You are on page 1of 11

Jurnal Vokasi Indonesia

Volume 7 Number 1 Article 6

June 2019

PERANAN PENGELOLA REKOD DAN ARSIP ORGANISASI PADA


LAYANAN INFORMASI PUBLIK : KEWAJIBAN ORGANISASI
PUBLIK MENGHADIRKAN PPID
Dyah Safitri
Program Studi Manajemen Informasi dan Dokumen Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia,
dyah.mid@gmail.com

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jvi

Recommended Citation
Safitri, Dyah (2019) "PERANAN PENGELOLA REKOD DAN ARSIP ORGANISASI PADA LAYANAN
INFORMASI PUBLIK : KEWAJIBAN ORGANISASI PUBLIK MENGHADIRKAN PPID," Jurnal Vokasi Indonesia:
Vol. 7: No. 1, Article 6.
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jvi/vol7/iss1/6

This Article is brought to you for free and open access by the Vocational Education Program at UI Scholars Hub. It
has been accepted for inclusion in Jurnal Vokasi Indonesia by an authorized editor of UI Scholars Hub.
Volume 7 Nomor 1, Januari – Juni 2019
P-ISSN 2355-5807
E- ISSN 2477-3433

PERANAN PENGELOLA REKOD DAN ARSIP ORGANISASI PADA LAYANAN


INFORMASI PUBLIK :
KEWAJIBAN ORGANISASI PUBLIK MENGHADIRKAN PPID

Dyah Safitri
Program Studi Manajemen Informasi dan Dokumen Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia
Corresponding Author: dyah.mid@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk memahami gambaran tentang penerapan UU Keterbukaan Informasi Publik
terkait dengan pengelolaan rekod dan arsip. Pengelola rekod dan arsip sangat berperan dalam menentukan
akses informasi mana yang dapat diberikan ke publik berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Pendekatan yang dilakukan adalah melalui review literatur mengenai keterbukaan informasi publik yang
terkait erat dengan pengelolaan rekod dan arsip di negara-negara yang telah menggunakan UU Keterbukaan
Informasi Publik. Indonesia sudah memiliki payung hukum baik UU Keterbukaan Informasi Publik maupun
UU Kearsipan yang seharusnya dapat landasan yang kuat dalam penerapan akses informasi ke publik.
Pelaksanaannya harus memperoleh pengetahuan mengenai akses informasi publik. Penelitian ini hanya
sebatas melihat sajian dari PPID kementerian dalam menyediakan akses informasi publik yang sudah
terseleksi oleh peranan pengelola rekod dan arsip. Secara teoritis memberikan insight terhadap teori
keterbukaan informasi publik dikaitkan dengan pengelolaan rekod dan arsip. Secara praktis, apabila
pengelolaan rekod dan arsip dapat dilakukan dengan baik di badan publik soal keterbukaan informasi publik
dapat teratasi dengan baik.
Kata Kunci : keterbukaan informasi publik, kearsipan, pengelolaan rekod dan arsip, arsip dinamis, arsip
statis

ABSTRACT
This research is intended to understand the description of the application of the Public Information
Disclosure Law related to the management of records and archives. Records and archive managers play a
role in determining which access to information can be given to the public based on applicable laws and
regulations. The approach taken is through literature review on public information disclosure that is closely
related to the management of records and archives in countries that have used the Public Information
Disclosure Act. Indonesia already has a legal umbrella for both the Public Information Disclosure Act and
the Archive Law which should have a strong foundation in the application of information access to the public.
The implementation must obtain knowledge about access to public information. This research is only limited
to seeing the presentation of ministry PPIDs in providing access to public information that has been selected
by the role of record managers and archives. Theoretically provides insight into the theory of public
information openness associated with the management of records and archives. Practically, if the
management of records and archives can be done well in public bodies the issue of public information
disclosure can be resolved properly.
Keywords: public information disclosure, filing, managing records and archives, dynamic archives, static
archives

PENDAHULUAN seratus negara di dunia sudah memiliki aturan


Kebebasan informasi publik atau dalam hukum tentang kebebasan informasi publik
istilah asing sering disebut sebagai FoI (freedom of tersebut. Mulai dari Australia, Inggris, hingga
information) menjadi salah satu topik menarik Swedia yang memiliki aturan tersebut sejak tahun
dalam kebebasan hak asasi manusia. Lebih dari 1700-an.

48
Volume 7 Nomor 1, Januari – Juni 2019
P-ISSN 2355-5807
E- ISSN 2477-3433

Ide tentang kebebasan informasi adalah lainnya. Dalam konteks tersebut, dibutuhkan peran
kebutuhan warga masyarakat untuk memberi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
perhatian lebih untuk mengidentifikasi dan (PPID) di setiap badan publik yang memiliki
mengkoreksi ketidakkompetenan, ketidakjujuran, kewajiban menguji konsekuensi dari pengecualian
atau pengabaian yang dilakukan oleh pemerintah informasi seperti pada pasal 17 dengan seksama
sehingga akan berubah menjadi efisien dan efektif dan penuh ketelitian sebelum menyatakan
(Darch, Collin & Underwood, 2010). Di Indonesia, informasi publik tertentu dikecualikan untuk dapat
kebebasan informasi publik juga telah memperoleh diakses oleh setiap orang.
payung hukum sejak 2008. Pemerintah secara Prinsip kehati-hatian ini sebenarnya seiring
resmi mengundangkan perangkat hukum, Undang- dengan aturan perundangan lain yang beririsan
Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan yaitu UU Kearsipan No. 43 tahun 2009 tentang hak
Informasi Publik. Di dalam undang-undang akses atas arsip baik arsip dinamis maupun statis.
tersebut, prinsip-prinsip pelaksanaan pemerintahan Pada pasal 44 UU Kearsipan 43/2009 itu
yang bersih (good governance) dan akuntabel menyebut bahwa pencipta arsip dinamis dapat
menjadi kewajiban bagi segenap penyelenggara menutup akses atas arsip dengan alasan tertentu
layanan publik di Tanah Air. Keterbukaan seperti yang diisyaratkan dalam pasal tersebut.
informasi publik menjadi ciri penting negara Sementara akses arsip statis diatur melalui pasal
demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan 64-66 UU 44/2009 yang menjelaskan mengenai
rakyat untuk mewujudkan tata penyelenggaraan pemanfaatan, pendayagunaan, dan pelayanan
negara yang baik. Keterbukaan ini juga menjadi publik dengan memerhatikan prinsip keutuhan,
sarana bagi pengawasan publik yang optimal keamanan dan keselamatan arsip serta berdasarkan
terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik atas sifat ketertutupan dan keterbukaan sesuai
lainnya serta segala sesuatu yang berakibat pada peraturan perundang-undangan. Dengan dasar
kepentingan publik. seperti itulah PPID harus memahami klasifikasi
UU No.14 tahun 2008 pasal 1 ayat 2 keamanan dan akses arsip sebagai aturan
menyebut bahwa informasi publik adalah pembatasan hak akses terhadap fisik dan
informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, informasinya. Ini dilakukan sebagai dasar untuk
dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik menentukan keterbukaan dan kerahasiaan arsip
yang berkaitan dengan penyelenggara dan untuk melindungi hak dan kewajiban pencipta arsip
penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan pengguna dalam layanan arsip. Hanya
dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang persoalannya, dalam UU Keterbukaan Informasi
sesuai dengan Undang Undang ini serta informasi Publik, PPID adalah pejabat yang diberikan tugas
lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. khusus dengan pengaturan petunjuk pelaksanaan
Sedangkan pada pasal 1 ayat 3 mendefinisikan maupun petunjuk teknis yang berbeda di tiap
tentang badan publik. Badan publik adalah kementerian atau lembaga publik. PPID kerap
lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan dipahami sebagai tambahan tugas karena tidak ada
lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan penilaian fungsional maupun ada insentif khusus
dengan penyelenggaraan negara dengan bagi PPID seperti mendapatkan sertifikasi keahlian
pembiayaan seluruh atau sebagian dari keuangan sebagai pengelola informasi dan dokumen sebuah
negara wajib menyampaikan informasi yang organisasi publik.
sifatnya publik. Sehingga BUMN, BUMD, Pemda, Pemahaman terhadap daur hidup arsip
hingga partai politik terkena kewajiban mulai dari penciptaan hingga pemusnahan arsip
menyampaikan informasi ke publik. menjadi sesuatu yang mutlak dimengerti. Saat
Tentang informasi yang wajib disediakan dokumen muncul, tahapan penciptaan arsip
dan diumumkan diatur dengan detail melalui pasal dimulai. Pada saat itu klasifikasi keamanan arsip
9-16 UU No.14 tahun 2008, serta pasal 18. dinamis berdasarkan tingkat keseriusan dampak
Sedangkan pengecualian jenis informasi yang tidak yang ditimbulkannya terhadap kepentingan dan
dapat diberikan ke publik adalah pasal 17 dan keamanan negara telah dimulai. Klasifikasi akses
pengaturan lebih lanjut di perundang-undangan arsip dinamis terbagi menjadi arsip terbatas, biasa

49
Volume 7 Nomor 1, Januari – Juni 2019
P-ISSN 2355-5807
E- ISSN 2477-3433

atau terbuka, rahasia, dan sangat rahasia. TINJAUAN PUSTAKA


Klasifikasi arsip dinamis rahasia dan sangat rahasia Semua organisasi baik publik maupun
terkait dengan kondisi bagaimana informasi yang swasta bergantung pada arsip pada operasional
bila diketahui oleh pihak yang tidak berhak dapat sehari-hari. Sheperd dan Yeo (2003) mengatakan
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan bahwa arsip adalah ingatan organisasi yang
wilayah NKRI dan membahayakan keutuhan mendukung aktivitas sehari-hari, memfasilitasi
negara. Sedangkan akses terhadap arsip statis pengambilan keputusan, formulasi kebijakan dan
dilakukan untuk pemanfaatan, pendayagunaan, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas
pelayanan publik dengan memperhatikan prinsip organisasi. Kennedy dan Schauder menyatakan
keutuhan, keamanan, dan keselamatan arsip. Akses bahwa arsip menyediakan informasi dan bukti
arsip statis didasarkan pada sifat keterbukaan dan untuk melindungi organisasi dari persoalan hukum
ketertutupan sesuai dengan peraturan perundangan. dan akuntabilitas dan sesuai dengan aturan
Dalam konteks tersebut, peran PPID kebijakan informasi.
maupun sistem kearsipan yang baik menjadi faktor Dalam pandangan Sheperd & Yeo (2003)
penting keberhasilan badan publik menjalankan arsip dapat dibedakan dengan jenis informasi
Undang-Undang Keterbukaan Informasi. PPID lainnya melalui isi, konteks, dan struktur. Isi
harus mampu mengkombinasikan kemampuan merujuk pada persoalan yang menjadi substansi
komunikasi dalam menyebarkan informasi publik, arsip. Isi arsip menggambarkan semua proses
pada saat yang sama juga harus memiliki bisnis diciptakannya sesuatu, bagaimana dibuat,
pengetahuan tentang arsip yang memadai. Mereka dan informasi komprehensif yang mengikutinya
harus memahami daur hidup arsip dapat terjadi atau bukti. Isi dapat berupa data, teks, angka dalam
mulai dari munculnya dokumen dalam tahapan transaksi bisnis. Konteks berarti apa saja yang
penciptaan arsip, arsip dinamis (records) hingga mengikuti saat diciptakan dan digunakannya arsip
arsip statis (archives). Kebijakan terhadap hak tersebut dalam proses bisnis. Konteks dapat berarti
akses juga harus menjadi perhatian utama karena arsip hanya dapat dimengerti bila kita mengerti
dengan mengetahui hak akses ke arsip dinamis dan tentang apa yang melingkupinya. Sedangkan
statis maka kewajiban menyampaikan informasi struktur dapat diartikan bahwa arsip disusun
publik dapat dilakukan tanpa menabrak Undang- dengan struktur tertentu yang berhubungan dengan
Undang lainnya yaitu UU no.43/2009 tentang aktivitas bisnis atau organisasi. Struktur adalah
Kearsipan. aspek terpenting untuk melihat isi arsip.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Sedangkan hubungan antara keterbukaan
mengetahui penerapan UU Keterbukaan Informasi informasi publik dan pengelolaan arsip sangat
Publik terkait dengan pengelolaan rekod dan arsip. terkait erat. Di Inggris, kesuksesan pemenuhan
Pengelola rekod dan arsip sangat berperan dalam terhadap UU Keterbukaan Informasi Publik harus
menentukan akses informasi mana yang dapat didukung sistem manajemen kearsipan yang kuat
diberikan ke publik berdasarkan peraturan dan diterapkan di seluruh organisasi badan publik.
perundangan yang berlaku. Tidak hanya itu, keberhasilan itu juga harus
Penelitian ini hanya sebatas melihat arsip didukung oleh perubahan budaya dalam organisasi
sebagai pendukung keterbukaan informasi publik untuk menjadi lebih terbuka dan transparan.
dan bagaimana strategi yang harus dilakukan oleh Keberhasilan itu juga diperkuat pula oleh
PPID dalam memberikan akses informasi kepada kepemimpinan yang ditunjuk Undang-undang
publik. (Sheperd, Elizabeth dan Elizabeth Ennion, 2007).
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah Tanpa proses manajemen kearsipan yang efisien,
mengetahui bagaimana pengelolaan arsip pemerintah tidak dapat menyediakan akses
mendukung keterbukaan informasi publik. Manfaat informasi yang dibutuhkan masyarakat dan
teoritisnya adalah menyediakan sumbangan teoritis penerapan FoI (freedom of information) tidak ada
terhadap keterkaitan antara arsip dengan jaminan sama sekali. Ada korelasi antara
keterbukaan informasi publik manajemen kearsipan dan keterbukaan akses
informasi karena proses akses informasi tergantung

50
Volume 7 Nomor 1, Januari – Juni 2019
P-ISSN 2355-5807
E- ISSN 2477-3433

pada manajemen kearsipan yang baik (Asogwa yang mengeluarkan arsip) dan perlakuan terhadap
&Ezema, 2017). Dari studi yang mereka lakukan di dokumen arsip tersebut. Dalam konteks
negara-negara kawasan Afrika, hanya 14 dari 55 keterbukaan informasi Dikopoulu dan Mihiotis
negara Afrika yang memiliki aturan tentang FoI. mengatakan, pengelolaan arsip dinamis maupun
Keterkaitan antara keterbukaan informasi arsip statis bertujuan memenuhi kebutuhan (1) hak
dan manajemen kearsipan yang baik membantu atas akses informasi yang dimiliki setiap warga
meningkatkan akses yang benar dan kuat pada negara dan dijamin oleh Undang-Undang yang
informasi akan membantu otoritas untuk menaati berlaku (2) adminstratif, operasional dan
aturan perundangan tentang Keterbukaan Informasi kebutuhan informasi untuk semua lembaga publik.
(Gunnlaugsdottir, 2015). Ia dalam artikel jurnal (3) menyediakan akses untuk riset dan pendidikan
lainnya menyatakan bahwa penting bagi demi kebutuhan ilmu pengetahuan dan masyarakat
profesional bidang kearsipan untuk memastikan akademis (4) menyediakan kebutuhan sosial pada
informasi terdokumentasi dan publik dapat penyelamatan dan pengembangan warisan memori
mengaksesnya secara resmi. Karena itu sistem kolektif di level internasional.
manajemen kearsipan dapat berperan penting Pada konteks keterbukaan informasi publik,
dalam menjawal tantangan dari UU keterbukaan unsur komunikasi menjadi salah satu yang penting.
informasi (Gunnlaugsdottir, 2016). Manajemen Komunikasi ibarat nadi darah di setiap organisasi
kearsipan yang baik adalah landasan untuk dan sangat penting dalam sebuah organisasi.
terbukanya data pemerintahan, tanpa manajemen Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumen yang
kearsipan yang efektif, akurat, dan kuat, data tidak diangkat berdasarkan UU Keterbukaan Informasi
dapat tersebar luas dengan baik (Chorley, 2017). Publik oleh setiap lembaga publik biasanya
Tetapi, membangun sistem informasi ditempatkan pada bagian komunikasi dan
kearsipan yang kuat bukanlah sesuatu yang mudah. informasi. Seperti pada Departemen Keuangan,
Kesuksesan FoI membutuhkan perubahan budaya maka yang menjadi PPID adalah Kepala Biro
organisasi menjadi lebih terbuka dan transparan Komunikasi dan Layanan Informasi. Dabeet (1991)
tanpa perlu takut mendapat pemberitaan yang menyebut bahwa penekanan pada komunikasi di
jelek. (Sheperd, Elizabeth & Ennion, 2007). Di sebuah organisasi adalah bagaimana informasi
samping itu pendidikan formal dan pelatihan yang dapat ditransfer dari satu individu ke individu lain
terus menerus pada staf akan memperkuat sistem untuk mencapai pusat tujuan yang disepakati.
informasi kearsipan yang dibangun dalam Aktivitas kelompok dalam sebuah organisasi tidak
mendukung penerapan aturan perundangan FoI. akan mungkin terjadi tanpa pemindahan informasi
(Trudi, 2013). Kerangka kerja (framework) legal untuk memperbaiki koordinasi dan membuat
untuk pekerjaan pengelolaan arsip membutuhkan perubahan. Karena itu dalam pemindahan
pengembangan lebih jauh dalam menghadapi era informasi tersebut harus dihindari
FoI (Klareld, 2018). Bahkan, dalam sejarah, audit ketidakmengertian dalam komunikasi sehingga
terhadap arsip, jurnalis, dan kelompok pers dapat komunikasi menjadi aspek sangat penting dalam
melampaui realitas politis dan mengalahkan aktor sebuah organisasi termasuk untuk badan publik.
politik yang mencoba memberbaiki akses terhadap Kewenangan masing-masing PPID diatur
informasi (Erickson, 2014) melalui keputusan dari pemimpin badan publik.
Dikopoulu dan Mihiotis (2011) menyebut Sebagai contoh Kementerian Dalam Negeri RI
bahwa fungsi dari arsip dinamis (record) dan arsip menerbitan Permen No.3/2017 tentang Pedoman
statis (archives) adalah (1) sebagai bukti (fungsi Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi
dokumentasi terhadap semua operasi yang Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan
diarsipkan oleh organisasi maupun pribadi. (2) Daerah. Pada pasal 12 disebutkan tentang tugas
sebagai jaminan (hak keamanan, kepemilikan dari PPID yaitu, diantaranya adalah :
property dan kontrak dengan pihak lain (3) sebagai a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan
fungsi berkesinambungan karena arsip berbentuk informasi dan dokumentasi
tetap, isi yang tak dapat diubah, terhubung dengan b. Menyusun laporan pelaksanaan kebijakan
arsip lain, konteks administratif, pengarang (orang informasi dan dokumentasi

51
Volume 7 Nomor 1, Januari – Juni 2019
P-ISSN 2355-5807
E- ISSN 2477-3433

c. Mengkoordinasikan dan keterbukaan informasi publik maka komitmen dari


mengkonsolidasikan pengumpulan bahan manajemen paling atas atau atasan dari PPID juga
informasi dan dokumentasi akan berpengaruh terhadap kinerja dan performa
d. Menyimpan, mendokumentasikan, dari lembaga yang menyediakan informasi badan
menyediakan, dan memberi pelayanan publik ke masyarakat.
informasi dan dokumentasi kepada publik
e. Melakukan verifikasi bahan informasi dan METODOLOGI PENELITIAN
dokumentasi publik Penelitian ini menggunakan paradigma
f. Melakukan uji konsekuensi atas informasi penelitian kualitatif dengan pendekatan review
dan dokumentasi yang dikecualikan literatur mengenai keterbukaan informasi publik
g. Melakukan pemutakhiran informasi dan yang terkait erat dengan pengelolaan rekod dan
dokumentasi arsip di negara-negara yang telah menggunakan
h. Menyediakan informasi dan dokumentasi UU Keterbukaan Informasi Publik. Tinjauan
untuk diakses oleh masyarakat literatur dalam penelitian ini adalah
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung menggambarkan literatur yang relevan terhadap
jawabnya, PPID memiliki sejumlah wewenang topik yang diangkat. Biasanya ulasan literatur
seperti (a) Melakukan koordinasi setiap unit/satuan muncul sebagai karya terperinci. Cooper (1998)
kerja di badan publik dalam melaksanakan menyatakan tinjauan literatur dapat memiliki
pelayanan informasi publik; (b)Memutuskan suatu berbagai fokus, tujuan, perspektif, audiensi, hingga
informasi dapat diakses publik atau tidak;(c) cakupan organisasi. Senada dengan Cooper,
Menolak permohonan informasi secara tertulis menurut Galvan dan Galvan (2017) artikel yang
apabila informasi yang dimohon termasuk ditinjau haruslah spesifik dengan topik yang
informasi yang dikecualikan/rahasia dengan alasan diangkat. Ada cara mudah dalam menulis tinjauan
serta pemberitahuan tentang hak dan tata cara bagi literatur tersebut yakni penekanan pada analisis,
pemohon untuk mengajukan keberatan atas dan kemudian melakukan sintesis literatur yang
penolakan tersebut (d) Menugaskan pejabat secara akademis nantinya dapat diterbitkan.
fungsional dan/atau petugas informasi di bawah
wewenang dan koordinasinya untuk membuat, HASIL DAN PEMBAHASAN
memelihara, dan/atau memutakhirkan daftar Konsep daur hidup arsip mengandaikan
informasi secara berkala sekurang-kurangnya satu arsip seperti organisme biologis mulai dari
kali dalam sebulan. penciptaan, hidup dari muda hingga tua, lantas
Yang menarik, studi dari Ahyarudin & mati. Sejak 1950-an banyak model mengenai daur
Akbar (2016) ditemukan fakta pada penelitiannya hidup arsip ini tetapi secara tipikal terdiri dari
di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bahwa penciptaan, pemilahan, penyimpanan, penggunaan,
bukti terkuat memperlihatkan bahwa pengaruh dan pemusnahan. Menurut Sheperd dan Yeo
komitmen manajemen adalah satu faktor organisasi (2005) semuanya digambarkan dalam konsep
yang berdampak pada akuntabilitas dan kinerja putaran lingkaran seperti berikut:
organisasi di sektor publik. Artinya, untuk konteks

52
Volume 7 Nomor 1, Januari – Juni 2019
P-ISSN 2355-5807
E- ISSN 2477-3433

Gambar 1. Model Daur Hidup Arsip

Konsep lain yang diajukan Sheperd dan Yeo digunakan untuk bisnis, semi-current ketika nilai
(2005) adalah konsep arsip yang mengalami tiga bisnisnya berkurang, dan non-current ketika nilai
umur atau tahapan yaitu tahapan current yakni bisnisnya sangat kecil atau tidak ada sama sekali.

Current Record
are ‘records regularly used for the current business of an….
Organization and which therefor continue to be maintained
in their place of origin’

Semi Current Record


are ‘records required so infrequently in the conduct of current
business that they should be transferred from offices to
a record center pending their ultimate proposal

Non-Current Record
are ‘records no longer needed for current business’

Gambar 2. Tiga Tahapan Arsip

Menurut Sheperd dan Yeo (2005) sejumlah sudah surut dan bahkan nol serta dirasa tidak
ahli juga menyebut tiga tahapan itu sebagai arsip memiliki manfaat lagi.
aktif, semi-aktif, dan inaktif. Sementara di Begitu pula dalam memahami arsip yang
Indonesia tiga tahapan itu kerap disebut sebagai digunakan untuk mendukung keterbukaan
arsip aktif (current), arsip inaktif (semi-current), informasi. Mulai dari tahap penciptaan atau disebut
dan arsip statis (non-current). Artinya dalam dalam UU Kearsipan sebagai arsip dinamis soal
memahami arsip, konteks penciptaan hingga akses arsip sudah diatur dengan jelas bagaimana
pemusnahan melewati tahapan-tahapan tersebut mekanismenya. Begitu pula ketika arsip sudah
terlebih dulu. Ketika arsip mulai diciptakan, mengalami tahap menjadi arsip statis, maka aturan
bagaimana mekanisme penyimpanan dan di UU Kearsipan juga sudah jelas memuat
pemanfaatannya, hingga bagaimana rekod dan bagaimana akses terhadap arsip-arsip yang berjenis
arsip dimanfaatkan, disimpan, dan digunakan statis. Ini artinya membutuhkan keahlian tersendiri
hingga nantinya dimusnahkan setelah nilainya dalam menentukan arsip dapat diakses atau tidak

53
Volume 7 Nomor 1, Januari – Juni 2019
P-ISSN 2355-5807
E- ISSN 2477-3433

yang sejalan pula dengan UU Keterbukaan didukung sistem manajemen kearsipan yang kuat
Informasi Publik sehingga pengelola rekod dan dan diterapkan di seluruh organisasi badan publik.
arsip di badan publik bekerja secara profesional Tidak hanya itu, keberhasilan itu juga harus
dan mematuhi aturan perundangan. Dikopoulu dan didukung oleh perubahan budaya dalam organisasi
Mihiotis (2011) menyebut bahwa teknologi dan untuk menjadi lebih terbuka dan transparan.
komputer bukan obat segalanya (panacea) bagi Keberhasilan itu juga diperkuat pula oleh
masalah pengelolaan rekod dan arsip di kepemimpinan yang ditunjuk Undang-undang
pemerintahan karena persoalannya biasanya terjadi (Sheperd & Ennion, 2007). Tanpa proses
pada kapasitas institusional dan dukungan manajemen kearsipan yang efisien, pemerintah
manajemen atas (top level management). tidak dapat menyediakan akses informasi yang
Kombinasi dua dukungan itu akan mengubah dibutuhkan masyarakat dan penerapan keterbukaan
manajemen, aliran kerja, standarisasi, dan informasi publik menjadi tidak ada jaminan sama
keterhubungan satu sama lain (interoperability). sekali.
Sheperd & Ennion (2007) menyebut bahwa Ada korelasi antara manajemen kearsipan
dampak keterbukaan informasi publik juga akan dan keterbukaan akses informasi karena proses
mengubah budaya kerja dan kerap terabaikan. akses informasi tergantung pada manajemen
Karena itu dukungan dari manajemen atas menjadi kearsipan yang baik (Asogwa&Ezema, 2017). Dari
salah satu konsep yang menyebabkan suksesnya studi yang mereka lakukan di negara-negara
penarapan keterbukaan informasi publik. kawasan Afrika, hanya 14 dari 55 negara Afrika
Keterbukaan informasi publik yang yang memiliki aturan tentang keterbukaan
memiliki payung hukum selain dijamin melalui informasi publik. Proses manajemen rekod dan
Undang-undang, pelaksanaanya juga mengacu arsip mengambil peran penting sebagai pusat dari
kepada UU Kearsipan no.49 tahun 2009. penciptaan, penggunaan, dan pemusnahan arsip.
Kewajiban badan publik yang berkaitan dengan Tanpa manajemen rekod dan arsip yang efisien,
kearsipan dan pendokumentasian informasi publik pegawai pemerintah tidak dapat menyediakan
dilaksanakan berdasarkan atas peraturan akses yang efisien pada informasi yang dibutuhkan
perundangan yang berlaku. Di lingkungan warga negara dan penerapan keterbukaan informasi
kementerian misalnya, menteri mengeluarkan publik menjadi tidak terjamin. Korelasi kuat antara
aturan pelaksanaan yang mengatur tentang pengelolaa rekod dan arisp dengan keefektifan
kewajiban menyediakan informasi dan dokumen penerapan keterbukaan arsip terjadi karena proses
badan publik ke masyarakat. Penanggung akses informasi bergantung kepada pengelolaan
jawabnya biasanya adalah (Pejabat Pelaksana rekod dan arsip yang baik.
Informasi dan Dokumen) yaitu pejabat yang Kebijakan akses informasi dalam
ditunjuk dan bertanggung jawab di bidang pandangan Jaeger et.al (2015) secara signifikan
penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, mengukur aktivitas dari semua tipe pekerja
dan/atau pelayanan informasi di badan publik. informasi. Para pekerja informasi –termasuk
Pada praktiknya, manajemen yang lebih atas yaitu profesional rekod dan arsip- harus menyiapkan
atasan dari PPID juga memegang peranan penting dampak kebijakan bagi institusi mereka sehingga
dalam menyadari keberadaan informasi publik titik tekannya adalah mengajarkan kebijakan akses
yang diamanatkan Undang-Undang. Tanpa ada informasi bagi pengguna atau masyarakat maupun
dukungan dari atasan PPID maka akan sulit kepada diri mereka sendiri. Apalagi, dapat
memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan melalui penerapan akses informasi untuk arsip
UU Keterbukaan Informasi Publik sekaligus tidak pemerintahan, tidak semua dapat diberikan kepada
menabrak UU Kearsipan. pencari informasi terkait aturan perundangan.
Hubungan antara keterbukaan informasi Kebijakan kedalaman informasi yang bisa diakses
publik dan pengelolaan arsip sangat terkait erat. Di tentu akan terkait dengan isu komunikasi, ekonomi,
Inggris yang memiliki UU keterbukaan informasi dan politik. Dari konteks tersebut maka ada
publik sejak tahun 1990, kesuksesan pemenuhan tantangan dan kesempatan besar bagi pekerja
terhadap UU Keterbukaan Informasi Publik harus informasi untuk mendiskusikan lebih panjang

54
Volume 7 Nomor 1, Januari – Juni 2019
P-ISSN 2355-5807
E- ISSN 2477-3433

kebijakan pemilahan informasi, mana yang boleh keberlangsungan keterbukaan informasi publik
disiarkan keluar dan mana yang tidak dibolehkan sesuai UU yang berlaku.
dikonsumsi publik. Inilah tantangan besar yang Manajemen pengelolaan arsip dapat
dihadapi oleh pekerja informasi, terutama bagi berpartisipasi dalam tata kelola pemerintahan yang
profesional rekod dan arsip. baik melalui (1) akses publik (2) modernisasi
Keterkaitan antara keterbukaan informasi layanan publik seperti e-government, (3)
dan manajemen kearsipan yang baik membantu pemerintahan terbuka dan akuntabel (akses ke data
meningkatkan akses yang benar dan kuat pada kantor, hak untuk memproteksi data, hak warga
informasi akan membantu otoritas untuk menaati negara memperolah informasi dan menjadi bagian
aturan perundangan tentang Keterbukaan Informasi dari akuntabilitas demokrasi (4) pendidikan (5)
(Gunnlaugsdottir, 2015). Ia dalam artikel jurnal inklusi sosial (akses ke semua warga negara) (6)
lainnya menyatakan bahwa penting bagi regenerasi ekonomi (memori kolektif, digitalisasi
profesional bidang kearsipan untuk memastikan arsip statis, turisme, penggunaan kembali informasi
informasi terdokumentasi dan publik dapat publik dan (7) regionalism yakni sektor publik di
mengaksesnya secara resmi. Karena itu sistem tingkat lokal dan regional yang levelnya setara,
manajemen kearsipan dapat berperan penting terorganisasi dan modern. Artinya dengan konteks
dalam menjawal tantangan dari UU keterbukaan tersebut, PPID di tingkat nasional pun dapat
informasi (Gunnlaugsdottir, 2016). Manajemen diadopsi oleh PPID di tingkat lokal untuk
kearsipan yang baik adalah landasan untuk menjamin informasi publik diterima dengan tangan
terbukanya data pemerintahan, tanpa manajemen terbuka oleh masyarakat di daerah manapun.
kearsipan yang efektif, akurat, dan kuat, informasi
tidak dapat tersebar luas dengan baik (Chorley, SIMPULAN
2017). Payung hukum terhadap keterbukaan
Dari kondisi tersebut, PPID biasanya informasi publik tidak hanya menjamin hak warga
diangkat berdasarkan kemampuan pada bidang negara. Di sisi lain, badan publik juga harus
komunikasi publik atau hubungan masyarakat menyadari bahwa ada informasi yang dapat
sehingga mereka dapat dengan lebih mudah dibagikan atau dibuka untuk masyarakat dijamin
berinteraksi dengan masyarakat. Tetapi, karena oleh Undang-undang. Manajemen pengelolaan
dokumen yang dapat dibuka dan diakses rekod dan arsip yang kuat dapat membantu pejabat
masyarakat didasarkan atas peraturan perundangan pengelola dokumen badan publik untuk lebih
maka pengetahuan pada bagaimana pengelolaan terarah memberikan informasi yang sesuai dengan
dokumen dan kearsipan harus dipahami dengan kebutuhan masyarakat tanpa perlu menabrak aturan
jelas. Praktisi di bidang kehumasan perlu didukung yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang baik
oleh sejumlah kemampuan yaitu keterampilan UU KIP maupun UU Kearsipan. Dengan dukungan
interpersonal, keterampilan beradaptasi, manajemen paling atas terhadap keberlangsungan
keterampilan konseptual, dan keterampilan keterbukaan informasi publik maka akses terhadap
kelompok. Keterampilan interpersonal lebih informasi juga makin baik. Ini tercermin dari
condong pada kemampuan untuk berkomunikasi keseriusan badan publik dalam mengantisipasi
secara interpersonal dan memberi pengaruh ke akses informasi yang dijamin oleh UU tanpa harus
orang lain. Keterampilan adaptif dalam ranah kelabakan menyediakan akses tersebut. Beberapa
keterbukaan informasi publik adalah pengetahuan kementerian seperti kementerian PUPR beserta
terhadap dokumen dan informasi. Bagaimana direktorat malah menyediakan konter khusus di
dokumen diciptakan, disimpan sebagai arsip lobby kantor yang melayani akses keterbukaan
dinamis maupun arsip statis, serta bagaimana akses informasi karena memang ada UU Keterbukaan
terhadap dokumen dan arsip tesebut sesuai dengan Informasi yang mengatur hal tersebut. Dengan cara
Undang-undang yang berlaku. Karena itu, perlu seperti ini, warga negara yang ingin memperoleh
dukungan keahlian dari tim yang memiliki akses informasi tidak bingung karena mereka dapat
kemampuan di bidang pengelolaan dokumentasi langsung mengerti layanan tersebut tersedia di
dan pengelolaan arsip menjadi jaminan beranda kantor badan publik.

55
Volume 7 Nomor 1, Januari – Juni 2019
P-ISSN 2355-5807
E- ISSN 2477-3433

Pengetahuan pada hak akses informasi dan terintegrasi. Sesuatu yang semestinya tidak terjadi
dokumen secara profesional sudah menjadi di Indonesia karena dari sisi aturan sudah tersedia.
pekerjaan dari pengelola arsip atau dokumen. Aturan pelaksanaan di bawahnya juga telah
Karena itu bila badan publik ingin memanfaatkan diundangkan sehingga penerapannya dapat berjalan
keberadaan PPID maka keahlian dari pengelola dengan baik. Tetapi seperti halnya di negara
arsip tersebut dapat digunakan dengan sebaik- berkembang lain, pemahaman terhadap manajemen
baiknya. Dengan cara yang terstruktur, semua rekod dan arsip yang baik belum merata terjadi
dokumen baik bersifat statis maupun dinamis dapat sehingga akses informasi pun tidak berjalan dengan
dikelola dengan memperhatikan sejumlah prinsip baik dan merata. Tugas bagi pemerintah pusat
yang telah diatur oleh aturan undang-undang untuk terus mengawasi pelaksanaan keterbukaan
kearsipan. Arsip dinamis dapat disediakan mulai informasi publik serta tugas dari Komisi Informasi
dari pemanfaatan, pendayagunaan, dan pelayanan baik di tingkat pusat maupun daerah untuk
publik dengan memperhatikan prinsip keutuhan, memastikan penerapan UU keterbukaan informasi
keamanan, dan keselamatan arsip. Ketika arsip publik dapat dilaksanakan sebaik-baiknya oleh
sudah menjadi arsip statis, aturan aksesnya pun badan publik.
dijamin Undang-Undang dengan mengingat sifat Tantangan ke depan adalah bagaimana
keterbukaan dan ketertutupan arsip. Di sisi lain, peran PPID mengkombinasikan kemampuan
pengguna informasi yakni masyarakat juga mesti komunikasi khususnya hubungan masyarakat
dididik untuk dapat memahami informasi yang dalam menyampaikan informasi badan publik ke
mereka boleh minta atau dapat dikonsumsi publik. khalayak serta dukungan tim yang memahami
Terlebih tantangan ke depan ketika arsip tersebut tentang manajemen rekod dan arsip. PPID juga
ada dalam bentuk digital, bagaimana akses dituntut dapat mengetahui bagaimana perilaku
informasi yang harus disiapkan oleh publik untuk dokumen saat diciptakan, menjadi arsip dinamis,
mengakses berbagai informasi publik mulai dari atau kemudian disimpan sebagai arsip statis. Tidak
cara akses hingga bagaimana keamanannya. Di hanya penyimpanan tetapi juga bagaimana
sinilah peran penting pengelola rekod dan arsip aksesnya dapat dibuka ke masyarakat tanpa
yang harus selalu mengikuti perkembangan melanggar ketentuan UU. Karena itu, perlu
teknologi maupun cara penerapannya. diperhitungkan untuk menggabungkan kemampuan
Bagi Indonesia, payung hukum tentang komunikasi tersebut dengan anggota tim yang
keterbukaan informasi publik memang menjadikan memiliki kemampuan dalam bidang kearsipan dan
pemerintah menjadi lebih bersih, tata kelola makin pengelolaan dokumen. Dukungan manajemen
baik, transparan, dan akuntabel. Idealnya seluruh paling atas juga diperlukan untuk mendorong
badan publik dapat mengadopsi keberhasilan transparansi dan akuntabilitas badan publik
beberapa badan publik seperti kementerian dalam sehingga ketika masyarakat menuntut badan publik
menyediakan akses informasi seluas-luasnya dan untuk memberikan informasi publik maka dengan
dijamin Undang-undang. Tetapi persoalannya mudah kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan
adalah bagaimana dengan perpanjangan tangan tepat sasaran dan sesuai dengan perundangan yang
pemerintah di daerah yang secara geografis jauh berlaku.
dari pusat pemerintahan sehingga pengawasannya
pun sulit dilakukan. Apa yang diungkapkan oleh DAFTAR PUSTAKA
Asogwa dan Ezema (2017) tentang Afrika yang
kesulitan menerapkan keterbukaan informasi Ahyaruddin A., & Akbar R. (2016). The
publik karena warisan kolonial, kepemimpinan relationship between the use of a
yang lemah, dan tidak adanya pengalaman dalam performance measurement system,
pengelolaan rekod dan arsip dalam penerapan organizational factors, accountability, and
keterbukaan informasi publik, korupsi, serta jargon the performance of public sector
seperti keamanan nasional dan hak-hak pribadi organizations. Journal of Indonesia
menjadi penghalang besar terhadap penerapan UU Economy and Business. Volume 31,
keterbukaan informasi publik yang utuh dan Number 1 halaman 1-22.

56
Volume 7 Nomor 1, Januari – Juni 2019
P-ISSN 2355-5807
E- ISSN 2477-3433

Asogwa B. E., & Ezema I.J. (2017). Freedom of government: public opinion. Records
access to government information in Africa Management Journal Volume 26 No. 2, hal
: trends, status, and challenges. Record 185-205.
Management Journal volume 27 no.3 hal Indonesia. UU nomor 14 tahun 2008 tentang
318-338. Keterbukaan Informasi Publik.
Chorley K.M. (2017). The challenges presented to Indonesia, UU nomor 43 tahun 2009 tentang
records management by open government Kearsipan.
data in the public sector in England A case Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor
study. Records Management Journal Vol. 3 tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan
27 No. 2, hal. 149-158. Pelayanan Informasi dan Dokumentasi
Cooper H.M. (1998). Synthesizing Research : A Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah
Guide for Literature Reviews Applied Social Daerah.
Research Methods Series ; V. 2. London : Jaeger P.T., Gorham U., Taylor N.G., Bertot J.C.
Sage Publication Inc,. (2015). Teaching Information Policy in the
Dabeet J.A. (1991). Communication in Public Digital Age: Issues, Strategies, and
Sector vs Private Sector. Thesis Department Innovation dalam Journal of Education for
of Political Science Kutztown University Library and Information Science, Vol. 56,
Penn. No. 3—(Summer) July.
Darch C., & Underwood P.G. (2010). Freedom of Kennedy J. & Schauder C. (1998). Records
Information and the Developing World The Management : A guide to corporate keeping
citizen, the state and models of openness, 2th edition. South Melbourne : Longman.
Oxford : Chandos Publishing. Klareld A.S. (2018). Recordkeeping in an
Dikoupoulu A., & Mihiotis A. (2012). The outsourcing public agency. Records
Contribution of Records Management to Management Journal Vol. 28 No. 1, hal.
Good Governance. The TQM Journal. Vol. 99-114.
24 No. 2, halaman 123-141. Sheperd E. & Yeo G. (2003). Managing Records –
Erickson E. (2014). The Watchdog Joins the Fray: A Handbook of Principle and Practice.
The Press, Records Audits, and State London : Facet Publishing.
Access Reform. Journalism & Sheperd E., & Ennion E. (2007). How has the
Communication Monographs, Vol. 16(2) implementation of the UK Freedom of
hal 104–154. Information Act 2000 affected archives and
Galvan J.L. dan Galvan M.C. (2017). Writing records management services? Records
Literature Reviews A Guide for Students of Management Journal Vol. 17 No. 1, hal 32-
the Social and Behavioral Sciences Seventh 51.
Edition. New York : Routledge. Wright T. (2013). Information culture in a
Gunnlaugsdottir J. (2015). Government Secrecy : government organization Examining
public attitudes toward information records management training and self-
provided by the authorities. Record perceived competencies in compliance with
Management Journal. Volume 25 no. 2, hal a records management program Records
199-222. Management Journal Vol. 23 No. 1.
Gunnlaugsdottir J. (2016). Reasons for the poor
provision of information by the

57

You might also like