Professional Documents
Culture Documents
PDF SK Kebijakan Penanganan KLB
PDF SK Kebijakan Penanganan KLB
NOMOR : 154/SK/RSU-MS/VII/2016
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ketiga : TIM PPI RS Bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan
melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut kepada Direktur RSU Mutia Sari.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan : Duri
Pada tanggal :
dr.Suhatman, MARS
NIK.260100001
Lampiran : Keputusan Direktur RSU Mutia Sari
Nomor : 154/SK/RSU-MS/VII/2016
Tanggal :
1. Kejadian Luar Biasa (KLB) dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu.
2. Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen PPM dan PLP No. 451 Tahun 1991
Pedoman Penyelidikan Epidemiologis dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB),
suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur :
a) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
b) Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
c) Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
d) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
3. Pencegahan dan pengendalian risiko penyebaran kejadian yang berpotensi menjadi KLB
dilakukan segera secara sinergi melalui kerjasama lintas unit/satuan kerja oleh Komite PPI.
a) Agar kejadian KLB dapat dikendalikan dan segera ditangani, Rumah Sakit Umum
(RSU) Mutia Sari perlu mempunyai sistem pengendalian dan penanganan KLB.
b) Untuk mendeteksi secara dini adanya KLB, dilakukan surveilans infeksi di rumah
sakit. Selain untuk deteksi dini, surveilans secara aktif juga bertujuan untuk
mencegah supaya KLB tidak terulang lagi.
c) Surveilans dilakukan oleh IPCN bekerjasama dengan IPCLN.Data yang didapat dari
surveilans diolah oleh Komite PPI RS, disertai analisis, rekomendasi dan tindak
lanjut,
dan digunakan sebagai bahan laporan kepada Direktur RSU Mutia Sari, dan bahan
komunikasi dengan bagian yang terkait.
d) Kejadian Luar Biasa Infeksi Rumah Sakit (KLB IRS) ditetapkan oleh Direktur
berdasarkan pertimbangan Komite PPI RS RSU Mutia Sari pada hasil evaluasi
epidemiologik kecenderungan peningkatan angka infeksi RS secara signifikan selama
3 bulan berturut-turut. Peningkatan signifikan angka kejadian IRS pada suatu waktu
pengamatan tertentu diwaspadai sebagai KLB.
e) Penanganan KLB IRS harus dilakukan dengan segera dan secara terpadu oleh seluruh
unsur yang terkait, dikoordinasikan oleh Komite PPI RS. Selama terjadi KLB,
Petugas Ruangan/Instalasi terkait, Kepala Instalasi, dan IPCLN, harus berkoordinasi
secara intensif dengan Tim dan Komite PPI RS untuk menangani KLB tersebut.
f) Setelah menerima laporan dugaan adanya KLB, Komite PPI RS bersama IPCN/IPCO
melakukan investigasi bersama di tempat terjadinya KLB, meliputi :
• Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans Infeksi
Rumah Sakit.
• Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans Infeksi Rumah
Sakit.
• Berkoordinasi dengan IPCLN dan Kepala ruangan serta dokter yang bertanggung
jawab menangani pasien, untuk melakukan verifikasi diagnosis infeksi rumah sakit,
penegakan diagnosis IRS dan mengkonfirmasi sebagai kasus KLB. Selain itu juga
dilakukan investigasi terhadap kemungkinan sumber penularan, cara penularan dan
kemungkinan penyebarannya, serta aspek lain yang diperlukan untuk penanggulangan
atau memutuskan rantai penularan.
• Berkoordinasi dengan Instalasi Laboratorium untuk melakukan :
O Swab ruang/alat yang diduga terkontaminasi bakteri.
O Pengambilan bahan dari berbagai lokasi tersangka sumber infeksi
untukdibiakkan dan antibiogram.
O Pemasangan label di tempat penampungan bahan pemeriksaan laboratorium
pasien penyakit menular, label bertuliskan ”Awas Bahan Menular”.
Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci tangan yang benar dan tepat.
• Menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan APD lain sesuai indikasi.
• Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar.
• Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan dengan pasien yang sama-sama
terinfeksi/kohorting dan menentukan staf yang akan memberikan penanganan
(dipisahkan dengan staf lainnya).
• Apabila diperlukan mengusulkan kepada Direktur untuk mengisolasi ruangan atau
mengisolasi pasien bersangkutan yang dianggap tercemar oleh infeksi.
• Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Standar.
• Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi.
k) Komite PPI RS melakukan dokumentasi tentang kejadian dan tindakan yang telah diambil
terhadap data atau informasi KLB.
l) Komite PPI RS terus melakukan monitoring dan evaluasi sampai KLB berhasil diatasi.
m) Status KLB wajib dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat.
n) Komite PPI menyatakan KLB selesai jika dua kali masa inkubasi terpanjang tidak
ditemukan kasus baru.
dr . Suhatman,MARS
NIK.260100001