You are on page 1of 62

PROYEK PENANGANAN BLACKSPOT

Ir. SUTAMI

(Laporan Kerja Praktik)

Oleh
MUHAMMAD NAUFAL ABYAN
1915011062

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan Proyek.............................................................................................2
1.3 Tujuan Kerjs Praktik...................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan...........................................................................3
1.5 Batasan Masalah..........................................................................................4
1.6 Metode Pelaksanaan Kerja Praktik.............................................................4
1.7 Metode Penyusunan Laporan......................................................................5
1.8 Gambaran Umum Proyek...........................................................................5
1.9 Sistematika Penulisan...............................................................................16

II. PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.1 Pelaksanaan Pekerjaan..............................................................................17
2.1.1 Pekerjaan Perkerasan Kaku.............................................................17
2.1.2 Evaluasi Kualitas Pekerjaan............................................................33

III. TUGAS KHUSUS


3.1 Perkerasan Kaku Bersambung dengan Tulangan......................................35
3.2 Perkerasan Kaku Menerus dengan Tulangan............................................42

IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan...............................................................................................51
4.2 Saran.........................................................................................................52
v

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Desain Tebal Perkerasan Jalan Kaku AASHTO 1993.......................................36
2. Katalog Perencanaan..........................................................................................37
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kantor Proyek....................................................................................................7
2. Basecamp Pekerja..............................................................................................8
3. Gudang Material dan Peralatan.........................................................................8
4. Struktur Organisasi Pengguna Jasa....................................................................15
5. Struktur Organisasi Lapangan...........................................................................15
6. Penghamparan Pondasi Agregat Kelas A..........................................................19
7. Pekerjaan Pemadatan Pondasi Agregat Kelas A................................................20
8. Tes Pit................................................................................................................21
9. Uji Sand Cone....................................................................................................21
10. Potongan melintang STA. 0+30......................................................................22
11. Potongan melintang STA. 0+455....................................................................22
12. Pengamatan Superelevasi Jalan.......................................................................23
13. Pekerjaan Lean Concrete (LC)........................................................................24
14. Pemasangan Bekisting.....................................................................................24
15. Pemasangan Plastik Cor..................................................................................25
16. Pemasangan Tie Bar........................................................................................26
17. Uji Slump.........................................................................................................27
18. Pengecoran.......................................................................................................27
19. Menggetarkan adukan beton............................................................................28
20. Meratakan adukan beton dengan mesin...........................................................29
21. Menghaluskan adukan beton...........................................................................29
22. Proses grooving...............................................................................................30
23. Proses Curing Compound................................................................................31
24. Pemasangan Geotekstil...................................................................................31
25. Saw Cutting......................................................................................................32
26. Pekerjaan bahu jalan........................................................................................33
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan Merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat utama dalam

mendukung pergerakan, baik pergerakan manusia atau barang. Jalan

mempunyai peranan yang penting dalam bidang sosial, ekonomi, politik,

strategi/militer dan kebudayaan. Sehingga keadaan jalan dan jaringan-

jaringan jalan bisa dijadikan barometer tentang tingginya kebudayaan dan

kemajuan ekonomi suatu bangsa. Salah salah kemajuan prasarana jalan yaitu

penanganan blackspot. Penanganan blackspot saat ini berada di Jalan Ir.

Sutami. Blackspot menspesifikasikan lokasi-lokasi kejadian kecelakaan yang

biasanya berhubungan langsung dengan geometrik jalan, persimpangan,

tikungan atau perbukitan. Blackspot berkaitan dengan daerah perkotaan

dimana lokasi kecelakaan yang diidentifikasikan dengan pasti dan tepat pada

suatu titik tertentu. Jalan Ir. Sutami sering terjadi kecelakaan lalu lintas yang

disebabkan oleh buruknya kondisi geometri jalan maupun faktor muatan pada

kendaraan tersebut. Tidak hanya titik buta pada lalu lintas, jalanan yang

sempit dan menikung pun salah satu pemicu dari kecelakaan lalu lintas. Untuk

menunjang hal ini, maka perlu adanya penambahan jalur pada tikungan dan

diadakannya escape ramp..


2

1.2 Tujuan Proyek

Tujuan dari Proyek Pembagunan di Ir. Sutami adalah untuk mengurangi

terjadinya kecelakaan lalu lintas yang sering kali terjadi pada derah tersebut

dengan dibuatnya escape ramp dan penambahan jalur pada tikungan yang

sempit. Tujuan lain dari pembangunan proyek ini yaitu berkurangnya tingkat

kecelakaan lalu lintas secara drastis dan mengurangi korban jiwa.

1.3 Tujuan Kerja Praktik

Dilaksanakannya kerja praktik pada program studi Teknik Sipil Universitas

Lampung ini, bertujuan agar mahasiswa mempelajari secara langsung proses

pembangunan infrastruktur secara langsung. Dengan adanya kerja praktik di

program studi Teknik Sipil Universitas Lampung ini, diharapkan agar

mahasiswa Teknik Sipil Universitas Lampung dapat mencapai tujuan kerja

praktik sebagai berikut:

1. Memperoleh pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan Jalan

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) dan Perkerasan Lentur (Flexible

Pavement)

2. Mengetahui tata cara pelaksanaan dan alat-alat pekerjaan

yang dilaksanakan di lapangan.

3. Mengetahui sejauh mana ilmu yang diperoleh dalam proses pembelajaran

di perkuliahan dan membandingkannya dengan aplikasi di lapangan

dalam proyek konstruksi yang dilaksanakan pada kerja praktik.

4. Mendapatkan pengetahuan/gambaran pelaksanaan suatu proyek

5. Mengetahui dan memahami cara pelaksanaan teknis suatu

proyek, tahapan–tahapan pekerjaan serta metode yang di

gunakan.
3

1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan yang dilaksanakan pada Proyek Penanganan

Blackspot Ir Sutami terbagi menjadi beberapa tahap yang terdiri dari :

1. Pekerjaan Persiapan

a. Perencanaan Site Plan

1) Kantor proyek / direksi keet

2) Gudang material dan peralatan

b. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya

1) Kebutuhan listrik kerja

2) Kebutuhan air kerja

c. Pengamanan Lingkungan Hidup

d. Pengadaan material untuk pekerjaan persiapan

e. Pengadaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

f. Mobilisasi

2. Pekerjaan Tanah dan Geosintetik

a. Land Clearing

b. Pekerjaan galian

c. Pekerjaan timbunan

3. Pekerjaan Perkerasan Jalan

a. Pekerjaan pelapisan pondasi

b. Rigid pavement
4

1.5 Batasan Masalah

Pada kerja praktik yang dilaksanakan dari tanggal 15 Mei – 15 Agustus 2023

hanya meninjau beberapa pekerjaan, sehingga laporan ini tidak menjelaskan

secara lengkap pelaksanaan proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan. Pada

laporan ini, pembahasan dibatasi pada masalah teknik pelaksanaan di

lapangan yang meliputi :

1. Pekerjaan tanah dan geosintetik

2. Pekerjaan perkerasan kaku (Rigid Pavement)

1.6 Metode Pelaksanaan Kerja Praktik

Metode pelaksanaan kerja praktik yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan secara langsung saat di lapangan.

2. Pengamatan terhadap data-data serta dokumen proyek.

3. Penjelasan dari kontraktor pelaksana di lapangan.

4. Tanya jawab dengan pengawas lapangan dan pekerja lapangan di lokasi

proyek.

5. Konsultasi dengan dosen pembimbing kerja praktik.

6. Perbandingan pekerjaan lapangan dengan pengetahuan teoritis.

7. Dokumentasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan di

lapangan.
5

1.7 Metode Penyusunan Laporan

Penyusuann Laporan kerja praktik didasarkan pada:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan terhadap sistem meliputi prosedur

yang digunakan pada sistem, data atau file yang diperlukan, seperti

gambar kerja yang dijadikan pedoman dalam pelaksanan proyek

dankendala yand dihadapi.

2. Interview

Proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan

cara tanya jawab kepada pihak-pihak terkait seperti pembimbing

lapangan serta pekerja yang terlibat di lapangan dan pengarahan dengan

dosen pembimbing kerja praktik.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu bentuk kegiatan atau proses dalam

menyediakan berbagai dokumen dengan memanfaatkan bukti yang

akurat. Seperti gambar kerja, catatan dari hasil observasi secara langsung

dan foto pekerjaan proyek.

1.8 Gambaran umum proyek

1. Lokasi Proyek

Proyek pembangunan jalan dan penanganan blackspot ini berada di

jalan Prof. Dr. Ir. Sutami, Bandar Lampung yang dikerjakan oleh PT.

Rindang Tigasatu Pratama .


6

2. Data Umum Proyek

Data umum proyek tersebut adalah sebagai berikut :

a. Satuan Kerja : Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Lampung

b. PPK : PPK 1.5 Provinsi Lampung

c. Nama Paket : Proyek Penanganan Blackspot Jalan Ir Sutami

d. Pemilik Proyek : Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Direktorat Jendral Bina

Marga

e. Nama Pejabat : Guruh Samodra Aji, S.T., M.T.

f. Alamat : Jl. Wolter Moginsidi No. 220 Telp/Fax

(0721) 488958 Bandar Lampung

35215

g. Nomor Kontrak : 08/KTR /PPK1.5/IV/2023

h. Tanggal Kontrak : 26 April 2023

i. Sumber Dana : SBSN 2023

j. Nilai Kontrak Awal : Rp 30.000.491.000,-

k. Cara Pembayaran : Sertifikat Bulanan (MC)

l. Kontraktor : PT. Rindang Tigasatu Pratama

m. Konsultan Perencana : PT. Plato Isoiki

n. Konsultan Supervisi : PT. Jakarta Rencana Selaras

PT. Akbar Jaya Konsultan

o. Masa Pelaksanaan : 240 Hari Kalender

3. Data Struktur Proyek

Data struktur proyek pembangunan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Panjang Lahan

Panjang lahan proyek ini adalah 800 m.


7

b. Rigid Pavement

Pada pekerjaan proyek ini Rigid Pavement menggunakan beton ready

mix dengan mutu beton f’s 4.5 Mpa dan direncanakan ketebalan 30

cm.

4. Fasilitas Proyek

Dalam Proyek pembangunan tersebut disediakan fasilitas proyek sebagai

berikut :

a. Kantor Proyek

Kantor proyek merupakan bangunan kantor yang dibangun di lokasi

proyek yang berfungsi sebagai tempat melakukan rencana kerja dan

evaluasi hasil kerja di lapangan yang dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kantor Proyek.

b. Base camp Pekerja

Base camp Pekerja berfungsi sebagai tempat beristirahat para pekerja

proyek yang terletak di sebelah Kantor Proyek. Base camp pekerja

dapat dilihat pada gambar 2.


8

Gambar 2. Basecamp Pekerja.

c. Gudang Material dan Peralatan

Gudang ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan material dan

peralatan kerja. Letak gudang ini bersebelahan dengan kantor direksi

yang dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3. Gudang Material dan Peralatan.


9

d. Alat Transportasi

Mobilitas dalam proyek pembangunan jalan adalah hal penting karena

untuk menuju satu dari titik lain dapat lebih cepat. Alat transportasi

yang digunakan dalam proyek penanganan blackspot Ir Sutami ini

berupa motor dan mobil pick-up.

5. Sistem Pelalangan

Pelelangan atau tender adalah suatu proses kegiatan penawaran pekerjaan

yang ditawarkan oleh pemilik proyek (owner) kepada rekanan (kontraktor),

yang bertujuan untuk memilih kontraktor dengan pertimbangan dilihat dari

segi kemampuan teknis, administrasi, kualitas pekerjaan-pekerjaan

sebelumnya. dan termasuk dalam Daftar Rekaan Terseleksi (DRT).

Pelelangan dibagi menjadi 4 metode, yaitu pelelangan umum, pelelangan

terbatas, penunjukkan langsung, dan pengadaan langsung. Pada proyek ini

menggunakan jenis Pelelangan Umum, yaitu metode pemilihan penyedia

barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas

melalui media massa resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat

luas dan dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat

mengikutinya.

6. Sistem Kontrak

Proyek ini menggunakan jenis kontrak harga satuan. Kontrak Harga Satuan

merupakan kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya

dengan harga satuan yang tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan

dengan spesifikasi teknis tertentu atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam

batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan volume atau kuantitas
10

7. Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran yang digunakan pada proyek ini adalah sistem

pembayaran menurut persentase kemajuan fisik proyek (Progress payment).

Dalam sistem atau cara pembayaran termin, pembayaran kepada penyedia jasa

dilakukan atas dasar prestasi/kemajuan pekerjaan fisik proyek yang telah

dicapai sesuai dengan ketentuan dalam kontrak awal. Sistem pembayaran ini

dapat dilakukan setiap minggu atau setiap bulan.

8. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah sebuah sarana yang berguna untuk

membantudalam proses pencapaian suatu tujuan dalam proyek. Susunan ini

bekerjadengan cara mengatur dan mengorganisasi semua sumber daya yang

ada, material atau bahan-bahan, tenaga kerja dan peralatan serta modal.

Dengan adanya organasasi kerja yang baik diharapkan akan memberikan hasil

efisien,tepat waktu serta dengan kualitas tinggi. Adapun unsur-unsur

organisasi pada proyek ini adalah sebagai berikut:

a. Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instansi yang memiliki

proyek atau pekerjaan dan memberikanya kepada pihak lain yang mampu

melaksanakanya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja untuk

merealisasikan proyek, owner mempunyai kewajiban pokok yaitu

menyediakan dana untuk membiayai proyek. Pada proyek pembangunan

tersebut, pemilik proyek adalah Kementrian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga.


11

Hak dan kewajiban pemilik proyek antara lain:

1. Menunjuk penyedia jasa (Konsultan dan Kontraktor).

2. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan

yang telah dilakukan oleh penyedia jasa (Konsultan dan Kontraktor).

3. Menyediakan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang

dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa (Konsultan dan Kontraktor)

untuk kelancaran pekerjaan di lapangan.

4. Menyediakan lahan untuk pelaksanaan pekerjaan.

5. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia

jasa (Konsultan dan Kontraktor) sejumlah biaya yang diperlukan untuk

mewujudkan sebuah bangunan.

6. Ikut mengawasi dalam pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan

dengan jalan menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang

untuk bertindak atas nama Pemberi Tugas (Pemilik Proyek).

7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi perubahan).

8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan

oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang

dikehendaki/direncanakan.

b. Konsultan Perencana

Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas atau

klien untuk melaksanakan pekerjaan proyek perencanaan, dalam hal ini

bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perorangan atau badan

usaha baik swasta maupun pemerintah. Pada proyek pembangunan

tersebut konsultan perencana adalah PT.PLATO ISOIKI.


12

Tugas dan wewenang konsultan perencana adalah:

1. Tugas konsultan perencana

a) Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan

pemilik proyek (bisa pihak swasta maupun pemerintah).

b) Membuat gambar kerja pelaksanaan. Membuat Rencana kerja dan

syarat – sayarat pelaksanaan bangunan (RKS) sebagai pedoman

pelaksanaan.

c) Membuat rencana anggaran biaya (RAB).

d) Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik

proyek ke dalam desain bangunan. Melakukan perubahan desain

bila terjadi penyimpangan pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang

tidak memungkinkan untuk dilaksanakan.

e) Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika

terjadi kegagalan konstruksi. kemudian proses pelaksanaanya

diserahkan kepada konsultan pengawas. Konsultan pengawas ini

sendiri adalah orang/instansi yang menjadi wakil pemilik proyek

di lapangan.

2. Wewenang konsultan perencana

a) Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak

pelaksana bangunan yang melaksanakan pekerjaan tidak

sesuai dengan rencana.

b) Menentukan warna dan jenis material yang digunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan konstruksi


13

c. Konsultan Supervisi

Pada proyek pembangunan tersebut, supervisi dilakukan oleh PT. Jakarta

Rencana Seleras, PT. Akbar Jaya Konsultan.

Konsultan supervisi dalam suatu proyek mempunyai tugas sebagai

berikut:

1. Membantu Kepala Satuan Kerja P2JN dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar

pekerjaan dapat dikerjakan sesuai dengan desain, persyaratan dan

ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Kontrak

serta jadwal waktu yang telah ditetapkan.

2. Membantu Membantu Pejabat Pejabat Pembuat Pembuat Komitmen

Komitmen dalam memahami memahami dan melaksanakan ketentuan-

ketentuan hukum yang tercantum dalam Dokumen Kontrak, terutama

sehubungan dengan pemenuhan kewajiban dan tugas Kontraktor.

3. Menyiapkan rekomendasi sehubungan dengan “Contract Change

Order” dan “Addendum”, sehingga perubahan-perubahan kontrak

yang diperlukan dapat dibuat secara optimum dengan

mempertimbangkan aspek teknis dan dana yang tersedia.

4. Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara

terinci untuk mendukung peninjauan desain (Review Design),

menyusun perhitungan desain, membuat gambar desain dan

menyiapkan perintahperintah kepada Kontraktor sehingga perubahan

desain tersebut dapat dilaksanakan.


14

5. Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan

perhitungan volume pembayaran, sehingga semua pengukuran

pekerjaan, perhitungan volume dan pembayaran didasarkan kepada

ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Kontrak.

d. Kontraktor

Kontraktor adalah suatu badan hukum atau perorangan yang diberi surat

perintah kerja oleh pemilik proyek guna melaksanakan

suatupembangunan proyek sesuai dengan yang direncanakan. Pada proyek

pembangunan tersebut, kontraktor pelaksana adalah PT. Rindang Tigasatu

Pratama.

Tugas dan wewenang kontraktor adalah:

a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan,

syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan, yang ditetapkan oleh

pemilik proyek.

b. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan

manajemen konstruksi.

c. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, minggunan,

dan bulanan kepada konsultan manajemen konstruksi.

d. Menyediakan alat keselamatan kerja dan keamanan di lokasi proyek.

e. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan

sesuai dengan ketetapan yang berlaku.


15

Untuk Memperjelas kedudukan pihak yang terkait dalam sebuah organisasi

proyek digambarkan dalam suatu susunan bagan.

Gambar 4. Struktur Organisasi Pengguna Jasa

Gambar 5. Struktur Organisasi Lapangan


16

1.9. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan kerja Praktik ini, secara

garis besar adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai pendahuluan

yangterdiri dari sub bab latar belakang, maksud dan tujuan

proyek, ruang lingkup pekerjaan, batasan masalah, gambaran

umum proyek dan metode penyusunan laporan serta sistematika

penulisan.

BAB II : PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pada bab ini penulis membahas mengenai material bangunan,

peralatan yang dipakai dalam pembangunan, serta pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan sesuai batasan masalah yang ada.

BAB III : TUGAS KHUSUS

Pada bab ini penulis membahas tentang tugas khusus yang

diberikan oleh dosen pembimbing dan penyelesaian dari tugas

khusus tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini penulis membahas mengenai kesimpulan dan saran

yang terdiri dari subbab kesimpulan dan saran dari hasil

pengamatan yang diperoleh selama proses kerja praktik.


II. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Metode pelaksanaan pekerjaan atau Construction Method merupakan

urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dan teknik sehubungan dengan

tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dan kondisi medan kerja, guna

memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien. Metode

pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh

perencanaan menjadi bentuk bangunan fisik. Pada dasarnya metode

pelaksanaan konstruksi merupakan penerapan konseprekayasa berpijak

pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pelelangan (dokumen

pengadaan), keadaan teknis dan ekonomis yang ada dilapangan, dan

seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor. Berikut merupakan

tahapan pelaksanaan pekerjaan dari proyek pembangunan perkerasan kaku

di IR. SUTAMI :

2.1. Pelaksanaan Pekerjaan

2.1.1. Pekerjaan Perkerasan Kaku

Perkerasan kaku atau rigid pavement adalah perkerasan jalan yang

menggunakan semen sebagai bahan pengikat sehingga mempunyai

tingkat kekakuan yang relatif cukup tinggi bila dibandingkan dengan

perkerasan lentur. Kelebihan perkerasan kaku adalah lebih bertahan


18

dalam kondisi drainase yang buruk. Dalam proyek ini direncanakan

jenis jalan 2/2 TT dengan perkerasan kaku setebal 30 cm dengan

tulangan yang digunakan adalah tie bar dan dowel

Tahapan pertama pelaksanaan pekerjaan kaku adalah land clearing.

Kemudian dilakukan pekerjaan lapisan tanah dasar dengan

sebelumnya menguji CBR pada tanah di lahan tersebut. Tanah Dasar

harus mempunyai daya dukung minimum sekurang-kurangnya CBR

minimum 6 %. Apabila hasil uji CBR tidak mencapai 6%, maka

dilakukan pengerukan menggunakan excavator sedalam 30 cm.

Kemudian dilakukan pengurugan pada kerukan tersebut

menggunakan tanah urugan pilihan. Tanah urugan pilihan terdiri dari

bahan tanah berpasir. Setelah itu dilakukan pemerataan material

dengan menggunakan motor grader. Setelah dilakukan pemerataan,

dilanjutkan dengan proses pemadatan menggunakan vibratory roller.

Pemadatan dilakukan dengan dua tahap, yaitu ketika lapisan

subgrade kering dan lapisan subgrade basah. Lapisan subgrade

disiram air dengan menggunakan dump truck tangki air untuk

menjaga kadar air optimum di dalam tanah.

Tahapan selanjutnya adalah pekerjaan penghamparan pondasi dengan

agregat kelas A. Agregat kelas A terdiri dari abu batu, agregat kasar

split 1-2 cm, dan agregat kasar split 2-3 cm. Dump trcuk mengangkut

agregat ke lokasi pekerjaan dan dihampar menggunakan excavator


19

seperti pada Gambar 6. Penghamparan agregat kelas A dilakukan

sampai ketinggian gembur 15 cm. Kemudian agregat yang telah

dihampar dibasahi dengan air agar agregat dapat menyatu dan

mengikat saat dipadatkan.

Gambar 6. Penghamparan Pondasi Agregat Kelas A.

Setelah penghamparan agregat dilakukan pemadatan pondasi agregat

kelas A menggunakan vibratory roller sebanyak 12 passing seperti

pada Gambar 7. Proses pemadatan dibantu dengan dump truck tangki

air yang berguna untuk mengontrol kadar air sehingga lapis pondasi

dapat mencapai kepadatan 98%. Pekerjaan pemadatan agregat

bertujuan untuk meningkatkan berat volume kering dari agregat

tersebut. Kegiatan penggilasan dengan vibratory roller harus dimulai

dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit kearah sumbu

jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian superelevasi, penggilasan

harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi

sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Kegiatan penggilasan harus


20

dilanjutkan sampai seluruh bekas rodamesin gilas hilang dan lapis

tersebut terpadatkan secara merata.

Kemudian dilakukan tes pit untuk mengetahui ketinggian dari hasil

proses pemadatan agregat dimana pada titik STA. 00+430 setinggi 15

cm. Tes pit dilakukan dengan cara menggali agregat hingga

menemukan tanah dasar seperti pada Gambar 8. Penggalian lubang

tes pit dilakukan tiap jarak 25 m di bagian kiri badan jalan. Setelah

itu dilakukan uji sand cone untuk mengetahui derajat kepadatan

lapisan pondasi agregat kelas A di lapangan setelah dipadatkan,

untuk proyek ini diperlukan derajat kepadatan sebesar 98% dari

kepadatan kering maksimum modifikasi. Uji sand cone dikerjakan

dengan jarak 25 m pada salah satu sisi badan jalan secara zig-zag

seperti pada Gambar 9.

Gambar 7. Pekerjaan Pemadatan Pondasi Agregat Kelas A.


21

Gambar 8. Tes Pit

Gambar 9. Uji Sand Cone.

Sebelum melaksanakan rigid pavement, dilakukan pengamatan

elevasi jalan untuk mengetahui apakah superelevasi jalan tersebut

sudah sesuai dengan perencanaan. Dalam proyek ini, pada titik STA.

0+30 dan titik STA. 0+455 superelevasi dari badan jalan 2% dan

untuk bahu jalan 4% seperti pada Gambar 10 dan Gambar 11 Jika

dari hasil
22

pengamatan diperoleh superelevasi lebih rendah dari superelevasi

rencana, maka dilakukan penimbunan agregat kelas A. Pengamatan

tersebut dilakukan oleh surveyor dengan menggunakan waterpass

dan theodolite yang didirikan pada tripod.

Gambar 10. Potongan melintang STA. 0+30

Gambar 11. Potongan melintang STA. 0+455


23

Gambar 12. Pengamatan Superelevasi Jalan.

Setelah superelevasi jalan sudah sesuai dengan perencanaan, tahapan

selanjutnya adalah pekerjaan lean concrete sebagai stabilisasi tanah

dasar sebelum dilakukan pengecoran. Pelapisan ini diperlukan untuk

memperkuat tanah dasar yang baru dan mencegah pergeseran atau

deformasi berlebihan. Adukan beton untuk LC dibawa dari batching

plant milik PT. Rindang Tigasatu Pratama menggunakan mixer truck.

Adukan beton untuk LC menggunakan f’c sebesar 15 MPa. Sebelum

dilakukannya pengecoran, adukan beton diuji slump dengan

ketentuan nilai slump 12 ± 2 cm. Sebelum dilakukan pengecoran LC

diberikan plastik cor terlebih dahulu agar air semen tidak meresap

dan terbuang ke dalam tanah. Kemudian adukan beton dituang di atas

plastik cor yang diratakan secara manual oleh pekerja dengan alat

perata seperti pada Gambar 13 . Pengecoran LC dilakukan sampai

ketebalan 15 cm.
24

Gambar 13. Pekerjaan Lean Concrete (LC)

Selanjutnya adalah pekerjaan rigid pavement yang diawali dengan

pekerjaan bekisting. Bekisting merupakan cetakan tempat cor beton

akan dituang. Pemasangan bekisting setinggi 30 cm seperti pada

Gambar 14. Dipasangkan patok di sepanjang bekisting sebagai

penahan bekisting agar tidak melendut ketika pengecoran

dilaksanakan.

Gambar 14. Pemasangan bekisting.


25

Setelah pemasangan bekisting, dilakukan pemasangan plastik cor

seperti pada Gambar 15. Plastik cor ini berfungsi sebagai alat pelapis

antara permukaan pondasi base A dan permukaan cor untuk

mencegah hilangnya kandungan air semen.

Gambar 15. Pemasangan Plastik Cor.


26
Selanjutnya adalah pekerjaan pemasangan tie bar seperti pada

Gambar 16 menggunakan batang tulangan baja ulir. Tie bar berfungs

untuk menjaga agar tepi beton yang berdampingan terhubung antara

satu dengan yang lain. Dalam proyek ini tie bar menggunakan

ukuran D16-700. Pada sambungan melintang menggunakan batang

dowel dengan ukuran D36-450 yang memiliki fungsi krusial untuk

menjaga kontinuitas struktur beton dan menangani perpindahan

termal serta beban lalu lintas yang dihadapi oleh jalan dengan ukuran

Ø36-450

Gambar 16. Pemasangan Tie Bar.

Adukan beton untuk pengecoran diproduksi di batching plant milik

PT. Rindang Tigasatu Pratama dengan mutu beton f’s 4,5 Mpa. Saat

diproduksi di batching plant direncanakan nilai slump yang mencapai

14 cm, agar nantinya ketika tiba di lokasi nilai slump dapat

memenuhi standar yang direncanakan yaitu 12 ± 2 cm seperti pada

Gambar 17. Pengecoran dilakukan ketika suhu dibawah 30° C untuk

memperkecil penguapan pada beton. Apabila pengecoran dilakukan

pada suhu ekstrim, maka banyak hal yang berisiko pada mutu beton

itu sendiri, seperti kehilangan slump, kadar air berkurang, dan

bahaya plastic
27

cracking.

Gambar 17. Uji slump.

Setelah bekisting terisi penuh seperti pada Gambar 18, adukan beton

digetarkan menggunakan vibrator seperti pada Gambar 19 Pekerjaan

vibrator ini bertujuan untuk mencegah agregat menumpuk di dasar dan

mengurangi adanya rongga udara pada beton.

Gambar 18. Pengecoran.


28

Gambar 19. Menggetarkan adukan beton

Selanjutnya adalah tahapan pekerjaan meratakan pengecoran yang

dilakukan dengan mesin truss screed. untuk proses meratakan adukan

beton dengan truss screed dibantu oleh mesin serta bantuan tenaga

manusia seperti pada Gambar 20. Kemudian dilakukan pekerjaan

menghaluskan adukan beton menggunakan roskam seperti pada

Gambar 21.
29

Gambar 20. Meratakan adukan beton dengan mesin.

Gambar 21. Menghaluskan adukan beton.

Setelah permukaan benar-benar rata, maka dilakukan proses

pembuatan tekstur permukaan beton. Proses ini dilakukan ketika

keadaan permukaan beton masih plastis. Proses pembuatan tekstur

permukaan beton yang dilakukan adalah pekerjaan grooving, yaitu

pekerjaan menyikat secara melintang garis sumbu (center line) jalan

dengan sisir kawat seperti pada Gambar 22 Pembuatan tekstur


30

permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah aquaplaning atau

hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak lapis aus ban

kendaraan dengan permukaan jalan pada waktu adanya

lapisan air di permukaan jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama

pada lalu lintas dengan kecepatan tinggi, karena kendaraan menjadi

tidak bisa dikendalikan. Dengan adanya tekstur permukaan jalan

maka akan tersedia fasilitas drainase di bawah ban kendaraan.

Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1,5 mm.

Gambar 22. Proses grooving.

Ketika beton dalam kondisi plastis, disiram menggunakan curing

compound seperti pada Gambar 23 Curing compound dikerjakan

sebagai bentuk proses perawatan dari beton agar air semen tidak

cepat menguap dari lapisan permukaan beton. Curing compound

harus disemprotkan segera selama permukaan beton belum

mengering. Perawatan lainnya adalah pemasangan geotekstil seperti

pada Gambar
31

24 yang berguna untuk megatasi susut yang berlebihan dan

mencegah hilangnya air pada beton saat beton bereaksi atau

mengeras (proses oksidasi). Hal ini bertujuan agar mutu beton yang

direncanakan bisa tercapai dari sisi kualitas dan waktu.

Gambar 23. Proses Curing Compound.

Gambar 24. Pemasangan Geotekstil.

Setelah 10 jam dilakukan pekerjaan saw cutting. Saw cutting susut

melintang dan memanjang harus dimulai setelah beton mengeras dan

sebelum terjadi keretakan yaitu maksimal 10 jam setelah


32

penghamparan adukan beton. Saw Cutting dilakukan dengan alat

road concrete cutter. Pada proyek ini saw cutting di lakukan tiap 5 m

untuk posisi melintang dan pada tiap lajur untuk posisi memanjang.

Gambar 24. Saw Cutting.

Tahapan terakhir adalah pekerjaan bahu jalan. Pada proyek ini bahu

jalan dibuat menggunakan adukan beton yang diproduksi di batching

plant milik PT. Rindang Tigasatu Pratama dengan mutu beton f’c 15

Mpa. Dalam pembuatan adukan beton ini, PT. Rindang Tigasatu

Pratama melakukan quality control dengan cara pengujian

slump test saat beton selesai di produksi dari batching plant dan saat

adukan beton tiba di lokasi proyek. Ketika adukan beton sampai di

lokasi proyek, selain dilakukan uji slump test juga beton di ambil dua

sampel berbentuk silinder untuk dilakukan pengujian kuat tekan saat

mencapai umur 7 hari dan 28 hari. Pengecoran untuk bahu jalan

dilakukan selebar 2 m dengan ketebalan 15 cm seperti pada Gambar

25. Pengecoran dilakukan diatas tanah yang sudah diberikan plastik


33

cor. Setelah dilakukan pengecoran, permukaan beton

dihaluskan dengan roskam.

Gambar 25. Pekerjaan bahu jalan

2.2. Evaluasi Kualitas Pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan pada Proyek Pelebaran Jalan IR.

SUTAMI berdasarkan kurva S cenderung terlambat dari

rencana dikarenakan kondisi cuaca dan lalu lintas padat yang

terjadi di lapangan. Namun, pada akhirnya tetap terselesaikan

sesuai waktu yang ada dalam kontrak. Pada proyek ini,

pekerjaan pelebaran jalan dilakukan pada jalan yang cukup

terjal dan padat kendaraan besar sehingga pelaksanaannya

menjadi sangat terhambat karena jalanan cukup sulit dilalui

oleh alat berat dan truk mixer.


34

III. TUGAS KHUSUS

Tugas khusus yang akan dibahas dalam laporan kerja praktik ini yaitu

mengenai desain perhitungan perkerasan kaku (Rigid Pavement) dalam

Proyek Penanganan Blackspot Ir Sutami. Menurut Diklat Perkerasan

Kaku (2017), Perkerasan kaku (beton semen) merupakan konstruksi

perkerasan dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai

bahan pengikatnya, sehingga mempunyai tingkat kekakuan yang relatif

cukup tinggi khususnya bila dibandingkan dengan perkerasan aspal

(perkerasan lentur), sehingga dikenal dan disebut sebagai perkerasan

kaku atau rigid pavement. Perkerasan kaku dibagi menjadi 5, antara lain

A. Perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan atau

Jointed Unreinforced (plain) Concrete Pavement (JPCP).

B. Perkerasan kaku bersambung dengan tulangan atau

Jointed Reinforced Concrete Pavement (JRCP).

C. Perkerasan kaku menerus dengan tulangan atau Continuously

Reinforced Concrete Pavement (CRCP).

D. Perkerasan beton semen prategang atau Prestressed Concrete

Pavement
35

E. Perkerasan beton semen pracetak (dengan dan tanpa prategang)

Pada perhitungan perkerasan kaku yang akan dilakukan, digunakan jenis

perkerasan kaku bersambung dengan tulangan dan perkerasan kaku

menerus dengan tulangan. Bagan alir (Flowchart) desain Perencanaan

perkerasan kaku dapat dilihat pada Gambar 26. Bagan Alir (Flowchart)

Perencanaan Perkerasan Kaku.

Gambar 26. Bagan Alir (Flowchart) Perencanaan Perkerasan Kaku

3.1. Perkerasan Kaku Bersambung dengan Tulangan (Jointed


Reinforced Concrete Pavement – JRCP)

Perkerasan kaku bersambung dengan tulangan adalah perkerasan

beton semen yang menggunakan tulangan pada sambungan

memanjang maupun melintang jalan. Untuk perhitungan

perkerasan
36

kaku bersambung dengan tulangan ini digunakan data-data sebagai

berikut.

3.1.1 Koefisien Gesekan (F)

Koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di

bawahnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Desain Tebal Perkerasan Jalan Kaku


Berdasarkan AASHTO 1993

3.1.2 Penentuan Tebal Pelat

Perencanaa ruji (Dowel) dan perencaan batang pengikat

(Tie Bar). Tebal plat ditentukan pada Tabel 2. Katalog

Perencanaan berdasarkan SNI 8457 2017.


37

Tabel 2. Katalog Perencanaan

Berdasarkan Tabel 2. Katalog Perencanaan, ditentukan :

Tebal Pelat (h) = 300 mm

Ruji (Dowel) = Ø38 - 450

Batang Pengikat (Tie Bar) digunakan

Diameter (D) = 16 mm

Panjang (L) = 700 mm

Spasi (S) = 750 mm

Mutu Baja = BjTS 30

Tegangan Tarik Baja izin (fs) dengan mutu baja ulir U-24

fs = 240 MPa
38

3.1.3 Desain Penulangan Memanjang Pada Perkerasan


Bersambung Dengan Tulangan

Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dari persamaan

sebagai berikut :
11,76 X F X L X h
As = (mm2/m lebar)
fs

F = 1.5

L = 5.00 m

b = 1000 mm

h = 300 mm

fs = 240 MPa

11,76 X F X L X h
As Perlu = fs

11,76 X 1,5 X 5 X 300


= 240

= 110,25 mm2

As min = 0.14% x b x h

= 0.14% x 1000 x 300

= 420 mm2

As Perlu < As Min

Berdasarkan kondisi di atas, maka luas tulangan yang

dipakai adalah 420 mm2

Sehingga digunakan tulangan sebagai berikut :

Diameter (D) = 12 mm

Luas Tulangan = 110,25 mm2 (SNI 2052-2014)


39

As Perlu
Jumlah Tulangan =
As 1 tulangan

420
=
1
𝜋 (12)2
4

= 3.7136

= 4 buah tulangan

) =b
Jarak Perlu Perl
(S u n

1000
= 3.7136

= 269,280 mm

= 250 mm

Maka Tulangan Memanjang yang digunakan adalah

D8 – 250 mm

Pemeriksaan tulangan yang digunakan :

AsPakai 1000 X Luas Tulangan


= S pakai

1000 X 131,1
= 250

= 452,4 mm2

Aspakai > Asperlu

452,4 mm2 > 420 mm2 (OK!)


40

3.1.4 Desain Penulangan Melintang Pada


Perkerasan Bersambung Dengan Tulangan

Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dari persamaan

berikut :

11,76 X F X L X
As = h fs

F = 1.5

L = 3.60 m

b = 1000 mm

h = 300 mm

fs = 240 MPa

11,76 X F X L X h
As Perlu = fs

11,76 X 1,5 X 3,6 X 300


= 240

= 79,38 mm2

As min = 0.14% x b x h

= 0.14% x 1000 x 300

= 420 mm2

As Perlu < As Min

Berdasarkan kondisi di atas, maka luas tulangan yang

dipakai adalah 420 mm2

Sehingga digunakan tulangan sebagai berikut :

Diameter (D) = 12 mm

Luas Tulangan = 131,1 mm2 (SNI 2052-2014)


41

As Perlu
Jumlah Tulangan =
As 1 tulangan

420
=
1
𝜋 (12)2
4

= 3,7163

= 4 buah tulangan

) =b
Jarak Perlu Perl
(S u n

1000
= 3,7163

= 269,280 mm

= 250 mm

Maka Tulangan Melintang yang digunakan adalah

D8 – 250 mm

Pemeriksaan tulangan yang digunakan :

AsPakai 1000 X Luas Tulangan


= S pakai

1000 X 131,1
= 250

= 452,4 mm2

Aspakai > Asperlu

452,4 mm2 > 420 mm2 (OK!)


42

3.2. Perkerasan Kaku Menerus dengan Tulangan

Perkerasan kaku menerus dengan tulangan adalah pelat dengan

jumlah tulangan yang cukup banyak tanpa sambungan susut.

Jumlah tulangan yang digunakan pada arah memanjang umumnya

antara 0,6% dan 0,8% dari luas penampang melintang beton, dan

jumlah tulangan dalam arah melintang lebih kecil dari arah

memanjang. Pengalaman menunjukkan jika jumlah tulangan yang

digunakan pada perkerasan kaku menerus dengan tulangan lebih

kecil dari 0,6%, maka potensi terjadinya kerusakan punch out akan

menjadi lebih besar. Untuk perhitungan perkerasan kaku menerus

dengan tulangan ini diambil data berdasarkan Tabel 2. Katalog

Perencanaan sebagai berikut :

Tebal Pelat (h) = 300 mm

Ruji (Dowel) = Ø38 - 450

Batang Pengikat (Tie Bar) digunakan

Diameter (D) = 16 mm

Panjang (L) = 700 mm

Spasi (S) = 750 mm

Mutu Baja = BjTS 420B

Tegangan Tarik Baja izin (fs) dengan mutu baja ulir U-32

fs = 320 MPa
43

3.2.1. Desain Penulangan Memanjang Pada Perkerasan


Menerus Dengan Tulangan

Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dari persamaan

sebagai berikut :

100 X fct X (1,30−0,2µ)


Ps = fy−n x fct

di mana :

fcf = 4,5 Mpa (Kuat Tarik beton fs 4.5 Mpa)


= 0,4 fcf
fct
= 1,80 (Diambil 0,4-0,5 dari kuat tarik beton)

µ =F (Koefisien gesekan antara pelat beton

dengan lapisan di bawahnya)


= 1.5

Es = 200000 mpa (Modulus Elastisitas Baja)

f’c = 45 Mpa (fs 45 setara K-500)

Ec = 4700 √f′c (Modulus Elastisitas Beton)

= 4700 √4.5
= 31528.5 Mpa
n = Es/Ec

= 200000/31528.5

= 6.3434

fy = 320 Mpa (Mutu Baja Tulangan U-32)

b = 1000 mm
44

h = 300 mm

100 X 1,8 X (1,30−0,2 (1,5))


Ps perlu = 240− 6.3434 X 1,8

= 0.5797 %

Persentase minimum dari tulangan memanjang pada

perkerasan beton menerus adalah 0,6 % luas penampang

beton.

Ps min = 0,6 %

Ps perlu < Ps min

Berdasarkan kondisi di atas, maka luas tulangan perlu

menggunakan Ps perlu

As perlu = Ps x b x h
0,6
= x 1000 x 300
100

= 1800 mm2

Sehingga digunakan tulangan sebagai berikut :

Diameter (D) = 19 mm

Luas Tulangan = 283,5 mm2 (SNI 2052-2014)


45

As Perlu
Jumlah Tulangan =
As 1 tulangan

1800
=
1
𝜋 (19)2
4

= 6.3485

= 7 buah tulangan

) =b
Jarak Perlu Perl
(S u n

1000
= 6.3485

= 157.5175 mm

= 150 mm

Maka Tulangan Memanjang yang digunakan adalah

D19 – 150 mm

Pemeriksaan tulangan yang digunakan :

AsPakai 1000 X Luas Tulangan


= S pakai

1000 X 283,5
= 150

= 1890 mm2

Aspakai > Asperlu

1890 mm2 > 1800 mm2 (OK!)

Jumlah optimum tulangan memanjang perlu dipasang agar

jarak dan lebar retakan dapat dikendalikan. Secara teoritis


46

jarak antara retakan pada perkerasan beton menerus dengan

tulangan dihitung dari persamaan berikut :

fct2
Lcr =
n . (p)2 . u . fb (ɛs . Ec – fct)

Dimana :

fcf = 4,5 Mpa (Kuat Tarik beton fs 4.5

Mpa) fct = 0,4 fcf

= 1,80

Es = 200000 mpa (Modulus Elastisitas Baja)

n = Es/Ec

= 200000/31528.5

= 6.3434

Aspakai = 1890 mm2

b = 1000 mm

h = 300 mm

As pakai
p = bXh (perbandingan luas tulangan
memanjang dengan luas
penampang beton)

1890
= 1000 X 300

= 0,0063

u = 4/d (Keliling penampang tulangan

per satuan luas tulangan (m-1))


47

= 4/0.019

= 210.5

f’c = 45 Mpa

d = 19 cm

fb = (0,79 x √f′c)/d

= (0,79 x √4500)/19

= 2.7892 N/cm2 ≤ 5,5 MPa OK!!

ɛs = 0,0004

Ec = 4700 √f′c

= 4700 √45

= 30187 MPa

fct2
Lcr =
n . (p)2 . u . fb (ɛs . Ec – fct)
3,24
=
2,1360

= 1.0084 m < 2m OK!!

3.2.2. Desain Penulangan Melintang Pada

Perkerasan Menerus Dengan Tulangan

Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dari persamaa

sebagai berikut

11,76 X F X L X
As = h fs
48

F = 1.5

L = 5.00 m

b = 1000 m

h = 300 mm

fs = 320 MPa

11,76 X F X L X h
As Perlu = fs

11,76 X 1,5 X 5 X 300


= 320

= 82.7 mm2

As min = 0.14% x b x h

= 0.14% x 1000 x 300

= 420 mm2

As Perlu < As Min

82.7 mm2 < 420 mm2

Berdasarkan kondisi di atas, maka luas tulangan yang

dipakai adalah 420 mm2

Sehingga digunakan tulangan sebagai berikut :

Diameter (D) = 12 mm

Luas Tulangan = 113,1 mm2 (SNI 2052-2014)


As Perlu
Jumlah Tulangan =
As 1 tulangan

420
=
1
𝜋 (12)2
4
49

= 3.7136

= 4 buah tulangan

) =b
Jarak Perlu Perl
(S u n

1000
= 3.7136

= 269,280 mm

= 250 mm

Maka Tulangan Melintang yang digunakan adalah

D12 – 250 mm

Pemeriksaan tulangan yang digunakan :

AsPakai
1000 X Luas Tulangan
= S pakai

1000 X 113.1
= 250

= 452,4 mm2

Aspakai > Asperlu

452,4 mm2 > 420 mm2 (OK!)


50

Dari perhitungan yang telah dilakukan dipakai desain penulangan

perkerasan bersambung dengan tulangan, berikut merupakan

gambar tampak atas dan gambar potongan dari perkerasan kaku

yang telah direncanakan.

Gambar 27. Tampak Atas Perkerasan Kaku Bersambung Dengan


Tulangan
51

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh setelah melakukan kerja praktik

lapangan pada Proyek Penambahan Lajur Ir Sutami adalah :

1. Pada proyek ini, dalam pelaksanaan pekerjaan drainase yaitu

menggunakan saluran pasangan batu belah.

2. Pada proyek ini, untuk pelaksanaan pekerjaan rigid pavement

tebal lapis perkerasan terdiri dari lapis pondasi agregat kelas A

setebal 15 cm dan serta lapis beton setebal 30 cm.

3. Pelaksanaan pekerjaan pada Proyek Penambahan Lajur Ir

Sutami berdasarkan kurva S cenderung terlambat dari rencana

dikarenakan kondisi cuaca dan lalu lintas yang terjadi di

lapangan.

4. Berdasarkan hasil perhitungan tugas khusus yang penulis

kerjakan, terjadi kesamaan antara penulangan Rigid Pavement

yang digunakan dalam perhitungan dengan realisasi di lapangan.

Pada lapangan digunakan penulangan Ø12-250 dan Ø16-250

yang memenuhi As perlu.


52

4.2. Saran

Setelah menyelesaikan kerja praktik di Proyek Penambahan Lajur Ir

Sutami dan menyusun laporan, penulis dapat memberikan saran

sebagai berikut :

1. Pada pelaksanaan proyek dibutuhkan komunikasi dan koordinasi

yang baik antara semua pihak yang bersangkutan, sehingga

apabila terjadi permasalahan dapat segera dicari solusinya.

2. Material baja tulangan sebaiknya disimpan pada ruang tertutup

sehingga kualitasnya tidak berkurang akibat faktor lingkungan.

3. Basecamp pekerja sebaiknya terbuat dari papan untuk

menambah kenyamanan untuk para pekerja di lapangan.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia. 2005. Modul RDE-
07 “Dasar-Dasar Perencanaan Drainase Jalan”. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya
Manusia.

Dalius, M. Fadillah. 2017. Proyek Preservasi Rehabilitasi Jalan Terbanggi


Besar – KM 10 (Panjang) (B. Lampung) – Teluk Betung, Tegineneng
– Sukadana. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Direktorat Jenderal Bina Marga. 2020. Spesifikasi Umum 2018 untuk


Pekerjaan

Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2). Jakarta: Kementerian Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga.

Prameswari, Permata. 2017. Perencanaan Drainase Jalan Lingkar Luar Barat


Surabaya Tahap 3 (STA 4+000 Sampai Dengan STA 11+502,94).
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidorologi Terapan. Depok Sleman Yogyakarta:


Beta Offset.
LAMPIRAN A
(Gambar Kerja)
LAMPIRAN B
(Kurva S)
LAMPIRAN C
(Absen dan Nilai KP)
LAMPIRAN D
(Lembar Asistensi)

You might also like