You are on page 1of 3

kiasan-kiasan Yang begitu

Dalam
oleh: moh Akmal choirulloh
hari dimana pertama masuk madin para MABA UIN Sayyid Ali
rahmatulloh berbondong -bondong memasuki kelas madin
pada pukul 07:00 pagi dari berbagai jurusan dan tingkatan
madin. Dalam madin di UINSATU ada 5 tingkatan yaitu Kitab
terdiri dari (ULA,WUSTHO,ULYA). Tahfidz,BTQ,dan TILAWAH
aku mengambil Madin tingkat ULA dan terpilih Menjadi ULA
16 Di minggu-minggu awal masuk Madin dan Mingu
pertengahan diadakan tes penempatan kelas dan terpillihlah
aku di UlA 17. Di ULA 16 sangat Tertib pada awal masuk
saja,sudah ada perjanjian brang siapa yang telat di kenakan
hukuman al hasil aku sendiri yang telat hehe akhirnya
kenalah sanksi yakni menyanyi di depan mahasiswa
lainya,sejak saat itu aku memutuskan untuk di telat masuk
madin dan semakin taat kepada peraturan yang telah di
sepakati, berbeda dengan ULA17, Di ULA 17 Semua asatidz
Tidak ada aturan apapun mengenai berlangsungnya madin
hanya saja para asatidz ingin untuk mahasantri di ULA 17
terus masuk madin dan tidak boleh izin,telat tidak masalah
yang terpenting adalah madin, bukan berarti di sini aku
membanding bandingkan akan tetapi semua asatidz memiliki
metode pembelajaran yang berbeda-beda dan aturan yang
berbeda dari situ aku mulai berfikir kenapa beliau semuanya
meniadakan peraturan yang tentang kedisiplinan,dan beliau
semua tidak pernah menghukum mahasantri yang telat
datang walaupun melebihi 15 menit, dari sini aku mulai
menyadari bahwasanya beliau semuanya husnudzon
terhadap santrinya karena diawal beliau semuanya sudah
mengatakan bahwasanaya “masuk madin saja sudah baik
mau itu tidur Ketika pelajaran tidak masalah terpenting
mengkuti madin. Dawuh beliau” dawuh ini memberikan
power dan semangkin menyadarkan aku bahwasanaya hal
yang positive itu harus timbul dari diri sendiri.secara tidak
langsung dawuh beliau semuanya adalah kiasan yang yang
sangat dalam karena semuanaya di sandarakan pada
kedewasaan, kedewasaan tidak perlu di hukum atau tindakan
hanya saja dewasa itu perlu arahan, itupun semuanaya
tergantung yang menjalani dsan beliau semuanaya
mendoakan terbaik untuk santriya.karena semuanaya akana
Kembali pada diri masing masing, ya walaupun pada akhirnya
aku sering tidak masuk madin hehehe,tapi di balik itu aku
sanagat menyesal karena sescara tidak langsung aku
melanggar dawuh beliau, ketinggalan maknani serta tidak
ada ilmu yang di dapat. Banyak nasihat beliau yang
menjadikan ku dan mahasantri lainya sebuah motivasi serta
beliua memberikan ijazah atau amalan harian yang dapat
diamalakan sehari hari dan bekal untuk menghadapi
masyarakat serta cerita-cerita yang selama beliau di pondok
yang sanangat memotivasi bagi semua mahasantri yang
seadang tholabul ilmi.
dari sini aku belajar bahwasanya ilmu kitab turos atau
mempelajari kitab turost itu sangat penting karena dengan
mempelajari kitab kitab turost kita memiliki bekal untuk
nantinya terjun di masyarakat.
Tidak ada kata yang pantas ku ucapakan kecuali syukron
jazilan atas ilmu antum semuanya yang sudah antum berikan
kepada kami mahasantri ULA 17 dan kami minta maaf atas
kekhilafan kami selama antum mendidik kami dan kami
hanya bisa mendoakan semoga para asatidz diberikan
kelancaran dan selalu menjadi murobbi panutan talamidz
serta diberikan kesehatan
Pesan penulis pada cerpen ini bahwasanya “ tidak ada kata
berhenti untuk belajar dan tidak ada kata berhenti untuk
menjadi santri”

‫اطلب العلم من المهد اللحد‬


“tuntutlah Ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”

You might also like