You are on page 1of 11

ANALISIS PERISTIWA

REPUBLIK MALUKU
SELATAN (RMS)

M. DAVIN. SEAN XII MIPA 2 (23)


Pendahuluan

Republik Maluku Selatan atau RMS adalah sebuah


republik di Kepulauan Maluku yang diproklamasikan
tanggal 25 April 1950. Pulau-pulau terbesarnya adalah
Seram, Ambon, dan Buru.RMS di Ambon dikalahkan oleh
militer Indonesia pada November 1950, tetapi konflik di
Seram masih berlanjut sampai Desember 1963.
Kekalahan di Ambon berujung pada pengungsian
pemerintah RMS ke Seram, kemudian mendirikan
pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada
tahun 1966. Ketika pemimpin pemberontak Dr. Christian
Soumokil ditangkap militer Indonesia dan dieksekusi
tahun 1966.
Tujuan

pemberontakan RMS didasari oleh


pemikiran Dr. Soumokil sebagai jaksa
agung Negara Indonesia Timur. Ia ingin
melepaskan wilayah Maluku khususnya
Maluku Selatan dari Republik Indonesia
Serikat. pemberontakan RMS yang
dilakukan Soumokil memiliki tujuan
yang sama yakni ketidakpuasan
mereka karena RIS kembali ke Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
TOKOH TOKOH PERLAWANAN RMS

A.E. Kawitarang D.R. Leimena Slamet Sudiarto


Slamet sudiarto

Pahlawan nasional dengan


nama lengkap Brigadir
Jenderal Siswosoelastro
Soediarto ini lahir di Salatiga
pada 25 Desember 1925.
Kisahnya terkenal dengan
pengorbanannya yang
memilih ikut berjuang
daripada melanjutkan
studinya ke Amerika Serikat.
Latar Belakang
Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon yang diproklamasikan 66 tahun lalu. Pada 23 April 1950, J.
Manuhutu didatangi orang-orang bersenjata. Mereka adalah pendukung ide bekas Jaksa Agung Negara
Indonesia Timur, Chris Soumokil, yang menekan Kepala Daerah Maluku Selatan itu agar mau mendirikan
negara di Ambon. Akhirnya, Manuhutu luluh dan membacakan Proklamasi Republik Maluku Selatan (RMS)
pada 25 April 1950.
"Memenuhi kemauan jang sungguh, tuntutan dan desakan rakjat Maluku Selatan, maka dengan ini kami
proklamir Kemerdekaan Republik Maluku Selatan, de facto de jure, yang berbentuk Republik, lepas dari
pada segala perhubungan ketatanegaraan Negara Indonesia Timur dan R.I.S." begitu awal penggalan
proklamasi RMS. RMS pun resmi berdiri. Para pejabatnya langsung sadar mereka akan mendapat
perlawanan dari TNI. Maka, RMS pun memperkuat pasukannya. Bekas sersan Tentara Hindia Belanda
(KNIL) diangkat menjadi Panglima Angkatan Perang RMS. Ada Dantje Samson, Thomas Nussy, Sopacua
dan lainnya. Ratusan bekas KNIL dengan dibantu ribuan pemuda bersenjata tombak dan panah menjadi
kekuatan inti militer RMS ketika itu.
PERISTIWA
Slamet Sudiarto, pimpinan penumpasan yang lain, adalah bekas sersan KNIL yang menjadi salah satu komandan
brigade di bawah komando divisi sama. Pada masa revolusi, Divisi Penembahan Senopati dianggap komunis karena
dekat dengan tokoh-tokoh PKI seperti Alimin, Musso, dan Amir Sjarifoeddin. Divisi ini adalah "musuh bebuyutan" Divisi
Siliwangi yang pernah dipimpin Nasution, perwira tinggi anti-kiri. Ketika ada gencatan senjata dengan Belanda,
kedua divisi ini pernah saling culik-culikan sampai meletusnya Peristiwa Madiun 1948.
Saleh Djamhari menjelaskan, Kolonel Nasution yang ketika itu menjabat KSAD memerintahkan Alex Kawilarang untuk
menghabisi RMS. Panglima Divisi II/Diponegoro di Jawa Tengah, Kolonel Gatot Subroto, kemudian memerintahkan
bekas anak buah Brigade 6 pimpinan Letkol Slamet Sudiarto untuk mengawal Alex, yakni Batalion Suradji (mantan
Brigade Slamet Riyadi), Batalion Sutarno, Batalion Yusmin.
Karena pasukan ini dianggap kiri, Slamet Riyadi dan Slamet Soediarto sempat dibebastugaskan di Jawa Tengah.
Mereka berdua tetap bersama bekas anak buahnya, sampai kemudian diberi tugas oleh Alex Kawilarang, salah satu
komandan penumpasan RMS. Dari Jawa Timur, Alex Kawilarang mendapatkan Batalion Abdullah. Sama seperti
batalion-batalion dari Jawa Tengah, Mayor Abdullah dan pasukannya juga dianggap kiri. Sekitar tahun 1948,
Abdullah dan kawan-kawannya pernah dekat dengan Tan Malaka.
Akhir Peristiwa

Ketiga nama itu—Slamet Riyadi, Slamet Sudiarto, dan Abdullah—kemudian


dikenang, karena semuanya gugur dalam pertempuran. Mayor Abdullah
meninggal saat memimpin pendaratan; tertembak di atas kapal oleh peluru RMS
pada 25 September 1950 di sekitar Seram.

Setelahnya, pada 28 September 1950, pasukan TNI akan mendarat di Hitumeseng,


dan Letkol Slamet Sudiarto kena tembak saat hendak keluar dari kapal. Peluru
menembus ususnya. Ia sempat dioperasi di KM Waibalong, tetapi akhirnya
meninggal.
Dampak RMS

Pengibaran bendera Benang Raja dan dimulainya pemberontakan RMS


menimbulkan berbagai dampak. Dampak utama yaitu banyaknya korban yang
jatuh dari kedua belah pihak pada masa perlawanan. Selain itu, terjadi migrasi
pengungsi ke Belanda karena dianggap mendukung berdirinya RMS. Hal ini juga
menimbulkan ketidakstabilan kondisi keamanan dan politik antar kelompok di
wilayah Maluku. Bahkan beberapa kejadian terorisme oleh anggota RMS juga
terjadi di Belanda. Hubungan Indonesia dan Belanda juga turut terdampak akibat
munculnya pemberontakan ini.
Daftar Pustaka dan Sumber

Rukmy (2006) Apa & siapa RMS (Republik Maluku Selatan)

Puar, J. A. (1956)Peristiwa Maluku Selatan. Jakarta: Bulan Bintang

https://munasprok.go.id/Web/baca/135#:~:text=Republik%20Maluku%20
Selatan%20(RMS)%20adalah,Kesatuan%20Republik%20Indonesia%20(NK
RI).
Terima Kasih

You might also like