namun jika
dilakukan secara rutin, seiring berjalannya waktu Leon, G.D. (2000). The therapeutic community: theory,
pasien akan meningkatkan kepercayaan kepada model, and method. USA: Springer Publishing
pasien dan bersedia untuk bercerita untuk Company
meringankan bebannya. Sehingga, dapat disimpulkan
Mulyana, D. (2016). Health and therapeutic
bahwa komunikasi terapeutik membutuhkan waktu
communication. Bandung, Indonesia: PT. Remaja
yang tidak sebentar dengan teknik atau cara yang Rosdakarya Offset.
harus dikuasai oleh perawat. Terapi dengan
komunikasi terapeutik yang dilakukan pada pasien Shreko, E., Sotiri, E., & Lika E. (2013). Therapeutic
skizofrenia membawa perubahan pada konsep diri communication. JAHR, 4 (7). 17- 27. Commented [WU20]: Referensi tidak ditemukan di artikel
pasien akan terlihat dengan karakteristika sudah dapat
mengerjakan aktivitas tanpa diminta oleh perawat, Donsbach, W. (2008). The international encyclopedia of Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
bisa menghargai dirinya sendiri dan menyadari communication. London, UK: Blackwell Publishing. diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
bahwa dirinya berarti untuk orang lain juga, bisa tidur komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
Reynaldi, G. (2016). Upaya peningkatan aktualisasi diri
dengan teratur, sikap gaduh-gelisah pasien pun sudah
pada klien dengan harga diri rendah di RSJD Arif
mulai berkurang, dapat berinteraksi dengan baik Zainudin Surakarta. Tugas Akhir. Fakultas Ilmu
dengan orang-orang di sekitarnya, perawat maupun Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
dengan pasien yang lain.
Mulyadiana, L.L. (2008). Analisis percakapan pada naskah
film the kingdom (satu kajian pragmatis). Tesis.
Universitas Widyatama.
REFERENCES Commented [WU19]: Penyajian belum menggunakan
Mendeley.
Pallotti, G. (2007). Conversation Analysis: Methodology,
Adistie, F & Mediani, dkk. (2018). The implementation of Masih ditemukan referensi yang hilang.
machinery and application to specific settings. Bern:
thereapeutic communication of nurse to the Belum melakukan sitasi artikel dari JIK
Peter Lang.
parents of pediatric patients in preoperative stage. Jumlah referensi yang digunakan sudah melebihi dari batas
Knapp, K & Antos, G. (2008). Handbook interpersonal
Belitung Nurse Journal. 4 (4), 356 – 265. minimal (minimal 15 referensi)
communication. Berlin, Jerman: Deutsche
Sumber referensi dari artikel jurnal ilmiah masih minim,
Nationalbibliothek.
Berger, C. (2014). Handbook ilmu komunikasi. Bandung, belum mencapai >80% dari total referensi yang digunakan.
Indonesia: Nusa Media. Al-Amri, M.N. (2011). Getting beyond conversation
Catatan: Penambahan/perubahan berdasarkan revisi
analysis: critical and pedagogical implications for
Cerino, N.D. (2012). Therapeutic communication a diketik menggunakan warna merah dan menyertakan
TESOL/Bilingual Curriculum for Diverse Learners
necessity in hospice care: four techniques for more komentar bahwa sudah melakukan perbaikan
in the age of globalization. Education enquiry. 2
effective caregiving. Journal of Health (1), 141 – 151.
Communication. 1 (2), 21 – 23.
Turner, R. (2009). Pengantar teori komunikasi: analisis
Mueser, K. T & Jeste, D.V. (2008). Clinical book of dan aplikasi. Jakarta, Indonesia: Salemba
schizophrenia. New York, USA: The Guilford Press. Humanika.

Damayanti, R. (2016). Pengaruh terapi suportif keluarga


terhadap kemampuan keluarga merawat klien

13
FORM REVIEW ARTIKEL
Judul Artikel: PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
OLEH PERAWAT UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI
PASIEN SKIZOFRENIA
1 Artikel ini memberikan kontribusi pada Ya
body of knowledge yang berhubungan
dengan Jurnal Ilmu Komunikasi
2 Topik artikel ini relevan, aktual, menarik Ya
bagi pembaca, dan sesuai dengan ruang
lingkup (scope) Jurnal Ilmu Komunikasi.
3 Rational atau logika berpikir disusun dengan Ya
baik, berdasarkan pada teori atau isu yang
menarik.
4 Artikel merupakan tulisan asli dan Ya
mengandung kebaruan pada bidang
keilmuan Komunikasi.
5 Judul artikel sesuai dengan isi, informatif, Ya
efektif, dan menarik perhatian pembaca
6 Abstrak bersifat informatif, terdiri dari: latar Belum informative, belum ada
belakang permasalahan singkat, metode, masalah penelitian, metode dan
hasil, dan kontribusi penelitian. kontribusi penelitian ini.
7 Kata kunci mencerminkan istilah penting Ya, cukup
dalam artikel.
8 Pendahuluan menyajikan informasi latar Tidak ada penelitian terdahulu yang
belakang yang relevan, meringkas hal-hal dibahas secara kritis, hanya sekedar
yang mendasar, membahas penelitian dituliskan biar sudah ada. Silahkan
sebelumnya secara kritis, dan diperbaiki, dibandingkan dengan
menyampaikan dengan jelas kesenjangan penelitian anda, agar jelas seperti apa
(gap) yang akan diisi dengan penelitian. penelitian anda (kebaruan penelitian
anda).
Gap penelitian perlu diperjelas.
9 Artikel telah mereview artikel dari jurnal Tidak, silahkan ditambahkan minimal
yang relevan dan mencukupi. 5 dan dijelaskan tanpa menyalin.
10 Metode penelitian dipaparkan dengan jelas, Tidak. Perlu diperjelas subjek dan
rinci, dan diterapkan dengan benar. objek penelitian.
11 Diskusi atau pembahasan didasarkan pada Diskusi sudah ada
analisis data; hasil tidak dibesar-besarkan
(overgeneralized), implikasi penelitian juga
ditulis dengan jelas
12 Isi artikel bersifat inovatif, padat, terstruktur, Belum bunyi dari teori, konsep dan
logis, dan ‘bunyi’. jurnal penelitian
13 Artikel menggunakan instrument pendukung Tidak ada. Silahkan ditambahkan.
yang digunakan untuk menganalisis temuan
penelitian.
1
14 Kesimpulan menjawab tujuan penelitian dan Ya, hanya saja perlu dipersingkat
menjelaskan temuan penelitian. simpulan
15 Artikel memiliki kontribusi penelitian dapat Ada kontribusi
berupa
konsep/teori/metode/implementasi/kebijakan
16 Referensi ditampilkan tanpa ada yang hilang Tidak.
dan gaya penulisan referensi diikuti dengan Daftar pustaka masih minim dari
baik (lebih 80% referensi berasal dari jurnal
jurnal, silahkan diperbaiki wajib 80%
ilmiah). Penulisan referensi menggunakan jurnal dan mutakhir. Gunakan
Mendeley. mendeley agar tidak ada sitasi yang
tertinggal.
17 Artikel ditulis dengan bahasa yang baik dan Masih ditemukan penulisan yang tidak
mudah dipahami, menggunakan gaya sesuai, tidak mencetak miring kalimat
penulisan akademik; menggunakan kosa asing.
kata teknis dengan benar, tidak ada
kesalahan tata bahasa.
18 Komentar untuk Penulis Silahkan diperbaiki dalam hal
kebaruan penelitian yang diperoleh
dari membandingkan penelitian lain
(bukan cuman ditulis sekedar), serta
hasil dan pembahasan perlu diperbaiki
dan ditambahkan. Hindari penulisan
menurut di awal kalimat, dan tidak
mensitasi sumber dalam sumber,
langsung saja merujuk sumber utama
berasal dari jurnal. Lihat catatan yang
lebih rinci pada naskah.
19 Rekomendasi Dipertimbangkan Kembali Setelah
a. Diterima (Accept Submission) Revisi Minor
b. Dipertimbangkan Kembali Setelah
Revisi Minor (Revisions Required).
c. Dipertimbangkan Kembali Setelah
Dilakukan Revisi Mayor (Resubmit for
Review)
d. Ditolak (Decline Submission)

PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT


UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PASIEN
SKIZOFRENIA

Commented [Cica1]: Diletakkan di bawah abstrak.


Keywords: komunikasi terapeutik, skizofrenia, konsep diri, analisis percakapan Tambahkan abstrak berbahasa Inggris.

Abstract: Masalah penelitian yang anda teliti. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai percakapan pada Commented [Cica2]: Tambahkan masalah penelitian yang
anda teliti.
2
komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat pada pasien yang memiliki penyakit secara psikologis yaitu,
skizofrenia. Salah satu cara dalam meningkatkan konsep diri rendah pasien skizofrenia adalah menggunakan
komunikasi terapeutik yang merupakan bagian dari komunikasi kesehatan. Saat melakukan asuhan
keperawatan seperti, komunikasi terapeutik perawat membutuhkan keterampilan komunikasi yang efektif
untuk melaksanakannya secara efisien. Perawat akan mengambil peran untuk memberikan perawatan,
berkoordinasi dan membantu pasien dalam melakukan aktivitas seharihari dengan tujuan untuk membantu
pasien dalam meringangkan penyakitnya secara psikologis. Maka dari itu, agar terwujudkan komunikasi Commented [Cica3]: Tidak menggunakan kata sambung di
terapeutik yang efektif, perawat menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi terapeutik yaitu, awal kalimat.
kepercayaan (trust), saling menghargai (respect), hubungan profesional (professional intimacy), empati
(empathy) dan kekuatan (power).. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dalam percakapan saat Commented [Cica4]: Silahkan diganti dengan metode
komunikasi terapeutik masing-masing perawat memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada giliran bicara penelitian secara singkat, lugas, dan jelas.
(turn-taking), urutan berbicara (sequences), perbaikan (repair) dan pilihan (preference), selain itu pada
penelitian ini juga ditemukan bahwa masing-masing perawat memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari
aspek verbal maupun non verbal dalam penggunaan 5 komponen pada komunikasi terapeutik untuk
meningkatkan konsep diri pasien. Dalam penerapan komunikasi terapeutik komponen kepercayaan adalah
komponen yang paling dominan digunakan oleh perawat untuk meningkatkan konsep diri pasien. Perbedaan
penerapan komunikasi terapeutik tersebut juga dipengaruhi latar belakang perawat, kemampuan perawat
dalam komunikasi terapeutik, keterbukaan pasien dan juga lama durasi perawatan pasien. xxxx Commented [Cica5]: Tambahkan kontribusi penelitian ini,
boleh rekomendasi metode, keilmuan, model, kebijakan, dan
lainnya.

PENDAHULUAN perilaku. Bentuk perawatan utama dalam komunikasi


terapeutik adalah kognitif terapi dan pelatihan
Komunikasi terapeutik (TC) yang merupakan keterampilan komunikasi (Donsbach, 2008). Lebih
bagian dari komunikasi kesehatan telah terbukti lanjut, Donsbach (2008) menjelaskan bahwa terapi Commented [Cica7]: Cari sumber lebih mutakhir 10 tahun
sebagai perawatan yang kuat sebagai pendekatan kognitif ini dimaksudkan sebagai terapi perilaku terakhir dan berasal dari jurnal.
untuk penyalahgunaan obat seperti narkoba dan emotif rasional yang berfokus pada pemikiran atau
masalah terkait dalam kehidupan. Komunikasi kepercayaan yang mengarah pada konsekuensi emosi
terapeutik pada dasarnya merupakan pendekatan dan perilaku negatif.
yang digunakan dan berkembang terutama dalam Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat
membantu pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
bidang psikiatri, dan psikologi (Leon, 2000). Commented [Cica6]: Cari sumber lebih mutakhir 10 tahun
Komunikasi terapeutik berusaha mengurangi kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
terakhir dan berasal dari jurnal.
kecemasan dengan mengurangi aktivasi dan mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
gangguan kognitif, dengan berusaha mengubah negatif. Meskipun, lebih memakan waktu dan Commented [Cica8]: Hindari penggunaan kata sambung di
kognitif individu, respons emosional, dan/atau membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam awal kalimat.
keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi

3
terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif terapeutik menggunakan strategi khusus yang
untuk mempercepat penyembuhan pasien (Donsbach, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
2008). Tidak hanya digunakan sebagai pemberian dan gagasan yang memiliki tujuan untuk mengurangi
perawatan pada pasien fisiologis, komunikasi distress psikologi yang dialami oleh pasien.
terapeutik juga digunakan pada pasien dengan Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa gejala
penyakit psikologis seperti skizofrenia. negatif dari skizofrenia adalah sulit memulai
Skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan pembicaraan, berkurangnya motivasi, berkurangnya
yang paling serius dibandingkan dengan gangguan atensi, dan menarik diri secara sosial akibat
kejiwaan lainnya. Biasanya terjadi pada akhir masa berkurangnya konsep dan aktualisasi dirinya. Dalam
remaja dan sering kali memiliki efek mendalam penelitiannya Reynaldi (2016) menjelaskan bahwa
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang dengan pasien skizofrenia memiliki perasaan tidak berharga,
skizofrenia sering mengalami kesulitan hidup merasa harga diri rendah, dan tidak berarti yang
mandiri dan mengurus diri sendiri, bekerja, dan berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
memenuhi kewajiban atau melakukan peran lainnya sendiri dan kemampuan dirinya. Maka dari itu,
(Mueser & Jeste, 2008, h. 3). Skizofrenia memiliki penting dilakukan komunikasi terapeutik kepada
gejala negatif seperti delusi atau waham, halusinasi, pasien skizofrenia untuk meningkatkan konsep diri
kekacauan pikiran, menyimpan rasa kecurigaan dengan tujuan mengurangi gejala negatif skizofrenia.
terhadap sesuatu. Penderita skizofrenia juga kerap Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat
kali mengalami perubahan sensori persepsi, membantu pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
merasakan sensasi palsu berupa suara dan kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
penglihatan (Damayanti, 2016). mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah negatif. Meskipun, lebih memakan waktu dan
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Oktober membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam
2019, data rekam medis RSJ Dr. Radjiman keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi
Wediodiningrat menunjukkan sejak tahun 2017 terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif
kunjungan pasien terbanyak datang dari penderita untuk mempercepat penyembuhan pasien (Donsbach,
skizofrenia dengan jumlah 786 pasien, dengan rincian 2008).
skizofrenia paranoid sebanyak 146 orang, dan Pasien skizofrenia dengan gejala negatif memiliki
skizofrenia hebefrenik sebanyak 551 orang, dan 89 konsep diri rendah. Menurut Rakhmat (2007, h. 99) Commented [Cica11]: Sitasi ini tidak ada dituliskan pada
orang penderita skizofrenia tak terinci. Dari data konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita daftar pustaka.
rekam medis tersebut, peneliti menentukan fokus tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh
penelitian pada perawatan yang dilakukan oleh bersifat psikologi, sosial dan fisis. Lebih lanjut,
perawat kepada pasien skizofrenia hebrefrenik yang Rakhmat (2007, h. 100) menjelaskan terdapat dua
memiliki negative symptomps. Fatani (2017) komponen tentang konsep diri yaitu, komponen
membagi gejala skizofrenia menjadi tiga yaitu, kognitif dan komponen afektif. Pengambilan tema
positive symptomps penderita dengan gejala ini dalam percakapan saat melakukan komunikasi
disebut dengan skizofrenia paranoid. terapeutik yang dilakukan perawat dengan pasien ini
Penderita skizofrenia dengan negative symptomps, didasarkan juga pada informasi perawat di RSJ Dr.
penderita dengan gejala ini disebut dengan Radjiman Wediodiningrat yang mengatakan bahwa
skizofrenia hebefrenik, ditandai dengan kurangnya dalam komunikasi terapeutik kepada pasien
motivasi, menarik diri dari dunia sosial, penderita skizofrenia hebefrenik (negative symptomps)
skizofrenia hebefrenik seringkali susah melakukan biasanya perawat memberikan topik aspek kejiwaaan,
aktivitas sehari-hari dan susah untuk berinteraksi salah satunya adalah meningkatkan konsep diri
dengan orang lain. pasien.
Dalam menangani pasien skizofrenia, perawat Dalam meningkatkan konsep diri pasien. Perawat Commented [Cica12]: Kalimat terlalu pendek dan
memiliki peranan yang penting. Salah satu cara menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi menggantung.
menangani pasien dengan skizofrena adalah terapeutik yang juga merupakan komponen dalam
menggunakan komunikasi terapeutik. Menurut komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi Commented [Cica9]: Hindari penggunaan kata menurut di
Pounds (dalam Mulyana, 2016) konsep komunikasi interpersonal selain berpusat pada pesan, komunikasi awal kalimat, dan hindari penggunan sumber dalam sumber.
terapeutik mengacu pada proses dimana perawat interpersonal juga terkait dengan konteks. Appegate Langsung saja merujuk pada sumber utama, namun referensi
secara sadar mempengaruhi klien atau membantu dan Delia (dalam Berger, 2014, h.222) mengusulkan mutakhir 10 tahun terakhir dan berasal dari jurnal.
klien mencapai pemahaman yang lebih baik melalui lima dimensi konteks untuk situasi komunikasi: latar Commented [Cica13]: Cari dari jurnal yang sumber utama.
komunikasi verbal dan non-verbal. Lebih lanjut, fisik (ruang, lingkungan, dan saluran yang
Commented [Cica10]: Ini belum ada di daftar pustaka,
Sherko (2013) menambahkan bahwa komunikasi digunakan), latar sosial/relasional (misalnya, teman,
gunakan aplikasi mendeley agar tidak ada sitasi yang
tertinggal.
Commented [Cica14]: atau
4
pasangan hidup, rekan kerja, terapis, atau tetangga), Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini akan
latar instutisional (misalnya, rumah, pekerjaan, menggunakan metode analisis percakapan
rumah sakit, sekolah, gereja), latar fungsional (tujuan (conversation analysis). Palotti (2007) dalam
utama yang dikejar, misalnya, menyediakan bukunya Conversation Analysis: Methodology,
informasi, membujuk, mendukung, dan latar budaya machinery, and application to specific thing,
(termasuk suku, kebangsaan, kelas sosial, dan menjelaskan dan membagi struktur dasar dari analisis
golongan lainnya yang relevan). percakapan (conversation analysis) menjadi empat
Komunikasi interpersonal yang terjadi pada bagian yaitu, giliran bicara (turn-taking
penelitian ini adalah komunikasi interpersonal yang organization), urutan bicara (sequence), pasangan
terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia. sepadan (repair), dan preference. Commented [Cica22]: Cari dari jurnal, sumber ini juga
Sebagaimana dalam konteks komunikasi Dalam penelitian ini conversation analysis tidak dituliskan di daftar pustaka.
interpersonal adalah latar fisik ruang, latar digunakan untuk melihat dinamika dan struktur dasar
sosial/relasional adalah terapis dan pasien, latar percakapan yang dilakukan oleh perawat dan pasien Commented [Cica15]: atau
institusional adalah rumah sakit, dan latar fungsional saat melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian
adalah untuk mendukung pasien skizofrenia yang dari terapi. Heritage (dalam Palotti, 2007)
dilakukan oleh perawat. Komunikasi interpersonal menjelaskan bahwa analisis percakapan memandang
yang terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia di pembicaraan dan gerakan tubuh bukan hanya sebagai
rumah sakit jiwa dengan tujuan untuk pemberian media untuk berkomunikasi, tetapi sebagai cara
perawatan disebut dengan komunikasi terapeutik membangun realitas dan hubungan sosial pada dua
yang merupakan sub-disiplin dari komunikasi orang atau lebih Commented [Cica23]: Cari dari jurnal dan sumber ini juga
kesehatan. Penelitian ini akan mengamati percakapan yang tidak dituliskan di daftar pustaka.
Sejumlah penelitian terdahulu lain pada berlangsung dalam komunikasi terapeutik yang
komunikasi terapeutik juga telah dilakukan dilakukan oleh perawat dan pasien gangguan jiwa
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perawat
Cerino (2012) yang meneliti teknik komunikasi membangun dan mempertahankan interaksi dalam
terapeutik untuk pasien yang menderita penyakit rangka meningkatkan konsep diri pasien serta
kronis seperti kanker. Penelitian lain dilakukan oleh penggunaan 5 komponen utama dalam komunikasi Commented [Cica16]: lalu bagaimana hasilnya?
Vankatwyk (2006) yang meneliti mengenai terapeutik.
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh pastor, Pemilihan lokasi penelitian di RSJ Dr. Radjiman Commented [Cica17]: tidak ditemukan pada daftar
dan penelitian yang dilakukan oleh Long & Slevin Wediodiningrat dikarenakan Rumah Sakit Jiwa ini pustaka.
(2013) tentang komunikasi terapeutik yang dilakukan adalah rumah sakit jiwa pertama yang dibangun pada Commented [Cica18]: Hasilnya bagaimana?
pada pasien demensia. zaman penjajahan Belanda di tahun 1902 dan saat ini
Commented [Cica19]: Tidak ditemukan pada daftar
Pengambilan tema dalam percakapan saat menjadi RSJ terbesar di Asia Tenggara, jika
pustaka.
melakukan komunikasi terapeutik yang dilakukan dibandingkan rumah sakit jiwa yang lain RSJ Dr.
perawat dengan pasien ini didasarkan juga pada Radjiman Wediodiningrat memiliki jumlah pasien Commented [Cica20]: Apa bedanya dengan penelitian
informasi perawat di RSJ Dr. Radjiman dan fasilitas yang lebih banyak yaitu, 1.200 tempat anda? GAPnya seperti apa yang baik?
Wediodiningrat yang mengatakan bahwa dalam tidur. Dalam kurun waktu 1942 - 1945, Rumah Sakit Commented [Cica21]: Hasilnya bagaimana?
komunikasi terapeutik kepada pasien skizofrenia Jiwa Lawang mengalami penurunan pelayanan,
hebefrenik (negative symptomps) biasanya perawat karena kurangnya sarana perawatan dan adanya
memberikan topik aspek kejiwaaan, salah satunya penyakit menular, jumlah pasien menurun sampai
adalah meningkatkan konsep diri pasien. Dari 800 orang. Tahun 1947 jumlah pasien : 1.200 orang,
penelitian tersebut juga menjadi rujukan bagi peneliti, gabungan antara anex Suko dan Rumah Sakit Jiwa
memilih Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Lawang.
Wediodiningrat sebagai tempat penelitian karena di
rumah sakit jiwa membutuhkan penangan dan TUJUAN PENELITIAN
perawatan pasien yang berbeda dengan rumah sakit Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
umum yang menangani penderita sakit fisik. penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis,
Kemudian menjadikan perawat sebagai menjelaskan dengan conversation analysis
informan, dikarenakan perawat adalah orang yang bagaimana percakapan dalam komunikasi terapeutik
lebih sering berhubungan dengan pasien dan juga yang dilakukan perawat untuk meningkatkan konsep
keluarga pasien sehingga perawat yang lebih diri pasien skizofrenia.
mendominasi dalam proses perawatan dibandingkan
dengan dokter.

5
METODE PENELITIAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga cara
penelitian analisis percakapan (conversation dalam teknik pengumpulan data yaitu, observasi,
analysis). Analisis percakapan sebagai metode teknik rekaman audio, dan pencatatan data di
lapangan yang dilakukan di RSJ Dr. Radjiman
bertujuan untuk menjelaskan peraturan, struktur, dan
Wediodiningrat Malang.
urutan bentuk interaksi, baik itu pada percakapan
formal maupun informal (Van Rees dalam
TEKNIK ANALISIS DATA
Mulyadiana, 2008).
Analisis data adalah proses mengordinasikan data
penelitian ini merujuk pada penelitian CA yang ke dalam tipologi satuan, penyusunan satuan,
berfokus pada peraturan, struktur dan urutan dalam kategorisasi, dan menjelaskan tentang komponen-
sebuah percakapan. Percakapan yang dimaksud komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis data
adalah percakapan dalam komunikasi terapeutik yang (Moleong, 2016).
dilakukan 78 oleh perawat dan pasien skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian
dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri conversation analysis (CA). Pendekatan CA
mengkaji pada spesifikasi perilaku sosial manusia
pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
dalam percakapan dan berkomitmen untuk
secara detail bagaimana peraturan, struktur, dan melakukan pengamatan secara naturalistik. Metode
urutan dalam percakapan saat perawat melakukan CA menawarkan penelitian dengan cara deskriptif
komunikasi terapeutik dengan menerapkan 5 yang dikembangkan dengan baik untuk meneliti
komponen utama kepada pasien dengan tujuan untuk interaksi percakapan dengan prosedur empiris yang
meningkatkan konsep diri pasien. benar untuk mendukung analisisnya (Hoey dan
Kendrick, 2018)
TEKNIK PEMILIHAN INFORMAN
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan digunakan metode conversation analysis menurut
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria Gabriella Pallotti (2007), dengan tahapan sebagai
berikut:
dan aspek tertentu. Beberapa kriteria atau
pertimbangan yang digunakan peneliti dalam 1. Data selection (pemilihan data), Penelitian
pemilihan informan berdasarkan studi pendahuluan CA didasarkan pada data naturalistik, yaitu
yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman pertukaran yang dilakukan tempat terlepas
Wediodiningrat adalah sebagai berikut: dari kebutuhan penelitian untuk mencatat
dan menganalisis mereka. Ini berarti bahwa
1. Perawat aktif yang sudah memiliki Surat analis percakapan tidak memperoleh data
Tanda Registrasi (STR). mereka dari eksperimental, role plays atau
2. Perawat yang sudah melakukan profesinya wawancara namun dengan
pengamatan/observasi. Maka dari itu,
sebagai perawat di RSJ Dr. Radjiman
peneliti mulai dengan memilih bagian hasil
Wediodiningrat selama kurang lebih 2 data yang akan dianalisis yaitu, memilih
tahun. hasil data yang berhubungan dengan proses
3. Perawat yang sudah menangani pasien komunikasi yang dilakukan perawat dan
skizofrenia, khususnya skizofrenia pasien skizofrenia untuk meningkatkan
hebefrenik yang memiliki negative konsep diri pasien dengan menerapkan 5
symptomps. komponen utama dalam komunikasi
4. Informan penelitian terdiri dari pasangan terapeutik.
2. Data transcription (transkrip data),
(couple/pair) yaitu, perawat dan pasien
transkripsi adalah bagian penting dari
skizofrenia (one on one). melakukan CA. Transkrip terperinci dari
pembicaraan tersebut – dan beberapa kasus

6
berperilaku seperti gerakan atau gerakan – 3. Perawat Y (46 tahun), Perawat Y sudah bekerja
sebelum menganalisis suatu episode menangani pasien skizofrenia sejak tahun 1998 dan
interaksi. Transkrip ini meliputi semua sudah memiliki Surat Tanda Registrasi. Perawat Y
bagian dalam percakapan dari awal dan sebelumnya sama sekali tidak memiliki keinginan
akhir ucapan yang tumpang tindih menjadi perawat, hanya ia ingin mewujudkan
(overlaps), awal yang salah, keraguan, suara harapan orang tuanya untuk bersekolah di perguruan
non-verbal seperti ah, oh, hm, kontur tinggi negeri di jurusan kesehatan.
intonasi, gerakan tubuh dan pandangan.
Dalam transkrip data penelitian ini akan Keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti tidak bisa
menggunakan simbol dalam analisis memilih pasien skizofrenia mana yang akan diteliti.
percakapan yang dijelaskan oleh Jefferson Informan perawat dan pasien skizofrenia ditentukan
(dalam Knapp & Anots, 2008). oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
3. Participant viewpoint (sudut pandang Wediodiningrat yang langsung mengarahkan kepada
pelaku), bukan berarti peneliti informan di Ruang Melati yang merupakan ruangan
mengekspresikan diri dengan cara yang pasien skizofrenia perempuan dengan perawat
persis sama seperti yang diamati orang akan perempuan, sehingga peneliti tidak mendapatkan
ketika menganalisis interaksi yang sama, akses untuk memilih perawat laki-laki maupun pasien
tetapi mereka menempatkan analisis mereka skizofrenia laki-laki sebagai informan dalam
pada sudut pandang peserta dalam interaksi. penelitian ini. Commented [Cica24]: Tidak perlu dituliskan subjudul,
Peneliti harus memosikan diri dan mengakui namun dibaurkan. Mohon tidak menggunakan penomoran.
dengan rendah hati bahwa interpretasi tidak
pernah lepas dari pengalaman pribadi, HASIL PENELITIAN Commented [Cica25]: Silahkan dituliskan terlebih dahulu
kultural, dan historis informan. hasil penelitian sesuai dengan metode, lalu dianalisis dan
4. Generalisation (generalisasi), CA selalu dibahas dengan membunyikan teori dan jurnal penelitian lain.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dimulai dengan kasus tunggal, mencoba
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
menjelaskan dinamika mereka satu per satu.
melakukan percakaap saat terapi dengan pasien,
Berdasarkan proses itu peneliti harus
perawat menggunakan struktur dasar percakapan
berusaha memformulasikan beberapa
sesuai dengan penjelasan Pallotti (2007) tentang
pengamatan umum pernyataan atau aturan
struktur dasar pada percakapan yaitu, adanya giliran
yang sementara dapat ditarik kesimpulan
bicara (turn-taking), urutan bicara (sequence),
hal-hal yang sedang diamati.
perbaikan (repair), pilihan (preference).
GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini ditemukan bahwa giliran
bicara (turn-taking) sesuai dengan penjelasan
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan Levinson (dalam Knapp & Antos, 2008) bahwa
dengan cara memilih informan berdasarkan kriteria pergantian tersebut berlangsung secara urut sehingga
dan aspek tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah didapatkan A-B-A-B-A-B. Dalam giliran bicara
ditentukan di atas, informan yang dipilih dan telah terdapat 3 karakteristik kalimat utama yaitu, kalimat
memenuhi kriteria, yaitu: perintah, kalimat pertanyaan, dan kalimat pernyataan.
Masing-masing dari informan memiliki kalimat
1. Perawat I (48 tahun), Perawat I sudah bekerja dari perintah, pertanyaan, dan pernyataan yang berbeda-
tahun 1993. Sudah memiliki Surat Tanda Registrasi. beda. Selanjutnya, pada penelitian ini juga ditemukan
Latar belakangnya menjadi seorang perawat adanya urutan bicara (sequence), namun dalam
dikarenakan sebagian besar keluarga dari perawat I penelitian ini perawat Y memiliki urutan bicara
berprofesi sebagai tenaga medis. (sequence) yang berbeda yaitu, tidak adanya pre-
invitation atau pre-request berbeda dengan dua
2. Perawat A (38 tahun), Perawat A bekerja menjadi perawat yang menjadi informan lainnya. Hal tersebut
perawat menangani pasien skizofrenia sejak tahun juga dijelaskan oleh Amri (2011) bahwa pre-
2006. Namun, sebelumnya perawat A bekerja sebagai sequence lebih banyak digunakan sebagai percakapan
Dosen di salah satu Poltekkes jurusan Keperawatan di murni yang formal. Jadi beberapa percakapan
Malang. Setelah itu perawat A mengikuti pemilihan terkadang mengandung pre-sequence dengan tujuan
PNS dan menjadi perawat di rumah sakit jiwa. untuk menanyakan tentang ketersediaan dan
kemungkinan untuk mendapatkan informasi.

7
Gambaran umum komunikasi terapeutik di Penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia
Indonesia lainnya juga dijelaskan pada penelitian yang
dilakukan oleh Kholil & Lubis (2019) yang mengkaji
Komunikasi teraapeutik merupakan salah satu bagian mengenai penggunaan komunikasi terapeutik di
dari komunikasi kesehatan dan dalam kajian ilmu Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi di Medan.
komunikasi juga termasuk dalam komunikasi
interpersonal. Di Indonesia, komunikasi terapeutik Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk melihat
digunakan sebagai alat bagi perawat untuk penggunaan komunikasi terapeutik dengan dokter
mempengaruhi tingkah laku pasien untuk dan pasien dengan penyakit fisiologis kronis. Dalam
mendapatkan keberhasilan dalam intervensi penelitian tersebut ditemukan bahwa implementasi
keperawatan (Stuart & Sunden dalam Kusuma, komunikasi terapeutik dilakukan oleh tenaga medis di
2016). Komunikasi terapeutik dilakukan secara sadar Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
dengan teknik khusus yang bertujuan untuk menerapkan terapi dengan beberapa tahapan, seperti
kesembuhan pasien (Uripni dalam Kusuma, 2016). salam ketika memasuki ruangan, salam kepada setiap
pasien sebelum memeriksa dan bertanya tentang
Komunikasi terapeutik dapat diterapkan pada pasien perkembangan kesehatan mereka. Hal ini merupakan
dengan penyakit fisiologis maupun secara psikologis. prosedur formulir komunikasi yang harus dilakukan
Seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh Adistie, oleh setiap tenaga medis.
Mediani, dkk (2018) yang mengkaji penggunaan
komunikasi terapeutik pada pasien yang akan Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
menjalankan operasi atau disebut dengan perawatan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik
pra-operasi. Lebih lanjut dalam penelitian tersebut pada penelitian yang dilakukan oleh Kholil & Lubis
dijelaskan bahwa perawatan pra-operasi (2019) saat berinteraksi dengan pasien yang
dimaksudkan untuk mempersiapkan pasien dan mengalami gangguan pendengaran sehingga tenaga
keluarga pasien untuk menghadapi operasi/operasi. medis kesulitan menerapkan komunikasi terapeutik.
Hal tersebut dilakukan karena sebelum menjalani
operasi, persiapannya dapat memengaruhi emosi Dari penjelasan di atas, implementasi atau
yang membutuhkan penyesuaian orang tua, Selain penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia masih
itu, ketika orang tua tertekan, itu dapat mempengaruhi banyak dilakukan oleh tenaga medis pada pasien yang
tekanan emosional pasien juga (Adistie, Mediani, memiliki penyakit secara fisiologis yang dilakukan
dkk, 2018). dengan tujuan untuk mengurangi tekanan emosi dan
mempermudah perawat untuk memberikan
Penggunaan komunikasi terapeutik saat ini lebih perawatan kepada pasien, komunikasi terapeutik di
terkonsentrasi pada pengaplikasian komunikasi Indonesia juga dilakukan kepada keluarga pasien
terapeutik untuk pasien dengan penyakit fisiologis sebagai salah satu support group pasien saat
atau pasien yang memiliki penyakit kronis lainnya, menjalani perawatan.
dan penerapannya kepada pasien lanjut usia dan anak-
anak di Indonesia. Penerapan komunikasi terapeutik Maka dari itu, penelitian ini akan mengkaji
di Indonesia diterapkan untuk mengatasi pasien atau penerapan komunikasi terapeutik yang dilakukan
keluarga pasien yang mengalami berbagai masalah oleh perawat pada pasien yang memiliki penyakit
psikologis yang menjadi pertimbangan oleh perawat. secara psikologis yaitu, skizofrenia dengan konsep
diri rendah atau pasien skizofrenia yang memiliki
Selain itu, penerapan komunikasi terapeutik dapat gejala negatif.
memberi manfaat, tidak hanya untuk klien tetapi juga
untuk perawat, karena keterampilan tidak hanya Conversation analysis dalam komunikasi
meningkatkan komponen saling percaya dengan terapeutik antara perawat I dan pasien K
pasien, namun lebih yaitu, menghasilkan efektivitas
dalam memperoleh tujuan terapi, tetapi juga memberi Dalam percakapan yang dilakukan oleh perawat I
pasien perawatan dan pemenuhan dalam intervensi dan pasien K kalimat perintah digunakan
keperawatan secara profesional yang juga dapat memberikan perintah untuk tetap beraktivitas dan
meningkatkan profesi perawawat (Damaiyanti, tidak boleh menyendiri. Percakapan dalam
2008). komunikasi terapeutik saat terjadinya giliran bicara
(turn-taking) perawat dan pasien juga menggunakan
kalimat pertanyaan dan pernyataan dengan tujuan

8
pada penggunaan yang berbeda-beda. perawat I Pada percakapan perawat A dan pasien Y kalimat
menggunakan kalimat pertanyaan untuk mengawali perintah digunakan untuk memberikan dorongan dan
giliran bicara dengan menanyakan kabar dan keadaan dukungan (enocuraging) kepada pasien Y memiliki
pasien K. Perawat I melakukan perbaikan dalam kemampuan (skill) di bidang kecantikan. perawat A
percakapan saat komunikasi terapeutik untuk menggunakan kalimat pertanyaan untuk mengawali
menenangkan pasien terkait dengan keinginan untuk giliran bicara dengan menanyakan kabar dan keadaan
bertemu keluarga. Selanjutnya, preference atau pasien. Perawat A melakukan perbaikan dalam
melakukan penerimaan dan penelokan. Perawat I percakapannya sebagian besar untuk mendapatkan
melakukan penolakan secara tidak langsung saat pemahaman yang sama dengan pasien Y. Sementara
pasien ingin bertemu dengan keluarganya, dan perawat A melakukan penolakan saat atas sikap
melakukan persetujuan ketika pasien K menceritakan pasien yang mengaku lebih suka menyendiri dan
aktivitas-aktivitas apa saja ang bisa ia lakukan. merasa bahwa keluarganya tidak ada yang peduli
terhadapnya, namun perawat A melakukan
Perawat I dan pasien K meningkatkan konsep diri persetujuan ketika pasien Y ingin mengembangkan
pasien dengan menggunakan komponen kepercayaan kemampuan (skill) saat sudah diizinkan kembali ke
ditunjukkan dengan aspek verbal dan nonverbal. Dinas Sosial setempat.
Adanya kepercayaan antara perawat I dan pasien K
dalam komunikasi terapeutik ditujukan dengan Perawat A dan pasien Y menunjukkan adanya
karakteristik seperti, pasien menceritakan kegiatan kepercayaan dengan karakteristik menceritakan
yang biasa dilakukannya di rumah maupun di rumah tentang perasaannya yang masih sedih. Menceritakan
sakit. Pasien menanyakan dan menyatakan ingin tentang masalah diperlakukan dengan buruk di
bertemu dengan keluarga, mengungkapkan hal yang tempat kerja, perawat memberikan pertanyaan
tampak. Menceritakan bahwa pasien hanya terbuka, menceritakan tentang kemampuan yang
berkomunikasi dengan keluarga. dimiliki oleh pasien. tentang perasaannya yang masih
sedih, menceritakan tentang masalah diperlakukan
Dalam penggunaan komponen saling menghargai dengan buruk di tempat kerja, perawat memberikan
masing-masing pasien juga menunjukkan dengan pertanyaan terbuka dan menceritakan tentang
sikap dan karakteristik yang berbeda-beda. Perawat I kemampuan yang dimiliki oleh pasien.
dan pasien K menunjukkan dengan sikap merespon
dengan melakukan pengulangan apa yang dialami Penggunaan komponen saling menghargai
oleh pasien, memberikan saran untuk terus digunakan oleh perawat A kepada pasien Y. Perawat
melakukan aktivitas/kegiatan, memberikan A menunjukkan dengan memberi dan mendukung
tanggapan dengan menggunakan hasil observasi dan pasien Y, memperlihatkan rasa ketertarikan dengan
pemikiran, dan tanpa menghakimi dan tidak memberikan pertanyaan lebih lanjut, dan meminta
memberikan label. pasien untuk menjelaskan atau memperluas
informasi.
Pada penggunaan komponen hubungan
profesional masing-masing perawat menunjukkan Sementara untuk penggunaan komponen
dengan cara yang berbeda-beda. Perawat I dan pasien hubungan profesional ditunjukkan dengan Perawat A
K misalnya menunjukkan dengan tidak menggunakan dan pasien Y menunjukkan dengan mengenal lawan
kata-kata medis, menggunakan bahasa jawa/bahasa bicara dengan mengajukan pertanyaan yang
krama halus. Pada penggunaan empati perawat dan berhubungan dengan kondisi pasien, menggunakan
pasien juga menggunakan dalam komunikasi kata-kata yang mudah dipahami. Pada komponen
terapeutik dengan masing-masing karakteristik. empati, perawat A menunjukkan dengan
Perawat I menunjukkan empati kepada pasien K merefleksikan kembali mengenai apa yang
dengan melakukan legitimasi, mengungkapkan disampaikan pasien, dan memberikan saran yang bisa
sugesti dengan cara yang konstruktif. Pada komponen meningkatkan kesehatan pasien. pasien A dan pasien
terakhir yaitu, kekuatan perawat I dan K Y menunjukkan dengan memberikan perintah secara
menunjukkan dengan memberikan perintah secara langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), melakukan
langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), bargaining manipulasi yang menunjukkan penggunaan
dan promising. komponen kekuatan (power).

Conversation analysis dalam komunikasi Conversation analysis dalam komunikasi


terapeutik antara perawat A dan pasien Y terapeutik antara perawat Y dan pasien N

9
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perawat pendidik sebelum menjadi perawat lebih terlihat
yang tidak memiliki kedekatan cenderung karakteristiknya dalam meningkatkan konsep diri
menggunakan pre-invitation dan pre-request dalam pasien, perawat A dalam melakukan komunikasi
memulai pembicaraan, sedangkan perawat Y dan terapeutik lebih terlihat menerapkan teknik
pasien N yang sudah bertemu sebelumnya langsung komunikasi terapeutik seperti, teknik mendengarkan,
melakukan pre-opening yaitu, dengan cara terknik bertanya dan teknik menyimpulkan.
menanyakan kejadian/peristiwa yang sudah terjadi. Sementara itu perawat I yang mengatakan bahwa
Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya dirinya menjadi perawat karena sebagian besar
perbaikan (repair) yang dilakukan oleh perawat keluarganya berprofesi sebagai perawat, dalam
maupun pasien, serta pilihan (preference) atau meningkatkan konsep sepanjang terapi perawat I dan
melakukan persetujuan dan penolakan yang pasien K hanya membicarakan tentang aktivitas
dilakukan oleh perawat maupun pasien. Perawat Y sehari-harinya, tidak banyak informasi yang dapat
dan pasien N menggunakan kalimat pernyataan untuk digali oleh perawat I dari pasien K. Namun, hal
menceritakan kondisi pasien dan bagaimana orang- tersebut juga dipengaruhi oleh pasien K yang tertutup
orang di sekitarnya memperlakukannya yang dan merupakan pasien baru.
menyebabkan pasien N sulit untuk mengendalikan
emosi. Pada perawat Y dan pasien N, terlihat lebih
informal saat melakukan percakapan dalam
Perawat Y melakukan perbaikan agar pasien Y komunikasi terapeutik. Hal tersebut dikarenakan
menjelaskan lebih detail tentang permasalahan dan perawat Y dan pasien N sering bertemu dalam acara
kondisi yang dialami oleh pasien. Persetujuan pada PKJ yang dilaksanakan secara rutin oleh pihak rumah
percakapan antara perawat Y dan pasien N lebih sakit. Hal tersebut juga dikarenakan pasien N adalah
banyak dilakukan oleh pasien N yang menyetujui atas pasien terlama dirawat dibandingkan 2 pasien
saran-saran yang diberikan oleh perawat Y. Perawat lainnya, dan sempat diperbolehkan untuk pulang.
Y melakukan penolakan ketika pasien N Namun, dalam meningkatkan konsep diri pasien,
menyalurkan emosinya dengan tindak kekerasan dan perawat Y juga tidak begitu terlihat. Pasien N yang
menyakiti dirinya. memiliki konsep diri rendah dan susah
mengendalikan emosi, perawat Y hanya
Dalam meningkatkan konsep diri pasien N, menyarankan untuk berkegiatan dan berolahraga
perawat N menggunakan komponen kepercayaan untuk menyalurkan energi dari pasien N. Hal tersebut
yang ditunjukkan dengan karakteristik Y dan juga dilatarbelakangi oleh perawat Y yang
Nmenunjukkan adanya kepercayaan dengan sebenarnya menjadi perawat bukan keinginannya
menceritakan tentang perasaannya yang masih sedih, sejak dini, namun didasarkan dari dorongan orang tua
menceritakan tentang masalah diperlakukan dengan juga yang harus masuk sekolah negeri dalam bidang
buruk di tempat kerja, perawat memberikan keperawatan. Dalam melakukan komunikasi
pertanyaan terbuka dan menceritakan tentang terapeutik perawat harus menerapkan kemampuan
kemampuan yang dimiliki oleh pasien. (skill) yang bisa mendukung efektifnya komunikasi
terapeutik dan juga akan memberikan dampak positif
Menggunakan komponen saling menghargai, bagi kesehatan pasien. Perawat harus memenuhi
perawat Y dan pasien N menunjukkan dengan tidak kemampuan (skill) dalam komunikasi terapeutik
menghakimi dan memberikan label, mendengarkan seperti, teknik mendengarkan, teknik memberikan
pasien hingga meminta pasien untuk menceritakan pertanyaan, dan juga teknik menyimpulkan.
secara lengkap, menggunakan humor. perawat Y dan
pasien N menunjukkan hubungan profesional dengan Selain itu, peneliti juga menyarankan bahwa
tidak mengungkapkan informasi pribadi yang tidak melakukan komunikasi terapeutik memerlukan durasi
relevan, memberikan saran untuk meningkatkan dan waktu yang tidak sebentar untuk mengembangkan
berhubungan dengan kesehatan pasien. Perawat Y hubungan antara pasien dan perawat. Sehingga dalam
dan pasien N menunjukkan dengan bargaining dan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat juga
promising serta menyetujui dan melakukan memperhatikan pengguaan komponen dasar terutama
penolakan yang menujukkan karakteristik komponen kepercayaan.
penggunaan kekuatan (power).
Dalam membangun kepercayaan saat melakukan
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perawat komunikasi terapeutik perawat melakukan tahapan
A yang memiliki latar belakang sebagai tenaga dalam komunikasi terapeutik yaitu, tahap orientasi,

10
tahap terminasi/kerja, dan tahap evaluasi. Pada tahap seseorang kepada yang lainnya, keluasan, jumlah
orientasi perawat akan melakukan perkenalan dengan topik yang didiskusikan dalam sebuah hubungan
pasien hingga pada tahap kerja. Pada saat melakukan
tahapan dalam komunikasi terapeutik perawat juga Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
melakukan penetrasi sosial. terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2009) dengan membuka diri maka akan meningkatkan
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi lebih
ke komunikasi yang lebih intim dan berhubungan dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih terbuka
dengan pembukaan diri pasien. untuk menerima pengalaman dan gagasan baru, lebih
cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) cermat memandang diri dengan orang lain.
menjelaskan bahwa penetrasi sosial merujuk pada
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu- Pasien yang sudah memiliki kepercayaan pada
individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju perawat akan mulai membuka diri dengan
ke komunikasi yang lebih intim. Lebih lanjut, memberikan informasi yang tidak diketahui oleh
Daltman & Taylor (dalam Turner, 2014) menjelaskan orang lain bahkan keluarga pasien sendiri.
keintiman yang dimaksud adalah keintiman secara Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi
intelektual dan emosional, hingga pada batasan terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri
dimana individu-individu tersebut melakukan juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa
aktivitas bersama. Penetrasi sosial ini bisa terjadi dengan membuka diri maka akan meningkatkan
pada setiap individu seperti, suami-istri, karyawan- pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan
supervisor, dokter-pasien bahkan perawat-pasien meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
yang juga merupakan informan utama dalam
penelitian ini. Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi
lebih dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih
Proses penentrasi sosial yang dilakukan oleh terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan
perawat dan pasien ini dimulai saat menggunakan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif,
komponen kepercayaan dalam komunikasi dan lebih cermat memandang diri dengan orang lain.
terapeutik, pasien mulai menceritakan pada hal-hal
yang tampak hingga ke bagian yang lebih personal, Dalam penetrasi sosial pembukaan diri
seperti, menceritakan tentang hubungan pasien merupakan inti dari perkembangan hubungan.
dengan keluarga, penyebab pasien kembali lagi Pembukaan diri (self-disclosure) dapat secara umum
dirawat di Rumah Sakit Jiwa, dan juga masalalu yang didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi
menyebabkan trauma tersendiri bagi pasien. mengenai diri sendiri kepada orang lain yang
Perbincangan awal ini yang menyebabkan adanya memiliki tujuan (Dalman & Taylor, dalam Turner,
pengembangan dalam hubungan antara pasien dan 2009). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
perawat. bahwa berjalannya komunikasi terapeutik untuk
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan oleh
Pemberian informasi yang dilakukan perawat perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan yang
seperti, dimulai dari hal yang tampak dengan dimiliki antara perawat dan pasien yang akhirnya
menceritakan bahwa perasaannya sudah mulai mempengaruhi keterbukaan pasien. Keterbukaan
tenang, atau pasien Y yang masih merasa sedih pasien kepada perawat tidak hanya membantu
karena tidak satupun keluarganya yang bersedia. Dari perawat dalam meningkatkan konsep diri pasien
informasi-informasi yang diberikan oleh pasien namun juga membantu membentuk hubungan masa
tersebut berhubungan dengan pembukaan diri yang kini dan masa depan antara perawat dan pasien.
dimiliki oleh pasien kepada perawat di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat. Hal tersebut sesuai Dalam penelitian ini ditemukan bahwa informasi
dengan lapisan bawang pada penetrasi sosial yaitu, yang diberikan oleh pasien masih terdapat pada
dimulai dengan citra publik lapisan terluar dari lapisan terluar pada penetrasi sosial yaitu, citra
seseorang, apa yang dapat dililihat oleh orang lain. publik, atau hal-hal yang masih tampak, sehingga
Kemudian, resiporitas keterbukaan balik dari perawat melakukan komunikasi terapeutik untuk

11
meningkatkan konsep diri masih belum terlihat hasil berbeda-beda. Pasien yang dirawat lebih lama dengan
perubahan konsep diri pasien. Hal tersebut dapat durasi kurang lebih 6 bulan tidak melakukan pre-
dilihat dari pengakuan pasien yang masih merasa sequence hal tersebut dilakukan karena kedekatan
bahwa keluarganya masih belum bisa menerima dan antara perawat dan pasien. Pre-sequence lebih
merawat, kemudian penarikan diri dari dunia sosial, banyak digunakan pada percakapan yang lebih formal
sulit berinteraksi dengan orang lain dan juga lebih yang dilakukan oleh perawat I dan perawat A. Hal
suka menyendiri. Hasil tersebut juga dikarenakan tersebut juga disebabkan oleh keterbukaan pasien dan
pada penelitian ini tidak melihat sisi dari keluarga durasi perawatan masing-masing pasien.
pasien yang merupakan significant others paling
penting bagi pasien, penelitian ini hanya mengkaji Saat melakukan komunikasi terapeutik masing-
komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep masing perawat melakukan perbaikan yang memiliki
diri yang hanya dilakukan oleh perawat yang tujuan dan penggunaan yang berbeda-beda.
diobservasi sekali pada saat perawat melakukan Melakukan penolakan dan persetujuan juga
komunikasi terapeutik. dilakukan dalam percakapan antara perawat dan
pasien skizofrenia sebagai lawan bicara saat
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian dari
berjalannya komunikasi terapeutik untuk terapi.
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan oleh
perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan yang Selanjutnya, perawat menggunakan 5 komponen
dimiliki antara perawat dan pasien yang akhirnya komunikasi terapeutik dengan karakteristik tertentu
mempengaruhi keterbukaan pasien. Keterbukaan yang ditunjukkan dengan aspek verbal dan non-
pasien kepada perawat tidak hanya membantu verbal dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri
perawat dalam meningkatkan konsep diri pasien pasien. 5 komponen komunikasi terapeutik tersebut
namun juga membantu membentuk hubungan masa adalah kepercayaan (trust), saling menghargai
kini dan masa depan antara perawat dan pasien. (respect), hubungan profesional (professional
intimacy), empati (empathy), dan kekuatan (power).
Perawat meningkatkan konsep diri pasien
menggunakan 5 komponen pada komunikasi
terapeutik dengan cara yang berbeda-beda. Cara-cara
yang digunakan oleh perawat tersebut dipengaruhi
oleh latar belakang perawat dan juga keterbukaan
KESIMPULAN pasien dalam menceritakan permasalahan. Selain itu Commented [Cica26]: Simpulan wajib menjawab tujuan,
tidak diperbolehkan berisi pebahasan.
juga dipengaruhi oleh durasi perawatan masing-
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan masing skizofrenia. Komponen yang paling dominan
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam dan menentukan keberhasilan dalam komunikasi
melakukan percakapan saat terapi dengan pasien, terapeutik adalah komponen kepercayaan yang
perawat menggunakan struktur dasar pada terjalin antara pasien dan perawat. Komunikasi
percakapan yaitu, adanya giliran bicara (turntaking), terapeutik juga dipengaruhi oleh keterbukaan pasien
urutan bicara (sequence), perbaikan (repair), pilihan kepada perawat yang dapat dikembangkan melalui
(preference). Dari analisis dan pembahasan dapat saling percaya antar keduanya.
disimpulkan bahwa percakapan yang dilakukan oleh
perawat dan pasien skizofrenia memiliki struktur Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
dasar yang sama (giliran biraca, urutan berbicara, komunikasi terapeutik penting dilakukan bagi pasien
perbaikan, dan pilihan), namun penggunaan dan yang memiliki permasalahan dalam hal kejiwaan.
karakteristiknya ditunjukkan dengan cara yang Komunikasi terapeutik tidak hanya dilakukan kepada
berbeda-beda. Pada struktur pertama yaitu, giliran pasien yang memiliki penyakit fisiologis namun juga
bicara (turn-taking) terdapat 3 penggunaan kalimat psikologis. Dalam melakukan komunikasi terapeutik
utama yaitu, kalimat perintah, kalimat pertanyaan, perawat harus menerapkan kemampuan (skill) yang
dan kalimat pernyataan yang menyebabkan bisa mendukung efektifnya komunikasi terapeutik
terjadinya giliran bicara. dan juga akan memberikan dampak positif bagi
kesehatan pasien. Perawat harus memenuhi
Giliran bicara juga terjadi pada percakapan antara kemampuan (skill) dalam komunikasi. terapeutik
perawat dan pasien dengan menggunakan kalimat seperti, teknik mendengarkan, teknik memberikan
pernyataan yang juga digunakan dengan cara yang pertanyaan, dan juga teknik menyimpulkan. Dalam

12
melakukan komunikasi terapeutik juga perlu gangguan jiwa di Kecamatan Bogor Timur. Jurnal
diterapkan adanya 5 komponen utama yaitu, Bimbingan dan Konseling. 1 (1), 19 – 28.
kepercayaan (trust), saling menghargai (respect),
hubungan profesional (professional intimacy), empati Fatani, B.Z. (2017). Schizoprenia: Etiology,
pathophysiological and management. The Egyptian
(empathy) dan juga kekuatan (power). Journal of Hospital Medicine. 69 (6), 2640 – 2646.

Kondisi pasien yang memiliki konsep diri rendah Kholil, S. & Lubis, L, dkk. (2019). Implementation of
juga bisa menjadi faktor efektifnya komunikasi therapeutic communication at Dr. Pirngadi
terapeutik. Pasien skizofrenia dengan konsep diri Hospital. Budapest International Research and
rendah yang juga menarik diri dari dunia sosial dan Critics Institute – Journal BIRCI Journal. 2 (4), 645
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain juga akan – 656.
mempengaruhi berjalannya komunikasi terapeutik.
Kusuma, A.W. (2016). Komunikasi terapeutik: studi
Maka dari itu, komunikasi terapeutik perlu dilakukan
deskriptif kualifikasi komunikasi terapeutik antara
dengan hati-hati dan pelan karena perawat juga perawat dan pasien di Rumah Sakit Grhasia
menghadapi pasien yang membutuhkan perhatian Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri
khusus. Bahkan pada masa awal komunikasi Sunan Kalijaga.
terapeutik, komunikasi berjalan sepihak namun jika
dilakukan secara rutin, seiring berjalannya waktu Leon, G.D. (2000). The therapeutic community: theory,
pasien akan meningkatkan kepercayaan kepada model, and method. USA: Springer Publishing
pasien dan bersedia untuk bercerita untuk Company
meringankan bebannya. Sehingga, dapat disimpulkan
Mulyana, D. (2016). Health and therapeutic
bahwa komunikasi terapeutik membutuhkan waktu
communication. Bandung, Indonesia: PT. Remaja
yang tidak sebentar dengan teknik atau cara yang Rosdakarya Offset.
harus dikuasai oleh perawat. Terapi dengan
komunikasi terapeutik yang dilakukan pada pasien Shreko, E., Sotiri, E., & Lika E. (2013). Therapeutic
skizofrenia membawa perubahan pada konsep diri communication. JAHR, 4 (7). 17- 27.
pasien akan terlihat dengan karakteristika sudah dapat
mengerjakan aktivitas tanpa diminta oleh perawat, Donsbach, W. (2008). The international encyclopedia of
bisa menghargai dirinya sendiri dan menyadari communication. London, UK: Blackwell Publishing.
bahwa dirinya berarti untuk orang lain juga, bisa tidur
Reynaldi, G. (2016). Upaya peningkatan aktualisasi diri
dengan teratur, sikap gaduh-gelisah pasien pun sudah
pada klien dengan harga diri rendah di RSJD Arif
mulai berkurang, dapat berinteraksi dengan baik Zainudin Surakarta. Tugas Akhir. Fakultas Ilmu
dengan orang-orang di sekitarnya, perawat maupun Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
dengan pasien yang lain.
Mulyadiana, L.L. (2008). Analisis percakapan pada naskah
film the kingdom (satu kajian pragmatis). Tesis.
Universitas Widyatama.
REFERENCES Commented [Cica27]: Daftar pustaka wajib >80% jurnal
dan mutakhir 10 tahun terakhir.
Pallotti, G. (2007). Conversation Analysis: Methodology,
Adistie, F & Mediani, dkk. (2018). The implementation of machinery and application to specific settings. Bern:
thereapeutic communication of nurse to the Peter Lang.
parents of pediatric patients in preoperative stage. Knapp, K & Antos, G. (2008). Handbook interpersonal
Belitung Nurse Journal. 4 (4), 356 – 265. communication. Berlin, Jerman: Deutsche
Nationalbibliothek.
Berger, C. (2014). Handbook ilmu komunikasi. Bandung,
Indonesia: Nusa Media. Al-Amri, M.N. (2011). Getting beyond conversation
analysis: critical and pedagogical implications for
Cerino, N.D. (2012). Therapeutic communication a TESOL/Bilingual Curriculum for Diverse Learners
necessity in hospice care: four techniques for more in the age of globalization. Education enquiry. 2
effective caregiving. Journal of Health (1), 141 – 151.
Communication. 1 (2), 21 – 23.
Turner, R. (2009). Pengantar teori komunikasi: analisis
Mueser, K. T & Jeste, D.V. (2008). Clinical book of dan aplikasi. Jakarta, Indonesia: Salemba
schizophrenia. New York, USA: The Guilford Press. Humanika.

Damayanti, R. (2016). Pengaruh terapi suportif keluarga


terhadap kemampuan keluarga merawat klien

13
4687-12619-2-RV
by Agustus Jik 2021

Submission date: 10-Sep-2021 09:19AM (UTC+0700)


Submission ID: 1644946955
File name: 4687-12619-2-RV.docx (38.23K)
Word count: 6073
Character count: 41512
8
8

29

36

27
17

22
10

28

39

44
15

23

18

4
14

4
20

40

17

32

2
30

42

18

43
35 21

34

16

1
37

25
1

10

12

19
7

1
12

33

16

20

26
13

13

7
38
6
3

41

24

2
1

11
1

10

25

19
13

31
4687-12619-2-RV
ORIGINALITY REPORT

17 %
SIMILARITY INDEX
16%
INTERNET SOURCES
6%
PUBLICATIONS
6%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
es.scribd.com
Internet Source 2%
2
repository.ub.ac.id
Internet Source 2%
3
sonumahendra.wordpress.com
Internet Source 1%
4
ilkomunusra.blogspot.com
Internet Source 1%
5
repository.its.ac.id
Internet Source 1%
6
text-id.123dok.com
Internet Source 1%
7
123dok.com
Internet Source <1 %
8
Submitted to iGroup
Student Paper <1 %
9
goresanpena86.blogspot.com
Internet Source <1 %
10
doku.pub
Internet Source <1 %
11
friday-fresh.blogspot.com
Internet Source <1 %
12
lib.ui.ac.id
Internet Source <1 %
13
Hadi Abdillah. "PENGGUNAAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK OLEH PERAWAT TERHADAP
<1 %
PASIEN DENGAN MASALAH WAHAM DI PSBL
PHALAMARTA KABUPATEN SUKABUMI", Jurnal
Ilmu Kesehatan Immanuel, 2020
Publication

14
Submitted to Universitas Pendidikan
Indonesia
<1 %
Student Paper

15
www.scribd.com
Internet Source <1 %
16
bppkibandung.id
Internet Source <1 %
17
core.ac.uk
Internet Source <1 %
18
akademik.unsoed.ac.id
Internet Source <1 %
19
cheriabeloved.files.wordpress.com
Internet Source <1 %
20
docplayer.info
Internet Source <1 %
21
kuakandangserang.blogspot.com
Internet Source <1 %
22
Endang Yuswatiningsih, Iva Milia Hani R.
Jurnal Ilmu Kesehatan, 2021
<1 %
Publication

23
akrabjuara.com
Internet Source <1 %
24
docobook.com
Internet Source <1 %
25
eprints.walisongo.ac.id
Internet Source <1 %
26
he-wroteyou.com
Internet Source <1 %
27
Submitted to Universitas Muhammadiyah
Surakarta
<1 %
Student Paper

28
eprints.ums.ac.id
Internet Source <1 %
29
repository.unair.ac.id
Internet Source <1 %
30
www.coursehero.com
Internet Source <1 %
31
dewianis4.blogspot.com
Internet Source <1 %
32
repositori.uin-alauddin.ac.id
Internet Source <1 %
33
repositori.usu.ac.id
Internet Source <1 %
34
repository.uinjkt.ac.id
Internet Source <1 %
35
zombiedoc.com
Internet Source <1 %
36
issuu.com
Internet Source <1 %
37
johannessimatupang.wordpress.com
Internet Source <1 %
38
journal.um-surabaya.ac.id
Internet Source <1 %
39
jurnal.stikesmukla.ac.id
Internet Source <1 %
40
scholar.sun.ac.za
Internet Source <1 %
41
dhitakris.wordpress.com
Internet Source <1 %
42
Hannika Fasya, Lucy Pujasari Supratman.
"Therapeutic Communication of Nurses to
<1 %
Mental Disorder Patient", Jurnal Penelitian
Komunikasi, 2018
Publication

43
Rizki Muliani, Andria Pragholapati, Irman.
"Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat
<1 %
terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien
Di Ruang Perawatan Intensif", Health
Information : Jurnal Penelitian, 2020
Publication

44
eprints.iain-surakarta.ac.id
Internet Source <1 %

Exclude quotes Off Exclude matches Off


Exclude bibliography On
BUKTI KORESPONDENSI
ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2

Judul artikel : Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep


Diri Pasien Skizofrenia

Jurnal : Jurnal Ilmu Komunikasi, 2021, Vol 19 (2), 158-171

Penulis : Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, Ratih Puspa

No. Perihal Tanggal


3. Bukti konfirmasi submit revisi beserta artikelnya 22 September 2021
Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com> 22 September 2021 08.36
Kepada: "Dr. Muhammad Khairil" <admin.jurnal@upnyk.ac.id>
Cc: Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>, Ratih Puspa S <ratih.puspa@fisip.unair.ac.id>

Kepada Dr Muhammad Khairil,

Terimakasih atas reviewnya. Mohon maaf ada keterlambatan pengumpulan karena saat ini admin sedang full time
bekerja juga. Berikut saya lampirkan jurnal terbaru yang sudah kami revisi, bapak. Demikian, atas perhatiannya saya
mengucapkan terimakasih.

Hormat saya,
Rosa Apriliyanti
[Kutipan teks disembunyikan]

fixed 4687-12619-2-RV_reviewed2 (2) andria rosa ratih.docx


65K

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1710482630998264203&simpl=msg-f%3A171048… 4/4
PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT
UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PASIEN
SKIZOFRENIA

Abstract: Schizophrenic patients have stigma and negative self-concept in the eyes of society. This study aims to
examine conversations on therapeutic communication carried out by nurses in patients who have a
psychological disease, namely schizophrenia in order to improve self-concept more positively. Conversation
analysis research method is used to analyze conversations between nurses and schizophrenic patients so that
all verbal and nonverbal interactions between them can be analyzed in detail. From the results of the study,
it was found that in conversations during therapeutic communication, each nurse had different
characteristics in turn-taking, speaking sequences, repairs and preferences. It was also found that each nurse
had different characteristics from verbal and non-verbal aspects in the use of the 5 components of
therapeutic communication to improve the patient's self-concept. In the application of therapeutic
communication, the trust component is the most dominant component used by nurses to improve the
patient's self-concept. The difference in the application of therapeutic communication is also influenced by
the background of the nurse, the ability of the nurse in therapeutic communication, the openness of the
patient and also the duration of patient care.

Keywords: therapeutic communication, schizophrenia, self concept, conversation analysis

Abstrak: Pasien skizofrenia memiliki stigma dan konsep diri negatif di mata masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk meneliti mengenai percakapan pada komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat pada pasien yang
memiliki penyakit secara psikologis yaitu, skizofrenia agar dapat meningkatkan konsep diri secara lebih
positif. Metode penelitian conversation analysis digunakan untuk menganalisis percakapan antara perawat
dan pasien skizofrenia sehingga semua interaksi verbal dan nonverbal di antara mereka dapat dianalisis
dengan detail. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dalam percakapan saat komunikasi terapeutik masing-
masing perawat memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada giliran bicara (turn-taking), urutan berbicara
(sequences), perbaikan (repair) dan pilihan (preference), selain itu pada penelitian ini juga ditemukan bahwa
masing-masing perawat memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari aspek verbal maupun non verbal
dalam penggunaan 5 komponen pada komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep diri pasien. Dalam
penerapan komunikasi terapeutik komponen kepercayaan adalah komponen yang paling dominan digunakan
oleh perawat untuk meningkatkan konsep diri pasien. Perbedaan penerapan komunikasi terapeutik tersebut
juga dipengaruhi latar belakang perawat, kemampuan perawat dalam komunikasi terapeutik, keterbukaan
pasien dan juga lama durasi perawatan pasien.

Kata kunci: komunikasi terapeutik, skizofrenia, konsep diri, analisis percakapan

perilaku. Bentuk perawatan utama dalam komunikasi


PENDAHULUAN terapeutik adalah kognitif terapi dan pelatihan
keterampilan komunikasi (Patty et al., 2015). Lebih
Komunikasi terapeutik (TC) yang merupakan lanjut, Patty (2015) menjelaskan bahwa terapi
bagian dari komunikasi kesehatan telah terbukti kognitif ini dimaksudkan sebagai terapi perilaku
sebagai perawatan yang kuat sebagai pendekatan emotif rasional yang berfokus pada pemikiran atau
untuk penyalahgunaan obat seperti narkoba dan kepercayaan yang mengarah pada konsekuensi emosi
masalah terkait dalam kehidupan. Komunikasi dan perilaku negatif.
terapeutik pada dasarnya merupakan pendekatan Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat
yang digunakan dan berkembang terutama dalam membantu pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
bidang psikiatri, dan psikologi (Herfira & kecemasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
Supratman, 2017; Leon, 2000). Komunikasi mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
terapeutik berusaha mengurangi kecemasan dengan negatif. Proses ini lebih memakan waktu dan
mengurangi aktivasi dan gangguan kognitif, dengan membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam
berusaha mengubah kognitif individu, respons keterampilan berkomunikasi perawat, komunikasi
emosional, dan/atau

2
terapeutik yang dilakukan oleh perawat ini efektif terapeutik menggunakan strategi khusus yang
untuk mempercepat penyembuhan pasien (Patty et mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
al., 2015). Tidak hanya digunakan sebagai dan gagasan yang memiliki tujuan untuk mengurangi
pemberian perawatan pada pasien fisiologis, distress psikologi yang dialami oleh pasien (Sherko
komunikasi terapeutik juga digunakan pada pasien et al., 2013).
dengan penyakit psikologis seperti skizofrenia. Gejala negatif dari skizofrenia adalah sulit
Skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan memulai pembicaraan, berkurangnya motivasi,
yang paling serius dibandingkan dengan gangguan berkurangnya atensi, dan menarik diri secara sosial
kejiwaan lainnya. Biasanya terjadi pada akhir masa akibat berkurangnya konsep dan aktualisasi dirinya
remaja dan sering kali memiliki efek mendalam (Reynaldi, 2016). Dalam penelitiannya Reynaldi
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang dengan menjelaskan bahwa pasien skizofrenia memiliki
skizofrenia sering mengalami kesulitan hidup perasaan tidak berharga, merasa harga diri rendah,
mandiri dan mengurus diri sendiri, bekerja, dan dan tidak berarti yang berkepanjangan akibat
memenuhi kewajiban atau melakukan peran lainnya evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
(Patty et al., 2015). Skizofrenia memiliki gejala kemampuan dirinya. Berdasarkan temuan Reynaldi
negatif seperti delusi atau waham, halusinasi, inilah maka penting dilakukan komunikasi
kekacauan pikiran, menyimpan rasa kecurigaan terapeutik kepada pasien skizofrenia untuk
terhadap sesuatu. Penderita skizofrenia juga kerap meningkatkan konsep diri dengan tujuan
kali mengalami perubahan sensori persepsi, mengurangi gejala negatif skizofrenia. Dengan
merasakan sensasi palsu berupa suara dan komunikasi terapeutik perawat dapat membantu
penglihatan (Damayanti & Hernawaty, 2014). pasien untuk beradaptasi dan mengurangi
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah kecamasan pasien dalam berbicara sehingga bisa
dilakukan pada tanggal 23 Oktober 2019, data rekam mengurangi konsekuensi dalam emosi dan perilaku
medis RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat negatif.
menunjukkan sejak tahun 2017 kunjungan pasien Pasien skizofrenia dengan gejala negatif memiliki
terbanyak datang dari penderita skizofrenia dengan konsep diri rendah. Menurut Rakhmat konsep diri
jumlah 786 pasien, dengan rincian skizofrenia adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita
paranoid sebanyak 146 orang, dan skizofrenia (Rakhmat, 2007, h. 99). Persepsi tentang diri ini
hebefrenik sebanyak 551 orang, dan 89 orang boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis. Lebih
penderita skizofrenia tak terinci. Dari data rekam lanjut, Rakhmat (2007, h. 100) menjelaskan terdapat
medis tersebut, peneliti menentukan fokus penelitian dua komponen tentang konsep diri yaitu, komponen
pada perawatan yang dilakukan oleh perawat kepada kognitif dan komponen afektif. Pengambilan tema
pasien skizofrenia hebrefrenik yang memiliki dalam percakapan saat melakukan komunikasi
negative symptomps. Fatani membagi gejala terapeutik yang dilakukan perawat dengan pasien ini
skizofrenia menjadi tiga yaitu, positive symptomps didasarkan juga pada informasi perawat di RSJ Dr.
penderita dengan gejala ini disebut dengan Radjiman Wediodiningrat yang mengatakan bahwa
skizofrenia paranoid (Fatani et al., 2017). dalam komunikasi terapeutik kepada pasien
Penderita skizofrenia dengan negative symptomps, skizofrenia hebefrenik (negative symptomps)
penderita dengan gejala ini disebut dengan biasanya perawat memberikan topik aspek kejiwaaan,
skizofrenia hebefrenik, ditandai dengan kurangnya salah satunya adalah meningkatkan konsep diri
motivasi, menarik diri dari dunia sosial, penderita pasien.
skizofrenia hebefrenik seringkali susah melakukan Dalam meningkatkan konsep diri pasien. Perawat
aktivitas sehari-hari dan susah untuk berinteraksi menggunakan 5 komponen dasar dalam komunikasi
dengan orang lain. terapeutik yang juga merupakan komponen dalam
Dalam menangani pasien skizofrenia, perawat komunikasi interpersonal yakni kepercayaan (trust),
memiliki peranan yang penting. Salah satu cara saling menghargai (respect), hubungan profesional
menangani pasien dengan skizofrena adalah (professional intimacy), empati (empathy), dan
menggunakan komunikasi terapeutik. Konsep kekuatan (power) (Sherko et al., 2013) . Dalam
komunikasi terapeutik mengacu pada proses dimana komunikasi interpersonal selain berpusat pada pesan,
perawat secara sadar mempengaruhi klien atau komunikasi interpersonal juga terkait dengan
membantu klien mencapai pemahaman yang lebih konteks. Wahyuningsih menambahkan lima dimensi
baik melalui komunikasi verbal dan non-verbal konteks untuk situasi komunikasi: latar fisik (ruang,
(Mulyana, 2016). Lebih lanjut, Sherko lingkungan, dan saluran yang digunakan), latar
menambahkan bahwa komunikasi sosial atau relasional (misalnya, teman,

2
pasangan hidup, rekan kerja, terapis, atau tetangga), melakukan komunikasi terapeutik yang dilakukan
latar instutisional (misalnya, rumah, pekerjaan, perawat dengan pasien ini didasarkan juga pada
rumah sakit, sekolah, gereja), latar fungsional (tujuan informasi perawat di RSJ Dr. Radjiman
utama yang dikejar, misalnya, menyediakan Wediodiningrat yang mengatakan bahwa dalam
informasi, membujuk, mendukung, dan latar budaya komunikasi terapeutik kepada pasien skizofrenia
(termasuk suku, kebangsaan, kelas sosial, dan hebefrenik (negative symptomps) biasanya perawat
golongan lainnya yang relevan) (Wahyuningsih et memberikan topik aspek kejiwaaan, salah satunya
al., 2019). adalah meningkatkan konsep diri pasien. Dari
Komunikasi interpersonal yang terjadi pada penelitian tersebut juga menjadi rujukan bagi peneliti,
penelitian ini adalah komunikasi interpersonal yang memilih Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia. Wediodiningrat sebagai tempat penelitian karena di
Sebagaimana dalam konteks komunikasi rumah sakit jiwa membutuhkan penangan dan
interpersonal adalah latar fisik ruang, latar sosial perawatan pasien yang berbeda dengan rumah sakit
atau relasional adalah terapis dan pasien, latar umum yang menangani penderita sakit fisik.
institusional adalah rumah sakit, dan latar fungsional Penelitian ini menjadikan perawat sebagai
adalah untuk mendukung pasien skizofrenia yang informan, dikarenakan perawat adalah orang yang
dilakukan oleh perawat. Komunikasi interpersonal lebih sering berhubungan dengan pasien dan juga
yang terjadi antara perawat dan pasien skizofrenia di keluarga pasien sehingga perawat yang lebih
rumah sakit jiwa dengan tujuan untuk pemberian mendominasi dalam proses perawatan dibandingkan
perawatan disebut dengan komunikasi terapeutik dengan dokter.
yang merupakan sub-disiplin dari komunikasi Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini
kesehatan. menggunakan metode analisis percakapan
Sejumlah penelitian terdahulu lain pada (conversation analysis). Palotti dalam bukunya
komunikasi terapeutik juga telah dilakukan Conversation Analysis: Methodology, machinery,
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh and application to specific thing, menjelaskan dan
Cerino yang meneliti teknik komunikasi terapeutik membagi struktur dasar dari analisis percakapan
untuk pasien yang menderita penyakit kronis seperti (conversation analysis) menjadi empat bagian yaitu,
kanker (Cerino, 1984). Penelitian lain dilakukan giliran bicara (turn-taking organization), urutan
oleh Vankatwyk yang meneliti mengenai bicara (sequence), pasangan sepadan (repair), dan
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh pastor preference (Pallotti, 2007).
(VanKatwyk, 2006), dan penelitian yang dilakukan Dalam penelitian ini conversation analysis
oleh Long & Slevin tentang komunikasi terapeutik digunakan untuk melihat dinamika dan struktur dasar
yang dilakukan pada pasien demensia (Long & percakapan yang dilakukan oleh perawat dan pasien
Slevin, 1999). Ketiga penelitian tersebut saat melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian
menampilkan temuan bahwa komunikasi terapeutik dari terapi. Pallotti menjelaskan bahwa analisis
akan memiliki teknik yang berbeda tergantung pada percakapan memandang pembicaraan dan gerakan
derajat keparahan penyakit. Ketiga penelitian tubuh bukan hanya sebagai media untuk
terdahulu di atas memperlihatkan bahwa berkomunikasi, tetapi sebagai cara membangun
implementasi atau penerapan komunikasi terapeutik realitas dan hubungan sosial pada dua orang atau
di Indonesia masih banyak dilakukan oleh tenaga lebih (Pallotti, 2007)
medis pada pasien yang memiliki penyakit secara Penelitian ini mengamati percakapan yang
fisiologis yang dilakukan dengan tujuan untuk berlangsung dalam komunikasi terapeutik yang
mengurangi tekanan emosi dan mempermudah dilakukan oleh perawat dan pasien gangguan jiwa
perawat untuk memberikan perawatan kepada dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perawat
pasien, komunikasi terapeutik di Indonesia juga membangun dan mempertahankan interaksi dalam
dilakukan kepada keluarga pasien sebagai salah rangka meningkatkan konsep diri pasien serta
satu support group pasien saat menjalani perawatan. penggunaan 5 komponen utama dalam komunikasi
terapeutik yakni kepercayaan (trust), saling
Maka dari itu, penelitian ini akan mengkaji menghargai (respect), hubungan profesional
penerapan komunikasi terapeutik yang dilakukan (professional intimacy), empati (empathy), dan
oleh perawat pada pasien yang memiliki penyakit kekuatan (power).
secara psikologis yaitu, skizofrenia dengan konsep Pemilihan lokasi penelitian di RSJ Dr. Radjiman
diri rendah atau pasien skizofrenia yang memiliki Wediodiningrat dikarenakan Rumah Sakit Jiwa ini
gejala negatif. adalah rumah sakit jiwa pertama yang dibangun pada
zaman penjajahan Belanda di tahun 1902 dan saat ini
Pengambilan tema dalam percakapan saat menjadi RSJ terbesar di Asia Tenggara, jika

2
dibandingkan rumah sakit jiwa yang lain RSJ Dr. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
Radjiman Wediodiningrat memiliki jumlah pasien ini digunakan metode conversation analysis menurut
dan fasilitas yang lebih banyak yaitu, 1.200 tempat Gabriella Pallotti (2007), dengan tahapan sebagai
tidur. Dalam kurun waktu 1942 - 1945, Rumah berikut:
Sakit Jiwa Lawang mengalami penurunan
pelayanan, karena kurangnya sarana perawatan dan Pertama, Data selection (pemilihan data),
adanya penyakit menular, jumlah pasien menurun Penelitian CA didasarkan pada data naturalistik,
sampai 800 orang. Tahun 1947 jumlah pasien : yaitu pertukaran yang dilakukan tempat terlepas dari
1.200 orang, gabungan antara anex Suko dan kebutuhan penelitian untuk mencatat dan
Rumah Sakit Jiwa Lawang. menganalisis mereka. Ini berarti bahwa analis
Dengan demikian, melalui penelitian ini dapat percakapan tidak memperoleh data mereka dari
mengetahui, menganalisis, menjelaskan dengan eksperimental, role plays atau wawancara namun
conversation analysis bagaimana percakapan dalam dengan pengamatan/observasi. Maka dari itu,
komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat peneliti mulai dengan memilih bagian hasil data
untuk meningkatkan konsep diri pasien skizofrenia. yang akan dianalisis yaitu, memilih hasil data yang
berhubungan dengan proses komunikasi yang
dilakukan perawat dan pasien skizofrenia untuk
METODE PENELITIAN meningkatkan konsep diri pasien dengan
menerapkan 5 komponen utama dalam komunikasi
Metode penelitian yang digunakan adalah metode terapeutik.
penelitian analisis percakapan (conversation Kedua, Data transcription (transkrip data),
analysis) dengan pendekatan kualitatif. Analisis transkripsi adalah bagian penting dari melakukan
percakapan sebagai metode bertujuan untuk CA. Transkrip terperinci dari pembicaraan tersebut
menjelaskan peraturan, struktur, dan urutan bentuk –termasuk didalamnya gerakan atau non verbal atau
tanda – sebelum melakukan suatu episode interaksi.
interaksi, baik itu pada percakapan formal maupun
Transkrip ini meliputi semua bagian dalam
informal (Mulyadiana, 2008). percakapan dari awal dan akhir ucapan yang
Penelitian ini merujuk pada penelitian CA yang tumpang tindih (overlaps), awal yang salah,
berfokus pada peraturan, struktur dan urutan dalam keraguan, suara non-verbal seperti ah, oh, hm,
sebuah percakapan. Percakapan yang dimaksud kontur intonasi, gerakan tubuh dan pandangan.
adalah percakapan dalam komunikasi terapeutik Dalam transkrip data penelitian ini akan
yang dilakukan 78 oleh perawat dan pasien menggunakan simbol dalam analisis percakapan
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman yang dijelaskan oleh Knapp (Knapp & Antos, 2008).
Wediodiningrat dengan tujuan untuk meningkatkan Ketiga, Participant viewpoint (sudut pandang
konsep diri pasien. Penelitian ini bertujuan untuk pelaku), bukan berarti peneliti mengekspresikan diri
mengungkap secara detail bagaimana peraturan, dengan cara yang persis sama seperti yang diamati
struktur, dan urutan dalam percakapan saat perawat orang akan ketika menganalisis interaksi yang sama,
melakukan komunikasi terapeutik dengan tetapi mereka menempatkan analisis mereka pada
menerapkan 5 komponen utama (yakni sudut pandang peserta dalam interaksi. Peneliti harus
kepercayaan, saling menghargai, hubungan memosikan diri dan mengakui dengan rendah hati
profesional, empati, dan kekuatan) kepada pasien bahwa interpretasi tidak pernah lepas dari
dengan tujuan untuk meningkatkan konsep diri pengalaman pribadi, kultural, dan historis informan.
pasien. Keempat, Generalisation (generalisasi), CA selalu
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dengan kasus tunggal, mencoba menjelaskan
menggunakan observasi, teknik rekaman audio, dan dinamika mereka satu per satu. Berdasarkan proses
pencatatan data di lapangan yang dilakukan di RSJ itu peneliti harus berusaha memformulasikan
Dr. Radjiman Wediodiningrat Malang. beberapa pengamatan umum pernyataan atau aturan
Dalam penelitian ini digunakan desain yang sementara dapat ditarik kesimpulan hal-hal yang
penelitian conversation analysis (CA). Pendekatan sedang diamati.
CA mengkaji pada spesifikasi perilaku sosial Teknik pemilihan informan dengan cara memilih
manusia dalam percakapan dan berkomitmen untuk informan berdasarkan kriteria dan aspek tertentu.
melakukan pengamatan secara naturalistic Beberapa kriteria atau pertimbangan yang digunakan
(Moleong, 2018). Metode CA menawarkan peneliti dalam pemilihan informan berdasarkan studi
penelitian dengan cara deskriptif yang pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr.
dikembangkan dengan baik untuk meneliti interaksi Radjiman Wediodiningrat adalah sebagai berikut: (1)
percakapan dengan prosedur empiris yang benar Perawat aktif yang sudah memiliki Surat Tanda
untuk mendukung analisisnya (Hoey & Kendrick, Registrasi (STR); (2) Perawat yang sudah melakukan
2018). profesinya sebagai perawat di RSJ Dr. Radjiman
2
Wediodiningrat selama kurang lebih 2 tahun; (3) perintah, kalimat pertanyaan, dan kalimat pernyataan.
Perawat yang sudah menangani pasien skizofrenia, Masing-masing dari informan memiliki kalimat
khususnya skizofrenia hebefrenik yang memiliki perintah, pertanyaan, dan pernyataan yang berbeda-
negative symptomps; (4) Informan penelitian terdiri beda. Selanjutnya, pada penelitian ini juga ditemukan
dari pasangan (couple) yaitu, perawat dan pasien adanya urutan bicara (sequence), namun dalam
skizofrenia (one on one). penelitian ini perawat Y memiliki urutan bicara
(sequence) yang berbeda yaitu, tidak adanya pre-
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan di invitation atau pre-request berbeda dengan dua
atas, informan yang dipilih dan telah memenuhi perawat yang menjadi informan lainnya. Hal tersebut
kriteria, yaitu: juga dijelaskan oleh Amri bahwa pre- sequence lebih
banyak digunakan sebagai percakapan murni yang
1. Perawat I (48 tahun), Perawat I sudah formal (Al-Amri, 2011). Jadi beberapa percakapan
bekerja dari tahun 1993. Sudah memiliki terkadang mengandung pre-sequence dengan tujuan
Surat Tanda Registrasi. Latar belakangnya untuk menanyakan tentang ketersediaan dan
menjadi seorang perawat dikarenakan kemungkinan untuk mendapatkan informasi.
sebagian besar keluarga dari perawat I
berprofesi sebagai tenaga medis. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
2. Perawat A (38 tahun), Perawat A bekerja melakukan percakapan saat terapi dengan pasien,
menjadi perawat menangani pasien perawat menggunakan struktur dasar pada
skizofrenia sejak tahun 2006. Namun, percakapan yaitu, adanya giliran bicara (turntaking),
sebelumnya perawat A bekerja sebagai urutan bicara (sequence), perbaikan (repair), pilihan
Dosen di salah satu Poltekkes jurusan (preference). Dari analisis dan pembahasan dapat
Keperawatan di Malang. Setelah itu disimpulkan bahwa percakapan yang dilakukan oleh
perawat A mengikuti pemilihan PNS dan perawat dan pasien skizofrenia memiliki struktur
menjadi perawat di rumah sakit jiwa. dasar yang sama (giliran biraca, urutan berbicara,
perbaikan, dan pilihan), namun penggunaan dan
3. Perawat Y (46 tahun), Perawat Y sudah karakteristiknya ditunjukkan dengan cara yang
bekerja menangani pasien skizofrenia berbeda-beda. Pada struktur pertama yaitu, giliran
sejak tahun 1998 dan sudah memiliki bicara (turn-taking) terdapat 3 penggunaan kalimat
Surat Tanda Registrasi. Perawat Y utama yaitu, kalimat perintah, kalimat pertanyaan,
sebelumnya sama sekali tidak memiliki dan kalimat pernyataan yang menyebabkan terjadinya
keinginan menjadi perawat, hanya ia ingin giliran bicara.
mewujudkan harapan orang tuanya untuk
bersekolah di perguruan tinggi negeri di Giliran bicara juga terjadi pada percakapan antara
jurusan kesehatan. perawat dan pasien dengan menggunakan kalimat
pernyataan yang juga digunakan dengan cara yang
Keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti tidak berbeda-beda. Pasien yang dirawat lebih lama dengan
bisa memilih pasien skizofrenia mana yang akan durasi kurang lebih 6 bulan tidak melakukan pre-
diteliti. Informan perawat dan pasien skizofrenia sequence hal tersebut dilakukan karena kedekatan
ditentukan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Dr. antara perawat dan pasien. Pre-sequence lebih
Radjiman Wediodiningrat yang langsung banyak digunakan pada percakapan yang lebih formal
mengarahkan kepada informan di Ruang Melati yang dilakukan oleh perawat I dan perawat A. Hal
yang merupakan ruangan pasien skizofrenia tersebut juga disebabkan oleh keterbukaan pasien dan
perempuan dengan perawat perempuan, sehingga durasi perawatan masing-masing pasien.
peneliti tidak mendapatkan akses untuk memilih
perawat laki-laki maupun pasien skizofrenia laki- Saat melakukan komunikasi terapeutik masing-
laki sebagai informan dalam penelitian ini. masing perawat melakukan perbaikan yang memiliki
tujuan dan penggunaan yang berbeda-beda.
PEMBAHASAN Melakukan penolakan dan persetujuan juga
dilakukan dalam percakapan antara perawat dan
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa giliran pasien skizofrenia sebagai lawan bicara saat
bicara (turn-taking) sesuai dengan penjelasan melakukan komunikasi terapeutik sebagai bagian dari
Knapp bahwa pergantian tersebut berlangsung terapi.
secara urut sehingga didapatkan A-B-A-B-A-B
(Knapp & Antos, 2008). Dalam giliran bicara Penggunaan kalimat perintah, pertanyaan dan
terdapat 3 karakteristik kalimat utama yaitu, kalimat pernyataan dalam komunikasi terapeutik digunakan
2
sebagai alat bagi perawat untuk mempengaruhi menghargai (respect), hubungan profesional
tingkah laku pasien untuk mendapatkan keberhasilan (professional intimacy), empati (empathy), dan
dalam intervensi keperawatan (Kusumo, 2017). Ada kekuatan (power) (Palotti, 2007) Perawat
hal yang menarik yang dijumpai dalam penelitian ini meningkatkan konsep diri pasien menggunakan 5
yakni konten atau isi kalimat bisa sama namun bisa komponen pada komunikasi terapeutik dengan cara
berefek berbeda ketika cara penyampaian perawat yang berbeda-beda. Cara-cara yang digunakan oleh
berbeda ketika menanyakan dengan senyuman, perawat tersebut dipengaruhi oleh latar belakang
lemah lembut dan tidak berprasangka negatif perawat dan juga keterbukaan pasien dalam
terhadap pasien. Ketika menggunakan pendekatan menceritakan permasalahan. Selain itu juga
yang halus maka komunikasi terapeutik antara dipengaruhi oleh durasi perawatan masing- masing
perawat dan pasien lancar sehingga bisa dikatakan skizofrenia. Komponen yang paling dominan dan
bahwa komunikasi terapeutik musti dilakukan secara menentukan keberhasilan dalam komunikasi
sadar dengan teknik khusus agar dapat mendorong terapeutik adalah komponen kepercayaan yang
kesembuhan pasien, terlebih menurut Arda, perawat terjalin antara pasien dan perawat. Komunikasi
dengan kualifikasi tinggi bisa menjadi model bagi terapeutik juga dipengaruhi oleh keterbukaan pasien
pasien (Arda, 2019) kepada perawat yang dapat dikembangkan melalui
saling percaya antar keduanya.
Penggunaan komunikasi terapeutik nantinya
diharapkan tidak hanya untuk penanganan pasien Conversation analysis dalam komunikasi
dengan penyakit fisiologis tetapi juga untuk pasien terapeutik antara perawat I dan pasien K
yang memiliki penyakit kronis lainnya baik pada
pasien lanjut usia maupun anak- anak di Indonesia. Dalam percakapan yang dilakukan oleh perawat I dan
Penerapan komunikasi terapeutik di Indonesia juga pasien K kalimat perintah digunakan memberikan
diharapkan dapat diterapkan oleh keluarga pasien perintah untuk tetap beraktivitas dan tidak boleh
maupun perawat demi kebaikan pasien. menyendiri. Percakapan dalam komunikasi terapeutik
saat terjadinya giliran bicara (turn-taking) perawat
Selain itu, dari hasil penelitian terlihat bahwa dan pasien juga menggunakan kalimat pertanyaan
penerapan komunikasi terapeutik dapat memberi dan pernyataan dengan tujuan pada penggunaan yang
manfaat, tidak hanya untuk pasien tetapi juga untuk berbeda-beda. perawat I menggunakan kalimat
perawat, karena perawat dituntut memiliki pertanyaan untuk mengawali giliran bicara dengan
keterampilan tidak hanya meningkatkan komponen menanyakan kabar dan keadaan pasien K. Perawat I
saling percaya dengan pasien, namun lebih yaitu, melakukan perbaikan dalam percakapan saat
menghasilkan efektivitas dalam memperoleh tujuan komunikasi terapeutik untuk menenangkan pasien
terapi, sehingga perawat mampu memberi pemenuhan terkait dengan keinginan untuk bertemu keluarga.
keperawatan secara profesional kepada pasien Selanjutnya, preference atau melakukan penerimaan
(Damayanti & Hernawaty, 2014). dan penelokan. Perawat I melakukan penolakan
secara tidak langsung saat pasien ingin bertemu
Dari hasil turn taking perawat dengan pasien dengan keluarganya, dan melakukan persetujuan
seperti penyampaian salam ketika memasuki ketika pasien K menceritakan aktivitas-aktivitas apa
ruangan, salam kepada pasien sebelum memeriksa saja ang bisa ia lakukan.
dan bertanya tentang kesehatan, perasaan berjalan
dengan baik antar keduanya karena pasien tidak ada Perawat I dan pasien K meningkatkan konsep diri
yang memiliki gangguan pendengaran. Mungkin pasien dengan menggunakan komponen kepercayaan
ketika pasien juga mengidap gangguan pendengaran ditunjukkan dengan aspek verbal dan nonverbal.
selain skizofrenia yang terjadi turn taking tidak akan Adanya kepercayaan antara perawat I dan pasien K
berjalan dengan baik seperti yang dilakukan oleh dalam komunikasi terapeutik ditujukan dengan
Kholil yang mengkaji mengenai penggunaan karakteristik seperti, pasien menceritakan kegiatan
komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Umum Dr. yang biasa dilakukannya di rumah maupun di rumah
Pirngadi di Medan pada pasien dengan gangguan sakit. Pasien menanyakan dan menyatakan ingin
pendengaran (Kholil et al., 2019). bertemu dengan keluarga, mengungkapkan hal yang
tampak. Menceritakan bahwa pasien hanya
Selanjutnya, perawat menggunakan 5 komponen berkomunikasi dengan keluarga.
komunikasi terapeutik dengan karakteristik tertentu
yang ditunjukkan dengan aspek verbal dan non- Dalam penggunaan komponen saling menghargai
verbal dengan tujuan untuk meningkatkan konsep masing-masing pasien juga menunjukkan dengan
diri pasien. Lima komponen komunikasi terapeutik sikap dan karakteristik yang berbeda-beda. Perawat I
tersebut adalah kepercayaan (trust), saling dan pasien K menunjukkan dengan sikap merespon
2
dengan melakukan pengulangan apa yang dialami Penggunaan komponen saling menghargai
oleh pasien, memberikan saran untuk terus digunakan oleh perawat A kepada pasien Y. Perawat
melakukan aktivitas/kegiatan, memberikan A menunjukkan dengan memberi dan mendukung
tanggapan dengan menggunakan hasil observasi dan pasien Y, memperlihatkan rasa ketertarikan dengan
pemikiran, dan tanpa menghakimi dan tidak memberikan pertanyaan lebih lanjut, dan meminta
memberikan label. pasien untuk menjelaskan atau memperluas
informasi.
Pada penggunaan komponen hubungan
profesional masing-masing perawat menunjukkan Sementara untuk penggunaan komponen
dengan cara yang berbeda-beda. Perawat I dan pasien hubungan profesional ditunjukkan dengan Perawat A
K misalnya menunjukkan dengan tidak menggunakan dan pasien Y menunjukkan dengan mengenal lawan
kata-kata medis, menggunakan bahasa jawa/bahasa bicara dengan mengajukan pertanyaan yang
krama halus. Pada penggunaan empati perawat dan berhubungan dengan kondisi pasien, menggunakan
pasien juga menggunakan dalam komunikasi kata-kata yang mudah dipahami. Pada komponen
terapeutik dengan masing-masing karakteristik. empati, perawat A menunjukkan dengan
Perawat I menunjukkan empati kepada pasien K merefleksikan kembali mengenai apa yang
dengan melakukan legitimasi, mengungkapkan disampaikan pasien, dan memberikan saran yang bisa
sugesti dengan cara yang konstruktif. Pada komponen meningkatkan kesehatan pasien. pasien A dan pasien
terakhir yaitu, kekuatan perawat I dan K Y menunjukkan dengan memberikan perintah secara
menunjukkan dengan memberikan perintah secara langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), melakukan
langsung, melakukan ingrasiasi (pujian), bargaining manipulasi yang menunjukkan penggunaan
dan promising. komponen kekuatan (power).

Conversation analysis dalam komunikasi Conversation analysis dalam komunikasi


terapeutik antara perawat A dan pasien Y terapeutik antara perawat Y dan pasien N
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perawat
Pada percakapan perawat A dan pasien Y yang tidak memiliki kedekatan cenderung
kalimat perintah digunakan untuk memberikan menggunakan pre-invitation dan pre-request dalam
dorongan dan dukungan (enocuraging) kepada memulai pembicaraan, sedangkan perawat Y dan
pasien Y memiliki kemampuan (skill) di bidang pasien N yang sudah bertemu sebelumnya langsung
kecantikan. perawat A menggunakan kalimat melakukan pre-opening yaitu, dengan cara
pertanyaan untuk mengawali giliran bicara dengan menanyakan kejadian/peristiwa yang sudah terjadi.
menanyakan kabar dan keadaan pasien. Perawat A Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya
melakukan perbaikan dalam percakapannya perbaikan (repair) yang dilakukan oleh perawat
sebagian besar untuk mendapatkan pemahaman maupun pasien, serta pilihan (preference) atau
yang sama dengan pasien Y. Sementara perawat A melakukan persetujuan dan penolakan yang
melakukan penolakan saat atas sikap pasien yang dilakukan oleh perawat maupun pasien. Perawat Y
mengaku lebih suka menyendiri dan merasa bahwa dan pasien N menggunakan kalimat pernyataan untuk
keluarganya tidak ada yang peduli terhadapnya, menceritakan kondisi pasien dan bagaimana orang-
namun perawat A melakukan persetujuan ketika orang di sekitarnya memperlakukannya yang
pasien Y ingin mengembangkan kemampuan (skill) menyebabkan pasien N sulit untuk mengendalikan
saat sudah diizinkan kembali ke Dinas Sosial emosi.
setempat.
Perawat Y melakukan perbaikan agar pasien Y
Perawat A dan pasien Y menunjukkan adanya menjelaskan lebih detail tentang permasalahan dan
kepercayaan dengan karakteristik menceritakan kondisi yang dialami oleh pasien. Persetujuan pada
tentang perasaannya yang masih sedih. percakapan antara perawat Y dan pasien N lebih
Menceritakan tentang masalah diperlakukan dengan banyak dilakukan oleh pasien N yang menyetujui atas
buruk di tempat kerja, perawat memberikan saran-saran yang diberikan oleh perawat Y. Perawat
pertanyaan terbuka, menceritakan tentang Y melakukan penolakan ketika pasien N menyalurkan
kemampuan yang dimiliki oleh pasien. tentang emosinya dengan tindak kekerasan dan menyakiti
perasaannya yang masih sedih, menceritakan dirinya.
tentang masalah diperlakukan dengan buruk di
tempat kerja, perawat memberikan pertanyaan Dalam meningkatkan konsep diri pasien N,
terbuka dan menceritakan tentang kemampuan yang perawat Y menggunakan komponen kepercayaan
dimiliki oleh pasien. yang ditunjukkan dengan karakteristik Y dan N
menunjukkan adanya kepercayaan dengan
2
menceritakan tentang perasaannya yang masih sedih, bidang keperawatan. Dalam melakukan komunikasi
menceritakan tentang masalah diperlakukan dengan terapeutik perawat harus menerapkan kemampuan
buruk di tempat kerja, perawat memberikan (skill) yang bisa mendukung efektifnya komunikasi
pertanyaan terbuka dan menceritakan tentang terapeutik dan juga akan memberikan dampak positif
kemampuan yang dimiliki oleh pasien. bagi kesehatan pasien. Perawat harus memenuhi
kemampuan (skill) dalam komunikasi terapeutik
Menggunakan komponen saling menghargai, seperti, teknik mendengarkan, teknik memberikan
perawat Y dan pasien N menunjukkan dengan tidak pertanyaan, dan juga teknik menyimpulkan (Astuti,
menghakimi dan memberikan label, mendengarkan 2019).
pasien hingga meminta pasien untuk menceritakan
secara lengkap, menggunakan humor. perawat Y dan Selain itu, peneliti juga menyarankan bahwa
pasien N menunjukkan hubungan profesional dengan melakukan komunikasi terapeutik memerlukan durasi
tidak mengungkapkan informasi pribadi yang tidak waktu yang tidak sebentar untuk mengembangkan
relevan, memberikan saran untuk meningkatkan dan hubungan antara pasien dan perawat. Sehingga dalam
berhubungan dengan kesehatan pasien. Perawat Y pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat juga
dan pasien N menunjukkan dengan bargaining dan memperhatikan pengguaan komponen dasar terutama
promising serta menyetujui dan melakukan komponen kepercayaan (Husain, 2020).
penolakan yang menujukkan karakteristik
penggunaan kekuatan (power).
Dalam membangun kepercayaan saat melakukan
komunikasi terapeutik perawat melakukan tahapan
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perawat A dalam komunikasi terapeutik yaitu, tahap orientasi,
yang memiliki latar belakang sebagai tenaga tahap terminasi/kerja, dan tahap evaluasi. Pada tahap
pendidik sebelum menjadi perawat lebih terlihat orientasi perawat akan melakukan perkenalan dengan
karakteristiknya dalam meningkatkan konsep diri pasien hingga pada tahap kerja. Pada saat melakukan
pasien, perawat A dalam melakukan komunikasi tahapan dalam komunikasi terapeutik perawat juga
terapeutik lebih terlihat menerapkan teknik melakukan penetrasi sosial.
komunikasi terapeutik seperti, teknik
mendengarkan, terknik bertanya dan teknik Penetrasi sosial merujuk pada sebuah proses
menyimpulkan. Sementara itu perawat I yang ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak
mengatakan bahwa dirinya menjadi perawat karena dari komunikasi superfisial menuju ke komunikasi
sebagian besar keluarganya berprofesi sebagai yang lebih intim dan berhubungan dengan
perawat, dalam meningkatkan konsep sepanjang pembukaan diri pasien (West & Turner, 2008).
terapi perawat I dan pasien K hanya membicarakan Penetrasi sosial merujuk pada sebuah proses ikatan
tentang aktivitas sehari-harinya, tidak banyak hubungan dimana individu- individu bergerak dari
informasi yang dapat digali oleh perawat I dari komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang
pasien K. Namun, hal tersebut juga dipengaruhi lebih intim. Lebih lanjut, Daltman dan Taylor
oleh pasien K yang tertutup dan merupakan pasien menjelaskan keintiman yang dimaksud adalah
baru. keintiman secara intelektual dan emosional, hingga
pada batasan dimana individu-individu tersebut
Pada perawat Y dan pasien N, terlihat lebih melakukan aktivitas bersama. Penetrasi sosial ini bisa
informal saat melakukan percakapan dalam terjadi pada setiap individu seperti, suami-istri,
komunikasi terapeutik. Hal tersebut dikarenakan karyawan- supervisor, dokter-pasien bahkan perawat-
perawat Y dan pasien N sering bertemu dalam acara pasien yang juga merupakan informan utama dalam
PKJ yang dilaksanakan secara rutin oleh pihak penelitian ini.
rumah sakit. Hal tersebut juga dikarenakan pasien N
adalah pasien terlama dirawat dibandingkan 2 Proses penentrasi sosial yang dilakukan oleh
pasien lainnya, dan sempat diperbolehkan untuk perawat dan pasien ini dimulai saat menggunakan
pulang. Namun, dalam meningkatkan konsep diri komponen kepercayaan dalam komunikasi terapeutik,
pasien, perawat Y juga tidak begitu terlihat. Pasien pasien mulai menceritakan informasi-informasi
N yang memiliki konsep diri rendah dan susah umum hingga ke bagian yang lebih personal, seperti,
mengendalikan emosi, perawat Y hanya menceritakan tentang hubungan pasien dengan
menyarankan untuk berkegiatan dan berolahraga keluarga, penyebab pasien kembali lagi dirawat di
untuk menyalurkan energi dari pasien N. Hal Rumah Sakit Jiwa, dan juga masa lalu yang
tersebut juga dilatarbelakangi oleh perawat Y yang menyebabkan trauma tersendiri bagi pasien.
sebenarnya menjadi perawat bukan keinginannya Perbincangan awal ini yang menyebabkan adanya
sejak dini, namun didasarkan dari dorongan orang pengembangan dalam hubungan antara pasien dan
tua juga yang harus masuk sekolah negeri dalam perawat.
2
yang dimiliki antara perawat dan pasien yang
Cara pendekatan yang dilakukan perawat seperti akhirnya mempengaruhi keterbukaan pasien.
menanyakan bagaimana perasaan pasien hari ini, Keterbukaan pasien kepada perawat tidak hanya
membuat pasien bisa menceritakan bahwa membantu perawat dalam meningkatkan konsep diri
perasaannya sudah mulai tenang, atau pasien Y pasien namun juga membantu membentuk hubungan
yang masih merasa sedih karena tidak satupun masa kini dan masa depan antara perawat dan
keluarganya yang bersedia. Pendekatan ini mampu pasien.
membuat pasien membuka diri kepada perawat di RSJ
Dr. Radjiman Wediodiningrat. Hal tersebut sesuai Dalam penelitian ini ditemukan bahwa informasi
dengan lapisan bawang pada penetrasi sosial yaitu, yang diberikan oleh pasien masih terdapat pada
dimulai dengan citra publik lapisan terluar dari lapisan terluar pada penetrasi sosial yaitu, citra
seseorang, apa yang dapat dililihat oleh orang lain. publik, atau hal-hal yang masih tampak, sehingga
Kemudian, resiporitas keterbukaan balik dari perawat melakukan komunikasi terapeutik untuk
seseorang kepada yang lainnya, keluasan, jumlah meningkatkan konsep diri masih belum terlihat hasil
topik yang didiskusikan dalam sebuah hubungan. perubahan konsep diri pasien. Hal tersebut dapat
dilihat dari pengakuan pasien yang masih merasa
Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi bahwa keluarganya masih belum bisa menerima dan
terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri merawat, kemudian penarikan diri dari dunia sosial,
juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa sulit berinteraksi dengan orang lain dan juga lebih
dengan membuka diri maka akan meningkatkan suka menyendiri. Hasil tersebut juga dikarenakan
pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan pada penelitian ini tidak melihat sisi dari keluarga
meningkatkan komunikasi dengan orang lain. pasien yang merupakan significant others paling
Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi penting bagi pasien, penelitian ini hanya mengkaji
lebih dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep
terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan diri yang hanya dilakukan oleh perawat yang
baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, diobservasi sekali pada saat perawat melakukan
dan lebih cermat memandang diri dengan orang komunikasi terapeutik.
lain.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Pasien yang sudah memiliki kepercayaan pada berjalannya komunikasi terapeutik untuk
perawat akan mulai membuka diri dengan meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan oleh
memberikan informasi yang tidak diketahui oleh perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan yang
orang lain bahkan keluarga pasien sendiri. dimiliki antara perawat dan pasien yang akhirnya
Pentingnya pembukaan diri bagi komunikasi mempengaruhi keterbukaan pasien. Keterbukaan
terapeutik dengan tujuan meningkatkan konsep diri pasien kepada perawat tidak hanya membantu
juga dijelaskan oleh Rakhmat (2007, h. 105) bahwa perawat dalam meningkatkan konsep diri pasien
dengan membuka diri maka akan meningkatkan namun juga membantu membentuk hubungan masa
pengetahuan tentang konsep diri yang juga akan kini dan masa depan antara perawat dan pasien.
meningkatkan komunikasi dengan orang lain.
Penelitian ini, selain menunjukkan peran
Dengan membuka diri juga konsep diri menjadi komunikasi terapeutik dalam proses konseling untuk
lebih dekat dengan kenyataan, sehingga akan lebih membantu kesembuhan pasien skizofrenia, juga bisa
terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan dianggap memberikan sumbangsih bagi kajian
baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, komunikasi antar persona (KAP) pada umumnya.
dan lebih cermat memandang diri dengan orang Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada
lain. kasus hubungan antara praktisi kesehatan (dalam hal
ini perawat) dengan pasien yang berada dibawah
Dalam penetrasi sosial pembukaan diri tanggung jawabnya, tetap berlaku prinsip-prinsip
merupakan inti dari perkembangan hubungan. dasar komunikasi antar persona. Dari interaksi antar
Pembukaan diri (self-disclosure) dapat secara perawat – pasien yang telah dipaparkan sebelumnya
umum didefinisikan sebagai proses pembukaan tampak bahwa faktor-faktor seperti rasa percaya
informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain (trust), lamanya hubungan, serta kemauan untuk
yang memiliki tujuan (Wood, 2016). Dari membuka diri – tiga aspek yang merupakan dasar
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk membangun hubungan antar persona yang
berjalannya komunikasi terapeutik untuk sehat (Wood, 2016)– tetap bisa diterapkan dalam
meningkatkan konsep diri pasien yang dilakukan konteks kajian komunikasi kesehatan. Dalam kajian
oleh perawat ditentukan oleh tingkat kepercayaan komunikasi antar persona, keterbukaan diri (self-
2
disclosure) punya peran yang sangat penting dalam membawa perubahan pada konsep diri pasien terlihat
pembangunan konsep diri yang sehat (Wood, 2016). dengan karakteristiknya seperti, sudah dapat
Penelitian ini telah pula menunjukkan bagaimana mengerjakan aktivitas tanpa diminta oleh perawat,
peran keterbukaan diri berjalan beriringan dengan bisa menghargai dirinya sendiri dan menyadari
adanya rasa percaya (trust) terhadap orang yang kita bahwa dirinya berarti untuk orang lain juga, bisa tidur
ajak berinteraksi. Wood (2016) lebih lanjut juga dengan teratur, sikap gaduh-gelisah pasien pun sudah
menyatakan bahwa konsep diri yang sehat bisa mulai berkurang, dapat berinteraksi dengan baik
terbangun jika upaya keterbukaan diri mendapat dengan orang-orang di sekitarnya, perawat maupun
dukungan yang positif dari lawan bicara kita. Hal ini dengan pasien yang lain.
juga tampak dalam interaksi antar perawat – pasien
dalam penelitian ini: lamanya hubungan berkaaitan REFERENCES
dengan timbulnya rasa percaya, yang pada akhirnya Al-Amri, M. N. (2011). Getting Beyond Conversation
juga membentuk upaya keterbukaan diri yang timbal Analysis: Critical and Pedagogical Implications
balik dan suportif akan memberikan kontribusi yang for TESOL/Bilingual Curriculum for Diverse
signifikan terhadap pembentukan konsep diri yang Learners in the Age of Globalization. Education
sehat yang tentunya juga menjadi hal yang sangat Inquiry, 2(1), 141–151.
penting bagi kesembuhan pasien skizofrenia https://doi.org/10.3402/edui.v2i1.21969
Arda, D. (2019). Pengetahuan Perawat Tentang
KESIMPULAN Komunikasi Terapeutik Di Rumah Sakit. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 74–78.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.117
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
Astuti, D. R. (2019). Motif Perawat sebagai Profesi dan
komunikasi terapeutik penting dilakukan bagi pasien
Pelaku Komunikasi Terapeutik. Communicatus:
yang memiliki permasalahan dalam hal kejiwaan.
Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(2), 189–210.
Komunikasi terapeutik tidak hanya dilakukan kepada
https://doi.org/10.15575/cjik.v3i2.5764
pasien yang memiliki penyakit fisiologis namun juga
Cerino, N. D. (1984). Therapeutic communication: a
psikologis. Dalam melakukan komunikasi terapeutik
necessity in hospice care: Four techniques for
perawat harus menerapkan kemampuan (skill) yang
more effective caregiving. American Journal of
bisa mendukung efektifnya komunikasi terapeutik
Hospice Care, 1(2), 21–23.
dan juga akan memberikan dampak positif bagi
https://doi.org/10.1177/104990918400100202
kesehatan pasien. Peneliti menemukan bahwa dalam
Damayanti, R., & Hernawaty, T. (2014). Pengaruh
melakukan percakapan saat terapi dengan pasien,
Terapi Suportif Keluarga Terhadap Kemampuan
perawat menggunakan struktur dasar pada
Keluarga Merawat Klien Gangguan Jiwa di
percakapan yaitu, adanya giliran bicara (turn-
Kecamatan Bogor Timur. Jurnal Bimbingan Dan
taking), urutan bicara (sequence), perbaikan (repair),
Konseling, 1(1), 19–28.
pilihan (preference).
https://doi.org/10.24042/kons.v1i1.310
Kondisi pasien yang memiliki konsep diri rendah
Fatani, B. Z., Aldawod, R., Alhawaj, F. A., Alsadah, S.,
juga bisa menjadi faktor efektifnya komunikasi
Slais, F. R., Alyaseen, E. N., Ghamri, A. S.,
terapeutik. Pasien skizofrenia dengan konsep diri
Banjar, J., & Qassaim, Y. A. (2017).
rendah yang juga menarik diri dari dunia sosial dan
Schizophrenia: Etiology, Pathophysiology and
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain juga akan
Management - A Review. The Egyptian Journal
mempengaruhi keberhasilan dan kelancaran
of Hospital Medicine, 69(6), 2640–2646.
berjalannya komunikasi terapeutik. Maka dari itu,
https://doi.org/10.12816/0042241
komunikasi terapeutik perlu dilakukan dengan hati-
Herfira, A., & Supratman, L. P. (2017). Komunikasi
hati dan pelan karena perawat juga menghadapi
Terapeutik Clinical Instructor Di Rumah Sakit
pasien yang membutuhkan perhatian khusus.
Jiwaprovinsi Jawa Barat. Jurnal Manajemen
Bahkan pada masa awal komunikasi terapeutik,
Komunikasi, 1(2), 168–179.
komunikasi berjalan sepihak namun jika dilakukan
Hoey, E. M., & Kendrick, K. H. (2018). Conversation
secara rutin, seiring berjalannya waktu pasien akan
Analysis. In A. M. B. de Groot & P. Hagoort
meningkatkan kepercayaan kepada pasien dan
(Eds.), Research Methods in Psycholinguistics: A
bersedia untuk bercerita untuk meringankan
Practical Guide. Wiley-Blackwell.
bebannya.
Husain, A. H. Al. (2020). Komunikasi Kesehatan
Dokter dan Pasien Berbasis Kearifan Lokal
Pendekatan komunikasi terapeutik membutuhkan
Sipakatau di Masa Pandemi. Jurnal Ilmu
waktu yang tidak sebentar dengan teknik atau
Komunikasi, 18(2), 126–141.
tahapan yang harus dikuasai oleh perawat. Peneliti
https://doi.org/10.31315/jik.v18i2.3546
juga menemukan terapi dengan komunikasi
Kholil, S., Lubis, L., & Ritonga, S. (2019).
terapeutik yang dilakukan pada pasien skizofrenia
2
Implementation of Therapeutic Communication Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(2), 115–126.
at Dr. Pirngadi Hospital. Budapest International West, R., & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori
Research and Critics Institute-Journal (BIRCI- Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Salemba
Journal), 2(4), 645–656. Humanika.
Knapp, K., & Antos, G. (2008). Introduction to the Wood, J. T. (2016). Communication mosaics: An
handbook series Linguistics for problem solving. introduction to the field of communication.
In G. Rickheit & H. Strohner (Eds.), Handbook Cengage Learning.
of Communication Competence (p. vii). Mouton
de Gruyter.
Kusumo, M. P. (2017). Pengaruh Komunikasi
Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien
di Rawat Jalan RSUD Jogja. Jurnal
Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah Sakit,
6(1), 72–81.
Leon, G. De. (2000). The Therapeutic Community:
Theory, Model, and Method. Springer
Publishing Company.
https://doi.org/10.1891/9780826116673
Long, A., & Slevin, E. (1999). Living with Dementia:
Communicating with an Older Person and Her
Family. Nursing Ethics, 6(1), 23–36.
https://doi.org/10.1177/096973309900600104.
Moleong, L. J. (2018). Metodologi penelitian
kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Mulyadiana, L. L. (2008). Analisis Percakapan Pada
Naskah Film The Kingdom (Satu Kajian
Pragmatis). Universitas Widyatama-Bandung.
Mulyana, D. (2016). Health and therapeutic
communication: An intercultural perspective.
Remaja Rosdakarya.
Pallotti, G. (2007). Conversation Analysis:
Methodology, machinery and application to
specific settings. In H. Bowles & P. Seedhouse
(Eds.), Conversation Analysis and Language for
Specific Purposes (pp. 37–67). Peter Lang.
Patty, M. F., Sari, D. K., & Pradikatama, Y. (2015).
Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat
Terhadap Tingkat Stres Pasien di Ruang
Neurologi Rumah Sakit Um um Daerah dr
M.Haulussy Am bon. Jumal Komunikasi, 9(2),
171–185.
Rakhmat, J. (2007). Psikologi komunikasi. Remaja
Rosdakarya.
Reynaldi, G. (2016). Upaya Peningkatan Aktualisasi
Diri Pada Klien Dengan Harga Diri Rendah Di
Rsjd Arif Zainudin Surakarta. UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
Sherko, E., Sotiri, E., & Lika, E. (2013). Therapeutic
communication. JAHR, 4(1), 457–466.
VanKatwyk, P. L. (2006). Therapy talk and
therapeutic conversations: the formation of
pastoral counselors. J Pastoral Care Counsel,
60(4), 379–385.
https://doi.org/10.1177/154230500606000407.
Wahyuningsih, S., Dida, S., Suminar, J. R., & Setianti,
Y. (2019). Hambatan Komunikasi Terapeutik
Psikiater, Perawat, Kader Jiwa, Dan Keluarga
Pada Pasien Gangguan Jiwa Pasca Pasung.
2
BUKTI KORESPONDENSI
ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2

Judul artikel : Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep


Diri Pasien Skizofrenia

Jurnal : Jurnal Ilmu Komunikasi, 2021, Vol 19 (2), 158-171

Penulis : Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, Ratih Puspa

No. Perihal Tanggal


4. Bukti konfirmasi pembayaran dan bukti pembayaran 1 Oktober 2021
12/15/21, 8:52 AM Email Airlangga University - [JIK] Editor Decision

Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>

[JIK] Editor Decision


1 pesan

Dr. Muhammad Khairil <admin.jurnal@upnyk.ac.id> 1 Oktober 2021 16.26


Kepada: Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com>
Cc: Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>, Ratih Puspa S <ratih.puspa@fisip.unair.ac.id>

Rosa Apriliyanti:

We have reached a decision regarding your submission to Jurnal Ilmu


Komunikasi, "PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT UNTUK
MENINGKATKAN KONSEP DIRI PASIEN SKIZOFRENIA".

Our decision is to: Accept Submission.


Based on the policy of the new management of the Jurnal Ilmu Komunikasi
(JIK) UPNVY, starting from the issue of Volume 18 No. 3 December 2020,
publishing articles on JIK (SINTA 2) is subject to a fee of 1,500,000 (IDR).
Payment by transfer: Bank BNI a.n. Jurnal Ilmu Komunikasi; Account Number
0312343897; Proof of payment is sent to email jik@upnyk.ac.id and/or WA
082168289694. After payment, we will send you a Letter of Acceptance.

Dr. Muhammad Khairil


Scopus ID: 57193861143; Universitas Tadulako
muh_khairil02@yahoo.com
________________________________________________________________________
Jurnal Ilmu Komunikasi
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712408887551846360&simpl=msg-f%3A171240… 1/1
12/15/21, 8:53 AM Email Airlangga University - Re: bmit Jurnal Ilmu Komunikasi - Rosa Apriliyanti (UNAIR)

Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>

Re: bmit Jurnal Ilmu Komunikasi - Rosa Apriliyanti (UNAIR)


1 pesan

Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com> 2 Oktober 2021 13.12


Kepada: Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta <jik@upnyk.ac.id>
Cc: Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>, Ratih Puspa S <ratih.puspa@fisip.unair.ac.id>

Kepada Tim Jurnal UPNYK,


Berikut saya lampirkan bukti transfer pembayaran untuk penerbitan jurnal dengan judul "PENGGUNAAN
KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PASIEN SKIZOFRENIA"

demikian, atas perhatiannya saya mengucapkan terimakasih

Hormat saya,
Rosa Apriliyanti

WhatsApp Image 2021-10-02 at 13.07.03.jpeg


48K

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712487280646839116&simpl=msg-f%3A1712487… 1/1
BUKTI KORESPONDENSI
ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2

Judul artikel : Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep


Diri Pasien Skizofrenia

Jurnal : Jurnal Ilmu Komunikasi, 2021, Vol 19 (2), 158-171

Penulis : Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, Ratih Puspa

No. Perihal Tanggal


5. Bukti konfirmasi editing dan artikelnya 4 Oktober 2021
12/15/21, 8:54 AM Email Airlangga University - Fwd: [JIK] Copyediting Review Request

Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>

Fwd: [JIK] Copyediting Review Request


1 pesan

Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com> 4 Oktober 2021 17.23


Kepada: andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id

Sent from my iPhone

Begin forwarded message:

From: "Dr. Muhammad Khairil" <admin.jurnal@upnyk.ac.id>


Date: 4 October 2021 13.50.51 GMT+7
To: Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com>
Subject: [JIK] Copyediting Review Request

Rosa Apriliyanti:

Your submission "Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep


Diri Pasien Skizofrenia" for Jurnal Ilmu Komunikasi has been through the
first step of copyediting, and is available for you to review by following
these steps.

1. Click on the Submission URL below.


2. Log into the journal and click on the File that appears in Step 1.
3. Open the downloaded submission.
4. Review the text, including copyediting proposals and Author Queries.
5. Make any copyediting changes that would further improve the text.
6. When completed, upload the file in Step 2.
7. Click on METADATA to check indexing information for completeness and
accuracy.
8. Send the COMPLETE email to the editor and copyeditor.

Submission URL:
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/author/submissionEditing/4687
Username: rosapriliyanti

This is the last opportunity to make substantial copyediting changes to the


submission. The proofreading stage, that follows the preparation of the
galleys, is restricted to correcting typographical and layout errors.

If you are unable to undertake this work at this time or have any questions,
please contact me. Thank you for your contribution to this journal.

Dr. Muhammad Khairil


Scopus ID: 57193861143; Universitas Tadulako
muh_khairil02@yahoo.com
________________________________________________________________________
Jurnal Ilmu Komunikasi
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi

4687-15061-1-CE.docx
66K

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712684292213859748&simpl=msg-f%3A171268… 1/1
Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep Diri
Pasien Skizofrenia
Rosa Apriliyanti1, Andria Saptyasari2, Ratih Puspa3
1
Department ......, Faculty of Social and Political Science Airlangga University, Airlangga Street No.4 - 6,
Surabaya, Indonesia
2
Department ......, Faculty of Social and Political Science Airlangga University, Airlangga Street No.4 - 6,
Surabaya, Indonesia
3
Department ......, Faculty of Social and Political Science Airlangga University, Airlangga Street No.4 - 6,
Surabaya, Indonesia
Email: rosaapriliyanti34@gmail.com1, andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id2*, ratih.puspa@fisip.unair.ac.id3
*Corresponding author

Abstract
Schizophrenic patients have stigma and negative self-concept in the eyes of society. This study aims to
examine conversations on therapeutic communication carried out by nurses in patients who have a
psychological disease, namely schizophrenia in order to improve self-concept more positively.
Conversation analysis research method is used to analyze conversations between nurses and
schizophrenic patients so that all verbal and nonverbal interactions between them can be analyzed in
detail. From the results of the study, it was found that in conversations during therapeutic
communication, each nurse had different characteristics in turn-taking, speaking sequences, repairs and
preferences. It was also found that each nurse had different characteristics from verbal and non-verbal
aspects in the use of the 5 components of therapeutic communication to improve the patient's self-
concept. In the application of therapeutic communication, the trust component is the most dominant
component used by nurses to improve the patient's self-concept. The difference in the application of
therapeutic communication is also influenced by the background of the nurse, the ability of the nurse in
therapeutic communication, the openness of the patient and also the duration of patient care.
Keywords: Therapeutic Communication; Schizophrenia; Self Concept; Conversation Analysis

Abstrak
Pasien skizofrenia memiliki stigma dan konsep diri negatif di mata masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat pada pasien yang memiliki penyakit
psikologis skizofrenia agar dapat meningkatkan konsep diri secara lebih positif. Metode penelitian
conversation analysis digunakan untuk menganalisis percakapan antara perawat dan pasien skizofrenia
sehingga semua interaksi verbal dan nonverbal di antara mereka secara detail. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam percakapan atau komunikasi terapeutik setiap perawat memiliki karakteristik
yang berbeda-beda pada giliran bicara (turn-taking), urutan berbicara (sequences), perbaikan (repair)
dan pilihan (preference), selain itu pada penelitian ini juga ditemukan bahwa masing-masing perawat
memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari aspek verbal maupun non verbal dalam penggunaan 5
komponen pada komunikasi terapeutik untuk meningkatkan konsep diri pasien. Dalam penerapan
komunikasi terapeutik komponen kepercayaan adalah komponen yang paling dominan digunakan oleh
perawat untuk meningkatkan konsep diri pasien. Perbedaan penerapan komunikasi terapeutik tersebut
juga dipengaruhi latar belakang perawat, kemampuan perawat dalam komunikasi terapeutik,
keterbukaan pasien dan juga lama durasi perawatan pasien.
Kata kunci: komunikasi terapeutik, skizofrenia, konsep diri, analisis percakapan

Pendahuluan kesehatan telah menjadi cara perawatan


Komunikasi terapeutik (TC) yang baik, sebagai pendekatan bagi pasien
merupakan bagian dari komunikasi penyalahgunaan obat seperti narkoba dan
1
masalah lain dalam kehidupan. dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Komunikasi terapeutik pada dasarnya Orang dengan skizofrenia sering
merupakan pendekatan yang digunakan mengalami kesulitan hidup mandiri dan
dan berkembang terutama dalam bidang mengurus diri sendiri, bekerja, dan
psikiatri, dan psikologi (Herfira & memenuhi kewajiban atau melakukan
Supratman, 2017; Leon, 2000). peran lainnya (Patty et al., 2015).
Komunikasi terapeutik berusaha Skizofrenia memiliki gejala negatif seperti
mengurangi kecemasan dengan delusi atau waham, halusinasi, kekacauan
mengurangi aktivasi dan gangguan pikiran, menyimpan rasa kecurigaan
kognitif, dengan berusaha mengubah terhadap sesuatu. Penderita skizofrenia
kognitif individu, respons emosional, juga kerap kali mengalami perubahan
dan/atau perilaku. Bentuk perawatan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
utama dalam komunikasi terapeutik adalah berupa suara dan penglihatan (Damayanti
kognitif terapi dan pelatihan keterampilan & Hernawaty, 2014).
komunikasi (Patty et al., 2015). Lebih Berdasarkan studi pendahuluan yang
lanjut, Patty (2015) menjelaskan bahwa telah dilakukan pada tanggal 23 Oktober
terapi kognitif ini dimaksudkan sebagai 2019, data rekam medis RSJ Dr. Radjiman
terapi perilaku emotif rasional yang Wediodiningrat menunjukkan sejak tahun
berfokus pada pemikiran atau kepercayaan 2017 kunjungan pasien terbanyak datang
yang mengarah pada konsekuensi emosi dari penderita skizofrenia dengan jumlah
dan perilaku negatif. 786 pasien, dengan rincian skizofrenia
Dengan komunikasi terapeutik perawat paranoid sebanyak 146 orang, dan
dapat membantu pasien untuk beradaptasi skizofrenia hebefrenik sebanyak 551
dan mengurangi kecemasan pasien dalam orang, dan 89 orang penderita skizofrenia
berbicara sehingga bisa mengurangi tak terinci. Dari data rekam medis tersebut,
konsekuensi dalam emosi dan perilaku peneliti menentukan fokus penelitian pada
negatif. Proses ini lebih memakan waktu perawatan pasien skizofrenia hebrefrenik
dan membutuhkan lebih banyak pelatihan yang memiliki negative symptomps. Fatani
dalam keterampilan berkomunikasi membagi gejala skizofrenia menjadi tiga
perawat, komunikasi terapeutik yang yaitu, positive symptomps penderita
dilakukan oleh perawat ini efektif untuk dengan gejala ini disebut dengan
mempercepat penyembuhan pasien (Patty skizofrenia paranoid (Fatani et al., 2017).
et al., 2015). Komunikasi terapeutik Penderita skizofrenia dengan negative
digunakan sebagai pemberian perawatan symptomps, penderita dengan gejala ini
pada pasien fisiologis dan pada pasien disebut dengan skizofrenia hebefrenik,
dengan penyakit psikologis seperti ditandai dengan kurangnya motivasi,
skizofrenia. menarik diri dari dunia sosial, penderita
Skizofrenia adalah salah satu gangguan skizofrenia hebefrenik seringkali susah
kejiwaan yang paling serius dibandingkan melakukan aktivitas sehari-hari dan susah
dengan gangguan kejiwaan lainnya. untuk berinteraksi dengan orang lain.
Biasanya terjadi pada akhir masa remaja Dalam menangani pasien skizofrenia,
dan sering kali memiliki efek mendalam perawat memiliki peranan yang penting.
2
Salah satu cara menangani pasien dengan pandangan dan perasaan kita tentang diri
skizofrena adalah menggunakan kita (Rakhmat, 2007, h. 99). Persepsi
komunikasi terapeutik. Konsep tentang diri ini boleh bersifat psikologi,
komunikasi terapeutik mengacu pada sosial dan fisis. Lebih lanjut, Rakhmat
proses dimana perawat secara sadar (2007: 100) menjelaskan terdapat dua
mempengaruhi atau membantu klien komponen tentang konsep diri yaitu,
mencapai pemahaman yang lebih baik komponen kognitif dan komponen afektif.
melalui komunikasi verbal dan non-verbal Pengambilan tema dalam percakapan saat
(Mulyana, 2016). Lebih lanjut, Sherko melakukan komunikasi terapeutik yang
menambahkan bahwa komunikasi dilakukan perawat dengan pasien ini
terapeutik menggunakan strategi khusus didasarkan juga pada informasi perawat di
yang mendorong pasien untuk RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat yang
mengungkapkan perasaan dan gagasan mengatakan bahwa dalam komunikasi
yang memiliki tujuan untuk mengurangi terapeutik kepada pasien skizofrenia
distress psikologi yang dialami oleh pasien hebefrenik (negative symptomps)
(Sherko et al., 2013). biasanya perawat memberikan topik aspek
Gejala negatif dari skizofrenia adalah kejiwaaan, salah satunya adalah
sulit memulai pembicaraan, meningkatkan konsep diri pasien.
berkurangnya motivasi, berkurangnya Dalam meningkatkan konsep diri
atensi, dan menarik diri secara sosial pasien, perawat menggunakan lima
akibat berkurangnya konsep dan komponen dasar dalam komunikasi
aktualisasi dirinya (Reynaldi, 2016). terapeutik yang juga merupakan
Dalam penelitiannya Reynaldi komponen dalam komunikasi
menjelaskan bahwa pasien skizofrenia interpersonal yakni kepercayaan (trust),
memiliki perasaan tidak berharga, merasa saling menghargai (respect), hubungan
harga diri rendah, dan tidak berarti yang profesional (professional intimacy),
berkepanjangan akibat evaluasi negatif empati (empathy), dan kekuatan (power)
terhadap diri sendiri dan kemampuan (Sherko et al., 2013) . Dalam komunikasi
dirinya. Berdasarkan temuan Reynaldi interpersonal selain berpusat pada pesan,
inilah maka penting dilakukan komunikasi interpersonal juga terkait
komunikasi terapeutik kepada pasien dengan konteks. Wahyuningsih
skizofrenia untuk meningkatkan konsep menambahkan lima dimensi konteks
diri dengan tujuan mengurangi gejala untuk situasi komunikasi: latar fisik
negatif skizofrenia. Dengan komunikasi (ruang, lingkungan, dan saluran yang
terapeutik perawat dapat membantu digunakan), latar sosial atau relasional
pasien untuk beradaptasi dan mengurangi (misalnya, teman, pasangan hidup, rekan
kecamasan pasien dalam berbicara kerja, terapis, atau tetangga), latar
sehingga bisa mengurangi konsekuensi instutisional (misalnya, rumah, pekerjaan,
dalam emosi dan perilaku negatif. rumah sakit, sekolah, gereja), latar
Pasien skizofrenia dengan gejala fungsional (tujuan utama yang dikejar,
negatif memiliki konsep diri rendah. misalnya, menyediakan informasi,
Menurut Rakhmat konsep diri adalah membujuk, mendukung, dan latar budaya
3
(termasuk suku, kebangsaan, kelas sosial, dengan tujuan untuk mengurangi tekanan
dan golongan lainnya yang relevan) emosi dan mempermudah perawat untuk
(Wahyuningsih et al., 2019). memberikan perawatan kepada pasien,
Komunikasi interpersonal yang terjadi komunikasi terapeutik di Indonesia juga
pada penelitian ini adalah komunikasi dilakukan kepada keluarga pasien sebagai
interpersonal yang terjadi antara perawat salah satu support group pasien saat
dan pasien skizofrenia. Sebagaimana menjalani perawatan.
dalam konteks komunikasi interpersonal Penelitian ini mengkaji penerapan
adalah latar fisik ruang, latar sosial atau komunikasi terapeutik yang dilakukan
relasional adalah terapis dan pasien, latar oleh perawat pada pasien yang memiliki
institusional adalah rumah sakit, dan latar penyakit secara psikologis yaitu,
fungsional adalah untuk mendukung skizofrenia dengan konsep diri rendah
pasien skizofrenia yang dilakukan oleh atau pasien skizofrenia yang memiliki
perawat. Komunikasi interpersonal yang gejala negatif. Pengambilan tema dalam
terjadi antara perawat dan pasien percakapan saat melakukan komunikasi
skizofrenia di rumah sakit jiwa dengan terapeutik yang dilakukan perawat dengan
tujuan untuk pemberian perawatan disebut pasien ini didasarkan juga pada informasi
dengan komunikasi terapeutik yang perawat di RSJ Dr. Radjiman
merupakan sub-disiplin dari komunikasi Wediodiningrat yang mengatakan bahwa
kesehatan. Sejumlah penelitian terdahulu dalam komunikasi terapeutik kepada
lain pada komunikasi terapeutik juga telah pasien skizofrenia hebefrenik (negative
dilakukan diantaranya adalah penelitian symptomps) biasanya perawat
yang dilakukan oleh Cerino yang meneliti memberikan topik aspek kejiwaaan, salah
teknik komunikasi terapeutik untuk pasien satunya adalah meningkatkan konsep diri
yang menderita penyakit kronis seperti pasien. Dari penelitian tersebut juga
kanker (Cerino, 1984). Penelitian lain menjadi rujukan bagi peneliti, memilih
dilakukan oleh Vankatwyk yang meneliti Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
mengenai komunikasi terapeutik yang Wediodiningrat sebagai tempat penelitian
dilakukan oleh pastor (VanKatwyk, 2006), karena di rumah sakit jiwa membutuhkan
dan penelitian yang dilakukan oleh Long & penangan dan perawatan pasien yang
Slevin tentang komunikasi terapeutik yang berbeda dengan rumah sakit umum yang
dilakukan pada pasien demensia (Long & menangani penderita sakit fisik.
Slevin, 1999). Ketiga penelitian tersebut Penelitian ini menjadikan perawat sebagai
menampilkan temuan bahwa komunikasi informan, dikarenakan perawat adalah
terapeutik akan memiliki teknik yang orang yang lebih sering berhubungan
berbeda tergantung pada derajat keparahan dengan pasien dan juga keluarga pasien
penyakit. Ketiga penelitian terdahulu di sehingga perawat yang lebih
atas memperlihatkan bahwa implementasi mendominasi dalam proses perawatan
atau penerapan komunikasi terapeutik di dibandingkan dengan dokter. Berdasarkan
Indonesia masih banyak dilakukan oleh penjelasan tersebut, penelitian ini
tenaga medis pada pasien yang memiliki menggunakan metode analisis percakapan
penyakit secara fisiologis yang dilakukan (conversation analysis). Palotti dalam
4
bukunya Conversation Analysis: Wediodiningrat memiliki jumlah pasien
Methodology, machinery, and application dan fasilitas yang lebih banyak yaitu,
to specific thing, menjelaskan dan 1.200 tempat tidur. Dalam kurun waktu
membagi struktur dasar dari analisis 1942 - 1945, Rumah Sakit Jiwa Lawang
percakapan (conversation analysis) mengalami penurunan pelayanan, karena
menjadi empat bagian yaitu, giliran bicara kurangnya sarana perawatan dan adanya
(turn-taking organization), urutan bicara penyakit menular, jumlah pasien menurun
(sequence), pasangan sepadan (repair), sampai 800 orang. Tahun 1947 jumlah
dan preference (Pallotti, 2007). pasien : 1.200 orang, gabungan antara
Dalam penelitian ini conversation anex Suko dan Rumah Sakit Jiwa
analysis digunakan untuk melihat Lawang. Dengan demikian penelitian ini
dinamika dan struktur dasar percakapan bertujuan untuk menganalisis dan
yang dilakukan oleh perawat dan pasien menjelaskan dengan conversation
saat melakukan komunikasi terapeutik analysis bagaimana percakapan dalam
sebagai bagian dari terapi. Pallotti komunikasi terapeutik yang dilakukan
menjelaskan bahwa analisis percakapan perawat untuk meningkatkan konsep diri
memandang pembicaraan dan gerakan pasien skizofrenia di RSJ Dr. Radjiman
tubuh bukan hanya sebagai media untuk Wediodiningrat.
berkomunikasi, tetapi sebagai cara
membangun realitas dan hubungan sosial Metode Penelitian
pada dua orang atau lebih (Pallotti, 2007). Penelitian ini menggunakan pendekatan
Penelitian ini mengamati percakapan kualitatif dengan metode penelitian
yang berlangsung dalam komunikasi analisis percakapan (conversation
terapeutik yang dilakukan oleh perawat analysis). Analisis percakapan sebagai
dan pasien gangguan jiwa dengan tujuan metode bertujuan untuk menjelaskan
untuk mengetahui bagaimana perawat peraturan, struktur, dan urutan bentuk
membangun dan mempertahankan interaksi, baik itu pada percakapan formal
interaksi dalam rangka meningkatkan maupun informal (Mulyadiana, 2008).
konsep diri pasien serta penggunaan 5 Penelitian ini merujuk pada penelitian CA
komponen utama dalam komunikasi yang berfokus pada peraturan, struktur dan
terapeutik yakni kepercayaan (trust), urutan dalam sebuah percakapan.
saling menghargai (respect), hubungan Percakapan yang dimaksud adalah
profesional (professional intimacy), percakapan dalam komunikasi terapeutik
empati (empathy), dan kekuatan (power). yang dilakukan 78 oleh perawat dan pasien
Pemilihan lokasi penelitian di RSJ Dr. skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Radjiman Wediodiningrat dikarenakan Radjiman Wediodiningrat dengan tujuan
Rumah Sakit Jiwa ini adalah rumah sakit untuk meningkatkan konsep diri pasien.
jiwa pertama yang dibangun pada zaman Penelitian ini mengungkap secara detail
penjajahan Belanda di tahun 1902 dan bagaimana peraturan, struktur, dan urutan
saat ini menjadi RSJ terbesar di Asia dalam percakapan saat perawat melakukan
Tenggara, jika dibandingkan rumah sakit komunikasi terapeutik dengan menerapkan
jiwa yang lain RSJ Dr. Radjiman 5 komponen utama (yakni kepercayaan,
5
saling menghargai, hubungan profesional, dalam komunikasi terapeutik. Kedua,
empati, dan kekuatan) kepada pasien Data transcription (transkrip data),
dengan tujuan untuk meningkatkan konsep transkripsi adalah bagian penting dari
diri pasien. melakukan CA. Transkrip terperinci dari
Teknik pengumpulan data dalam pembicaraan tersebut, termasuk di
penelitian ini menggunakan observasi, dalamnya gerakan atau non verbal atau
teknik rekaman audio, dan pencatatan tanda sebelum melakukan suatu episode
data di lapangan yang dilakukan di RSJ interaksi. Transkrip ini meliputi semua
Dr. Radjiman Wediodiningrat Malang. bagian dalam percakapan dari awal dan
Penelitian ini meggunakan desain akhir ucapan yang tumpang tindih
penelitian Conversation Analysis (CA). (overlaps), awal yang salah, keraguan,
Pendekatan CA mengkaji pada spesifikasi suara nonverbal seperti ah, oh, hm, kontur
perilaku sosial manusia dalam intonasi, gerakan tubuh dan pandangan.
percakapan dan berkomitmen untuk Dalam transkrip data penelitian ini
melakukan pengamatan secara menggunakan simbol dalam analisis
naturalistic (Moleong, 2018). Metode CA percakapan yang dijelaskan oleh Knapp
menawarkan penelitian dengan cara (Knapp & Antos, 2008). Ketiga,
deskriptif yang dikembangkan dengan Participant viewpoint (sudut pandang
baik untuk meneliti interaksi percakapan pelaku), bukan berarti peneliti
dengan prosedur empiris yang benar mengekspresikan diri dengan cara yang
untuk mendukung analisisnya (Hoey & persis sama seperti yang diamati orang
Kendrick, 2018). Teknik analisis yang ketika menganalisis interaksi yang sama,
digunakan dalam penelitian ini yaitu tetapi mereka menempatkan analisis
Conversation Analysis menurut Gabriella mereka pada sudut pandang peserta dalam
Pallotti (2007), dengan tahapan sebagai interaksi. Peneliti harus memosikan diri
berikut: Pertama, Data selection dan mengakui dengan rendah hati bahwa
(pemilihan data), Penelitian CA interpretasi tidak pernah lepas dari
didasarkan pada data naturalistik, yaitu pengalaman pribadi, kultural, dan historis
pertukaran yang dilakukan tempat informan. Keempat, Generalisation
terlepas dari kebutuhan penelitian untuk (generalisasi), CA selalu dimulai dengan
mencatat dan menganalisis mereka. Ini kasus tunggal, mencoba menjelaskan
berarti bahwa analis percakapan tidak dinamika mereka satu per satu.
memperoleh data mereka dari Berdasarkan proses itu peneliti harus
eksperimental, role plays atau wawancara berusaha memformulasikan beberapa
namun dengan pengamatan atau pengamatan umum pernyataan atau
observasi. Peneliti memulai dengan aturan yang sementara dapat ditarik
memilih bagian hasil data yang dianalisis kesimpulan hal-hal yang sedang diamati.
yaitu, memilih hasil data yang Teknik pemilihan informan dengan cara
berhubungan dengan proses komunikasi memilih informan berdasarkan kriteria dan
antara perawat dan pasien skizofrenia aspek tertentu. Beberapa kriteria atau
untuk meningkatkan konsep diri pasien pertimbangan yang digunakan peneliti
dengan menerapkan 5 komponen utama dalam pemilihan informan berdasarkan
6
studi pendahuluan yang dilakukan di perawat dan pasien skizofrenia ditentukan
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Dr.
Wediodiningrat adalah sebagai berikut: (1) Radjiman Wediodiningrat yang langsung
Perawat aktif yang sudah memiliki Surat mengarahkan kepada informan di Ruang
Tanda Registrasi (STR); (2) Perawat yang Melati yang merupakan ruangan pasien
sudah melakukan profesinya sebagai skizofrenia perempuan dengan perawat
perawat di RSJ Dr. Radjiman perempuan, sehingga peneliti tidak
Wediodiningrat selama kurang lebih 2 mendapatkan akses untuk memilih perawat
tahun; (3) Perawat yang sudah menangani laki-laki maupun pasien skizofrenia laki-
pasien skizofrenia, khususnya skizofrenia laki sebagai informan dalam penelitian ini.
hebefrenik yang memiliki negative
symptomps; (4) Informan penelitian terdiri Hasil Penelitian Dan Pembahasan
dari pasangan (couple) yaitu, perawat dan Berdasarkan penelitian yang telah
pasien skizofrenia (one on one). dilakukan dapat dijelaskan bahwa dalam
Berdasarkan kriteria yang telah melakukan percakapan saat terapi dengan
ditentukan di atas, informan yang dipilih pasien, perawat menggunakan struktur
dan telah memenuhi kriteria, yaitu: 1) dasar pada percakapan yaitu, adanya
Perawat I (48 tahun), sudah bekerja dari giliran bicara (turntaking), urutan bicara
tahun 1993, memiliki Surat Tanda (sequence), perbaikan (repair), pilihan
Registrasi. Latar belakang menjadi (preference). Dari analisis dan
seorang perawat disebabkan sebagian pembahasan dapat dideskripsikan bahwa
besar keluarga dari perawat I berprofesi percakapan yang dilakukan oleh perawat
sebagai tenaga medis; 2) Perawat A (38 dan pasien skizofrenia memiliki struktur
tahun), Perawat A bekerja menjadi dasar yang sama (giliran biraca, urutan
perawat menangani pasien skizofrenia berbicara, perbaikan, dan pilihan), namun
sejak tahun 2006, sebelumnya perawat A penggunaan dan karakteristiknya
bekerja sebagai Dosen di salah satu ditunjukkan dengan cara yang berbeda-
Poltekkes Jurusan Keperawatan di Malang. beda. Pada struktur pertama yaitu, giliran
Setelah itu perawat A mengikuti pemilihan bicara (turn-taking) terdapat 3 penggunaan
PNS dan menjadi perawat di rumah sakit kalimat utama yaitu, kalimat perintah,
jiwa; 3)Perawat Y (46 tahun), Perawat Y kalimat pertanyaan, dan kalimat
sudah bekerja menangani pasien pernyataan yang menyebabkan terjadinya
skizofrenia sejak tahun 1998 dan sudah giliran bicara. Giliran bicara juga terjadi
memiliki Surat Tanda Registrasi. Perawat pada percakapan antara perawat dan pasien
Y sebelumnya sama sekali tidak memiliki dengan menggunakan kalimat pernyataan
keinginan menjadi perawat, hanya ia ingin yang juga digunakan dengan cara yang
mewujudkan harapan orang tuanya untuk berbeda-beda. Pasien yang dirawat lebih
bersekolah di perguruan tinggi negeri di lama dengan durasi kurang lebih 6 bulan
jurusan kesehatan. tidak melakukan pre-sequence hal tersebut
Keterbatasan dalam penelitian ini, dilakukan karena kedekatan antara
peneliti tidak bisa memilih pasien perawat dan pasien. Pre-sequence lebih
skizofrenia mana yang diteliti. Informan banyak digunakan pada percakapan yang
7
lebih formal yang dilakukan oleh perawat I bagi perawat untuk memengaruhi tingkah
dan perawat A. Hal tersebut juga laku pasien untuk mendapatkan
disebabkan oleh keterbukaan pasien dan keberhasilan dalam intervensi
durasi perawatan masing-masing pasien. keperawatan (Kusumo, 2017). Ada hal
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa yang menarik yang dijumpai dalam
giliran bicara (turn-taking) sesuai dengan penelitian ini yakni konten atau isi kalimat
penjelasan Knapp bahwa pergantian bisa sama namun bisa berefek berbeda
tersebut berlangsung secara urut sehingga ketika cara penyampaian perawat berbeda
didapatkan A-B-A-B-A-B. Dalam giliran ketika menanyakan dengan senyuman,
bicara terdapat tiga karakteristik kalimat lemah lembut dan tidak berprasangka
utama yaitu, kalimat perintah, kalimat negatif terhadap pasien. Ketika
pertanyaan, dan kalimat pernyataan. menggunakan pendekatan yang halus
Masing-masing dari informan memiliki maka komunikasi terapeutik antara
kalimat perintah, pertanyaan, dan perawat dan pasien lancar sehingga bisa
pernyataan yang berbeda- beda. dikatakan bahwa komunikasi terapeutik
Selanjutnya, pada penelitian ini juga musti dilakukan secara sadar dengan
ditemukan adanya urutan bicara teknik khusus agar dapat mendorong
(sequence), namun dalam penelitian ini kesembuhan pasien, terlebih menurut
perawat Y memiliki urutan bicara Arda, perawat dengan kualifikasi tinggi
(sequence) yang berbeda yaitu, tidak bisa menjadi model bagi pasien (Arda,
adanya pre- invitation atau pre-request 2019).
berbeda dengan dua perawat yang Penggunaan komunikasi terapeutik
menjadi informan lainnya. Hal tersebut diharapkan tidak hanya untuk penanganan
juga dijelaskan oleh Amri bahwa pre- pasien dengan penyakit fisiologis tetapi
sequence lebih banyak digunakan sebagai juga untuk pasien yang memiliki penyakit
percakapan murni yang formal. Jadi kronis lainnya baik pada pasien lanjut usia
beberapa percakapan terkadang maupun anak- anak di Indonesia.
mengandung pre-sequence dengan tujuan Penerapan komunikasi terapeutik di
untuk menanyakan tentang ketersediaan Indonesia juga diharapkan dapat
dan kemungkinan untuk mendapatkan diterapkan oleh keluarga pasien maupun
informasi. Saat melakukan komunikasi perawat demi kebaikan pasien. Selain itu,
terapeutik masing- masing perawat dari hasil penelitian terlihat bahwa penerapan
melakukan perbaikan yang memiliki komunikasi terapeutik dapat memberi
tujuan dan penggunaan yang berbeda- manfaat, tidak hanya untuk pasien tetapi
beda. Melakukan penolakan dan juga untuk perawat, karena perawat
persetujuan juga dilakukan dalam dituntut memiliki keterampilan tidak
percakapan antara perawat dan pasien hanya meningkatkan komponen saling
skizofrenia sebagai lawan bicara saat percaya dengan pasien, namun lebih yaitu,
melakukan komunikasi terapeutik sebagai menghasilkan efektivitas dalam
bagian dari terapi. Penggunaan kalimat memperoleh tujuan terapi, sehingga perawat
perintah, pertanyaan dan pernyataan mampu memberi pemenuhan keperawatan
dalam komunikasi terapeutik sebagai alat secara profesional kepada pasien
8
(Damayanti & Hernawaty, 2014). Dari oleh keterbukaan pasien kepada perawat
hasil turn taking perawat dengan pasien yang dapat dikembangkan melalui saling
seperti penyampaian salam ketika percaya antar keduanya.
memasuki ruangan, salam kepada pasien
sebelum memeriksa dan bertanya tentang Conversation analysis dalam
kesehatan, perasaan berjalan dengan baik komunikasi terapeutik antara perawat
antar keduanya karena pasien tidak ada I dan pasien K
yang memiliki gangguan pendengaran. Dalam percakapan yang dilakukan
Mungkin ketika pasien juga mengidap oleh perawat I dan pasien K kalimat
gangguan pendengaran selain skizofrenia perintah digunakan memberikan perintah
yang terjadi turn taking tidak akan berjalan untuk tetap beraktivitas dan tidak boleh
dengan baik seperti yang dilakukan oleh menyendiri. Percakapan dalam
Kholil yang mengkaji mengenai komunikasi terapeutik saat terjadinya
penggunaan komunikasi terapeutik di giliran bicara (turn-taking) perawat dan
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi di pasien juga menggunakan kalimat
Medan pada pasien dengan gangguan pertanyaan dan pernyataan dengan tujuan
pendengaran (Kholil et al., 2019). Perawat pada penggunaan yang berbeda-beda.
menggunakan lima komponen komunikasi Perawat I menggunakan kalimat
terapeutik dengan karakteristik tertentu pertanyaan untuk mengawali giliran
yang ditunjukkan dengan aspek verbal dan bicara dengan menanyakan kabar dan
non- verbal dengan tujuan untuk keadaan pasien K. Perawat I melakukan
meningkatkan konsep diri pasien. Lima perbaikan dalam percakapan saat
komponen komunikasi terapeutik tersebut komunikasi terapeutik untuk
adalah kepercayaan (trust), saling menenangkan pasien terkait dengan
menghargai (respect), hubungan keinginan untuk bertemu keluarga
profesional (professional intimacy), selanjutnya preference atau melakukan
empati (empathy), dan kekuatan (power) penerimaan dan penelokan. Perawat I
(Palotti, 2007) Perawat meningkatkan melakukan penolakan secara tidak
konsep diri pasien menggunakan 5 langsung saat pasien ingin bertemu
komponen pada komunikasi terapeutik dengan keluarganya, dan melakukan
dengan cara yang berbeda-beda. Cara-cara persetujuan ketika pasien K menceritakan
yang digunakan oleh perawat tersebut aktivitas-aktivitas apa saja ang bisa ia
dipengaruhi oleh latar belakang perawat lakukan. Perawat I dan pasien K
dan juga keterbukaan pasien dalam meningkatkan konsep diri pasien dengan
menceritakan permasalahan. Selain itu menggunakan komponen kepercayaan
juga dipengaruhi oleh durasi perawatan ditunjukkan dengan aspek verbal dan
masing- masing skizofrenia. Komponen nonverbal. Adanya kepercayaan antara
yang paling dominan dan menentukan perawat I dan pasien K dalam komunikasi
keberhasilan dalam komunikasi terapeutik terapeutik ditujukan dengan karakteristik
adalah komponen kepercayaan yang seperti, pasien menceritakan kegiatan
terjalin antara pasien dan perawat. yang biasa dilakukannya di rumah
Komunikasi terapeutik juga dipengaruhi maupun di rumah sakit. Pasien
9
menanyakan dan menyatakan ingin Pada percakapan perawat A dan pasien
bertemu dengan keluarga, Y kalimat perintah digunakan untuk
mengungkapkan hal yang tampak. memberikan dorongan dan dukungan
Menceritakan bahwa pasien hanya (enocuraging) kepada pasien Y memiliki
berkomunikasi dengan keluarga. kemampuan (skill) di bidang kecantikan.
Dalam penggunaan komponen saling perawat A menggunakan kalimat
menghargai masing-masing pasien juga pertanyaan untuk mengawali giliran bicara
menunjukkan dengan sikap dan dengan menanyakan kabar dan keadaan
karakteristik yang berbeda-beda. Perawat pasien. Perawat A melakukan perbaikan
I dan pasien K menunjukkan dengan sikap dalam percakapannya sebagian besar
merespon dengan melakukan untuk mendapatkan pemahaman yang
pengulangan apa yang dialami oleh sama dengan pasien Y. Sementara perawat
pasien, memberikan saran untuk terus A melakukan penolakan saat atas sikap
melakukan aktivitas/kegiatan, pasien yang mengaku lebih suka
memberikan tanggapan dengan menyendiri dan merasa bahwa
menggunakan hasil observasi dan keluarganya tidak ada yang peduli
pemikiran, dan tanpa menghakimi dan terhadapnya, namun perawat A melakukan
tidak memberikan label. persetujuan ketika pasien Y ingin
mengembangkan kemampuan (skill) saat
Pada penggunaan komponen hubungan sudah diizinkan kembali ke Dinas Sosial
profesional masing-masing perawat setempat. Perawat A dan pasien Y
menunjukkan dengan cara yang berbeda- menunjukkan adanya kepercayaan dengan
beda. Perawat I dan pasien K misalnya karakteristik menceritakan tentang
menunjukkan dengan tidak menggunakan perasaannya yang masih sedih.
kata-kata medis, menggunakan bahasa Menceritakan tentang masalah
Jawa/bahasa krama halus. Pada diperlakukan dengan buruk di tempat
penggunaan empati perawat dan pasien kerja, perawat memberikan pertanyaan
juga menggunakan dalam komunikasi terbuka, menceritakan tentang
terapeutik dengan masing-masing kemampuan yang dimiliki oleh pasien.
karakteristik. Perawat I menunjukkan tentang perasaannya yang masih sedih,
empati kepada pasien K dengan menceritakan tentang masalah
melakukan legitimasi, mengungkapkan diperlakukan dengan buruk di tempat
sugesti dengan cara yang konstruktif. Pada kerja, perawat memberikan pertanyaan
komponen terakhir yaitu, kekuatan terbuka dan menceritakan tentang
perawat I dan K menunjukkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh pasien.
memberikan perintah secara langsung, Penggunaan komponen saling menghargai
melakukan ingrasiasi (pujian), bargaining digunakan oleh perawat A kepada pasien
dan promising. Y. Perawat A me nunjukkan dengan
memberi dan mendukung pasien Y,
Conversation analysis dalam memperlihatkan rasa ketertarikan dengan
komunikasi terapeutik antara perawat memberikan pertanyaan lebih lanjut, dan
A dan pasien Y meminta pasien untuk menjelaskan atau
10
memperluas informasi. mengendalikan emosi. Perawat Y
Sementara untuk penggunaan melakukan perbaikan agar pasien Y
komponen hubungan profesional menjelaskan lebih detail tentang
ditunjukkan dengan Perawat A dan pasien permasalahan dan kondisi yang dialami
Y menunjukkan dengan mengenal lawan oleh pasien. Persetujuan pada percakapan
bicara dengan mengajukan pertanyaan antara perawat Y dan pasien N lebih
yang berhubungan dengan kondisi pasien, banyak dilakukan oleh pasien N yang
menggunakan kata-kata yang mudah menyetujui atas saran-saran yang
dipahami. Pada komponen empati, diberikan oleh perawat Y. Perawat Y
perawat A menunjukkan dengan melakukan penolakan ketika pasien N
merefleksikan kembali mengenai apa yang menyalurkan emosinya dengan tindak
disampaikan pasien, dan memberikan kekerasan dan menyakiti dirinya. Dalam
saran yang bisa meningkatkan kesehatan meningkatkan konsep diri pasien N,
pasien. Pasien A dan pasien Y perawat Y menggunakan komponen
menunjukkan dengan memberikan kepercayaan yang ditunjukkan dengan
perintah secara langsung, melakukan karakteristik Y dan N menunjukkan
ingrasiasi (pujian), melakukan manipulasi adanya kepercayaan dengan menceritakan
yang menunjukkan penggunaan komponen tentang perasaannya yang masih sedih,
kekuatan (power). menceritakan tentang masalah
diperlakukan dengan buruk di tempat
Conversation analysis dalam kerja, perawat memberikan pertanyaan
komunikasi terapeutik antara perawat terbuka dan menceritakan tentang
Y dan pasien N kemampuan yang dimiliki oleh pasien.
Temuan penelitian ini yaitu perawat Subjek peneltian ini menggunakan
yang tidak memiliki kedekatan cenderung komponen saling menghargai, perawat Y
menggunakan pre-invitation dan pre- dan pasien N menunjukkan dengan tidak
request dalam memulai pembicaraan, menghakimi dan memberikan label,
sedangkan perawat Y dan pasien N yang mendengarkan pasien hingga meminta
sudah bertemu sebelumnya langsung pasien untuk menceritakan secara lengkap,
melakukan pre-opening yaitu, dengan cara menggunakan humor. perawat Y dan
menanyakan kejadian atau peristiwa yang pasien N menunjukkan hubungan
sudah terjadi. Dalam penelitian ini juga profesional dengan tidak mengungkapkan
ditemukan adanya perbaikan (repair) yang informasi pribadi yang tidak relevan,
dilakukan oleh perawat maupun pasien, memberikan saran untuk meningkatkan
serta pilihan (preference) atau melakukan dan berhubungan dengan kesehatan
persetujuan dan penolakan yang dilakukan pasien. Perawat Y dan pasien N
oleh perawat maupun pasien. Perawat Y menunjukkan dengan bargaining dan
dan pasien N menggunakan kalimat promising serta menyetujui dan
pernyataan untuk menceritakan kondisi melakukan penolakan yang menujukkan
pasien dan bagaimana orang- orang di karakteristik penggunaan kekuatan
sekitarnya memperlakukannya yang (power). Dalam penelitian ini
menyebabkan pasien N sulit untuk menunjukkan bahwa perawat A yang
11
memiliki latar belakang sebagai tenaga didasarkan dari dorongan orang tua juga
pendidik sebelum menjadi perawat lebih yang harus masuk sekolah negeri dalam
terlihat karakteristiknya dalam bidang keperawatan. Dalam melakukan
meningkatkan konsep diri pasien, perawat komunikasi terapeutik perawat harus
A dalam melakukan komunikasi terapeutik menerapkan kemampuan (skill) yang bisa
lebih terlihat menerapkan teknik mendukung efektifnya komunikasi
komunikasi terapeutik seperti, teknik terapeutik dan juga akan memberikan
mendengarkan, terknik bertanya dan dampak positif bagi kesehatan pasien.
teknik menyimpulkan. Sementara itu Perawat harus memenuhi kemampuan
perawat I yang mengatakan bahwa dirinya (skill) dalam komunikasi terapeutik
menjadi perawat karena sebagian besar seperti, teknik mendengarkan, teknik
keluarganya berprofesi sebagai perawat, memberikan pertanyaan, dan juga teknik
dalam meningkatkan konsep sepanjang menyimpulkan (Astuti, 2019).
terapi perawat I dan pasien K hanya Peneliti memberi sumbangsih bahwa
membicarakan tentang aktivitas sehari- melakukan komunikasi terapeutik
harinya, tidak banyak informasi yang memerlukan durasi waktu yang tidak
dapat digali oleh perawat I dari pasien K. sebentar untuk mengembangkan
Namun, hal tersebut juga dipengaruhi oleh hubungan antara pasien dan perawat.
pasien K yang tertutup dan merupakan Dalam pelaksanaan komunikasi
pasien baru. terapeutik perawat juga memperhatikan
pengguaan komponen dasar terutama
Pada perawat Y dan pasien N, terlihat komponen kepercayaan sesuai penelitian
lebih informal saat melakukan percakapan (Husain, 2020). Dalam membangun
dalam komunikasi terapeutik. Hal tersebut kepercayaan saat melakukan komunikasi
dikarenakan perawat Y dan pasien N terapeutik perawat melakukan tahapan
sering bertemu dalam acara PKJ yang dalam komunikasi terapeutik yaitu, tahap
dilaksanakan secara rutin oleh pihak orientasi, tahap terminasi/kerja, dan tahap
rumah sakit. Hal tersebut juga evaluasi. Pada tahap orientasi perawat
dikarenakan pasien N adalah pasien akan melakukan perkenalan dengan
terlama dirawat dibandingkan 2 pasien pasien hingga pada tahap kerja. Pada saat
lainnya, dan sempat diperbolehkan untuk melakukan tahapan dalam komunikasi
pulang. Namun, dalam meningkatkan terapeutik perawat juga melakukan
konsep diri pasien, perawat Y juga tidak penetrasi sosial. Penetrasi sosial merujuk
begitu terlihat. Pasien N yang memiliki pada sebuah proses ikatan hubungan
konsep diri rendah dan susah dimana individu-individu bergerak dari
mengendalikan emosi, perawat Y hanya komunikasi superfisial menuju ke
menyarankan untuk berkegiatan dan komunikasi yang lebih intim dan
berolahraga untuk menyalurkan energi berhubungan dengan pembukaan diri
dari pasien N. Hal tersebut juga pasien (West & Turner, 2008). Penetrasi
dilatarbelakangi oleh perawat Y yang sosial merujuk pada sebuah proses ikatan
sebenarnya menjadi perawat bukan hubungan dimana individu- individu
keinginannya sejak dini, namun bergerak dari komunikasi superfisial
12
menuju ke komunikasi yang lebih intim. jumlah topik yang didiskusikan dalam
Lebih lanjut, Daltman dan Taylor sebuah hubungan.
menjelaskan keintiman yang dimaksud Pentingnya pembukaan diri bagi
adalah keintiman secara intelektual dan komunikasi terapeutik dengan tujuan
emosional, hingga pada batasan dimana meningkatkan konsep diri juga dijelaskan
individu-individu tersebut melakukan oleh Rakhmat (2007:105) bahwa dengan
aktivitas bersama. Penetrasi sosial ini bisa membuka diri maka akan meningkatkan
terjadi pada setiap individu seperti, suami- pengetahuan tentang konsep diri yang
istri, karyawan- supervisor, dokter-pasien juga akan meningkatkan komunikasi
bahkan perawat-pasien yang juga dengan orang lain. Dengan membuka diri
merupakan informan utama dalam juga konsep diri menjadi lebih dekat
penelitian ini. Proses penentrasi sosial dengan kenyataan, sehingga akan lebih
yang dilakukan oleh perawat dan pasien terbuka untuk menerima pengalaman dan
ini dimulai saat menggunakan komponen gagasan baru, lebih cenderung
kepercayaan dalam komunikasi menghindari sikap defensif, dan lebih
terapeutik, pasien mulai menceritakan cermat memandang diri dengan orang
informasi-informasi umum hingga ke lain. Pasien yang sudah memiliki
bagian yang lebih personal, seperti, kepercayaan pada perawat akan mulai
menceritakan tentang hubungan pasien membuka diri dengan memberikan
dengan keluarga, penyebab pasien informasi yang tidak diketahui oleh orang
kembali lagi dirawat di Rumah Sakit Jiwa, lain bahkan keluarga pasien sendiri.
dan juga masa lalu yang menyebabkan Pentingnya pembukaan diri bagi
trauma tersendiri bagi pasien. komunikasi terapeutik dengan tujuan
Perbincangan awal ini yang menyebabkan meningkatkan konsep diri juga dijelaskan
adanya pengembangan dalam hubungan oleh Rakhmat (2007: 105) bahwa dengan
antara pasien dan perawat. Cara membuka diri maka akan meningkatkan
pendekatan yang dilakukan perawat pengetahuan tentang konsep diri yang
seperti menanyakan bagaimana perasaan juga akan meningkatkan komunikasi
pasien hari ini, membuat pasien bisa dengan orang lain. Dengan membuka diri
menceritakan bahwa perasaannya sudah juga konsep diri menjadi lebih dekat
mulai tenang, atau pasien Y yang masih dengan kenyataan, sehingga akan lebih
merasa sedih karena tidak satupun terbuka untuk menerima pengalaman dan
keluarganya yang bersedia. Pendekatan ini gagasan baru, lebih cenderung
mampu membuat pasien membuka diri menghindari sikap defensif, dan lebih
kepada perawat di RSJ Dr. Radjiman cermat memandang diri dengan orang
Wediodiningrat. Hal tersebut sesuai lain. Dalam penetrasi sosial pembukaan
dengan lapisan bawang pada penetrasi diri merupakan inti dari perkembangan
sosial yaitu, dimulai dengan citra publik hubungan. Pembukaan diri (self-
lapisan terluar dari seseorang, apa yang disclosure) dapat secara umum
dapat dililihat oleh orang lain. Kemudian, didefinisikan sebagai proses pembukaan
resiporitas keterbukaan balik dari informasi mengenai diri sendiri kepada
seseorang kepada yang lainnya, keluasan, orang lain yang memiliki tujuan (Wood,
13
2016). Dari penjelasan tersebut dapat tingkat kepercayaan yang dimiliki antara
disimpulkan bahwa berjalannya perawat dan pasien yang akhirnya
komunikasi terapeutik untuk mempengaruhi keterbukaan pasien.
meningkatkan konsep diri pasien yang Keterbukaan pasien kepada perawat tidak
dilakukan oleh perawat ditentukan oleh hanya membantu perawat dalam
tingkat kepercayaan yang dimiliki antara meningkatkan konsep diri pasien namun
perawat dan pasien yang akhirnya juga membantu membentuk hubungan
mempengaruhi keterbukaan pasien. masa kini dan masa depan antara perawat
Keterbukaan pasien kepada perawat tidak dan pasien.
hanya membantu perawat dalam Penelitian ini menunjukkan peran
meningkatkan konsep diri pasien namun komunikasi terapeutik dalam proses
juga membantu membentuk hubungan konseling untuk membantu kesembuhan
masa kini dan masa depan antara perawat pasien skizofrenia dan memberikan
dan pasien. kontribusi bagi kajian komunikasi antar
Temuan penelitian ini bahwa informasi persona (KAP) pada umumnya. Hasil dari
yang diberikan oleh pasien masih terdapat penelitian ini menunjukkan bahwa pada
pada lapisan terluar pada penetrasi sosial kasus hubungan antara praktisi kesehatan
yaitu, citra publik, atau hal-hal yang masih (dalam hal ini perawat) dengan pasien
tampak, sehingga perawat melakukan yang berada dibawah tanggung jawabnya,
komunikasi terapeutik untuk tetap berlaku prinsip-prinsip dasar
meningkatkan konsep diri masih belum komunikasi antar persona. Dari interaksi
terlihat hasil perubahan konsep diri pasien. antar perawat – pasien yang telah
Hal tersebut dapat dilihat dari pengakuan dipaparkan sebelumnya tampak bahwa
pasien yang masih merasa bahwa faktor-faktor seperti rasa percaya (trust),
keluarganya masih belum bisa menerima lamanya hubungan, serta kemauan untuk
dan merawat, kemudian penarikan diri dari membuka diri – tiga aspek yang
dunia sosial, sulit berinteraksi dengan merupakan dasar untuk membangun
orang lain dan juga lebih suka menyendiri. hubungan antar persona yang sehat
Hasil tersebut juga dikarenakan pada (Wood, 2016)– tetap bisa diterapkan
penelitian ini tidak melihat sisi dari dalam konteks kajian komunikasi
keluarga pasien yang merupakan kesehatan. Dalam kajian komunikasi antar
significant others paling penting bagi persona, keterbukaan diri (self-disclosure)
pasien, penelitian ini hanya mengkaji punya peran yang sangat penting dalam
komunikasi terapeutik untuk pembangunan konsep diri yang sehat
meningkatkan konsep diri yang hanya (Wood, 2016). Penelitian ini telah pula
dilakukan oleh perawat yang diobservasi menunjukkan bagaimana peran
sekali pada saat perawat melakukan keterbukaan diri berjalan beriringan
komunikasi terapeutik. Dari penjelasan dengan adanya rasa percaya (trust)
tersebut dapat dimaknai bahwa terhadap orang yang kita ajak berinteraksi.
berjalannya komunikasi terapeutik untuk Wood (2016) lebih lanjut juga menyatakan
meningkatkan konsep diri pasien yang bahwa konsep diri yang sehat bisa
dilakukan oleh perawat ditentukan oleh terbangun jika upaya keterbukaan diri
14
mendapat dukungan yang positif dari karena perawat juga menghadapi pasien
lawan bicara kita. Hal ini juga tampak yang membutuhkan perhatian khusus.
dalam interaksi antar perawat – pasien Bahkan pada masa awal komunikasi
dalam penelitian ini: lamanya hubungan terapeutik, komunikasi berjalan sepihak
berkaaitan dengan timbulnya rasa percaya, namun jika dilakukan secara rutin, seiring
yang pada akhirnya juga membentuk berjalannya waktu pasien dapat
upaya keterbukaan diri yang timbal balik meningkatkan kepercayaan kepada pasien
dan suportif akan memberikan kontribusi dan bersedia untuk bercerita untuk
yang signifikan terhadap pembentukan meringankan bebannya.
konsep diri yang sehat yang tentunya juga Pendekatan komunikasi terapeutik
menjadi hal yang sangat penting bagi membutuhkan waktu yang tidak sebentar
kesembuhan pasien skizofrenia. dengan teknik atau tahapan yang harus
dikuasai oleh perawat. Peneliti juga
Simpulan menemukan terapi dengan komunikasi
Kesimpulan penelitian ini bahwa terapeutik yang dilakukan pada pasien
komunikasi terapeutik penting dilakukan skizofrenia membawa perubahan pada
bagi pasien yang memiliki permasalahan konsep diri pasien terlihat dengan
dalam hal kejiwaan. Komunikasi karakteristiknya seperti, sudah dapat
terapeutik tidak hanya dilakukan kepada mengerjakan aktivitas tanpa diminta oleh
pasien yang memiliki penyakit fisiologis perawat, bisa menghargai dirinya sendiri
namun juga psikologis. Dalam melakukan dan menyadari bahwa dirinya berarti untuk
komunikasi terapeutik perawat harus orang lain juga, bisa tidur dengan teratur,
menerapkan kemampuan (skill) yang bisa sikap gaduh, gelisah pasien pun sudah
mendukung efektifnya komunikasi mulai berkurang, dapat berinteraksi
terapeutik dan juga memberikan dampak dengan baik dengan orang-orang di
positif bagi kesehatan pasien. Peneliti sekitarnya, perawat maupun dengan pasien
menemukan bahwa dalam melakukan yang lain.
percakapan saat terapi dengan pasien,
perawat menggunakan struktur dasar pada Daftar Pustaka
percakapan yaitu, adanya giliran bicara Al-Amri, M. N. (2011). Getting Beyond
(turn-taking), urutan bicara (sequence), Conversation Analysis: Critical and
perbaikan (repair), pilihan (preference). Pedagogical Implications for
Kondisi pasien yang memiliki konsep TESOL/Bilingual Curriculum for
diri rendah juga bisa menjadi faktor Diverse Learners in the Age of
efektifnya komunikasi terapeutik. Pasien Globalization. Education Inquiry, 2(1),
skizofrenia dengan konsep diri rendah 141–151.
yang juga menarik diri dari dunia sosial https://doi.org/10.3402/edui.v2i1.2196
dan tidak ingin berinteraksi dengan orang 9
lain juga akan mempengaruhi keberhasilan Arda, D. (2019). Pengetahuan Perawat
dan kelancaran berjalannya komunikasi Tentang Komunikasi Terapeutik Di
terapeutik. Komunikasi terapeutik perlu Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Kesehatan
dilakukan dengan hati-hati dan pelan Sandi Husada, 10(2), 74–78.
15
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.1 Practical Guide. Wiley-Blackwell.
17 Husain, A. H. Al. (2020). Komunikasi
Astuti, D. R. (2019). Motif Perawat sebagai Kesehatan Dokter dan Pasien Berbasis
Profesi dan Pelaku Komunikasi Kearifan Lokal Sipakatau di Masa
Terapeutik. Communicatus: Jurnal Pandemi. Jurnal Ilmu Komunikasi,
Ilmu Komunikasi, 3(2), 189–210. 18(2), 126–141.
https://doi.org/10.15575/cjik.v3i2.576 https://doi.org/10.31315/jik.v18i2.354
4 6
Cerino, N. D. (1984). Therapeutic Kholil, S., Lubis, L., & Ritonga, S. (2019).
communication: a necessity in hospice Implementation of Therapeutic
care: Four techniques for more Communication at Dr. Pirngadi
effective caregiving. American Journal Hospital. Budapest International
of Hospice Care, 1(2), 21–23. Research and Critics Institute-Journal
https://doi.org/10.1177/104990918400 (BIRCI-Journal), 2(4), 645–656.
100202 Knapp, K., & Antos, G. (2008). Introduction
Damayanti, R., & Hernawaty, T. (2014). to the handbook series Linguistics for
Pengaruh Terapi Suportif Keluarga problem solving. In G. Rickheit & H.
Terhadap Kemampuan Keluarga Strohner (Eds.), Handbook of
Merawat Klien Gangguan Jiwa di Communication Competence (p. vii).
Kecamatan Bogor Timur. Jurnal Mouton de Gruyter.
Bimbingan Dan Konseling, 1(1), 19– Kusumo, M. P. (2017). Pengaruh
28. Komunikasi Terapeutik Perawat
https://doi.org/10.24042/kons.v1i1.310 Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat
Fatani, B. Z., Aldawod, R., Alhawaj, F. A., Jalan RSUD Jogja. Jurnal
Alsadah, S., Slais, F. R., Alyaseen, E. Medicoeticolegal Dan Manajemen
N., Ghamri, A. S., Banjar, J., & Rumah Sakit, 6(1), 72–81.
Qassaim, Y. A. (2017). Schizophrenia: Leon, G. De. (2000). The Therapeutic
Etiology, Pathophysiology and Community: Theory, Model, and
Management - A Review. The Egyptian Method. Springer Publishing
Journal of Hospital Medicine, 69(6), Company.
2640–2646. https://doi.org/10.1891/978082611667
https://doi.org/10.12816/0042241 3
Herfira, A., & Supratman, L. P. (2017). Long, A., & Slevin, E. (1999). Living with
Komunikasi Terapeutik Clinical Dementia: Communicating with an
Instructor Di Rumah Sakit Older Person and Her Family. Nursing
Jiwaprovinsi Jawa Barat. Jurnal Ethics, 6(1), 23–36.
Manajemen Komunikasi, 1(2), 168– https://doi.org/10.1177/096973309900
179. 600104.
Hoey, E. M., & Kendrick, K. H. (2018). Moleong, L. J. (2018). Metodologi
Conversation Analysis. In A. M. B. de penelitian kualitatif. PT Remaja
Groot & P. Hagoort (Eds.), Research Rosdakarya.
Methods in Psycholinguistics: A Mulyadiana, L. L. (2008). Analisis
16
Percakapan Pada Naskah Film The Zainudin Surakarta. UNIVERSITAS
Kingdom (Satu Kajian Pragmatis). MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
Universitas Widyatama-Bandung. Sherko, E., Sotiri, E., & Lika, E. (2013).
Mulyana, D. (2016). Health and therapeutic Therapeutic communication. JAHR,
communication: An intercultural 4(1), 457–466.
perspective. Remaja Rosdakarya. VanKatwyk, P. L. (2006). Therapy talk and
Pallotti, G. (2007). Conversation Analysis: therapeutic conversations: the
Methodology, machinery and formation of pastoral counselors. J
application to specific settings. In H. Pastoral Care Counsel, 60(4), 379–
Bowles & P. Seedhouse (Eds.), 385.
Conversation Analysis and Language https://doi.org/10.1177/154230500606
for Specific Purposes (pp. 37–67). 000407.
Peter Lang. Wahyuningsih, S., Dida, S., Suminar, J. R.,
Patty, M. F., Sari, D. K., & Pradikatama, Y. & Setianti, Y. (2019). Hambatan
(2015). Hubungan Komunikasi Komunikasi Terapeutik Psikiater,
Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Perawat, Kader Jiwa, Dan Keluarga
Stres Pasien di Ruang Neurologi Pada Pasien Gangguan Jiwa Pasca
Rumah Sakit Um um Daerah dr Pasung. Jurnal Keperawatan Jiwa,
M.Haulussy Am bon. Jumal 7(2), 115–126.
Komunikasi, 9(2), 171–185. West, R., & Turner, L. H. (2008). Pengantar
Rakhmat, J. (2007). Psikologi komunikasi. Teori Komunikasi: Analisis dan
Remaja Rosdakarya. Aplikasi. Salemba Humanika.
Reynaldi, G. (2016). Upaya Peningkatan Wood, J. T. (2016). Communication
Aktualisasi Diri Pada Klien Dengan mosaics: An introduction to the field of
Harga Diri Rendah Di Rsjd Arif communication. Cengage Learning.

17
BUKTI KORESPONDENSI
ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2

Judul artikel : Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep


Diri Pasien Skizofrenia

Jurnal : Jurnal Ilmu Komunikasi, 2021, Vol 19 (2), 158-171

Penulis : Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, Ratih Puspa

No. Perihal Tanggal


6. Bukti konfirmasi isian form originalitas 5 Oktober 2021
12/15/21, 8:57 AM Email Airlangga University - Pernyataan Orisinalitas

Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>

Pernyataan Orisinalitas
4 pesan

Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta <jik@upnyk.ac.id> 5 Oktober 2021 17.02
Kepada: Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com>, andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id,
ratih.puspa@fisip.unair.ac.id

Selamat sore.
Yth. Ibu Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, dan Ratih Puspa

Artikel anda dengan judul "Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep Diri Pasien Skizofrenia"
sudah dalam proses proofreading author (silahkan cek email anda dari sistem) dan akan diterbitkan pada Volume 19
No 2 Agustus 2021.
Kami dari tim JIK meminta penulis untuk mengisi pernyataan orisinalitas artikel dan dikirimkan kembali melalui email
ini (form terlampir).

Terima kasih.

Best Regards,
Editor in Chief Jurnal Ilmu Komunikasi
Dr. Puji Lestari, SIP., M. Si
UPN Veteran Yogyakarta
FISIP UPN Veteran Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 2 Tambak bayan Yogyakarta
Contact: +6282168289694

Surat Penyataan Orisinalitas.docx


111K

Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id> 5 Oktober 2021 19.57


Kepada: Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta <jik@upnyk.ac.id>

Selamat malam
Yth. Ibu Puji Lestari,

Saya kirimkan pernyataan orisinalitas terkait artikel berjudul "Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan
Konsep Diri Pasien Skizofrenia" yang sudah diisi kepada tim JIK.

Terima kasih.

Salam,
Andria Saptyasari

[Kutipan teks disembunyikan]

fixed Surat Penyataan Orisinalitas Andria Saptyasari.docx


122K

Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com> 6 Oktober 2021 08.37


Kepada: Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta <jik@upnyk.ac.id>
Cc: Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>, Ratih Puspa S <ratih.puspa@fisip.unair.ac.id>

Dear Tim Jurnal UPNYK,

Berikut saya lampirkan surat pernyataan orisinalitas yang sudah ditandatangani. Demikian terimakasih.

Regards,
Rosa A.
[Kutipan teks disembunyikan]

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712773546461212796&simpl=msg-f%3A171277… 1/2
12/15/21, 8:57 AM Email Airlangga University - Pernyataan Orisinalitas

Surat Penyataan Orisinalitas (1).docx


136K

Ratih Puspa <ratih.puspa@fisip.unair.ac.id> 6 Oktober 2021 09.23


Kepada: Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta <jik@upnyk.ac.id>, rosaapriliyanti34@gmail.com, Andria
Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>

Yang Terhormat tim di JIK UPN Veteran Yogyakarta,

Berikut saya kirimkan Surat Pernyataan Orisinalitas a.n Ratih Puspa.

Mohon diterima dengan baik.

Terima kasih banyak,

Ratih Puspa, PhD


Center for Research in Communication & Digital Society
Corporate Communication Stream

COMMUNICATION DEPARTMENT || Faculty of Social and Political Sciences (FISIP) || AIRLANGGA


UNIVERSITY || Jl. Airlangga 4 - 6 Surabaya - East Java, INDONESIA

E: ratih.puspa@fisip.unair.ac.id

Virus-free. www.avast.com

On Tue, 5 Oct 2021 at 17:02, Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta <jik@upnyk.ac.id> wrote:
[Kutipan teks disembunyikan]

Surat Penyataan Orisinalitas R Puspa (JIK 2021).docx


127K

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712773546461212796&simpl=msg-f%3A171277… 2/2
COPYRIGHT AND ORIGINALITY

I declare that the article titled:


"Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep Diri Pasien
Skizofrenia"
It is original, has not been published and will not be republished in other publications.
With this publication, I transfer copyright to the Committee of the Jurnal Ilmu
Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

The transfer of copyright includes the exclusive right to reproduce and distribute the
article, including reprints. It also includes the right to adapt the articles used in
conjunction with a computer system including reproduction or publication in the form
online and mounted on a retrieval system.

Author's,
Surabaya, 5 Oktober 2021

Andria Saptyasari
BUKTI KORESPONDENSI
ARTIKEL JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI SINTA 2

Judul artikel : Komunikasi Terapeutik Perawat untuk Meningkatkan Konsep


Diri Pasien Skizofrenia

Jurnal : Jurnal Ilmu Komunikasi, 2021, Vol 19 (2), 158-171

Penulis : Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, Ratih Puspa

No. Perihal Tanggal


7. Bukti konfirmasi accepted dan e-kuitansi pembayaran 7 Oktober 2021
12/15/21, 8:59 AM Email Airlangga University - Letter of Acceptance dan Kuitansi ID#4687

Andria Saptyasari <andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id>

Letter of Acceptance dan Kuitansi ID#4687


1 pesan

Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta <jik@upnyk.ac.id> 7 Oktober 2021 12.49
Kepada: Rosa Apriliyanti <rosaapriliyanti34@gmail.com>, andria.saptyasari@fisip.unair.ac.id, Ratih Puspa
<ratih.puspa@fisip.unair.ac.id>

Selamat siang.
Yth. Ibu Rosa Apriliyanti, Andria Saptyasari, dan Ratih Puspa
Terima kasih telah berpartisipasi sebagai penulis di Jurnal Ilmu Komunikasi.
Artikel Anda telah kami terbitkan pada Volume 19 No 2 Agustus 2021: http://jurnal.upnyk.ac.id/
index.php/komunikasi/article/view/4687
Kami lampirkan juga Letter of Acceptance dan kuitansi pembayaran penerbitan artikel.

Terima kasih, semoga sehat selalu.

Best Regards,
Editor in Chief Jurnal Ilmu Komunikasi
Dr. Puji Lestari, SIP., M. Si
UPN Veteran Yogyakarta
FISIP UPN Veteran Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 2 Tambak bayan Yogyakarta
Contact: +6282168289694

2 lampiran
109_Kuitansi ID4687_Andria Saptyasari.pdf
153K
116. Acceptance Letter Rosa, Andria, Ratih ID4687.pdf
204K

https://mail.google.com/mail/u/0/?ik=e2687b122d&view=pt&search=all&permthid=thread-f%3A1712938832118191060&simpl=msg-f%3A1712938… 1/1
KUITANSI
No: 109/UN62/JIK/X/2021
Terima Dari : Andria Saptyasari
Uang Sebanyak : Rp 1.500.000,00
Guna Pembayaran : Biaya penerbitan artikel Volume 19 No 2 Agustus 2021
Jurnal Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta

Yogyakarta, 2 Oktober 2021


Ketua Redaksi
Jurnal Ilmu Komunikasi

Dr, Puji Lestari, SIP., M. Si


----------------------------------------------------------------------------
TERBILANG SATU JUTA LIMA RATUS RIBU RUPIAH
----------------------------------------------------------------------------
Yogyakarta, 2 Oktober 2021

Nomor : 116/UN62/JIK/X/2021
Klasifikasi : Biasa
Lampiran :-
Perihal : Surat Keterangan Penerimaan Artikel

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dr. Puji Lestari, SIP., M. Si


Jabatan : Ketua Editor Jurnal Ilmu Komunikasi UPNVY
Alamat : Jl. Babarsari No 2, Tambakbayan, Sleman, Yogyakarta 55281
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi

Menyatakan bahwa publikasi berjudul Komunikasi Terapeutik Perawat untuk


Meningkatkan Konsep Diri Pasien Skizofrenia yang ditulis oleh Rosa Apriliyanti,
Andria Saptyasari, dan Ratih Puspa sudah diterima dan diterbitkan pada Jurnal Ilmu
Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, ISSN 1693-
3028 Terakreditasi SK Nomor 200/M/KPT/2020 Volume 19 Nomor 2 Agustus 2021.

Demikian pernyataan ini agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Ketua Editor

Dr. Puji Lestari,SIP,M.Si


NIK. 2 7006 95 0004 1

You might also like