Professional Documents
Culture Documents
Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Dimana :
𝐶𝐷 = koefisien drag
𝜌. 𝑈02 = tekanan dinamis arus bebas
A = luas karakteristik (luas daerah yang mengalami geseran)
Drag adalah besarnya gaya yang bergerak di atas sebuah objek yang memiliki
posisi sejajar dengan aliran bebas. Gaya drag pada suatu benda yang bergerak
melalui suatu fluida diakibatkan oleh tekanan dan tegangan geser permukaan benda
tersebut. Drag dibagi dalam dua jenis yaitu, drag gesekan (friction drag) dan drag
tekanan (preassure drag). Friction drag yaitu drag yang disebabkan oleh tegangan
geser permukaan suatu benda yang bersentuhan dengan fluida, sedangkan Pressure
drag yaitu drag yang disebabkan oleh tekanan yang bekerja pada sebuah benda
yang bergerak melalui sebuah fluida. Pressure drag besarnya sangat tergantung
pada bentuk benda itu sendiri sehingga sering disebut from drag (John Wiley dan
Sons, 2002).
Drag tekanan (pressure drag) adalah bentuk paling umum yang digunakan
untuk mendefinisikan drag pada benda yang disebabkan oleh resistensi fluida untuk
mengubah aliran untuk mengisi ruang dibelakang benda, sehingga menimbulkan
perbedaan tekanan antara aliran upstream dan downstream. Perbedaan ini
menyebabkan tekanan total pada bagian belakang (rear end) lebih rendah dari
bagian depan (leading edge), sehingga memunculkan tarikan ke arah belakang.
kendaraan ditentukan oleh dimensi, viskositas dan kecepatan. Pada saat kendaraan
bergerak dengan kecepatan tertentu, viskositas fluida mengakibatkan udara
mengarah di area surface bodi mobil sehingga dapat menimbulkan lapisan batas
atau (boundary layer). Dari lapisan batas tersebut terdapat aliran yang ada di luar
dari lapisan batas yang biasa disebut dengan inviscid flow. Inviscid flow merupakan
aliran yang ada di luar lapisan batas yang tidak mengalami gesekan, konduktifitas
panas atau diffuse massa (Anderson, J.D., 2001). Inviscid flow disekitar kendaraan
mengakibatkan tekanan menuju ke dalam lapisan batas. Tekanan tersebut terus
berlangsung hingga mencapai bagian belakang dan menyebabkan aliran mengalami
separasi (turbulen). Separasi pada daerah belakang ini biasa disebut dengan olakan
(wake). Gaya tekanan pada kendaraan diakibatkan karena adanya olakan sehingga
akan mengakibatkan kendaraan terganggu pada saat melaju.
Pola aliran udara di sekitar bodi kendaraan seperti pada gambar 2.1. Inilah
yang akan menyebabkan terjadinya gaya dan momen aerodinamis pada kendaraan
yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap gaya hambat (drag) dari kendaraan.
Gambar 2.3. Klasifikasi aliran : (a) 2D, (b) simetri sumbu, (c) 3D (Munson, B., 2002)
Klasifikasi lain dari bentuk benda dapat tergantung pada benda tersebut
apakah dibuat mulus mengikuti garis arus (streamlined) atau tumpul. Karakteristik
aliran sangat tergantung pada seberapa banyak bagian tersebut yang dibuat mulus.
Secara umum, benda-benda streamlined (seperti airfoil, mobil balap, dan lain-lain).
Memiliki pengaruh kecil pada fluida yang mengelilinginya, dibandingkan dengan
pengaruh yang dimiliki benda tumpul (seperti parasut, gedung-gedung, dan lain-
lain) pada fluida. (Munson, B., 2002)
8
a. b.
Gambar 2.4. (a) hambatan bentuk dan (b) hambatan pusar (Sutantra,N., 2001)
Dimana :
Cᴅ = koefisien gaya hambat (drag)
A = luas frontal kendaraan (m²)
ρ = density udara (kg/m³)
V = kecepatan relatif angin terhadap kendaraan (m/dt)
9
Dimana :
C𝚤 = koefisien gaya angkat
Dimana :
βa = sudut serang angin
𝐶𝑠 = koefisien samping
Karena bentuk bodi dari kendaraan dan pola aliran udara pada kendaraan
maka besar kemungkinan titik kerja ketiga gaya angin tersebut yang pada umumnya
disebut “center of pressure” (Cp) berada diluar titik pusat massa dari kendaraan
(Cg). Karena letak Cp dan Cg berbeda, maka ketiga gaya aerodinamik diatas dapat
menimbulkan momen aerodinamis terhadap sumbu x, y, z yang berpusat pada Cg
seperti gambar 2.7 dibawah ini.
Gambar 2.7. Gaya dan momen aerodinamik pada kendaraan (Sutantra,N., 2001)
11
Dengan data kendaraan dan hasil pengukuran terowongan angin, ketiga koefisien
gaya aerodinamik suatu kendaraan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(Sutantra,N., 2001)
𝑭𝒅
𝑪ᴅ = (2.8)
𝟎,𝟓 ∙ 𝝆 ∙ 𝑽𝐚 𝟐 ∙ 𝑨𝒇
𝑭ʟ
𝑪ʟ = (2.9)
𝟎,𝟓 ∙ 𝝆 ∙ 𝑽𝐚 𝟐 ∙ 𝑨𝒇 ∙ 𝜷𝐚
𝑭𝒔
𝑪𝒔 = (2.10)
𝟎,𝟓 ∙ 𝝆 ∙ 𝑽𝐚 𝟐 ∙ 𝑨𝒇 ∙ 𝜷𝐚
tahap yaitu : basic bodi, basic shape, basic model, styling model dan tahap akhir
yaitu production car. Seperti gambar 2.10 dibawah ini.
Analisa yang dilakukan oleh berbagai ahli aerodinamika terhadap bentuk bodi
kendaraan dilakukan dengan melakukan riset pengujian terhadap berbagai macam
komponen bodi kendaraan dan pengaruhnya terhadap beban angin.
Dari tahun ke tahun model kendaraan yang utamanya mengaruh pada
penurunan koefisien hambat aerodinamik (Cᴅ) dan tentunya juga tidak mengurangi
keindahan dari kendaraan. Beberapa model bentuk bodi kendaraan dan secara
umum ditunjukan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Bentuk bodi kendaraan secara umum
14
Pada umumnya ada dua acara untuk mendesign sebuah kendaraan yang
aerodinamis yang memiliki gaya hambat yang rendah yaitu pendekatan secara
radikal dan pendekatan yang lebih konservatif. Pendekatan secara radikal merupaka
sebuah metode mendesign kendaraan yang mengambil referensi dari bentuk tear
drop bodi dari scybor-rylski maupun bentuk airfoil dan mengubahnya menjadi
suatu bentuk bodi kendaraan yang driveable (dapat dikendarai). Pendekatan ini
yang biasanya dilakukan oleh tim tim yang berkomopetisi dalam ajang Shell Eco
Marathon Asia (SEM ASIA) dan Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE).
Pendekatan kedua yaitu pendekatan konservatif yaitu memulai dengan mendesign
dan memproduksi kendaraan yang kemudian akan mengurangi hambatan secara
bertahap dengan cara modifikasi bodi.
tegangan geser (shear stress) yang diterapkan dengan cara berdeformasi, sedangkan
cairan mengalami deformasi secara terus menerus di bawah pengaruh tegangan
geser dengan nilai sekecil apapun. Pada zat padat, tegangan (stress) sebanding
dengan keregangan (strain), tetapi tegangan cairan sebanding dengan laju
keregangan (strain rate). Ketika gaya geser (shear force) yang bernilai konstan
diberikan, zat padat akan berhenti berdeformasi di beberapa sudut regangan yang
tetap, sedangkan cairan tidak pernah berhenti deformasi dan mendekati laju
regangan tertentu.
Tahap praprocessing ini merupakan tahapan awal dalam membangun dan
menganalisa sebuah model komputasi fluida (CFD). Dalam tahapan praprocessing
ini terdiri dari beberapa subtahapan mulai dari pembuatan desain bodi
menggunakan software Autodesk inventor, penentuan daerah komputasi,
penggenerasian mesh (meshing) serta menentukan parameter parameter yang
digunakan.
Tahap processing atau solving adalah suatu tahap menghitung iterasi dari pre
processing (parameter masukan dari praprocessing) jika kriteria kovergensi
tercapai dengan kriteria kovergensi 10-6 maka tahapan dilanjutkan pada post
processing dan jika tidak tercapai tahapan akan mundur kebelakang pada tahapan
meshing.
Tahap postprocessing merupakan tahap akhir dari simulasi yaitu merupakan
tahap penampilan hasil serta analisa terhadap hasil yang diperoleh berupa data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif berupa distribusi koefisien tekanan,
koefisien drag dan koefisien lift. Sedangkan data kualitatif berupa visualisasi aliran
dengan menampilkan grid display, pathlines, plot kontur, plot vektor dan profil
kecepatan.
16
Secara umum koefisien hambat (Cd) aerodinamis dari beberapa jenis kendaraan
ditunjukkan pada table 2.2.
Tabel 2.3. Koesfisien hambat (Cd) untuk bermacam – macam model kendaraan