Professional Documents
Culture Documents
Tugas Makalah PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Kelompok 6
Tugas Makalah PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Kelompok 6
2023
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Pancasila sebagai sitem
Filsafat”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ir. Marhaenus
Johanis Rumondor M.Si selaku Dosen pengajar matakuliah Pancasila. Dan harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik bagi pembaca makalah kami ini, agar makalah kami ke depannya bisa lebih baik
lagi.
ii
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Pengertian Filsafat....................................................................... 3
2.2 Makna Pancasila sebagai Filsafat Negara................................... 3
2.3 Nilai-nilai Pancasila Berwujud dan Bersifat Filsafat.................. 4
2.4 Pengertian Pancasila sebagai Filsafat.......................................... 5
2.5 Landasan Filsafat Pancasila......................................................... 6
2.6 Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila....................................... 7
2.7 Relasi Kausalitas dalam Filsafat Pancasila................................... 8
2.8 Hakikat Nilai-nilai Pancasila........................................................ 11
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah dasar ideology dan filsafat yang menjadi landasarn
negara Republik Indonesia. Istilah “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta
yang berartu “lima prinsip” atau “lima dasar”. Pancasila pertama kali
diperkenalkan oleh pendiri negara Indonesia, Soekarno, dan Mohammad Hatta
pada tahun 1945 sebagai dasar negara yang akan membentuk dasar kemerdekaan
Indonesia.
Pancasila sebagai sistem filsafat mencerminkan nilai-nilai dasar dan
prinsip-prinsip yang mengatur cara berpikir dan bertindak masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah pandangan tentang bagaimana Indonesia
harus diatur dan bagaimana masyarakat Indonesia harus bersikap dan bertindak.
Ini juga mencerminkan semangat persatuan dan keragaman, yang menjadi salah
satu ciri kha Indonesia sebagai negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan
budaya. Sistem filsafat Pancasila telah menjadi pedoman penting dalam
pembentukan kebijakan pemerintah Indonesia, dan nilai-nilainya tercermin dalam
konstitusi negara, yaitu Undang-Undang Dasar 1945.
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah:
1. Untuk mempelajari serta tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang pentingnya
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
3. Untuk memenuhi tugas Matakuliah Pancasila.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Filsafat Pancasila juga memiliki fungsi dan peran sebagai pedoman dan
pegangan sikap, tingkah laku serta perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk bangsa Indonesia. Setiap nilai-
nilai yang ada dalam sila Pancasila perlu dijadikan sebagai dasar dalam hidup
berbangsa dan bernegara.
3
a. UU No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 3 ayat (a) yang berbunyi,
”Mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang beretika,
berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa,
serta menghormati harkat dan martabat kemanusiaan”. Undang-undang tersebut
memuat sila pertama dan sila kedua yang mendasari semangat pelaksanaan untuk
menolak segala bentuk pornografi yang tidak sesuai dengan nlai-nilai agama dan
martabat kemanusiaan.
b. Tidak melakukan pemaksaan dan menghormati kebebasan beragama
c. Tidak merendahkan atau mencemooh agama maupun pemeluk agama lain
4
5. Jiwa Pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tercermin dalam pokok-pokok yang terkandung
dalam Pembukan UUD 1945
5
Mengutip Buku Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara (2012) oleh
Ronto, Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu panca dan syla. Panca
artinya lima dan syla artinya batu sendi, alas. Pancasila sebagai sistem filsafat
mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan
isi pembentukan ideologi Pancasila. Pancasila sendiri dikembangkan oleh para
founding fathers atau pendiri bangsa Indonesia sebagai suatu sistem filsafat yang
mengandung nilai-nilai filosofis.
Pancasila sebagai sistem filsafat bertitik tolak dari teori-teori filsafat dan
memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan. Sementara itu, Pancasila sebagai sistem
filsafat juga memiliki fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam
sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang
berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya. Setiap sila dalam Pancasila tidak
dapat berdiri sendiri dan tidak saling bertentangan. Pancasila sebagai sistem
filsafat juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang disusun secara hierarkis.
Sebagai sistem filsafat, Pancasila juga berarti refleksi kritis dan rasional sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan mendapatkan pokok-
pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
6
3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga mengajarkan pentingnya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia, menghargai keragaman budaya, dan menjunjung tinggi semangat
kebhinekaan.
Sebagai landasan filsafat negara, Pancasila memberikan dasar yang kuat bagi
Indonesia untuk menjaga keutuhan, membangun persatuan, dan mewujudkan
tujuan bersama dalam mencapai kemajuan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
7
kenyataan kehidupan bangsa Indonesia yang tumbuh.hidup dan berkembang
dalam kehidupan sehari-hari.
8
dalam tiga babak, yaitu pada masa Yunani Kuno, zaman pertengahan dan zaman
modern.
1. Zaman Yunani Kuno
Plato dinilai sebagai peletak dasar prinsip kausalitas pada zaman Yunani
Kuno. Dikatakannya bahwa “everything that becomes or changes must do so
owing to some cause; for nothing can come to be without a cause”. Plato
menekankan bahwa pentingnya sebuah penyebab (cause) adalah pada jenis sebab-
sebab yang formal (formal causes), karena menurutnya perubahan pada sesuatu
disebabkan oleh banyak kemungkinan, karena itu yang paling penting adalah
mencari sebuah atau beberapa sebab yang formal saja.
Aristoteles memberikan pandangan atas pendapat Plato, dia berbeda
dengan Plato dalam melihat sebuah cause, dia menyebutkan tentang “efficient
causes” sebagai sumber perubahan atau sumber gerakan. Dalam konsepsi
Aristoteles, kausalitas ada di banyak tempat, tetapi yang terpenting adalah pada
apa yang disebutnya sebagai “posterior analytics”, yaitu sebuah analisis yang
menggunakan ilmu fisika dan ilmu metafisika yang dikaitkan dalam konteks ilmu
pengetahuan. Aristoteles memperkenalkan empat aitia dalam memahami teori
kausalitas. Keempat konsepsi aitia ini adalah aitia material, formal, efisien dan
final. Konsep aitia terdapat dalam sebuah proses kejadian sehingga melahirkan
wujud baru.
Selanjutnya adalah paham Stoics tentang kausalitas. Para penganut paham
Stoics adalah ahli filsafat pertama yang secara sistematis mempertahankan ide
bahwa setiap peristiwa dibutuhkan adanya syarat-syarat sebab-akibat tertentu. Apa
yang dinamakan prinsip kausalitas ini telah datang untuk mendominasi seluruh
pandangan barat hingga saat ini. Oleh karena itu, salah satu inovasi utama dari
prinsip Stoics adalah bahwa ide tentang sebab dikaitkan dengan keteraturan tanpa
pengecualian dan keharusan. Para penganut paham Stoics berpegang teguh pada
pandangan bahwa setiap peristiwa memiliki sebuah sebab. Mereka menolak ide
bahwa ada beberapa peristiwa tanpa sebab karena itu akan meruntuhkan
kepercayaan dasar mereka dalam hubungannya dengan alam semesta. Selain itu,
mereka berpendapat bahwa setiap peristiwa khusus membutuhkan akibatnya.
9
2. Zaman Pertengahan
Perkembangan selanjutnya adalah pandangan sebagian besar ahli filsafat
abad ke-13 yang tidak sependapat dengan Aristoteles. Mereka membedakan dua
jenis sebab efisien: causa prima dan causa secunda. Jenis sebab efisien pertama
merupakan sumber asli dari makhluk. Jenis sebab efisien kedua hanya ditemukan
dalam benda-benda yang diciptakan, dan merujuk pada asal dari awal gerakan
atau perubahan. Sebab pertama bekerja dalam semua sebab sekunder yang dapat
dianggap sebagai sebab-sebab instrumental yang tunduk pada sebab pertama
tersebut.
3. Zaman Moderen
Pada abad ke-17 lahir sebuah gerakan pemikiran yang dikenal sebagai
ilmu pengetahuan modern. Evolusi ini merupakan sebuah perubahan radikal
dalam perkembangan konsep kausalitas. Sejarah perkembangan pandangan ini
luar biasa kompleks, dan dipengaruhi oleh sebuah keyakinan teologis dan ilmiah.
Akan tetapi, penentuan kausalitas tidak dipandang memiliki sebuah sumber
ilmiah, tetapi sebuah sumber teologis. Idenya adalah bahwa semua benda
ditentukan asal muasalnya (sebabnya), dan hanya karena Kemahakuasaan Tuhan
dan kemahatahuan ilmu pengetahuan. Jika Tuhan mengetahui apapun dan dapat
melakukan apapun, maka apapun harus terjadi. Dengan kata lain, hanya Tuhan
yang dapat menjadi sebab, bahkan Tuhan juga yang menjadi inisiator aktif dari
sebuah perubahan.
Filsafat kausalitas yang dikemukan para filsuf dan ilmuwan
mempengaruhi lahirnya kausalitas dalam hukum pidana. Von Buri menyatakan
secara terang-terangan doktrin condition sine qua non terinspirasi dari filsafat
kausalitas Mill. Oleh karena itu, pemikiran kuasalitas dalam hukum pidana,
banyak meminjam kausalitas dalam pemikiran filsuf, peminjaman ini tidak
seluruhnya tuntas, akibatnya muncul doktrin-doktrin kausalitas yang satu sama
lain masih memperdebatkan dalam upaya menemukan sebab dan merangkai sebab
tersebut dengan akibat yang dilarang. Perkembangan Doktrin kausalitas dalam
hukum pidana tidak melenceng jauh dari apa yang sudah diperdebatkan oleh
pemikiran para filsuf. Kausalitas sebagai logika berfikir dalam menemukan
10
perbuatan yang menjadi sebab, disokong oleh ilmu pengetahuan dan disokong
juga oleh sesuatu yang apriori.
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah sistem filsafat yang mendasari Republik Indonesia dan
menceriminkan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan pandangan tentang bagaimana
negara dan masyarakat Indonesia harus diatur. Sistem Filsafat ini memiliki lima
prinsip utama, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan Indonesia, Demikrasi,
dan keadilan sosial.
Prinsip pertama Pancasila mengakui pentingnya keberadaan Tuhan atau
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Ini menceriminkan toleransi terhadap berbagai agama dan kebebasan
beragama.
Sistem Filsafat Pancasila menekankan martabat manusia dan hak asasi
manusia sebagai nilai dasar. Ini menceriminkan komitmen terhadap keadilan dan
perlindungan terhadap hak individu. Prinsip-prinsip Pancasila mendukung
persatuan bangsa Indonesia di tengah perbedaan suku, agama, budaya, dan
bahasa. Ini adalah pijakan utama untuk menjaga stabilitas dan kesatuan negara.
Pancasila mengadvokasi sistem demokrasi yang memberikan suara kepada rakyat.
Prinsip kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan menegaskan
pentingnya proses pengambilan keputusan yang bijaksana dalam pemerintahan.
Sistem filsafat ini menekankan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Hal ini menunjukan tekad untuk mengatasi ketidaksetaraan ekonomi
dan sosial.
Pancasila sebagai sistem filsafat bukan hanya doktrin teoritis, tetapi juga
sebuah landasan praktis yang membimbing pembentukan kebijakan pemerintah
dan perilaku masyarakat. Ia mencerminkan semangat persatuan dan keberagaman,
yang merupakan salah satu ciri khas Indonesia sebagai negara multicultural.
Sistem filsafat ini memiliki peran penting dalam membentuk identitas dan arah
pembangunan Indonesia sebagai negara yang demokratis, berkeadilan, dan
berbudaya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum Dan Teori Peradilan, Vol. 1 Pemahaman
Awal, Jakarta, Kencana Premedia Group, 2009.
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara (diterjemahkan dari buku
Hans Kelsen, Generaly Theory of Law and State ; New York: Russel and
Russel, 1971), Bandung: Nusa Media, 2014.
Khudzaifah Dimyati, Teorisasi Hukum : Studi Tentang Perkembangan Pemikiran
Hukum di Indonesia 1945-1990, Genta Publishing, Yogyakarta, 2010.
Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-Undangan I (Jenis, Fungsi dan Materi
Muatan), Yogyakarta, PT. Kanisius, 2007.
Roeslan Saleh, Penjabaran Pancasila dan UUD 1945, Jakarta, Aksara Baru,
1979.
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Serang, Suhud Sentrautama,
2010.
13