You are on page 1of 11

PAPER

KAJIAN MORFOSINTAKSIS

Disusun Oleh :

Nadia Novernia Cristy Katuuk

232021020002

S2- ILMU LINGUISTIK

PASCASARJANA

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


RUANG LINGKUP KAJIAN MORFOSINTAKSIS

(RUANG LINGKUP MORFOSINTAKSIS ,RUANG LINGKUP KAJIAN

SINTAKSIS,HUBUNGAN MORFOLOGI DAN SINTAKSIS)

Nadia Novernia Cristy Katuuk

Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Dalam perspektif relasi atau interaksinya dengan sintaksis, faktor morfologis

suatu kata bisa memengaruhi struktur sintaksis. Sebaliknya, faktor sintaksis juga bisa

memengaruhi bentuk, makna, dan status kata. Kata-kata memiliki status sebagai

nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan sebagainya karena posisi dan fungsinya di

dalam struktur sintaksis. Di sisi lain, sudah disebutkan bahwa faktor morfologis tertentu

misalnya karena afiksasi verba memiliki bentuk yang berbeda-beda juga memengaruhi

struktur sintaksis sebuah klausa.

Kata Kunci : Morfologi, Sintaksis, Morfosintaksis.

i
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Morfosintaksis merupakan perpaduan morfologi dan sintaksis. Keduanya


lazim disebut dengan elemen tata bahasa. Van Valin (2004:2) mengatakan
traditionally referred to as grammar; an alternative term for it is morphosyntax,
which explicity recognizes the important relationship between syntax and
morphology. morfologi terbentuk secara tradisional disebut sebagai tata bahasa
istilah alternatif untuk itu adalah morphosyntax, yang eksplicit adalah hubungan
antara sintaksis dan morfologi.

kemudian Kridalaksana (1993: 143) mendefinisikan morfosintaksi sebagai


struktur bahasa yang mencakup morfologi dan sintaksis sebagai satu organisasi
dan kedua bidang itu tidak bisa dipisahkan.

Sehingga dapat disimpulkan Morfologi dan sintaksis adalah satu


kesatuan komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Sebagaimana diketahui morfonsintaksis lebih mengacu pada pembagian kelas-
kelas kata.

1
PEMBAHASAN

B. Ruang Lingkup Morfologi

kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan
kata logi yang berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik,
morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata,
membicarakan masalah bentuk-bentuk dan pembentukan kata, maka semua
satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni morfem dengan segala bentuk dan
jenisnya perlu dibicarakan. Lalu, pembicaraan mengenai pembentukan kata akan
melibatkan pembicaraan mengenai komponen atau unsur pembentukan kata itu,
yaitu morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks, dengan berbagai alat
proses pembentukan kata itu, yaitu afiks dalam proses afiksasi, duplikasi
ataupun pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui proses
reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui komposisi,
dan sebagainya.
Pada dasarnya di dalam morfologi ada tiga ruang lingkup yang harus
dipahami di dalam ilmu linguistic yaitu morfem, morf, dan alomorf yang akan
dijelakan sebagai berikut.

1. Morfem

Morfem merupakan satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna.


Morfem tidak bisa dibagi di dalam bentuk bahasa yang lebih kecil lagi. Di dalam
bahasa Inggris morfem berfungsi sebagai pembeda antara kata jamak dan kata
masa lampau. Menurut Chaer (1994: 146) morfem adalah satuan gramatikal
terkecil yang mempunyai makna. Jadi bisa disimpulkan bahwa morfem
merupakan satuan bahasa atau gramatikal terkecil yang bermakna, yang dapat
berupa imbuhan ataupun kata.

2
Contoh : ‘Lima’ Lima sudah tidak bisa dibagi menjadi unit yang lebih
kecil Artinya Lima merupakan 1 morfem

2. Morf

Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya.


Misalnya, /i/ pada kata Mendahului adalah morf; morf adalah ujud konkret atau
ujud fonemis dari morfem. Misalnya, men- adalah ujud konkret dari men- yang
bersifat abstrak (Kridalaksana, 1993: 141).

3. Alomorf

Alomorf adalah anggota morfem yang telah ditentukan posisinya.


Misalnya, /ber/, /be/, dan /bel/ adalah alomorf dari ber- seperti pada kata
bernyanyi, bekerja, dan belajar, meN- mempunyai alomorf meng-,men-, me-,
mem-, meny-, dan menge-, seperti pada kata-kata mengajak, menulis,melukis,
membawa, menyapa, dan mengecet.

Proses Morfologi

Proses morfologi ialah tahap demi tahap yang terjadi pada morfem
sebagai unit terkecil yang bermakna dalam pembentukan kata. Contoh kata
bertindak proses pembentukannya ialah morfem {ber-} + morfem {tindak}.
Demikianlah bahwa kata-kata tersebut merupakan hasil dari proses morfologi.

(1) Derivasi Zero

Dalam morfologi ada istilah morfem nol yang realisasinya berupa morf
kosong. Semua kata monomorfemis dalam bahasa indonesia sebelumnya telah
mengalami derivasi zero yang dilambangkan dengan {O}. Contoh {buku} > {O}
buku (kata).

3
(2) Afiksasi

Afiksasi dapat diartikan sebagai proses morfologi berupa penambahan


imbuhan pada bentuk pradasar, kata dasar, dan bentuk dasar. Afiksasi dibagi
menjadi tiga yaitu :

Prefiksasi : imbuhan diawal contoh ber-, men(n)- , di-, ter-, ke-, se-.-
Infiksasi : imbuhan ditengah contoh –el-, -em-, -er-

Sufiksasi : imbuhan diakhir contoh –an, -kan, -I

Konfiksasi : imbuhan depan-belakang contoh ber-an, ke-an

Reduplikasi: ialah pengulangan kata baik secara sebagian maupun


keseluruhan contoh batu-batu, menunda-nunda.

(4) Kata Majemuk

Kata majemuk adalah kata yag terdiri dari gabungan dua kata atau lebih
yang senyawa dan membentuk kata baru contoh angkat bicara, kaki tangan,
bulan madu, dll

(5) Abreviasi

Abreviasi adalah proses pemendekan satu atau beberapa leksem atau


kombinasi leksem yang hasilnya berupa kependekan yang berstatus kata. Contoh
tgl, simpedes, SIM, dll.

4
C. Ruang Lingkup Sintaksis

Kridalaksana (2001:199) menyatakan bahwa sintaksis ialah cabang linguistik


yang memelajari pengaturan dan hubungan antara kata dan kata, atau antara kata
dan satuan-satuan yang lebih besar, atau antarsatuan yang lebih besar itu di
dalam bahasa. Artinya, sintaksis itu ialah cabang ilmu bahasa yang memelajari
bagaimana pengaturan dan hubungan kata-kata dalam membentuk frase, klausa,
dan kalimat. Ramlan (1981) menyatakan bahwa sintaksis ialah cabang ilmu
bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
Definisi itu menggambarkan bahwa wacana, kalimat, klausa, dan frase
merupakan bentuk atau satuan bahasa yang di dalamnya terdapat seluk-beluk
yang perlu dibicarakan atau dikaji. Dengan kata lain, di dalam bentuk atau
satuan bahasa itu terdapat unsur dan hubungan antarunsur yang perlu dikaji oleh
sintaksis. Sebagai satuan bahasa, wacana memiliki unsur yang berupa
kalimatkalimat. Berikutnya, kalimat memiliki unsur yang berupa klausa-klausa
atau frase-frase. Klausa memiliki unsur yang berupa frase-frase atau kata-kata.
Frase memiliki unsur yang berupa kata-kata. Hal itu terjadi apabila satuansatuan
bahasa itu dalam kondisi yang wajar. Apabila kondisinya tidak wajar, sebuah
kalimat bisa hanya memiliki unsur yang berupa frase saja atau kata saja dan
sebuah klausa memiliki unsur yang hanya berupa kata dan kata.

1.Objek Sintaksis

objek kajian sintaksis ialah wacana, kalimat, klausa, dan frase dengan
segala permasalahannya, baik mengenai hubungan bentuk maupun hubungan
makna unsur-unsurnya. Walaupun setiap wacana, kalimat, klausa, dan frase
itu terdiri atas kata-kata yang merupakan unsurnya, kata bukan merupakan
objek kajian sintaksis. Kata merupakan objek kajian morfologi. Di dalam
sintaksis, kata diperlakukan sebagai satuan terkecil pembentuk konstruksi
frase, klausa, dan kalimat

5
Kata-kata di dalam konstruksi frase dan klausa itu sebenarnya merupakan
satuan-satuan yang dapat dikenali sebagai unsur langsungnya, yaitu unsur
yang secara langsung membentuk konstruksi frase dan klausa itu. Perhatikan
unsur langsung yang membentuk frase berikut ini.

frase klausa

rumah besar rumah itu besar

pegawai baru pegawai itu baru

gudang beras itu itu gudang beras

frase unsur langsung 1 unsur langsung 2 rumah besar rumah besar


pegawai baru pegawai baru gudang beras itu gudang beras itu Hubungan
makna antara unsur langsung yang satu dan unsur langsung yang lain di
dalam konstruksi frase itu tidak bersifat predikatif atau bukan hubungan
antara subjek dan predikat. Hubungan makna antara unsur langsung rumah
dan besar bersifat endosentris-atributif.

D. Hubungan Morfologi dan Sintaksis

Hubungan Morfologi dan Sintaksis adalah Sama-sama cabang ilmu


linguistik. Bedanya, morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata; satuan
yang terkecil yang dipelajari ialah morfem, dan yang paling besar berupa kata.
Sintaksis mempelajari hubungan antara kata/frasa/klausa/kalimat. Tegasnya
morfologi mempelajari frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Satuan terbesar yang
dipelajari morfologi ialah kata, sedangkan satuan terkecil yang dipelajari
sintaksis ialah kata. Morfologi : – morfem – kata Sementara Sintaksis : – frasa –
klausa – kalimat – wacana .

Tampaknya dapat dilihat batas yang tegas antara morfologi dan sintaksis,
tetapi sebenarnya tidak selalu demikian. Misalnya kata ketidakadilan,

6
ketidakmampuan, ketidakhadiran ; yang berasal dari (ke-an) dan tidak adil, tidak
mampu, tidak hadir. Pembicaraan tentang kata-kata tersebut sebagai satuan yang
terdiri dari unsur (ke-an) dan tidak adil, tidak mampu, tidak hadir termasuk
bidang morfologi, tetapi pembicaraan hubungan kata tidak dengan kata-kata adil,
mampu, dan hadir termasuk bidang sintaksis. Pembicaraan tentang satuan
gramatik yang salah satu unsurnya berupa afiks termasuk dalam morfologi,
sedangkan yang semua unsurnya berupa kata, frasa, kalimat termasuk dalam
bidang sintaksis. Pembicaraan tentang kata majemuk dimasukkan dalam bidang
morfologi mengingat bahwa kata majemuk masih termasuk golongan kata
(Ramlan, 1985: 21-23). Kata majemuk semua unsurnya berupa kata/pokok kata
= sintaksis hasil gabungan unsurnya berupa kata = morfologi.

KESIMPULAN

7
Berdasarkan dengan Pembahasan di atas dapat dilihat secara makro,
tampak bahwa morfologi berhubungan atau berinteraksi dengan bidang ilmu
bahasa yang lain. morfologi memiliki hubungan atau interaksi dengan leksikon,
fonologi, dan sintaksis. Morfosintaksis dipahami sebagai struktur bahasa yang
mencakup morfologi dan sintaksis sebagai satu organisasi atau cabang linguistik
yang mengkaji kedua bidang itu sebagai gramatika atau deskripsi kaidah yang
mengatur kombinasi morfem dalam satuan-satuan yang lebih besar, termasuk
afiks inflektif dalam konjugasi dan deklinasi.

Interaksi antara morfologi dan sintaksis juga bersifat dua arah. Artinya,
faktor morfologis suatu kata bisa memengaruhi struktur sintaksis. Sebaliknya,
faktor sintaksis juga bisa memengaruhi bentuk, makna, dan status kata. Kata-
kata memiliki status sebagai nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan sebagainya
karena posisi dan fungsinya di dalam struktur sintaksis. Di sisi lain, sudah
disebutkan bahwa faktor morfologis tertentu—misalnya karena afiksasi verba
memiliki bentuk yang berbeda-beda—juga memengaruhi struktur sintaksis
sebuah klausa.

Morfosintaksis memadukan ilmu morfologi dan syntax dimana yang


menjadi inti dari pembahasan adalah mengenai pembagian kelas kata.Melalui
proses pengajaran dan pembelajaran, aspek tatabahasa di dalam ilmu linguistik
ini dapat menggabungkan ilmu morfologi dan sintaksis serta semantic menjadi
inti penting dalam pembelajaran tata bahasa.

8
DAFTAR PUSTAKA

Carstairs Andrew –McCarthy.2002. An Introduction to English Morphology: words and


their structure.EdinburghUniversity Press.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia

Nida, Eugene, 1949. Morphology,The Descriptive Analysis of Words, second edition,


Ann Arbor: The University of Michigan PressBarnet,

Yusdi, M. 2013. Relasi Gramatikal dalam Bahasa Melayu Klasik. Tinjauan Tipology
Sintaksis. Padang, Sumatera Barat: Minangkabau Press.

You might also like