Professional Documents
Culture Documents
Makalah Ruang Lingkup Dan Latar Belakang Pendidikan Kesetaraan
Makalah Ruang Lingkup Dan Latar Belakang Pendidikan Kesetaraan
KESETARAAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah IPA Pendidikan Kesetaraan yang
diampu oleh Ibu Nurhayati, M.Pd
Oleh :
Kelompok I
Ardita (433419027)
JURUSAN FISIKA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang
masih memberikan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul “Ruang lingkup dan Latar Belakang Pendidikan
Kesetaraan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah
IPA Pendidikan Kesetaraan.
Saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan saya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan khususnya pada
pembaca pada umumnya. Dengan segala kerendahan hati, saran – saran dan kritik
yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti ataupun menyelesaikan
pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal (putus sekolah)
disediakan pendidikan nonformal, untuk memperoleh bekal guna terjun ke
masyarakat. Pendidikan nonformal sebagai mitra pendidikan formal semakin hari
semakin berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat dan
ketenagakerjaan. Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan luar sekolah
yang dalam sidiknas disebut dengan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan
yang diselenggarakan di luar sekolah yang dapat memberikan kemungkinan pada
perkembangan sosial, sosial kultural, bahasa dan kesenian, keagamaan dan
ketrampilan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota masyarakat untuk
mengembangkan dirinya dan membangun masyarakatnya.
Pendidikan kesetaraan sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan
nonformal diharapkan dapat berkontribusi lebih banyak terutama dalam
mendukung suksesnya program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun
(Wajar Dikdas 9 Tahun) yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 1994, yakni
melalui penyelenggaraan program pendidikan kejar Paket A dan Paket B, serta
perluasan akses pendidikan menengah melalui penyelenggaraan program Paket C.
Program ini ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang
kurang beruntung, tidak sekolah, putus sekolah dan putus lanjutan, serta usia
produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup, dan warga
masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan
belajarnya sebagai dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu
pengetahuan dan teknologi agar mereka bisa hidup mandiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Pendidikan kesetaraan?
2. Apa Karakteristik dari Pendidikan Kesetaraan?
3. Apa saja ruang lingkup dari Pendidikan Kesetaraan?
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Pendidikan Kesetaraan
2. Mengetahui Karakteristik dari Pendidikan Kesetaraan
3. Mengetahui ruang lingkup dari Pendidikan Kesetaraan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam setiap negara, hal ini
disebabkan karena kemajuan setiap negara dapat dilihat salah satunya dari kualitas
pendidikannya. Kualitas suatu negara yang memperhatikan pendidikannya akan lebih
maju apabila dibandingkan dengan negara yang tidak atau bahkan kurang
memperhatikan pendidikan. Salah satu peran utama pendidikan adalah untuk
melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berguna dan berkualitas, sehingga
memberikan dampak positif bagi bangsa dan negara dalam berbagai bidang
Anak adalah generasi muda yang akan meneruskan cita-cita bangsa dalam
membangun negara itu sendiri. Sehingga untuk mewujudkan sumber daya manusia
yang bermutu dan yang berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, maka diperlukan
pembinaan secara bertahap terhadap anak demi kelangsungan hidup, sehingga dapat
terhindar dari segala kemungkinan yang dapat membahayakan mereka terutama bagi
Bangsa di masa depan.
4
Pemerintah Indonesia dalam upaya mencerdaskan bangsa, telah
mencanangkan suatu program pendidikan yang dikenal dengan pendidikan nasional.
Pendidikan nasional ini bertujuan untuk membentuk pelajar menjadi insan yang
mempunyai keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaqul 2 karimah, cakap,
kreatif, berilmu, demokratif dan bertanggung jawab.1 Menurut Undang-undang Dasar
No. 20 tahun 2003, sistem pendidikan nasional dari segi jalur pendidikannya dibagi
menjadi tiga macam, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan
informal
Pendapat para pakar pendidikan non formal mengenai definisi pendidikan non
formal cukup bervariasi. Philip H.Coombs berpendapat bahwa pendidikan non formal
5
adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan diluar
system formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang
luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu
dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal
adalah pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar sekolah untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan informasi,
pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga,
masyarakat, dan negara.
Pendidikan non formal sudah ada sejak dulu dan menyatu di dalam kehidupan
masyarakat lebih tua dari pada keberadaan pendidikan sekolah. Para Nabi dan Rasul
yang melakukan perubahan mendasar terhadap kepercayaan, cara berfikir, sopan
santun dan cara-cara hidup di dalam menikmati kehidupan dunia ini, berdasarkan
sejarah, usaha atau gerakan yang dilakukan bergerak di dalam jalur pendidikan non
formal sebelum lahirnya pendidikan sekolah.
Gerakan atau dahwah nabi dan Rosul begitu besar porsinya pembinaan yang
ditujukan pada orang-orang dewasa dan pemuda. Para Nabi dan Rosul berurusan
dengan pendidikan dan pembangunan masyarakat melalui pembinaan orang dewasa
dan pemuda yang berlangsungnya diluar system persekolahan.
6
Tujuan Pendidikan Kesetaraan atau Non- Formal
Ada juga tujuan belajar di jalur pendidikan non formal yang ditujukan untuk
kepentingan pendidikan kelanjutan setelah terpenuhinnya pendidikan tingkat dasar,
serta pendidikan perluasan dan pendidikan nilai-nilai hidup. Contoh program
pendidikan non formal yang ditujukan untuk mendapatkan dan memaknai nilai-nilai
hidup misalnya pengajian, sekolah minggu, berbagai latihan kejiwaan, meditasi,
“manajemen kolbu”, latihan pencarian makna hidup, kelompok hoby, pendidikan
kesenian, dan sebagainya. Dengan program pendidikan ini hidup manusia berusaha
diisi dengan nilai-nilai keagamaan, keindahan, etika dan makna.
Pendidikan non formal memiliki ciri-ciri yang berbeda dari pendidikan sekolah.
Namun keduannya pendidikan tersebut saling menunjang dan melengkapi. Dengan
meninjau sejarah dan banyaknya aktivitas yang dilaksanakan, pendidikan non formal
memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
7
2. Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan non formal dan belajar
mandiri, peserta didik adalah pengambilan inisiatif dan mengkontrol kegiatan
belajarnya.
3. Waktu penyelenggaraannya relative singkat, dan pada umumnya tidak
berkesinambungan.
4. Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat fleksibel, dapat
dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak ditentukan oleh peerta didik.
5. Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan penekanan pada
belajar mandiri.
6. Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik adalah
fasilitator bukan menggurui. Hubungan diantara kedua pihak bersifat informal
dan akrab., peserta didik memandang fasilitator sebagai narasumber dan
bukan sebagai instruktur.
7. Penggunaan sumber-sumber local. Mengingat sumber-sumber untuk
pendidikan sangat langka, maka diusahakan sumber-sumber local digunakan
seoptimal mungkin
8
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.14 tahun 2007 tentang Standar isi
Pendidikan Kesetaraan bahwa Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada Paket C setara SMP/MTs dimaksud dengan memperoleh kompetensi
dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara
kritis, kreatif dan mandiri. Dengan tujuan agar warga belajar memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan diri,
bekerja mencari nafkah dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga siap
menghadapi persaingan kerja Tri Joko Raharjo, (2005 13-14
9
Pendidikan nonformal, khususnya Pendidikan kesetaraan, memberikan
pengakuan terhadap kemampuan, pengetahuan, dan keahlian seseorang yang
diperolehnya baik melaui Pendidikan formal, nonformal, maupun informal
sebelumnya. Pengakuan ini, memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
Kembali ke jalur Pendidikan formal atau sebaliknya.
10
pendidikan nonformal. Menurut data balitbang Dikdas mengungkapkan, bahwa arus
siswa tahun 2002 sebanyak 1.442.141 anak dari 24.434.976 anak usia sekolah SD
(5%) belum terlayani dan 5.801.122 anak dari 13.095.083 anak usia sekolah SMP
(44,3%) belum terlayani.
Perioritas sasaran wajib belajar Pendidikan dasar sampai 2009 adalah 2.509.989
orang yang terdiri atas jumlah dari putus sekolah SD/MI, dan SMP/MTs serta
Sebagian dari usia 16-18 tahun yang putus lanjut ke SMP/MTs.
Peserta didik dari kelompok usia Pendidikan dasar umumnya bertujuan untuk
dapat melanjutkan Pendidikannya. Sedangkan yang sudah berusia lebih lanjut
umumnya bermaksud menambah dan melengkapi tingkat kehidupannya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Defenisi secara setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh,
dan kedudukan. Sebagaimana tercantum dalam undang – undang no.20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, pasal 26 ayat (6) bahwa hasil pendidikan
nonformal dapat dihargai setara hasil program pendidikan formal setelah melalui
proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau
pemerintah daerah dengan mengarah pada standar nasional pendidikan
12
DAFTAR PUSTAKA
Fasli Jalal & Dedi supriadi, (ed). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi
Daerah, Yogyakarta: adi Cipta Karya Nusa), 2001), 189.
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi (Jakarta: PT.
Bummi Aksara, 2007),
13