You are on page 1of 16

LATAR BELAKANG DAN RUANG LINGKUP PENDIDIKAN

KESETARAAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah IPA Pendidikan Kesetaraan yang
diampu oleh Ibu Nurhayati, M.Pd

Oleh :

Kelompok I

Ardita (433419027)

Wahyuni Nurnaningsih (433419047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang
masih memberikan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul “Ruang lingkup dan Latar Belakang Pendidikan
Kesetaraan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah
IPA Pendidikan Kesetaraan.

Saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan saya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan khususnya pada
pembaca pada umumnya. Dengan segala kerendahan hati, saran – saran dan kritik
yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang

Gorontalo, 11 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 Pengertian ........................................................................................................ 4
2.2 Karakteristik Pendidikan Kesetaraan........................................................... 7
2.3 Ruang lingkup Pendidikan Kesetaraan......................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 12
3. 1 Kesimpulan ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan
peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan untuk
semua jalur pendidikan. Jalur pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal
(sekolah) maupun jalur non formal (pendidikan nonformal). Jalur formal adalah
proses belajar terjadi secara hirarkis, terstruktur, berjenjang, termasuk studi
akademik secara umum, beragam program lembaga pendidikan dengan waktu
penuh atau full time, pelatihan teknis dan profesional.
Pendidikan formal yang ada di Indonesia yaitu pendidikan di sekolah-sekolah
mulai dari Sekolah Dasar (Madrasah Ibtidaiyyah), Sekolah Menengah Pertama
(Madrasah Tsanawiyah), Sekolah Menengah Atas (Madrasah Aliyah) hingga
Perguruan Tinggi.
Jalur non formal (pendidikan nonformal) adalah proses belajar terjadi secara
terorganisasikan di luar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik
dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang
lebih besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan
belajarnya tertentu pula. Menurut David R. Evans, konsep pendidikan nonformal
adalah kegiatan pendidikan yang terorganisasikan di luar sistem pendidikan
formal.
Ia juga menempatkan pendidikan formal sebagai bagian dari keseluruhan
konsep terpadu dari sistem pendidikan. Dalam konsep ini, ia juga memberikan
penekanan pada ciri-ciri organisasi kemasyarakatan, perkumpulan swasta, lebih
mementingkan tindakan paada tingkat lokal. Namun, pada saat yang sama, hal itu
menimbulkan kerancuan yang lebih kompleks antara perencanaan pendidikan
nonformal dan sistem pendidikan pada umumnya yang mempertimbangkan tujuan
pembangunan nasional.

1
Bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti ataupun menyelesaikan
pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal (putus sekolah)
disediakan pendidikan nonformal, untuk memperoleh bekal guna terjun ke
masyarakat. Pendidikan nonformal sebagai mitra pendidikan formal semakin hari
semakin berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat dan
ketenagakerjaan. Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan luar sekolah
yang dalam sidiknas disebut dengan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan
yang diselenggarakan di luar sekolah yang dapat memberikan kemungkinan pada
perkembangan sosial, sosial kultural, bahasa dan kesenian, keagamaan dan
ketrampilan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota masyarakat untuk
mengembangkan dirinya dan membangun masyarakatnya.
Pendidikan kesetaraan sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan
nonformal diharapkan dapat berkontribusi lebih banyak terutama dalam
mendukung suksesnya program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun
(Wajar Dikdas 9 Tahun) yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 1994, yakni
melalui penyelenggaraan program pendidikan kejar Paket A dan Paket B, serta
perluasan akses pendidikan menengah melalui penyelenggaraan program Paket C.
Program ini ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang
kurang beruntung, tidak sekolah, putus sekolah dan putus lanjutan, serta usia
produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup, dan warga
masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan
belajarnya sebagai dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu
pengetahuan dan teknologi agar mereka bisa hidup mandiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Pendidikan kesetaraan?
2. Apa Karakteristik dari Pendidikan Kesetaraan?
3. Apa saja ruang lingkup dari Pendidikan Kesetaraan?

2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Pendidikan Kesetaraan
2. Mengetahui Karakteristik dari Pendidikan Kesetaraan
3. Mengetahui ruang lingkup dari Pendidikan Kesetaraan

3
BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan Kesetaraan pada hakekatnya bertujuan memberikan kesempatan


kepada warga masyarakat untuk mengikuti pendidikan dasar dan menengah yang
bermutu dan relevan dengan kebutuhan peserta didik yang tidak memiliki kesempatan
belajar pada pendidikan formal. Jadi dengan kata lain dasar desain program ini adalah
pada proses pembelajarannya, tidak hanya mengutamakan ijazah kesetaraan paket C
saja. Pada proses pembelajaran yang dilakukan pada program Kejar Paket C ini, guru
diharapkan mampu untuk memenuhi proses pembelajaran berdasarkan pada standar
proses yang telah ditentukan oleh Pemerintah yaitu berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket
A, Program Paket B, dan Program Paket C.

2.1 Pengertian Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam setiap negara, hal ini
disebabkan karena kemajuan setiap negara dapat dilihat salah satunya dari kualitas
pendidikannya. Kualitas suatu negara yang memperhatikan pendidikannya akan lebih
maju apabila dibandingkan dengan negara yang tidak atau bahkan kurang
memperhatikan pendidikan. Salah satu peran utama pendidikan adalah untuk
melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berguna dan berkualitas, sehingga
memberikan dampak positif bagi bangsa dan negara dalam berbagai bidang

Anak adalah generasi muda yang akan meneruskan cita-cita bangsa dalam
membangun negara itu sendiri. Sehingga untuk mewujudkan sumber daya manusia
yang bermutu dan yang berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, maka diperlukan
pembinaan secara bertahap terhadap anak demi kelangsungan hidup, sehingga dapat
terhindar dari segala kemungkinan yang dapat membahayakan mereka terutama bagi
Bangsa di masa depan.

4
Pemerintah Indonesia dalam upaya mencerdaskan bangsa, telah
mencanangkan suatu program pendidikan yang dikenal dengan pendidikan nasional.
Pendidikan nasional ini bertujuan untuk membentuk pelajar menjadi insan yang
mempunyai keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaqul 2 karimah, cakap,
kreatif, berilmu, demokratif dan bertanggung jawab.1 Menurut Undang-undang Dasar
No. 20 tahun 2003, sistem pendidikan nasional dari segi jalur pendidikannya dibagi
menjadi tiga macam, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan
informal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang tertata dan memiliki beberapa


jenjang, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar pendidikan formal yang
mempunyai fungsi sebagai pengganti, pelengkap, dan atau pendidikan formal untuk
mendukung pendidikan seumur hidup. Sedangkan pendidikan informal adalah
pendidikan yang dilakukan dalam lingkungan keluarga yang berbentuk kegiatan
belajar mandiri. Pendidikan nonformal walaupun dilaksanakan diluar jalur pendidikan
formal, tetapi juga dilaksanakan berdasarkan program-program yang telah disusun
dan tahapan yang berjenjang. Beberapa jalur pendidikan nonformal yang
diselenggarakan oleh pemerintah adalah program kejar Paket A setara Sekolah Dasar
(SD), program kejar Paket B setara Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan program
kejar Paket C setara Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pendidikan kesetaraan adalah bagian dari pendidikan nonformal yang


dikhususkan untuk masyarakat yang kurang beruntung dalam bidang pendidikan,
tidak pernah sekolah atau putus sekolah. Selain itu juga ditujukan untuk masyarakat
yang masih dalam usia produktif yang masih mempunyai keinginan untuk menambah
pengetahuan.

Pendapat para pakar pendidikan non formal mengenai definisi pendidikan non
formal cukup bervariasi. Philip H.Coombs berpendapat bahwa pendidikan non formal

5
adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan diluar
system formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang
luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu
dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.

Menurut Soelaman Joesoef, pendidikan non formal adalah setiap kesempatan


dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh
informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan
kebutuhan hidup, dengan jutuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efesien dan
efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan
negaranya.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal
adalah pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar sekolah untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan informasi,
pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga,
masyarakat, dan negara.

Sejarah Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan non formal sudah ada sejak dulu dan menyatu di dalam kehidupan
masyarakat lebih tua dari pada keberadaan pendidikan sekolah. Para Nabi dan Rasul
yang melakukan perubahan mendasar terhadap kepercayaan, cara berfikir, sopan
santun dan cara-cara hidup di dalam menikmati kehidupan dunia ini, berdasarkan
sejarah, usaha atau gerakan yang dilakukan bergerak di dalam jalur pendidikan non
formal sebelum lahirnya pendidikan sekolah.

Gerakan atau dahwah nabi dan Rosul begitu besar porsinya pembinaan yang
ditujukan pada orang-orang dewasa dan pemuda. Para Nabi dan Rosul berurusan
dengan pendidikan dan pembangunan masyarakat melalui pembinaan orang dewasa
dan pemuda yang berlangsungnya diluar system persekolahan.

6
Tujuan Pendidikan Kesetaraan atau Non- Formal

Tujuan Pendidikan Non formal Ditinjau dari faktor tujuan belajar/pendidikan,


pendidikan non formal bertanggung jawab menggapai dan memenuhi tujuan-tujuan
yang sangat luas jenis, level, maupun cakupannya. Dalam kapasitas inilah muncul
pendidikan non formal yang bersifat multi purpose.

Ada tujuan-tujuan pendidikan non formal yang terfokus pada pemenuhan


kebutuhan belajar tingkat dasar (basic education) semacam pendidikan keaksaraan,
pengetahuan alam, keterampilan vokasional, pengetahuan gizi dan kesehatan, sikap
sosial berkeluarga dan hidup bermasyarakat, pengetahuan umum dan
kewarganegaraan, serta citra diri dan nilai hidup.

Ada juga tujuan belajar di jalur pendidikan non formal yang ditujukan untuk
kepentingan pendidikan kelanjutan setelah terpenuhinnya pendidikan tingkat dasar,
serta pendidikan perluasan dan pendidikan nilai-nilai hidup. Contoh program
pendidikan non formal yang ditujukan untuk mendapatkan dan memaknai nilai-nilai
hidup misalnya pengajian, sekolah minggu, berbagai latihan kejiwaan, meditasi,
“manajemen kolbu”, latihan pencarian makna hidup, kelompok hoby, pendidikan
kesenian, dan sebagainya. Dengan program pendidikan ini hidup manusia berusaha
diisi dengan nilai-nilai keagamaan, keindahan, etika dan makna.

2.2 Karateristik Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan non formal memiliki ciri-ciri yang berbeda dari pendidikan sekolah.
Namun keduannya pendidikan tersebut saling menunjang dan melengkapi. Dengan
meninjau sejarah dan banyaknya aktivitas yang dilaksanakan, pendidikan non formal
memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1. Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan dipergunakan.


Pendidikan non formal menekankan pada belajar yang fungsional yang sesuai
dengan kebutuhan dalam kehidupan peserta didik.

7
2. Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan non formal dan belajar
mandiri, peserta didik adalah pengambilan inisiatif dan mengkontrol kegiatan
belajarnya.
3. Waktu penyelenggaraannya relative singkat, dan pada umumnya tidak
berkesinambungan.
4. Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat fleksibel, dapat
dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak ditentukan oleh peerta didik.
5. Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan penekanan pada
belajar mandiri.
6. Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik adalah
fasilitator bukan menggurui. Hubungan diantara kedua pihak bersifat informal
dan akrab., peserta didik memandang fasilitator sebagai narasumber dan
bukan sebagai instruktur.
7. Penggunaan sumber-sumber local. Mengingat sumber-sumber untuk
pendidikan sangat langka, maka diusahakan sumber-sumber local digunakan
seoptimal mungkin

2.3 Ruang lingkup Pendidikan kesetaraan

Hak individu untuk mendapatkan Pendidikan dan meningkatkan kualitas


hidupnya sebagaimana tersebut dalam UUD 45, dijabarkan dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang sistem Pendidikan nasional dalam pasal 13 ayat (1), yang menyatakan
bahwa jalur Pendidikan terdiri dari Pendidikan formal, non formal, dan informal.
Ketiga jalur tersebut saling melengkapi dan memperkaya dan dimaksudkan untuk
mengakomodasi terjadinya perbedaan kesempatan dalam mngenyam Pendidikan.
Jalur-jalur Pendidikan ini disedikan agar dapat melayani semua warga negara sesuai
dengan prinsip Pendidikan sepanjang hayat menuju terbentuknya sumber daya
manusia Indonesia yang bermutu dengan segala karakteristiknya sesuai dengan
semangat “education for all” (Deklasi Dakar).

8
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.14 tahun 2007 tentang Standar isi
Pendidikan Kesetaraan bahwa Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada Paket C setara SMP/MTs dimaksud dengan memperoleh kompetensi
dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara
kritis, kreatif dan mandiri. Dengan tujuan agar warga belajar memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan diri,
bekerja mencari nafkah dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga siap
menghadapi persaingan kerja Tri Joko Raharjo, (2005 13-14

Sejalan dengan ketentuan UU tersebut, untuk memenuhi hak-hak warga


negara terhadap akses Pendidikan bermutu, Pendidikan kesetaraan sebagai salah satu
bagian dari sistem Pendidikan non formal di Indonesia, telah diperkenalkan mulai
tahun 1970, terutama ditujukan kepada peserta didik yang tidak menempuh jalur
formal karena berbagai alasan, diantaranya mereka yang belum beruntung secara
ekonomi, social, dan geografis. Sehingga tidak pernah sekolah, putus sekolah, putus
lanjut, atau mereka yang tidak memilih sekolah formal untuk menyesuaikan dengan
jadwal keseharian yang berbeda. Pendidikan kesetaraan juga ditujukan kepada warga
masyarakat lain yang memerlukan layanan pembelajaran khusus yang menekankan
pada keterampilan nasional dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai
dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan, teknologi dan
semi.

Jumlah peserta didik dan lulusan Pendidikan kesetaraan terus meningkat


setiap tahun terutama pada tahun 2000an, bahkan secara signifikan telah membantu
mereka yang terkendala dalam menyelesaikan Pendidikan jalur formal. Dengan
demikian, keberadaan Pendidikan kesetaraan menjadi lebih penting lagi dalam
meningkatkan Pendidikan sepanjang hayat di negeri ini. Oleh karena itu, pelaksaan
Pendidikan kesetaraan masih perlu dikembangkan dan diperbaharui, melalui
pemikiran kreatif dan inovatif, khususnya dalam diversifikasi pelayanan mengingat
luas dan heterogennya cakupan sasaran Pendidikan kesetaraan.

9
Pendidikan nonformal, khususnya Pendidikan kesetaraan, memberikan
pengakuan terhadap kemampuan, pengetahuan, dan keahlian seseorang yang
diperolehnya baik melaui Pendidikan formal, nonformal, maupun informal
sebelumnya. Pengakuan ini, memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
Kembali ke jalur Pendidikan formal atau sebaliknya.

Pendidikan kesetaraan mempunyai dampak yang luas baik kepada individu


maupun pada dunia Pendidikan pada umumnya. Dampak dimaksud antara lain
melalui Pendidikan kesetaraan :

1. Memungkinkan semua pengetahuan, keahlian, dan keterampilan dapat


dimanfatkan secara maksimal
2. Meningkatkan akses terhadap institusi Pendidikan dan pelatihan lebih lanjut
3. Membuka kesempatan untuk saling pindah jalur Pendidikan

Menurut pasal 26 ayat (3), Pendidikan nonformal meliputi pendidkan kecakapan


hidup, Pendidikan anak usia dini, Pendidikan kepemudaan, Pendidikan pemberdayaan
perempuan, Pendidikan keaksaraan, Pendidikan keterampilan dan pelatihan karya,
Pendidikan kesetaraan, serta Pendidikan lainnya yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Hasil Pendidikan nonformal dapat
dihargai setara dengan hasil program Pendidikan formal setelah melalui proses
penilaian penyataraan oleh Lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah
daerah dengan mengacu pada standar Pendidikan nasional.
Pendidkan kesetaraan menyediakan tiga paket program yaitu program paket A
yang setara jenjang SD/MI, Paket B yang setara dengan jenjang Pendidikan
SMP/MTs, dan program paket C yang setara jenjang Pendidikan SMA/MA
memberikan peluang dan kesempatan bagi mereka untuk dapat lebih mempersiapkan
diri untuk menngembangkan kepribadian dan kehidupannya.
Karena belum semua anak usia sekolah (7-12 tahun) dapat tertampung di SD dan
SMP, sehingga wajib belajar Dikdas belum tuntas juga menyebabkan pentingnya

10
pendidikan nonformal. Menurut data balitbang Dikdas mengungkapkan, bahwa arus
siswa tahun 2002 sebanyak 1.442.141 anak dari 24.434.976 anak usia sekolah SD
(5%) belum terlayani dan 5.801.122 anak dari 13.095.083 anak usia sekolah SMP
(44,3%) belum terlayani.
Perioritas sasaran wajib belajar Pendidikan dasar sampai 2009 adalah 2.509.989
orang yang terdiri atas jumlah dari putus sekolah SD/MI, dan SMP/MTs serta
Sebagian dari usia 16-18 tahun yang putus lanjut ke SMP/MTs.
Peserta didik dari kelompok usia Pendidikan dasar umumnya bertujuan untuk
dapat melanjutkan Pendidikannya. Sedangkan yang sudah berusia lebih lanjut
umumnya bermaksud menambah dan melengkapi tingkat kehidupannya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan kesetaraan meliputi program Paket A setara SD, Paket B setara


SMP, dan Paket C setara SMA ditujukan bagi warga belajar bermasalah yang berasal
dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan
putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan
kecakapan hidup, warga masyarakat lain memerlukan layanan khusus dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari perubahan penigkatan taraf
hidup.

Defenisi secara setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh,
dan kedudukan. Sebagaimana tercantum dalam undang – undang no.20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, pasal 26 ayat (6) bahwa hasil pendidikan
nonformal dapat dihargai setara hasil program pendidikan formal setelah melalui
proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau
pemerintah daerah dengan mengarah pada standar nasional pendidikan

12
DAFTAR PUSTAKA

Fasli Jalal & Dedi supriadi, (ed). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi
Daerah, Yogyakarta: adi Cipta Karya Nusa), 2001), 189.

Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya ), h.137

Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi (Jakarta: PT.
Bummi Aksara, 2007),

Umar Tirtarahardja dan La Sula,Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta), h.76

UU No.20 Tahun 2003 Tentang SIKDIKNAS

13

You might also like