Professional Documents
Culture Documents
Makalah Penyakit Typus Compress
Makalah Penyakit Typus Compress
Disusun Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Tahun Akademik 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya karena hanya dengan izin, bimbingan dan ridho-Nyalah sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “tipes atau thypus abdominalis”
ini tepat pada waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : ISI
II.1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tipes atau thypus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit
infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (pada usus halus) dan
terkadang pada aliran darah, dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran yang disebabkan oleh kuman
Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga
menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak
menyerang usus).
Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi
dalam dunia kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus abdominalis,
karena berhubungan dengan usus pada perut.
B. Rumusan Masalah
3. Apa gejala yang terjadi pada penderita tipes atau tifus abdominalis?
BAB II ISI
II.1 Definisi
Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi
sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang di
usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak
tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong.
Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang
kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang
tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih
banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi.
II.2 Etiologi
Salmonella thyposa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar,
tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu :
Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam
antigen tersebut.
A. Epidomiologi
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus melalui
pembuluh limfe halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ
terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam
hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada
perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan
menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus,
menimbulkan tukak berbentuk lonjong oada mukosa di atas plak Peyeri. Tukak
tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh endositoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
C. Gejala
Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam wakatu 8-14 hari
setelah terinfeksi. Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit
tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut.Kadang penderita
merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung.
Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan
meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu mencapai 39-40?Celsius selama 10-14
hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali
normal pada minggu keempat. Demam seringkali disertai oleh denyut jantung
yang lambat dan kelelahan yang luar biasa. Pada kasus yang berat bisa terjadi
delirium, stupor atau koma. Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-
bintik kecil berwarna merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan
berlangsung selama 2-5 hari.
Panas badan yang semakin hari bertambah tinggi, terutama pada sore dan malam
hari. Terjadi selama 7-10 hari, kemudian panasnya menjadi konstan dan kontinyu.
Umumnya paginya sudah merasa baikan, namun ketika menjelang malam kondisi
mulai menurun lagi.
Pada fase awal timbul gejala lemah, sakit kepala, infeksi tenggorokan, rasa
tidak enak di perut, sembelit atau terkadang sulit buang air besar, dan diare.
Pada keadaan yang berat penderita bertambah sakit dan kesadaran mulai
menurun.
Timbul demam berlahan - lahan yang dimulai dari rasa tidak enak badan dan
berkurangnya nafsu makan selama beberapa hari
Setelah 5 - 7 hari baru muncul demam tinggi yang bahkan bisa mencapai 40
derajat celcius
Terdapat keluhan susah buang air besar karena yang diserang adalah saluran
cerna. Dalam kasus tertentu, penderita tidak bisa melakukan buang air besar
sampai seminggu
D. Gejala klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10 – 20 hari yang
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama
sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu nyeri kepala,
pusing dan tidak bersemangat.
1. Demam
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen
mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan
limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
3. Gangguan kesadaran
E. Relaps (Kambuh)
F. Komplikasi
1. Usus halus
G. Diagnosis kerja
a. Biakan empedu
b. Pemeriksaan widal
2) Pada neonatus, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui tali
pusat
H. Diagnosis banding
Bila terdapat demam yang lebih dari 1 minggu sedangkan penyakit yang
dapat menerangkan penyebab demam tersebut belum jelas, perlulah di
pertimbangkan pula selaintifus abdominalis, penyakit-penyakit sebagai
berikut : paratifoid A, B, dan C, influenza, malaria, tuberkulosis, dengue,
pneumonia lobaris dan lain-lain.
I. Pencegahan
Untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini kini sudah ada
Vaksin Tipes atau Tifoid yang disuntikkan atau secara minum obat dan
dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun.
Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%.
Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh
bakteri Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi
(termasuk petugas laboratorium dan para pelancong).
Para pelancong sebaiknya menghindari makan sayuran mentah dan
makanan lainnya yang disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan.
Sebaiknya mereka memilih makanan yang masih panas atau makanan yang
dibekukan, minuman kaleng dan buah berkulit yang bisa dikupas.
Atau dapat dengan cara :
▪ Pemberantasan lalat.
▪ Imunisasi
J. Pengobatan
K. Prognosis
III.1 Kesimpulan