You are on page 1of 5

NAMA :LIZA MAISYURA

TK/KELAS : (1) REGULER (b)


NIM :P07125219050

SIKAP II KONSEP DIRI


A. Pengertian Konsep Diri

Menurut Carl Rogers, konsep diri merupakan gestalt konseptual yang teratur dan bersifat
konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi.
Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika
banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika seseorang mempunyai masa kanak-
kanak yang aman dan stabil, maka konsep diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan
akan sangat stabil. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri
dapat menjadi sumber stres atau konflik.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang
mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep
diri Termasuk persepsi indvidu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh :
fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.

Menurut para ahli :


a. Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu
pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“.
b. Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang
tertentu dari konsep diri.
c. Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri,
yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-
nilai yang berhubungan dengan dirinya.
d. Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang
diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri
sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang
tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang
unik dari individu tersebut.
e. Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu
akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya,
kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
f. Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat
dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu dalam berhubungan dengan orang lain.

B.Dimensi Konsep diri

Para ahli psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi konsep diri.
Namun, secara umum sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep diri, meskipun dengan
menggunakan istilah yang berbeda-beda. Calhoun dan Acocella (1990) misalnya, menyebutkan
dimensi utama dari konsep diri, yaitu: dimensi pengetahuan, dimensi pengharapan, dan dimensi
penilaian. Paul J. Cenci (1993) menyebutkan ketiga dimensi konsep diri dengan istilah: dimensi
gambaran diri (sell image), dimensi penilaian diri (self-evaluation), dan dimensi cita-cita diri
(self-ideal). Sebagian ahli lain menyebutnya dengan istilah: citra diri, harga diri dan diri ideal.

C.Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak dilahirkan dengan konsep diri
tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan
tentang diri, dan tidak memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian
apa pun terhadap diri kita sendiri.
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan faktor
bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa.
Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi
secara berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus
sepanjang hidup manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri mulai
berjalan dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari
tubuhnya dan lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya.
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan
mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam mengembangkan konsep diri
yang positif.
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan faktor
bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa.
Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi
secara berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus
sepanjang hidup manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri mulai
berjalan dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari
tubuhnya dan lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya.
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan
mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam mengembangkan konsep diri
yang positif.

g. Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer dan
hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya dari
konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau
orang lain. Kontak dengan orang lain, dan penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan
diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan
citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh
mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk
perkembangan citra tubuh.

h. Anak Usia Bermain


Anak-anak beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri
mereka dari orang lain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan
tugas higien dasar. Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang
lain. Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet training,
berbicara dan sosialisasi.

i. Usia prasekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin, meningkatkan kesadaran
diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap umpan balik keluarga.
Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai. Penghargaan dari anggota
keluarga menjadi penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri
anak dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri dimana orang
tersebut sebagai orang dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya.

j. Anak usia sekolah


Pada masa ini seorang anak menggabungksn umpan balik dari teman sebaya dan guru. Dengan
anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih banyak didapatkan
keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak berubah, dan identitas seksual
menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca memungkinkan ekspansi konsep
diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh
dapat berubah pada saat ini karna anak terus berubah secara fisik, emosional, mental dan
sosial.

k. Masa remaja
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi seksual,
perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri. Pertumbuhan yang cepat
yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor penting dalam penerimaan dan
perbaikan citra tubuh. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari masa anak-
anak ke masa dewasa yang sering dihadapkan kepada ketidakpastian.
Remaja atau diartikan pula sebagai adolescence adalah masa perkembagan dari masa naka-
naka menuju masa dewasa yang mencakup perkembangan biologis, kognitif, dan sosial
emosional.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan
identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada masa
kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman
negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk. Mereka mengumpulkan
berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapakan rasa identitas.

l. Masa dewasa muda


Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi sepanjang hidup.
Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode untuk menetapakan tanggung
jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat. Dalam masa
ini konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan diberikan untuk
penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara
konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.

m. Usia dewasa tengah


Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan, rambut
memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat perubahan dalam produksi
hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas mempengarui citra tubuh yang selanjutnya
dapat mengganggu konsep diri.Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi
kembali pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai
hidup. Orang usia dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan
untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.

n. Lansia
Perubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi. Terjadi
penurunan kekuatan otot dan tonus otot. Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh
pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup
mereka, meninjau kembali keberhasilan dan kekecewaan dan dengan demikian menciptakan
rasa kesatuan dari makna tentang diri makna tentang diri mereka dan dunia membentu
generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering lansia mengembangkan perasaan telah
meninggalkan warisan.

D.Penyesuaian Sosial

Hurlock (1990) menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan keberhasilan seseorang


untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada
khususnya. Menurut Jourard (dalam Hurlock, 1990) salah satu indikasi penyesuaian sosial yang
berhasil adalah kemampuan untuk menetapkan hubungan yang dekat dengan seseorang.
Dikatakan oleh Schneirders (dalam Hurlock, 1990) penyesuaian sosial merupakan proses mental
dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keinginan yang
berasal dari dalam diri sendiri yang dapat diterima oleh lingkungannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial merupakan tingkah laku yang
mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan kelompok sesuai dengan
keinginan dari dalam dan tuntutan lingkungan.[9]
Menurut Schneiders penyesuaian diri adalah proses yang meliputi respon mental dan tingkah
laku yang mana seorang individu berusaha untuk menguasai atau menanggulangi kebutuhan-
kebutuhan dalam diri, ketegangan, frustrasi, konflik secara berhasil dan untuk mempengaruhi
suatu tingkat keseimbangan antara tuntutan-tuntutan dalam diri individu dengan tuntutan dari
lingkungan tempat individu berada.
Dalam hidupnya seorang individu akan terus menerus melakukan penyesuaian diri baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Menurut Schneiders (1964:429) adjustment dibagi menjadi empat, yaitu penyesuaian diri
(personal adjustment), penyesuaian sosial (social adjustment), penyesuaian pernikahan (marital
adjustment), dan penyesuaian terhadap pekerjaan (vocational adjustment).
Untuk mencapai kematangan dalam penyesuaian sosial, maka individu dapat menciptakan relasi
yang baik dengan orang lain, memperhatikan orang lain, mengembangkan persahabatan yang
baik dengan orang lain, berperan secara aktif dalam kegiatan sosial, serta menghargai nilai-nilai
yang berlaku. Terdapat tiga aspek yang saling berkaitan satu sama lain di dalam penyesuaian
sosial, yaitu lingkungan keluarga (rumah), sekolah dan masyarakat.

You might also like