You are on page 1of 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Epistemologi

Epistemologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat


dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki
oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal
dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif,
metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode
dialektis.

Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori


ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat
episteme, pengetahuan; dan logos,theory.Epistemologi adalah cabang ilmu
filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari
teori ilmu pengetahuan.Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-
konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak
antara 'alim (subjek) dan ma'lum (objek).Atau dengan kata
lain,epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi
dasar, sifat-sifat,dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi
penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat.Dengan
pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter
pengetahuan,bahkan menentukan “kebenaran” macam apa yang dianggap
patut diterima dan apa yang patut ditolak.

Manusia dengan latar belakang,kebutuhan-kebutuhan dan


kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti,dari manakah saya berasal?Bagaimana
terjadinya proses penciptaan alam?.Apa hakikat manusia?.Tolok ukur
kebaikan dan keburukan bagi manusia?.Apa faktor kesempurnaan jiwa
manusia?.Mana pemerintahan yang benar dan adil?Mengapa keadilan itu

3
4

ialah baik?Pada derajat berapa air mendidih?Apakah bumi mengelilingi


matahari atau sebaliknya?.Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain.Tuntutan
fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari
jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal
yang akan dihadapinya.

Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan


berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya.Manusia sangat
memahami dan menyadari bahwa:

1. Hakikat itu ada dan nyata;

2. Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu;

3. Hakikat itu bisa dicapai,diketahui,dan dipahami;

4. Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan,dan makrifat atas hakikat itu.

Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang


dihadapinya,dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi
manusia.

Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru,misalnya


bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-
benar ada? Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah
bersumber dari khayalan kita belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas
bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat
itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya?Apakah
kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu?.Sangat
mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk
mencapai hakikat sebagaimana adanya, keraguan ini akan menguat
khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada
indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di
sepanjang sejarah manusia?
5

Persoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-


persoalan sebelumnya,yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak
pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada,akan tetapi pada persoalan-
persoalan terakhir ini,keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah
yang diperdebatkan.Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut
ini.Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan
teropong dan melihat berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-
warna yang berbeda,lantas dia meneliti benda-benda tersebut dengan
melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya.Dengan perantara
teropong itu sendiri,dia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang
realitas benda-benda yang dilihatnya.Namun, apabila seseorang bertanya
kepadanya:Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan
dalam menampilkan warna,bentuk dan ukuran benda-benda tersebut?
Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki
ukuran besar atau kecil?.Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan
adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong.Pertanyaan-
pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan
oleh teropong.Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan tentang keberadaan
realitas eksternal,akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong
itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang
jauh.

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran,persepsi-persepsi


pikiran,nilai dan keabsahan pikiran,kualitas pencerapan pikiran terhdap
objek dan realitas eksternal, tolok ukur kebenaran hasil pikiran,dan sejauh
mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap
objek eksternal,masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian
bagi manusia.Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang
benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas
tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra.
Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologi.
6

Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan


bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan
pengetahuan.Dalam hal ini, dua poin penting akan dijelaskan:

a) Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah


ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu
hushûlî.Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah
menunjukkan batasan dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan
mencakup segala hal yang hakiki, sains, teknologi,
keterampilan,kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhûrî,
hushûlî,ilmu Tuhan, ilmu para malaikat dan ilmu manusia.

2. Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan segala bentuk penyingkapan.Istilah


ini digunakan dalam filsafat Islam.Makna ini mencakup ilmu hushûlî dan
ilmu hudhûrî.

3. Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî dimana berhubungan


dengan ilmu logika (mantik).

4. Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi


kebenaran yang diyakini dan belum diyakini.

5. Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan


dan realitas eksternal.

6. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling


bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah
dan geografi.

7. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat


empirik.
7

b) Sudut pembahasan,yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu


dan makrifat, maka dari sudut mana subyek ini dibahas,karena ilmu dan
makrifat juga dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi.Sudut-sudut
yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu. Terkadang yang
menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu. Sisi ini
menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat. Sisi
pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi
pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru
dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi
penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika.Dan
ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia
terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang
pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam
tentang perbedaan-perbedaan ilmu.

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas


pengetahuan, pembagian dan observasi ilmu, dan batasan-batasan
pengetahuan.Dan dari sisi ini, ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî juga akan
menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian, ilmu yang
diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa
dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi.

B. Ontologi

Ontologi adalah bagian metafisika yang mempersoalkan tentang


hal-hal yang berkenaan dengan segala sesuatu yang ada atau the existence
khususnya esensinya.Dalam dictionary of philosophy,James K Frebleman
mengatakan bahwa ontologi adalah “the theory of being qua being” teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan.Menurut Aristoteles ontologi
adalah the first of philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi
benda.Dari sekian definisi ini dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah
salah satu bagian penting dalam filsafat yang membahas atau
8

mempermasalahkan hakikat-hakikat semua yang ada baik abstrak maupun


riil.Ontologi di sini membahas semua yang ada secara universal,berusaha
mencari inti yang dimuat setiap kenyataan meliputi semua realitas dalam
segala bentuknya.Jadi objek dari ontology adalah segala yang ada dan
tidak terikat pada satu perwujudan tertentu(hakikat).Hasbullah Bakry
mengatakan bahwa ontology mempersoalkan bagaimana menerangkan
hakekat segala yang ada baik jasmani maupun rohani dan hubungan antara
keduanya.

Dalam penyelesaian masalah dan pertanyaan tentang


hakekat,lahirlah mazhab-mazhab ontology yang mencoba menjawab
semuanya melalui beberapa pendekatan yang berbeda
yaitu;Naturalisme,Materialisme,Idealisme,hylomorphisme dan Logic
Empiricism(Louis O Katsof).Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu
persatu kelima mazhab tersebut secara umum saja.

a) Naturalisme

Menurut Hasbullah Bakri naturalisme juga mempersoalkan


bagaimana menerangkan hakikat segala yang ada baik rohani maupun
jasmani serta hubungan keduanya.Penganut naturalisme modern
beranggapan bahwa kategori pokok tentang kenyataan adalah kejadian-
kejadian kealaman.Jadi menuurut paham naturalisme ini semua kenyataan
itu pasti bersifat kealaman yang dapat ketahui dengan bebagai kejadian
alam.

b) Materialisme

Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi


yang berada sendiri dan merupakan unsur-unsur yang membentuk
alam.Menurut penganut materialisme hakikat dari suatu benda adalah
benda itu sendiri atau wujud materi dari benda tersebut dan dunia fisik itu
adalah satu.
9

c) Idealisme

Idealisme adalah pandangan dunia metafisik yang mengatakan


bahwa realitas terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan ide-
ide,fikiran,akal dan jiwa.Jadi Idealisme juga merupakan ajaran kefilsafatan
yang berusaha menunjukkan agar kita dapat memahami materi atau
tatanan kejadian yang terdapat dalam ruang dan waktu sampai pada
hakikat terdalam dengan menggunakan ide,akal,fikiran-fikiran dan jiwa
atau ruh.

d) Hylomorphisme

Secara etimologi hylomorphisme berasal dari bahasa yunani yaitu


hylo yang berarti materi atau substansi dan morph atau bentuk.Dari sini
dapat disimpulkan bahwa tidak satu hal-pun yang ragawi itu bukan
merupakan kesatuan dari esensi dan eksistensi.Esensi adalahsegi tertentu
dari yang ada yang memasuki akal kita sehingga dapat diketahui atau bisa
dibilang wujud nyata suatu benda yang pertama kali dapat menyentuh akal
kita saat melihatnya.Menurut Mariatin esensi adalah sesuatu yang terdapat
pada obyek manapun yang dipikirkan secara langsung dan yang pertama
dihadapkan pada akal.Sedangkan eksistensi adalah hal-hal yang satu demi
satu bersifat khusus,mandiri dan mempunyai sarana lengkap untuk berada
dan berbuat.

e) Logic Empiricism

Logika adalah ilmu yang memberikan peraturan-peraturan yang


harus diikuti agar dapat berfikir valid sedangkan empris adalah
pengalaman-pengalaman atau fakta.Jadi Logic empiricism di sini adalah
semua pandangan yang sampai saat ini telah dibicarakan mendasarkan diri
pada penalaran akal dan semuanya memakai perangkat fakta yang sama
sebagai landasan penopang untuk menunjukkan kebenarannya.
10

C. Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan


bagaimana manusia menggunakan ilmunya.Aksiologi adalah istilah yang
berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar.
Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.Menurut John
Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau
suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri
adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.

Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu


pengetahuan itu sendiri.Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari
hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya
ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa
memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan
di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang
mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang
tidak benar.

Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan


ilmu.Ilmu tidak bebas nilai.Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu
harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat;
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat
dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
malahan menimbulkan bencana.

Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan yaitu;

1. Etika

Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan


sistematis masalah-masalah moral.Kajian etika lebih fokus pada
11

prilaku,norma dan adat istiadat manusia.Etika merupakan salah-satu


cabang filsafat tertua.Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik
sejak masa Sokrates dan para kaum shopis.Di situ dipersoalkan mengenai
masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagianya.Etika sendiri
dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan
sebagai pemikiran kritis,sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini
sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma,adat,wejangan
dan adat istiadat manusia.Berbeda dengan norma itu sendiri,etika tidak
menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan
sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar.Tujuan dari etika adalah agar
manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia
lakukan.

Didalam etika,nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi


sentral persoalan.Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan
tanggung jawab,baik tanggung jawab terhadap diri
sendiri,masyarakat,alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta.

Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai


sistem filsafat moral yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan
deontologi. Hedoisme adalah padangan moral yang menyamakan baik
menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan
setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari manusia
itu sendiri adalah kebahagiaan.

Selanjutnya utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hukum


adalah memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan
perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati.
Selanjutnya deontologi, adala h pemikiran tentang moral yang diciptakan
oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti
sesungguhnya hanyalah kehendak baik. Semua hal lain disebut baik secara
12

terbatas atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila


digunakan dengan baik oleh kehendak manusia.

2. Estetika

Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan


tentang nilai keindahan.Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri
segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis
dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah
suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola
baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.

Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek,


melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan
perasaan.Misalnya kita bengun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita
merasa sehat dan secara umum kita merasaakan kenikmatan.Meskipun
sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya
dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan
perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan
sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan
perasaan.

Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu,baik itu ilmu umum


maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat
bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat
mengubah wajah dunia.Berkaitan dengan hal ini,menurut Francis Bacon
seperti yang dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa “pengetahuan
adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru
malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka
yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa itu
merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki
13

sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung
pada pemilik dalam menggunakannya.

Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau


untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan
melihat filsafat sebagai tiga hal,yaitu:

1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi


dunia pemikiran.

Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung


suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu
sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka
sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan
mempelajari teori-teori filsafat ilmu.

2. Filsafat sebagai pandangan hidup.

Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima
kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai
pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani
kehidupan.

3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.

Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui
didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu
itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu
dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari
cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan
amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara
tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua
masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
14

Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat


subjektif.Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek
atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada
objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak
tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada
objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek
berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur
penilaian.Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan
mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan


umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat
objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara peryataan ilmiah
dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya. Seorang
ilmuan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran
yang bersifat idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas
dalam menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-
eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada
proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya be rhasil dengan
baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat
pada nilai subjektif.

You might also like