al-Qur’an! cen yang termasuk ke dalam konten etikas ,
hukum ini adalah soal kepercayaan kepada Allah, para nabi, ‘ie
dan kehidupan setelah mati; aturan-aturan mengenai per-
uikahan, perceraian, dan warisan; apa yang dibolehkan dan
yang dilarang; perintah-perintah mengenai puasa, zakat,
ihad, dan hudiid; larangan-larangan terkait pencurian, hu-
2ungan dengan non-Muslim; instruksi-instruksi menyang-
sut etiket, relasi antar-agama dan pemerintah. Buku ini
idak dimaksudkan sebagai buku panduan yang membe-
ikan petunjuk langkah-langkah menginterpretasikan teks-
eks semacam itu, meskipun buku ini berisi ide-ide yang,
Jni adalah ranah yang menjadi Fokus utams hukum Islam. Berdasarkan teks=
teks al-Qur’an dan hadis semacam itu, para ilmuwan Muslim selama 14 abad
telah mengembangkan badan hukum yang biasanya disebut ‘hukum Islam’ atau
“syari‘aly’,
Paradigm, Prinsip dan Metocle Per
ysiran Kontekstualis atas al-Que'an | 1pe etika-hukum. Saya akan pn...
dengan “Kontekstualis. Dengan re i _ a
mengarah kepada pendekatan yang el ee
menginterpretasikan ayat-ayat int rhe : ie :
io-historis al-Qur’an masa reve asi pada abad
Se spe sikan kebutuhan umat Islam kontemporer.
alah bagaimana agar makna al-Qur’
an kehidupan umat Islam, dalam art,
1/7 dan mempe
Tujuan utama saya ad.
bisa dihubungkan deng:
am kehidupan sehari-hani di waktu, keadaan,
teraplikasi dal
t khususnya dikaitkan dengan |
dan tempat yang berbeda,
kepentingan dan kebutuhan zaman modern.
~Menurut sejarah, dalam menginterpretasikan ayat-ayat
-etika-hukum dan menentukan apakah aturan tertentu di
on
.Y Pendekatan ini menekankan dimensi hukum dan makna literal teks-teks semacam
ina
i |
9 Period formatithukum Islam sekitar dua abad pertama Islam yaitu abad ke-W/7
dan ke-2/8,
4 Ini merpikan ist
: Hk be tah Yang akan saya gunakan di dalam buku ini, Para ilmuwan
Menigadupsi suatu i
| aS ckatan ‘kontekstualis’ terscbut untuk interpretast
Pei iade, a DSéAP Pahwa mecuipakan hal penting untuk menginterpretasikan
itso dengan Beene htensian Konteks sosio-historis Arab abad ke-7, begitu
‘nd Modernity: ea ‘entemporer umat Islam saat ini, Lihat Faztur Rahman, [slant
He Transformation of an intellectual Tradition, Chicago, IL; University
Of Chicago Press, 19;
55, 1982, him, 3.
Oxford: Onowertd, 1997 te oe sith, uri Rerflrenci ala
yodengan kebutuhan dan keadaan umat Islam yang 1
berubah. ‘
Pertanyaan yang muncul kemudian: ‘kepentingan dan
kebutuhan seperti apa yang menjustifikasi penggunaan pen-
dekatan al-Qur’an yang saya tawarkan ini?’ Mungkin ada
sebagian yang berpendapat bahwa kepentingan dan kebu-
tuhan semacam itu sungguh relatif dan subjektif, dan bahwa
interpretasi al-Qur’an tidak harus dihubungkan dengan
kepentingan dan kebutuhan semacam itu. Saya berpendapat
bahwa, bagaimanapun, zaman yang membuat berbagai peru-
bahan di dunia lebih dari 150 tahun ini berpengaruh pada umat
Islam dan juga non-Muslim, dan secara signifikan mengubah
cara kita melihat dunia Perubahan-perubahan ini sangat
luar biasa; globalisasi, migrasi, revolusi ilmiah dan teknologi,
penjelajahan luar angkasa, penemuan-penemuan arkeologis,
an umum dan pemberantasan
evolusi dan genetika, pendidik
ga harus
buta huruf, untuk menyebutkan sebagian saja. Kita ju
menambahkan di sini, meningkatnya pemahaman mengenai
martabat manusia, interaksi antar-agama yang semakin besar,
kemunculan negara-negara (dan konsep persamaan kewar-
Paradigm Prinsip dan Metede Penafsiran Kontekstualstas al-Quedn | 3oleh nenek mo) i
semua orang Garieluru keyainan wnt ENP A "
bagaimana pandangan dunia, tradisi, Bence ee i”
mereka harus menuntun para penganutnya ae
sekarang ini. "
Salah satu ilustrasi yang paling jelas centan perlunyg "
memikirkan ulang interpretasi ayat-ayat etka nun bisa
ditemukan dalam kelemahan ‘hukum Islam’ yang) terre
presentasi dalam figh (yang secara esensial merupakan hasil
interpretasi ayat-ayat etika-hukum dan sumbere uma
_ Jainnya seperti surah). Realitanya, banyak interpretasi yang,
~difungsikan sebagai hukum pada periode pra-modern tidak
lagi dapat dianggap berjalan, kecuali oleh sejumlah kecil umat
Islam. Hanya dalam keyakinan-keyakinan esensial, norma-
norma etis dan moral tertentu, yang jelas-jelas menyebutkan
tuntunan-tuntunan halal (dibolehkan) dan haram (dilarang),
serta wilayah-wilayah tertentu dari hukum keluarga sajalah
terdapat praktek dan tradisi vang konsisten. Bahkan lebih
jauh lagi, negara-negara Muslim yang lebih konservatif,
seperti Arab Saudi, sistem hukum mereka jauh berbeda dari
sistem hukum Islam pra-modern yang didasarkan pada
aturan-aturan figh, Hukum dan sistem hukum mereka meng- |
4 | Bab -Pendahuluansecara umum cnet ditolak kebanya
Muslim saat ini. Dalam bidang hukuman hudad |
hukum Islam tidak diimplementasikan sepenuhnya di dunia
Muslim mana pun, dan orang-orang yang menghendakinya
semakin ditentang oleh mayoritas Muslim. Bahkan, diranah
hukum keluarga, penekanan pada kesetaraan jender berarti
bahwa landasan hukum baru tengah dikembangkan oleh
hampir seluruh negara yang mayoritas penduduknya Muslim
untuk menjaga hak-hak wanita secara lebih memadai. Orang-
orang yang berusaha untuk mempertahankan ketidaksetaraan
jender sebagai bagian dari sistem sosial dan politis, mereka
mengikuti interpretasi-interpretasi pra-modem dalam meng-
hadapi perubahan yang tak dapat ditawar. Hal ini menun-
jukkan bahwa banyak dari interpretasi-interpretasi awal
terhadap ayat-ayat etika-hukum yang ada di dalam figh tidak
lagi melayani kebutuhan-kebutuhan umat [slam saat ini.
Oleh karena itu, seandainya isu tentang pemfokusan kembali
interpretasi al-Qur/an pada keadaan kontemporer itu tidak
dibicarakan, maka resikonya adalah bahwa ayat-ayat etika-
hukum perlahan-lahan akan ditolak, atau sederhananya tidak
relevan, dan umat Islam akan kehilangan hubungan mereka
dengan al-Qur‘an secara signitikan.
Paradigma, Prinsip can Metode Penafsiran Kontekstualis atas al-Quran \sismen uti teks dengan seksan
k terhadap teks. Me
menuntun umat Isla
*kebutuhan-kebutul
modern. Mereka mengangga| kna alana seb:
sesuatu Yang, sudah tetap dan universal dalam aplikasiny.
Misalnya, jika al-Qur‘an mengatakan bahwa seorang laki
boleh menikahi empat orang jstri, maka ini harus berlaku
selamanya, tanpa perlu memperhatikan konteks sosio-hi
toris ketika teks ini ‘diwahyukan’. Bagi mereka, alasan al:
Qus‘an membolehkan seorang Jaki-laki menikahi empatist i
pada abad ke-1/ke-7 di Hijaz tidaklah penting. Contoh yang
paling jelas dari penafsiran Tekstualis dapat ditemukan saat
ini di kalangan orang-orang yang disebut sebagai kelompe
ce ae ad be
; pendekatan literalist
k in;
‘pukan apa Yang piel
Tradisionalis atau Salafi.
Semi-tekstualis pada dasarnya mengikuti Tekstualis
ha. Bese pada linguistik dan penolakan terhadap
Peis Bes, yang terkait, akan tetapi mereka a
‘a aad dalam idiom ‘modern’,
libat dalam Neti: mae Se mela lis
modem, seperti Ikhwa; ang gerakan-gerakan neoTey
nul Muslimin (Mesir) da? Jameini dit diinterpretasikan, dan dia
. Jadi, mereka mengusulkan tingkat kebebasan yan!
tinggi bagi ilmuwan Muslim modern untuk menentukan apa
yang bisa dan tidak bisa berubah di wilayah ayat-ayat etika-
hukum. Kontekstualis ditemukan di antaranya pada mereka
yang oleh Fazlur Rahman disebut dengan neo-modemis atau
Ijtihadis, atau disebut juga Muslim ‘progresif’ dan umumnya
di zaman ini disebut sebagai pemikir Muslim ‘liberal’ *
Inovasi-inovasi metodologis yang diperkenalkan oleh
para pemikir seperti Fazlur Rahman untuk menyelesaikan
problem interpretasi ayat-ayat etika-hukum berhubungan
dengan perdebatan ini.’ Semua itu menunjukkan suatu lang-
kah penting dalam menghubungkan teks al-Qur’an dengan
keadaan-keadaan dan kebutuhan-kebutuhan kontemporer
masyarakat Muslim. Rahman berpegang kepada perlunya
memahami konteks sosia-historis pewahyuan, pada level
5 Lihat, misalova, Sayyid Abu'l A'la Mowdudi, fitcards Unidersradiding the Qian ait
ter). Zafar Ishaq Ansari, Leicester: Islamic Foundation. 1995; Sayyil Qutb, Fr Zilal
al-Qur'én, Bayrut: Dar al-Syurug, 1412/1992
6 Lihat, untuk beberaps pendekatan serupa terhadap
(cL), Madern Muslin: Iutellectuuds and the Qur'an, Oxtord: Ostend University Press,
2004; Charles Kursman, Liberal Islam; A Source Bovk, New York: Oxford University
Press, 1998,
Lihat, misalnya, Rabiman. Islanr und Modernity, Woy V1
al-Que'an, Sub Taji-Farouki
Paradigma, Prinsip dan Metode Penafsiran. Kontekstualis atas al-Quran | 7_ pada Peete antara keduanya, maka interpreter nes
untuk memproyeksikan aturan atau nilai yang diasosiasikan
dengan preseden ke aturan atau nilai modem. Rahman meng- _
usulkan sesuatu yang lebih substansial—sesuatu yang sejauh_
ini tidak diterima secara umum dalam interpretasi-inter- _
pretasi al-Qur‘an atau dalam figh.
Sejalan dengan ide-ide yang dianjurkan oleh Rahman
dan tokoh kontekstualis lainnya, Saya berpendapat bahwa
interpretasi ayat-ayat etika-hukum harus memperhitungkan
perubahan sosial guna menopang hubungan yang dekat
antara al-Qur’an dan umat Islam saat ini. Interpretasi al-
Qur’an, yang sekarang memiliki kecenderungan filologis,
perlu diberikan penafsiran yang lebih sosiologis, aksiologis,
dan antropologis untuk menjadi relevan dengan kebutuhan
kontemporer umat Islam saat ini. Bagaimanapun, suatu
penelitian dengan metode-metode yang dapat diterima di
zaman modem tidak harus mengabaikan tradisi eksegetis
Islam klasik sepenuhnya, Sebaliknya, kita harus mengambil
& Dalam beberapa tulisan Mohammed Arkoen, dia juga mengenukakan pendekatar
yang sama,
8 | Bab! -Pendahuluanyang diberikan terhadap satu ayat, bahkan oleh Sahabat Nabi
sekalipun, Tabi’in, atau oleh para imam awal. Pemahaman-
pemahaman mereka, sebagaimana juga pemahaman-pema-
haman kita, dibatasi oleh konteks dan kebudayaan serta boleh
jadi relevan atau tidak di luar kebudayaan mereka, konteks
mereka. IImuwan Muslim saat ini perlu mengeksplorasi
tradisi untuk memecahkan pengalaman kontemporer, ter-
masuk pengetahuan modern dan metode-metode penelitian,
Seiwa ifu harus memanfaatkan metode- metode rasional,
penelitian historis, pengetahuan kritis, sebagaimana yang
berkernbang di ranah penelitian ilmiah. Metodologi-meto-
dologi, terminologi-terminologi, dan konsep-konsep yang
telah diberikan oleh ulama klasik tafsir al-Qur’an tidak sela-
manya relevan atau selalu bisa diaplikasikan sebagai satu-
satunya sumber pemahaman terhadap al-Qur’an.
Saya menulis ini sebagai seorang Muslim — sebagai sese-
orang yang percaya bahwa al-Qur’an adalah wahyu Tuhan
kepada Nabi Muhammad. Saya juga memandang bahwa
al-Qur’an yang kita miliki saat ini secara historis merupakan
sebuah teks otentik yang berisi wahyu-wahyu yang diterima
Nabi Muhammad selama lebih dari 22 tahun, dikumpulkan
Paradigm, Prinsip dan Metode Penafsiran Kontekstuals atasal-Qurian | 9secara literal, mungkin tampak kuno, usang, dan tidak ter.
lalu relevan dengan keadaan-keadaan dan situasi-situasi
kontemporer. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu kerangka
metodologis yang sesuai untuk menerjemahkan ayat-ayat
etika-hukum ini dengan pemaknaan yang sesuai bagi kondisi
umat Islam zaman ini.
Tentu saja ada umat Islam yang sangat mempercayai
bahwa seluruh instruksi al-Qur’an harus dipahami secara
literal dan dipraktekkan, sehingga mereka sulit mengakui
hakikat historis pewahyuan al-Qur’an. Mereka menerima
pandangan bahwa, karena al-Qur’an adalah Kalam Allah,
apapun isinya (bahkan jika dipahami secara literal) pasti
relevan dengan kebutuhan-kebutuhan seluruh masyarakat
di setiap waktu dan semua tempat. Mereka tidak menemukan
alasan apapun untuk membaca kembali bagian manapun
dari teks al-Qur’an. Mereka berpendapat bahwa umat Islam
harus mengikuti setiap hurufnya, dalam keadaan apapun.
Meskipun pilihan yang secara dangkal atraktif dan simplistis
an lematis, banyak pula Muslim yang sependapat; tidak menggun. corak pendekatan terse
bisa diamati dari penerapannya, dan dari meningkat
jumlah ilmuwan dan pemikir Muslim Jainnya era ini.
Buku ini terdiri dari 12bab. Bab I merupakan pendahuluan_
Bab II menjelaskan konteks rethinking interpretasi ayat-ayat
etika-hukum saat ini. Terdapat juga penjelasan tentang
perkembangan interpretasi al-Qur’an dari zaman awal hingga
zaman modern. Kemudian, juga menyoroti isu-isu persoalan ;
ig membantu untuk memahami konteks perdebatan- }
ayat etika-hukum era
yan,
perdebatan tentang interpretasi ayat-
ini.
Bab III menjelaskan tentang pemahaman tradisional
terhadap ‘pewahyuan’ dan penekanan bahwa penerimaan
terhadap pemahaman ini tidak perlu menghalangi pembacaan
9 _ Daniel W. Brown, Retiinking Tradition in Modern Islamic Thought, Cambridge
Cambridge University Press, 1996, him. 48.
10 Amina Wadud-Mubsin, ‘Qur’an and Woman’, dalam Charles Kurzman (ohh
Liberui Islam, New York: Oxford University Press, 1998, him, 129.
11 Mohammed Arkoen, Rethinking Isla: Common Questions, Unconuton ANStxTs: ted
Robert D. Lue, Boulder, CO: Westview Press, 1994.
12 Esack, Qur'an, Liberation and Pluralism, 1998: Farid Eswck, The Qur'an: 4
Introduction, Oxtord: Oneworld, 2002.
13. Khaled Abou El Fadl, Speaking in God, » Name: Islamic Love, Authoruty aud We
Oxford: Oneworld, 2001 :
12. | Bab I~ PendahuluanBab V menjelaskan tentang interpretasi berbasis nalar,
pandangan-pandangan dari para penentang pendekatan ini
beserta argumen-argumen mereka, dan pandangan-pan-
dangan mereka yang mendukungnya beserta penalaran
mereka. Bab ini menyoroti pandangan Kontekstualis bahwa
interpretasi berbasis nalar merupakan sesuatu yang esensial.
Bab VI menunjukkan fleksibilitas dalam membaca teks al-
Qur'an, yang dipertahankan tradisi pada zaman Nabi. Hal ini
memberikan kesan bahwa, jika fleksibilitas ini dipakai di dalam
pembacaan teks aktual, ayat-ayat Tuhan yang sesungguhnya,
orang juga bisa berpendapat bahwa fleksibilitas yang sarna
juga harus ada dalam kasus pemahaman dan interpretasi
terhadap Kalam Allah.
Bab VII membicarakan tema penghapusan (naskh) dan
berpendapat bahwa naskh memberikan justitikasi untuk
mereinterpretasikan beberapa teks etika-hukum sesuai
dengan perubahan kebutuhan-kebutuhan umat Islam.
Dengan mengubah aturan-aturan etika-legal al-Qur’an un-
tuk menghadapi situasi-situasi yang berbeda dari umat
Islam ketika zaman Nabi, yang diusulkan teori naskh, Allah
Paradigm, Prinsip dan MetodePenafuiran Kontekstuais ats l-Qur'an | 13yang dengan sarana tersebut al
dengan kebutuhan-kebutuhan dan kead
Bab VI1] memberikan contoh-conto
di dalam al-Qur’an. Bab ini mengemuka
ditunjukkan bahwa bagian substansial
diinterpretasikan dan dijelaskan dalam
‘tepat’, maka pengaplikasian konsep int
hukum sama sekali bukan merupakan a)
Bab IX berbicara seputar *makna)
sejumlah persoalan yang penting bagi 4
-hukum yang bermakna dan 1
ayat etika
modem. Bab ini menyoroti bahwa mencaj
m memahami dan men
sempuma dalam m
adalah sesuatu yang mustahil, dan bahwa
kompleks.
Bab X menjelaskan tentang konsep ‘kont el
al-Qur’an dan mengemukakan bahwa k
diperhitungkan guna memperoleh suatu int
bermakna atas ayat-ayat etika-hukum.
Bab XI memberikan suatu kerangka berpi
ayat etika-hukum—khususnya, bagaimana $
mengklasifikasikan aturan-aturan dan teks-teks et
yang paling penting dari masing-masing kat
tingkatan kewajiban pada umat Islam. Bab ini meng
lima level nilai-nilai al-Qur‘an: obligatori, fund
proteksional, implementasional, dan instruksional.
masing level akan diuraikan dengan fokus khusui
14 | Bab | - Pendahuluanku yang didasarkan pada diskusi-diskusi di :
___ Dalam kesimpulan, buku ini hendak memberikan suatu
fondasi dan pendapat untuk validitas pendekatan Konteks-
tualis dan untuk memetakan prinsip-prinsip metodologis.
Dalam bab ini, terdapat interpretasi-interpretasi ayat-ayat
etika-hukum oleh berbagai ilmuwan Muslim zaman ini dan
dari interpretasi-interpretasi ini diambil prinsip-perinsip
dan ide-ide penting yang relevan dengan pendekatan
Kontekstualis. Hal ini bertujuan untuk mengemukakan
ide-ide dan menstimulir diskusi. Umat Islam memiliki hak
prerogatif ur\tuk menjelaskan, menerima, memodifikasi,
bahkan menolak ide-ide tersebut.
Catatan tentang Tahun dan Transliterasi
Ada beberapa kesepakatan yang dibuat di sini. Jika ada
tahun ganda dalam bentuk 1/622, maka yang pertama me-
nunjukkan tahun Hijriah dan yang kedua Masehi. Jika hanya
ada satu tahun, maka biasanya merujuk pada tahun Masehi
Untuk term-term Arab, seluruhnya digunakan transliterasi,
dengan titik-titik dan garis-garis. Transliterasi ini mengikuti
sistem yang diadopsi oleh Encyclopedia of Islant, dengan sedikit
pengecualian.
Paradigma, Prinsip dan Metode Penayiran Kontekstualis atasal-Qur‘an | 15Abdullah Saeed
Interpreting the Qur'an: Towards a Conte Approach
Penerjemah
Lien Iffah Na
a Henri
Editor: