You are on page 1of 17

SINDIKAT

MATERI MISSION HMI

Diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti Senior Course


(SC) HMI Cabang Baturaja

Disusun oleh:

DONAN ABBAD ABDULLAH

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


(HMI) CABANG CIPUTAT
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Bismillah dengan menyebut namaMu ya Allah tuhan seru sekalian alam Alhamdulillah puji
syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Penyayang terima kasih atas limpahan
Rahmat dan ridho-Mu sehingga saya dapat menyelesaikan sindikat Mission HMI ini.

Shalawat dan salam tentunya tak lupa semoga selalu tercurah kepada baginda
Rasulullah,karena berkat perjuangan beliau yang luar biasa sehingga kita dapat menikmati nikmat
iman dan nikmat islam,semoga di akhir zaman nanti kita semua mendapatkan mengakuan beliau
sebagai umatnya, dan curahan safaatnya di yaumul mahsyar kelak .

Sindikat ini tentu belum baik tapi sebisa mungkin untuk dapat saya selesaikan sebagai salah
satu syarat dan ketentuan untuk dapat mengikuti Training Senior Course Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) di Cabang Baturaja, Insha Allah kegiatan ini akan sangat bermanfaat baik bagi
penulis pribadi maupun bagi himpunan tercinta ini kedepannya.

Sebagai kader HMI yang dididik untuk menjadi manusia sejati “insan cita” tentu penulis
merasa terpanggil untuk terus menerus senantiasa menuntut ilmu,menjalin persaudaraan di antara
sesalam muslim maka melalui training ini semoga ilmu yang di dapat nantinya menjadi berkah.

Ciputat, 5 Juni 2023

Penulis
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) / Sindikat
Materi : Mission HMI
Pemateri : Donan Abbad Abdullah
Alokasi Waktu : 4 Jam

1. Tujuan Pembelajaran Umum


1.1 Dapat memahami pengertian Mission HMI baik secara aspek teoritis
maupun aspek aplikasi, serta peran kader HMI dalam dinamika sosial
sebagai kader umat dan kader bangsa.
2. Target Pembelajaran Khusus

2.1 Peserta dapat menjelaskan fungsi dan peranannya sebagai mahasiswa

2.2 Peserta dapat menjelaskan tafsir tujuan HMI

2.3 Peserta dapat menjelaskan hakikat fungsi dan peran HMI


2.4 Peserta dapat merumuskan serta merencanakan langkah-langkah pelaksanaan Mision
HMI
3. INDIKATOR PENCAPAIAN TUJUAN
3.1 Peserta Training mampu memahami tentang Mision HMI
3.2 Peserta Training mampu memahami bagaimana langkah- langkah pelaksanaan
Mission HMI
3.3 Peserta mampu mengaitkan pentingnya Mission HMI dalam sebuah organisasi

4. METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN

5.1 Metode : Ceramah, Diskusi, Resitasi dan Tanya jawab

4.2 Model : Pembelajaran Cooporative Learning


5. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

No Kegiatan Waktu

1. Pendahuluan
● Instruktur memberi salam dan mengkondisikan forum serta
mengecek kebersihan forum sebagai implementasi nilai disiplin.
● Instruktur mencabut skors forum dan melakukan presentasi
● Instruktur meminta salah satu dari peserta membacakan ayat suci Al-
Quran dan terjemahannya sebagai implementasi nilai religius
● Instruktur memberikan sedikit penyegaran/refresh kepada peserta,
bisa dengan games, atau penyegaran lainnya dimulai dari instruktur
bertanya begaimana keadaan peserta dan bagaimana dengan 45
kenyamanan peserta didalam forum/ruangan training. Menit
● Instruktur memberikan apresiasi dengan menanyakan
kembali/meriview materi sebelumnya dan mengaitkan dnegan materi
Mision HMI
● Instruktur memberikan motivasi peserta didk untuk lebih
memperdalam mempelajari Mision HMI dengan mengaitkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kegiatan Inti
● Instruktur memberikan stimulus kepada peserta dengan mengajukan
beberapa pertanyaan yang membuata peserta dapat mengeluarkan
pendapatya terkait materi-materi Mision HMI
● Pesrta mendengarkan penjelasan awal Instruktur terkait
materi-materi yang terdapat dalam Mision HMI
● Peserta didik menuangkan hasil pemahaman materi Mision yang
didapatkan dari penejlasan instrktur, diskusi dan study literatur 3 Jam
kedalam karton kososng yang sudah disedakan untuk
permaslaahan yang sebelumnya sudah disediakan Instruktur (study
Kasus)
● Masing-masing kelompok mempersembahkan hasil
pemikirannya terhadap kasus/masalah yang diberikan oleh
instruktur.
Penutup

● Pemandu bersama peserta LK1 menuliskan hasil-hasil penemuan


selama training berlangsung di papan dalam bentuk resume dari
masing masing peserta.
3. 15
● Instruktur meminta peserta didik untuk menyimpulkan materi-materi
menit
yang sudah dipelajari dalam proses pembelajaran terkait dengan
materi-materi Mision HMI
● Instruktur memebrikna tugas kepada peserta ddik berupa resume agar

peserta didik mampu menuangkan pemahaman materi Mision HMI


dalam bentuk tulisan.
6. SUMBER BELAJAR

Buku saku kader, yang meliputi :

1. Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975)


2. Ahmad Wahib, Pergolakan Pemikiran Islam
3. Buku NDP HMI
4. Said Munir Ruddin, Bintang Arasy

7. PENILAIAN

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen


Tes Ujian tertulis Post Test
Non tes Pengamatan Resume Resume

8. Evaluasi

Instruktur memberikan post test kepada peserta agar tingkat pemahaman peserta terkait materi
Mision HMI lebih tajam lagi karena ada proses berfikir pada saat mengikuti post test.

9. Uraian Materi

A. Pendahuluan

I. Pengantar Mission HMI


Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban, sehingga mission HMI
dapat diartikan sebagai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh kader HMI. Sebagai
organisasi kader yang memiliki platform yang jelas, sejak awal berdirinya HMI mempunyai
komitmen asasi yang disebut dengan dua komitmen asasi, yakni
(1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat bangsa
Indonesia, yang dikenal dengan komitmen kebangsaan, dan
(2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam, yang dikenal dengan wawasan
keislaman/keumatan.
Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan integralistik, yakni cara
pandang yang utuh melihat bangsa Indonesia terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus
dilakukan sebagai warga negara dan umat Islam Indonesia. Penerjemahan komitmen HMI ini
disesuaikan dengan konteks jaman, sehingga HMI selalu aktual dan mampu tampil di garda
terdepan dalam setiap pergerakan.
Bila dicermati belakangan ini bisa dikatakan bahwa HMI mengalami stagnasi, untuk tidak
dikatakan degradasi. Hampir tidak ada gagasan cerdas yang disumbangkan oleh HMI di tengah
carut marut dan tunggang langgangnya tatanan republik ini, dimana masalah disintegrasi perlu
segera diatasi, masalah ekonomi mendesak untuk segera diperbaiki, masalah supremasi hukum
yang harus ditegakkan, masalah pendidikan mendesak untuk diperhatikan, dan masalah-
masalah lain yang melingkari, seperti budaya, pertahanan keamanan, yang kesemuanya
membutuhkan penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia sekarang sedang diterma krisis
multi dimensional. Di tengah kondisi ini, komitmen HMI tidak lebih dari sebatas slogan tanpa
jiwa.
Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam berperan serta untuk
penyelesaian problematika bangsa dan umat perlu adanya reaktualisasi mission HMI dalam
jiwa kader HMI melalui proses perkaderan yang selama ini perjalanannya tidak lebih hanya
sebagai proses pencapaian status dengan meninggalkan makna sesungguhnya, yaitu sebagai
proses pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan kemampuan, yang berusaha
melakukan transformasi watak dan kepribadian seorang muslim yang utuh (kaffah), sehingga
kader HMI memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustad’afin) dan
melawan kaum penindas (mustakbirin).
HMI sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan kaum intelektual, generasi
kritis, dan memiliki profesionalisme harus mampu menjadi agen pembaharu di tengah
masyarakat dan kehidupan bangsa. Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang luar biasa
dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara, maka seluruh gerak perubahan yang terjadi di
bangsa ini dimotori oleh kelompok mahasiswa dan pemuda, mulai dari proklamasi, revolusi,
hingga reformasi, selalu ada andil mahasiswa. Namun demikian arah perubahan harus sesuai
dengan usaha untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT
sebagaimana termaktub dalam penggalan tujuan HMI. ,lebih tepatnya dalam pasal 4
AD(anggaran dasar) tentang tujuan.
“Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT”
II. HMI Sebagai Organisasi Berasaskan Islam
Seperti yang tertuang dalam Pasal 3 AD(anggaran dasar) tentang Asas,yang berbunyi HMI
berasaskan islam maka pembahasan kali ini sangat berkaitan tentang sebuah ayat yang
membicarakan tentang arah gerak perjuangan dakwah.
Hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Kucukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu (QS. Al- Maidah
: 3) Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir dibumi diperuntukkan untuk mengatur
pola hidup manusia agar sesuai dengan fitrah kemanusiaannya yakni sebagai khalifah di buka
bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya.
Iradat Allah SWT, kesempurnaan hidup terukur dari personality manusia yang integratif
antara dimensi dunia dan ukhrawi, individu dan sosial, serta iman, ilmu dan amal yang
semuanya mengarah terciptanya kemaslahatan hidup di dunia baik secara individual mupun
kolektif.
Secara normatif Islam tidak sekedar agama ritual yang cenderung individual akan tetapi
merupakan suatu tata nilai yang mempunyai komunitas dengan kesadaran kolektif yang
memuat pemahaman, kesadaranm kepentingan, struktur dan pola aksi bersama demi tujuan-
tujuan politik. Substansi pada dimensi kemasyarakatan, agama memberikan spirit pada
pembentukan moral dan etika. Islam yang menetapkan Tuhan dari segala tujuan menyiratkan
perlunya meniru etika ke-Tuhanan yang meliputi sikap pengasih (rahmat), pemula (barr),
pemaaf (ghafur), penyayang (rahim) dan berbuat baik (ihsan). Totalitas dari etika tersebut
menjadi kerangka pembentukan manusia yang kaffah (tidak boleh mendua) antara aspek ritual
dengan aspek kemasyarakatan (politik, ekonomi dan sosial budaya).
Adanya kecenderungan bahwa peran kebangsaan Islam mengalami marginalisasi dan tidak
mempunyai peran yang signifikan dalam mendesain bangsa merupakan implikasi dari proses
yang ambigiutas dan distorsif. Fenomena ini ditandai dengan terjadinya mutual understanding
antara Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai ideologi. Penempatan posisi yang antagonis
sering terjadi karena berbagai kepentingan politik penguasa dari politisi-politisi yang
mengalami split personality.
Kelahiran HMI dari rahim pergolakan revolusi phisik bangsa pada tanggal 5 Februari 1947
didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai keislaman dalam berbagai aspek ke
Indonesiaan.
Semangat nilai yang menjadi embrio lahirnya komunitas Islam sebagai interest group
(kelompok kepentingan) dan pressure group (kelompok penekanan). Dari sisi kepentingan
sasaran yang hendak diwujudkan adalah terutangnya nilai-nilai tersebut secara normatif pada
setiap level kemasyarakatan, sedangkan pada posisi penekan adalah keinginan sebagai pejuang
Tuhan (sabilillah) dan pembelaan mustadh afin.
Proses internalisasi dalam HMI yang sangat beragam dan suasana interaksi yang sangat
plural menyebabkan timbulnya berbagai dinamika ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan
didasari rasionalisasi menurut subyek dan waktunya.Pada tahun 1955 pola interaksi politik
didominasi pertarungan ideologis antara nasionalis, komunis dan agama (Islam). Keperluan
sejarah memberikan spirit proses ideologisasi organisasi. Eksternalisasi yang muncul adalah
kepercayaan diri organisasi untuk bertarung dengan komunitas lain yang mencapai titik
kulminasinya pada tahun 1965.
Orientasi aktifitas HMI yang merupakan penjabaran dari tujuan organisasi menganjurkan
terjadinya proses adaptasi pada jamannya. Keyakinan Pancasila sebagai keyakinan ideologi
negara pada kenyataannya mengalami proses stagnasi. Hal ini memberikan tuntutan baru bagi
lahirnya metodologi aplikasi Pancasila. Normatisasi Pancasila dalam setiap kerangka dasar
organisasi menjadi suatu keharusan agar mampu mensuport bagi setiap institusi
kemasyarakatan dalam mengimplementasikan tata nilai Pancasila.
Islam yang senantiasa memberikan energi perubahan mengharuskan pada penganutnya
untuk melakukan inovasi, internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi. Dan yang paling
fundamental peningkatan gradasi umat diukur dari kualitas keimanan yang datang dari
kesadaran paling dalam bukan dari pengaruh eksternal. Perubahan bagi HMI merupakan suatu
keharusan, dengan semakin meningktnya keyakinan akan Islam sebagai landasan teologis
dalam berinteraksi secara vertikal maupun horizontal, maka pemilihan Islam sebagai asas
merupakan pilihan dasar dan bukan implikasi dari sebuah dinamika kebangsaan.
Demi tercapainya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, maka HMI bertekad Islam
dijadikan sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, trasedental,
humanis dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus beranu menegakkan nilai-nilai
kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan
dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki
dan menyerahkan semua demi ridho-Nya.
Jadi, makna HMI sebagai organisasi berasaskan Islam maksudnya adalah organisasi yang
menghimpun mahasiswa yang beragama Islam, dimana secara individu dan organisatoris
memiliki ciri-ciri keislaman, menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber norma,
sumber nilai, sumber inspirasi, dan sumber aspirasi dalam setiap aktivitas dan dinamika
organisasi.
III. Tujuan HMI
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tujuan HMI adalah “Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI). Dari
tujuan tersebut dapat dirumuskan menjadi lima kualitas insan cita, yakni kualitas insan
akademis, kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas insan bernafaskan Islam,
dan kualitas insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT.
Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di dalam
pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan
tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 4 AD HMI)
adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Insan Akademis
● Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
● Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan
dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan
kesadaran.
● Sanggung berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu
pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah
yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip
perkembangan.

2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta


● Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada
dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan
bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan
gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
● Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap
demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-
indah.
● Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja
kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
● Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama
umat.
● Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi
juga membuat kondisi sekelilingnya menajdi baik.
● Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh
mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan
sesamanya
4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi
yang bernafaskan Islam
● Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa
memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya dan mencipta
sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menapasi
dan menjiwai karyanya.
● Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas
Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak
pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga Negara dan dirinya sebagai muslim
insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya dalam pembangunan nasional
bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi oleh Allah SWT :
● Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang ber nafaskan islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh
Allah SWT.
● Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa
menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
● Spontan dalam menghadapi tugas, responsip dalam menghadapi persoalan-persoalan
dan jauh dari sikap apatis.
● Rasa tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil
peran aktif dalam suatu bidang dalam me wujudkan masyarakat adil dan makmur
yang diridhoi Allah SWT.
● Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur.
● Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard”
yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “Man of future” insan pelopor yaitu insan
yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam
bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu
perjuangan untuk secara kooferatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal type
dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “Idea
of Progress” insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur
tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia yang
beriman berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil).

IV. Independensi HMI


Seperti yang tertuang dalam Pasal 6 AD(anggaran dasar) tentang sifat yang berbunyi HmI
sebagai organisasi yang bersifat independen yang artinya Himpunan Mahasiswa Islam tidak
terikat sama sekali dengan pihak manapun.
Menurut fitrah kejadiannya, maka manusia diciptakan bebas dan merdeka. Karena
kemerdekaan pribadi adalah hak yang pertama. Tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari
pada kemerdekaan. Sifat dan suasana bebas serta kemerdekaan adalah mutlak diperlukan
terutama pada saat manusia berada dalam pembentukan dan pengembangan. Fase
pembentukan dan pengembangan bagi manusia terutama dalam masa remaja atau generasi
muda.Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit dalam
generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis adalah ciri kelompok elit dalam generasi
muda, yaitu kelompok mahasiswa itu sendiri\. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis yang
didasarkan pada obyektif yang harus diperanka mahasiswa bisa dilaksanakan dengan baik
apabila mereka dalam suasana bebas merdeka dan demokratis obyektif dan rasional. Sikap ini
adalah yang progresif sebagai ciri dari pada seorang intelektual. Sikap atas kejujuran keadilan
dan obyektifitas.
Atas dasar keyakinan itu, maka HMI sebagai organisasi mahasiswa harus bersifat
independen. Penegasan ini dirumuskan dalam pasal 6 Anggaran Dasar HMI yang
mengemukakan secara tersurat bahwa HMI adalah organisasi yang bersifat independen dan
watak independen bagi HMI adalah merupakan hak asasi yang pertama.
Watak independen HMI adalah sifat organisasi secara etis merupakan karakter dan
kepribadian kader HMI. Implementasinya harus terwujud di dalam bentuk pola pikir, pola
sikap dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sendiri maupun dalam
melaksanakan hakikat dan mission organisasi HMI dalam kiprah hidup berorganisasi
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Watak independen HMI yang tercermin secara etis
dalam pola pikir, pola sikap dan pola laku setiap kader HMI akan membentuk independensi
etis HMI, sementara watak independen HMI yang teraktualisasi secara organisatoris dalam
kiprah organisasi HMI akan membentuk independensi organisatoris HMI.
Beberapa penjelasan bahkan bentuk tafsiran dari Indepedensi etis serta Indepedensi
Organisatoris dari HMI.

1. Indepedensi Etis

Independensi etis adalah sifat independensi secara etis yang pada hakikatnya merupakan sifat
yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Fitrah tersebut membuat manusia berkeinginan suci
dan secara kodrati cenderung pada kebenaran. Watak dan kepribadian kader sesuai dengan
fitrahnya akan membuat kader HMI selalu setia pada hati nuraninya yang senantiasa
memancarkan keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran.

Aplikasi dari dinamika berpikir dan berprilaku secara keseluruhan merupakan watak asasi
kader HMI dan teraktualisasi secara riil melalui kepribadian dan sikap-sikap yang

1) Cenderung kepada kebenaran


2) Bebas, merdeka dan terbuka
3) Obyektif, rasional, dan kritis
4) Progresif dan dinamis
5) Demokratis, jujur dan adil

2. Indepedensi Organisatoris

Independensi organisatoris adalah sikap dan watak HMI yang teraktualisasikan secara
organisatoris di dalam kiprah dinamika internal organisasi maupun dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Independensi organisatoris
diartikan bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional melakukan partisipasi aktif,
konstruktif dan korektif secara konstitusional terhadap perjuangan bangsa dan
pencapaian cita-cita nasional, hanya komit kepada kebenaran, dan tidak tunduk
terhadap kepentingan atau organisasi tertentu.
Prinsip-prinsip independensi HMI dalam implementasi dirumuskan sebagai berikut :

1) Kader HMI terutama aktivitasnya dalam melakukan tugas dan tanggung jawab
organisasi harus tunduk pada ketentuan-ketentuan organisasi dalam
melaksanakan program-program organisasi, oleh karena itu tidak diperkenankan
melakukan kegiatan-kegiatan yang membawa organisasi atas kehendak pihak
luar manapun.
2) Kader HMI terutama aktivitasnya tidak dibenarkan mengadakan komitmen
dalam bentuk apapun dengan pihak luar selain segala sesuatu yang telah
ditetapkan dan diputuskan secara organisatoris.

V. HMI Sebagai Organisasi Mahasiswa


Seperti yang tertuang dalam Pasal 7 AD(anggaran dasar) tentang status yang berbunyi HmI
sebagai organisasi yang mahasiswa yang artinya Himpunan Mahasiswa Islam mewadah
seluruh mahasiswa islam serta dapat memaknai arti dari perjuangan mahasiswa.Maka dari itu
sedikit penjelasan tentang mahasiswa.
Mahasiswa merupakan status yang diemban oleh seseorang yang terdaftar secara
administratif di perguruan tinggi yang apabila kita artikan secara bahasa dari kata Maha yang
artinya Ter- dan siswa yang artinya pelajar maka pengertian dari mahasiswa adalah terpelajar
Namun kata mahasiswa bukan hanya pemuda yang terdaftar di perguruan tinggi saja atau
seorang terpelajar namun mempunyai banyak makna dimana mereka memiliki banyak peran
khususnya di masyarakat. Sebagai agen perubahan, social control, iron stock dan peran-peran
lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat. Dan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai
organisasi yang mewadahi mahasiswa-mahasiswa islam Indonesia juga memiliki peran untuk
membina kader-kadernya agar tercapai peran mahasiswa untuk membawa perubahan dan
mengontrol social di masyarakat.
Agar tercapainya kader yang memiliki kualitas tersebut maka HMI tujuan dan mission.
Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh kader HMI.
VI. Peran Dan Fungsi Kader HMI

HMI berfungsi sebagai Organisasi Kader (pasal 8 AD HMI)

HMI sebagai organisasi kader adalah organisasi mahasiswa yang berorientasikan Islam yang
melakukan perkaderan, dimana seluruh aktivitas yang dilakukan pada dasarnya merupakan
proses kaderisasi, sehingga HMI berfungsi dan hanya selalu membentuk kader-kader muslim
intelektual yang profesional.

HMI berperan sebagai Organisasi Perjuangan (pasal 9 AD HMI)

HMI berperan sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi yang selalu berjuang
melakukan dan membentuk kader bangsa yang muslim, intelektual, dan profesional dimana
outputnya ditujukan untuk kepentingan bangsa secara keseluruhan, sehingga insan HMI siap
dan dapat bermanfaat bagi seluruh golongan yang ada di masyarakat selama tidak
bertentangan dengan koridor misi HMI.

VII. HUBUNGAN MISSION SECARA INTEGRAL


Hubungan antara asas, tujuan, sifat, status, fungsi dan peran HMI secara integral adalah dalam
pencapaian dan memperjuangkan mission HMI harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh,
dan satu sama lain saling mempengaruhi, dan menentukan sehingga tidak bisa ditinjau secara
parsial.
Dalam diri kader HMI harus :
a) Senantiasa memperdalam kehidupan rohani agar menjadi luhur dan bertaqwa pada
Allah SWT
b) Selalu tidak puas dan berkemauan keras untuk mencari kebenaran, HMI hanya komit
pada kebenaran
c) Jujur pada dirinya dan pada orang lain dan tidak mengingkari hati nuraninya
d) Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional jika berhadapan dengan orang
yang berbeda pendirian
e) Bersikap kritis dan berfikir bebas kreatif.
B. Penutup
Terakhir instruktur dan peserta mensepakati kesimpulan dan menulisnya dalam bentuk
resume yang nantinya akan dibawa peserta untuk bekal di training atau upgrading pasca LK
1.
Daftar Pustaka
Hasil-hasil kongres Himpunan Mahasiswa Islam ke XXVIII dengan tema “HMI untuk
Indonesia Satu tak Terbagi” (Jakarta Timur, Depok, Jakarta Selatan 15 Maret-15 April
2013). Said Munir Ruddin, Bintang Arasy (Banda Aceh,, Syiah Kuala University Press,
2014)

You might also like