You are on page 1of 14

Agama dan Sistem Sosial Budaya

punya

tertulis. Ilmu hukum juga mengungkap bahwa aturan

kehidupan bersama ada yang dalam bentuk norma moral dan

ada yang berbentuk norma agama. Norma moral tidak

sanksi konkret, seperti mengerjakan sesuatu yang tidak diatur

oleh hukum, tetapi menimbulkan penyesalan pribadi yang

mengerjakannya, misalnya berbicara tidak sopan, berbohong,

tidak suka menolong orang. Norma agama dalam ilmu hukum

modern juga dianggap tidak punya sanksi konkret yang

dijatuhkan oleh masyarakat. Melanggar ajaran agama hanya

akan mengakibatkan timbulnya rasa berdosa, merasa dikutuk

oleh Allah, dan atau mendapat siksaan di akhirat kelak

biasanya dikenal dengan masuk neraka. Perbedaan antara

norma hukum, norma moral dan norma agama ini berkembang

setelah kehidupan manusia dipisah antara adat dan hukum

negara, antara hukum positif dengan agama, antara kehidupan

individual dan kehidupan sosial, antara domain privat dan

domain publik.

yang

muris

bol roth

Pandangan ilmu hukum ini jelas telah dipengaruhi oleh

budaya modern. Bahkan, paham tersebut jelas telah memi-

sahkan moral, hukum dan agama sehingga merupakan paham

sekular. Keterkaitan atau hubungan antara agama dengan

moral dan hukum tentu tidak kelihatan, sehingga mudah

ditutup-tutupi oleh orang sekular, bahkan cenderung dinafikan

dan ditunjukkan bahwa hukum yang dipengaruhi agama, kalau

ada, sangat tradisional, tidak efektif, tidak logis, tidak sejalan

dengan hak asasi manusia (HAM).


suatu

Di atas telah diungkap bahwa cap tradisional bagi budaya

u masyarakat tidak lagi disukai oleh banyak ahli antro-

pologi. Tradisi dan modern itu relatif dan, meminjam istilah

Evans-Pritchard, lautan budayanya berbeda. Tidak bisa menilai

243

Agama dalam Kehidupan Manusia

suatu aspek dalam lautan budaya tertentu dengan lautan

malah yang

budaya yang lain.

244

prioris

ishu Istort m

yang

Setiap agama punya aturan tentang tindakan manusia

lahiriah, bukan saja aturan menyangkut urusan publik, tetapi

juga tindakan terhadap diri sendiri dan tindakan y

berhubungan dengan Tuhan yang disembah. Ajaran agama

mengenai hukum, walaupun tidak semua agama punya hukum

tertulis, juga punya sanksi material dari masyarakat karena

diyakini demikian ditentukan Tuhan. Karena itu, Durkheim

berpendapat bahwa agama fungsional untuk menciptakan

solidaritas sosial. Solidaritas itu tidak hanya dipengaruhi oleh

kesamaan keyakinan terhadap yang gaib, tetapi juga kesamaan

aturan hidup bermasyarakat yang harus dipatuhi bersama.

Kalau ada yang melanggar harus dijatuhi hukuman tertentu

sebagaimana telah ditetapkan oleh Tuhan.

kleoa asqubin

Islam,

Di samping hukum, agama dipatuhi tidak hanya karena


takut sanksi hukum yang akan dijatuhkan, tetapi juga karena

takut kepada siksaan neraka di akhirat kelak, takut dimurkai

Tuhan, berdosa, dan tidak mendapatkan keridhaan serta kasih

sayang-Nya. Lebih dari itu ajaran agama, seperti agama

menekankan sekali adanya keikhlasan karena Allah dalam

mengerjakan segala aktivitas. Ajaran agama yang masih agak

asli, belum banyak dipengaruhi budaya asing, memang

demikian. Ajaran mengenai hukum disatukan dengan aspek

keyakinan, dan pendekatan ruhaniah (Agus 1993). Dengan

demikian, terlihat bahwa ajaran agama menempuh berbagai

aspek sosial dan psikologis individu supaya aturan kehidupan

itu dipatuhi.

Suku bangsa primitif juga demikian. Kepatuhan mereka

terhadap aturan kehidupan bermasyarakat dan dengan alam

sekitar dikaitkan dengan kepercayaan terhadap adanya

kekuatan gaib. Akan tetapi, Durkheim menciutkannya kepada

adanya ajaran tentang yang sakral, ritual, taboo dan totem.

Anggota masyarakat dalam mengerjakan dan memercayai

aspek kehidupan beragama tersebut menghilangkan

kepentingan pribadi dan larut dalam kepentingan bersama. Ia

menjelaskan kehidupan beragama berbeda dengan yang profan

dan kegiatan biasa sehari-hari. Padahal kalau diperhatikan

kehidupan masyarakat primitif hampir tidak ada yang lepas

dari kaitan dengan kepercayaan kepada yang gaib, baik yang

gaib itu ada dalam benda atau aktivitas konkret, atau yang

gaib itu berada di luar benda atau aktivitas yang dihadapi,

tetapi ia tetap memantau dan memberikan balasan dan

hukuman terhadap aktivitas sehari-hari tersebut.

Dan

reka

Agama dan Sistem Sosial Budaya


alam

245

Kalau hanya mengandalkan moral, makin sedikit anggota

masyarakat yang dapat diharapkan yang akan mematuhi aturan

hidup bersama karena sedikit yang mau mendengar bisikan

hatinya. Kapan semua anggota masyarakat akan mempunyai

kesadaran pribadi dan punya perasaan menyesal kalau tidak

mematuhi norma moral? Demikian juga kalau hanya mengan-

dalkan norma agama dengan pengertian di atas, makin lama

manusia makin banyak yang tidak peduli dengan murka Tuhan

dan azab akhirat.

anch dolegib.

Kepatuhan masyarakat kepada norma hukum tergantung

kepada ketegasan aparat penegak hukum memperlakukan

hukum. Karena itu, undang-undang yang dijadikan acuan

n kehidupan bermasyarakat harus jelas, tidak mempunyai

pengertian lain, terperinci sehingga jelas mana yang terjerat

oleh hukum tersebut dan mana pula yang tidak. Untuk

menentukan aturan apa yang akan diterapkan, tidak mungkin

Agama dalam Kehidupan Manusia

dengan alasan rasional objektif saja. Keberpihakan hukum,

artinya kepentingan kelompok mana yang akan dibela, seperti

kepentingan kelompok buruh atau majikan, rakyat jelata a

atau

pejabat, biasa terjadi. Karena keputusan pengesahan s

undang-undang sering dicapai dengan voting, jarang sekali

yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Oleh sebab itu,

undang-undang pada dasarnya adalah rumusan norma pihak

atau kelompok tertentu yang dibela oleh mayoritas anggota

parlemen dan pemerintah. Dengan demikian, kepatuhan


kepada undang-undang hanya dengan mengandalkan sanksi

hukum. Kebenaran dan keadilan yang harus diwujudkan oleh

hukum juga merujuk kepada rasionalitas. Dalam prak-

tiknya rasionalitas keadilan dan kebenaran yang disahkan

atau dilegitimasi adalah kebenaran atau keadilan menurut

rasionalitas kelompok terbanyak.

evoed usled

dasar

Lain halnya kalau yang dijadikan undang-undang adalah

hukum agama, walaupun juga diwarnai interpretasi mazhab

tertentu, tetapi ia menyandarkan legitimasi kepada kehendak

dan ajaran Allah. Kepentingan sepihak ditekan dengan sandaran

ilahiah ini. Suatu norma yang ditetapkan jadi hukum positif

harus didasarkan kepada sesuatu sehingga menjadi kuat dan

punya alasan untuk dipatuhi. Hukum harus punya

legitimasi supaya ia dipatuhi. Dasar tersebut menjadi alasan

untuk mengatakan bahwa undang-undang itu punya kekuatan

legitimasi. Di negara atau masyarakat demokrasi, legitimasi itu

didapatkan karena telah didukung oleh suara terbanyak. Bukan

keadilan dan rasionalitas isi dari peraturan itu yang menjadi

masalah utama, tetapi jumlah pendukungnya. Di negara otokrasi

atau monarki absolut, yang menentukan undang-undang dan

peraturan adalah penguasa. Walaupun sekarang jarang

246

Agama dan Sistem Sosial Budaya

ditemukan negara monarki absolut, tetapi parlemen dalam

negara otokrasi atau monarki absolut dalam praktiknya hanya

berfungsi mensahkan apa yang diinginkan oleh penguasa. Lain

halnya dengan hukum agama, legitimasi didapatkan dari

kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan itu ditemukan dari teks

kitab suci atau penjelasan nabi atau utusan-Nya. Yang mampu


memahami kitab suci tersebut adalah pemuka agama atau

ulama agama yang bersangkutan. Maka rancangan undang-

undang dibuat oleh pemuka agama yang bersangkutan.

Namun, dalam konsep pemikiran sekular, wahyu itu tidak

ada. Yang ada adalah pendapat manusia yang dikatakan atau

didakwakan sebagai kehendak wahyu Tuhan. Yang mendak-

wakan itu adalah penguasa, sehingga penguasa dalam teori

teokrasi dikatakan otomatis bersifat otoriter. Dalam masalah

mengatakan bahwa dalam teokrasi, penguasanya bersifat

otoriter benar adanya kalau agama hanya dijadikan alat

legitimasi dari kekuasaan. Agama dijadikan hanya dasar

legitimasi kekuasaan, bukan sebagai pedoman untuk menja-

lankan kekuasaan. Dalam teokrasi otoriter, agama hanya jadi

simbol. Agama yang dijadikan pedoman oleh penguasa otoriter

adalah agama sosiologis, antropologis atau historis. Sedangkan

agama yang dijadikan pedoman oleh penguasa teokratis yang

tidak otoriter adalah agama teologis. Dengan berpegang

kepada ajaran agama dan ia sendiri seorang penganut agama

yang taat, Tuhan adalah yang ditakutinya pertama kalau ia

melakukan ketidakadilan dan mendahulukan kepentingan

pribadi dari kepentingan rakyat. Dalam Islam kekuasaannya

digunakan untuk mewujudkan rahmatan lil'alamin, dalam

rangka melaksanakan tugas sebagai khalifatullah, sebagai

mandataris Allah.

Agama dalam Kehidupan Manusia

Dalam bidang hukum terlihat bahwa aturan yang diungkap

harus jelas, tegas, terperinci dan tidak mengandung interpretasi

lain dari yang tertulis. Hal ini dimaksudkan supaya siapa pun

dalam masyarakat yang bersangkutan dapat memahami dan


mematuhinya. Mengambil jalan sebelah kiri di Indonesia harus

dipatuhi oleh semua pemakai jalan raya, tanpa membedakan

pangkat dan posisinya di tengah masyarakat. Akan tetapi,

kepatuhan kepada hukum tidak tergantung hanya kepada

kejelasan dan ketegasan aturan. Faktor penerapan dan takut

akan kena sanksi, kesadaran terhadap pentingnya hukum,

kesadaran moral, dan kutukan serta azab dunia dan akhirat

akan lebih menjamin kepastian hukum atau dipatuhinya

hukum tersebut oleh anggota masyarakat. Dengan demikian,

teori pemisahan antara norma moral, agama dan hukum akan

memperbesar kemungkinan makin banyak anggota masyarakat

yang melanggar hukum.

248

Kalau kepastian hukum tidak disaksikan oleh masyarakat,

seperti hukum hanya untuk rakyat kecil, sedangkan pejabat

lepas dari jeratan hukum; maling ayam dihukum berat,

sedangkan koruptor kelas kakap yang memaling uang rakyat

milyaran dan triliyunan rupiah bebas dari jerat hukum;

pengkritik kebijakan pemerintah, seperti demo mahasiswa

babak belur dan dihukum, sedangkan pemimpin gerakan

separatis (seperti pemimpin gerakan Republik Maluku Selatan

[RMS] lolos dan lari ke Amerika) lepas dari jeratan hukum

seperti yang disaksikan dalam satu dasawarsa era reformasi

Indonesia. Aparat penegak hukum makin tidak berdaya

mengatur masyarakat. Karena itu, makin jelas pentingny

suatu hukum dikaitkan dengan agama dan Tuhan, penerapa

Agama dan Sistem Sosial Budaya

hukum tanpa pandang bulu, dan sanksi hukum yang “meng-

gigit", apalagi untuk pejabat dan penyelenggara negara.

249

Di Barat dan di negara-negara makmur, kejahatan pen-


curian dan penipuan di kalangan rakyat untuk mendapatkan

harta memang tampak jauh lebih rendah dari di negara-negara

miskin. Hal ini tentu karena persoalan yang akan dimakan

sehari-hari tidak lagi menjadi problem. Akan tetapi, banyak

pelanggaran yang tidak lagi dilarang karena dianggap urusan

pribadi, seperti mengonsumsi obat-obat terlarang, judi, dan

zina. Pemikiran masyarakat, walaupun masyarakat Barat yang

dianggap maju, tampak individualis dan berdaya jangkauan

pendek. Bahaya hal-hal yang dianggap hak pribadi terhadap

orang lain dalam jangka panjang tidak dapat dipungkiri.

Namun, mereka tetap bertahan dengan norma hukum yang

demikian karena bukan tidak tahu efeknya terhadap orang lain

dalam jangka panjang, tetapi karena individualisme dan

liberalisme telah menjadi prinsip dalam masyarakat mereka

telah menjadi ideologi dan anutan.

E. Agama, Sistem Ilmu Pengetahuan, dan

Filsafat

Ilmu pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan ilmia

(scientific knowledge), memang baru berkembang sejak ab=

231

Agama dan Sistem Sosial Budaya

pengembangan dunia seni mereka kesampingkan. Apakah

seniman memang manusia yang berbeda sama sekali dengan

ilmuwan sosial? Apakah manusia sebagai objek dan tujuan

pengembangan ilmu dan seni memang harus dijelaskan dengan

bidang ilmu yang berbeda, bahkan bertentangan, dengan seni?

Akibat sistem ilmu pengetahuan yang dipisahkan dari

rasa dan hati nurani, dari budaya dan nilai-nilai agama, lahir

masyarakat sekular yang berpikiran lebih pendek (hanya untuk


dunia) dari orang yang beragama (berpikiran ada akhirat yang

makhluk Tuhan dengan manusia dan lingkungan hidup sudah

kekal abadi). Kalau moral dan keyakinan sebagai sama-sama

tidak ada, tentu sumber daya alam dikuras dengan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai. Manusia yang

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang sekular

(mungkin saja secara formal dia beragama) juga bersifat rakus

dan egois. Alam dengan hutan, air, udara, dan hewannya

tercemar dan tidak mampu bertahan lebih lama lagi karena

ulah manusia yang punya ilmu pengetahuan dan teknologi

tanpa agama dan moral. Akan tetapi, sistem pengetahuan dan

kehidupan masyarakat primitif telah terbukti mampu bertahan

ratusan ribu tahun (Bodley 1976).

Dekat dengan ilmu pengetahuan adalah filsafat. Bahkan

filsafat sejenis pengetahuan yang punya sistem tersendiri,

berbeda dengan sistem pengetahuan biasa dan sistem

pengetahuan ilmiah. Filsafat adalah sejenis pengetahuan yang

didapatkan melalui pemikiran yang mendalam, kritis dan

universal. Pengetahuan yang mendalam adalah jawaban dari

esensi atau hakikat dari sesuatu, seperti apa hakikat kebenaran,

hakikat manusia, hakikat keadilan, dan lain sebagainya. Dengan

demikian, jawaban pertanyaan yang dikemukakan tidak lagi

231

Agama dan Sistem Sosial Budaya

pengembangan dunia seni mereka kesampingkan. Apakah

seniman memang manusia yang berbeda sama sekali dengan

ilmuwan sosial? Apakah manusia sebagai objek dan tujuan

pengembangan ilmu dan seni memang harus dijelaskan dengan

bidang ilmu yang berbeda, bahkan bertentangan, dengan seni?

Akibat sistem ilmu pengetahuan yang dipisahkan dari


rasa dan hati nurani, dari budaya dan nilai-nilai agama, lahir

masyarakat sekular yang berpikiran lebih pendek (hanya untuk

dunia) dari orang yang beragama (berpikiran ada akhirat yang

makhluk Tuhan dengan manusia dan lingkungan hidup sudah

kekal abadi). Kalau moral dan keyakinan sebagai sama-sama

tidak ada, tentu sumber daya alam dikuras dengan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai. Manusia yang

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang sekular

(mungkin saja secara formal dia beragama) juga bersifat rakus

dan egois. Alam dengan hutan, air, udara, dan hewannya

tercemar dan tidak mampu bertahan lebih lama lagi karena

ulah manusia yang punya ilmu pengetahuan dan teknologi

tanpa agama dan moral. Akan tetapi, sistem pengetahuan dan

kehidupan masyarakat primitif telah terbukti mampu bertahan

ratusan ribu tahun (Bodley 1976).

Dekat dengan ilmu pengetahuan adalah filsafat. Bahkan

filsafat sejenis pengetahuan yang punya sistem tersendiri,

berbeda dengan sistem pengetahuan biasa dan sistem

pengetahuan ilmiah. Filsafat adalah sejenis pengetahuan yang

didapatkan melalui pemikiran yang mendalam, kritis dan

universal. Pengetahuan yang mendalam adalah jawaban dari

esensi atau hakikat dari sesuatu, seperti apa hakikat kebenaran,

hakikat manusia, hakikat keadilan, dan lain sebagainya. Dengan

demikian, jawaban pertanyaan yang dikemukakan tidak lagi

da

ng

tu

pat

an,

ulu.

Ikan
kiran

udian

versal

Agama dan Sistem Sosial Budaya

lagi. Akan tetapi, karena pengetahuan filsafat bersifat mendasar

dan universal, ajarannya banyak yang menyinggung apa yang

diajarkan agama karena agama juga mengajarkan keyakinan,

prinsip hidup dan nilai-nilai mendasar tentang alam dan

kehidupan, seperti apa tujuan hidup, apa hakikat manusia.

Dengan demikian, ajaran filsafat ada yang sejalan dengan

ajaran agama (seperti alam diciptakan oleh Tuhan) dan banyak

pula yang berbeda dan bertentangan (seperti materialisme,

na dan

, tidak

ena itu,

asarkan

< seperti

n, seperti

253

ateisme dan sekularisme). Oleh karena itu, masyarakat

primitif tidak punya pengetahuan filsafat, sebagaimana juga

tidak mengembangkan pengetahuan ilmiah karena kedua

pengetahuan ini rekayasa manusia. Namun, mereka punya

pandangan, prinsip-prinsip hidup, dan nilai-nilai mendasar

yang juga mendalam, bahkan lebih dalam dari filsafat. De-

mikian juga ajaran agama, selain mengandung prinsip dan

pandangan hidup, juga melahirkan filsafat yang merupakan

penjabaran dari ajaran agama yang bersangkutan.

a filosofis,

rekayasa,

apa adanya
F. Agama dan Sistem Seni

sb augs8 dem

Membicarakan fenomena agama dan sistem kesenian

menarik karena hubungan yang erat antara keduanya. Seni di

kalangan masyarakat primitif jelas merupakan ekspresi keper-

cayaan mereka. Seni tari yang mereka kembangkan adalah

dalam rangka pemujaan hewan totem (Durkheim 1965). Seni

t, nyanyian atau seni suara, juga demikian. Demikian juga

masyarakat primitif yang lain, karya seni mereka tidak dapat

atas kepercayaan itu sendiri. Tarian dan nyanyian masyarakat

ingisahkan, bahkan penampilan, dari keyakinan keagamaan

primitif adalah tarian dan nyanyian mistik.

pahat,

nesmuseo maris ex

Agama dalam Kehidupan Manusia

tempat

Masyarakat kuno yang telah maju, seperti bangsa Mesir

Kuno, telah mampu menghasilkan karya pyramid, obelisk,

spink, lukisan dan huruf hyerogliph. Pyramid dan

penyimpanan mayat dalam gua-gua batu dibuat demikian

rupa sehingga merupakan keajaiban dunia sampai saat ini.

Keberhasilan demikian didorong oleh kepercayaan ada hidup

sesudah mati. Di ruangan tempat mayat disimpan, penuh

dengan tulisan hyerogliph yang mengajarkan bagaimana

nanti perjalanan sesudah mati dan bagaimana menghadapinya.

Mayat mereka juga dibalsem supaya awet karena juga didorong

oleh kepercayaan kepada keabadian. Karya seni besar di

India, yaitu kisah Ramayana dan Mahabrata, jelas kisah epik

keagamaan Hindu. Candi juga peninggalan seni bangunan

dan arsitektur keagamaan Hindu dan Buddha.

Di Bali sampai dewasa ini dapat disaksikan dengan jelas


betapa seni ukir dan seni tari berkembang demikian pesat

sehingga menjadi daya tarik turisme mancanegara karena

digerakkan oleh kepercayaan mereka. Pura, bahkan bangunan

rumah sekali pun, dibuat penuh dengan ukiran berbagai

macam dewa (I Gusti Ngurah Bagus dalam Koentjaraningrat

(Ed.) 1983: 283-284, 294-297). Gereja dan nyanyian kebaktian

dalam Kristen adalah penampilan dari karya seni arsitektur

dan seni suara yang dilahirkan oleh paham dan rasa keaga-

maan penganutnya. Seni kaligrafi dan arsitektur masjid dalam

Islam juga karya seni yang berhubungan dengan wahyu dan

tempat menyembah Allah. Para sufi menulis cerita dan puisi

yang sarat dengan pengembaraan mereka mendekati dan

menemui Allah di alam ruhani. Kelompok keagamaan yang

berusaha untuk lebih kaffah menampilkan seni nasyid dan

pembacaan Alquran dengan seni murattal, tidak dengan

terlalu dilagukan. Tidak seperti paham keagamaan yang agak

254

Iva

Agama dalam Kehidupan Manusia

tempat

Masyarakat kuno yang telah maju, seperti bangsa Mesir

Kuno, telah mampu menghasilkan karya pyramid, obelisk,

spink, lukisan dan huruf hyerogliph. Pyramid dan

penyimpanan mayat dalam gua-gua batu dibuat demikian

rupa sehingga merupakan keajaiban dunia sampai saat ini.

Keberhasilan demikian didorong oleh kepercayaan ada hidup

sesudah mati. Di ruangan tempat mayat disimpan, penuh

dengan tulisan hyerogliph yang mengajarkan bagaimana

nanti perjalanan sesudah mati dan bagaimana menghadapinya.

Mayat mereka juga dibalsem supaya awet karena juga didorong

oleh kepercayaan kepada keabadian. Karya seni besar di


India, yaitu kisah Ramayana dan Mahabrata, jelas kisah epik

keagamaan Hindu. Candi juga peninggalan seni bangunan

dan arsitektur keagamaan Hindu dan Buddha.

Di Bali sampai dewasa ini dapat disaksikan dengan jelas

betapa seni ukir dan seni tari berkembang demikian pesat

sehingga menjadi daya tarik turisme mancanegara karena

digerakkan oleh kepercayaan mereka. Pura, bahkan bangunan

rumah sekali pun, dibuat penuh dengan ukiran berbagai

macam dewa (I Gusti Ngurah Bagus dalam Koentjaraningrat

(Ed.) 1983: 283-284, 294-297). Gereja dan nyanyian kebaktian

dalam Kristen adalah penampilan dari karya seni arsitektur

dan seni suara yang dilahirkan oleh paham dan rasa keaga-

maan penganutnya. Seni kaligrafi dan arsitektur masjid dalam

Islam juga karya seni yang berhubungan dengan wahyu dan

tempat menyembah Allah. Para sufi menulis cerita dan puisi

yang sarat dengan pengembaraan mereka mendekati dan

menemui Allah di alam ruhani. Kelompok keagamaan yang

berusaha untuk lebih kaffah menampilkan seni nasyid dan

pembacaan Alquran dengan seni murattal, tidak dengan

terlalu dilagukan. Tidak seperti paham keagamaan yang agak

254

Iva

You might also like