You are on page 1of 17

MAKALAH

SISTEM SENSORIK LAINNYA

Disusun Oleh :

Kelompok : 6 Biopsikologi

 Nama:Nirmala Larashati Panggabean


NPM:23900027
 Nama:Agnes Enjelita Simarmata
NPM:23900021
 Nama: Valentina Cinta Serenami Hutabarat
NPM:23900036
 Nama:Lastarida Sitanggang
NPM:23900033

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN


FAKULTAS PSIKOLOGI
PSIKOLOGI
2022/2023
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Penglihatan dan pendengaran manusia merespons stimulus dengan jangkauan yang
lebih besar, hal tersebut mungkin disebabkan oleh banyaknya stimulus yang relevan untuk
manusia. Tetapi, manusia juga memiliki spesialiasasi indra yang sangat penting. Contohnya,
indra pengecap memperingatkan kita tentang racun melalui rasa pahit (Richter, 1950;
Schiffman dan Erickson, 1971), indra pengecap tidak memberikan respons apapun terhadap
materi yang tidak berpengaruh apapun terhadap manusia, misalnya selulosa.
Sistem olfaktori manusia tidak merespons gas yang tidak bermanfaat (misalnya
karbon dioksida), tetapi akan memberikan respons kuat terhadap stimulus yang penting secara
biologis (misalnya bau daging busuk). Oleh karena itu, bab ini akan membahas bagaimana
sistem indra mengolah informasi yang penting secara biologis dan bukan membahas
bagaimana sistem indra menyebabkan kita dapat mempersepsikan kenyataan.
1.1 Pendengaran Suara dan telinga
Gelombang suara adalah kompresi periodik medium, seperti: udara, air, dan lain
sebagainya.

Dimensi Fisik dan Psikologi Suara


Amplitudo adalah intensitas suara. Kompresi udara dengan intensitas tinggi
menghasilkan gelombang suara dengan amplitudo yang besar, contohnya seperti petir yang
menggelar.
Kenyaringan (loudness) adalah persepsi intensitas yang berkaitan dengan amplitudo,
tetapi keduanya adalah hal yang berbeda. Ketika amplitudo meningkat 2 kali lipat, maka
kenyaringannya meningkat, tetapi tidak dua kali lipat.
Frekuensi suara adalah jumlah kompresi per detik, diukur dengan Hertz (Hz, siklus
per detik). Tinggi nada (pitch) adalah persepsi yang berkaitan erat dengan frekuensi.

Struktur telinga
Rube Goldberg (1883-1970) menggambar kartun-kartun tentang penemuan sebuah
alat yang sulit dipahami.
Termasuk ke dalam bagian telinga luar adalah Pinna (daun telinga), sebuah struktur yang
mudah dikenali, terbentuk dari daging dan tulang rawan yang melekat di dua sisi kepala kita.
Pinna membantu penentuan sumber suara dengan cara mengubah arah pantulan suara.
Kemudian membran suara mengenai membran timpani atau gendang telinga bagian telinga
tengah. Membran timpani bergetar sesuai dengan frekuensi yang mengenainya. Membran
timpani melekat pada tiga tulang kecil yang menghantarkan getaran ke tingkap oval, yaitu
sebuah membran pada telinga dalam. Reseptor auditori dikenal dengan nama Sel rambut yang
terletak diantara membran basilar dan membran tektorial pada koklea.

Persepsi Tinggi Nada


Kemampuan manusia untuk memahami bahasa lisan atau menikmati musik
tergantung pada kemampuannya berbeda.

Teori frekuensi dan teori tempat


Berdasarkan teori frekuensi, membran basilar bergetar secara sinkron dengan suara
yang menyebabkan saraf auditori menghasilkan potensial aksi pada frekuensi yang sama.
Contohnya, sebuah suara berfrekuensi 50Hz menyebabkan saraf auditori menghasilkan 50
potensial aksi per detik. Berdasarkan teori tempat, membran basilar bekerja layaknya dawai-
dawai piano, dimana setiap area pada membran telah beradaptasi untuk frekuensi tertentu dan
bergetar bila frekuensi tersebut muncul. Teori yang ada saat ini merupakan gabungan dari teori
frekuensi dan teori tempat. Sesuai dengan teori frekuensi, membran basilar memang bergetar
secara sinkron dengan suara berfrekuensi rendah (sekitar 100 Hz-- lebih besar dari satu oktaf di
bawah tangga nada C tengah yang berfrekuensi 264 Hz)dan tiap satu gelombang, akson saraf
auditori akan menghasilkan satu potensial aksi. Berdasarkan prinsip voli (volley principle)
dalam pembedaan tinggi nada, maka saraf auditori secara keseluruhan dapat mengeluarkan
impuls per detik, walaupun tidak ada satupun neuron tunggal yang mampu mencapai frekuensi
tersebut. Apabila kita mendengar suara dengan frekuensi yang tinggi, maka kita menggunakan
mekanisme yang serupa dengan teori tempat.

Korteks Auditori
Pada akhirnya, informasi mencapai korteks Auditori utama (area A1) yang terletak di
korteks temporal superior. Pengorganisasian korteks Auditori sangat berparalel dengan
pengorganisasian korteks visual (Poremba et Al., 2003).Area V1 berperan penting untuk
berimajinasi visual, begitu pula area A1 yang penting untuk berimajinasi auditori.Terdapat satu
perbedaan antara sistem auditori dan visual, yaitu: kerusakan pada area V1 akan menyebabkan
kebutaan, tetapi kerusakan pada area A1 tidak menyebabkan tuli. Penderita kerusakan korteks
Auditori utama masih dapat mendengar suara sederhana dengan cukup baik, kecuali apabila
kerusakan telah meluas hingga area subkorteks (Tanaka, Kamo, Yoshida, dan Yamadori,
1991). Ketika peneliti mendengarkan nada murni sambil merekam aktivitas sel pada korteks
Auditori utama, mereka menemukan fakta bahwa setiap sel memiliki preferensi nada yang
berbeda. Setiap sel dalam area A1 pda hewan yang terjaga dan waspada akan menghasilkan
respons yang diperpanjang terhadap suara yang dipreferensi sel-sel tersebut, sementara untuk
suara lain sel-sel tersebut hanya memberikan respon singkat atau tidak sama sekali.
Beberapa area auditori tembahan mengelilingi korteks Auditori utama. Pada area
tambahan tersebut Sebagian besar sel memberikan respon yang lebih besar terhadap perubahan
suara daripada terhadap satu suara yang diperpanjang (Seifritz et Al., 2002). Sel-sel diluar area
A1 merespons suara-suara yang disebut sebagai suara "objek", contohnya seperti suara teriakan
hewan, suara bising mesin, musik, dan lain sebagainya (Zatorre, Bouffard, dan Berlin,2004).

Hilang Pendengaran
Tuli konduktif atau tuli telinga terjadi apabila tulang-tulang pada telinga gagal
menghantarkan getaran secara tepat ke koklea. Hal tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
infeksi, atau pertumbuhan tulang yang tidak wajar di dekat telinga tengah. Penderitaan tuli
konduktif dapat mendengar suaranya sendiri, karena mereka memiliki koklea dan saraf auditori
normal sehingga suara mereka keluarkan dapat terkonduksi oleh tulang-tulang tengkorak
memotong jalur penghantaran suara tanpa melewati telinga tengah langsung menuju koklea.
Tuli saraf atau tuli telinga dalam terjadi karena adanya kerusakan pada koklea, sel-sel rambut
atau saraf auditori. Tingkat kerusakan dapat bervariasi dan kerusakan dapat terjadi hanya pada
koklea.
Termasuk hal-hal sebagai berikut:
 Ibu hamil yang terpapar rubela(campak Jerman), sifilis, atau penyakit dan racun lain
 Suplai oksigen ke otak bayi yang tidak mencukupi selama kelahiran
 Kelenjar tiroid yang tidak berfungsi normal
 Beberapa penyakit tertentu, seperti: multipel sklerosis dan meningtis
 Reaksi terhadap obat pada masa kanak-kanak, termasuk aspirin
 Paparan berulang terhadap suara yang nyaring
Banyak penderita tuli saraf mengalami tinitus, yaitu bunyi denging yang terus menerus
terdengar dalam telinga.

Lokalisasi Suara
Penentuan arah dan jarak sebuah sumber suara membutuhkan suatu perbandingan
respons antara dua telinga, yang sebenarnya hanya merupakan dua titik dalam ruang.
Perbedaan intensitas suara antar-telinga merupakan salah satu penanda lokasi suara. Perbedaan
waktu kedatangan suara pada kedua telinga juga dapat menjadi penanda lokasi suara. Sebuah
suara yang berasal dari depan anda secara bersamaan akan tiba dalam dua telinga. Perbedaan
fase merupakan penanda lokasi suara yang ketiga. Setiap gelombang suara memiliki fase yang
di dalamnya terdapat 2 puncak yang saling berurutan dan terpisah sejauh 360°.
Singkatnya, manusia melokalisasi suara berfrekuensi rendah memanfaatkan perbedaan fase,
sementara untuk suara berfrekuensi tinggi manusia memanfaatkan perbedaan penyaringan.
1.2 INDRA MEKANIK
Indra mekanik merespons tekanan, tekukan, dan bentuk distorsi lain dari reseptor.
Yang termasuk ke dalam bentuk distorsi lain adalah: sentuhan, nyeri, sensasi vestibula, dan
sensasi tubuh lainnya. Vestibula adalah organ yang mendeteksi posisi dan pergerakan kepala,
Pendengaran merupakan bentuk indra mekanik karena sel-sel rambut merupakan reseptor
sentuhan yang telah termodifikasi, pembahasannya dipisahkan karena pendengaran lebih
kompleks dan perannya sangat penting bagi manusia.

Sensasi Vestibula

Reseptor vestibula merupakan reseptor sentuhan yang termodifikasi, sama halnya


dengan reseptor pendengaran. Di dalam organ tersebut terdapat partikel kalsium karbonat
yang disebut dengan otolit terletak di dekat sel- sel rambut. Ketika kepala miring ke arah
tertentu, otolit tersebut akan mendorong sekelompok sel-sel rambut tertentu dan
mengeksitasinya. Sejauh yang diketahui, ukuran ideal organ vestibula adalah konstan terlepas
dari ukuran tubuh hewan. Ukuran tubuh paus lebih besar 10 juta kali daripada mencit, tetapi
ukuran organ vestibula paus hanya 5 kali lebih besar daripada mencit. Agar sensasi vestibular
bermanfaat, maka sensasi tersebut harus terintegrasi dengan sensasi lain. Penderita kerusakan
girus angular mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan atau menggabungkan sensasi-
sensasi yang berbeda, termasuk sensasi vestibula. Girus angular adalah sebuah area pada
perbatasan antara korteks parietal dan temporal. Kepada seorang pasien yang menjalani
prosedur percobaan pendahulu bedah otak diberikan beberapa periode stimulasi listrik
pada girus angular.

Sensasi Somatis
Sistem somatosensorik yaitu sensasi tubuh dan pergerakannya tidak hanya merespons
satu stimulus. Termasuk stimulus yang direspons oleh sistem somatosensorik adalah:
sentuhan pembeda (yang mengenali bentuk sebuah objek), tekanan kuat, dingin, hangat,
nyeri, gatal, geli dan posisi serta pergerakan sendi.

Reseptor Somatosensorik

Kulit memiliki banyak reseptor somatosensorik, Terdapat banyak reseptor yang


merespons lebih dari satu stimulus, misalnya reseptor yang merespons sentuhan dan suhu.
Reseptor lain merespons tekanan kuat, pergerakan sendi, atau pergerakan otot. Sebuah
reseptor sentuhan dapat berupa: satu ujung neuron yang tak bercabang (contohnya reseptor
nyeri), satu ujung saraf yang percabangannya rumit (contohnya ujung saraf Ruffini dan
korpuskula Meissner), atau ujung saraf tak bercabang yang dikelilingi oleh sel-sel bukan
neuron yang fungsinya telah termodifikasi (contohnya korpuskula Pacini). Stimulasi terhadap
reseptor sentuhan akan membuka kanal natrium pada akson, sehingga akan menimbulkan
potensial aksi.Salah satu contoh sentuhan adalah korpuskula Pacini yang mendeteksi
perubahan posisi kulit secara mendadak atau getaran berfrekuensi tinggi pada kulit.

Input menuju sumsum tulang belakang dan otak


Setiap saraf tulang belakang menginervasi atau terhubung dengan suatu area tubuh
secara terbatas. Area kulit yang terhubung dengan satu saraf sensorik tulang belakang disebut
dengan dermatom Contohnya, saraf torakal pasangan ketiga (T3) menginervasi satu lajur kulit
yang ada di atas puting dan juga area di bawah lengan. Setiap informasi sensorik yang masuk
ke dalam sumsum tulang belakang menuju otak melalui lintasan yang khusus. Contohnya pada
sumsum tulang belakang, lintasan sentuhan akan berbeda dengan lintasan nyeri, dan di dalam
lintasan nyeri itu sendiri terdapat beberapa kelompok akson yang khusus meneruskan rasa
nyeri yang menyakitkan, nyeri yang panas, dan sensasi dingin yang menyakitkan. Berbagai
area pada talamus somatosensorik mengirimkan impuls ke area tertentu pada korteks
somatosensorik utama yang terletak pada lobus parietal. Pada korteks somatosensorik utama
terdapat dua pita sejajar yang memberikan sebagian besar respons untuk sentuhan pada kulit
dan dua pita sejajar lain memberikan sebagian besar respons untuk tekanan berat pada kulit
serta pergerakan otot dan persendian Artinya, korteks somatosensorik berfungsi sebagai peta
lokasi tubuh.
Penglihatan yang disadari bergantung pada korteks visual utama, sedangkan
pendengaran bergantung pada korteks auditori utama. Oleh karena itu, pengalaman sentuhan
yang disadari bergantung pada korteks somatosensorik utama Dengan kata lain, aktivitas
korteks dengan pengalaman, bukan dengan reseptor yang telah distimulasi. Individu yang telah
mengalami kerusakan pada korteks somatosensorik akan mengalami gangguan terhadap
persepsi tubuhnya sendiri. Seorang pasien penyakit Alzheimer yang menderita kerusakan pada
korteks somatosensorik dan bagian lain pada otak, mengalami kesulitan memakai baju dengan
posisi yang benar dan dia juga tidak dapat menunjukkan posisi bagian tubuh secara tepat
Ketika dia diminta menyentuh sikunya sendiri, maka bentuk tanggapan yang paling sering ia
lakukan adalah menyentuh pergelangan tangan dan lengannya dan berkata bahwa sikunya
terletak di sekitar kedua bagian tadi.

Sensasi Nyeri
Nyeri, pengalaman yang ditimbulkan oleh stimulus yang berbahaya, mengarahkan
perhatian ke arah sumber bahaya dan menyita perhatian kita. Korteks prefrontal yang
memberikan respons singkat hampir terhadap semua stimulus, memberikan respons terhadap
stimulus nyeri selama stimulus tersebut berlangsung.

Stimulus Dan Lintasan Nyeri


Terdapat beberapa reseptor nyeri yang memberikan respons untuk asam dan suhu di
atas 43°C (110°F). Senyawa kimia kapsaisin (capsaicin) yang ditemukan dalam cabai juga
menstimulasi reseptor tersebut. Kapsaisin dapat menimbulkan sensasi panas dan menyengat
pada berbagai bagian tubuh.
Akson yang membawa informasi nyeri hanya memiliki sedikit myelin atau tidak
sama sekali, oleh karena itu akson tersebut menghantarkan impuls relatif lambat dengan
kecepatan yang berkisar antara 2 hingga 20 meter per sekon (m/s). Akson yang tebal dan cepat
menghantarkan nyeri yang luar biasa; akson yang paling tipis menghantarkan rasa sakit yang
terpendam contohnya rasa nyeri pasca operasi.
Stimulus yang menyakitkan juga mengaktivasi sebuah lintasan yang melalui formasi
retikular pada kmedula otak, kemudian berlajut ke beberapa nucleus sentral talamus, amigdala,
hipokampus, korteks prefrontal, dan korteks singulat Area-area tersebut tidak hanya bereaksi
terhadap ksensasi yang menyakitkan, tetapi juga terhadap emosi kurang menyenangkan yang
berkaitan dengan sensasi tersebut.

Cara Cara Meredakan Nyeri :


Otak kita membatasi respons terhadap nyeri yang diperpanjang melalui mekanisme
opiod, yaitu sistem yang merespons obat-obatan opiate dan senyawa kimia yang
menyerupainya. Berdasarkan teori kendali gerbang nyeri, neuron pada sumsum tulang
belakang yang menerima informasi dari reseptor nyeri juga menerima input dari reseptor
sentuhan dan dari akson yang cabangnya turun dari otak. Input-input selain input nyeri dapat
menutup "gerbang" informasi nyeri, atau mempersempit gerbang informasi dengan caa
melepaskan endorfin.
Pendekatan lain yang digunakan untuk meredakan nyeri adalah memanfaatkan kapsaisin.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa kapsaisin dapat menghasilkan sensasi terbakar atau
menyakitkan dengan cara melepaskan substansi P. Kapsaisin menyebabkan neuron melepaskan
substansi P lebih cepat daripada pembentukannya kembali, sehingga kemampuan neuron
tersebut menghantarkan informasi nyeri menurun.Beberapa orang mengalami penurunan rasa
sakit karena mengonsumsi plasebo. Plasebo adalah sebuah obat atau prosedur lain yang tidak
memiliki efek farmakologi. Pada banyak eksperimen, kelompok yang diberi perlakuan
mendapatkan perlakuan yang memiliki potensi aktif, sementara kelompok kontrol
mendapatkan placebo.

Sensitisasi Nyeri
Jaringan yang rusak atau meradang (inflamasi), contohnya kulit yang terbakar,
melepaskan yhistamin yang merupakan suatu faktor pertumbuhan syaraf dan beberapa zat
kimia lain untuk membantu pemulihan. Zat-zat kimia tersebut juga menyebabkan pembesaran
respons reseptor nyeri pada daerah di sekitar jaringan yang rusak atau meradang.
Terkadang terdapat orang yang menderita nyeri kronik lama setelah luka sembuh.
berondongan stimulus berintensitas tinggi pada sebuah neuron dapat "mempersiapkan"
reseptor sinaptiknya sehingga di masa depan neuron tersebut akan memberikan respons lebih
kuat terhadap input yang sama. Mekanisme tersebut merupakan bagian terpenting dalam
pembelajaran dan ingatan, tetapi sayangnya nyeri juga mengaktivasi mekanisme yang sama.
Berondongan stimulus nyeri berintensitas tinggi mempersiapkan neuron untuk memberikan
respons yang lebih kuat terhadap stimulasi yang lebih rendah di masa depan.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya nyeri kronik maka pembatasan nyeri
sajak dini sangat diperlukan.

Sensasi Gatal
Peneliti telah mengidentifikasi lintasan sensasi gatal yang menuju ke sumsum tulang
belakang. Histamin di dalam kulit akan mengeksitasi akson-akson pada lintasan tersebut,
sementara stimulus lain tidak menghasilkan eksitasi.
Gatal bermanfaat karena hal tersebut membuat Anda menggaruk daerah yang terasa
gatal dan menghilangkan apapun yang mengiritasi kulit. Garukan yang kuat menimbulkan
nyeri ringan dan nyeri menginhibisi gatal Opiat yang meredakan nyeri justru meningkatkan
gatal Hubungan inhibitori antara nyeri dan gatal merupakan bukti terkuat yang menegaskan
bahwa gatal bukanlah suatu tipe nyeri.

Indra kimiawi
Isu isu utama tentang pengodean kimiawi
Salah satu kemungkinan Pengodean Adalah dengan menandai ketiga lonceng tersebut.
Lonceng bagi hewan seperti itu?
bernada tinggi berarti "Saya butuh tepung terigu". Lonceng bernada sedang berarti "Saya butuh
gula". Lonceng bernada rendah berarti "Saya butuh telur". Kemungkinan lain pengodean
adalah dengan membuat suatu kode yang bergantung pada hubungan antar ketiga lonceng
tersebut. Apabila lonceng bernada tinggi dan sedang sama-sama berbunyi maka itu berarti
Anda butuh tepung terigu, bunyi lonceng bernada tinggi dan rendah penciuman atau
pengecap.Berarti Anda butuh telur. Bunyi ketiga lonceng bersamaan berarti Anda butuh
ekstrak vanila".
Secara teori sistem sensorik dapat menggunakan kedua sistem pengodean tersebut.
Pada sebuah dengan tap stimulus cita rasa dan bau yang mengeksitasi beberapa jenis neuron.
Makna dari respons tertentu pada suatu neuron tergantung pada konteks respons neuron lain.
Sistem yang bergantung pada prinsip garis berlabel (labeled-line), tap reseptor hanya
memberikan respons terhadap stimulus dengan kisaran yang Stop dan Cek terbatas dan
terhubung langsung dengan otak. Pada sebuah sistem yang bergantung pada prinsip sistem pola
lintas serat (accross-fiber pattern principle), tiap reseptor memberikan respons terhadap
stimulus dengan kisaran yang lebih luas dan berkontribusi pada persepsi tiap reseptor tersebut!'

Cita Rasa
Cita rasa merujuk pada stimulasi bintil pengecap reseptor yang ada pada lidah. Indra
lain di dalam korteks terpisah, tetapi akson pengecap dan penciuman bersatu pada sebuah sel
di sebuah area yang disebut korteks endopiriform (Fu, Sugai, Yoshimura, dan Onoda, 2004).'

Reseptor Cita Rasa


Reseptor cita rasa bukanlah neuron sejati, tetapi (merupakan sel-sel kulit yang
termodifikasi. neurotransmiter untuk mengeksitasi neuron. Reseptor cita rasa mamalia berada
di dalam bintil pengecap yang terletak di papila (papillae), suatu struktur yang ada di
permukaan lidah.
Masyarakat Barat awalnya telah mendeskripsikan beberapa cita rasa "utama", yaitu:
manis, asam, asin, dan pahit. Tetapi terdapat sejumlah rasa yang tidak dapat digolongkan ke
dalam cita rasa utama tersebut (Schiffman dan Erickson, 1980; Schiffman, McElroy, dan
Erickson, 1980).
Bukti perilaku lain yang memperlihatkan adanya tipe-tipe reseptor cita rasa yang
berbeda dapat dilakukan berdasarkan percobaan berikut. basahkan lidah Anda dalam larutan
asam (contohnya jus lemon tapa gula) selama kurang lebih 15 detik. Lalü setelah itu cobalah
rasakan larutan bercita rasa asam yang lain, misalnya: larutan cuka konsentrasi rendah.
(Walaupun sudah sejak dulu, kita mengetahui bahwa manusia memiliki paling tidak empat
jenis reseptor cita rasa, beberapa bukti memperlihatkan adanya reseptor rasa kelima, yaitu
reseptor cita rasa glutamat seperti yang ditemukan pada monosodium glutamat (MSG). Selain
fakta bahwa tiap-tiap zat kimia mengeksitasi reseptor yang berbeda, zat-zat kimia tersebut juga
menghasilkan rime potensial aksi yang berbeda juga. Para peneliti telah mengetahui bahwa cita
rasa manis, asam, dan pahit menghasilkan pola aktivitas berbeda pada area medula otak yang
sensitif terhadap cita rasa.
Semakin tinggi konsentrasi natrium pada lidah, maka semakin besar juga respons
yang dihasilkan oleh reseptor. Cara kerja reseptor cita rasa asam sedikit
berbeda. Ketika asam berikatan dengan reseptor, maka asam akan menutup kanalion kalium
sehingga mencegah ion keluarnya ion kalium dari neuron. (Secara kimiawi cita rasa manis,
pahit dan umami memiliki kemiripan (He et al., 2004). Pahit merupakan cita rasa yang telah
lama mengundang pertanyaan. Cita rasa lain dapat dengan mudah diketahui zat kimia
penyebabnya, contohnya: asam adalah penyebab cita rasa asam, ion Na+ adalah penyebab cita
rasa asin, dan glutamat adalah penyebab cita rasa umami.'Salah satu konsekuensi adanya
reseptor cita rasa pahit yang begitu banyak pada manusia adalah kemampuan untuk mendeteksi
beragam zat-zat kimia yang berbahaya.
Para peneliti merekayasa genetik sekelompok mencit sehingga mereka memiliki
reseptor cita rasa asin atau manis di dalam sel yang normalnya hanya memiliki cita rasa pahit.

Pengodean Cita Rasa di Dalam Otak


Informasi dari reseptor yang berada di dua per tiga bagian anterior lidah diteruskan ke
otak melalui Korda timpani, yaitu sebuah cabang dari saraf kranial ketujuh (saraf wajah).
Informasi dari bagian. Saraf cita rasa melintas ke arah nukleus traktus solitarius (NTS), yaitu
sebuah struktur pada medula otak (Travers, Pfaffman, dan Norgren,
1986).

Olfaksi
Olfaksi atau penciuman, adalah pendeteksian zat-zat kimia uang menyebabkan
kontraksi membran di dalam hidung. peneliti telah menyatakan bahwa indra penciuman
memiliki waktu respons lambat, tetapi studi lanjutan telah memperlihatkan bahwa mencit dapat
merespons bau dalam waktu 200 ms setelah bau tersebut muncul, waktu respons yang
sebanding dengan waktu respons indra lain (Abraham et al., 2004).

Metode Perilaku dalam Pengidentifikasian Reseptor Olfaktori


Neuron-neuron yang bertanggung jawab untuk penciuman adalah sel olfaktori yang
melapisi epitel olfaktori pada bagian belakang saluran udara hidung. Salah satu peneliti
berhasil mengidentifikasi paling tidak lima anosmia spesifik, yaitu: bau musk, amis, pesing,
bau sperma, dan bau malt.

Pengenalan Biokimia Tipe Reseptor


Perkiraan terbaik adalah bahwa manusia memiliki beberapa ratus protein reseptor
olfaktori, sedangkan tikus dan mencit memiliki sekitar ribuan. karena itu, suatu zat kimia
secara total akan menghasilkan respons terbesar pada satu atau dua jenis reseptor dan
menghasilkan respons yang lebih lemah pada beberapa jenis reseptor lain.

Implikasi Pengodean
"Mengapa proses evolusi bersusah payah mendesain begitu banyak jenis reseptor
olfaktori? sedangkan penglihatan dapat berfungsi dengan baik hanya dengan tiga jenis sel
kerucut". Alasan utamanya adalah bahwa energi cahaya dapat diatur dalam satu dimensi, yaitu
panjang gelombang. Penciuman mengolah beraneka ragam zat kimia bawaan udara yang tidak
dapat diatata ke dalam kontinum tunggal.
Untuk mendeteksi semua zat kimia tersebut kita memerlukan beraneka ragam reseptor. Alasan
kedua berhubungan dengan lokalisasi.

Informasi ke Otak
Reseptor olfaktori sangat rentan terhadap kerusakan, karena mereka terpapar terhadap
apapun yang ada dalam udara. Tidak seperti reseptor penglihatan dan pendengaran yang
bertahan seumur hidup, Tiap akson neuron olfaktori mengandung kopi protein reseptor
olfaktorinya yang dimanfaatkan layaknya sebuah kartu tanda pengenal untuk mencari
pasangannya secara tepat.

Perbedaan Antar-individu
Secara anatomi bulbus olfaktori mencit yang diuji memiliki bentuk yang berbeda
karena terdapat lebih banyak kelompok neuron, tetapi terdiri dari lebih sedikit neuron.

Sensasi Vomeronasal dan Feromon


Terdapat sebuah indra tambahan yang penting untuk sebagian besar mamalia tetapi
tidak terlalu penting bagi manusia, yaitu organ vomeronasal atau vomeronasal organ (VNO).
Feromon (pheromones) adalah zar kimia yang dikeluarkan oleh hewan yang dapat
memengaruhi perilaku hewan lain dalam spesies yang sama, perilaku yang dipengaruhi
terutama adalah perilaku seksual. Contohnya jika Anda memiliki anjing betina yang tidak
dikebiri, maka setiap masa subur (estrus), halaman Anda akan dipenuhi oleh anjing jantan yang
tertarik dengan feromon anjing Anda.

Sinestesia
Sinestesia adalah pengalaman pada satu indra sebagai bentuk respons terhadap stimulasi indra
lain. Singkatnya, individu yang mengalami sinestesia melihat huruf sebagai warna, tetapi
warna tersebut tidak secerah warna aslinya (Hubbard, Arman, Ramachandran, dan Boynton,
2005).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang anatomi dan fisiologi sistem sensoris tersebut, di ketahui
dalam sistem sensoris di bahas tentang panca indra atau lima indra di mana di jelaskan
bagaimana mekanisme kerja panca indra tersebut dan bagian-bagian organ yang bersangkutan,
sistem sensoris meliputi:
1. Sistem indra penglihatan (mata)
2. Sistem indra pendengar (telinga)
3. Sistem indra pembau (hidung)
4. Sistem indra pengecap (lidah)
5. Sistem indra peraba (kulit)

Dalam sistem sensoris ini Indera Pendengar (Telinga) merupakan alat pendengar dan
alat keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan
rongga telinga dalam. Indra penglihatan (mata) yaitu organ sensorik kompleks yang
mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk trandsuksiMata terdiri dari beberapa
komponen utama, sebagai berikut. Aqeuos humor, korpus siliais, bintik buta, fovea, iris,
kornea, koroid, lensa, ligamentum suspensorium, makula lutea, neuron bipolar ,otot siliaris,
pupil, retina, saraf optikus, sel batang, sel ganglion, sel kerucut, sklera, vitreus humor. Indera
Peraba (Kulit) merupakan indra peraba, sebab memiliki ujung-ujung saraf sensori sebagai
reseptor khusus untuk sentuhan, tekanan, temperature (panas dan dingin), serta rasa sakit.
Indera Pengecap (Lidah) merupakan organ yang tersusun atas otot. Prmukaan lidah banyak
tonjolan kecil yang disebut papilla lidah, memberi kesan lidah terkesan kasar. Pada papilla
lidah terdapat indra pengecap. Indera Pembau (Hidung); aktifnya indra pembau di rangsang
oleh gas yang terhirup oleh hidung. Indra pembau tersebut sangat peka dan kepekaannya
mudah hilang jika terkena bau yang sama dalam jangka waktu lama.
B.Saran

Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa
Anatomi Fisiologi Sensori (Anatomi Fisiologi Sistem Pengelihatan dan Pendengaran) sangat
penting bagi kehidupan kita, dengan adanya panca indra kita dimudahkan dalam menjaankan
aktifitas kita. Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena
kami masih dalam proses pembelajaran. Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah
ini, dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang
sifatnya tersirat maupun tersurat.

You might also like