You are on page 1of 12

Moderasi Beragama di Indonesia saat Pandemi Virus

Covid-19
Amanda Shofi Agustin, Desy Aulia Anggriani, Elok Kholwatul Jannah, Cintya Lamusu

Abstract
In recent years, the world has mourned the emergence of the Covid-19 virus, as well as
Indonesia. The impact caused by this pandemic is also not small, some of which greatly affect
the economic, educational, social, and religious fields. In fact, each country has its own policy in
dealing with the situation during the pandemic. Piety to Allah is also not a guarantee that it will
avoid the covid 19. The research method we use in this article is the literature study method,
which is a data collection method directed at finding data and information through documents,
both written documents, photographs, images, and electronic documents that can support the
writing process. Religious moderation means prioritizing balance in terms of moral beliefs and
dispositions as an expression of the religious attitudes of certain individuals or groups in the
midst of the diversity and diversity of social facts that surround us.Moderate Islam is a religious
attitude. The impact of the corona virus outbreak on Muslims is certainly not only threatening
personal safety, but also giving rise to new narratives among Muslims who are different
regarding the Corona virus. So, there is a need for religious moderation that prioritizes the
balance of character in the midst of the diversity that surrounds us.

Abstrak

Beberapa tahun terakhir, dunia berduka dengan munculnya virus Covid-19, begitupun
Indonesia. Dampak yang ditimbulkan juga tidak sedikit pada pandemi ini, beberapa yang sangat
mempengaruhi adalah dari bidang ekonomi, pendidikan, sosial, serta agama. Bahkan, setiap
negara memiliki kebijakan sendiri dalam menghadapi situasti pada saat pandemi tersebut.
Kesalehan kepada Allah juga tidak menjadi suatu jaminan akan terhindar dari covid 19 tersebut.
Metode penelitian yang kami gunakan pada artikel ini adalah metode studi pustaka yang
merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi
melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen
elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Moderasi beragama memiliki arti
mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan moral dan watak sebagai ekspresi sikap
keagamaan individu atau kelompok tertentu di tengah keberagaman dan kebhinekaan fakta sosial
yang melingkupi kita.Islam moderat merupakan sikap keberagamaan. Dampak wabah virus
corona terhadap umat Muslim tentunya bukan hanya mengancam keselamatan diri, tetapi juga
memunculkan narasi baru di kalangan umat muslim yang berbeda beda terkait virus Corona.
Jadi, perlu adanya moderasi beragama yang mengedepankan keseimbangan watak di tengah
keberagaman yang melingkupi kita.

Pendahuluan

Beberapa tahun terakhir, dunia dilanda duka karena munculnya virus Covid-19,
begitupun Indonesia. Virus ini dapat menyerang siapa saja mulai dari lansia, orang dewasa,
hingga anak-anak. Kejadian ini menimbulkan banyak korban berjatuhan. Virus ini pertama kali
ditemukan di Wuhan, Hubei, Republik Rakyat Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019. Dengan
adanya berbagai kunjungan negara oleh masyarakat dunia, virus yang semula hanya ada di
Wuhan, Tiongkok menyebar ke berbagai penjuru dunia hingga sampai Indonesia. Dampak yang
ditimbulkan juga tidak sedikit pada pandemi ini, beberapa yang sangat mempengaruhi adalah
dari bidang ekonomi, pendidikan, sosial, serta agama. Bahkan, setiap negara memiliki kebijakan
sendiri dalam menghadapi situasi pada saat pandemi tersebut. Virus ini juga ciptaan Allah yang
memungkinkan dapat menyasar seluruh hamba-hamba-Nya, baik yang menjalankan syariat-Nya
maupun tidak. Kesalehan kepada Allah juga tidak menjadi suatu jaminan akan terhindar dari
covid 19 tersebut.

Pada pertengahan tahun 2021 ini umat manusia diseluruh dunia kembali diguncang
dengan Virus Corona (Covid-19) yang membuat kepanikan dimana-mana. Indonesia merupakan
salah satu negara yang terkena dampak penyebaran Virus Covid-19. Penduduk Indonesia dengan
mayoritas Umat Muslim, juga mengalami dampak atas kehadiran virus Corona.

Dampak itu berimbas ke berbagai aspek pertama; aspek ekonomi, kedua; aspek sosial,
dan ketiga; aspek pendidikan. Tidak hanya itu, virus Corona juga memberikan dampak yang luar
biasa terhadap kehidupan keberagamaan.Berbagai macam kebijakan terkait dengan pemutusan
mata rantai penularan virus Corona juga dirasakan dan dialami oleh umat Muslim. Mulai dari
pelaksanaan ibadah berjamaah dialihkan ke rumah masing masing, bahkan beberapa rumah
ibadah seperti Masjid ditutup selama wabah Corona merebak. Hal tersebut semakin diperkuat
dengan terbitnya fatwa MUI nomor 14 Tahun 2020 mengenai ibadah dalam situasi wabah virus
corona, yang mana didalamnya terdapat ketentuan yang mengatur bahwa penyelenggaraan
ibadah shalat wajib, shalat Jumat terlarang dilakukan di masjid untuk daerah dengan potensi
penularan corona beresiko tinggi.

Hal tersebut dengan pertimbangan akan melibatkan banyak orang sehingga berpotensi
terjadinya penularan virus secara massal semakin tinggi. Di samping itu, pengajian umum,
tabliqh akbar, tahlilan, dan ceramah-ceramah keagamaan juga dilarang untuk dilakukan di
masjid/mushalla karena juga berpotensi mengumpulkan banyak orang. (Jurnal Try Bunga Firma)

Tujuan Penelitian

Artikel ini dibuat bertujuan untuk menguraikan tentang pentingnya menjaga moderasi
beragama di indonesia ditengah pandemi Covid-19. Karena moderasi beragama ketika masa
pandemi Covid-19 juga harus dijaga. Umat islam sebaiknya lebih memahami dan menjaga
keselamatan diri karena tidak ada alternatif lain dibandingkan dengan memaksakan kehendak
untuk melaksanakan ibadah di masjid. Dan hukum telah ditetapkan supaya kita tetap
menjalankan ibadah dalam kondisi sesulit apapun dan tidak boleh ditinggalkan. Oleh karena itu,
umat islam dituntut untuk lebih memahami fikih ditengah wabah Covid-19. Untuk itu
membangun moderasi agama di kala pandemi Covid-19 menjadi suatu keharusan dengan cara
menghindari penularan Covid-19 melalui ibadah di rumah saja. Pembiasaan ini digunakan untuk
menerima suatu yang ditimbulkan oleh Covid-19 dari berbagai aspek terutama pembiasaan
beribadah umat.

Metode

Metode penelitian yang kami gunakan pada artikel ini adalah metode studi pustaka yang
merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi
melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen
elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Dalam artikel kali ini, kami
menggunakan sumber dari beberapa jurnal ilmiah yang telah kami analisis kekurangan serta
kelebihannya.

Pembahasan

A. Makna Moderasi Beragama


Dalam masyarakat multikultural, interaksi sesama manusia cukup tinggi
intensitasnya, sehingga kemampuan sosial warga masyarakat dalam berinteraksi antar
manusia perlu dimiliki setiap anggota masyarakat. Kemampuan tersebut menurut Curtis,
mencakup tiga wilayah, yaitu : affiliation (kerja sama), cooperation and resolution
conflict (kerjasama dan penyelesaian konflik), kindness, care and affection/ emphatic
skill (keramahan, perhatian, dan kasih sayang). (Curtis, 1988).
Keragaman suku, ras, agama, perbedaan bahasa dan nilai-nilai hidup yang terjadi
di Indonesia sering berbuntut berbagai konflik. Konflik di masyarakat yang bersumber
pada kekerasan antar kelompok yang meledak secara sporadis di berbagai kawasan di
Indonesia menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam
Negara-Bangsa Indonesia, betapa kentalnya prasangka antara kelompok dan betapa
rendahnya saling pengertian antar kelompok.
Islam moderat merupakan sikap keberagamaan Islam yang mengambil jalan
tengah (wasath) antara dua paham atau pemikiran yang ekstrem. Sikap tersebut
merupakan hasil dialektika pemahaman atau pemikiran Islam yang ada sebelumnya.
Dari berbagai macam keberagaman yang dimiliki negara Indonesia, keberagaman
agama menjadi yang terkuat dalam membentuk radikalisme di Indonesia. Munculnya
kelompok-kelompok ekstrem yang kian hari semakin mengembang sayapnya difaktori
berbagai hal seperti sensitifitas kehidupan beragama, masuknya aliran kelompok ekstrem
dari luar negeri, bahkan permasalahan politik dan pemerintahan pun turut mewarnai.
Maka ditengah hiruk-pikuk permasalahan radikalisme ini, muncul sebuah istilah yang
disebut “Moderasi beragama”.
Moderasi beragama memiliki arti mengedepankan keseimbangan dalam hal
keyakinan moral dan watak sebagai ekspresi sikap keagamaan individu atau kelompok
tertentu di tengah keberagaman dan kebhinekaan fakta sosial yang melingkupi kita.
Kesadaran dan pemahaman tentang keragaman budaya (multikultural) khususnya
keragaman beragama semakin dibutuhkan masyarakat. Penyuluh agama sebagai pelayan
public selayaknya memiliki kompetensi dan melakukan gerakan moderasi untuk
meningkatkan kedamaian umat.
B. Moderasi Beragama Saat Covid-19
Covid 19 menjadi bencana global yang tidak memilih targetnya berdasarkan
pertimbangan agama, suku dan budaya serta aliran. Setiap person berpotensi terjangkit
apabila kualitasi tubuh tidak kuat, tidak menerapkan pola hidup sehat atau tidak menjaga
jarak (phsysical distancing).(Saenong, 2020: 2) Oleh karena itu, virus tersebut ciptaan
Allah yang kemungkinan dapat menyasar seluruh hamba-hamba-Nya, baik yang
menjalankan kesalehan spritual maupun tidak. Kesalehan spritual tidak menjadi suatu
jaminan akan terhindar dari covid 19 tersebut.
Umat Islam harus lebih moderat dalam menjalankan agama. Keadaan beragama di
tengah covid 19 ini tentu berbeda dengan sebelumnya. Misalnya, bulan Ramadan kali ini
tidak dijalankan seperti tahun-tahun sebelumnya, salat tarawih yang dikerjakan di masjid-
masjid, ramadan kali ini dijalankan di rumah masing-masing tanpa mengurangi
kesakralan amalan-amalan selama bulan Ramadan.
Oleh karena itu, berdasarkan fakta-fakta itu, perlu dipahami lebih jauh lagi bahwa
dalam situasi pandemi seperti ini di luar nalar dan jangkauan umat itu sendiri. Moderasi
beragama menjadi sesuatu yang mutlak dimaksimalkan dalam menghadapi dampak
situasi yang tidak normal tersebut.

Dalam kondisi pandemi Covid-19, contoh sikap moderasi dalam beragama antara
lain:

1. bersabar menghadapi musibah Covid-19


2. mengikuti anjuran pemerintah, pakar dan pihak berwenang dalam penanganan
Covid-19.
3. mengutamakan keselamatan manusia sesuai dengan kaidah fikih dar’ul dafasid
aula min jalbil mashalih, yaitu menghilangkan kemudharatan itu harus
didahulukan ketimbang mengambil manfaat.
4. tolong menolong dalam mengatasi Covid-19 dan dampaknya. Tolong menolong
harus ikhlas tanpa dibatasi suku, agama dan status sosial.

C. Cara Menerapkan Moderasi Beragama


Menurut Abuddin Nata (2014) profesor bidang pengkajian Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Allah menerangkan bahwa Allah mengharuskan hamba-hambanya-
Nya berlaku adil, yaitu bersifat tengah dan seimbang di dalam semua aspek kehidupan
serta melaksanakan perintah yang tertuang di al-Quran dan berbuat ihsan (keutamaan).
Salah satunya adalah dengan bersikap adil yang artinya menyamakan dan
menyeimbangkan antara hak kewajiban. Hak Asasi Manusia (HAM) seorang manusia
tidak diperbolehkan dikurangi disebabkan adanya kewajiban. (Dikutip dari Jurnal Riset
Agama “Moderasi Beragama: Landasan Moderasi dalam Tradisi Berbagai Agama dan
Implementasi di Era Disrupsi Digital”).
Keseimbangan antara agama dan bangss menjadi modal untuk kepentingan
bersama. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mengembangkan
kehidupan yang damai dan tentram. Apabila hak dan kewajiban dapat dilaksanakan
dengan baik, maka setiap warga negara menjadi manusia yang berbangsa dan beragam
seutuhnya. Berikut adalah upaya dalam menerapkan moderasi beragama yang bertujuan
untuk menghasilkan generasi yang moderat dan tidak mudah terpengaruh oleh paham-
paham radikal :

1. Dapat memanfaatkan media sosial di era digital dengan cara yang bijak dan dapat
membedakan paham radikal dengan pemahaman moderasi beragama.
2. Diperlukan pendidikan yang berbasis moderasi beragam terhadap para pengajar di
sekolah maupun di universitas untuk mencetak generasi yang toleran terhadap
perbedaan.
3. Mengikutsertakan generasi milenial dalam kegiatan di masyarakat.
4. Menjadikan keluarga sebagai madrasah pertama agar paham keagamaan radikal
tidak berkembang dari lingkup terkecil (keluarga).
5. Ruang dialog sangat perlu dibangun dengan generasi milenial, baik di dalam
rumah maupun dalam ranah masyarakat.
Upaya-upaya tersebut sangat perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari demi
mewujudkan kemaslahatan bersama. Moderasi merupakan paham yang mengambil jalan
tengah tidak mengikuti paham radikal maupun paham liberal. Indonesia sebagai negara
yang memiliki berbagai keberagaman dari segi agama, ras, suku, adat istiadat, budaya,
dan sebagainya dapat berbaur sebagi satu kesatuan dalam ideologi Pancasila. Maka dari
itu, sebagai warga negara perlu dibekali prinsip moderasi beragama yang berfungsi
sebagai filter arus masuknya paham ideologi yang tidak sesuai dengan kehidupan
berbangsa maupun beragama. Berikut ini prinsip-prinsip yang menjadi ciri moderasi
beragama, yaitu :
1. Wasathiyah (Mengambil Jalan Tengah)
Wasathiyah merupakan pandangan yang mengambil jalan pertengahan
dengan tidak berlebihan-lebihan dalam beragama dan tidak mengurangi ajaran
agama. Jalan tengah berarti pemahaman yang memadukan atau menyeimbangkan
antara ajaran agama dan kondisi masyarakat. Umat Islam tidak boleh hanya
berpedoman pada ajaran agama saja kemudian melupakan kondisi masyarakat
disekitarnya sehingga timbul pemahaman yang ekstrim (radikal) dan sebaliknya
umat Islam tidak boleh hanya mengedepankan kondisi masyarakat dan
mengesampingkan ajaran agama karena dapat menimbulkan pemahaman liberal
yang bebas tanpa arah.
2. Tawazun (Berkesinambungan)
Tawazun merupakan pandangan keseimbangan tidak keluar dari garis
yang telah ditetapkan. Dalam konteks moderasi tawazun artinya berperilaku adil,
seimbang (tidak berat sebelah), selalu diiringi dengan kejujuran sehingga tidak
bergeser dari garis yang telah ditentukan.
Islam adalah agama yang seimbang , menyeimbangkan antara peranan
wahyu ilahi dengan mendayagunakan akal rasio, serta memberikan bagian
tersendiri bagi wahyu dan akal. Dalam menjalankan hidup islam mengajarkan
untuk bersikap seimbang antara ruh dengan akal , akal dan hati, hati nurani dan
nafsu dan sebagainya.
3. I’tidal (Lurus dan Tegas)
I’tidal yang berarti sama,dalam kamus besar bahasa indonesia adil berarti
tidak berat sebelah,tidak sewenang wenang. i’tidal merupakan pandangan yang
menempatkan sesuatu pada temba+patnya,membagi sesuai
porsinya,melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban.
Sebagai seorang muslim kita diperintahkan berlaku adil kepada siapa saja
dalam hal apa saja dan diperintahkan untuk senantiasa berbuat ihsan dengan siapa
saja. Karena keadilan inilah menjadi nilai luhur ajaran agama, omong kosong
kesejahteraan masyarakat terjadi tanpa adanya keadilan
4. Tasamuh (Toleransi)
Tasamuh berarti bermurah hati,kata toleransi adalah suatu sikap
menghargai pendirian orang lain (seperti pendapat,
pandangan ,kepercayaan,kebiasaan,kelakuan) yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian diri sendiri. yang dapat disimpulkan bahwa toleransi
mengandung sifat-sifat seperti lapang dada, tenggang rasa, menahan diri, dan
tidak memaksakan kehendak orang lain.
Sikap tasamuh juga dapat kita tunjukan dengan sikap sabar menghadapi
keyakinan-keyakinan orang lain, pendapat-pendapat mereka dan amal-amal
mereka walaupun bertentangan dengan syariat islam. asas dalam banyak ayat al-
quran diantaranya:
“Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdo’a kepada selain
Allah, yang menyebabkan mereka mencela Allah dengan permusuhan dengan
tanpa ilmu. Demikianlah Kami menghiasi untuk setiap umat amalan mereka, lalu
Dia mengabarkan kepada apa yang mereka lakukan”. (QS.Al-An’am:108).
5. Musawah (Persamaan)
Musawah berarti persamaan derajat, islam tidak pernah membeda bedakan
manusia dari segi personalnya semua manusia memiliki derajat yang sama
diantara manusia lainnya tidak pandang jenis kelamin, ras, suku, tradisi, budaya,
pangkat karena semuanya telah ditentukan oleh sang pencipta manusia tidak dapat
hak untuk merubah ketetapan yang telah ditetapkan.
6. Syura (Musyawarah)
Istilah Syuro berakar dari kata Syawara – Yusawiru yang memiliki arti
memberikan penjelasan, menyatakan atau mengambil sesuatu. Bentuk lain dari
kata syawara adalah syawara yang berarti perundingan, saling berdialog bertukar
ide; sedangkan syawir memiliki pengertian mengajukan pendapat atau bertukar
pikiran.8 Jadi musyawarah merupakan jalan atau cara untuk menyelesaikan setiap
masalah dengan jalan duduk bersama berdialog dan berdiskusi satu sama lain
untuk mencapai mufakat dengan prinsip kebaikan bersama di atas segalanya.
7. Islah (Reformasi)
Islah berakar dari kosa kata bahasa arab yang berarti memperbaiki atau
mendamaikan. Dalam konsep moderasi, islam memberikan kondisi yang lebih
baik untuk merespon perubahan dan kemajuan zaman atas dasar kepentingan
umum dengan berpegang pada prinsip memelihara nilai nilai tradisi lama yang
baik dan menerapkan nilai nilai tradisi baru yang lebih baik demi kemaslahatan
bersama. Pemahaman ini akan menciptakan masyarakat yang senantiasa
menyebarkan pesan perdamaian dan kemajuan menerima pembaharuan dan
persatuan dalam hidup berbangsa.
8. Aulawiyah (Mendahulukan yang Prioritas)
Aulawiyah dalam konteks moderasi dalam kehidupan berbangsa harus
mampu memprioritaskan kepentingan umum yang membawa kemaslahatan bagi
kehidupan berbangsa. Dalam pengertian yang lain awlawiyah berarti memiliki
pandangan keluasan menganalisa dan mengidentifikasi hal ihwal permasalahan
sehingga mampu menemukan sebuah pokok masalah yang sedang terjadi di
masyarakat dan mempu memberikan sumbangan pemikiran teori sebagai solusi
pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat /problem solving.
9. Tathawwur Wa Ibtikar (Dinamis dan Inovatif)
Tathawwur wa Ibtikar merupakan sifat dinamis dan inovatif yang
memiliki pengertian bergerak dan pembaharu, selalu membuka diri untuk
bergerak aktif partisipasi untuk melakukan pembaharuan sesuai dengan
perkembangan zaman untuk kemajuan dan kemaslahatan umat.
10. Tahadhdhur (Berkeadaban)
Menjunjung tinggi moralitas, kepribadian, budi luhur, identitas dan
integrasi sebagai khoiru ummah dalam kehidupan dan peradaban manusia.
Berkeadaban memiliki banyak konsep salah satunya adalah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan merupakan cikal bakal sebuah peradaban semakin tinggi ilmu
yang dimiliki seseorang maka akan semakin luas memandang , luasnya
pandangan menjadikannya melihat segala sudut arah sehingga akan menjadi
pribadi yang bijaksana, kebijaksanaan /hikmah tercermin dalam tingkah laku
berupa adab atau moralitas yang tinggi dan mulia. Keberadaban dalam konteks
moderasi dalam kehidupan berbangsa menjadi penting untuk diamalkan karena
semakin tinggi abab seseorang maka akan semakin tinggi pula toleransi dan
penghargaannya kepada orang lain, memandang bukan hanya dalam perspektif
dirinya sendiri melainkan melihat dari berbagai macam perspektif.

Kesimpulan

Dampak yang ditimbulkan juga tidak sedikit pada pandemi ini, beberapa yang sangat
mempengaruhi adalah dari bidang ekonomi, pendidikan, sosial, serta agama. Dampak wabah
virus corona terhadap umat Muslim tentunya bukan hanya mengancam keselamatan diri, tetapi
juga memunculkan narasi baru di kalangan umat muslim yang berbeda beda terkait virus Corona.
Jadi, perlu adanya moderasi beragama yang mengedepankan keseimbangan watak di tengah
keberagaman yang melingkupi kita.
Daftar Pustaka

Hasan, M. (2021). Prinsip Moderasi Beragama dalam Kehidupan Berbangsa. Jurnal Agama,
110-123.
Akhmadi, A. (2019). Moderasi Beragama dalam Keragaman Indonesia . Jurnal Diklat
Keagamaan, 45-55.
Mhd.Abror. (2020). Moderasi Beragama dalam Bingkai Toleransi : Kajian Islam dan
Keberagaman. Jurnal Pemikiran Islam, 143-155.
Nisa, Y. (2021). Moderasi Beragama:Landasan Moderasi dalam Tradisi Berbagai Agama dan
Implementasi di Era Disrupsi Digital. Jurnal Riset Agama, 79-96.
Abdul Syatar, M. M. (2020). Darurat Moderasi Beragama di Tengah Pandemi Corona Virus
Deseas 2019 (Covid-19). Jurnal Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan, 1-13.
(n.d.).

You might also like