You are on page 1of 4

TUGAS POLITIK HUKUM PERTANAHAN

NAMA : Adellia Sallwa


NIM : 233231039

1. Jelaskan dan berikan contoh dari:


(a) hak penguasaan tanah sebagai sebagai lembaga hukum; dan
(b) hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan hukum yang konkrit!

2. Di dalam sistem hukum agraria di Indonesia dikenal adanya hirarki hak


penguasaan atas tanah. Sebutkan dan jelaskan hirarki yang dimaksud
disertai dengan dasar hukum yang relevan!
3. Kewenagan Hak Menguasai dari Negara sebagaimana disebutkan dalam
UUPA mengalami perkembangan signifikan. Sebutkan dan jelaskan macam
kewenangan dari negara terhadap sumber daya agraria yang ada di dalam
UUPA dan di luar UUPA.

Jawab

1. Hak penguasaan tanah


a) Hak penguasaan tanah sebagai Lembaga hukum adalah Tanah
sebagai Objek belum dihubungkan dengan subyek hukum. atau Hak
penguasaan atas tanah ini belum dihubungkan dengan tanah dan
orang atau badan hukum tertentu sebagai subjek atau pemegang
haknya.
Contohnya Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak
Pakai dan Hak Sewa untuk bangunan yang disebut dalam pasal 20
s.d 45 UUPA
b) Hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan hukum yang konkrit
adalah Hak penguasaan atas tanah ini sudah dihubungkan dengan hak
tertentu sebagai obyeknya dan orang atau badan hukum tertentu
sebagai subjek atau pemegang haknya.
Contohnya Fifin Tri Cahyani memiliki Tanah 5 hektar di medokan asri
utara VII Surabaya dan telah memiliki SHM atas nama fifin tri cahyani
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA) memuat beberapa tingkatan atau jenjang hak penguasaan
atas tanah, yaitu:

1) Hak Bangsa Indonesia atas tanah (diatur di pasal1 ayat (1) s.d ayat 3
UUPA), dimana Hak Bangsa Indonesia merupakan hak penguasaan
atas tanah yang tertinggi dalam Hukum Tanah Nasional. Hak ini juga
menjadi sumber bagi hak-hak penguasaan atas tanah yang lain. Hak
Bangsa Indonesia mengandung 3 unsur, yaitu komunal, religius-magis
dan abadi. Seluruh sumber daya yang ada di Indonesia merupakan
milik bangsa indonesia
2) Hak Menguasai dari Negara (diatur dalam pasal 2 UUPA),
Kewenangan yang terdapat di hak menguasai dari negara merupakan
kewenangan yang bersifat publik, negara berperan sebagai
pengelolaan terkait sumber daya yang ada di seluruh bangsa
Indonesia.
Ada 3 kewenangan negara yaitu :
a) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan tanah
b) Menentukan dan mengatur hubunngan-hubungan hukum antara
orang-orang dengan tanah
c) Menentukan dan mengatur hubungan – hubungan hukum antara
orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai tanah
Menurut Putusan MK ada 5 kewenangan negara yaitu
a) Negara merumuskan kebijakan
b) Melakukan pengaturan
c) Melakukan pengnawasan
d) Pengelolaan
e) Pengurusan terkait dengan sumber yang ada di kententuan agraria
3) Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat (diatur dalam pasal 3 UUPA) hak
ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu
masyarakat hukum adat yang berhubungan dengan tanah yang
terletak dalam lingkungan wilayahnya. Subyek dari hak ulayat adalah
masyarakat hukum adat, baik yang bersifat teritorial (warganya tinggal
di wilayah yang sama) maupun yang bersifat genealogik (warganya
terikat dengan hubungan darah).
4) Hak-hak perorangan atas tanah (diatur di pasal 4 UUPA) adalah
a) hak yang memberi wewenang kepada pemegang haknya untuk
mempergunakan dan/atau mengambil manfaat dari tanah yang di
haki
b) Tanah wakaf perbuatan hukum seseorang atau badan hukum
yang memisahkan Sebagian harta kekayaannya yang berupa hak
milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya bagi
kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai
dengan ajaran islam
c) Hak Tanggungan atas tanah adalah hak jaminan yang
dibebankan pada ha katas tanah yang diatur dalam UU no 5/1960
d) Hak Milik atas satuan Rumah Susun adalah hak milik atas satuan
yang bersifat perseorangan dan terpisah meliputi juga ha katas
bagian Bersama, benda Bersama dan tanah Bersama, yang
semuanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan satuan yang bersangkutan.
3. Dalam UndangUndang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (UUPA) hal tersebut ditransformasikan ke dalam pengertian
“Hak Menguasi Negara”. Dalam Pasal 2 UUPA diatur bahwa hak menguasai
dari negara memberi wewenang untuk:
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan,
dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan
ruang angkasa.
Kewenangan negara tersebut, kemudian dipertegas oleh Mahkamah
Konstitusi dalam Putusan Nomor 001-021-022/PUU-I/2003 dengan
memberikan tafsir atas frasa “dikuasai oleh negara” dalam Pasal 33 UUD
1945: “Perkataan “dikuasai oleh negara” haruslah diartikan mencakup makna
penguasaan oleh negara dalam arti luas yang bersumber dan berasal dari
konsepsi kedaulatan rakyat Indonesia atas segala sumber kekayaan “bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya”, termasuk pula di
dalamnya pengertian kepemilikan publik oleh kolektivitas rakyat atas sumber-
sumber kekayaan dimaksud. Rakyat secara kolektif itu dikonstruksikan oleh
UUD 1945 memberikan mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan
(beleid) dan tindakan pengurusan (bestuursdaad), pengaturan (regelendaad),
pengelolaan (beheersdaad) dan pengawasan (toezichthoudensdaad) untuk
tujuan sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Putusan Mahkamah Konstitusi
tersebut memberikan pedoman mengenai bagaimana konsepsi implementatif
dari penguasaan negara atas sumber daya alam. Konsepsi implementatif
tersebut, yaitu:
a. Prinsip kedaulatan rakyat Indonesia atas segala sumber kekayaan.
b. Prinsip rakyat secara kolektif itu dikonstruksikan oleh UUD 1945
memberikan mandat kepada negara.
c. Prinsip mandat rakyat secara koletif untuk mengadakan kebijakan (beleid)
dan tindakan pengurusan (bestuursdaad), pengaturan (regelendaad),
pengelolaan (beheersdaad) dan pengawasan (toezichthoudensdaad)
untuk tujuan sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pemaknaan terhadap penguasaan
oleh negara telah tegas dan jelas, sehingga setiap undang-undang di bidang
sumber daya alam, baik undang-undang baru maupun undang-undang
perubahan harus menjadikan asas penguasaan negara atas sumber daya
alam sebagai asas dalam pengusahaan sumber daya alam. Adapun bentuk
pengusahaan dengan berlandaskan asas pengusahaan negara tersebut,
dapat saja termanifestasi ke dalam:
a. Penguasaan dan pengusahaan yang dilakukan sendiri oleh negara;
b. Penguasaan oleh negara dan pengusahaan oleh swasta; atau
c. Penguasaan oleh negara dan pengusahaan oleh perusahaan negara.

You might also like