You are on page 1of 23

PRESENTASI KASUS

DEATH CONCEPTUS

Pembimbing :
Leni suhartini, S.ST, M.Kes

Disusun oleh
Febiana sholeha (202015201011)

PAVILIUN IMAM SUJUDI LANTAI 1

RUMAH SAKIT KEPRESIDENAN RSPAD GATOT SOEBROTO

PRODI KEBIDANAN
STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO

PERIODE 17-25 JULI 2023


0

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
presentasi kasus yang berjudul “death conceptus”. Presentasi kasus ini disusun guna mengikuti
dinas pada ruangan PIS lantai 1. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai uswah hasanah bagi umat.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan penelitian ini tidak akan selesai tanpa adanya
dukungan, bimbingan, bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih dan rasa hormat kepada leni suhartini, S.ST, M.Kes

, selaku pembimbing laporan presentasi kasus ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan presentasi kasus ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna, karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis, presentasi kasus ini dapat menginspirasi
pembaca, menambah wawasan, dan bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 23 Juli 2023

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2

PENDAHULUAN 3

ILUSTRASI KASUS 4

TINJAUAN PUSTAKA 12

KESIMPULAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

PORTOFOLIO

Topik: Dead Conception


Tanggal (Kasus) : 29 April 2019 Presenter : dr. Abdel Halim Adnan
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. WInda Nurhamda
Tempat Presentasi : RSI Siti Hajar
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil


Neonatus
Deskripsi : Wanita hamil, 28 tahun datang dengan keluhan perdarahan dan flek dari jalan
lahir
Bahan Bahasan Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi dan Email Pos
diskusi
Data Nama : Ny. N No. Reg :
Pasien : Umur : 28 tahun
Alamat : Karang Buaya Pagutan
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Nama RS: rspad gatot Telp :
soebroto
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis:
G2P1A0 Uk 10-11 minggu dengan Death Conceptus
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat rutin
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak didapatkan keluhan serupa pada saudara atau keluarga.
5. Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan :
Pasien makan  3 kali sehari. Aktivitas bekerja sebagai PNS sehari-hari dirasakan tidak
terlalu berat. Kondisi ekonomi cukup. Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi
alkohol.
1. Riwayat lain-lain :
 Haid : Pasien menarche pada usia 14 tahun, pola haid teratur dengan siklus 28
hari
 Perkawinan : pertama kawin umur 26 tahun
 HPHT : 6 mei 2023

1. Subjektif
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 20 juli 20123
pada pukul 21.30 di IGD PONEK RSPAD .
Alloanamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang wanita 28 tahun dengan G2P1A0 Uk 10-11 minggu datang ke IGD ponek
dengan keluhan lemas, keluar flek kecoklatan sejak kemarin jam 00.00 WIB, lalu pada
pukul 18.00 WIB keluar flek darah merah banyak dari jalan lahir. Ibu mengaku ini
kehamilan anak ke 2, belum pernah keguguran , HPHT 6 MEI 2023. Ibu mengeluh mual,
dan nyeri pada perut bagian bawah, control rutin di klinik Bamed meruya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
 Riwayat penyakit asma, darah tinggi, kencing manis, dan penyakit jantung
disangkal
 Riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama disangkal
c. Lifestyle
Pasien makan  3 kali sehari. Aktivitas bekerja sebagai wiraswasta sehari-hari
dirasakan tidak terlalu berat. Kondisi ekonomi cukup. Pasien tidak merokok dan tidak
mengonsumsi alkohol.
d. Lain-lain
 Haid : Pasien menarche pada usia 14 tahun, pola haid teratur dengan siklus 28
hari
 Perkawinan : pertama kawin umur 26 tahun
 HPHT : 6 mei 2023

2. Objektif
 Pada survei primer, didapatkan
o Airway : Tidak ditemukan hambatan jalan nafas
o Breathing : Laju pernafasan 20x/menit, nafas regular, nafas cuping hidung (-)
o Circulation : Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 100 x/menit
o Disability : GCS E4M6V5 = 15, Compos mentis
o Exposure / Environment : tidak ada keluhan, T= 36,8°C
Abdomen
Inspeksi : gravidarum (+), bekas luka operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal,
Perkusi: pekak pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : terdapat janin (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT <2 detik

Fungsi Motorik: tidak dilakukan pemeriksaan


Fungsi Sensorik: tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi Keseimbangan dan Koordinasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi Vegetatif : miksi (+), defekasi (+)
Fungsi Luhur : tidak dilakukan pemeriksaan

Status Obstetri
1. Inspeksi : Tampak keluar darah dari vagina, Striae gravidarum (+)
2. Palpasi :
 Leopold I : TFU 1 jari diatas symphisis pubis
 Leopold II : tidak dapat dinilai
 Leopold III : tidak dapat dinilai
 Leopold IV : tidak dapat dinilai
3. Auskultasi : DJJ (-)
4. Pemeriksaan Inspekulo : tampak keluar darah dari ostium uteri eksterna
5. Pemeriksaan dalam :

3. Pemeriksaan Penunjang:
a. Laboratorium (20 Juli 2023
 - Hemoglobin = 11,3
 - Hematokrit = 34%
 - Eritrosit = 4000000
 - Leukosit = 8340
 - Trombosit = 242.000
 - PT = 14.5
 - APTT = 30.1
 - SGOT = 11
 - SGPT = 13
 - Albumin = 4.5
 - Ureum = 9
 - Kreatinin = 0.55

 GDS = 88
 Na = 143
 K = 4.1
 CI =105
 HbsAg = Non Reaktif
 Anti-HIV = Non Reaktif

a. USG abdomen (20 juli 2023)


 Tampak 1 fetal
 Gestasional sac (+)
 Fetal movement (-)
 Fetal heart movement (-)
 Hasil konsepsi (+)
Kesan : Death Conceptus
4. Resume

Pasien seorang wanita 28 tahun dengan G2P1A0 Uk 10-11 minggu datang ke IGD ponek
dengan keluhan lemas, keluar flek kecoklatan sejak kemarin jam 00.00 WIB, lalu pada
pukul 18.00 WIB keluar flek darah merah banyak dari jalan lahir. Ibu mengaku ini
kehamilan anak ke 2, belum pernah keguguran , HPHT 6 MEI 2023. Ibu mengeluh mual,
dan nyeri pada perut bagian bawah, control rutin di klinik Bamed meruya. Ketika di USG
oleh dokter kandungan pada tanggal 20 juli 2023 dinyatakan bahwa, terdapat 1 janin, DJJ
janin sudah negatif, dengan usia gestasi 10-11 minggu. Pusing (+), demam (-), mual (-),
muntah (-). Riwayat penyakit asma, darah tinggi, kencing manis, dan penyakit jantung
disangkal. Riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama disangkal. Pasien makan
 3 kali sehari. Aktivitas bekerja sebagai wiraswasta sehari-hari dirasakan tidak terlalu
berat. Jarang berolahraga. Kondisi ekonomi cukup. Pasien tidak merokok dan tidak
mengonsumsi alkohol.
5. Assesment

Diagnosis : G2P1A0 Uk 10-11 minggu dengan Death Conceptus

Diagnosis Banding : IUFD, Abortus


6. Planning

Tatalaksana
 Non Medikamentosa
 Menjelaskan tentang diagnosis penyakit
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien untuk di lakukan operasi kuret
dan rawat inap
 Medikamentosa
 MISOPROSTOL 200 MCG 1x
 Pasien dikonsulkan ke dr., Sp.OG kemudian di rawat inap di PIS lantai 1
Ruang 103, diberi analgetik sesuai intruksi DPJP pemberian antibiotic sesuai
intruksi DPJP
7. Prognosis

Dubia ad bonam dengan pengobatan yang cepat dan tepat.

BAB I
PENDAHULAN

Fetal death yaitu peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil


konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim ibunya. Termasuk dalam
pengertian fetal death antara lain still birth dan abortus. Kematian janin adalah suatu kejadian
traumatik psikologik bagi wanita dan keluarganya.
Radestat mendapatkan bahwa interval yang lebih dari 24 jan sejak diagnosa kematian janin
sampai induksi persalinanberkaitan dengan ansietas berlebihan. Faktor lain yang berperan adalah
apabila wanita yang bersangkutan tidak melihat bayinya selama yang ia inginkan dan apabila
iatidak memiliki barang kenangan Dapat timbul kecemasan pada ibu sampai gejala depresi dan
gejala somatisasi yang dapat bertahan sampai lebih dari 6 bulan. Seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi meninggal, telah lama dianggap memiliki resiko yang lebih besar mengalami
gangguan hasil kehamilan pada kehamilan berikutnya.
Beberapa penelitian menyebutkan kisaran angka kekambuhan lahir mati antara 0 sampai 8
persen. Kematian janin sebelumnya walaupun tidak semua lahir mati menyebabkan gangguan hasil
pada kehamilan berikutnya. Evaluasi prenatal pnting dilakukan untuk memastikan penyebab.
Apabila penyebab lahir mati terdahulu adalah kelainan karyotipe atau kausa poligenik,
pengambilan sample villus khorionik atau amniosintesis dapat mempermudah deteksi dini dan
memungkinkan dipertimbangkannya terminasi kehamilan.
Pada diabetes, cukup banyak kematian perinatal yang berkaitan dengan kelainan congenital.
Pengendalian glikemik intensif pada periode perikonsepsi dilaporkan menurunkan insiden
malformasi dan secara umum memperbaiki hasil.

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 identitas Pasien


b. Nama : Ny. N
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Umur : 28 th
e. Tgl lahir : 22/01/1995
f. No. RM : 01160633
g. Alamat : Jl. kalpataru III/57 RT002/005
h. Pekerjaan : PNS
i. Agama : Islam
j. Masuk RS Tanggal : 20 juli 2023
k. Jam : 22:04:04

2.2 Keluhan Utama


Perdarahan dari jalan lahir sejak kemarin, sebelumnya mengalami flek

2.3 Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang wanita 28 tahun dengan G2P1A0 Uk 10-11 minggu datang ke IGD ponek
dengan keluhan lemas, keluar flek kecoklatan sejak kemarin jam 00.00 WIB, lalu pada pukul
18.00 WIB keluar flek darah merah banyak dari jalan lahir. Ibu mengaku ini kehamilan anak
ke 2, belum pernah keguguran , HPHT 6 MEI 2023. Ibu mengeluh mual, dan nyeri pada
perut bagian bawah, control rutin di klinik Bamed meruya.

b. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :


 Tidak ada hipertensi, tidak ada asma, tidak ada diabetes, tidak ada alergi
c. Lifestyle
Pasien makan  3 kali sehari. Aktivitas bekerja sebagai PNS sehari-hari dirasakan tidak
terlalu berat. Kondisi ekonomi cukup. Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi
alkohol.
d. Lain-lain
 Haid : Pasien menarche pada usia 14 tahun, pola haid teratur dengan siklus 28 hari
 Perkawinan : pertama kawin umur 26 tahun
 HPHT : 6 mei 2023
2.4 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Tampakan umum : tampak lemas
Status gizi : kesan cukup
Berat badan : 51,4 kg
Tinggi badan : 160 cm
b. Kesadaran/GCS : Compos Mentis
c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 109/78 mmHg
Frekuensi Nadi : 81 x/menit
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu tubuh : 36,5C

2.5 Pemeriksaan penunjang


a. USG (20 juli 2023 pukul 21:20)
GS : 2.36
Yolk sac : 0.83
CRL 0,56 cm
DJJ (-)

b. Laboratorium (20 juli 2023 pukul 23:25:23)


 - Hemoglobin = 11,3
 - Hematokrit = 34%
 - Eritrosit = 4000000
 - Leukosit = 8340
 - Trombosit = 242.000
 - PT = 14.5
 - APTT = 30.1
 - SGOT = 11
 - SGPT = 13
 - Albumin = 4.5
 - Ureum = 9
 - Kreatinin = 0.55
 - GDS = 88
 - Na = 143
 - K = 4.1
 - CI =105
 - HbsAg = Non Reaktif
 - Anti-HIV = Non Reaktif
2.6 Diagnosis
- G2P1A0 Uk 10-11 minggu dengan Death Conceptus

2.7 Diagnosis Banding


- IUFD
- Abortus

2.8 Tatalaksana
 Non Medikamentosa
 Menjelaskan tentang diagnosis penyakit
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien untuk di lakukan operasi kuret dan
rawat inap
 Medikamentosa
 MISOPROSTOL 200 MCG 1x
Pasien dikonsulkan ke dr., Sp.OG kemudian di rawat inap di PIS lantai 1 Ruang 103,
diberi analgetik sesuai intruksi DPJP pemberian antibiotic sesuai intruksi DPJP

2.9 Prognosis

FOLLOW UP PASIEN DI RUANGAN (PIS LANTAI 1 KAMAR 103)


Waktu Subjektif Objektif Assesment Rencana
21/07/2023 Pasien merasakan KU : baik - Post (Pk 14:00)
nyeri perut bagian Kesadaran : curretage - haemodinamik
bawah, pusing (-), composmenti 2/1 stabil
mual muntah (-) s kematian - nyeri teratasi
 Vital Sign : mudiga - tidak terjadi
TD: 100/68 pada infeksi
mmHg P1A0 - Observasi TTV
N : 84 - Pemberian
x/menit analgetik sesuai
S : 36,5C intruksi DPJP
Terpasang pemberian
infus RL antibiotic sesuai
kosong 28 intruksi DPJP
TPM terdapat
tampon kassa
2 buah di
vagina, darah
normal
21/07/2023 Pasien sudah  KU : baik, - Post (Pk 16:00)
mobilisasi turun dari composmenti curretage - Observasi TTV
tempat tidur, pusing s cito 2/1 dan perdarahan
(-)  Vital Sign : kematian - Hemodinamik
TD: 112/74 mudigah stabil
mmHg pada - Infus habis di
N : 82 P1A0 up therapy oral
x/menit tampon kassa 2
S : 36,4C buah > di up
 Terpasang
tampon kassa
2 buah (darah
sedikit)
22/07/2023 Pasien mengatakan  KU : baik, - Post - haemodinamik
mules masih composmenti curettage stabil
dirasakan, darah s cito, - cegah infeksi
yang keluar tidak  Vital Sign : kematian - atasi nyeri
banyak TD: 110/70 mudigah - cegah
mmHg pada P2A0 perdarahan
N : 82 x/
menit
Rr : 20x/
menit
S : 36,2C
 I ULU
tenang,
perdarahan
aktif tidak
ada
22/07/2023 Pasien mengatakan  KU : baik, -Post (Pk 12:00)
mules sudah mulai composmenti curettage - haemodinamik
erkurang, dan flek- s cito, stabil
flek  Vital Sign : kematian - memberikan
TD: 118/70 mudigah antibiotic sesuai
mmHg pada P2A0 DPJP
N : 81 x/
menit
Rr : 20x/
menit
S : 36,7C
 Spol : 99%
 Skala nyeri :
1
 I Ulu tenang
 Perdarahan
aktif : tidak
ada
22/07/2023 Melaporkan keadaan - - (Pk 12:00)
umum pasien ke dr. - ACC rawat jalan,
tiarma SPOG advice control 1 minggu

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan
dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan
fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-
tanda kehidupan,seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot. Kematian janin
fase awal diartikan sebagai keluarnya hasil konsepsi pada 16 minggu kehamilan dan
didiagnosis pertama kali pada pemeriksaan USG.

3.2 Epidemiologi
Anomali kromosom janin merupakan penyebab terbanyak terjadinya death conceptus
atau kematian mudigah yakni sebesar 30 - 60%. Perkiraan ini didasarkan pada karyotyping
konvensional jaringan janin. Akan tetapi, kemungkinan angka kejadian yang sebenarnya
mungkin lebih tinggi dari kisaran ini. Namun, prevalensi abnomalimitosis kromosom gross
pada embriofase praimplantasi juga sangat tinggi, yakni sekitar 90% dari semua embrio,
bahkan pada wanita subur muda.

3.3 Etiologi
Kematian mudigah tidak jarang menyebabkan terjadinya abortus pada kehamilan
muda. Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih
hidup. Komplikasi yang berbahaya dari abortus adalah perdarahan, infeksi, perforasi dan syok 8.
Hal-hal yang menyebabkan kematian mudigah dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini1,2,3:

1. Kelainan Ovum :
Menurut Hertik dkk, dari 1000 abortus spontan 48,9 % disebabkan oleh Ovum yang
patologis. Ovum yang abnormal 6 % diantaranya terdapat degenerasi vili. Abortus
spontan yang disebabkan oleh kelainan ovum berkurang kemungkinannya terjadi
abortus kalau kehamilan sudah lebih dari 1 bulan, artinya makin muda kehamilan saat
abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80 %).
2. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi :
Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.
Faktor-faktor yang rnenyebabkan kelainan dalam pertumbuhan hasil konsepsi adalah :
a. Kelainan Kromosom
Abnormlitas dari kromosom 60% maka terjadi pada trimester pertama dan
kemungkinan hidup lahir hanya 0,6%. Kelainan kromosom yang sering ditemukan
pada abortus spontana dalah Trisomi, Monosomi, Triploidi, Tetra-ploidi, dan
kemungkinan pula kelainan kromosom sek.
b. Lingkungan Endometrium Kurang Sempurna
Bila lingkungan endometrium di sekitar tempat implamantasi kurang
sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari Luar
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi
maupun lingkungan hidupnya didalam uterus. Pengaruh ini dinamakan pengaruh
teratogen.
d. Kelainan Genitalia Ibu
- Anomali Kongenital I (Hipoplasia uteri, Uterus bikornis).
- Kelainan letak uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
- Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum seperti
kurangnya progesterone atau estrogen, eridometritis dan mioma submukosa.
- Servik inkompeten yang disebabkan kelemahan bawaan pada servik, dilatasi
serviks yang berlebihan, konisasi, amputasi atau robekan servik yang tidak
dijahit.
- Gangguan Sirkulasi Plasenta dijumpai pada ibu yang menderita penyakit
nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomaly plasenta dan endateritis
yang menyebabkan oksigen isasi plasenta terganggu sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
3. Penyakit Ibu
1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid,
pielitis, rubella dan malaria. Kematian fetus yang di sebabkan karena toksin
dan ibu atau invasi kuman atau virus kepada fetus.
2) Keracunan, Nikotin dan Alkohol.
3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru, dan anemia
grafis.
4) Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan
vitamin A, C, atau E danibu yang menderita Diabetes Melitus.
5) Anthagonis Rhesus, pada anthagonis rhesus darah ibu yang melalui plasenta
merusak fetus dan berakibat meninggalnya fetus.
6) Antiphospolipid Syndrome, Ada dua macam antibodi antifosfolipid yang telah
dikenal yaitu : Lupus Anticoagulant ( LA ), dan Anticardiolipin Antibody
( ACA ). Sedangkan klasifikasi APS terdiri dari APS tanpa penyebab lain
disebut sebagai APS primer, sedangkan APS karena penyakit lain seperti SLE
dinamakan APS sekunder9.
7) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus misalnya terkejut, obat
uterotonika, ketakutan, lapartatomi, dan dapat juga trauma langsung terhadap
fetus, selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda dan obat-obatan.
4. Penyakit Bapak
Usia lanjut, penyakit kronis, seperti TBC, anemia, dekompensasi kordis, malnutrisi,
nefritis, sifilis, keracunan, sinar rontgen dan avitaminosis.
3.4 Patofisiologi
Sindrom antibody antifosfolipid (APS) adalah salah satu diantara banyak penyebab
kematian hasil konseptus yang ditandai antibodi multiple yang berbeda yang timbul bersama
antibody antifosfolipid dengan thrombosis arteri dan vena. APS dikenal juga sebagai sindrom
Hughes.Trombosis telah diketahui secara luas sebagai salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas kehamilan. APS adalah penyebab utama trombosis dalam kehamilan yang
bertanggung jawab atas morbiditas dan mortalitas janin serta ibu seperti preeklampsia,
pertumbuhan janin terhambat, kematian janin dalam rahim, persalinan preterm dan bahkan
gangguan proses implantasi mudigahke dalam endometrium.
Jika terjadi kematian janin maka selanjutnya terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti
nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
oleh uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan hasil konsepsi tersebut. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum menembus desidua secara dalam, jadi
hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.
Pada kehamilan 8-12 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan secara sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari
14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam
berbagai bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya,
janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus5

3.5 Manifestasi Klinis


Pengeluaran hasil konsepsi biasanya terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu,
gejala awal ditandai dengan perdarahan pervaginam yang bisa sedikit atau banyak dan biasanya
berupa stolsel (darah beku), rasa mulas dan kram pada daerah simfisis dan sering kali nyeri
pinggang, pemeriksaan dalam didapati servik dan teraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servik
atau kavum uteri, karena sebagaian dari janin atau jaringan sudah keluar, dan uterus berukuran
lebih kecil dari dan seharusnya3.
3.6 Diagnosis
Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang :
A. Anamesis
✓ Evaluasi pasien mencakup rincian medis, riwayat bedah, keluarga, genetik, dan
riwayat haid, penggunaan obat-obatan, tembakau, alkohol, dan kafein, dan riwayat
terpapar zat – zat berbahaya. Semua kehamilan sebelumnya harus diperiksa secara
rinci, dengan memperhatikan usia kehamilan saat terjadinya dead conceptus,
komplikasi, ultrasonografi, laporan patologi, dan analisis kromosom1,2.
B. Pemeriksaan Fisik
✓ Pemeriksaan fisik harus mencakup evaluasi adanya pembesaran tiroid atau gondok,
evaluasi payudara untuk galaktorea, dan pemeriksaan untuk hirsutisme, yang bisa
menunjukkan pasien memiliki disfungsi tiroid atau hiper prolaktinemia. Pemeriksaan
panggul harus mencakup evaluasi serviks jika pasien telah terkena DES atau pernah
menjalani operasi serviks. Pembesaran ukuran rahim mungkin terkait dengan fibroid,
dan pemesaran ovarium mungkin mengindikasikan penyakit ovarium polikistik1,2.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Ultrasonografi
Histero salpingografi, saline ultrasonografi tiga-dimensi, resonansi magnetik
dan pencitraan dapat membantu mendeteksi kelainan rahim. Histeros kopi dan
laparoskopi berguna jika tes lain telah menunjukkan bahwa kelainan harus
dikonfirmasi, seperti septum rahim. Di masa depan, prosedur ini cenderung diganti
dengan ultrasonografi tiga dimensi atau pencitraan resonansi magnetik.
Ultrasonografi harus dilakukan pada 6 sampai 6-1/2 minggu dan diulang
setiap 10 sampai 14 hari sampai sekitar 12 minggu kehamilan. Sering ultrasonografi
dan awal memiliki beberapa keuntungan yakni : melihat kelayakan janin dan ini
merupakan indikator yang baik bahwa kehamilan akan berhasil, meningkatkan
kemungkinan bahwa jaringan plasenta dapat diperoleh untuk analisis kromosom.
Malformasi uterus, paling sering didapat adalah arkuata dan septate uteruses
(Gambar 1), terdeteksi dalam 10 sampai 25% dari wanita dengan keguguran
berulang tetapi hanya 5% dari kontrol, dan evaluasi 20 dari rongga rahim (terutama
untuk mencari septum) yang direkomendasikan oleh organisasi profesipada wanita
dengan keguguran berulang. Vascular insufisiensi diperkirakan mendasari dead
kosneptus dalam kasus septate uterus1,2,3.

2) Laboratorium
Uji laboratorium harus dipilih pada dasar temuan riwayat klinis masing-
masing pasien dan hasil pemeriksaan. Tes darah mungkin termasuk darah lengkap,
jumlah sel darah, antibodi antinuklear, anticardio lipin antibodi, lupus antikoagulan,
kadar prolaktin, dan kadar thyrotropin.
Kromosom kedua orang tua harus dievaluasi. Evaluasi meliputi uji
trombofilia untuk protein C, protein C teraktivasi, faktor V Leiden dan mutasi
protrombin, protein S, antithrombin, dan kadar homosistein puasa. Biopsi
endometrium dapat membantu mengkonfirmasi ovulasi atau mengevaluasi fase luteal
yang cacat. Meskipun prosedur ini kontroversial, tetapi ini merupakan tes terbaik
untuk mengevaluasi kelainan endometrium. Pengujian untuk sitomegalovirus,
listeria, dan toksoplasmosis dapat juga dilakukan mungkin, tetapi umumnya tidak
dianjurkan1.
3.7 Tatalaksana
1. Antikoagulan Theraphy
Di antara wanita yang mengalami dead conceptus berulang dan positif terdapat
antibodi antifosfolipid tes, dua uji klinis menunjukkan perbaikan tingkat kelahiran hidup
dengan penggunaan dosis profilaksis unfractionated heparin (misalnya, 5000 U subkutandua
kali sehari) dan aspirin dosis rendah, dibandingkan dengan aspirin alone. Strategi ini
menjadi pengobatan standar karena sindrom antifosfolipid, namun percobaan yang lebih
baru yang melibatkan beberapa wanita dengan sindrom ini tidak menunjukkan peningkatan
angka kelahiran hidup secara signifikan dengan penggunaan dosis profilaksis rendah heparin
dan aspirin dosis rendah. Dengan demikian, peran perawatan ini khusus untuk pencegahan
keguguran berulang masih kontroversial1,10.
2. Manajemen Kelainan Genetik
Prognosis bervariasi tergantung pada kelainan. Risiko bayi lahir-hidup dengan
translokasi trisomi adalah rendah, umumnya kurang dari 1%. IVF dengan diagnosis genetik
praimplantasi telah digunakan dalam upaya untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Namun,
kemungkinan jumlah keturunan karyotypically yang normal dalam intervention ini membuat
kegunaannya dipertanyakan1.
3. Intervensi Imunologic
Meskipun allo immunity telah diduga menjadi kemungkinan penyebab death
conseptus yang berulang, sebuah uji coba secara acak dari leukosit ayah immuni-lisasi
menunjukkan ada perbaikan dalam tingkat kelahiran yang hidup1.
4. Penanganan Aktif
a. Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan dilatasi atau kuretase.
b. Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu, dilakukan induksi persalinan dengan
oksitosin. Untuk oksitosin diperlukan pembukaan serviks dengan pemasangan kateter
foley intra uterus selama 24 jam7.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus Teori
keluhan keluar darah dari vagina Perdarahan pada kehamilan muda hal yang mungkin terjadi adalah
sejak 1 hari yang lalu abortus, mola hidatidosa, KET. Namun demikian, pengakuan pasien
bahwa perdarahan disertai mules-mules dan nyeri pinggang
mengarahkan diagnosis kepada abortus.
Perdarahan pada usia kehamilan terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya
10-11 minggu disebabkan oleh faktor ovofetal. Pemeriksaan USG janin dan
histopatologi menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang
telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada
tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang
kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus,
terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi
dengan adekuat.
Dilakukan pemeriksaan USG Hal ini sesuai dengan teori bahwa Menurut mochtar pada
abdominal : Tampak 1 fetal (+), pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong
Gestasional sac (+), Fetal gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai
movement (-), Fetal heart gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
movement (-), Terdapat sisa hasil
konsepsi (+)
Dilakukan Pemeriksaan Dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menilai kadar Hb
Laboratorium darah Rutin berhubungan dengan penanganan. Didapat Hb 13,4g/dl yang artinya
masih dalam batas normal karena dikatakan tidak normal menurut
teori adalah ketika HB < 11 g/dl pada trimester pertama.
PP Test/HCG test : positif Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus
imminens, abortus habitualis dan missed abortion:
Tes kehamilan : positif jika janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.
Dilakukan kuretase Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan
dilatasi atau kuretase. Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu,
dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Pada pasien ini usia
kehamilan 8-9 minggu maka dilakukan kuretase.

DAFTAR PUSTAKA

1. Branch Ware, Gibson Mark, Robbert Silver. Reccurent Miscarriage. The New England
Journal Of Medicine 2010;363(18) 1740-7. Available at :
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1005330
2. Kiwi, Robert. Recurrent pregnancy loss: Evaluation and discussion of the causes and their
management.Cleveland Clinic Journal Of Medicine 2007;73(10) 913-20. Available at :
http://www.ccjm.org/content /73/10/913.full.pdf
3. Silver, Robert M. Fetal Death. Obstetric and Gynecology 2007;109 (1) . Available at :
http://utilis.net/Morning%20Topics/Obstetrics/ Fetal%20Death.pdf
4. Pharoah POD, S.V. Glinianaia, J. Rankin. Congenital anomalies in multiple births After
early loss of a conceptus. Human Reproduction, 2009;24, (3) pp. 726–731. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC 2646789/pdf/den436.pdf
5. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. In: William’s Obstetrics. Ed 23. The Mc Graw-Hill
Companies. New York, 2010
6. Salker, et al. Natural Selection Of Human Embryos: Impaired Decidualization Of
Endometrium Disables Embryo-Maternal Interactions And Causes Recurrent Pregnancy
Loss. Plos One 2010;5 1-7. Available
at :http://www.plosone.org/article/fetchObjectAttachment.action?uri=info%3Adoi
%2F10.1371%2Fjournal.pone.0010287&representation=PDF
7. Manuaba. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial untuk profesi
bidan. Jakarta : EGC ; 2008
8. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu bedah Kebidanan. Jakarta: Bina PustakA ; 2010
9. Haram Kjell, Eva-Marie Jacobsen and Per Morten Sandset. Antiphospholipid Syndrome in
Pregnancy,Antiphospholipid Syndrome. Intech (Ed);2012. Available
at:http://www.intechopen.com/books/antiphospholipid-yndrome/ antiphospholipid-
syndrome-in-pregnancy
10. Erkan D, Patel S, Nuzzo M, Gerosa M, Meroni PL, Tincani A, et al. Management Of The
Controversial Aspects Of The Antiphospholipid Syndrome Pregnancies: A Guide For
Clinicians And Researchers. Rheumatology (Oxford) 2008 Jun;47 Suppl 3:iii23-iii27.

You might also like