You are on page 1of 52

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia - Nya dan shalawat beserta salam tidak lupa kita junjungkan kehadirat

nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi ini yang berjudul “Penerapan Strategi Pelaksanaan Latihan

Mengontrol Halusinasi Dengan Teratur Minum Obat Dengan Masalah

Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kumun Kota Sungai Penuh Tahun 2023” dengan lancar.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Perumusan Masalah...............................................................................7
C. Tujuan Penelitian...................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Skizofrenia......................................................................11
1. Pengertian.......................................................................................11
2. Klasifikasi.......................................................................................12
3. Etiologi...........................................................................................13
4. Tanda dan Gejala............................................................................15
5. Manifestasi Klinis...........................................................................16
6. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................18
7. Penatalaksanaan..............................................................................18
B. Konsep Dasar Gangguan Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi........22
1. Pengertian........................................................................................22
2. Jenis Jenis Halusinasi......................................................................22
3. Rentang Respon Neurobiologi Halusinasi......................................25
4. Faktor Penyebab..............................................................................26
5. Manifestasi Klinis...........................................................................27
6. Proses terjadinya Halusinasi...........................................................28
7. Mekanisme Koping.........................................................................30
8. Penatalaksanaan..............................................................................31
9. Tindakan Keperawatan...................................................................34
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Halusinasi Pendengaran. . .36
1. Pengkajian.......................................................................................36
2. Daftar Masalah Keperawatan..........................................................37
3. Pohon Masalah................................................................................38
4. Diagnosa Keperawatan...................................................................39
5. Rencana Keperawatan.....................................................................39
6. Implementasai.................................................................................43
7. Evaluasi...........................................................................................43
D. Konsep Mengontrol Halusinasi dengan teratur minum obat................45
1. Definisi Terapi Obat........................................................................45
2. Tujuan Teratur Minum Obat...........................................................45
3. Indikasi Teratur Minum Obat..........................................................46
4. Pencegahan Kekambuhan Pada Penderita.......................................46
5. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Minum Obat...........47
7. SOP Mengontrol Halusinasi dengan Teratur Minum Obat.............49

ii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian....................................................................................52
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................52
C. Populasi dan Sampel.........................................................................53
D. Instrument Pengumpulan Data...............................................................54
E. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................55
F. Jenis - Jenis Data....................................................................................56
G. Analisis...................................................................................................57
H. Etika Pelaksanaan Studi Kasus..............................................................57

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan jiwa semakin meningkat, berdasarkan penelitian WHO

(Word Health Organization) menyatakan penyakit jiwa menempati urutan

kedua setelah penyakit infeksi. Kesehatan jiwa merupakan suatu bagian yang

tidak terpisahkan dari kesehatan dan bagian integral serta merupakan unsur

utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. WHO

(World Health Organization) menjabarkan kesehatan mental sebagai suatu

keadaan yang baik dimana seseorang menyadari kemampuannya, dapat

menghadapi stres yang normal, dapat bekerja secara produktif dan

menyenangkan, serta dapat berkontribusi dalam komunitasnya (Sutejo, 2018).

Menurut Undang - undang nomor 18 tahun 2014 pasal 1 ayat 1 menyatakan

bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat

berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut

menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara

produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) merupakan orang yang mengalami

gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang menjalankan fungsi orang

1
sebagai manusia ( Kemenkes RI, 2014) . Dan memiliki gangguan perilaku dan

psikologis yang penting secara klinis yang terjadi antara individu dihubungkan

dengan adanya distress ( misalnya gejala nyeri, menyakitkan) atau distabilitas

misalnya ( ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa fungsi

penting) dan disertai peningkatan resiko secara bermakna untuk mati, sakit

ketidak mampuan, atau kehilangan kebebasan, umumnya ODGJ terbagi menjadi

3 diagnosa medis yaitu bipolar, depresi, dan skizofrenia ( Susanti, 2014 )

Skizofrenia adalah gangguan jiwa / gangguan otak kronis yang

mempengaruhi individu sepanjang kehidupannya yang ditandai dengan

penurunan kemampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi dan

waham), afek tidak wajar, gangguan kognetif (tidak mampu berpikir abstrak)

dan mengalami kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Pengaruh gangguan

jiwa skizofrenia meliputi factor kognisi, persepsi, emosi, perilaku dan fungsi

sosial. (Sovitriana, 2019). Seorang yang mengalami skizofrenia terjadi

kesulitan berfikir dengan benar, memahami dan menerima realita, gangguan

emosi/perasaan, tidak mampu membuat keputusan, serta gangguan dalam

melakukan aktivitas atau perubahan perilaku. Klien skizofrenia 70%.

mengalami halusinasi ( Stuart, 2014 )

Menurut World Health Organization (WHO) 2016, terdapat sekitar 35 juta

jiwa terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena

skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Jumlah pendrita gangguan jiwa di

2
1. Manifestasi Klinis Skizofrenia

Menurut Prabowo (2014 ) manifestasi klinis skizofrenia meliputi:

a) Gejala primer

1) Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan isi pikiran)

Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran

yang terganggu terutama ialah asosiasi, kadang-kadang satu idea

belum selesai diutarakan, sudah timbul idea lain.

2) Gangguan efek dan emosi

Gangguan ini pada skizofrenia mungkin, berupa:

a) Kedangkalan efek dan emosi (emotional blunting)

b) Parathimi: apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan

gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah.

c) Paramimi: penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi

menangis.

d) Emosi yang berlebihan, sehingga seperti dibuat-buat seperti

sedang bermain sandiwara.

3
3) Gangguan kemauan

Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan

kemauan mereka tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat

bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan,

meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat atau mereka menganggap

hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.

4) Gejala psikomotor

gejala ini juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan

perbuatan kelompok gejala ini Bleuker dimasukkan kedalam

kelompok gejala skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga pada

penyakit lain.

b) Gejala sekunder

1) Waham

Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat

bizar Mayer-gross membagi waham dalam 2 kelompok:

a) Waham primer: timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa

penyebab apa-apa dari luar.

b) Waham sekunder: biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti

dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-

gejala skizofrenia lain.

4
2) Halusinasi

Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan

hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada

keadaan lain.

2. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Rohan (2016) pemeriksaan diagnostik skizofrenia adalah:

a) Pemeriksaan fisik dan tes darah (terutama untuk membuktikan adanya

gangguan tiroid, kadar alcohol, dan obat - obatan)

b) Tes pencitraan, termasuk MRI dan CT scan untuk memeriksa apakah

terdapat luka di otak atau ketidaknormalan pada struktur otak

c) Uji EEG (elektronensefalografi), untuk menguji fungsi otak penderita

d) Evaluasi psikologis, psikiater akan bertanya pada penderita tentang

pikiran, perasaan, serta perilaku penderita

e) Pengambilan sampel neuron dan bidang penderita, molekul mikro RNA

yang ada di dalam neuron diuji di laboratorium.

3. Penatalaksanaan

Menurut Nurarif dan Kusuma (2016 ) penatalaksanaan skizofrenia meliputi:

a) Penggunaan obat antipsikosis

5
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati skizofrenia disebut

mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau

kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.

Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu:

1) Antipsikotik konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut

antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik

konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh

obat antipsikotik konvensional antara lain:

a) Haldol (haloperidol)

sediaan haloperidol tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg dan injeksi 5

mg/ml, dosis 5-15 mg/hari.

b) Stelazine (trifluoperazine)

sediaan Trifluoperazine tablet 1 mg dan 5 mg, dosis 10-15

mg/hari.

c) Mellaril (thioridazine)

sediaan klorpromazin tablet 50 dan 100 mg, dosis 150-600

mg/hari.

d) Thorazine (chlorpromazine)

sediaan klorpromazin tablet 25 dan 100 mg dan injeksi 25

mg/mol, dosis 150-160 mg/hari.

e) Trilafon (perphenazine)

6
sediaan perfenazin tablet 2, 4, 8 m, dosis 12-24 mg/hari.

f) Prolixin (fluphenazine)

sediaan fluphenazin tablet 2, 4, 8 m, dosis 12-24 mg/hari.

2) Newer atypical antipsycotics

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena

prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping

bila dibandingkan dengan antipsikotik konpensional. Beberapa

conton newer atipical antipsikotik yang tersedia:

a) Rispeldal (risperidone)

Sedian risperidon Tablet 1,2,3 mg, dosis 2-6 mg/hari

b) Seroquel (quetiapin)

c) Zyprexa (olanzopine)

3) Clozaril (clozapine)

Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius

dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%). Clozaril dapat

menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan

infeksi ini artinya, pasien yang mendapat clozaril harus

memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler.

b) Terapi Elektrokonvulsif (ECT)

ECT merupakan terapi kejang listrik dengan menghantarkan arus listrik

pada elektroda dan dipasang pada kepala sehingga menybabkan konvulsi.

7
c) Pembedahan bagian otak.
Proses operasi primitive dengan cara membuang stone of madness

d) Psikoterapi.

1) Terapi psikoanalisa.

Terapi psikoanalisa adalah metode terapi berdasrkan konsep freud.

Tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik

yang tidak didasarinya dan mekanisme pertahanan yang digunakan

untuk mengendalikan kecemasannnya.

2) Terapi perilaku (behavioristik) pada dasarnya terapi perilaku

menekankan prinsip pengkondisian klasik dan operan, karena terapi

ini berkaitan dengan perilaku nyata.

3) Terapi humanistik.

Terapi kelompok dan terapi keluarga.

8
B. Konsep Dasar Gangguan Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi

1. Pengertian

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien

memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau

rangsangan yang nyata ( Kusumawati, 2012)

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami

perubahan spersepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan, Klien merasakan

stimulus yang sebetulnya tidak ada.(Fitria, 2014 )

Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan

suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami perubahan

sensori persepsi ; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan

pengecapan, perabaan, atau penciuman (Sutejo, 2017 )

2. Jenis - jenis Halusinasi

Menurut Yosep (2007) di dalam buku karangan Damayanti & iskandar

(2014) halusinasi terdiri dari delapan jenis. Penjelasan secara detail

9
mengenai karakteristik dari setap jenis halusinasi adalah sebagai berikut :

jenis - jenis halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Aukistik)

Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising

yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah

kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan pada

penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan berdebat

dengan suara - suara tersebut.

b. Halusinasi Penglihatan (Visual Optik)

Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya

sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan

rasa takut akibat gambaran - gambaran yang mengerikan.

c. Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)

Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan

dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau

dilambangkan sebagai pengalaman yang diangap penderita sebagi suatu

kobinasi moral .

d. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)

Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi

penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik

lebih jarang dari halusinasi gustorik.

10
e. Halusinasi perabaan (Taktil)

Merasa di raba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak

dibawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.

f. Halusiansi Seksual, ini termasuk halusinasi raba .

Penderita merasa badannya merasa diraba dan diperkosa sering pada

skizofrenia waham kebesaran terutama mengenai organ - organ.

g. Halusinasi Kinistetik

Penderita merasa badannya bergerak - gerak. Misalnya “ phantom

phenomenom” atau tungkai yang di amputasi selalu bergerak - gerak

(phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan tokstik tertentu

akibat pemakaian obat tertentu.

h. Halusinasi Viseral

Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.

1) Dipersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya

sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan

yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom lobus pareatalis.

Misalnya sering merasa dirinya terpecah dua.

2) Derialisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang

tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang

dialaminya seperti dalam impian.

11
3. Rentang Respon Neurobialogi Halusinasi

Menurut Sutejo (2017) halusinasi merupakan gangguan dari persepsi

sensori, sehingga halusinasi merupakan gangguan dari respons

neurobiologi. Oleh karenanya, secara keseluruhan, rentang respons

halusinasi mengikuti kaidah rentang respons neurobiologi.

Rentan respons neurobiology yang paling adaftif adalah adanya pikiran

logis, persepsi akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku

cocok dan terciptanya hubungan social yang harmonis. Sementara itu

respons maladaftif meluputi adanya waham, halusinasi, kesukaran proses

emosi, perilaku tidak terorganisasi, dan isolasi social : menarik diri berikut

adalah gambaran respons neorobiologi.

Adaftif Maladaptif

Sosial Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses

Persepsi akurat menyimpang pikiran : waham

Emosi konsisten Ilusi Halusinasi

dengan pengalaman Emosi tidak stabil Ketidak mampuan

Perilaku sesuai Perilaku aneh untuk mengalami

Hubungan Menarik diri emosi

Gambar. 2.1 Rentang Respons Neurobiologi Halusinasi

Sumber : Stuart, ( 2013)

12
4. Faktor Penyebab

Menurut Fitria (2014) faktor predisposisi dan presipitasi penyebab klien

dengan halusinasi adalah :

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan

interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan

kecemasan.

2) Faktor Sosiokultural

Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang

merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di

lingkungan yang membesarkannya.

3) Faktor Biolokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya jiwa. Jika seseorang

mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan

dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusenogenik neorokimia

seperti buffofenon dan dimethytransferase (DMP).

4) Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran

ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan

mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada

gangguan orientasi realitas.

5) Faktor genetik

13
Gen ini berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil

studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menjukkan bahwa faktor

keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada

penyakit ini

b. Faktor Persipitasi

1) Perilaku

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan

perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku menarik diri,

kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, serta tidaak

mampu membedakan keadaan nyata dan tidak nyata

5. Manifestasi Klinis

Menurut Keliat dkk (2022) adapun tanda dan gejala klien halusinasi

adalah:

a. Data Subjektif

1) Mendengar suara orang bicara tanpa ada orangnya

2) Melihat benda, orang, atau sinar tanpa ada objeknya

3) Menghidu bau -bauan yang tidak sedap, seperti bau badan padahal

tidak

4) Merasakan pengecapan yang tidak enak

5) Merasakan rabaan atau gerakan badan

14
b. Data Objektif

1) Bicara sendiri

2) Tertawa sendiri

3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu

4) Tidak dapat memfokuskan pikiran

5) Diam sambil menikmati halusinasinya

6. Proses Terjadinya Halusinasi

Proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor presipitasi dapat

meliputi ( Dalami dkk, 2014 ) :

a. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Sudden faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami,

dkk, 2014 ):

1) Biologis

Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : adanya faktor

herediter mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri

riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan

Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan

dengan respon neurobiologis yang maladaftif baru mulai di pahami.

Ini ditunjukkan oleh penelitian - penelitian berikut :

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak

yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada

15
daerah frontal, temporal dan limbic berhubungan dengan perilaku

psikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamine neurotransmitter

yang berlebihan dan masalah – masalah pada system reseptor

dopamine dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia

c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada

anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan

pelebaran lateral ventrikal, atropi otak kecil (cerebblum). Temuan

kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi(post-

mortem)

2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

respond an kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan

yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah

penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien

adanya kegagalan yang berulang, kurang kasih saying, atau

overprotektif.

3) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita

seperti : kemeskinan, konflik social budaya( perang kerusuhan,

bencana alam ) dan hidup yang terisolasi disertai stress.

16
b. Faktor Presipitasi

Menurut stuart dan sudden presipitasi meliputi (Prabowo, 2014)

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk

dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara

selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk

diinterprestasikan.

2) Stres Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3) Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor

7. Mekanisme koping

Menurut Sutejo (2017) Mekanisme koping yang sering digunakan pasien

halusinasi meliputi :

a) Regresi

Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang digunakan

untuk mengulangi ansietas. Energy yang tersisa untuk aktifitas sehari -

hari tinggal sedikit, sehigga klien menjadi malas beraktivitas sehari –

hari.

17
b) Proteksi

Dalam hal ini klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda

c) Menarik diri

Klien sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.

d) Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien

8. Penatalaksanaan

Menurut Rahayu (2016), penatalaksanaan medis pada pasien halusinasi

pendengaran di bagi menjadi dua:

a. Terapi Farmakologi

1) Haloperidol

a) Klasifikasi : antipsikotik, neuroleptic, butirefenon

b) Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian

hiperakaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak - anak.

c) Mekanisme kerja

Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipenuhi

sepenuhnya, tampak menekan susunan saraf pusat pada tingkat

subkortikal formasi retricular otak, mesenfalon dan batang otak.

d) Kontra Indikasi

Hipersensitivitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan

sumsum tulang belakang, kerusakan otak subkortikal, penyakit

Parkinson dan anak dibawah usia 3 tahun.

18
e) Efek Samping

Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan

anoreksia

2) Clorpromazin

a) Klasifikasi : sebagai antipsikotik, antiemetic

b) Indikasi
Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania

pada gangguan bipolar, gangguan skizofrenia, ansietas dan

agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan aktifitas motoric

berlebih.

c) Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami

sepenuhnya, namun berhubungan dengan efek antidopaminergik.

Antipsikotik dapat menyekat reseptor dipamine postsinaps pada

ganglia basa, hipotalamus, system limbic, batan ota dan medulla.

d) Kontra Indikasi

Hiversensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi

susum tulang, penyakit Parkinson , insufiensi hati, ginjal dan

jantung anak usia dibawah 6 tahun dan wanita selama kehamilan

laktasi.

e) Efek Samping

Sedasi, sakit kepala, kejang insomnia, pusing , hipertensi

ortostatik, hipotensimulut kering, mual muntah.

19
3) Trihexypenidil (THP)

a) Klasifikasi anti perkinson

b) Indikasi

Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidalberkaitan

dengan obat antiparkinson

c) Mekanisme Kerja

Mengorks ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan

kelebihan asitilkolin disekat oleh sinaps untuk mengurangi efek

kolinergik berlebihan.

d) Kontra Indikasi

Hipersensitivitas terhadap oba ini, glaukoma sudut tertutup,

hipertropi prostat pada anak dibawah 3 tahun

e) Efek Samping

Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual

dan muntah

b. Terapi Non Farmakologi

1) Terapi Aktifitas Kelompok

Terapi Aktifitas Kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori

Persepsi adalah TAK stimulasi Persepsi

2) Elektro Convulsif Therapy (ECT)

Merupakan pengobatan secara fisik mengunakan arus listrik dengan

kekuatan 75 – 100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas

namun dapat dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek

lamanya serangan Skizofrenia dan dapat permudah kontak dengan

orang lain.

20
3) Pengekangan atau pengikatan

Pengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik

seperti manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki

dimana klien dapat dimobilisasai dengan membalutnya, cara ini

dilakukan pada klien halusinasi yang mulai menunjukkan perilaku

kekerasan antaranya marah - marah dan ngamuk - ngamuk.

9. Tindakan keperawatan

Menurut keliat dkk (2022) tindakan keperawatan ners pada pasien

halusinasi

a. Pengkajian : Kaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab dan

kemampuan klien mengatasinya. Jika ada halusinasi katakana Anda

percaya tetapi Anda sendiri tidak mendengar/ melihat/ menghidu/

merasakan.

b. Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya halusinasi

c. Tindakan Keperawatan

1) Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien.

2) Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik.

3) Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek.

21
4) Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap – cakap dan

melakukan kegiatan secara teratur.

7) Latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar yaitu benar nama

klien, benar nama obat, benar manfaat obat, benar dosis obat, benar

frekuensi, benar cara, benar tanggal kadaluarsa, dan benar

dokumentasi.

8) Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan

latihan mengendalikan halusinasi

9) Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikan latihan

mengontrol halusinasi

22
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Halusinasi Pendengaran

1. Pengkajian

Menurut Damayanti & iskandar (2014) umumnya, dikembangkan formulir

pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam

pengkajian. Isi pengkajian meliputi :

a. Identitas klien

b. Keluhan utama

c. Faktor predisposisi

d. Aspek fisik atau biologis

e. Aspek psikososial

f. Status mental

g. Mekanisme koping

h. Masalah psikososial dan lingkungan

i. Pengetahuan

j. Aspek medic

Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokan menjadi dua

macam sebagai berikut:

1) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data

ini didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung

oleh perawat.

23
2) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien

dan keluarga. Data yang langsung didapat oleh peraawat disebut

data

primer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain

sebagai data skunder.

2. Daftar Masalah Keperawatan

Menurut Damayanti & iskandar (2014) masalah keperawatan ada 3

a. Resiko perilaku kekerasan ( pada diri sendiri, orang lain,

lingkungan dan verbal)

b. Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi

c. Isolasi Sosial

24
3. Pohon Masalah

Pohon masalah menurut Sutejo (2017)

Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

Lingkungan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi


pendengaran

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Kronis

Gambar 2.2 Pohon Masalah Diagnosis Halusinasi

Sumber : Stuart, ( 2013)

25
4. Diagnosa Keperawatan

Menurut Damayanti & iskandar (2014), Adapun diagnosa Keperawatan

klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

b. Isolasi Sosial

c. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan

dan verball)

5. Rencana Keperawatan

Poses keperawatan adalah perencanaan dimana perawat akan menyusun

rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi masalahnya,

perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan, diagnosa satu

atau masalah utamanya adalah gangguan persepsi sensori halusinasi

(Dalami,dkk 2014)

26
Tabel : 2.1
Rencana Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Menurut Keliat, dkk (2014)

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


Gangguan perubahan Pasien a. Berdiskusi dengan pasien tentang isi
persepsi : halusinasi 1. Pasiem mengenali halusinasi yang halusinasi (apa yang didengar/dilihat) waktu
pendengaran dialaminya : Isi, frekuensi, waktu terjadi, terjadinya halusinasi , frekuensi terjadinya
setuasi, pencentus, perasaan, respon halusinasi, situasi yang menyebkan muncul
halusinasi, dan repon pasien terhadap
2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya halusinasi
dengan cara menghardik
b. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan halusinasi
teratur minum obat a. Menghardik halusinasi
1) Jelaskan cara menghardik halusinasi
4. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan 2) Peragakan cara menghardik
bercakap – cakap 3) Pinta pasien memperagakan
Ulang
5. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan 4) Pantau penerapan, cara ini dan
cara melakukan aktifitas Menguatkan perilaku pasien
b. Menggunakan obat secara teratur
6. Pasien mengikuti program pengobatan secara 1) Jelaskan pentingnya penggunaan obat
optimal
2) Jelaskan akibat putus obat
3) Jelaskan cara mendapatkan obat

27
4) Jelaskan cara menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu,
benar dosis)
c. Bercakap - cakap dengan orang lain
d. Melakukan aktifitas yang terjadwal
1) Jelaskan pentingnya aktifitas yang
teratur untuk mengatasi halusinasi
2) Diskusikan aktifittas yang biasa
dilakukan oleh pasien
3) Susun jadwal aktivitas sehari – hari
sesuai dengan aktifitas yang telah
dilatih
4) Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
dan memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.

Keluarga
1. Keluarga dapat Mengenal masalah merawat 1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga
pasien dirumah dalam merawat pasien

2. Menjelaskan halusinasi pengertian, jenis dan 2. Berikan pendidikan kesehatan tentang


tanda gejala halusinasi dan proses terjadinya pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi,
proses terjadinya halusinasi, dan cara
merawat pasien halusinasi

28
3. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung di hadapan pasien

4. Berikan pendidikan kesehatan kepada


keluarga tentang perawatan lanjutan klien

29
6. Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada

situasi nayata sering pelaksana jauh berada rencana, hal ini terjadi karena

perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam

melaksanakan tindakan keperawatan .

Sebelum melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan

perawat perlu memvelidasi dengan singkat apakah rencana tindakan

masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and

now).

Perawat juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan intervesonal,

intelektual, teknikal, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan

dilaksanakan , dinilai kembali apakah aman bagi klien. Pada saat

dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien

dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang dikerjakan dan peran serta

klien yang diharapkan, dokumentasi semua tindakan yang telah

dilaksanakan serta respon klien (Dalami, dkk, 2014 )

7. Evaluasi

Menurut Budiono & Pertami (2015 ), evaluasi merupakan penilaian

dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien (hasil yang

diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditentukan pada tahap

perencanaan.

30
Evaluasi terbagi atas 2 jenis yaitu :

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi yang dilakukan setelah selesai tindakan, berorientasi pada

etiologi, dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah

ditentukan tercapai.

b. Evaluasi Sumatif

Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara

paripurna. Beriontasi pada masalah keperawatan, menjelaskan

keberhasilan/ketidakberhasilan, rekapitulasi dan kesimpulan status

kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

31
D. Konsep mengontrol halusinasi dengan teratur minum obat

1. Definisi Terapi obat

Terapi obat didefenisikan sebagai suatu cara untuk memodifikasi atau

mengoreksi perilaku, pikiran atau alam perasaan yang patologis

menggunakan zat kimia. Pemberian jenis obat disesuaikan dengan gejala

yang muncul dan berdasarkan ketidakseimbangan dari setiap

neurotransmitter. Jenis psikofarmokologi utama yang diberikan pada

penderita skizofrenia adalah antipsikotik karena penderita skizofrenia

memiliki gegejala psikotik (Taylor 2016)

2. Tujuan Teratur minum obat

Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi Klien harus

dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi

dokter. Agar klien dengan gangguan jiwa yang dirawat di rumah tidak

mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami

kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi

seperti semula akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan

mengalami psikosis serta masuk rumah sakit dengan cukup sering

(Keliat, 2012).

32
3. Indikasi teratur minum obat

Indikasi pemberian obat anti psikotik pada pasien halusinasi pendengaran

adalah untuk mengendalikan gejala aktif dan kedua untuk mencegah

kekambuhan, antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan

perubahan pola fikir yang terjadi pada skizofrenia, antipsikotik merupakan

terapi obat - obatan pertama yang efektif mengobati skizofrenia. Jarut et al

(2013)

4. Pencegahan kekambuhan pada penderita

Kekambuhan (relaps) adalah kondisi pemunculan kembali tanda dan

gejala satu penyakit setelah mereda (Wardhani, 2019). Upaya untuk

pencegahan kekambuhan bagi penderita yaitu dengan mengidentifikasi

gejala yang menandakan kekambuhan, mengidentifikasi gejala penyakit,

memilih teknik menajemen gejala, menciptakan lingkungan yang sehat

bagi penderita, memberi pujian kepada penderita untuk segala perbuatan

yang dilakukannya baik dari menghukumnya pada waktu berbuat

kesalahan dan mengikutkan penderita untuk kegitan kebersamaan dengan

sesama angggota keluarga (Stuart, 2016). Beberapa faktor yang

mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia adalah ekspresi emosi

keluarga, pengetahuan pasien dan keluarga, ketersediaan pelayanan

kesehatan, dan teratur minum obat (Fadli, Surya Mulya, 2013).

33
5. Faktor yang mempengaruhi ketidak teraturan minum obat

Adapun faktor yang mempengaruhi ketidak teraturan pasien untuk

kontrol minum obat adalah (Barus, Rahmat & Madyaningrum, 2017)

a. faktor insight

Meliputi kesadaran pasien terhadap gangguan yang di deritanya,

mengenal gejala yang mereka alami dan menyadari bahwa mereka

memerlukan pengobatan, ketidakpatuhan pasien terhadap kontrol lebih

dipengaruhi oleh sifat yang malas dan tidak terbiasa dengan hal-hal

rutin. Mereka sering merasa ada sesuatu yang salah tetapi mereka

menganggap itu sebagai masalah kecil, masalah kecil itu dapat berupa

kecemasan, tidak dapat tidur nyenyak, sulit bergabung dengan orang

dan sulit berkonsentrasi.

b. Faktor regimen obat

1) Efek samping obat

Efek samping obat antispikotik yang mungkin timbul yaitu adanya

agitasi. Agitasi merupakan kecemasan yang berat ditandai dengan

pergerakan motorik yang berlebihan, juga merupakan suatu kondisi

iritabilitas bahwa seseorang menjadi sangat mudah terpicu

amarahnya. Pandangan kabur, rasa mengantuk, kekacauan mental

juga efek samping dari obat antipsikotik. Efek samping umum dari

semua obat antipsikotik yang digunakan untuk pasien skizofrenia

antara lain mulut kering, konstipasi, mengantuk dan pandangan

kabur.

34
2) Biaya pengobatan

Pasien skizofrenia membutuhkan biaya pengobatan seperti biaya

perawatan dan obat-obatan yang sangat besar. Kesulitan dan

keberatan biaya pengobatan kerap dikeluhkan oleh keluarga pasien

karena umumnya pasien tidak bekerja.

3) Lama pengobatan

Skizofrenia merupakan suatu penyakit kronis sehingga memerlukan

penanganan yang lama dan terus menerus. Waktu penanganan

penyakit yang lama dan tidak kunjung sembuh membuat pasien

mengeluh. Waktu pengobatan yang lama dapat membuat pasien

tidak perhatian lagi terhadap pengobatan, timbul malas dan

kejenuhan. Penderita penyakit kronis memiliki kesulitan dalam

teratur melakukan pengobatan mereka seiring berjalannya waktu,

dikarenakan penderita skizofrenia, dapat lupa atau menjadi kurang

perhatian terhadap sesuatu yang rutin dan dilewati selama periode

bertahun-tahun.

c. Faktor dukungan keluarga

Ketidak teraturan pengobatan pada pasien skizofrenia juga dipengaruhi

oleh rendahnya dukungan sosial dan dukungan keluarga. Bantuan yang

diberikan oleh pihak keluarga secara konsisten menunjukkan adanya

peningkatan keteraturan minum obat. Semua bentuk dukungan yang

diberikan keluarga terhadap pasien sangat bermanfaat. Keluarga dapat

mengatakan tentang hal-hal positif yang telah mereka capai. Sebaiknya

35
dukungan keluarga diberikan secara terus menerus kepada pasien agar

pasien dapat menangani rasa tidak ada harapan lagi dalam

kehidupannya.

7. SOP Mengontrol Halusinasi dengan Teratur Minum Obat

a. Tahap pra interaksi

Siapkan alat - alat yang meliputi :

1) Kertas atau buku catatan

2) Pena

b. Tahap Orientasi

1) Sapa klien, ucapkan salam

2) Tanya kabar dan keluhan klien

3) Kontrak waktu

Ex : “ Selamat pagi ibu bagaimana perasaan ibu hari ini ? apakah

suara - suaranya masih muncul ? apakah sudah dipakai tiga cara yang

sudah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ?.

Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. hari ini kita akan

mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan

diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya

bapak?"

c. Tahap Kerja

Evaluasi apakah klien sudah bisa melakukan cara-cara yang sudah

diajarkan sebelumnya

36
Ex : “Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara

teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ? minum obat

sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan

mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang

bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) ini yang warna

orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam

gunanya untuk menghilangkan suara-suara. ini yang putih 3 kali

sehari jam nya sama gunanya u ntuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan

yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk

pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak

boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau

putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke

keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk

mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-

obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan

bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak jangan keliru dengan

obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum

pada waktunya dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah

makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah

obat sekali minum dan harus cukup minum 10 gelas per hari"

37
d. Tahap Terminasi

Tanyakan keluhan dan buat kontrak baru.


Ex “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang

obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara?

coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). mari kita masukkan

jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada

waktunya minta obat pada pada keluarga di rumah. Besok kita

ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah

kita bicarakan. Mau jam berapa ? Bagaimana kalu jam 10.00 sampai

jumpa.

38
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan desain studi

kasus yang dijabarkan secara deskriptif. Studi kasus merupakan rancangan

penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif

misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi. Meskipun

jumlah subjek cenderung sedikit namun jumlah variable yang diteliti sangat

luas (Nursalam,2008).

Metode penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran

atau deskriptif tentang keadaan secara objektif. Penelitian ini diarahkan

unutk mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana penerapan

intervensi keperawatan untuk diagnosa Gangguan persepsi sensori

halusinasi dengan kasus halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia di

wilayah kerja puskesmas kumum Pada tahun 2023.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu

Waktu pelaksanaan penulisan proposal skripsi ini telah dimulai pada bulan

Agustus 2023.

2. Tempat

Tempat pelaksanaan proposal skripsi ini di lakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Kumun tahun 2023.

39
C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti ( Hidayat, 2012). Bukan hanya subjek atau objek

yang di pelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh

subjek atau objek tersebut. Pada penelitian ini populasi yang digunakan

semua pasien skizofrenia dengan halusinasi pendengaran yang berkunjung

atau berobat ke Puskesmas Kumun Kota Sungai Penuh.

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian

keperawatan, Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan ekslusi ekslusi,

dimana kriteria itu menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut

digunakan. Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak 2 orang pasien

dengan halusinasi pendengaran secara purposive sampling, yaitu

pengambilan sampel dengan berdasarkan pada tujuan dari peneliti dengan

kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria insklusi

a) Pasien yang bersedia menjadi responden

b) Pasien dengan diagnosa keperawatan halusinasi pendengaran

2. Kriteria ekslusi

a) Pasien yang sudah pernah berobat di rumah sakit jiwa (kontrol ulang)

b) Pasien dengan diagnosa keperawatan halusinasi pendengaran yang

tidak teratur minum obat

40
D. Instrumen Pengumpulan Data

Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format

asuhan keperawatan jiwa,( pengkajian, dianosa, intervensi, implementasi

dan evaluasi) alat pelindung diri (Handscoon dan masker), alat pemeriksaan

fisik (Tensimeter, thermometer, timbangan, arloji dengan detik dan

penlight).

1. Format penggkajian keperawatan jiwa terdiri dari : identitas spasien,

alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, status

mental, penggkajian aktivitas daily living mekanisme koping, masalah

psikososial dan linkungan, kurang pengetahuan, dan Aspek medik.

2. Format analisa data terdiri: nama pasien, nomor rekam medik, data,

masalah dan etiologi.

3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam

medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah,

serta tanggal dan paraf dipecahkan masalah.

4. Format intervensi asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor

rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi

5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor

rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi

keperawatan, dan paraf yang dilakukan implementasi keperawatan.

6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam

medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan,

dan paraf yang melakukan tindakan evaluasi keperawatan.

41
7. SOP Strategi Pelaksanaan.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik wawancara

Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang

mempunyai tujuan dan di dahului beberapa pertanyaan informan. Proses

memperoleh penjelasan untuk megumpulkan informasi dengan

menggunakan cara tanya jawab bisa sambil bertatap muka atau tanpa tatap

muka.

Pada penelitian ini dilakukan wawancara kepada pasien. Wawancara

dilakukan untuk mendapatkan untuk mendapatkan data tentang identitas

pasien, riwayat kesehatan pasien (sekarang, dahulu dan riwayat kesehatan

keluarga) dan aktifitas sehari-hari pasien (Sugiyono,2014).

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi yang dilakukan peneliti terlibat berkaitan dengan keadaan fisik

pasien serta kegiatan sehari - hari pasien seperti pola makan, pola aktifitas,

dan lain-lain (Sugiyono, 2014). Observasi merupakan suatu kegiatan

mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyajikan gambaran riil

suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian, untuk

membantu mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi yaitu melakukan

pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap

pengukuran tersebut.

42
3.Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan perjalan penyakit pasien yang sudah berlalu

yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Dokumentasi

keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil pemeriksaan

laboratorium dan hasil pemeriksaan pasien.

Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari puskesmas untuk

menunjang penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil,

pemeriksaan tanda – tanda vital ( Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).

F. Jenis-Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkanl angsung dari pasien seperti

pengkajian kepada pasien meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan

pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap

pasien. Data dari evaluasisetelah dilakukan latihan mengontrol halusinasi

dengan teratur minum obat.

b. Data Sekunder

Pada penelitian ini, data sekunder langsung didapatkan dari keluarga,

rekam medis di Ruangan Poli Jiwa Puskesmas Kumun Kota Sungai Penuh.

43
G. Analisis

Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi

pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi

keperawatan yang dibandingkan dengan teori. (khusus untuk diagnosa

halusinasi pendengaran dengan srategi pelaksanaan teratur minum obat). Pada

penelitan yang akan dilakukan setelah didapatkan data tentang pasien

melalui pengkajian keperawatan, data akan dikelompok kan dalam bentuk data

subjektif dan objektif dan dianalisa setelah itu dirumuskan diagnosa

keperwatan yang sesuai dengan data. Setelah itu disusun rencana keperawatan

berupa strategi pelaksanaan keperawatan dan intervensi keperawatan. Analisis

dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan asuhan keperawatan mulai

dari pengkajian sampai ke evaluasi keperawatan terkait pelaksanaan latihan

mengontrol halusinasi dengan teratur minum obat dengan masalah halusinasi

pada pasien skizofrenia antara kasus 1 dan kasus 2. Penyampaian hasil analisis

berupa perbandingan kasus disajikan secara deskriptif

H. Etika Pelaksanaan Studi Kasus

Menurut Macnee (2004 : 11) etika studi kasus meliputi:

1. Hak untuk self datermination, klien memiliki otonomi dan hak untuk

membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari

paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini atau untuk

mengundurkan diri dari penilitian ini.

2. Hak terhadap privacy dan dignity, berarti bahwa klien memiliki hak untuk

dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan terhadap

mereka serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana informasi tentang

mereka dibagi dengan orang lain.


44
3. Hak anonymity dan Confidentiality, maka semua informasi yang didapat

dari klien harus dijaga dengan sedemikian rupa sehingga informasi

individual tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan klien, dan klien

harus dijaga kerahasiaan atas keterlibatannya dalam penelitian ini. Untuk

menjamin kerahasiaan (confidentiality), maka peneliti menyimpan seluruh

dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar persetujuan mengikuti

penelitian, biodata, kaset rekaman dan transkrip wawancara dalam tempat

khusus yang hanya bisa diakses oleh peneliti. Dalam menyusun laporan

penelitian, penilitian menguraikan data tanpa mengungkap identitas klien

(anonymous).

4. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang sama

untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa deskriminasi dan diberikan

penanganan yang sama dengan menghormati seluruh persetujuan yang

disepakati, dan untuk memberikan penaganan terhadap masalah yang

muncul selama partisipasi dalam penelitian. Semua klien mempunyai

kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan

mendapatkan perlakuan yang sama dari peneliti.

5. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi dan peneliti harus

menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk meminimalkan manfaat dari

penelitian.

45
DAFTAR PUSTAKA.

Anonim, 2022, Pedoman Penulisan Skripsi, Stikes Syedza Saintika. Padang, p. 1-


41

Marwah, A.,2021, Analisis Intervensi Pemanfaatan Obat Secara Benar Pada


Pasien Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto
Heerdjan Jakarta, Karya Tulis Ilmiah, Akademi Keperawatan Pelni,
Jakarta, h.25-28

Damaiyanti, M. I., 2012, .Asuhan Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama,


Bandung, p, 61-63.

Dalami, E., dkk, 2014, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. CV.
Trans Info Media, Jakarta

Ditjen P2P, Kemenkes, 2020, Rencana Aksi Kegiatan 2020 – 2024, Jakarta,
Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Nafza, Jakarta, p. 4-5.
https://e-renggar.kemkes.go.id. 5/11/2022

Eko P, 2014, Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika,
Yogyakarta

Fahmawati, F. R., Hastuti, and W.,Wijayanti., 2019 Upaya Minum Obat Untuk
Mengontrol Halusinasi Pada Pasien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi Pendengaran, ITS PKU Muhamadiyah Surakarta,
http://repository.ac.id, 03/11/2022

Fitria, Nita., 2012. Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan


Tindakan Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta selatan. p, 49.

Keliat, B.A., dkk., 2012 Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Buku Kedokteran
EGC. EGC Jakarta

. 2014, Standar Asuhan Keperawatan. Buku Kedokteran EGC,


Jakarta, p, 3-4

. 2022, Asuhan Keperawatan Jiwa. Buku Kedokteran EGC,


Jakarta, p, 132 – 134.

Kusumawati., dkk., 2012, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta

Nurarif, A.H. , Kusuma, H., 2 b 016. Asuhan Keperawatan Praktis, ed., Mediaction
jogja, Jogjakarta, p. 245 – 247.
Nyumirah, S., 2013. Peningkatan Kemampuan Interaksi Social (Kognitif, Afektif
dan Perilaku) Melalui Penerapan Terapi Perilaku Kognitif di RSJ dr
Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal keperawatan jiwa, 1(2),
https://scholar.google.com 1/11/2022

Pauzi, M., 2021, Hubungan Beban Sosial Dengan Kemampuan Keluarga


Merawat Pasien Skizofrenia Pasca Pasung Diwilayah Kabupaten Bungo –
Jambi, Jurnal inovasi Penelitian vol 2 no. 5, Dharmasraya, https://stp-
mataram.e-journal.id/JIP/article/view/915/721.4/11/2022

Pertami, B.S.B. , 2015, Konsep Dasar Keperawatan. Bumi Medika, Jakarta,p,


204.

Prabowo, E.,2014, Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Nuha Medika, Yogyakarta,p,


28.

Sovitriana, R. 2019, Dinamika psikologis kasus penderita skizofrenia. : Uwais


Inspirasi Indonesia, p, 46.

Rahayu, D. R., 2016 Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori :


Halusinasi dengan pasien Ny.S diruang Bima Instalansi Jiwa Rumah Sakit
Umum Daerah Banyumas. Universitas Muhamadiyah : Purwokerto

Rohan, H., dkk, 2016, Mengapa Terjadi Skizofrenia, Pencegahan Dan


Pengenalan Terapi Gen, ed.1, Yogyakarta, p, 62

Susanti, R. 2014, Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Terhadap Pemenuhan


Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan Jiwa Dengan Defisit Perawatan
Diri. Naskah Publikasi Riau : Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau. https://media.neliti.com 7/11/2022

Stuart, G.W, 2014, Buku Saku Keperawatan Jiwa. ed.5, Jakarta EGC.

. 2016, Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.

Sutejo., 2016, Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa


Gangguan Jiwa Dan Psikososial. Pustaka Baru Press, Yogyakarta, p, 9-18.

.,2018, Keperawatan Kesehatan Jiwa. Pustaka Baru , Yogyakarta, p, 18

Tumanggor., 2018, Asuhan Keperawatan Pada Klien Skizofrenia dengan


Pendekatan NANDA, NOC, NIC dan ISDA, Selemba Medika, Jakarta, p ,
3
Undang-undang No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa. https://peraturan
.bpk.go.id.Details 5/11/2022

Win M.R, Angkasa, P.M., Astuti, D.P.,2022, Faktor – Faktor


yang Mempengaruhi Angka Kekambuahan Pasien
Gangguan Jiwa (SKIZOFRENIA), Jurnal PENA Vol. 36 Edisi
Penelitian Unikal 2022, Semarang,
https://jurnal.unikal.ac.id/index.php/pena/article/download/1957/1202,
06/11/2022

Yosep, 2007, di Damaiyanti, M. I., 2012, .Asuhan Keperawatan Jiwa, PT Refika


Aditama, Bandung, P,

You might also like