Analisis Determinan Belanja Daerah

You might also like

You are on page 1of 13

46 Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2011, Hal. 46 – 58 Vol. 18, No.

1
ISSN: 1412-3126

ANALISIS DETERMINAN BELANJA DAERAH DI KABUPATEN/KOTA


PROVINSI JAWA BARAT
DALAM ERA OTONOMI DAN DESENTRALISASI FISKAL
Analysis Determinants in Regional Shopping District / City West Java Province
In Era Autonomy and Fiscal Decentralization

Hadi Sasana
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
Jalan Erlangga Tengah No. 17 Semarang 50241
(hadisasanasmg@yahoo.com)

ABSTRAK
Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal diharapkan dapat meningkatkan
pemerataan pembangunan daerah, sesuai dengan motivasi daerah untuk mengembangkan
wilayahnya berdasarkan potensi unggulan daerah. Namun, beberapa penelitian menunjukkan
bahwa meskipun desentralisasi telah diterapkan di Indonesia selama hampir satu dekade, daerah
masih sangat tergantung pada pemerintah pusat. Penelitian ini mengkaji pengaruh pendapatan
asli daerah, produk domestik regional bruto, dana perimbangan, dan jumlah penduduk, terhadap
belanja pemerintah daerah di kabupaten / kota di Provinsi Jawa Barat. Temuan penting dari
penelitian ini menunjukkan bahwa produk domestik regional bruto, transfer dana, dan pengaruh
populasi berpengaruh positif terhadap belanja pemerintah daerah di kabupaten / kota di Provinsi
Jawa Barat.

Kata Kunci: Pendapatan asli daerah, produk domestik regional bruto, dana perimbangan,
penduduk, dan belanja pemerintah daerah

ABSTRACT

Local autonomy and implementation of fiscal decentralization are expected to improve


equality of local developments, in accordance with the motivation of local governments to develop
their region based on their specific potentiality. However, some researches indicate that although
decentralization has been implemented in Indonesia for almost a decade, the regions still strongly
depend on the central government financially. This research examine regionally original income,
gross regional domestic product, transfer fund, and population, to local government spending in
regencies/municipalities in West Java Province. The important findings of this research indicate
that gross regional domestic product, transfer fund, and population positive influence to local
government spending in regencies/municipalities in West Java Province.

Key Words: regionally original income, gross regional domestic product, transfer fund,
population, and local government spending
Vol. 18 No. 1, Maret 2011 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 47

PENDAHULUAN Besarnya nilai transfer yang diberikan


oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
Tingkat kemandirian daerah di bidang
keuangan belum memperlihatkan kemajuan yang dalam bentuk dana perimbangan, seharusnya
menjadi insentif untuk meningkatkan Pendapatan
berarti bahkan cenderung menurun selama satu
dasawarsa terakhir. Pemerintah daerah masih Asli Daerah (PAD). Berdasarkan fungsinya, PAD
seharusnya merupakan aspek penting dalam
sangat tergantung kepada pusat dan belum
memiliki sumber pendapatan asli daerah yang keberhasilan pelaksanaan otonomi. Kenyataan
yang terjadi adalah dana transfer justru dijadikan
kuat untuk menopang kegiatan pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat di tingkat lokal. sebagai sumber penerimaan utama daerah
dibandingkan dengan PAD. Kondisi ini
Penelitian yang dilakukan oleh Susilo dan Adi
(2007), serta Setiaji dan Adi (2007), menunjukkan ditunjukkan dengan besarnya dana perimbangan
bahwa tingkat kemandirian daerah dalam era yang diterima pemerintah daerah yang tidak
sebanding dengan nilai pendapatan asli daerah
otonomi justru mengalami penurunan. Pemerintah
daerah justru semakin menggantungkan diri pada (PAD) yang mampu dikumpulkan oleh daerah.
Dana Alokasi Umum (DAU) daripada Daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa
mengupayakan peningkatan Penerimaan Asli Barat selama melaksanakan otonomi dan
Daerah (PAD). Penelitian serupa yang dilakukan desentralisasi juga mengalami hal yang sama,
oleh Adi (2007), memperlihatkan indikasi kurang yaitu relatif rendahnya kemandirian di bidang
seriusnya daerah dalam mengoptimalkan potensi pembiaayaan yang bersumber dari PAD. Kinerja
yang dimiliki, dengan lebih mengandalkan atau kemampuan keuangan daerah sebagai salah
penerimaan DAU yang bersifat hibah. satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat
Otonomi daerah dan desentralisasi yang kemampuan daerah selama tahun 2004 sampai
dengan 2008 di kabupaten/kota Provinsi Jawa
efektif berlaku sejak tahun 2001 merupakan
langkah strategis bangsa Indonesia untuk Barat terlihat dalam Tabel 1 (dalam Lampiran):
menyongsong era globalisasi ekonomi dengan Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dilihat
memperkuat basis perekonomian daerah. bahwa dari tahun ke tahun selama periode 2004
Konsekuensinya adalah pelimpahan wewenang hingga 2008 terjadi peningkatan dana
yang diikuti alokasi anggaran dan penyediaan perimbangan ke daerah kabupaten/kota di
barang publik pada pemerintah daerah. Halim Provinsi Jawa Barat yang cukup besar. Pada tahun
(2001), menjelaskan bahwa ciri utama suatu 2004, pemerintah pusat memberikan dana
daerah yang mampu melaksanakan otonomi dan perimbangan sebesar Rp 11.048.226 juta. Nilai
desentralisasi, yaitu (1) kemampuan keuangan dana perimbangan tertinggi pada tahun 2007
daerah, artinya daerah harus memiliki mencapai Rp 26.617.665 juta. Bila dibandingkan
kewenangan dan kemampuan untuk menggali dengan PAD, walaupun mengalami peningkatan,
sumber-sumber keuangan, mengelola dan sangat kecil dibandingkan dengan peningkatan
menggunakan keuangan sendiri yang cukup pada dana perimbangan, hal ini mencerminkan
memadai untuk membiayai penyelenggaraan adanya ketergantungan yang besar terhadap
pemerintahannya, dan (2) ketergantungan kepada pemerintah pusat.
bantuan pusat harus seminimal mungkin, agar
Dari aspek makro ekonomi, berdasarkan
pendapatan asli daerah dapat menjadi bagian nilai PDRB riil menunjukkan perkembangan yang
sumber keuangan terbesar sehingga peranan
positif, tetapi juga diikuti oleh bertambahnya
pemerintah daerah menjadi lebih besar. Dalam
penduduk tiap tahunnya. Kondisi ini akan
pelaksanaan desentralisasi, peran transfer tidak menuntut penyediaan anggaran belanja daerah
dapat dihindarkan mengingat otonomi yang
yang semakin besar. Nilai PDRB riil dan jumlah
dilimpahkan menuntut daerah untuk dapat penduduk kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat
menyelesaikan berbagai urusan pemerintahan
dari tahun 2004 sampai dengan 2008 adalah
yang menjadi wewenang daerah. sebagai berikut:
48 Hadi Sasana Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Tingginya tingkat ketergantungan belanja terutama dari aspek pemberian dana transfer
daerah terhadap pendanaan yang bersumber dana dan kemandirian daerah.
perimbangan, menunjukkan tingginya 2. Diharapkan dapat memberikan gambaran
ketergantungan keuangan daerah terhadap
bagaimana perilaku pemerintah daerah
pendanaan pemerintah pusat. Dari sisi terhadap kebijakan dana transfer pemerintah
pengeluaran dalam struktur keuangan daerah,
pusat kepada pemerintah daerah sehingga
perkembangan belanja daerah kabupaten/kota dapat dijadikan wacana dalam pengembangan
Provinsi Jawa Barat tahun 2004-2008 terlihat
ilmu pengetahuan.
dalam Tabel2 (dalam lampiran).
KAJIAN TEORITIS DAN
Berdasarkan data Tabel 2, dapat dilihat
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
bahwa nilai total belanja daerah di kabupaten/kota
di Provinsi Jawa Barat cenderungan meningkat Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal
dari tahun ke tahun. Rasio dana perimbangan Otonomi daerah menurut UU No.32 Tahun
terhadap belanja daerah kabupaten/kota 2004, diartikan sebagai hak wewenang dan
mengalami kecenderungan yang meningkat. kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
Sebaliknya rasio PAD terhadap total belanja mengurus sendiri urusan pemerintah dan
cenderung menurun. Tingginya ketergantungan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
keuangan daerah terhadap pusat, sekaligus peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah
menjadi tekanan dalam pengumpulan PAD di membawa dua implikasi khusus bagi pemerintah
daerah. daerah yaitu semakin meningkatnya biaya
Meningkatnya transfer pemerintah (dalam ekonomi (high cost economy), dan yang kedua
bentuk dana perimbangan) kepada daerah untuk adalah efisiensi dan efektifitas. Oleh karena itu
meningkatkan belanja daerah, menimbulkan daesentralisasi membutuhkan dana yang memadai
spekulasi bahwa pengeluaran pemerintah daerah bagi pelaksanaan pembangunan di daerah
merespon perubahan transfer itu secara asimetris. (Handayani 2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan Menurut Khusaini (2006), desentralisasi
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan bentuk pemindahan tanggung jawab,
belanja daerah dengan studi kasus di wewenang, dan sumber-sumber daya (dana,
kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat. Tujuan personil, dan lain-lain) dari pemerintah pusat ke
penelitian ini adalah: tingkat pemerintah daerah. Desentralisasi dapat
1. Menganalisis pengaruh dana perimbangan pula diartikan sebagai pelimpahan kewenangan di
terhadap belanja daerah di kabupaten/kota bidang penerimaan anggaran atau keuangan, baik
Provinsi Jawa Barat. secara administrasi maupun pemanfaatannya
diatur atau dilakukan oleh pemerintah pusat. Oleh
2. Menganalisis pengaruh PAD terhadap belanja karena itu, salah satu makna desentralisasi fiskal
daerah di kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat.
dalam bentuk pemberian otonomi di bidang
3. Menganalisis pengaruh PDRB terhadap keuangan (sebagian sumber penerimaan) kepada
belanja daerah di kabupaten/kota Provinsi daerah-daerah merupakan suatu proses peng-
Jawa Barat. intensifikasian peranan dan sekaligus pem-
4. Menganalisis pengaruh jumlah penduduk berdayaan daerah dalam pembangunan. Desen-
tralisasi fiskal memerlukan adanya pergeseran
terhadap belanja daerah di kabupaten/kota
Provinsi Jawa Barat. beberapa tanggung jawab terhadap pendapatan
(revenue) dan atau pembelanjaan (expenditure) ke
Penelitian ini nantinya diharapkan dapat tingkat pemerintahan yang lebih rendah
memberikan manfaat: (Handayani 2009). Faktor yang sangat penting
1. Menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan desentralisasi fiskal adalah
daerah untuk lebih menyikapi hubungan sejauh mana pemerintah daerah diberi wewenang
keuangan pemerintah pusat dan daerah (otonomi) untuk menentukan alokasi atas
Vol. 18 No. 1, Maret 2011 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 49

pengeluarannya sendiri. Faktor lain juga penting bersih dalam periode tahun anggaran yang
adalah kemampuan daerah untuk meningkatkan bersangkutan. Berdasarkan struktur anggaran
pendapatan asli daerahnya (PAD). daerah, elemen-elemen yang termasuk dalam
belanja daerah terdiri dari :
Teori Pengeluaran Pemerintah
1. Belanja aparatur daerah
Pada tahap awal perkembangan ekonomi,
prosentase investasi pemerintah terhadap total 2. Belanja pelayanan publik
3. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
investasi besar, karena pada tahap ini pemerintah
harus menyediakan prasarana seperti pendidikan, 4. Belanja tidak tersangka.
kesehatan, prasarana transportasi. Pada tahap Belanja daerah dipergunakan dalam
menengah pembangunan ekonomi, investasi rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan menjadi kewenangan provinsi ataukabupaten/kota
pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, yang terdiri dari urusan wajib dan pilihan yang
namun pada tahap ini peranan investasi swasta ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
sudah semakin besar. Peranan pemerintah tetap undangan. Belanja daerah berdasarkan pada
besar pada tahap menengah, oleh karena peranan Permendagri No.13 Tahun 2006 Tentang Penge-
swasta semakin besar akan menimbulkan banyak lolaan Keuangan daerah dikelompokkan ke dalam
kegagalan pasar dan juga menyebabkan belanja langsung dan belanja tidak langsung.
pemerintah harus menyediakan barang dan jasa 1. Belanja Langsung
publik dalam jumlah yang lebih banyak. Selain itu
pada tahap ini perkembangan ekonomi Kelompok belanja langsung merupakan belanja
menyebabkan terjadinya hubungan antarsektor yang dianggarkan terkait secara langsung
yang makin komplek. Misalnya pertumbuhan dengan pelaksanaan program dan kegiatan yaitu
ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan
sektor industri akan menimbulkan semakin belanja modal.
tingginya pencemaran atau polusi. Pemerintah 2. Belanja Tidak Langsung
harus turun tangan mengatur dan mengurangi
dampak negatif dari polusi (Rostow dan Musgrave Kelompok belanja tidak langsung, merupakan
dalam Mangkoesoebroto,1993). belanja yang dianggarkan tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan
Musgrave(1980) berpendapat bahwa kegiatan, yaitu belanja pegawai, belanja bunga,
dalam suatu proses pembangunan, investasi belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan
swasta dalam prosentase terhadap PDB semakin sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
besar dan prosentase investasi pemerintah keuangan, dan belanja tidak terduga.
terhadap PDB akan semakin kecil. Pada tingkat
ekonomi lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa Fenomena yang muncul dalam era
aktivitas pemerintah dalam pembangunan otonomi, bahwa transfer pemerintah khususnya
ekonomi beralih dari penyediaan prasarana ke DAU begitu dominan dalam membiayai belanja
pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial daerah, dan kurang berdampak pada PAD daerah
seperti program kesejahteraan hari tua dan diindikasikan sebagai ilusi fiskal (fiscal illusion).
pelayanan kesehatan masyarakat. Menurut Priyo (2009), belanja daerah pada
Belanja Daerah dasarnya merupakan fungsi dari penerimaan
daerah. Belanja merupakan variabel terikat yang
Pendapatan daerah yang diperoleh baik besarannya akan sangat bergantung pada sumber-
dari pendapatan asli daerah maupun dana sumber pembiayaan daerah, baik yang berasal dari
perimbangan tentunya digunakan oleh pemerintah penerimaan sendiri maupun dari transfer
daerah untuk membiayai belanja daerah. Menurut pemerintah pusat. Sehingga dalam pengukurannya
UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, jika terdapat hubungan negatif antara variabel-
belanja daerah adalah semua kewajiban daerah variabel pendapatan dengan variabel belanja,
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan maka terdapat ilusi fiskal.
50 Hadi Sasana Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Hubungan PDRB, Dana Perimbangan, PAD, Hipotesis


dan Jumlah Penduduk dengan Belanja Daerah Berdasarkan kajian teoritis dan beberapa
PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa penelitian sebelumnya dapat di ambil hipotesis
akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan sebagai berikut:
ekonomi di suatu daerah dalam periode (Sukirno,
1. Dana perimbangan berpengaruh positif dan
2009). Semakin tinggi PDRB perkapita suatu signifikan terhadap belanja daerah.
daerah, maka semakin besar pula potensi sumber
2. PAD berpengaruh positif dan signifikan ter-
penerimaan daerah tersebut. Selanjutnya dengan hadap belanja daerah.
peningkatan penerimaan daerah, akan digunakan
3. PDRB berpengaruh positif dan signifikan
untuk membiayai program-program pembangunan terhadap belanja daerah.
daerah. Jadi PDRB dan belanja daerah memiliki
4. Jumlah penduduk pengaruh positif dan signifi-
hubungan yang positif. Bila PDRB mengalami
kan terhadap belanja daerah.
peningkatan maka belanja daerah juga akan me-
ngalami peningkatan. METODE PENELITIAN
Dana perimbangan adalah transfer dana Populasi penelitian ini adalah semua
dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat,
dimaksudkan untuk menutup kesenjangan fiskal yaitu sebanyak 26 daerah, terdiri atas 17
(fiscal gap) dan pemerataan kemampuan fiskal kabupaten dan 9 kota. Periode waktu penelitian
antar daerah dalam rangka membantu ke- tahun 2004-2008. Jenis data yang digunakan
mandirian pemerintah daerah menjalankan fungsi adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik
dan tugasnya melayani masyarakat. Perimbangan (BPS), dan Direktorat Jendral Perimbangan
keuangan dengan dana transfer pemerintah pusat Keuangan (DJPK) Departemen Keuangan
kepada pemerintah daerah menjadi insentif bagi Republik Indonesia di www.djpk.depkeu.go.id.
pemerintah daerah untuk membiayai belanja Variabel penelitian meliputi, variabel
daerah. independen terdiri dari : Produk Domestik
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan Regional Bruto (PBRB), Dana Perimbangan,
daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Jumlah
untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah Penduduk. Variabel dependen adalah Belanja
yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan Daerah (BD). Alat analisis yang digunakan adalah
rutin maupun pembangunannya, yang terdiri atas regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary
pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha Least Square). Sesuai dengan tujuan penelitian,
milik daerah, dan lain-lain penerimaan asli daerah penelitian ini menggunakan model ekonometrika
yang sah. Semakin besar kemampuan daerah berdasarkan pada pengembangan teori sebagai
dalam mengumpulkan PAD akan semakin longgar berikut:
alokasi belanja daerah, sehingga terdapat hubu-
ngan yang positif antara pendapatan asli daerah
dengan belanja daerah. LogBD = β0+ β1LogPDRB + β2LogPAD +
β3LogDP+ β4LogJP+ µt...................................(3.1)
Penduduk dewasa ini merupakan subyek
pembangunan, meningkatnya jumlah penduduk
menuntut konsekuensi logis adanya peningkatan Dimana: BD = Belanja Daerah
sarana dan prasarana umum, baik dari aspek PDRB = Produk Domestik
kuantitas maupun kualitas. Perkembangan jumlah Regional Bruto
penduduk yang semakin besar akan memerlukan PAD = Pendapatan Asli Daerah
anggaran yang semakin besar, supaya kualitas DP = Dana Perimbangan
pertumbuhan ekonomi lebih baik, pertumbuhan JP = Jumlah Penduduk
penduduk harus selalu dikendalikan. µ = Disturbance Error
Vol. 18 No. 1, Maret 2011 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 51

PEMBAHASAN Pertumbuhan PDRB dalam periode 2004-


2008 relatif berfluktuasi, nilai absolut cenderung
Provinsi Jawa Barat, secara geografis,
terletak pada posisi 5o50’ - 7 o50’ Lintang Selatan meningkat dengan pertumbuhan paling tinggi ter-
jadi pada tahun 2007 yaitu tumbuh sebesar 5,9%.
dan 104 o48’ - 108o48’ Bujur Timur. Luas wilayah
meliputi wilayah daratan seluas 3.710.061,32 Deskripsi Perkembangan Pendapatan Asli
hektar dan garis pantai sepanjang 755,829 km. Daerah (PAD)
Secara administratif, Provinsi Jawa Barat terdiri
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan
atas 17 daerah kabupaten dan 9 kota. Jumlah daerah yang bersumber dari pajak daerah,
penduduk Jawa Barat pada tahun 2009 adalah
retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah,
42,61 juta jiwa, dengan angka ketergantungan dan lain-lain penerimaan asli daerah yang sah.
52,55.
Pendapatan asli daerah diartikan sebagai pen-
Perkembangan Belanja Daerah dapatan daerah yang tergantung keadaan pere-
konomian pada umumnya dan potensi dari
Kebijakan pemerintah daerah dalam
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja sumber-sumber pendapatan asli daerah itu sendiri
(Yunarko,2007). Berikut disajikan data pendapat-
Daerah (APBD) merupakan gambaran langkah
konkret Pemda dalam memberikan pelayanan an asli daerah (PAD) kab/kota di Provinssi Jawa
Barat dalam kurun waktu 2004-2008. terlihat
publik. Pengeluaran pemerintah daerah kabupaten
/kota Provinsi Jawa Barat menunjukkan pening- dalam gambar 3 (dalam lampiran).
katan dari tahun ke tahun. Hal ini seiring Gambar 3 menunjukkan nilai nominal PAD
bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan dalam 5 tahun periode pengamatan mengalami pe-
masyarakat bersangkutan. Gambar 1 (dalam ningkatan setiap tahunnya. Dilihat dari per-
lampiran), menunjukkan perkembangan total tumbuhannya cenderung berfluktuasi, pertumbuh-
belanja daerah kabupaten /kota Se-Jawa Barat an PAD tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar
periode 2004-2008 42,10% dibanding tahun sebelumnya.
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa Dana Perimbangan
belanja daerah kab/kota se-Jawa Barat dalam
Jawa Barat merupakan provinsi dengan
periode waktu 2004 sampai dengan 2008 jumlah kabupaten yang cukup banyak di
mengalami peningkatan yang signifikan dari
Indonesia dan jumlah penduduk yang besar,
tahun ke tahun. Peningkatan paling tinggi terjadi sehingga berpengaruh pada penerimaan dana
pada tahun 2006 dimana belanja daerah
perimbangan. Hal ini disebabkan karena besarnya
meningkat 35,25% dari tahun 2005. Besarnya kebutuhan fiskal daerah yang disertai dengan
peningkatan belanja ini menunjukkan bahwa alokasi yang juga tinggi. Berikut ini disajikan data
tingginya agresivitas pemerintah daerah setempat
mengenai jumlah dana perimbangan yang di-
dalam membelanjakan pendapatan daerah untuk terima kabupaten/kota Se-Jawa Barat pada tahun
pembangunan.
2004-2008 terlihat dalam gambar 4 (dalam
Perkembangan PDRB lampiran).
PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa dari
akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan tahun ke tahun, dana perimbangan yang diterima
ekonomi di suatu daerah dalam periode. Melalui oleh kabupaten/kota di Jawa Barat meningkat,
data PDRB dapat diketahui kondisi perekonomian walaupun dengan pola yang fluktuatif. Pertumbu-
regional suatu daerah. Berikut ini akan disajikan han yang paling besar terdapat pada tahun 2007
data mengenai total PDRB riil kab/kota Provinsi dengan tingkat pertumbuhan sebesar 51,54 persen.
Jawa Barat selama 5 tahun dari tahun 2004 sampai Dana perimbangan sampai saat ini masih
dengan 2008, terlihat dalam gambar 2( dalam merupakan sumber penerimaan daerah paling
lampiran). besar dalam rangka membiayai belanja daerah.
52 Hadi Sasana Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Perkembangan Jumlah Penduduk tisitas dalam model. Autokorelasi diuji dengan


Durbin Watson test, diketahui bahwa persamaan
Di negara sedang berkembang yang
mengalami ledakan jumlah penduduk termasuk tersebut bebas dari autokorelasi.
Indonesia akan selalu mengkaitkan antara ke- Selanjutnya dilakukan pula uji kom-
pendudukan dengan pembangunan ekonomi. prehensif (uji F) maupun uji parsial (uji t).
Berikut ini akan disajikan mengenai perkembang- Berdasarkan uji statistik F dapat diketahui bahwa
an jumlah penduduk di kab/kota Provinsi Jawa semua variabel independen secara bersama-sama
Barat tahun 2004-2008 terlihat dalam gambar 5 signifikan berpengaruh terhadap variabel depen-
(dalam lampiran).. den. Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 4 (dalam
Gambar 5 menunjukkan jumlah penduduk di lampiran).
Jawa Barat cenderung meningkat setiap tahunnya, Berdasarkan pada uji t yang terlihat pada
tahun 2004 jumlah penduduk dari 26 kab/kota di Tabel 4, pada taraf keyakinan 95% (α = 5%)
Jawa Barat adalah 38.942.229 orang. Jumlah ini adalah semua variabel independen yaitu PDRB,
terus meningkat pada tahun 2005 menjadi DAU, PAD dan jumlah penduduk signifikan. Hal
39.960.869 orang, kemudian menjadi 42.194.869 ini berarti bahwa variabel–variabel tersebut
pada tahun 2008. Pertumbuhan penduduk paling berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
tinggi dalam periode pengamatan adalah tahun dependen(belanja daerah).
2005 yaitu sebesar 2,6%. Hasil koefisien determinasi (R2) sebesar
Analisis Data 0,943153. Hal ini berarti bahwa variasi pada
variabel-variabel independen secara bersama-
Untuk mengetahui pengaruh varibel
independen terhadap variabel dependen digunakan sama mampu menjelaskan variasi variabel
regresi linear berganda metode OLS (Ordinary dependen sebesar 94,32 persen, sedangkan 5,68
persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
Least Square) sebagai alat analisis. Karena sifat
penaksir OLS yang BLUE (best linear unbiased dimasukkan ke dalam model.
estimator), dimana kelas penaksir tidak bias mem- Interpretasi Hasil dan Analisis.
punyai varians yang minimum (Gujarati, 2005).
Hasil estimasi pada Tabel 4.1
Hasil estimasi data berdasarkan model menunjukkan bahwa PDRB, dana perimbangan,
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3 (dalam dan jumlah penduduk memiliki hubungan yang
lampiran). positif dan signifikan dengan belanja pemerintah
kabupaten/kota di Jawa Barat. PDRB ber-
Uji Asumsi Klasik
hubungan positif dengan belanja daerah, dan
Mempertimbangkan bahwa dalam model berpengaruh secara signifikan terhadap belanja
regresi yang ingin dicapai adalah Best Linear daerah dengan koefisien 1,723229. Nilai ini
Unbiased Estimator (BLUE) maka harus me- berarti bahwa dengan menganggap variabel lain
menuhi kaidah asumsi klasik berupa uji multiko- konstan, apabila PDRB meningkat sebesar 1
linearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. persen akan meningkatkan belanja daerah
Berdasarkan uji asumsi klasik hasil estimasi telah kabupaten/kota di Jawa Barat sebesar 1,72 persen.
memenuhi semua kriteria asumsi klasik. Dana perimbangan mempunyai hubungan
Hasil uji normalitas dengan melihat nilai positif dengan belanja daerah, dan berpengaruh
Jargue-Bera dibandingkan dengan nilai χ2 tabel, secara signifikan terhadap belanja daerah dengan
diperoleh hasil bahwa J-B hitung nilai χ2 tabel. koefisien 0,233771. Hasil estimasi ini berarti
Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa dengan menganggap variabel lain konstan,
residual µ terdistribusi normal. Uji multikoli- apabila dana perimbangan mengalami peningkat-
nieritas menggunakan auxiliary regressions, hasil an sebesar 1 persen akan meningkatkan belanja
menunjukkan tidak terdapat multikolinieritas. Uji daerah kabupaten/kota di Jawa Barat sebesar 0,23
heteroskedasitas dilakukan dengan uji Park, persen.
disimpulkan bahwa tidak terdapat heterokedas-
Vol. 18 No. 1, Maret 2011 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 53

Jumlah penduduk mempunyai hubungan DAFTAR PUSTAKA


positif dan signifikan dengan belanja daerah, dan
Adi, Priyo Hari. (2006). “Hubungan antara
mempengaruhi belanja daerah dengan koefisien Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja
3,590285. Hasil estimasi ini berarti bahwa dengan
Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah
menganggap variabel lain konstan, peningkatan (Studi Pada Kabupaten dan Kota Se Jawa-
jumlah penduduk sebesar 1 persen akan me-
Bali).” Paper disajikan pada Simposium
ningkatkan belanja daerah kabupaten/kota di Jawa Nasional Akuntansi IX Padang.
Barat sebesar 3,59 persen.
_____________ (2007). “Kemampuan Keuangan
Pendapatan Asli Daerah daerah ber-
Daerah dan Relevansinya dengan
hubungan positif dengan belanja daerah, tetapi Pertumbuhan Ekonomi.” The 1st National
tidak berpengaruh secara signifikan dengan
Accounting Conference. Departemen
belanja daerah. Hal ini mengingat relatif kecilnya
Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas
sumbangan PAD terhadap total belanja di masing- Indonesia. Jakarta
masing daerah kabupaten/kota di Jawa Barat.
_____________(2009). Fenomena Ilusi Fiskal
SIMPULAN Dalam Kinerja Anggaran Pemerintah.
Simpulan Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.6,
Berdasarkan pembahasan hasil dan analisis No.1.
data penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai Bawono, Bernando Gatot Tri. (2008). “Pengaruh
berikut : Dana Alokasi Umum (DAU) dan
1. Produk Domestik regional bruto riil ber- Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
Belanja Pemerintah Daerah.” Skripsi Tidak
hubungan positif dan sigifkan terhadap belanja
Dipublikasikan. Ilmu Ekonomi Studi Pem-
daerah
2. Dana perimbangan berhubungan positif bangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta.
dengan belanja daerah, dan mempengaruhi
belanja daerah Gujarati, Damodar N., (2005). Basic
3. Jumlah penduduk berhubungan positif dengan Econometrics, New York: McGraw-Hill.
belanja daerah, dan mempengaruhi belanja
Halim, Abdul, (2001), Bunga Rampai Manajemen
daerah Keuangan Daerah, Yogyakarta: Unit
4. Pendapatan Asli Daerah berhubungan positif
Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP
tetapi tidak berpengaruh secara signifikan YKPN.
terhadap belanja daerah.
(2001). Anggaran daerah dan "fiscal
Saran stress" (sebuah studi kasus pada Anggaran
1. Sampai saat ini daerah otonom masih sangat daerah orovinsi di Indonesia). Jurnal
tergantung pada pemerintah pusat. Tingginya Ekonomi dan Bisnis lndonesia. 16 (4): 346-
ketergantungan daerah dapat disiasati melalui 357.
optimalisasi PAD yang diperoleh pemerintah
(2002). Analisis varian pendapatan a11
daerah. Salah satu caranya adalah dengan daerah dalam laporan perhitungan anggaran
mencari objek pajak baru yang potensial dan
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/
mengurangi kebocoran pajak dengan law kota di Indonesia. Yogyakarta: Universitas
enforcment.
Gadjah Disertasi diterbitkan.
2. Alokasi belanja daerah ke sektor riil
Handayani, Atiah. (2009). “Analisis Pengaruh
(pembangunan sarana dan prasaran publik)
Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Pe-
perlu ditingkatkan sehingga meningkatkan ngeluaran Daerah dan Upaya Pajak (Tax
PAD melalui pajak dan retribusi.
Effort) Daerah (Studi Kasus: Kabupaten/
Kota di Jawa Tengah).” Skripsi Tidak
Dipublikasikan, Ilmu Ekonomi dan Studi
54 Hadi Sasana Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Pembangunan, Universitas Diponegoro Manan, Bagir. (1994). Hubungan Keuangan


Semarang. Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di
Holtz, Eakin, Douglas, Harvey S. Rosen, & Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta
Schuyler Tilly. (1994). Intertemporal Ndadari, Laras Wulan dan Priyo Hari Adi. (2008).
Analysis of state and local governemnt “Perilaku Asimetris Pemerintah Daerah Ter-
spending: Theory and test. Journal Of hadap Transfer Pemrintah Pusat.” The 2nd
Urban Economics 35: 159-174. National Conference UKWMS. Surabaya.
Khusaini, Muhamad, (2006), Ekonomi Publik : Oates, Wallace E. (1999) “An Essay on Fiscal
Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan Federalism”, Journal of Economic
Daerah, Malang : BPFE Unbraw. Literature, XXXVII, Sept, hal. 1120-1149
Maimunah, Mutiara. (2006). “Flypaper Effect http://www.djpk.depkeu.go.id/datadjpk/47/
Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Undang-Undang No. 32 Tahun (2004) Tentang
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Pemerintahan Daerah.
Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di
Pulau Sumatera.” Paper disajikan pada Undang-Undang No. 33 Tahun (2004) Tentang
Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. Perimbanagan Keuangan Antara Pusat dan
Pemerintah Daerah
Vol. 18 No. 1, Maret 2011 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 55

LAMPIRAN

Gambar 1. Total Belanja Daerah Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat Tahun 2004-2008


(dalam Juta Rupiah)
30,000,000

26,386,257
25,000,000
22,957,904

20,000,000
18,548,220

15,000,000 Belanja Daerah


13,714,389
12,669,505

10,000,000

5,000,000

0
2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: BPS, diolah, 2010

Gambar 2. Total PDRB Kab/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008


300,000

259,820
250,000 245,786
232,040
225,734
213,835
200,000

150,000 PDRB

100,000

50,000

0
2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: BPS, diolah, 2010


56 Hadi Sasana Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Gambar 3. Total PAD Kab/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008


3,000,000

2,631,247
2,500,000 2,497,129
2,372,270

2,000,000

1,669,398
1,500,000 1,576,364 PAD

1,000,000

500,000

0
2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: BPS, diolah, 2010

Gambar 4. Total Dana Perimbangan Kab/Kota Se-Jawa Barat Tahun 2004-2008


(dalam Juta Rupiah)
30,000,000

26,617,665
25,000,000

20,000,000 20,368,922

17,564,959

15,000,000 Dana Perimbangan

11,750,209
11,048,226
10,000,000

5,000,000

0
2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: BPS, diolah, 2010


Vol. 18 No. 1, Maret 2011 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 57

Gambar 5
Jumlah Penduduk Kab/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008
(dalam Orang)
43,000,000

42,194,869
42,000,000
41,483,729
41,000,000
40,737,594

40,000,000 39,960,869 Jumlah Penduduk

39,000,000 38,942,229

38,000,000

37,000,000
2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: BPS, diolah, 2010

Tabel 1. Dana Perimbangan, PAD, PDRB, dan Penduduk


Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008
PAD Dana Perimbangan PDRB Penduduk
TAHUN
(Juta Rp) (Juta Rp) (Milyar Rp) (Jiwa)
2004 1.576.364 11.048.226 320.707 38.942.229
2005 1.669.398 11.750.209 366.800 39.960.869
2006 2.372.270 17.564.959 435.362 40.737.594
2007 2.497.129 26.617.665 493.370 41.483.729
2008 2.631.247 20.368.922 568.784 42.194.869
Sumber: BPS Jabar, 2010, diolah

Tabel 2. Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat


Tahun 2004-2008 (dalam Juta Rupiah)
TAHUN Belanja Daerah
2004 12.669.505
2005 13.714.389
2006 18.548.220
2007 22.957.904
2008 26.386.257
Sumber: BPS Jabar, 2010, diolah
58 Hadi Sasana Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Tabel 3. Hasil Estimasi Belanja Daerah

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(PDRB) 1.723229 0.294631 5.848780 0.0000


LOG(PAD) 0.023035 0.065239 0.353089 0.7248
LOG(DP) 0.233771 0.053794 4.345637 0.0000
LOG(JP) 3.590285 0.848742 4.230126 0.0001
C -55.51734 10.31049 -5.384548 0.0000

R-squared 0.943153 Mean dependent var 13.38894


Adjusted R-squared 0.926573 S.D. dependent var 0.569847
S.E. of regression 0.154413 Akaike info criterion -0.698332
Sum squared resid 2.288977 Schwarz criterion -0.042163
Log likelihood 72.64574 Hannan-Quinn criter. -0.431765
F-statistic 56.88423 Durbin-Watson stat 1.703153
Prob(F-statistic) 0.000000

Tabel 4. Uji Statistik F


F-statistik 56.88423
Prob (F-statistik 0.000000

Tabel 5. Hasil Uji t (Variabel Dependen = BD)


Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOG(PDRB) 1.723229 0.294631 5.848780 0.0000
LOG(PAD) 0.023035 0.065239 0.353089 0.7248
LOG(DP) 0.233771 0.053794 4.345637 0.0000
LOG(JP) 3.590285 0.848742 4.230126 0.0001
C -55.51734 10.31049 -5.384548 0.0000
Signifikansi pada α = 5%

You might also like