You are on page 1of 16

MAKALAH

BIOKIMIA VITAMIN & MINERAL

METABOLISME VITAMIN K

DOSEN PENGAMPU : Pasjan Satrimafitrah, S.Si., M.Si., P.hd

Disusun oleh:

Nama : NUURAA RUZQAA

NIM : G30122020

Kelas : Kimia A

Kelompok : 3 (Tiga)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU, 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Palu, 7 September 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tubuh yang sehat membutuhkan asupan gizi dan nutrisi seimbang untuk
menjalankan fungsi setiap bagian organ tubuh dengan baik dan menjaga agar
tubuh tetap dalam kondisi sehat. Setiap bagian tubuh mempunyai peran dan
fungsi sendiri-sendiri dan begitu juga dengan kebutuhan agar dapat bekerja
dengan baik.

Karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa zat mineral telah dianggap sebagai
zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh normal. Akan tetapi
berbagai pengamatan menduga bahwa senyawa-senyawa organik lainnya adalah
esensial untuk menjaga kesehatan. Telah diketahui bahwa proses pembekuan
darah diperlukan trombokinase, Ca++, vitamin K, protrombin. Jika salah satu
komponen tidak ada, proses pembekuan darah akan terhambat.

Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk
proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak
dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu
harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Vitamin tersebut pada
umumnya dapat dikelompokkan kedalam dua golongan utama yaitu vitamin
yang larut dalam lemak yang meliputi vitamin A, D, E, dan K dan vitamin yang
larut dalam air yang terdiri dari vitamin C dan vitamin B (Winarno 1986).

Vitamin K merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Sekali diserap
dalam, vitamin ini disimpan dalam hati melalui sistem limfe. Absorbsi
membutuhkan cairan empedu dan pakreas. Seperti halnya lemak, vitamin juga
memerlukan protein pengangkut untuk memindahkannya dari satu tempat ke
tempat yang lain. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air, maka vitamin K
tidak dikeluarkan, akibatnya vitamin ini dapat ditimbun dalam tubuh bila
dikonsumsi dalam jumlah banyak.

Keberadaan vitamin K merupakan salah satu mikronutrien yang essensial bagi


tubuh, sehingga informasi mengenai fungsi, metabolisme, absorpsi dan sumber-
sumber makanan vitamin K.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengidentifikasi dan
mengetahui gambaran vitamin K dalam tubuh.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dan bentuk vitamin K
2. Mengetahui sifat vitamin K
3. Mengetahui fungsi vitamin K
4. Mengetahui sumber-sumber vitamin K
5. Mempelajari angka kecukupan vitamin K
6. Memahami absorpsi dan transportasi vitamin K
7. Mempelajari metabolisme vitamin K
8. Mengetahui akibat kekurangan dan kelebihan vitamin K
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Bentuk Vitamin K


Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa
protein yang berperan dalam proses pembekuan darah,
seperti prothrombin, proconvertin, komponen thromboplastin plasma,
dan Stuart-Power Factor. Vitamin K juga adalah sekelompok
senyawa kimia yang terdiri atas filokuinon yang terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan dan menakuinon yang terdapat dalam minyak ikan
dan daging. Menakuinon juga dapat disintesis oleh bakteri di dalam
usus halus manusia (Sandjaja 2009).
Ada tiga bentuk vitamin K, yaitu: (1) Vitamin K1 (phytomenadione)
yang tedapat pada sayuran hijau, (2) Vitamin K2 (menaquinone) yang
dapat disintesis oleh flora usus normal seperti Bacteriodes fragilis dan
beberapa strain Escherichia coli, (3) Vitamin K3 (menadione)
merupakan vitamin K sintetis yang sekarang jarang diberikan pada
bayi yang baru lahir (neonatus) karena dilaporkan dapat menyebabkan
anemia hemolitik. Vitamin K3 ini bersifat larut dalam air, digunakan
untuk penderita yang mengalami gangguan penyerapan vitamin K
dari makanan (Sandjaja 2009).
Nama kimia dari vitamin K1 (adalah 2-metil-3fitil-1,4-naftokuinon.)
Produk sintesis vitamin K3 (menadion atau 2-metil-1,4-naftokuinon)
memiliki kekuatan tiga kali di banding vitamin K. Dukimarol adalah
senyawa antagonik terhadap vitamin K (Winarno 1986).
Menadion (vitamin K3), yaitu senyawa induk seri vitamin K, tidak
ditemukan dalam bentuk alami tetapi jika diberikan, secara in vivo
senyawa ini akan mengalami alkilasi menjadi salah satu menakuinon
(vitamin K2). Filokuinon (vitamin K1) merupakan bentuk utama
vitamin K yang ada dalam tanaman. Menakuinon–7 merupakan salah
satu dari rangkaian bentuk tak jenuh polirenoid dari vitamin K yang
ditemukan dalam jaringan binatang dan disintesis oleh bakteri dalam
intestinum.

2.2 Sifat Vitamin K


Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak
oleh radiasi, asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam
dua bentuk, keduanya terdiri atas cincin 2-metilnaftakinon dengan
rantai samping. Vitamin K1 mempunyai rantai samping fitil. Vitamin
K2 merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya terdiri atas
beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping dengan 14 unit).
Vitamin K3 terdiri atas naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena
itu mempunyai sifat larut air. Vitamin K atau metadion baru aktif
secara biologis setelah mengalami alkalilasi didalam tubuh
(Almatsier, 2006).

2.3 Fungsi Vitamin K


Vitamin ini merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa
protein termasuk dalam pembekuan darah. Disebut juga vitamin
koagulasi, vitamin ini bertugas menjaga konsitensi aliran darah dan
membekukannya saat diperlukan. Vitamin yang larut dalam lemak ini
juga berperan penting dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan
ginjal. Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting
untuk pembentukan tulang terutama jenis K1. Vitamin K1
diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi
maksimal (Winarno 1986).
Vitamin K diperlukan untuk proses karboksilasi-gama pada residu
glutamate untuk membentuk tiga protein kunci yang terdapat dalam
tulang, termasuk osteokalsin, yang memiliki aktifitas tinggi dalam
mengikat kalsium. Telah dilaporkan bahwa pada orang usia lanjut
status vitamin K berbanding terbalik dengan resiko fraktur (Barasi
2007).
Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah
residu protein berupa asam glutamate (glu) menjadi gama-
karboksiglutamat (gla). Protein-protein ini dinamakan protein-
tergantung vitamin K atau gla-protein. Enzim karboksilase yang
menggunakan vitamin K sebagai kofaktor didapat di dalam membran
hati dan tulang dan sedikit di lain jaringan. Gla-protein dengan mudah
dapat mengikat ion kalsium. Kemampuan inilah yang merupakan
aktivitas biologik vitamin K. Vitamin K sangat penting bagi
pembentukan protombin. Kadar protombin yang tinggi didalam darah
merupakan indikasi baiknya daya penggumpalan darah. Pada proses
pembekuan darah, gama-karboksilasis terjadi di dalam hati pada
residu asam glutamate yang terdapat pada berbagai faktor pembekuan
darah, seperti factor II (Protrombin), VII, VIII, IX, dan X (Almatsier
2006).
Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan langkah
essensial dalam pembekuan darah. Gla protein lain yang mampu
mengikat ion kalsium terdapat di dalam jaringan tulang dan gigi
sebagai osteokalsin dan gla-protein matriks. Kedua jenis gla-protein
ini mengikat hidroksiapatit yang diperlukan dalam pembentukan
tulang. Tanpa vitamin K, tulang memproduksi protein yang tidak
sempurna, sehingga tidak dapat mengikat mineral-mineral yang
diperlukan dalam pembentukan tulang. Gla protein juga ditemukan
pada jaringan tubuh lain seperti ginjal, pankreas, limpa, paru-paru,
dan endapan aterosklerotik namun fungsinya belum diketahui dengan
pasti. Gla protein di dalam otak diduga berperan dalam metabolisme
sulfatida yang diperlukan untuk perkembangan otak (Almatsier
2006).

2.4 Sumber Vitamin K


Sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri di dalam usus
halus (jejunum dan ileum) yang mampu mensintesis vitamin K, yang
sebagian diserap dan disimpan di dalam hati. Akan tetapi tubuh
masih perlu mendapat tambahan vitamin K dari makanan. Sumber
utama vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau, kacang
buncis, kacang polong, kol dan brokoli. Semakin hijau daun-daunan
semakin tinggi kandungan vitamin K-nya. Bahan pangan lain yang
mengandung vitamin K dalam jumlah lebih sedikit adalah susu,
daging, telur, serealia, dan buah-buahan (pisang, jeruk, dan
tomat) (Almatsier 2006)..
Teh juga merupakan sumber vitamin K yang baik. Dalam setiap gram
teh terkandung sekitar 300-500 SI vitamin K. Berbagai pangan
probiotik (yoghurt, yakult, kefir, dan dadih) yang mengandung bakteri
bersifat menguntungkan kesehatan, ternyata bisa membantu
menstimulasi produksi vitamin K di dalam usus besar (Purwanto,
2002).

Tabel 1 Kadar Vitamin K pada berbagai bahan pangan (µg/100 gram)


Bahan Makanan µg Bahan makanan µg

Susu sapi 3 Asparagus 57


Air
Keju 35 Buncis 14 Susu
Mentega 30 Brokoli 200 Ibu
(ASI)
Ayam 11 Kol 125
tidak
Daging sapi 7 Daun selada 129

Hati sapi 92 Bayam 89

Hati ayam 7 Kentang 3

Minyak jagung 10 Tomat 5

Jagung 5 Pisang 2

Gandum 5 Jeruk 1

Tepung terigu 4 Kopi 38

Roti 4 Teh hijau 712

banyak mengandung vitamin K, sedangkan bakteri yang dapat


mensintesis vitamin K tidak segera tersedia di dalam saluran cerna
bayi. Untuk mencegah terjadinya gangguan penggumpalan darah
yang dapat menyebabkan perdarahan, bayi baru lahir dianjurkan
mendapat vitamin K melalui mulut atau injeksi intramuscular. Susu
formula bayi sebaiknya difortifikasi dengan vitamin K (Almatsier
2006).

2.5 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan


Menurut standar RDA (Recommended Dietary Allowance),
kebutuhan vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya.
Untuk dewasa, setidaknya membutuhkan 1 mikrogram setiap hari per
kg berat badan. Jadi, kalau berat badan Anda 50 kg maka kebutuhan
perharinya mencapai 50 mikrogram. Angka kecukupan vitamin K
yang dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis kelamin di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 (Almatsier 2006).
Tabel 2 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin
K

Golongan umur AKG (mkg)

0-6 bulan 5

7-12 bulan 10

1-3 tahun 15

4-9 tahun 20

Pria

10-12 tahun 45

13-15 tahun 65

16-19 tahun 70

≥ 20 tahun 80

Wanita

10-12 tahun 45

13-15 tahun 55

16-19 tahun 60

≥ 20 tahun 65
Hamil 65

Menyusui 0-6 bln 65

Menyusui 7-12 bln 65

2.6 Absorpsi dan Transportasi Vitamin K


Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang
membentuk residu γ – karboksiglutamat dalam protein precursor.
Reaksi karboksilase yang tergantung vitamin K terjadi dalam
retikulum endoplasmic banyak jaringan dan memerlukan oksigen
molekuler, karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K
dan di dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi karboksilase
diubah oleh enzim 2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon
vitamin K dengan menggunakan zat pereduksi ditiol yang masih
belum teridentifikasi. Reduksi selanjutnya bentuk kuinon menjadi
hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk
menghasilkan kembali bentuk aktif vitamin tersebut (Rusdiana 2004).
Sebanyak 50-80 persen vitamin K di dalam usus diserap dengan
bantuan asam empedu dan cairan pankreas. Setelah diserap di dalam
usus halus bagian atas, vitamin K dikaitkan dengan kilomikron untuk
diangkut melalui sistem limfa ke hati. Hati merupakan tempat
penyimpanan vitamin K utama di dalam tubuh. Kemudian, vitamin K
diangkut oleh lipoprotein VLDL plasma dari hati menuju ke berbagai
sel tubuh. Karena vitamin K bersifat larut dalam lemak, hal-hal yang
menghambat penyerapan lemak secara otomatis juga akan
menurunkan penyerapan vitamin K (Almatsier 2006).
Dalam keadaan normal, sebanyak 30-40 persen dari vitamin K yang
diserap akan dikeluarkan melalui empedu, dan 15 persen melalui urin
sebagai metabolit larut air. Simpanan vitamin K di dalam tubuh tidak
banyak dan pergantiannya terjadi dengan cepat. Simpanan di dalam
hati sebanyak 10 persen berupa filokuinon dan 90 persen berupa
menakuinon, yang kemungkinan disintesis oleh bakteri pada saluran
pencernaan. Namun, kebutuhan akan vitamin K tampaknya tidak
dapat hanya dipenuhi dari sintesis menakuinon, diperlukan juga
diperoleh dari makanan (Almatsier 2006).

2.7 Metabolisme Vitamin K


Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan
lemak, antara lain cukup tidaknya sekresi empedu dan pankreas yang
diperlukan untuk penyerapan vitamin K. Hanya sekitar 40 -70%
vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah diabsorbsi,
vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui saluran
limfatik, kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar
90% vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk
menaquinone. Dari hati, vitamin K disebarkan ke seluruh jaringan
tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat di darah, vitamin K
bergabung dengan VLDL dalam plasma darah (Rusdiana 2004).
Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi
komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi.
Selanjutnya, vitamin K diekskresikan melalui urin dan feses. Sekitar
20% dari vitamin K diekskresikan melalui feses. Pada gangguan
penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 %
(Rusdiana 2004).

2.8 Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K


Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat menggumpal,
sehingga bila ada luka atau pada operasi terjadi perdarahan.
Kekurangan vitamin K karena makanan jarang terjadi, sebab vitamin
K terdapat secara luas dalam makanan. Kekurangan vitamin K terjadi
bila ada gangguan absorpsi lemak (bila produksi empedu kurang atau
pada diare). Kekurangan vitamin K bisa juga terjadi bila seorang
mendapat antibiotika sedangkan tubuhnya kurang mendapat vitamin
K dari makanan. Antibiotika membunuh bakteri di dalam usus yang
membentuk vitamin K. Oleh karena itu, sebelum operasi biasanya
diperiksa terlebih dahulu kemampuan darah untuk menggumpal dan
sebagai pencegahan diberi suntikan vitamin K. Vitamin K biasanya
diberikan sebelum operasi untuk mencegah perdarahan berlebihan
(Almatsier 2006).
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat
membeku. Hal ini dapat meyebabkan pendarahan atau hemorrhargia.
Bagaimanapun, kekurangan vitamin K jarang terjadi karena hampir
semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari
makanan. Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem
pencernaan mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri yang
dapat mensintesis vitamin K, sedangkan air susu ibu mengandung
hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah
vitamin K saat lahir (Rahayu 2008).
Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena sedikitnya
konsumsi sayuran atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama.
Antibiotik dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam usus yang
memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K
disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan dan
kurangnya garam empedu (Purwanto 2002).
Aspirin berlebihan dapat mencegah pembekuan darah normal dengan
mengganggu pembentukan platelet dan faktor-faktor tergantung
vitamin K. Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya
gejala-gejala, antara lain hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan
adanya defisiensi protrombin dalam darah. Selain itu, terlihat pula
perdarahan subkutan dan intramuskuler (Almatsier 2006).
Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan
dalam bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion. Gejala
kelebihan vitamin K adalah anemia hemolisis, hiperbilirubinemia,
kern ikterus, sakit kuning (jaundice) dan kerusakan pada otak
(Almatsier 2006).
Absorpsi adalah proses penyerapan makanan dari saluran pencernaan
yang selanjutnya dipindahkan ke sistem kardiovaskuler dan limfa
untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Anemia hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya
penghancuran sel darah merah.
Hemorrhargia adalah keluarnya eritrosit (darah) dari pembuluh darah,
karena pecahnya dindng pembuluh darah setempat.
Kilomikron adalah ikatan lipoprotein besar, yang disintesis dalam
mukosa usus, dikeluarkan ke limfe intestinal, selanjutnya masuk ke
dalam plasma darah sitemik tanpa melalui hati.
Koagulasi adalah proses dimana berbagai faktor pembekuan darah
berinteraksi, yang akhirnya membentuk bekuan fibrin yang tak larut.
Protrombin adalah protein yang larut dalam plasma darah, yang bila
terjadi luka bersama dengan ion kalsium membentuk trombin, yang
mengaktifkan fibrinogen menjadi fibrin.
Proconvertin adalah faktor koagulasi yang dibentuk dalam ginjal
dibawah pengaruh vitamin.
VLDL (Very Low Density Lipoprotein) adalah ikatan lipoprotein
dengan densitas sangat rendah, disintesis hati, memasuki plasma dan
diedarkan ke seluruh tubuh.
IV. KESIMPULAN
1. Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, terdapat dalam
3 bentuk yaitu Vitamin K1 (phytomenadione), Vitamin K2
(menaquinone) dan Vitamin K3 (menadione).
2. Vitamin K tahan terhadap panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi,
asam, dan alkali.
3. Fungsi vitamin K adalah menjaga konsitensi aliran darah,
membantu pembekuan darah saat diperlukan, memaksimalkan
penyerapan kalsium, dan proses karboksilasi-gama pada residu
glutamate dalam pembentukan tulang.
4. Sumber-sumber vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna
hijau seperti kol dan brokoli serta bakteri di dalam usus halus
(jejunum dan ileum) juga mampu mensintesis vitamin K.
5. Standar kecukupan vitamin K seseorang tergantung dari berat
badannya, untuk dewasa 1mikrogram setiap hari per kg berat badan.
6. Absorpsi vitamin K dipengaruhi sekresi empedu dan cairan
pankreas. Setelah vitamin K diserap oleh usus halus, kemudian
dikaitkan dengan kilomikron serta ditransportasikan ke hati melalui
sistem limfe. Kemudian diangkut oleh VLDL ke seluruh tubuh.
7. Vitamin K dimetabolisme menjadi komponen larut air dan
produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K
diekskresikan melalui urin dan feses.
8. Kekurangan vitamin K terjadi apabila terdapat gangguan absorbsi
lemak sehingga hipotrombinemia menyebabkan darah
sukar membeku dan pendarahan atau hemorrhargia. Kelebihan
vitamin K adalah anemia hemolitik, hiperbilirubinemia, kern ikterus
dan kerusakan pada otak.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Barasi, M. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hermaya, T. 1992. Ensiklopedi Kesehatan. Jakarta: PT.Cipta Adi
Kusuma
Purwanto. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian
Rahayu. 2008. Vitamin K. Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang.
Rusdiana. 2004. Vitamin. Sumatera Utara : Penerbit Universitas
Sumatera Utara.
Sandjaja. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Wilson, E.D., K.H. Fisher dan P.A. Gracia. 1979. Principle of
Nutrition. New York: John Wiley & Son,ed.
Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka

You might also like