B. Judul Modul : PAI Kontemporer C. Kegiatan Belajar : Moderasi Beragama ( KB 4 ) D. Refleksi Pribadi : Setelah membaca dan mempelajari modul KB 4 tentang moderasi beragama. Ini sangat bermanfaat sekali karena kita hidup di negara Indonesia yang banyajk perbedaan Bahasa,ras, suku, budaya dan agama. Sebagai guru PAI saya menyadari bahwa moderasi agama harus ditanamkan sejak dini kepada peserta didik kita agar mereka memiliki sikap saling menghargai dan menghormati didalam kehidupan ini.
PETA KONSEP NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
1. Pengertian Moderasi Beragama
Konsep urgen yang perlu dipahami dalam diskursus gender adalah membedakan dua hal yang berbeda, yaitu gender dan jenis kelamin. Dengan memisahkan makna antara gender, maka setiap pendidik dan orang tua akan mampu membedakan antara yang kodrati dengan yang bukan kodrati. “Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan bernegara,” jelas Prof. Dr. Ali Ramdhani. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa moderasi beragama akan mendangkalkan pemahaman keagamaan. Peta Konsep (Beberapa 1 Padahal, moderasi beragama justru mengimplementasikan istilah dan definisi) di KB nilai-nilai keagamaan yang sesungguhnya. Orang dengan pemahaman agama yang baik akan bersikap ramah kepada orang lain, terlebih dalam menghadapi perbedaan. Singkatnya, Moderasi beragama bukan mencampuradukkan ajaran agama, melainkan menghargai keberagaman agama di Indonesia. Dengan menggunakan Iceberg Analysis yang dikombinasikan dengan U-Process, Prof. Ali mengemukakan bahwa kelompok yang intoleran dalam beragama memiliki jumlah yang sedikit, tetapi lantang melakukan aksi, terutama saat berbicara dan bertindak. Sementara itu, kelompok yang menjunjung tinggi toleransi dalam beragama cenderung diamdalam menyikapi hal ini. 2. Nilai-Nilai Moderasi Beragama Setiap agama membawa misi keselamatan dan keselamatan. Kehadiran agama adalah untuk menjaga martabat manusia sebagai makhluk mulia cintaan Tuhan, termasuk kehilangan dari nyawa nyawa. Untuk itu agama menghadirkan ajaran tentang keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Keragaman etnis, suku, budaya, bahasa, dan agama merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Esa untuk diterima. Keragaman tersebut membuahkan pendapat, pandangan, keyakinan, dan budaya yang beragam yang niscaya menginspirasi dan mengilhami warga masyarakat untuk saling mengenal, saling memahami, saling belajar, saling membantu, bekerja sama, dan berkompetisi dalam mengabdi dan meraih prestasi. Dalam setiap agama terdapat keragaman pemahaman dan penafsiran atas ajarannya, baik dalam praktik ibadah maupun pergaulan antarsesama. Masing-masing penganut agama mengaku dan meyakini kebenaran atas pemahaman yang dipraktikkannya. Pengetahuan yang luas tentang ajaran masing-masing agama memungkinkan seseorang untuk mengambil jalan tengah, moderat, di antara beberapa pemahaman atas sesuatu ajaran tertentu dari agamanya.
a) Tawassuth (mengambil jalan tengah)
Tawassuth atau wasathiyyah adalah memilih jalan tengah di antara dua kutub ideologi keagamaan ekstrem fundamentalisme dan liberalisme. Ciri sikap tawassuth ini, antara lain: tidak bersikap ekstrem dalam menyebarluaskan ajaran agama; tidak mudah mengkafirkan sesama muslim karena perbedaan pemahaman agama; memposisikan diri dalam kehidupan bermasyarakat dengan senantiasa memegang teguh prinsip persaudaraan (ukkuwah) dan toleransi (tasamuh), hidup berdampingan dengan semua umat islam maupun warga negara yang memeluk agama lain. Ada sejumlah harapan yang dapat disemaikan melalui pengetahuan nilai wasathiyyah diantaranya: Terus menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa dengan berbagai suku bangsa yang mendiami sejumlah pulau,dari Sabang hingga Merauke, dengan perbedaan agama, ras, Bahasa, dan adat budaya. Terus menumbuhkan rasa memiliki dan patriotisme untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. b) I’tidal (Adil Tegak Lurus) Al-I’tidal adalah sikap tegak lurus dan adil, suatu tindakan yang dihasilkan dari suatu pertimbangan. Sedangkanmenurutbahasa Arab, adil di sebut dengan kata ‘adlun yang berarti sama dengan seimbang, dan al’adl artinya tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, tidak sewenang-wenang, tidak zalim, seimbang dan sepatutnya. c) Tasamuh (Toleransi) Kata toleransi berasal dari toleran dalam KBBI diartikan menenggang atau menghargai pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Dalam bahasa Arab, toleran adalah “tasāmuh”, yang berarti sikap baik dan berlapang dada terhadap perbedaan-perbedaan dengan orang lain yang tidak sesuai dengan pendirian dan keyakinannya.Umat manusia diciptakan dengan berbagai ras, bangsa, suku, bahasa, adat, kebudayaan, dan agama yang berbeda.Menghadapi kenyataan tersebut, setiap manusia harus bersikap toleran atau tasāmuh. Kemudian masyarakat yang harmonis cenderung akan menghasilkan karya-karya yang besar yang bermanfaat bagi manusian. d) Bentuk – Bentuk Toleransi dalam Islam Ada beberapa bentuk toleransi dalam islam, diantaranya Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit, muslim atau non-muslim, bahkan terhadap binatang sekalipun. Dari Abu Hurairah, Nabi Saw bersabda: “Dalam setiap hati yang basah( makhluk hidup yang diberi makan minum) ada pahalanya” (HR. Bukhari dan Muslim). Lihatlah Islam mengajarkan peduli sesama. Tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua atau saudara non muslim. Allah Swt telah berfirman dalam Q.S. Luqman [31]: 15 Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlahkamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (Q.S. Luqman [31]: 15)Boleh memberi hadiah pada non-muslim.Islam memperbolehkan umat Islam memberi hadiah kepada nonmuslim, agar membuat mereka tertarik pada Islam, atau ingin berdakwah dan atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum muslimin. e) Toleransi Antar umat Beragama Manusia merupakan makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan mampu berinteraksi dengan individu/manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati, sehingga tidak terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian. 3. Syura (Musyawarah) Istilah musyawarah berasal dari kata . مشاوزةIa adalah masdar dari kata kerja syawara-yusyawiru, yang berakar kata syin, waw, dan ra‟ dengan pola fa’ala. Pendapat senada mengemukakan bahwa musyawarah pada mulanya bermakna “mengeluarkan madu dari sarang lebah”. Makna ini kemudian berkembang sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat). Karenanya, kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal- hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musyawarah diartikan sebagai: pembahasanbersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah bersama. Selain itu dipakai juga kata musyawarah yang berarti berunding dan berembuk. 4. Islah (Kreatif Inovatif) Secara istilah, Islah dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang ingin membawa perubahan dari keadaan yang buruk menjadi keadaan yang baik. Ishlah juga dapat difahami sebagai suatu tindakan atau gerakan yang bertujuan untuk merubah keadaan masyarakat yang rusak akhlak dan akidah, menyebar ilmu pengetahuan dan memerangi kejahilan. Ishlah juga menghapus bid’ah dan khurafat yang memasuki agama dan mengukuhkan akidah tauhid. Dengan ini manusia akan benar-benar menjadi hamba Allah Swt yang menyembah-Nya. Masyarakat Islam juga menjadi masyarakat yang memandu ke arah keadilan dan persamaan. 5. Qudwah (Teladan) Menurut kamus lisan Al-Arab, qudwah berarti uswah, yaitu ikutan(teladan). Maka dalam Islam digunakan istilah Qudwah hasanah untuk menggambarkan keteladanan yang baik, atau dima’rifatkan dengan al (kata sandang) menjadi al-Qudwah. Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduk, akhlaknya, disadari atau tidak, akan ditiru dan dicontoh mereka. Qudwah atau Uswah dalam konteks ini adalah Rasulullah SAW dan orang-orang saleh. Selain itu, fitrah manusi adalah suka mengikuti dan mencontoh, bahkan fitrah manusia adalah lebih kuat dipengaruhi dan melihat contoh ketimbang dari hasil bacaan atau mendengar.
6. Muwathanah (Menghargai Negara -Bangsa Dan Warga
Negara) Al-Muwathanah adalah pemahaman dan sikap penerimaan eksistensinegara-bangsa (nation-state) dan pada akhirnya menciptakan cinta tanah air (nasionalisme) di mana pun berada. Al-Muwathanah ini mengedepankan orientasi kewarganegaraan atau mengakui negara-bangsa dan menghormati kewarganegaraan.
7. Al – La ‘Unf (Anti Kekerasan)
Anti kekerasan artinya menolak ekstremisme yang mengajak pada perusakan dan kekerasan, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap tatanan sosial. Ini merupakan upaya untuk memaksakan kehendak yang seringkali menabrak norma atau kesepakatan yang ada di suatu masyarakat. Sifat anti kekerasan bukan berarti lemah/lembek, tetapi tetap tegas dan mempercayakan penanganan kemaksiatan/pelanggaran hukum kepada aparat resmi. 8. I’tiraf al-‘Urf (Ramah terhadap kebudayaan lokal) Kata ‘Urf secara etimologi berarti “sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat”. Secara terminologi, seperti dikemukakan AbdulKarim Zaidan, istilah ‘urf berarti sesuatu yang tidak asing lagi bagi satu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan ataupun perkataan. Istilah ‘urf dalam pengertian tersebut sama dengan pengertian istilah al-‘adah (adat istiadat). Kata al-‘adah itu sendiri, disebut demikian karena ia dilakukan secara berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan masyarakat. Adat kebiasaan bisa dijadikan Sandaran Hukum Kaidah Fiqh. Seperti yang dijelaskan oleh Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf bahwa makna kaidah secara bahasa “ Aladatu“ (( العادةterambil dari kata “ al audu” (( العودdan “ al muaawadatu “ ( ( الموادةyang berarti “pengulangan Sedangkan “Mukhakkamatun” secara bahasa adalah isim maf’uI dari “takhkiimun” yang berarti “menghukumi dan memutuskan perkara manusia.” Jadi arti kaidah ini secara bahasa adalah sebuah adat kebiasaan itu bisa dijadikan sandaran untuk memutuskan perkara perselisihan antara manusia. Adat adalah hukum-hukum yang ditetapkan untuk menyusun dan mengatur hubungan perorangan dan hubungan masyarakat, atau untuk mewujudkan kemaslahatan dunia. Tujuan dari Al-‘adat itu sendiri adalah mewujudkan kemaslahatan dan kemudahan terhadap kehidupan manusia umumnya.
9. Implementasi Moderasi Beragama
Moderasi beragama menjadi salah satu program yang diprioritaskan pemerintah untuk membangun kehidupan beragama yang harmonis dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara (Pokja IMA: 2019, 27). Penyesuaian dapat berupa tata urutan nilai yang penyajiannya didahulukan atau dikemudiankan, sesuai kebutuhan. Misalnya, untuk anak usia dini, dapat saja nilai yang didahulukan penguatannya adalah toleransi (tasamuh). Sedangkan untuk remaja, nilai yang didahulukan adalah ramah budaya (i’tiraf al-‘urf). Pada saat tertentu pendidikan agama menekankan pada otoritas kebenaran yang terkandung dalam ajaran agama, namun pada saat yang sama juga harus bersikap toleran kepada keyakinan yang berbeda. Begitu juga dengan ajaran Islam, karena secara umum orientasi Pendidikan Agama Islam adalah untuk memperkuat pondasi keimanan. Dalam situasi seperti ini, selain mendalami materi agama yang diajarkan, guru agama juga perlu mendalami berbagai literature lain, baik yang berhubungan dengan perbedaan pendapat. Kemampuan guru dalam berinteraksi dengan peserta didik memungkinkan terjadinya transfer nilai-nilai dan paradigma moderasi beragama sedini mungkin. Meskipun tidak memberikan seluruh sembilan nilai moderasi beragama pada saat yang sama, guru dengan kreativitasnya bisa mengintegrasikan satu atau beberapa nilai moderasi beragama dalam setiap pokok bahasan matapelajaran yang disampaikan di kelas. Untuk keberhasilan penguatan moderasi di kalangan siswa, semua pihak diharapkan memberikan kontribusinya, terutama keluarga, lingkungan, dan pemerintah. Ada beberapa materi yang sulit dipahami jika hanya membaca dari materi yang disediakan,
Bagaimana Islam khususnya di Indonesia mengaplikasikan
beberapa nilai seperti tasamuh dan ramah budaya di lingkungan nya Toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama Daftar materi pada KB 2 lain. Misalnya toleransi beragama di mana penganut agama yang sulit dipahami mayoritas dalam sebuah masyarakat mengizinkan keberadaan agama minoritas lainnya dan menjunjung tinggi sikap saling menghormati dan menghargai keyakinan yang ada. Dalam agama islam toleransi dikenal dengan istilah tasamuh.Maraknya fenomena LGBT yang terjadi saat ini sungguh memprihatinkan mereka menganggap itu hal yang normal padahal hakikatnya mereka sudah menyalahi qudratnya.
Untuk daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi
Daftar materi yang dalam pembelajaran yaitu : sering mengalami 3 1. Tasamuh miskonsepsi dalam 2. Ramah Budaya pembelajaran 3. Muwathanah