You are on page 1of 28

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH

PENDEKATAN DAN METODE STUDI ISLAM

URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA MILLENIAL

Dosen: Zakiyuddin Baidhawy

Oleh:

Nur Winarsih: 1120100170019

PROGRAM STUDI “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”


PASCASARJANA IAIN SALATIGA 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan Islam bukan hanya sebagai agama monodimensi. Islam bukan

hanya agama yang didasarkan pada intuisi mistis manusia dan terbatas hanya

pada hubungan antara manusia dengan Tuhan. Ini hanyalah satu dari sekian

banyak dimensi agama Islam. Untuk mempelajari aspek multidimensional dari Islam,

metode filosofis niscaya dipergunakan untuk menemukan sisi-sisi terdalam dari

hubungan manusia dengan Tuhan dengan segenap pemikiran metafisikanya yang

umum dan bebas. Dimensi lain dari agama Islam adalah masalah kehidupan manusia

di bumi ini. Untuk mempelajari dimensi ini harus dipergunakan metode-metode yang

selama ini dipergunakan dalam “ilmu manusia”. Agama (Islam), dengan cara

pandang seperti ini, tidak lagi berwajah tunggal (Single Face) melainkan

memiliki banyak wajah (Multiface).

Secara substantive-perennial agama merupakan system nilai (value

system) yang bersumber dari dzat yang transhistoris, transtruktural,

transcendental, realitas tertinggi, kebenaran mutlak dalam kesejatian abadi. Manusia

sebagai penerima agama merupakan makhluk temporal- cultural, tidak tak terbatas dan

terikat oleh ruang dan waktu. Oleh karenanya agama lebih merupakan tatanan

kemanusiaan yang bersifatnormative, dan oleh karenanya dalam tataran aplikatif

sangat tergantung pada bagaimana cara memahami dan menginterpretasikannya.

Dalam perspektif ini, maka system nilai agama yang sacred-transcultural dan yang

profane historical, antropogis- kodisional tidak dapat terpisahkan.

Pemahaman demi pengetahuan maupun reinterpretasi terhadap pesan-pesan

Tuhan harus terus berlangsung secara dinamis, seiring dengan dinamika


kehidupan
manusia itu sendiri. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya transformasi dan internalisasi

nilai-nilai transendental (transcendental values) agama dalam kesejarahan

manusia, sehingga manusia menuju tatanan kehidupan yang rahmatan lil „alamin.

Sementara itu, agama atau keagamaan sebagai sistem kepercayaan dalam

kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang

Islam khususnya, sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas

abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut

ajaran dan pemikiran kegamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.

sehingga walaupun keadaannya amat bervariasi tetapi tidak keluar dari ajaran yang

terkandung dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah serta sejalah dengan data-data

historis yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Dalam makalah

ini, pemakalah akan menjelaskan tentang Studi Islam Interdisipliner.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam?

2. Bagaimana Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam?

3. Bagaimana Generasi Millenial?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam

Dalam kamus besar bahasa Indonesia Pendekatan adalah Pertama, Proses

perbuatan, cara mendekati. Kedua, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk

mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode - metode untuk mencapai

pengertian tentang masalah penelitian. Dalam bahasa inggris pendekatan diistilahkan

1
dengan “Approach”, dalam bahasa Arab disebut dengan “Madkhal”. Pendekatan

adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu

yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hal ini adalah agama

2
Islam. Islam dapat dilihat dalam beberapa aspek yang sesuai dengan paradigmanya.

Islamic Studies adalah studi tentang disiplin dan tradisi


intelektual

keagaamaan klasik menjadi inti dari Islamic Studies, karena ada di

jantung kebudayaan yang dipelajari dalam peradaban Islam dan agama Islam,

dan karena banyak muslim terpelajar masih memendangnya sebagai

persoalan penting. Pengertian Islamic Studies sebagai studi tentang teks-teks Arab

pra-modern utamanya karena itu mesti dipertahankan. Ketrampilan utama yang

dibutuhkan adalah bahasa


3
Arab.

Islamic Studies adalah bukan sebuah disiplin, namun ia lebih merupakan

kesalinghubungan anatara beberapa disiplin. Dalam bahasa metodologi, para peneliti

meminjam serangkaian disiplin termasuk ilmu-ilmu sosial. Kurang tegasnya batasan-

1
Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. hlm. 99.
2
M Yatimin, Abdullah. Studi Islam Kontemporer. Hlm 58
3
Zakiyyuddin Baidhawy. Studi Islam pendekatan dan metode.hlm 2.
batasan ini justru menyediakan peluang untuk memperkaya studi interdisipliner yang
4
beragam.

Pendekatan merupakan cara pandang atau paradikma yang terdapat dalam

suatu bidang ilmu yang selanjutnya di gunakan dalam memahami agama.

Adapun jenis-jenis pendekatan yang dibutuhkan dalam studi islam adalah sebagai

berikut :

PENDEKATAN NORMATIF

Pendekatan normatif adalah stu

nm.hmhbdi islam yang memandang masalah dari sudut legal-formal atau normatifnya.

[3] Legal-formal adalah hukum yang ada hubungannya dengan halal dan haram, boleh

atau tidak dan sejenisnya. Sementara normatif adalah seluruh ajaran yang terkandung

dalam nash. Dengan demikian, pendekatan normatif mempunyai cakupan yang sangat

luas sebab seluruh pendekatan yang digunakan oleh ahli usul fikih (usuliyin), ahli

hokum islam (fuqaha), ahli tafsir (mufassirin) danah lihadits (muhaddithin) ada

hubungannya dengan aspek legal-formal serta ajaran islam dari sumbernya termasuk

pendekatan normatif.

Sisi lain dari pendekatan normatif secara umum ada dua teori yang dapat

digunakan bersama pendekatan normatif-teologis.Teori yang pertama adalah hal – hal

yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran serta dapat dibuktikan secara empirik dan

eksperimental.Teori yang kedua adalah hal-hal yang sulit dibuktikan secara empirik

dan eksperimental.Untuk hal-hal yang dapat dibuktikan secara empirik biasanya

disebut masalah yang berhubungan dengan ra’yi (penalaran).

Sedang masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan empirik (ghaib)

biasanya diusahakan pembuktiannya dengan mendahulukan kepercayaan.Hanya saja

cukup sulit untuk menentukan hal-hal apa saja yang masuk klasifikasi empirik dan
mana yang tidak terjadi sehingga menyebabkan perbedaan pendapat dikalangan para

ahli.Maka sikap yang perlu dilakukan dengan pendekatan normatif adalah sikap kritis.

Adapun beberapa teori popular yang dapat digunakan dengan pendekatan

normatif disamping teori-teori yang digunakan oleh para

fuqaha’,usuluyin,muhaddithin dan mufassirin diantara adalah teori teologis-filosofis

yaitu pendekatan memahami Al Qur’an dengan cara menginterpretasikannya secara

logis-filosofi yakni mecari nilai-nilai objektif dari subjektifitas Al Quran.

Teori lainnya adalah normatif-sosiologis atau sosiologis seperti yang

ditawarkan Asghar Ali Engerineer dan Tahir al-Haddad yakni dalam memahami nash

(Al Qur’an dan sunah Nabi Muhammad SAW.) selain itu ada pemisahan antara nash

normatif dengan nash sosiologis. Nash normatif adalah nash yang tidak tergantung

pada konteks. Sementara nash sosilogis adalah nash yang pemahamannya harus

disesuaikan dengan konteks waktu, tempat dan lainnya.

Dalam aplikasinya pendekatan nomatif tekstualis tidak menemui kendala yang

berarti ketika dipakai untuk melihat dimensi islam normatif yang bersifat Qoth’i.

Persoalanya justru akan semakin rumit ketika pendekatan ini dihadapkan pada realita

dalam Al-Quran bahkan diamalkan oleh komunitas tertentu secara luas contoh yang

paling kongkrit adalah adanya ritual tertentu dalam komunitas muslim yang sudah

mentradisi secara turun temurun,seperti slametan (Tahlilan atau kenduren).

Dari uraian tersebut terlihat bahwa pendekatan normatif tekstualis dalam

memahami agama menggunakan cara berpikir deduktif yaitu cara berpikir yang

berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak sehingga tidak perlu

dipertanyakan lebih dulu melainkan dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat

dengan dalil-dalil dan argumentasi.


Pendekatan normatif tektualis sebagaimana disebutkan diatas telah menunjukan

adanya kekurangan seperti eksklusif dogmatis yang berarti tidak mau mengakui

adanya paham golongan lain bahkan agama lain dan sebagainya.Namun demikian

melalui pendekatan norrmatift tektualis ini seseorang akan memiliki sikap militansi

dalam beragama sehingga berpegang teguh kepada agama yang diyakininya sebagai

yang benar tanpa memandang dan meremehkan agama lainya.

1. Pendekatan Historis

Yang dimaksud dengan pendekatan historis adalah meninjau suatu

permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan

serta menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis

sejarah. Sejarah atau histori adalah studi yang berhubungan dengan

peristiwa- peristiwa atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian

atau keadaan yang sebenarnya. jadi dengan mempelajari masa lalu

orang dapat mempelajari masa kininya dan dengan memahami

serta menyadari keadaan masa kini maka orang dapat menggambarkan

masa depannya. Itulah yang dimaksud dengan perspektif sejarah.

Contoh pendekatan historis yaitu ketika seseorang ingin

memahami Alquran secara benar maka hendaknya ia juga

mempelajari sejarah turunnya alquran atau kejadian-kejadian yang

mengiringi turunnya alquran. Hal ini bertujuan untuk memahami hikmah

dari suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu dan memelihara

syariat dari kekeliruan


5
dalam pemahamannya

2. Pendekatan Filosofis

Yang dimaksud adalah melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan

filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu


4
Ibid. Hlm 4
5
Abdullah Nata. Metodologi Studi Islam. Hlm 48
dengan menggunakan analisis spekulatif. Filsafat adalah berfikir secara

sistematis radikal dan universal. Namun filsafat tidak mau menerima

segala bentuk bentuk otoritas, baik dari agama maupun ilmu

pengetahuan. Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah

pendapat yang dikemukanan Sidi Gazalba yang menurutnya adalah

berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka

mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu


6
yang ada.

3. Pendekatan Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.

Sarjono soekanto mengartikan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu

pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan nilai. Selanjutnya,

sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan

dalam memahami agama, hal ini karena banyak bidang kajian agama yang

baru dapat dipahami secara proposional dengan menggunakan ilmu

sosiologi.

Dalam agama islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang

dahulu budak lalu akhirnya bias jadi penguasa mesir.

Mengapa dalam melaksanakan tugasnya nabi Musa harus dibantu

nabi Harun, dan masih banyak contoh lainnya. Beberapa peristiwa

tersebut dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosiologi.

Disinilah letaknya sosiologi asebagai salah satu alat dalam

memahami agama. Dalam buku berjudul Islam Altenative,

Jalaluddin Rahmat menunjukkan berapa


6
Sidi, Gazalba. Sistematika Filsafat.Jilid 1. Hlm 15
besarnya perhatian agama dalam masalah sosial, dengan lima alasan

sebagai berikut:

a. Al-qur‟an atau kitab-kitab hadits yaitu berkenaan dalam

urusan muamalab. Misal dalam surat Al-mukminun ayat 1-9 berisi

mengenai orang yang khusyuk sholaynya, menghindarkan diri ari

perbuatan yang tidak bermanfaat,menjaga amanat dan janji.

b. Ditekankan masalah muamalah (sosial) dalam ibadah adalah

adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah dikerjakan sesuai

mestinya.

c. Bahwa ibadah mengandung segi kemasyarakatan lebih besar

ganjarannya daripada perseorangan.

d. Dalam urusan ibadah ada ketentuannya. Misal apabila tidak

mampu melaksanakan puasa maka jalan keluarnya membayar

fidyah dalam bentuk member makan orang miskin.

e. Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan


7
mendapat ganjaran lebih besar.

Melalui pendekatan sosiologis agama akan dapat dipahami dengan

mudah karena agama sendiri itu diturunkan untuk kepentingan sosial.

B. Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam

1. Pengertian Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah

dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang

relevan atau tepat guna secara terpadu. Dalam pemecahan masalahannya di bidang

ekonomi dengan interdisipliner hanya dengan satu ilmu saja yang serumpun.

7
Abuddin, Nata. Metodologi Studi Islam. Hlm 38
Dari sudut ekonomi mikro di antaranya : dalam lingkup kecil “Rumah

tangga”

7
Abuddin, Nata. Metodologi Studi Islam. Hlm 38
yang tidak sedikit para rumah tangga mengalami permasalahan ekonomi

khususnya pada masalah kemiskinan, yang cara pemecahan masalahnya

dengan salah satunya mencari pekerjaan yang menjanjikan, bekerja keras, tidak

putus asa, tidak boros dalam artian tidak besar pasak dari pada tiang : besar

pengeluaran dari pada pendapatan.

Dari sudut ekonomi makro diantaranya : dalam lingkup luas

“Pemerintah” yang pernah pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikan

BBM (bahan bakar minyak) dengan tujuan tertentu, tetapi bagi para

masyarakat kebijakan tersebut tidak lah sesuai dengan kemampuan

masyarakat, khusunya masyarakat awam/kecil. Sehingga kemiskinan

pun semakin merajalela. Pemecahan masalahnya dengan pemerintah harus

bisa melihat kebawah (masyarakat kecil),


8
dan sejahterakan masyarakat.

Dalam kamus bahasa Indonesia Interdisipliner berarti bidang studi

atau pengelompokan sejumlah mata pelajaran yang sejenis atau memiliki ciri

yang sama (mata pelajaran yang telah berkorelasi satu dengan yang lain).

Pendekatan Interdisipliner merupakan pemahaman ilmu “agama

islam” dengan menggunakan beberapa keilmuan yang saling berkaitan.

Dalam mengkaji Islam dengan studi Interdisipliner haruslah dengan beberapa

ilmu yang serumpun atau yang saling berkaitan.

2. Sejarah Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan Interdisipliner adalah kajian dengan menggunakan

sejumlah pendekatan atau sudut pandang (Perspektif). Pendekatan ini muncul

sebagai bentuk dari tuntutan modernitas dan globalisasi dalam mengkaji

8
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121203214249AA6n7Pm
Islam yang saintifik dan secara serius melibatkan berbagai pendekatan.

Pendekatan

8
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121203214249AA6n7Pm
monodisiplin tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan jaman yang dihadapi

umat Islam di berbagai tempat. Pendekatan monodisiplin menekankan pada

pengajaran Islam sebagai sebuah doktrin. Kajian Islam normative tersebut

merupakan bagian panjang dari tradisi keilmuan Islam klasik. Kerangka studi

demikian digunakan di berbagai belahan dunia Islam, khususnya di Mesir, Arab

Saudi, Pakistan, Afganistan dan menjadi model kajian dominan di

masyarakat Muslim di seluruh dunia. Kajian Islam secara normatif dalam

pemikiran Islam terwujud dalam ilmu fiqh, ushul fiqh, hadits, ilmu hadits,

tafsir, ilmu tafsir dan lain-lain. Wacana Islam secara normative, hingga saat itu

menjadi bagian penting dalam kerangka keilmuan yang digunakan di

Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) terlebih di daerah-daerah).

Paradigma yang bekerja dalam kajian normative sebagaimana diungkapkan

oleh Muhammad Abed al-Jabiri adalah paradigma bayani. Paradigma bayani

adalah studi dan pemikiran yang berbasis pada teks (an-nash) dan mengutamakan

proses berfikir deduktif-analogis-qiyas. Tumpuan utama paradigma ini adalah

memahami teks melalui kaidah bahasa, yang kemudian menghadirkan kajian

ushul fiqh klasik, sebagaimana diletakkan dasar-dasarnya oleh Imam Syafi‟i.

Meskipun tetap diperlukan, paradigma bayani yang normative

memiliki kelemahan: Pertama, paradigma bayani kurang memiliki pijakan realitas

historis, sosiologis dan antropologis sehingga menimbulkan kesenjangan antara

teori dan praktik. Kedua, paradigma bayani kurang mampu mengapresiasi

perkembangan keilmuan yang berlangsung dengan cepat. Perkembangan

ilmu-ilmu sosia dan humaniora, belum lagi sains dan teknologi, akan

sulit direspons oleh


paradigma tersebut. Akibatnya kajian Islam akan stagnan karena tidak mau
9
beranjak dari posisi yang mapan berabad-abad yang lampau.

Studi Islam tidak lagi terbatas kepada penggunaan paradigma bayani,

melainkan dengan paradigma-paradigma yang lain. Kajian Islam dengan

mengunakan pendekatan yang lain yaitu interdisipliner atau bidang ilmu dan

disiplin adalah jawaban bagi tantangan dunia Islam saat ini. Tuntutan kajian Islam

secara holistic sebenarnya disadari oleh para cendekiawan Islam era paruh kedua

abad ke -20. Para cendekiawan muslim tersebut umumnya terdidik dalam

dua tradisi keilmuan. Yaitu tradisi keilmuan Islam klasik dan sekaligus menimba

ilmu dari tradisi intelektual dan keilmuan barat. Mereka mencoba melakukan

sintesis antara kajian Islam klasik dengan pendekatan-pendekatan baru yang

berkembang dalam studi agama dan sosial humaniora di barat. Para

cendekiawan itu muncul dari berbagai penduduk muslim di berbagai dunia.

Fazlur Rahman cendekiawan muslim dari Pakistan misalnya, memperkenalkan

upaya pembaruan metodologi studi Islam, khususnya hukum Islam,

dengan perangkat hermenuetika. Teori double movement (gerakan ganda)

adalah salah satu kontribusinya. Begitu juga dengan al-hadd al a‟la dan al-

had al-adna yang dikenalkan oleh Syahrur adalah sebagian dari contoh

yang dilakukan oleh cendekiawan muslim


10
kontemporer dalam upaya pembaharuan pemikiran Islam.

3. Kerangka Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Islam

Paradigma interdisipliner atau dalam istilah M. Amin Abdullah

adalah interkoneksitas merupakan asumsi untuk memahami kompleksitas

fenomena kehidupan yang dihadapi dan dijalani manusia. Setiap bangunan

keilmuan apapun,

9
M.Amin, Abdullah, Islam dalam Berbagai Pembacaan Konsep Kontemporer, Ahwan Fanani dan
Tolhatul Chair (Ed.). hlm. 6-7
10
Ibid hlm 8
baik keilmuan agama (termasuk agama Islam maupun agama-agama

lain), keilmuan sosial, humaniora, maupun kealaman tidak dapat berdiri sendiri.

Ketika ilmu pengetahuan tertentu mengklaim dapat berdiri sendiri, merasa

dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, tidak memerlukan bantuan dan

sumbangan dari ilmu lain, maka cepat atau lambat akan berubah

menjadi narrow- mindedness (untuk tidak menyebut fanatisme) terhadap

partikularitas disipilin keilmuan. Kerjasama yang saling membutuhkan,

saling koreksi dan saling keterhubungan antar disiplin keilmuan akan lebih

dapat membantu manusia memahami kompleksitas kehidupan yang dijalaninya

dan memecahkan persoalan yang dihadapinya.

Dalam satu studi, misalnya menggunakan pendekatan sosiologis, historis dan

memecahkan persolan yang dihadapinya. Pentingnya pendekatan ini menurut

Khoituddin Nasution semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian

yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam

mengkaji teks agama, seperti al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad tidak

cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual saja, tetapi harus

dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus. Bahkan

mungkin bisa ditambah dengan pendekatan hermenuetik. Ketika membahas

masalah yang berhubungan dengan kedokteran, seharusnya tidak cukup

dengan kajian normative. Kajian normative akan lengkap bila diikuti dengan

kajian kedokteran. Dengan cara seperti ini, persoalan dipahami akan lebih

lengkap sebelum memutuskan status hukum menurut ajaran Islam. Demikian juga

menjawab atau menyelesaikan hukum (status ternak) pertanian dan semacamnya.

Untuk menentukan hukumnya harus dipahami lebih dahulu secara lengkap dari

sisi ilmu peternakan dan ilmu


pertanian. Kemudian ditetapkan status hukumnya. Seperti ini deskripsi cara kerja
11
pendekatan interdisipliner untuk mengungkap esensi dari kajian suatu obyek.

Kupasan di atas menghasilkan kesimpulan bahwa

perkembangan pembidangan studi Islam dan pendekatannya sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Adanya penekanan terhadap

bidang dan pendekatan tertentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran

Islam lebih komprehensif sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang

semakin lengkap dan kompleks. Perkembangan tersebut adalah suatu hal yang

wajar dan seharusnya memang terjadi, karena tidak terjadi pertanda agama

semakin tidak mendapat perhatian. Pendekatan interdisipliner menurut catatan

Khoituddin Nasution, bukan hal yang baru dalam sejarah keilmuan klasik.

Sejumlah teori (sejarah, antropologi, sosiologi, sastra, dan arkeologi, ilmu

politik, filsafat, linguistik telah digunakan sejak lama oleh para ilmuan klasik

meskipun teori-teori tersebut mengalami perkembangan. Ada beberapa teori

yang mendapat penekanan pada beberapa dekade terakhir. Hal ini disebabkan

adanya kehausan untuk memahami ajaran Islam yang lebih sempurna.

Munculnya teori-teori baru adalah sebagai respon terhadap fenomena kaum

muslim yang semakin hari semakin maju dan kompleks.

4. Beberapa Pendekatan Interdisipliner

a. Pendekatan Filsafat

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta

kepada kebenaran , ilmu dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti

mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebat dan akibat serta

11
Nasution, Khoituddin. Pengantar Studi Islam. 2009, hlm. 222
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Dalam kamus

umum bahasa

11
Nasution, Khoituddin. Pengantar Studi Islam. 2009, hlm. 222
Indonesia, poerwardaminta mengartikan filsafat sebagai pengetahuan dan

penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan

sebagainya terhadap segala yang ada dialam semesta ataupun mengenai

kebenaran dan arti “adanya” sesuatu. Dari definisi tersebut dapat

diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat,

atau hikmah
12
mengenai sesuatu yang berada dibalik obyek fenomena.

Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi berikut:

1). Segi semantik, filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah. Dari bahasa

Yunani yaitu philosophia yaitu pengetahuan hikmah (Wisdom).

Jadiphilosophia berarti cinta pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran.

Maksudnya adalah orang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan

hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

2). Segi praktis; filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir.

Orang yang berpikir tentang filsafat disebut filosof. Yaitu orang yang

memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh di dalam

tugasnya filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari

dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi

filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh

hakikat kebenaran segala sesuatu.

Contoh pendekatan filsafat agama Islam, ajaran agama Islam mengajarkan

agar shalat berjamaah. Tujuan antara lain agar seseorang merasakan

hidup berdampingan dengan orang lain, dengan mengajarkan puasa

misalkan agar seorang dapat merasakan lapar yang selanjutnya menimbulkan

12
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm ,42.
rasa iba kepada sesamanya yang hidup serba kekurangan, dengan

menggunakan pendekatan

12
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm ,42.
filosofis ini seseorang akan dapat memberikan makna terhadap sesuatu

yang dijumpainya, dan dapat pula mendapat hikmah dan ajaran yang

terkandung didalamnya. Dengan demikian ketika seoarang mengerjakan suatu

amal ibadah tidak akan merasa kekeringan dan kebosanan, semakin mampu

mengenali makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat

pula sikap,
13
penghayatan, dan daya spiritual yang dimiliki seseorang.

Contoh yang kedua tentang kontroversi penafsiran iblis dalam al-Quran

berawal dari rencana Tuhan untuk menciptakan dan mempersiapkan

seorang khalifat di bumi. Dalam al-Qur‟an surat Al-Baqoroh ayat 30-34,

peristiwa ini dijelaskan:

Kisah iblis pada surat di atas, pada awalnya menggambarkan narasi penciptaan

Adam yang oleh tuhan dianggap sebagai “the only one caliph on the earth”.

Amanah kekhalifahan ini rupanya kurang mendapat simpatik di kalangan

malaikat karena itu mereka “memprotes” dan “menolak” kebijakan

tersebut. Dalam wacana tafsir klasik dan modern, persoalan pertama yang

muncul ketika memperbincangkan eksistensi iblis itu adalah makna

sujud, yasjudu.Terhadap kata ini semua mufasir baik klasik dan modern

sependapat bahwa makna kata sujud yang dimaksud adalah sujud tahiyyat,

penghormatan, bukan sujud dalam pengertian ibadah atau menghambakan diri

pada Adam.

At-tabari dan ar-Razi menafsirkan kata iblis pada ayat yasjuduberasal dari

jenis malaikat.mereka berpendapat demikian dengan alasan bahwa

kata “istisna”, semua malaikat sujud pada Adam kecuali iblis menunjukkan

makna
14
bahwa iblis itu berasal dari jenis mereka (malaikat).
13
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm , 43-44
14
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam. Cet.9, hlm.25
b. Pendekatan Sosiologi

Dari segi sosiologi ini, pendekatan terhadap agama telah melahirkan berbagai

teori. Diantara teori-teori itu, yang sangat terkenal adalah tingkatan, yang

salah satu implikasi teologis terhadap penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an dan

hadist, sebagai contoh mengenai wanita. Wanita Islam dalam kontekstual

adalah munculnya rasa takut dan berdosa bagi kaum wanita bila ingin

“menggugat” dan menolak penafsiran atas diri mereka yang tidak hanya

disubordinasikan dari kaum laki-laki, tetapi juga dilecehkan hak dan

martabatnya. Akibatnya secara sosiologis mereka terpaksa

menerima kenyataan-kenyataan diskriminatif bahwa lelaki serba lebih dari

perempuan, terutama dalam hal-hal seperti: pertama, wanita adalah makhluk

lemah karena tercipta dari tulang rusuk pria yang bengkok; kedua, wanita

separuh harga laki-laki; ketiga, wanita boleh diperistri hingga empat; keempat:

wanita tidak
15
bisa menjadi pemimpin negara.

c. Pendekatan Sejarah

Melalui pendekatan sejarah , seseorang diajak menukik dari alam idealis kea

lam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini , seseorang

akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam

alam idealis dengan yang ada dialam empiris dan historis. Pendekatan

sejarah ini amat dibutuhkan dalam memahami agama , karena agama itu

sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan

kondisi social kemasyarakatan . dalam hal ini Kuntowijoyo telah

melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini

Islam , menurut pendekatan

sejarah . ketika ia mempelajari al-Qur‟an ,ia sampai pada suatu


kesimpulan
15
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, hlm 35
bahwa pada dasarnya, kandungan al-qur‟an itu terbagi menjadi dua

bagian, bagian yang pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi

kisah-kisah sejarah dan perunpamaan.

C. Generasi Millenial

Millennials atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah

sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran

tahun 1980-

2000an. Maka ini berarti millenials adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada

tahun ini. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat

berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan

teknologi. Generasi millennials memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir

pada saat TV berwarna,handphone juga internet sudah diperkenalkan. Sehingga

generasi ini sangat mahir dalam teknologi.

Di Indonesia sendiri dari jumlah 255 juta penduduk yang telah tercatat,

terdapat 81 juta merupakan generasi millenials atau berusia 17- 37 tahun. Hal

ini berarti Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk membangun negaranya.

Tapi, kemanakah mereka pergi? Apakah mereka bersembunyi?

Sungguh tidak, jika kita melihat ke dunia sosial media, generasi millennials

sangat mendominasi jika dibandingkan dengan generasi X. Dengan kemampuannya di

dunia teknologi dan sarana yang ada, generasi millenials belum banyak yang

sadar akan kesempatan dan peluang di depan mereka. Generasi millennials cenderung

lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia politik

ataupun perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari generasi millenials

hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki

visi yang tidak realistis dan terlalu idealistis, yang penting bisa gaya.
Tidak terima dengan kalimat-kalimat diatas? Berikut ini adalah hal yang

bisa kamu lakukan, jika ingin menjadi generasi millenials yang bermanfaat :

1. Berfikir Kritis

Terbukalah dengan apa yang ada disekeliling kita, mulai dari masalah

politik, ekonomi hingga sosial dan budaya. Jangan telan mentah-mentah

informasi yang kamu dapatkan. Cobalah untuk berfikir kritis dan pikirkan

apa yang bisa kamu kontribusikan untuk memecahkan masalah di sekitar anda.

2. Gunakan media sosial secara bijak

Media sosial bisa menjadi pedang bermata dua, tergantung bagaimana kamu

menggunakannya. Maka gunakanlah dengan bijak, hindari penyebaran informasi

tanpa fakta.

3. Bantu orang lain

Memikirkan orang lain bukan berarti hanya memperhatikan keluarga kamu

saja. Melainkan konsep masyarakat secara keseluruhan. Jika kamu dapat membantu
16
10 atau bahkan 100 keluarga sekaligus, kenapa harus cuma satu?

16
https://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasi-millenials/
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Generasi Millenial adalah generasi yang lahir di era perkembangan teknologi,

internet juga berperan besar dalam keberlangsungnya hidup mereka. Justru karena

generasi ini adalah generasi melek teknologi maka studi islam dapat dikembangkan

melalui teknologi. Para millenial muslim inggin menyampaikan bahwa berislam juga

bisa menjadi modren berislam juga bukan teroris, mereka terbuka dalam bergaul,

hidup berpindidikan tinggi dan survive dalam dunia modern. Mereka dilahirkan dalam

keadaan muslim sekaligus dalam dunia modern membuat mereka menjadi generasi

yang terbuka dan juga sekaligus tidak kehilangan identitas keislamannya.

Kita juga bisa berdakwah dalam dunia millenial ini dengan beberapa pendekatan studi

Islam contohnya kita menggunakan pendekatan histori yang didalamnya meninjau

suatu permasalahan dari sudut pandang sejarah. Justru di era millenial ini sejarah atau

histori bisa kita simpan dan kita dakwahkan menggunakan internet yang disitu akan

dapat di akses oleh semua orang dan semua kalangan. Disinilah keuntungan dari

generasi millenial.
DAFTAR PUSTAKA

Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:

ciputat press

Abdullah, M Yamin. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah

Abdullah, M Yamin. 2009. Islam Dalam Berbagai Pembacaan Konsep Kontemporer,

Ahwan Fanani dan Tolhatul Chair (ed). Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Baidhawy, Zakiyuddin. 2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode. Jogjakarta:

Bintang Pustaka Abadi

Gazalba, Sidi. 1967. Sistematika Fisafat. Jilid 1. Jakarta: Bulan Bintang

Harun, Nasution.1995. Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Cet 9. Jakarta: Bulan

Bintang

Khoiruddin, Nasution. 2009. Pengantar Studi Islam. Jogjakarta

Nata. Abuddin. 2011. Studi Islam. Jakarta: Rajawali pers

Nata, Abuddin. 2001. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Pesada.

https://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasi-millenials/Pukul 21.00 wib. 27 Des

2017.

You might also like