You are on page 1of 33

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG

ANGKA 1-10 MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL


CONGKLAK PADA ANAK DI KB MAN’BAUL HUDA
JEPURO KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Penyelesaian Tugas Akhir
dalam Bidang Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)

Oleh:
Selvy Tiara
1910410064

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah hubungan pribadi yang berkembang melalui kontak
atau komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang ditujukan untuk anak usia 3-6
tahun1, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dilakukan sebelum pendidikan
dasar (Prasekolah) di bawah enam tahun.2 Adapun yang disebut dengan anak
usia dini yaitu anak yang berusia 0-6 tahun. Perkembangan pada anak sangat
penting karena dengan tidak adanya perkembangan pada diri anak, anak akan
kesulitan dalam proses belajar.

َّ‫َّحدثَنَاَّ َكثِريُ َّبْ ُن‬ ِ


َ ‫َّسلَْي َما ََّن‬
ُ ‫ص َّبْ ُن‬ ُ ‫َّح ْف‬
َ ‫َّحدثَنَا‬ َ ‫َّعما ٍر‬ َ ‫َحدَّثَنَا َّه َش ُام َّبْ ُن‬
ِ ‫ول‬ ٍ ِ‫س َّب ِن َّمال‬ ِ ِ ِ ُ ‫َّع ْن‬ َ ‫شْنظ ٍري‬
ِ ِ
َّ‫َّاَّلل‬ ُ ‫ال ََّر ُس‬ َ َ‫ال َّق‬
ََّ َ‫ك َّق‬ َ ْ ِ َ‫َّع ْن َّأَن‬ َ ‫ين‬ َ ‫َُّمَمد َّبْ ِن َّسري‬
ِ ‫يضةٌَّعلَىَّ ُك َِّل َّمسلٍِم َّوو‬
َّ‫اض َُّع َّالْعِْل ِم‬ ِ َ‫صلىَّاَّلل َّعلَي ِه َّوسلم َّطَل‬
ََ ْ ُ َ َ ‫ب َّالْع ْل ِمَّفََِّر‬ ُ َ ََ َْ ُ َ
َّ‫َّما‬ ‫ن‬ ‫ب‬ِ‫ب َّ( َّسَّنن َّا‬ َّ ‫ه‬ ‫الذ‬ ‫َّو‬ ‫ؤ‬ ‫ل‬
ُ‫ؤ‬ ُّ
‫ل‬ ‫ال‬
‫َّو‬ ‫ر‬‫ه‬ ‫و‬ ‫َّاْل‬
ْ ِ
‫ر‬ ‫ي‬
‫ز‬ِ ‫ا‬‫ن‬ ‫ْل‬
ْ ‫َّا‬
َّ ِ ِ‫ِعْن َد َّ َغ ِري َّأَهلِ ِهَّ َكم ََّقل‬
‫د‬
ْ
َُ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ َ
َ َ َْ ََ ُ ْ ْ
)٢٢٠َّ:َّ‫ََّج ْه‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar
berkata: telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata: telah
menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari
Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang
meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan
mutiara, intan dan emas ke leher babi (Sunan Ibnu Majah :220)."3
Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar itu penting,
belajar tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi juga untuk anak usia dini.

1
Undang-Undang No.27/1990 pasal 6
2
UU No.20 Tahun 2003 pasal 28
3
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012), h.7.

1
Namun pembelajaran anak usia dini memiliki cara yang berbeda dengan
belajar orang dewasa, seperti: bermain sambil belajar.
Setiap anak mempunyai potensi yang besar, tugas pendidik untuk
mewujudkan potensi anak agar tumbuh kembangnya optimal. PAUD
merupakan suatu pendampingan untuk anak usia 0-6 tahun melalui pendidikan
yang bertujuan membantu pertumbuhan, perkembangan jasmani dan rohani
supaya pendidikan selanjutnya anak memiliki kesiapan.4 Tahap-tahap
perkembangan pada pendidikan anak usia dini harus sesuai dengan usia anak
dengan memberikan pembiasaan sehingga dapat merangsang perkembangan
dan pertumbuhan secara optimal.
Taman Kanak-Kanak memiliki tujuan yaitu5 : (a) sebagai landasan
peserta didik menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlakul karimah, berilmu, dan menjadikan warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab; (b) mengembangkan potensi agama
moral, kognitif, sosial emosional peserta didik dalam lingkungan bermain
yang edukatif dan menyenangkan; (c) membantu peserta didik dalam
mengembangkan semua aspek perkembangan anak untuk siap memasuki
dunia pendidikan selanjutnya.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut dibutuhkan stimulasi yang tepat
dalam mengembangkan kemampuan dasar yang terdiri dari aspek fisik
motorik, bahasa, nilai agama moral, sosial emosional dan kognitif melalui
metode belajar yang berpariasi, menarik bagi anak dan lingkungan yang
mendukung agar perkembangan kemampuan anak tercapai secara optimal.
Salah satu aspek perkembangan yang perlu di stimulasi pada anak sejak dini
adalah perkembangan kemampuan berhitung. Perkembangan kognitif
mengacu pada perkembangan anak dalam berpikir dan kemampuan untuk
memberi alasan. Pikiran adalah bagian berpikir dari otak, bagian yang
digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan dan pengertian.

4
Direktorat Pendidikan Nasional, Kurikulum Taman Kanak-kanak (Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional, 2010).
5
Kementrian Pendidikan Nasional, Kurikulum Taman Kanak-Kanak (Jakarta:Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini, 2010).

2
Secara umum, pengertian dari perkembangan kognitif adalah perubahan dalam
pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak.6
Belajar berhitung angka merupakan pembelajaran yang sangat penting
bagi keberhasilan anak di masa yang akan datang. Manfaat pembelajaran
berhitung bagi anak adalah untuk menghindari ketakutan anak
terhadap pembelajaran matematika, yang bertujuan agar anak dapat
mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung dalam suasana menarik,
aman, nyaman dan menyenangkan, sehingga anak akan memiliki kesiapan
dalam mengikuti pembelajaran matematika yang sesungguhnya di sekolah
dasar.
Mengenalkan bilangan pada anak usia dini sangat penting, karena
sebagai dasar anak untuk pengetahuan dasar dalam menjalankan syariat,
seperti bilangan sholat, mengenal takaran zakat, mengetahui awal puasa dan
hari raya. Allah SWT berfirman dalam surah yunus ayat 5 :7
ۤ ِ
َّ‫َّضيَاءًَّوالْ َق َمَر َّنُ ْوًراَّوقَد َره َمنَا ِزََّل َّلِتَ ْعلَ ُم ْوا َّ َع َد ََّد‬ ‫س‬ َ ‫م‬ْ ‫َّالش‬ َّ
‫ل‬
َ ‫ع‬
َ ‫َّج‬
َ ‫ي‬
ْ ‫ذ‬ِ ‫هو َّال‬
َُ
َّ‫ت َّلَِق ْوٍم‬ َِّ ٰ‫اّلي‬
ٰ ْ َّ ‫ص َّل‬ ِ ‫ك َّاِ َّّل َّ ِِب ْل َِّق َّي َف‬
َّ
َ
ِ‫اَّلل َّ ٰذل‬
ُٰ َّ ‫اب َّ َما َّ ََّخلَ ََّق‬
َّ َّ ‫س‬ ِ‫ي َّوَّا َّْل‬
َّ ِ‫السن‬
ِ
ُ ُ َ َ َ َ َ ْ
َّ )٥:َّ‫ي ْعلَ ُم ْو َنَّ(يُنُ ْوس‬
Artinya: ”Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya. Dialah pula yang menetapkan tempat-tempat
orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu,
kecuali dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya) kepada kaum yang mengetahui (QS. Yunus: 5).”

Firman Allah SWT sangat jelas, bahwa mengajarkan anak tentang


berhitung sangat penting, karena anak memiliki kemampuan dan sebagai
modal dalam kehidupannya mengenai ilmu perhitungan. Berhitung juga
mengajarkan untuk menghubungkan antara dua buah bilangan atau lebih.
Setiap anak selalu ingin bermain karena itu merupakan dunia anak.

6
Yuliani Nurani Sujiono, dkk, Metode Pengembnagan kognitif (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2022), 1.10.
7
Alquran, Yunus ayat 5, Alquran dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama RI,
Yayasan Penerjemah dan Penerbit Alquran, 2001).

3
Bermain adalah metode belajar yang menyenangkan. Bermain membantu anak
untuk mengenal lingkungan sekitarnya dengan lebih baik dan dapat
meningkatkan pengetahuannya. Melalui bermain tuntutan akan peningkatan
kreativitas, nilai-nilai dan sikap hidup, interaksi sosial serta aspek
perkembangan anak dapat terpenuhi.8 Bermain merupakan wujud kesenangan
yang menggambarkan ekspresi baik dari tubuh maupun akal. Bermain
merupakan cara balajar tentang benda-benda dan juga berinteraksi dengan
orang pada anak. Bermain juga berarti sebagai cara mengubah sesuatu sesuai
keinginan anak.
Keterampilan berhitung pada anak usia dini dan siswa sekolah dasar
berbeda. Dalam pembelajaran berhitung untuk anak usia dini dapat di selingi
permainan di setiap metode pembelajarannya. Seperti permainan congklak,
karena selain meningkatkan kemampuan berhitungnya dapat melatih
kemampuan berbahasa, bersosialisasi, dan motorik halus anak. Meski
memiliki nama yang berbeda, congklak merupakan salah satu permainan
tradisional Indonesia yang cukup terkenal. Bermain congklak memiliki
banyak manfaat yang dapat membantu anak mengembangkan keterampilan
dasar matematika. Misalnya, bermain congklak membuat anak dapat
membedakan konsep penuh dan kosong, menyebutkan hasil penjumlahan,
menghubungkan dua himpunan benda, berhitung dengan menunjuk benda,
mendemonstrasikan urutan benda bilangan sampai 10, menyambung atau
memasangkan simbol angka dengan objek, dan sebagainya. Sehingga dengan
memanfaatkan congklak anak dapat melatih kemampuan berhitungnya.9
Khusus untuk kemampuan berhitung anak usia 3-4 tahun, anak belum
bisa berpikir secara konseptual, namun anak baru bisa berpikir secara nyata.
Misalnya: gunakan benda untuk mengajarkan berhitung, penjumlahan, dan
pengurangan kepada anak. Ambil bola sebagai contoh, yang mengenalkan
anak pada gagasan dua dengan menggunakan dua benda. Dengan
8
Yuliani Nurani Sujiono, dkk, Metode Pengembnagan kognitif (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2022), 5.23.
9
Rini Purwanti, “Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Permainan
Tradisional Congklak,” JMECE 01, no. 01 (2020),47.

4
menampilkan bola lebih awal, anak harus memiliki pandangan yang konkret
tentangnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Supiyatun yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan Congklak Pada Kelompok
A di Raudlatul Athfal Perwanida 1 Tlogoanyar Lamongan” penelitian tersebut
menjelaskan bahwa permainan congklak dapat dijadikan sebagai metode
belajar yang menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak.
Karena anak percaya mereka sedang bermain daripada belajar. Congklak
dapat digunakan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak
selain mengembangkan kemampuan berhitung. Agar anak-anak dapat belajar
dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami, diharapkan guru dapat
membuat permainan congklak semenarik mungkin.10
Berdasarkan observasi yang dilakukan di KB Man’baul Huda Jepuro
menemukan sebuah kondisi yang menunjukan bahwa kemampuan berhitung
angka 1-10 pada anak belum berkembang dengan baik, hal ini dibuktikan
dengan anak belum mampu dalam menulis bentuk angka 1-10, membilang
banyak benda 1-10, mengurutkan angka 1-10, dan belum mampu tentang
penjumlahan dan pengurangan dasar. Kemampuan berhitung anak hanya
sekitar 4 anak dari 22 anak, hal ini terlihat ketika anak mengenal konsep
bilangan 1-10 bersama-sama mereka berteriak tetapi apabila disuruh satu
persatu anak diam saja. Masalah lain yang ditemukan adalah belum
diajarkannya konsep berhitung kepada anak dan hanya berfokus ke
pengenalan angka 1-10.
Kegiatan mengurutkan balok angka 1-5 hanya 2 anak dari 22 murid
yang mampu mengurutkan secara benar, oleh karena itu akan dilakukan
penelitian yang dapat meningkatkan kemampuan berhitung salah satunya
adalah dengan menggunakan permainan congklak. Penulis akan melakukan
penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berhitung Angka 1-10
Melalui Permainan Tradisional Congklak Pada Anak Di KB Man’baul Huda

10
Supiyatun, “Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan Congklak
Pada Kelompok A di Raudlatul Athfal Perwanida 1 Tlogoanyar Lamongan,” Skripsi UIN Sunan
Ampel Surabaya (2019).

5
Jepuro Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2022/2023”.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan kemampuan kognitif khususnya
kemampuan berhitung angka 1-10 meningkat.
B. Fokus Penelitian
Fokus penulisan dalam penelitian kualitatif ini adalah penerapan
permainan tradisional congklak sebagai solusi dalam peningkatan
perkembangan kognitif berhitung angka 1-10 pada anak usia 3-4 tahun. Hal ini
tentu saja didasarkan pada permasalahan yang ditemui oleh peneliti berupa
belumnya pemberian pelajaran berhitung pada anak sehingga menyebabkan
kemampuan berhitung pada anak belum berkembangan dengan baik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan permainan congklak pada anak di KB Man’baul
Huda Jepuro?
2. Bagaimana kemampuan berhitung angka 1-10 di KB Man’baul Huda
Jepuro?
3. Apakah penerapan permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan
berhitung angka 1-10 pada anak di KB Man’baul Huda Jepuro?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan permainan congklak pada anak di
KB Man’baul Huda Jepuro.
2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan berhitung angka 1-10 di KB
Man’baul Huda Jepuro.
3. Untuk mengetahui apakah penerapan permainan congklak dapat
meningkatkan kemampuan berhitung angka 1-10 pada anak di KB
Man’baul Huda Jepuro.

6
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan dan strategi pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Sebagai bahan penelitian lanjut tentang metode pembelajaran.
c. Diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadikan peneliti mendapatkan pengalaman
langsung mengenai pembelajaran menggunakan permainan tradisional
congklak sebagai upaya peningkatan kognitif berhitung angka 1-10
pada anak usia 3-4 tahun.
b. Bagi Siswa
Penelitian yang dilakukan memiliki manfaat bagi siswa diantaranya:
1) Mengenalkan permaian tradisional congklak pada anak usia dini.
2) Siswa dapat berhitung angka 1-10.
3) Siswa dapat menerapkan permainan tradisional congklak sebagai
sarana untuk meningkatkan kemampuan berhitung angka 1-10.
c. Bagi Guru
1) Menambah wawasan dan pengetahuan dalam memahami
perkembangan kognitif berhitung angka 1-10 pada anak usia 3-4
tahun.
2) Meningkatkan kualitas mengajar guru.
3) Sebagai bahan ajar untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar
yang lebih kreatif dan menyenangkan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas tulisan skripsi ini, maka materi-materi
yang tertera dalam skripsi ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab
dengan sistematika penyampaian sebagai berikut:

7
Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II Kajian Pustaka, meliputi kemampuan kognitif berhitung pada anak usia
dini yang terdiri dari pengertian kognitif, pentingnya mengembangkan kogntif,
pengertian kemampuan berhitung, prinsip-prinsip kemampuan berhitung anak
usia dini, tujuan pembelajaran berhitung dan tahap penguasaan berhitung
anak. Permainan pada anak usia dini yang terdiri dari pengertian bermain,
pentingnya bermain, bentuk permainan, jenis-jenis permainan, pengertian
permainan tradisional congklak, cara bermain congklak, manfaat permainan
tradisional congklak dan anak usia dini. Penelitian terdahulu, kerangka
berfikir dan pertanyaan penelitian.
Bab III Metode Penelitian, meliputi jenis dan pendekatan penelitian, setting
penelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
pengujian keabsahan data, serta teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi pembahasan hasil
penelitian yang berupa gambaran obyek penelitian, deskripsi data penelitian
dan analisis data penelitian.
Bab V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa
berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
Daftar Pustaka

8
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kemampuan Kognitif Berhitung Pada Anak Usia Dini


1. Pengertian Kognitif
Proses berpikir, atau kapasitas individu untuk menghubungkan,
mengevaluasi, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau kejadian,
disebut sebagai kemampuan kognitif.1 Hal ini menunjukkan bahwa anak
usia 4-5 tahun memiliki proses berpikir dimana mereka mampu
menghubungkan apa yang diperlihatkan dengan apa yang dilihatnya di
lingkungannya. Mereka juga mengetahui apa yang baik dan buruk serta
dapat menggambarkan peristiwa atau kejadian. yang dia amati Oleh karena
itu, proses kognitif berkaitan dengan tingkat inteligensi (kecerdasan)
individu, yang mengidentifikasi seseorang dengan berbagai minat,
terutama yang berfokus pada mempelajari ide-ide baru.
Kemampuan memecahkan masalah atau menghasilkan karya yang
dihargai dalam suatu budaya disebut sebagai kecerdasan (kognitif).2 Jadi
dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah dari pikiran.
Pikiran adalah bagian dari proses berpikirnya otak. Bagian tersebut
digunakan untuk proses pengakuan, mencari sebab akibat, proses
mengetahui dan memahami. Pikiran anak-anak sudah dapat bekerja aktif
sejak dia dilahirkan.
2. Pentingnya Mengembangkan Kognitif
Proses kognitif meliputi beberapa aspek, seperti persepsi, ingatan,
pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan masalah. Berdasarkan pendapat
Piaget, maka pentingnya guru mengembangkan kemampuan kognitif pada
anak sebagai berikut:3

1
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya
(Jakarta: Kencana, 2012), 47.
2
Howard Gardner, Multiple Inteligences, terj. Teori dan Praktek (Bata: Intraksa, 2000).
3
Piaget, dalam Yulani Nurani Sujiono dkk, Metode Pengembangan kognitif, Universitas
Terbuka (2022), 1.23.

9
1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa
yang ia lihat, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki
pemahaman yang utuh dan komprehensif.
2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan
kejadian yang pernah dialaminya.
3. Agar anak mampu mengembangkan pemkiran-pemikirannya dalam
rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
4. Agar anak memahami berbagai symbol-symbol yang tersebar di
lingkungan sekitarnya.
5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang terjadi
melalui proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah
(percobaan).
6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya
sehingga pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu
menolong dirinya sendiri.
3. Pengertian Kemampuan Berhitung
Kemampuan berhitung permulaan adalah kemampuan yang
dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik.
perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya,
perkembangan kemampuan anak dapat meningkat ketahap pengertian
mengenai jumlah yaitu berhubungan dengan jumlah dan pengurangan.4
Kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau menghitung benda
adalah nama lain dari kegiatan berhitung bagi anak kecil. 5 Berdasarkan
teori yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung
merupakan potensi diri yang dimiliki anak dalam mengoperasikan
bilangan seperti mengurangi, menjumlah, dan mengurutkan bilangan.

4
Susanto, 2011 dalam Rini Purwanti, Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan
Melalui Permainan Tradisional Congklak (TK Dharma Wanita Kedunggalar Ngawi Tahun
Ajaran 2018/2019), STKIP Modern Ngawi. JMECE: Vol. 01, No. 01, hal. 47.
5
N Sriningsih, Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia Dini (Bandung:
Pustaka Sebelas, 2008).

10
4. Prinsip-Prinsip Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini
Adapun prinsip-prinsip berhitung untuk anak usia dini, ialah:6
1. Menghitung dipelajari dan diperoleh dari waktu ke waktu. dengan
membangun koneksi antara objek terdekat dan pengalaman yang
berasal dari kehidupan sehari-hari.
2. Berdasarkan kemampuan dan tahapan perkembangan (usia) anak,
pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan berhitung
disajikan secara bertahap, dari yang paling mudah sampai yang paling
sulit.
3. Kemampuan berhitung anak harus dikembangkan dengan cara yang
menyenangkan dan mudah dipahami. Dan membutuhkan media atau
alat peraga untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Anak-anak harus dikelompokkan menurut kematangan kognitif dan
tingkat kemampuannya untuk menerapkan keterampilan berhitung
mereka.
5. Tujuan Pembelajaran Berhitung
Melalui proses eksplorasi dengan benda konkrit, berhitung
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman anak. Eksplorasi dengan benda
konkrit diharapkan dapat memberikan irama yang mantap bagi
kemampuan matematika anak nantinya. Oleh karena itu, guru secara
bertahap memberikan pengalaman belajar yang dapat menggantikan alat
yang dapat membantu anak mengembangkan kemampuan mental
aritmatika terhadap benda konkrit (abstrak). melalui penggunaan
permainan berhitung yang tepat di taman kanak-kanak.7
Tujuan belajar berhitung di taman kanak-kanak ialah secara
universal berhitung permulaan di taman kanak-kanak untuk membiasakan
anak dengan dasar-dasar berhitung sehingga seiring waktu anak akan lebih

6
Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif Untuk Anak Usia Dini, (Yogyakrta: C.V
Andi Offset, 2013), 46-48.
7
Susanto dalam Jumrotul Cahyani, Efektivitas Penggunaan Permainan Tradisional
Congklak Dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Di Ra Al-Fitrhah Desa Pegagan
Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, Skripsi IAI Bunga Bangsa Cirebon, Cirebon, 2018,
hal. 9.

11
siap menjajaki pendidikan berhitung di tingkat berikutnya yang lebih
kompleks. Sebaliknya secara spesial bisa berpikir logis serta sistematis
semenjak dini lewat pengamatan terhadap benda- benda konkrit gambar-
gambar ataupun angka- angka yang ada di dekat, anak bisa membiasakan
serta mengaitkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam
kesehariannya membutuhkan keahlian berhitung, ketelitian, konsentrasi,
abstraksi serta energi apresiasi yang lebih besar, mempunyai uraian konsep
ruang serta waktu dan bisa memperkirakan mungkin urutan cocok
peristiwa yang terjalin di sekitarnya, serta mempunyai kreatifitas serta
imajinasi dalam menghasilkan suatu secara otomatis.8
6. Tahap Penguasaan Berhitung Anak
Ada tiga tahap dalam penguasaan berhitung anak yaitu :9
1) Tahap penguasaan konsep
Dimulai dengan mengenal konsep atau pengertian tentang
sesuatu dengan menggunakan benda-benda yang nyata. Pada tahap ini
anak akan berekspresi untuk berhitung segala macam benda yang ada
disekitarnya.
2) Tahap transisi
Tahap ini merupakan tahap peralihan dari pemahaman benda
secara kongkrit dengan ke pemahaman secara abstrak.
3) Tahap pengenalan lambang
Setelah anak mampu memahami sesuatu secara abstrak, maka
anak dapat dikenalkan pada tahap penguasaan terhadap konsep
bilangan dengan cara menyelesaikan soal.
B. Permainan Pada Anak Usia Dini
1. Pengertian Bermain
Bermain sudah tidak asing lagi bagi anak usia dini. Bermain dan
anak usia dini diistilahkan seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat

8
https://www.asikbelajar.com/tujuan-pembelajaran-berhitung-pada-aud/. 5:56.
9
Depdiknas, 2007 dalam dalam Rini Purwanti, Peningkatan Kemampuan Berhitung
Permulaan Melalui Permainan Tradisional Congklak (TK Dharma Wanita Kedunggalar Ngawi
Tahun Ajaran 2018/2019), STKIP Modern Ngawi. JMECE: Vol. 01, No. 01, hal. 48.

12
dipisahkan dan saling melengkapi. Bermain merupakan aktivitas anak
bereksploitasi dan bersenang-senang. Kegiatan apapun yang bersifat
gembira bagi anak maka disebut bermain. Bermain berasal dari kata main
yang berarti kegiatan yang menggembirakan.10 Melakukan kegiatan
bermain pada anak merupakan salah satu pelatihan untuk
perkembangannya. Bermain juga salah satu alat untuk mengekspresikan
pada diri anak tidak hanya secara imajinasi akan tetapi secara nyata.
Pengertian bermain menurut pakar pendidikan anak usia dini
sebagai berikut:11
a. Piaget, bermain merupakan suatu aktivitas yang dilakukan terus
menerus dan mengakibatkan kegembiraan pada diri seseorang.
b. Parten, suatu aktivitas untuk berinteraksi social dan dapat memberikan
peluang anak untuk mengekspresikan perasaan, berkreasi,
bereksplorasi dan belajar secara menggembirakan disebut bermain.
c. Buhler dan Danziger, bermain adalah aktivitas yang memunculkan
kepuasan.
d. Docket dan Fleer, bermain merupakan harapan bagi anak, dengan
bermain menjadikan anak memperoleh pengetahuan yang bias
menumbuhkan kemapuannya.
e. Mayesty, bermain merupakan aktivitas sehari-hari anak, yang mengisi
dunia anak.
Bermain adalah kegiatan belajar pada anak usia dini yang
bermanfaat. Bermain menjadikan berkembangnya diri anak usia dini.12
Bermain mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: sebagai simbol, mempunyai
arti, bermain sebagai kegiatan, bermain sebagai hal yang
menggembirakan, bermain dilakukan atas dasar keinginan sendiri, bermain
sebagi rule-governed dan bermain sebagai aktivitas saat itu juga.
Berdasarkan ciri-ciri bermain maka tidak semua aktivitas adalah bermain,
10
KBBI, 2008: 857.
11
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks,
2009), 34.
12
Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak, (Jakata:
Kencana, 2011), 33.

13
dan tidak semua pengalaman adalah bermain. Unsur-unsur pada ciri-ciri
bermain sangat menentukan karakter bermain.
2. Pentingnya Bermain
Kegiatan bermain ataupun permainan yang diminati anak dapat
digunakan untuk meningkatkan wawasan anak. Berdasarkan penjelasan
tersebut ada beberapa hal yang menyebabkan mengapa bermain sangatlah
penting untuk anak, diantaranya:13
a. Menurut ahli pendidikan anak, metode belajar yang paling efektif yaitu
melalui permainan atau bermain.
b. Melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan kognitif
serta dapat meningkatkan daya imajinasi mereka.
c. Anak dapat belajar banyak hal melalui bermain seperti berinteraksi
social dan kedisiplinan.
d. Bermain adalah metode yang paling tepat guna meningkatkan
kemampuan anak usia dini.
e. Belajar tidak akan berhasil jika dalam keadaan yang menakutkan dan
menegangkan, sebaliknya belajar akan berhasil jika suasana hati anak
berada dalam kondisi yang gembira.
3. Bentuk Permainan
Permainan dapat dimainkan dengan berbagai cara yang disesuaikan
dengan pertumbuhan anak. Permainan anak-anak meliputi hal-hal
berikut:14
1) Bermain soliter, ialah anak bermain secara individu, atau secara
sendiri-sendiri. Seperti: bermain pazzle, dan menyusun balok.
2) Bermain secara pararel, ialah permainan yang dilakukan dengan alat
permainan yang sama, akan tetapi masing-masing anak bermain
seacara sendiri-sendiri.

13
Fadlillah, Bermain & Permainan, (Jakarta: Kencana, 2017) 12.
14
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),
104.

14
3) Bermain asosiatif, ialah permainan yang dilakukan dengan banyak
anak dengan permainan yang sama, tetapi tidak ada peraturan yang
mengikat didalam permainan tersebut.
4) Bermain kooperatif, ialah sebuah permainan yang setiap anggota
dalam permainan memiliki tugas masing-masing, guna untuk mencapai
tujuan dari permainan tersebut. Seperti: permainan jual beli, dokter dan
pasien.
4. Jenis-Jenis Permainan
Kategori permainan ada dua yaitu yang membutuhkan alat yang
tidak membutuhkan alat:15
a. Permainan tanpa alat adalah permainan yang ruang dan waktunya
bebas, tidak ada lembaga atau organisasi yang menaunginya, dan tidak
ada aturan. Contoh permainnya meliputi permainan seperti permainan
menjala ikan, kucing dan tikus, gobak sodor, dan permainan nelayan.
b. Permainan yang menggunakan alat adalah permainan yang
menggunakan alat tertentu sebagai media dalam permainan. Permainan
ini memiliki aturan dan institusi atau organisasi khusus di latar
belakang. Permainan yang menggunakan alat-alat seperti permainan
seperti sepak bola, permainan estafet, dan lain-lain.
Sedangkan menurut kajian para ahli perkembangan anak, jenis
permainan dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:16
a. Bermain Sosial.
Bermain sosial yaitu guru mengamati partisipasi anak-anak
dalam permainan, karena persepsi dan tingkat partisipasi setiap anak
akan memiliki karakter yang berbeda-beda.
b. Bermain Menggunakan Benda.
Bermain menggunakan benda adalah suatu permainan yang
memerlukan media untuk alat bermain dengan tujuan memberikan
pengetahuan, dan hiburan bagi anak.

15
Bambang Sujiono, dkk, Metode Pengembangan Fisik, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2010), 10.1-10.19.
16
Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 169-181.

15
c. Bermain Peran
Bermain peran merupakan permainan yang meningkatkatkan
kemampuan sosisal emosional anak. Melalui bermain peran
menjadikan anak mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan
juga menjadikan anak mengenal diri sendiri dan lingkungan sekitar.
d. Sosiodrama
Sosisodrama merupakan permainan yang paling populer di
kalangan anak-anak dan peneliti. Permaianan ini berguna untuk
perkembangan kreatif, intelektual, moral, dan sosial anak. Semua
bagian dari kemajuan bisa didapatkan oleh anak-anak dari permainan
sosiodrama.
5. Pengertian Permainan Tradisional Congklak
Menurut definisinya, "permainan" adalah situasi atau rangkaian
keadaan di mana seseorang mencari kesenangan atau kepuasan melalui
"permainan". Struktur bisa berupa barang substansial, seperti bola,
kendaraan mainan, senjata mainan, dll, juga bisa menjadi barang
konseptual yang melibatkan perasaan, misalnya menonton televisi,
mendengarkan musik, membaca dongeng, atau mendemonstrasikan
pentingnya aktivitas bersama untuk kesenangan, misalnya: permainan
seperti lompat tali, petak umpet, dan congklak.17
Permainan adalah kegiatan yang menyenangkan yang dilakukan
untuk hiburan.18 Seorang anak yang sedang bermain menandakan bahwa
dia sedang melakukan suatu aktvitas yang menyenangkan bagi dirinya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan peneliti bahwa
permainan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dapat
mengembangkan ketrampilan dan pengetahuan bagi anak.

17
Ungguh Muliawan,Tips Jitu Memilih Mainan Positif dan Kreatif untuk Anak Anda,
(Yogyakarta: 2009),16.
18
Santrock, 2007 dalam Evi Desmariani, dkk, Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak
Usia 4-5 Tahun Melalui Permainan Tradisional Congklak Di Tk Al-Ziqri Kota Padang, Jurnal
Riset Pendidikan Dasar dan Karakter 3, no. 1, 89.

16
Pengertian permainan tradisional congklak adalah permainan yang
menitik beratkan pada penguasaan berhitung.19 Permainan tradisional
congklak atau dikenal juga dengan sebutan congklak atau dakon.
Permainan tradisional sangat ampuh untuk membentuk kemampuan
kognitif pada anak, karena dalam permainan tersebut terdapat beberapa hal
yang dapat memupuk kemampuan kognitif seperti menghitung biji ke
dalam lubang congklak. Di Indonesia, permainan congklak adat dikenal
dengan berbagai nama dari satu daerah ke daerah lain. Nama yang paling
banyak dikenal adalah congklak, diambil dari cangkang cowrie yang
digunakan untuk memainkan permainan tersebut. Permainan ini lebih
dikenal sebagai congkak di Sumatera. Permainan ini disebut congklak,
dakon, dhakon, atau dhakonan dalam bahasa Jawa. Permainan ini dikenal
dengan dentuman lamban di Lampung. Permainan ini disebut mokaotan,
maggaleceng, aggalacang, dan nogarata di Sulawesi.20
6. Cara Bermain Congklak
Ada beberapa cara dalam bermain congklak, diantaranya sebagai
berikut:
1) Papan dhakon berada di tengah, dengan kedua pemain saling
berhadapan. Tujuh biji dhakon (kerikil, biji sawo, atau biji buah asam)
ditempatkan di setiap lubang. Pemain yang benar ada di gudang
masing-masing pemain.
2) Pemain pertama yang memilih lubang mengambil benih. Kemudian,
satu per satu, masukkan biji dhakon tersebut ke dalam setiap lubang
yang dilaluinya. Selain itu, arah jalan ke kanan dan lubangnya sendiri.
3) Aturan mainnya menyatakan bahwa pemain harus melanjutkan jika biji
di tangannya habis dan masih ada biji di lubang terakhir. Setelah
masing-masing benih dilubangi, diambil satu per satu dan dibagikan
kembali. Pemain harus berhenti dan giliran lawan yang berjalan jika

19
Kurniati, Program Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak
Melalui Permainan Tradisional, (2006), 93.- http://core/ac/uk/download/pdf/2889709120.pdf
20
Rini Purwanti, “Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Permainan
Tradisional Congklak,” JMECE 01, no. 01 (2020),47.

17
biji terakhir mengenai lubang kosong di lubangnya. Namun, benih
terakhir berhak ditempatkan di lumbungnya jika jatuh ke lubangnya
sendiri dan lubang di depannya berisi benih.
4) Pemain terus bermain sampai semua benih disimpan di lubangnya
masing-masing. Ketika tidak ada lagi bidak untuk diambil dari lubang,
permainan berakhir. Jumlah benih yang dikumpulkan digunakan untuk
menentukan siapa yang menang. Siapa pun yang menerima benih
paling banyak menang.21
7. Manfaat Permainan Tradisional Congklak
Ada beberapa manfaat yang terdapat pada permainan tradisional
congklak yaitu;22
1) Melatih keahlian motorik halus, Dikala memegang serta memainkan
biji- biji congklak tersebut, yang sangat berperanan merupakan
motorik halus, ialah jari jemari. Untuk orang yang keahlian motorik
halusnya tidak sangat baik, hingga dia tidak bisa melaksanakan
permainan tersebut dengan cepat, serta bisa jadi biji- biji congklak
tersebut hendak tersebar serta terlepas dari genggamannya. Keahlian
motorik halus ini sangat berguna untuk memegang serta menggenggam
perlengkapan tulis. Dengan keahlian motorik halus yang baik anak bisa
menulis ataupun mengetik dengan baik serta cepat.
2) Dalam permainan, melatih kesabaran dan ketelitian karena ini sangat
membutuhkan ketelitian. Terutama saat pemain perlu mengedarkan biji
congklak ke lubang-lubang pada papan congklak. Permainan tidak
akan berjalan sesuai rencana jika pemainnya terburu-buru dan ceroboh.
3) Hal ini membutuhkan kemampuan menerima kekalahan guna
menumbuhkan sportifitas dalam permainan. Akan mudah untuk
mengetahui siapa yang menang dan siapa yang kalah dalam permainan
yang hanya dimainkan oleh dua orang. Bila pemenang hanya

21
Metagraf, Aku pintar dengan Bermain, (Solo : Rineka Cipta, 2013), h 28.
22
Mutiatin, 2010 dalam Rini Purwanti, Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan
Melalui Permainan Tradisional Congklak (TK Dharma Wanita Kedunggalar Ngawi Tahun
Ajaran 2018/2019), STKIP Modern Ngawi. JMECE: Vol. 01, No. 01, hal. 50.

18
menyisakan satu (1) biji congklak, kekalahan terasa. Tentu saja, kalah
adalah keadaan yang sangat tidak menyenangkan. Namun, keadaan ini
harus diterima dengan hati yang besar. Jika dibandingkan dengan
bermain game di komputer, situasi ini sangat berbeda. Anda dapat
dengan cepat mematikan atau memulai kembali permainan jika Anda
merasa akan kalah.
4) Melatih kemampuan menganalisa. Jika ingin menang, kemampuan
menganalisa sangatlah penting, apalagi saat giliran lawan bermain.
Anak bisa memenangkan permainan dengan hanya menyisakan satu
biji congklak bagi yang bisa menganalisa dengan baik.
5) Menjalin kontak social. Aman untuk mengatakan bahwa berteman
adalah bagian terpenting dari game ini. Para pemain membentuk
hubungan sosial sebagai hasil dari melakukannya bersama. Ketika
permainan ini dimainkan, berbagai macam informasi dapat
disampaikan. Tak jarang canda dan cekikikan terdengar sepanjang
permainan ini.
C. Anak Usia Dini
Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun. Mereka
biasanya mengikuti program prasekolah dan kindergarten, sedangkan di
Indonesia, umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3
bulan-5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6
tahun biasanya meraka mengikuti program taman kanak-kanak.23
Berdasarkan definisi di atas, anak usia prasekolah yang berada dalam
rentang usia antara empat sampai enam tahun, pada masa itu terjadi
pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulus yang
diberikan oleh lingkungan sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosiaonal, konsep diri, disiplin,
kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Berdasarkan fase
perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget, anak usia taman

23
Mursid, Pengembangan Pembelajaran PIAUD, (Bandung : PT remaja Rosdakarya,
2015), hlm. 1-3.

19
kanak-kanak berada dalam fase praoprasional (2-7 tahun). Pada fase ini fungsi
simbolis anak berkembang dengan pesat. Fungsi simbolis berkaitan dengan
kemampuan seseorang anak untuk membayangkan tentang suatu objek atau
benda secara mental, tanpa kehadiran suatu benda secara konkret.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yuniar Mardianti (2022)
dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Permainan Tradisional
Congklak Terhadap Perkembangan Kognitif Dan Sosial Emosional Anak Usia
5-6 Tahun Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Di PAUD Cinta Bunda
Desa Air Putih Kabupaten Bengkulu Tengah.” Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan quasi eksperimen.
Penelitian ini menggunakan desain Pretest Posttest Control Grup Desain.
Permainan tradisional congklak berpengaruh terhadap perkembangan kognitif
dan sosial-emosional anak usia 5-6 tahun. Perkembangan kognitif pretest dan
posttet baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok control, prestest
dan posttest pada kelompok eksperimen adalah -21,5556 dengan standar
deviasi 7,24760 dan t-obtained -8922 Pada tingkat signifikan 0,05 derajat
kebebasan 8.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah ada perkembangan dalam meningkatkan kemampuan
kognitif anak melalui permainan tradisional congklak. Sedangkan perbedaan
penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah jenis dan metode yang
digunakan pada penelitian sebelumnya menggunakan penelitian kuantitatif
dengan pendekatan quasi eksperimen, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriftif; subjek penelitian
sebelumnya adalah anak usia 5-6 tahun, sedangkan subjek penelitian ini anak
usia 3-4 tahun; fokus penelitian sebelumnya pengaruh permainan tradisional
congklak terhadap perkembangan kognitif dan sosial emosional anak,
sedangkan fokus penelitian ini meningkatkan kemampuan kognitif berhitung
angka 1-10 melalui permainan tradisional congklak; dan lokasi pada penelitian
sebelumnya dilakukan di PAUD Cinta Bunda Desa Air Putih Kabupaten

20
Bengkulu Tengah, sedangkan penelitian ini di KB Man’baul Huda Jepuro.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Supiyatun (2019) yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan Congklak
Pada Kelompok A Di Raudlatul Athfal Perwanida 1 Tlogoanyar Lamongan.”
Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan dua siklus, setiap siklusnya
terdiri dari tiga pertemuan. Tahap siklus I, peningkatan kemampuan berhitung
anak memiliki nilai rata-rata 2,8, untuk hasil presentase 70% dengan predikat
“BSH” Berkembang sesuai harapan. Sedangkan di tahap siklus II setiap anak
memiliki nilai rata-rata 3,33, untuk hasil presentase 83,2% yaitu dengan
predikat “BSB” Berkembang dengan sangat baik.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah fokus
penelitian meningkatkan kemampuan berhitung melalui permainan tradisional
congklak. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
adalah jenis dan metode yang digunakan pada penelitian sebelumnya
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan pada penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriftif; subjek penelitian
sebelumnya adalah anak usia 4-5 tahun, sedangkan subjek penelitian ini anak
usia 3-4 tahun; dan lokasi pada penelitian sebelumnya dilakukan di Raudlatul
Athfal Perwanida 1 Tlogoanyar Lamongan, sedangkan penelitian ini di KB
Man’baul Huda Jepuro.
Jumrotul Cahyani (2018) dalam penelitian yang berjudul “Efektivitas
Penggunaan Permainan Tradisional Congklak Dalam Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Di RA Al-Fitrhah Desa Pegagan Kecamatan
Palimanan Kabupaten Cirebon.” Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan penelitian kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Hasil belajar sesudah
menggunakan permainan tradisional congklak yang dilakukan pada 15 peserta
didik, untuk mengetahui kemampuan berhitung pada anak kelompok B
mengalami peningkatan yakni 84% bila dikonversikan pada tabel persentasi
berada pada interprestasi baik.

21
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah fokus
penelitian meningkatkan kemampuan berhitung melalui permainan tradisional
congklak. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
adalah jenis dan metode yang digunakan pada penelitian sebelumnya
menggunakan penelitian kuantitatif, sedangkan pada penelitian ini ini
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriftif; subjek penelitian
sebelumnya adalah anak usia 5-6 tahun, sedangkan subjek penelitian ini anak
usia 3-4 tahun; dan lokasi pada penelitian sebelumnya dilakukan di RA Al-
Fitrhah Desa Pegagan Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, sedangkan
penelitian ini di KB Man’baul Huda Jepuro.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Rahayu Kurniasih (2021) yang
berjudul “Implementasi Permainan Tradisional Congklak Dalam
Pengembangan Kognitif Di Taman Kanak-Kanak Tiara Persada Kecamatan
Metro Utara.” Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, obeservasi,
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Permainan
Tradisional Congklak Dalam Mengembangkan Kognitif Anak Di Taman
Kanak-Kanak Tiara Persada sudah cukup baik. Persamaan penelitian
terdahulu dengan penelitian ini adalah jenis dan metode yang digunakan
menggunakan penelitian kualitatif, dan fokus penelitian sama-sama
meningkatkan kemampuan kognitif melalui permainan tradisional congklak.
Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
lokasi pada penelitian sebelumnya dilakukan di aman Kanak-Kanak Tiara
Persada Kecamatan Metro Utara, sedangkan penelitian ini di KB Man’baul
Huda Jepuro.
E. Kerangka Berfikir
Berhitung merupakan bagian yang diperlukan untuk mengembangkan
kemampuan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ketrampilan tersebut
antara lain adalah penjumlahan dan pengurangan. Penjumlahan dan
pengurangan merupakan landasan bagi pengembangan kemampuan

22
matematika bagi anak usia dini sebagai persiapan untuk bersekolah di sekolah
dasar. Manfaat utama mengenalkan matematika, termasuk kegiatan berhitung,
adalah mendorong otak untuk berpikir secara matematis dan logis, yang
membantu mengembangkan aspek kecerdasan dan perkembangan anak.24
Mengingat betapa pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia,
maka keterampilan ini perlu diajarkan pada usia dini dengan menggunakan
berbagai media dan metode yang tepat supaya tidak mempengaruhi
perkembangan anak. Otak anak akan terlatih untuk terus berkembang sehingga
anak dapat menguasai bahkan menyenangi matematika jika anak mempelajari
matematika secara sederhana, tepat, dan relevan yang dilakukan secara
konsisten dan berkesinambungan dalam lingkungan yang menyenangkan dan
kondusif.25
Permainan tradisional congklak adalah permainan yang sangat menitik
beratkan penguasaan berhitung. Beberapa permainan tradisional mengajarkan
anak untuk menghitung dan mencari langkah-langkah yang harus mereka
selesaikan itu merupakan salah satu manfaat dari permainan tradisional.
Contohnya engklek, congklak, lompat tali/spintrong, encrak/entrengan, bola
bekel, tebak-tebakan, dan sebagainya. Permainan memiliki beberapa tujuan,
salah satunya adalah untuk mengajari anak cara menggunakan angka.
Pendidik juga dapat mendemonstrasikan bahwa permainan tradisional
congklak merupakan permainan tradisional Indonesia dengan cara
memainkannya.26
Dalam kehidupan sehari-hari anak usia dini kegiatannya adalah
bermain, jadi guru harus memberikan pelajaran dengan cara bermain, supaya
anak merasa senang untuk belajar dan anak tidak merasa sedang belajar.
Dengan menerapkan permainan tradisional congklak diharapkan dapat

24
Khadijah, Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, (Medan,2016) 149.
25
Putri Budiani Dolok Saribu & Jasper Simanjuntak, “Pengaruh Permainan Tradisional
Congklak Terhadap Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia 4-5 Tahun di KB Tunas
Harapan Kecamatan Sunggal Kab. Deli Serdang,” Jurnal Usia Dini 4, no. 1 (2018): 30.
26
Mulyani, (2016) dalam Putri Budiani Dolok Saribu & Jasper Simanjuntak, Pengaruh
Permainan Tradisional Congklak Terhadap Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia 4-5
Tahun di KB Tunas Harapan Kecamatan Sunggal Kab. Deli Serdang, Jurnal Usia Dini 4, no. 1.

23
meningkatkan kemampuan kognitif berhitung angka 1-10. Berikut table
penggunaan permainan tradisional congklak :
Gambar 2.1
Penerapan Permainan Tradisional Congklak

Kondisi Awal Guru sebelum Anak belum hafal


menerapkan urutan angka
permainan
tradisional congklak

Tindakan yang Guru menerapkan Menggunakan


dilakukan permainan permainan
tradisional congklak tradisional congklak

Tindakan yang
dilakukan Melalui penerapan
Dengan
menerapkan permainan
permainan tradisional
tradisional congklak akan
congklak akan berpengaruh
berpengaruh terhadap hasil
terhadap hasil belajar matematika
belajar matematika anak
(berhitung) anak

F. Pertanyaan Penelitian
1. Kepala Sekolah dan Guru
a. Apakah sudah pernah menggunakan permainan tradisional congklak
untuk meningkatkan kemampuan berhitung angka 1-10 pada anak di
KB Man’baul Huda Jepuro?

24
b. Bagaimana penerapan permainan congklak sebelum dilakukan
penelitian pada anak di KB Man’baul Huda Jepuro?
c. Bagaimana penerapan permainan congklak setelah dilakukan
penelitian pada anak di KB Man’baul Huda Jepuro?
d. Bagaimana kemampuan berhitung angka 1-10 sebelum dilakukan
penelitian di KB Man’baul Huda Jepuro?
e. Bagaimana kemampuan berhitung angka 1-10 setelah dilakukan
penelitian di KB Man’baul Huda Jepuro?
f. Apakah penerapan permainan congklak dapat meningkatkan
kemampuan berhitung angka 1-10 pada anak di KB Man’baul Huda
Jepuro?

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan


Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Pada penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan jenis
penelitian field research atau penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah
sumber data utama untuk menjawab rumusan masalah ada di lapangan,
dengan kata lain rumusan masalah hanya dapat dijawab apabila data-data yang
harus dikumpulkan harus berupa data lapangan.1
Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku
manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubahnya
menjadi entitas-entitas kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Salah satu alasan menggunakan penelitian kualitatif pendekatan
field research adalah penelitian kualitatif sangat cocok dilakukan pada kondisi
saat ini. Peneliti menggunakan metode kualitatif agar dapat membandingkan
dan membedakan objek penelitian dengan setting alamiah yang ada melalui
observasi atau wawancara. Penelitian kualitatif dapat dengan mudah
membantu peneliti untuk menggali informasi yang lebih dalam terkait suatu
topik penelitian yang nantinya informasi yang didapatkan dapat digunakan
untuk menentukan tujuan penelitian.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penenilitian ini dilakukan di KB Man’baul Huda Jepuro, yang
beralamat di Desa Jepuro RT 02 RW 01 Kecamatan Juwana Kabupaten
Pati, tentang peningkatan kemampuan berhitung angka 1-10 melalui
permainan tradisional congklak.

1
LPM IAIN Kudus, Pedoman Penyelesaian Tugas AkhirProgram Sarjana (Skripsi),
(Kudus: IAIN Kudus, 2018), 31.

26
2. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini dimulai
dari penyusunan proposal penelitian hingga penulisan laporan penelitian
yang dilaksanakan terhitung sejak November 2022 hingga Januari 2023.
Berikut adalah jadwal penelitian.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
Bulan
Kegiatan
No November Desember Januari
Penelitian
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan
proposal
2 Observasi
3 Penyusunan
instrumen
4 Pengumpula
n data
5 Pengolahan
dan analisis
data
6 Penulisan
laporan

C. Subyek Penelitian
Peneliti dapat menggunakan subjek penelitian yang dikenal sebagai
garis atau batasan penelitian, untuk mengidentifikasi orang atau objek yang
berfungsi sebagai titik keterikatan variabel penelitian.2 Adapun yang menjadi
subyek penelitian ini adalah murid KB Man’baul Huda Jepuro yang berjumlah
22 anak, yaitu terdiri dari 12 anak perempuan dan 10 anak laki-laki. Dengan
rentang usia 3-4 tahun.
D. Sumber Data
Salah satu aspek terpenting dalam penelitian adalah sumber data,
karena jika seseorang tidak menggunakan atau memahami sumber data, maka

2
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2011)

27
data yang akan diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan atau
diinginkan. Akibatnya, peneliti harus dapat mengidentifikasi sumber data
sebelum memulai studi mereka.3
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa sumber data, baik
berupa data primer maupun data sekunder :
1. Sumber Data Primer
Sumber pertama dari mana data dihasilkan adalah sumber data
primer. Sumber data langsung, seperti wawancara yang dilakukan oleh
penulis, menyediakan data secara individual dari sumber data primer.
Sumber data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan wali
kelas, kepala sekolah, dan wali murid yang terkait.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data yang menempati urutan kedua setelah sumber data
primer dikenal sebagai sumber data sekunder. Sumber data sekunder
digunakan untuk membuat kesimpulan atau bahkan memperoleh informasi
baru yang berbeda dari apa yang telah dikumpulkan dan dianalisis
sebelumnya. Data ini yang berasal dari orang-orang yang tidak terlibat
langsung dalam penelitian tetapi ada kaitannya dengan subjek penelitian.
seperti surat kabar, majalah, buku, artikel, jurnal, dan publikasi lainnya
yang berkaitan dengan permainan peningkatan kemampuan berhitung
anak.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat digunakan untuk mendapatkan jenis
data yang diinginkan. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dan
diinginkan tentang bagaimana permainan congklak dapat meningkatkan
kemampuan berhitung anak, penulis menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut:4

3
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi : Format-Format
Kuantitatif Dan Kualitatif Untuk Studi Sosiologi , Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen,
Dan Pemasara, (Jakarta : Kencana 2013) 129.
4
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peniliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2005) 72-77.

28
1. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
mengamati gejala, fenomena, dan fakta berdasarkan pengalaman pribadi
yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Hal yang diamati oleh
peneliti yaitu proses pembelajaran melalui kegiatan permainan tradisional
congklak untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini.
Peneliti menggunakan teknik observasi ini untuk melihat secara langsung
bagaimana kegiatan pembelajaran yang meliputi perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran
dilaksanakan di lembaga tersebut. Adapun observasi dilakukan oleh
peneliti di KB Man’baul Huda Jepuro RT 2 RW 1 Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati.
2. Wawancara
Untuk memperoleh informasi mengenai pengalaman mendalam
para informan, khususnya guru, digunakan metode wawancara untuk
mengumpulkan data. Kegiatan wawancara dilaksanakan untuk tanya jawab
kepada pendidik, kepala sekolah, atau bahkan wali murid. Biasanya
wawancara menggunakan alat bantu seperti rekaman, hancycamp, atau alat
tulis.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian sejarah atau analisis teks, teknik dokumentasi
sering digunakan sebagai metode utama. Data anak, data guru, profil
sekolah, rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH), dan lembar
evaluasi perkembangan anak menjadi dokumentasi.
F. Pengujian Keabsahan Data
Penulis mengukur tingkat kepercayaan (creadibility) dalam suatu
proses pengumpulan data penelitian dengan menggunakan metode penjaminan
keabsahan data. Triangulasi, metode yang penulis gunakan untuk menyelidiki
keabsahan data. Istilah “triangulasi” sendiri dapat dipahami sebagai suatu cara
pengumpulan data dengan menggabungkan berbagai cara pengumpulan data

29
dengan sumber data yang ada.5 Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti
sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber
Untuk mengkonfirmasi keandalan data, triangulasi sumber
melibatkan pemeriksaan data yang diperoleh dari berbagai sumber. Data
yang dibutuhkan tidak hanya berasal dari satu sumber tetapi juga dari
sumber lain yang terkait dan sumber penelitian dengan menggunakan
metode triangulasi sumber.6 Sumber data yang peneliti gunakan dalam
penelitian adalah tenaga kependidikan dan pendidik KB Man’baul Huda.
2. Triangulasi Teknik
Metode triangulasi memeriksa sumber yang sama dengan metode
yang berbeda untuk melihat apakah data tersebut dapat diandalkan. Oleh
karena itu, data hasil wawancara dapat dicek kembali dengan observasi
atau dokumentasi. Jika dua metode pengujian kredibilitas data
menghasilkan hasil yang berbeda, penulis melakukan diskusi lebih lanjut
dengan sumber data yang relevan untuk menentukan data mana yang
dianggap benar atau kemungkinan semuanya benar karena perspektifnya
berbeda.
Berdasarkan penilaian di atas, penulis menggunakan triangulasi
teknik. Dengan teknik ini, kredibilitas data dapat diperiksa dengan cara
membandingkan data dari sumber yang sama dengan metode yang
berbeda. Dokumentasi, wawancara, dan observasi adalah semua
komponen dari metode ini.
3. Triangulasi Waktu
Kredibilitas data juga dipengaruhi oleh waktu. Saat mewawancarai
informan, penting untuk memilih waktu yang tepat sehingga mereka tidak
perlu khawatir dengan penelitiannya. Sehingga informan akan
memberikan informasi dengan lebih mudah.

5
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Dan R & D. Hlm 240.
6
Bachtiar dalam Rahayu Kurniasih, Implementasi Permainan Tradisional Congklak
Dalam Pengembangan Kognitif Di Taman Kanak-Kanak Tiara Persada Kecamatan Metro
Utara, Skripsi IAIN Metro.

30
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah pencarian dan penyusunan data secara sistematis
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Ini
termasuk mengatur data ke dalam kategori, mendeskripsikannya ke dalam
unit, mensintesisnya menjadi pola, memilih mana yang penting dan mana
yang akan dipelajari, dan menarik kesimpulan yang mudah dipahami oleh diri
sendiri dan orang lain.7 Proses analisis data yang dilakukan penelitian ini
menggunakan tiga lagkah yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Untuk mereduksi data, seseorang harus meringkas, memilih aspek
yang paling penting, berkonsentrasi pada aspek yang paling signifikan,
dan mencari pola dan tema.8 Reduksi data dalam penelitian ini yaitu data
yang telah diperoleh dilapangan mengenai peningkatan kemampuan
berhitung angka 1-10 melalui permainan tradisional congklak di KB
Man’baul Huda Jepuro, dengan wawancara, observasi dan dokumentasi
akan dipilih dan fokuskan pada hal- hal yang berkaitan dengan permainan
tradisional congklak dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak.
2. Peyajian Data (Display Data)
Setelah data direduksi kemudian tahap selanjutnya adalah display
data atau penyajian data. Penyajian data dalam penelitian kulitatif
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya.9 Penyajian data dalam penelitian ini berfungsi
untuk lebih memudahkan peneliti memahami data yang diperoleh di
lapangan. Dengan demikian dapat di lihat peningkatan kemampuan
berhitung angka 1-10 melalui permainan tradisional congklak pada anak 3-
4 tahun di KB Man’baul Huda Jepuro.

7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatis dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2017), 334.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatis dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2017), 338.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatis dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2017), 341.

31
3. Penarikan kesimpulan (Conclusing Drawing Verivication)
Langkah ketiga dalam proses analisis data adalah penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti –bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.10
Kesimpulan data dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal dan kesimpulan berupa deskripsi atau gambaran mengenai
objek yang diteliti.

10
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatis dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2017), 345.

32

You might also like