Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragi
(Hasibuan, 2017:171). Salah satu pemberantasan vektor penularan penyakit DBD
yang dapat dilakukan yaitu dengan cara larvasida yang dikenal dengan istilah
abatisasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah temefos. Namun, penggunaan
larvasida dari bahan kimia ternyata menimbulkan banyak masalah baru
diantaranya adalah terjadi pencemaran lingkungan seperti pencemaran air dan
resistensi serangga terhadap larvasida (Shadana, 2011 dalam Arimaswati,
2017:333).
Penggunaan larvasida alami memiliki beberapa keuntungan, antara lain
degradasi yang cepat oleh sinar matahari, udara, kelembaban dan komponen alam
lainnya, sehingga mengurangi risiko pencemaran tanah dan air. Salah satu
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai larvasida alami dan tanaman ini
berkembang sangat pesat di Provinsi Bali yaitu daun sirih hijau (Piper betle L).
Tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui apakah konsentrasi
rebusan daun sirih hijau (Piper betle L.) efektif terhadap kematian jentik nyamuk
Aedes aegypti tahun 2021.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen murni (True
Experiment) dengan rancangan penelitian Post Test Only Control Group Design
dan dianalisis secara deskriptif dan analitik (Notoatmojo, 2010).
Perlakuan Posttes
kelompok eksperimen X1 O1
Didapatkan hasil berupa kematian jentik terjadi pada 3 jam dengan jumlah
1 ekor dan waktu 24 jam dengan jumlah 3-4 ekor. Selama 24 jam perlakuan yang
dilakukan, respon jentik terlihat aktif terhadap getaran dan sentuhan yang
diberikan, serta pada pengulangan kelima terjadi beberapa perubahan jentik
menjadi pupa.
2. Rata-rata jumlah jentik nyamuk aedes aegypti yang mati pada kosentrasi
8%
Tabel 2
Jumlah Kematian Jentik nyamuk Aedes aegypti pada Konsentrasi 8%
Didapatkan hasil kematian jentik terjadi pada waktu 3 jam dengan jumlah
1-2 ekor dan 24 jam dengan jumlah 7-10 ekor. Selama 24 jam perlakuan yang
dilakukan, respon jentik terlihat cenderung aktif namun beberapa jentik lainnya
memiliki respon yang lambat terhadap sentuhan yang diberikan, serta pada
pengulangan kelima terjadi beberapa perubahan jentik menjadi pupa.
3. Rata-rata jumlah jentik nyamuk aedes aegypti yang mati pada kosentrasi
9%
Tabel 3
Jumlah Kematian Jentik nyamuk Aedes aegypti pada Konsentrasi 9%
Pengulangan Jumlah Jentik nyamuk Yang Mati Dalam Waktu Pengamatan
1 jam 2 jam 3 jam 24 jam
I 0 0 3 19
II 0 0 3 19
III 0 0 3 18
IV 0 0 3 17
V 0 0 2 19
Total 0 0 14 92
Rata-rata 0 0 2,8 18,4
Persentase(%) 0% 0% 14% 92%
Didapatkan hasil kematian jentik terjadi pada waktu 3 jam dengan jumlah
kematian 2-3 ekor, sedangkan untuk 24 jam dengan jumlah kematian 17-19 ekor.
Selama 24 jam perlakuan yang dilakukan, respon jentik terlihat pada 3 jam sudah
mulai berkurang dan lemas. Sedangkan, untuk 24 jam terdapat jentik yang masih
hidup namun lemas.
4. Rata-rata jumlah jentik nyamuk nyamuk aedes aegypti yang mati pada
kosentrasi 10%
Tabel 4
Jumlah Kematian Jentik nyamuk Aedes aegypti pada Konsentrasi 10%
Didapatkan hasil kematian jentik terjadi pada waktu 3 jam dengan jumlah
kematian 4-5 ekor, sedangkan untuk 24 jam dengan jumlah kematian 20 ekor.
Selama 24 jam perlakuan yang dilakukan, respon jentik terlihat pada 3 jam sudah
mulai berkurang dan lemas dan terlihat di dasar permukaan beaker glass,
sedangkan untuk 24 jam didapati jentik mati seluruhnya.
5. Data One Way ANOVA
Tabel 5
Data One Way Anova
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between Groups 43.750 3 14.583 38.889 .000
Perlakuan
Within Groups 6.000 16 .375
3 jam
Total 49.750 19
Between Groups 909.000 3 303.000 526.957 .000
Perlakuan
Within Groups 9.200 16 .575
24 jam
Total 918.200 19
Pada uji One Way ANOVA didapatkan hasil nilai sig. 0,000 untuk
perlakauan 3 jam dan sig. 0,000 untuk perlakuan 24 jam yang berarti nilai sig.
<0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada perbedaan jumlah
kematian jentik nyamuk Aedes aegypti antar kelompok uji.
6. Data Uji Bonfferoni
Tabel 6
Hasil Analisa Uji Bonfferoni Perbedaan Rata-Rata Kematian Jentik
Dependent (I) Seluruh (J) Seluruh Mean Difference
Sig.
Variable Konsentrasi Konsentrasi (I-J)
konsentrasi Konsentrasi 8% -.600 .845
7% Konsentrasi 9% -2.200* .000
Konsentrasi 10% -3.800* .000
Perlakuan Konsentras Konsentrasi 9% -1.600* .005
3 jam i 8% Konsentrasi 10% -3.200* .000
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa selisih jumlah rata-rata beda jentik nyamuk
nyamuk Aedes aegypti yang mati pada konsentrasi 7% dengan konsentrasi 8%
yaitu -0,6 di mana rata-rata 7% (0,6) dikurangi dengan rata-rata 8% (1,2) dan
diproleh nilai sig. 0,845 > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang
terlalu signifikan.
Perbedaan rata-rata jumlah jentik nyamuk nyamuk Aedes aegypti yang
mati setelah kontak dengan ekstrak daun sirih hijau menggunakan uji Bonfferoni
didapatkan konsentrasi 10% memiliki nilai positif pada pengurangan rata-rata
kematian jentiknya, dikarenakan nilai rata-rata kematian jentik pada konsentrasi
10% lebih besar daripada konsentrasi lainnya.
Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi yang digunakan
maka kandungan zat aktif flavonoid, terpenoid, kavikol, tanin, dan minyak atsiri
yang terdapat di dalam rebusan daun sirih hijau (Piiper betle Lin) semakin efektif
untuk membunuh jentik nyamuk nyamuk Aedes aegypti (Aulung, 2010 dalam
Wahyuni, 2015:39). Sesuai dengan penjelasan tersebut, hasil yang didapatkan dari
konsentrasi 7%, 8%, 9%, dan 10 % yang memenuhi persyaratan LD50 yaitu
konsentrasi 9% dan 10%. Di mana, Uji Toksikologi LD50 adalah uji hayati untuk
mengukur hubungan dosis-respon antara Limbah B3 dengan kematian hewan uji
yang menghasilkan 50% (lima puluh persen) respon kematian pada populasi
hewan uji (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.10/Menlhk/Setjen/ Plb.3/4/2020).
SIMPULAN
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, konsentrasi rebusan daun sirih
hijau (Piper betle Lin) yang memenuhi persyaratan LD50 yaitu konsentrasi 9%
dengan persentase 92% kematian dan konsentrasi 10% dengan persentase 100%
kematian.
SARAN
Dalam penerapan serta pengendalian ini, masyarakat disarankan
menggunakan konsentrasi 9% atau 10% untuk mengendalikan vektor berupa
jentik nyamuk Aedes aegypti. Di mana dari hasil dan pembahasan diproleh bahwa
konsentrasi tersebut memenuhi persyaratan LD50. Sedangkan, untuk peneliti
selanjutnya dapat menggunakan bahan yang berbeda dan memiliki keefektifan
yang memenuhi persyaratan.
DAFTAR PUSTAKA