You are on page 1of 148

ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN MELAYU PADA

GERABAH KARYA SISWA KELAS XI SMA SWASTA


MUHAMMADIYAH 8 KISARAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
RIZKY AGUNG PRASETYO
NIM. 2191151010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA


JURUSAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi ini diajukan Oleh Rizky Agung Prasetyo, NIM 2191151010


Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Seni Rupa
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan

Dinyatakan Telah Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan

Medan, Agustus 2023

Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Zulkifli, M.Sn.


NIP. 19660113 199303 1 003
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

tertulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus
2023
Penulis

Rizky Agung Prasetyo


NIM 2191151010
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul: “Analisis Penerapan Ornamen Melayu Pada Gerabah Karya Siswa

Kelas XI SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Pada penulisan

skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Syamsul Gultom, SKM., M.Kes., Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Abdurahman Adisaputera, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Wahyu Tri Atmojo, M.Hum., Wakil Dekan I Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan, sekaligus sebagai penguji I.

4. Dr. Masitowarni Siregar, M.Ed., Wakil Dekan II Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

5. Dr. Marice, M.Hum., Wakil Dekan III Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

6. Dr. Agus Priyatno, M.Sn., Ketua Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri

Medan.

7. Raden Burhan Surya Nata Diningrat, S.Pd., M.Ds., Sekretaris Jurusan Seni

Rupa Universitas Negeri Medan.

8. Dr. Zulkifli, M.Sn., Pembimbing Skripsi.

i
9. Drs. Misgya, M.Hum., Penguji II.

10. Drs. Mesra, M.Sn., Pembimbing Akademik.

11. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan

Seni Universitas Negeri Medan.

12. Kepala Sekolah SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran Bapak

Suprayogi, SE., terima kasih telah mengijinkan dan menerima penulis

dengan baik untuk melakukan penelitian di sekolah.

13. Guru Seni Budaya SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran Ibu Nila

Tanjung S.Sos.I dan Ibu Dinda Maulida Nst, S.Pd., terima kasih telah

membantu penulis dalam melakukan penelitian selama di Sekolah.

14. Seluruh Staf SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran.

15. Seluruh Siswa Kelas XI-IPA 2 yang menjadi subjek penelitian yang telah

membantu dan meluangkan waktunya untuk pengambilan data dalam

penelitian.

16. Orang tua tercinta dan keluarga yang selalu memberi dukungan dan kasih

sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini denganpenuh

semangat dan rasa syukur.

17. Dia, yang karenanya aku tak ingin mengakhiri sebuah cerita. Dia, yang

karenanya aku selalu ingin cepat tidur agar dapat segera bertemu. Dia,

yang karenanya aku merasakan ketakutan, takut akan perpisahan, takut

akan kehilangan dan takut untuk berbagi. Dan untuk dia yang lebih dari

sekedar kata.

ii
18. Teman-teman kelas A 2019 dan seluruh Angkatan 2019 serta Keluarga

Besar Seni Rupa yang telah memberi semangat.

19. Semua pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis dalam

penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh sebab itu

penulis berharap atas kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca

demi tercapainya kualitas skripsi yang lebih baik.

Medan, Agustus 2023


Penulis,

Rizky Agung Prasetyo


NIM. 2191151010

iii
ABSTRAK
Rizky Agung Prasetyo, NIM. 2191151010. Analisis Penerapan Ornamen
Melayu pada Gerabah Karya Siswa Kelas XI SMA Swasta muhammadiyah 8
Kisaran. Skripsi Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Univesitas Negeri
Medan, 2023.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui bagaimana proses dan mendeskripsikan
hasil penerapan ornamen Melayu pada media gerabah karya siswa kelas XI SMA
Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian deskripsi, metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan
melalui proses menelaah dan mereduksi data serta pengambilan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian, proses penerapan ornamen yang dilakukan oleh 34
siswa diawali dengan mempersiapkan alat dan bahan, setelahnya berlanjut ke
tahapan melapisi gerabah dengan cat dasar dan kemudian membuat sketsa pada
gerabah, setelahnya dilanjutkan dengan proses pewarnaan dan finishing dengan
melapisi gerabah yang sudah diwarnai dengan clear semprot untuk menjaga
ketahanan warna. Hasil karya siswa secara keseluruhan sudah baik dengan 1 siswa
mendapat kategori sangat baik, 26 siswa mendapatkan kategori baik yang
tentunya berdasarkan beberapa aspek yaitu ide, kreativitas, teknik dan kebersihan.
6 siswa mendapatkan kategori cukup baik dengan rata-rata siswa kurang pada
aspek kreativitas dan aspek kebersihan. Untuk kategori kurang baik terdapat 1
siswa dengan hasil karya yang tidak sesuai pada aspek ide yaitu motif yang
diterapkan tidak sesuai dengan tema ornamen Melayu.
Kata Kunci: Penerapan, Menggambar Ornamen, Ornamen Melayu, Gerabah
This study aims to knowing the process and describe the results of applying
Malay ornaments to pottery media by class XI students of Muhammadiyah 8
Kisaran Private High School. This study used a qualitative approach with
descriptive research. The method used in data collection was observation and
documentation. Data analysis was carried out through the process of reviewing
and reducing data and drawing conclusions. Based on the results of the research,
the process of applying the ornaments carried out by 34 students began with
preparing tools and materials, then proceeded to the stage of coating the pottery
with base paint and then making sketches on the pottery, after which it was
continued with the coloring and finishing process by coating the pottery that had
been colored with clear spray to maintain color fastness. The results of the
students' work as a whole were good with 1 student getting the very good
category, 26 students getting the good category which of course was based on
several aspects, namely ideas, creativity, technique and cleanliness. 6 students
got a pretty good category with an average student lacking in the aspects of
creativity and aspects of cleanliness. For the unfavorable category, there was 1
student whose work did not match the idea aspect, namely the motifs applied did
not match the Malay ornament theme.
Keywords: Application, Drawing Ornaments, Malay Ornaments, Pottery

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
ABSTRAK.........................................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................................4
C. Batasan Masalah..................................................................................5
D. Rumusan Masalah................................................................................5
E. Tujuan Penelitian.................................................................................6
F. Manfaat Penelitian...............................................................................6
BAB II KAJIAN TEORITIS............................................................................8
A. Kerangka Teori....................................................................................8
1. Pengertian Penerapan..................................................................8
2. Pengertian Ornamen Melayu.......................................................9
3. Menggambar Ornamen................................................................17
4. Pengertian Gerabah.....................................................................22
B. Penelitian Yang Relevan.....................................................................26
C. Kerangka Konseptual..........................................................................27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................29
A. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................29
B. Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................31
C. Metode Penelitian................................................................................32
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................32
E. Instrumen Penelitian............................................................................33
F. Teknik Analisis Data...........................................................................35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................36
A. Hasil Penelitian....................................................................................36
B. Pembahsan...........................................................................................40
C. Temuan Penelitian...............................................................................107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................110
A. Kesimpulan.........................................................................................110
B. Saran...................................................................................................111
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................113
LAMPIRAN.......................................................................................................116

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Motif Bunga Matahari.....................................................................11


Gambar 2.2 Motif Roda Bunga...........................................................................11
Gambar 2.3 Motif Tampuk Pinang.....................................................................12
Gambar 2.4 Motif Genting Tak Putus.................................................................12
Gambar 2.5 Motif Roda Sula..............................................................................13
Gambar 2.6 Motif Pucuk Rebung.......................................................................13
Gambar 2.7 Motif Terali Jantung........................................................................14
Gambar 2.8 Motif Bunga Melur..........................................................................14
Gambar 2.9 Motif Itik Pulang Petang.................................................................15
Gambar 2.10 Motif Bunga Hutan........................................................................15
Gambar 2.11 Motif Awan Larat..........................................................................15
Gambar 2.12 Motif Bunga Kundur.....................................................................16
Gambar 2.13 Motif Kuntum Bujang...................................................................16
Gambar 2.14 Motif Kuntum Bersanding............................................................17
Gambar 2.15 Teknik Lempeng...........................................................................23
Gambar 2.16 Teknik Pijit....................................................................................24
Gambar 2.17 Teknik Pilin...................................................................................24
Gambar 2.18 Teknik Putar..................................................................................25
Gambar 2.19 Teknik Cetak Tekan......................................................................25
Gambar 2.20 Teknik Cor atau Tuang..................................................................26
Gambar 2.21 Bagan Kerangka Konseptual.........................................................28
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian.....................................................................29
Gambar 3.2 Gerbang Masuk Sekolah.................................................................29
Gambar 3.3 Lingkungan Sekolah........................................................................30
Gambar 4.1 Karya Ahmad Wisnu Pratama.........................................................40
Gambar 4.2 Karya Annisa Padila Siregar...........................................................42
Gambar 4.3 Karya Ayu Alvina Putri...................................................................44
Gambar 4.4 Karya Azmi Khairani Sirait.............................................................46
Gambar 4.5 Karya Breiny Mehdy.......................................................................48
Gambar 4.6 Karya Bunga Ivanny Lestari...........................................................50
Gambar 4.7 Karya Cindy Febrianti.....................................................................52
Gambar 4.8 Karya Delima Afrilia.......................................................................54
Gambar 4.9 Karya Devi Yani Elfrida Harahap...................................................56
Gambar 4.10 Karya Dila Fajira Surbakti............................................................58
Gambar 4.11 Karya Dinda Azzahra....................................................................60
Gambar 4.12 Karya Dwi Siska Putri...................................................................62
Gambar 4.13 Karya Elvriati Winata....................................................................64
Gambar 4.14 Karya Fakhrezy Fadhli..................................................................66
Gambar 4.15 Karya Fazhar Bagus Maulan.........................................................68
Gambar 4.16 Karya Genie Sylvia.......................................................................70
Gambar 4.17 Karya Huda Yustiansyah Akbar....................................................72
Gambar 4.18 Karya Indri Ramadhani.................................................................74
Gambar 4.19 Karya Luthfiyah Khansa...............................................................76
Gambar 4.20 Karya Mayang Sari........................................................................78

vi
Gambar 4.21 Karya Maysa Aulia........................................................................80
Gambar 4.22 Karya M. Aditya Pratama..............................................................82
Gambar 4.23 Karya M. Alfi Yanda.....................................................................84
Gambar 4.24 Karya M. Rizky Sirait...................................................................86
Gambar 4.25 Karya Nia Zairina Harahap...........................................................88
Gambar 4.26 Karya Nurhayati Panjaitan............................................................90
Gambar 4.27 Karya Nurlayla Akbar Ramadhani................................................92
Gambar 4.28 Karya Rahma Halida Zea..............................................................94
Gambar 4.29 Karya Rizka Aulia Mawaddhani...................................................96
Gambar 4.30 Karya Saskia Ananda Pratiwi........................................................98
Gambar 4.31 Karya Suci Indriani.......................................................................100
Gambar 4.32 Karya Tsabitha Nayla Az-Zahra...................................................102
Gambar 4.33 Karya Wilya Amasya Hutabarat...................................................104
Gambar 4.34 Karya Zhalila Azka.......................................................................106

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian.................................................................30


Tabel 3.2 Data Jumlah Siswa Kelas XI...............................................................31

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melayu merupakan salah satu suku atau etnis yang berada di

provinsi Sumatera Utara. Sebagai suatu suku, Melayu memiliki karya seni

yang khas seperti ornamen atau ragam hias yang biasanya diterapkan pada

bangunan tradisional. Suku Melayu juga banyak bermukim di daerah

Kisaran yang merupakan lokasi dari penelitian ini. Penelitian ini bertujuan

untuk mengenalkan kembali kebudayaan masa lampau, oleh karena itu

penelitian ini berfokus kepada ornamen dari suku Melayu.

Ornamen Melayu merupakan unsur seni yang kaya akan nilai

estetika dan simbolisme. Ornamen sendiri adalah suatu komponen produk

seni yang di tambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan

yang sifatnya estetis. Ornamen juga diajarkan di sekolah dan termasuk

dalam kegiatan menggambar, menggambar ornamen umumnya dilakukan

pada media kertas. Media sendiri dapat diartikan sebagai tempat, alat dan

bahan yang digunakan.

Banyak media yang dapat dijadikan tempat menggambar ornamen

seperti pada kaca, papan kayu, keramik, dan lain sebagainya. Namun

penggunaan media selain kertas sangat jarang diterapkan di sekolah

sehingga membuat siswa kurang mendapat pengalaman baru dalam proses

praktik menggambar ornamen (Alfaruqi, 2017:2).

1
2

Menurut Nurbia (2018:2) Dibidang seni rupa kemahiran dalam

menggunakan media (bahan dan alat) merupakan salah satu penentu

keberhasilan suatu karya. Pembelajaran seni rupa di sekolah tidak jarang

juga hanya sebatas teori saja, padahal kegiatan praktik berkarya

merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran seni rupa. Karena

kegiatan praktik dapat membantu meningkatkan kreativitas dan membantu

mengekspresikan emosi dengan lebih baik. Namun hal tersebut masih

jarang diterapkan pada proses pembelajaran di sekolah khususnya jenjang

pendidikan SMA sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa.

(Rantasmi, 2016:3). Hal tersebut tidak terlepas dari kurangnya tenaga

pendidik seni budaya berlatarbelakang seni rupa.

Seperti halnya di SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran dimana proses

pembelajaran seni rupa khususnya menggambar ornamen hanya melakukan proses

penyampaian teori-teori saja, serta jarang sekali melakukan praktik. Kegiatan

praktik juga dilakukan hanya sebatas menggunakan media kertas saja, sehingga

membuat minat siswa dalam kegiatan praktik berkurang. Hal tersebut tentunya

dapat mempengaruhi proses pembelajaran seni budaya dibidang selain seni rupa,

sehingga membuat minat guru untuk melakukan eksperimen dalam penggunaan

bahan atau media lain untuk kegiatan praktik menjadi kurang.

Keadaan tersebut yang menjadi acuan peneliti untuk mencoba menerapkan

gerabah sebagai media menggambar ornamen Melayu. Ornamen Melayu

merupakan unsur seni yang kaya akan nilai estetika dan simbolisme, sehingga

penerapannya pada gerabah dapat menambah nilai seni dan keunikan dari gerabah
3

tersebut. Penerapan ornamen Melayu pada gerabah tentunya harus memperhatikan

bentuk dan motif yang digunakan. Selain memperhatikan bentuk dan motif

ornamen Melayu, siswa juga perlu memiliki keterampilan teknis dalam membuat

ornamen pada gerabah. Hal ini meliputi penguasaan media, pemilihan alat yang

tepat, dan teknik finishing yang baik. Selain itu siswa juga perlu memiliki

kreativitas dalam mengaplikasikan ornamen Melayu pada gerabah. Hal ini

meliputi pemilihan warna dan variasi ornamen yang digunakan.

Penggunaan media gerabah untuk menggambar ornamen Melayu dapat

diaplikasikan dalam pembelajaran seni rupa berdasarkan Permendikbud Nomor 37

Tahun 2018 mengenai perubahan atas Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016

mengenai KI dan KD pelajaran pada kurikulum 2013 khususnya pada kelas XI

untuk bidang seni rupa, siswa diharapkan mampu membuat karya seni rupa dua

dimensi dengan memodifikasi objek dan juga dapat bereksplorasi dengan berbagai

media dan teknik (KD 4.1). Hal tersebut juga tidak terlepas dari mudahnya dalam

mendapatkan gerabah, karena terdapat sentra gerabah di desa Bunut Seberang

yang tidak begitu jauh dari lokasi penelitian yang hingga saat ini masih

mempoduksi gerabah dengan kualitas yang baik dengan harga yang relatif murah

serta beragam ukuran.

Selain penggunaannya sebagai media menggambar atau melukis, penerapan

media gerabah juga memiliki tujuan untuk mengembangkan kerajinan gerabah

dikalangan generasi muda sehingga gerabah tidak mudah hilang dipasaran,

(Qomarats, 2020:126). Terlebih lagi gerabah yang diproduksi pengrajin di desa

Bunut Seberang sama sekali polos dan tidak mengaplikasikan motif ataupun
4

warna pada gerabah yang diproduksi. Menggambar ornmaen pada gerabah juga

tidak memerlukan cat khusus melainkan dapat menggunakan cat air atau poster

maupun cat minyak yang banyak tersedia di lingkungan sekolah.

Selain itu menggambar ornamen pada media gerabah dapat menjadi cara

yang efektif dan menyenangkan bagi siswa untuk menambah pemahaman

terhadap ornamen Sumatera Utara terkhusus ornamen Melayu, dan proses dalam

menggambar ornamen pada media gerabah. Hal ini juga dapat dijadikan pihak

sekolah sebagai program pengembangan motif pada gerabah serta berdampak baik

bagi pengrajin gerabah dalam meningkatkan nilai jual dari gerabah yang

diproduksi. Oleh karena itu untuk mengetahui keberhasilan penggunaan gerabah

sebagai media menggambar ornamen Melayu, penulis bermaksud mengangkat

permasalahan melalui sebuah penelitian yang berjudul “Penerapan ornamen

Melayu pada gerabah karya siswa kelas XI SMA Swasta Muhammadiyah 8

Kisaran”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat disimpulkan identifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Siswa SMA Muhammadiyah 8 Kisaran sudah mendapatkan teori

mengenai menggambar ornamen, namun jarang sekali melakukan kegiatan

praktik.

2. Kegiatan praktik merupakan salah satu bagian penting dalam pembelajaran

seni rupa, namun guru masih sering melupakan hal tersebut dalam proses

pembelajaran seni rupa


5

3. Praktik menggambar ornamen dengan media berupa kertas sudah umum

dilakukan, namun guru jarang mengambil langkah untuk mencoba

menggunakan media baru untuk praktik menggambar ornamen.

4. Memberikan variasi dalam metode dan media pembelajaran merupakan

tugas guru, akan tetapi tidak semua guru menerapkanya sehingga siswa

kurang mendapatkan pengalaman baru.

5. Gerabah mudah didapatkan dan juga terbilang cocok untuk menjadi media

menggambar, akan tetapi siswa tidak pernah menggunakan media gerabah.

C. Batasan Masalah

Dalam sebuah penelitian, batasan masalah diperlukan untuk mengarahkan

dan memfokuskan cakupan masalah sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan

permasalahan di atas, maka yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini

yaitu 1) proses penerapan ornamen Melayu pada gerabah, 2) hasil penerapan

ornamen Melayu pada gerabah karya siswa kelas XI SMA Swasta

Muhammadiyah 8 Kisaran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimanakah proses penerapan ornamen Melayu pada gerabah karya

siswa kelas XI SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran?

2. Bagaimanakah hasil dari penerapan ornamen Melayu pada gerabah karya

siswa kelas XI SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran?


6

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana proses penerapan ornamen Melayu pada media

gerabah karya siswa kelas XI SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran.

2. Mendeskripsikan hasil dari penerapan ornamen Melayu pada media

gerabah karya siswa kelas XI SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memperkaya teori-teori yang berkaitan dengan seni rupa,

sebab penelitian ini memberikan kontribusi pemikiran terhadap ilmu

pengetahuan, terutama dalam bidang pendidikan. Khususnya mengenai

pembelajaran menggambar ornamen Sumatera Utara serta pemanfaatan media.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis merupakan penjelasan mengenai keterkaitan penelitian

dengan pemecahan permasalahan yang ada di masyarakat oleh karena itu

manfaat praktis penelitian ini yaitu:

a. Siswa/i dapat memperoleh pengalaman baru dalam hal menggambar

ornamen dengan menggunakan media yang belum penah mereka coba

sebelumnya. Pemanfaatan media gerabah diyakini dapat menumbuhkan

rasa menghargai kesenian tradisional, menambah wawasan terhadap

motif ornamen Sumatera Utara terkhusus ornamen Melayu, dan juga


7

dapat menumbuhkan kreativitas siswa/i dalam mengolah tampilan

gerabah agar lebih menarik dan bernilai ekonomis.

b. Dapat menjadi tambahan literasi bahan mengajar guru dalam pelajaran

seni rupa. Guru juga dapat memperoleh pengalaman baru dalam hal

mengajar praktik menggambar ornamen dengan memanfaatkan media

yang sebelumnya jarang digunakan dalam pengajaran seni rupa di

jenjang SMA.

c. Dapat menjadi metode ataupun upaya sekolah dalam meningkatkan

prestasi dan kreativitas siswa/i dalam pembelajaran seni rupa.

d. Dapat menjadi dasar dalam pengembangan motif gerabah bagi

pengerajin untuk meningkatkan nilai ekonomis/jual.


BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kerangka Teori

1. Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penerapan berarti

tindakan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli, penerapan adalah

kegiatan mempraktekkan suatu teori, metode dan hal tertentu untuk mencapai

suatu tujuan dan kepentingan yang diinginkan oleh sekelompok orang atau

kelompok. Oleh karena itu, penerapan bukan sekedar kegiatan saja, melainkan

kegiatan yang sistematis untuk mencapai tujuan kegiatan.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Cahyononim dalam (Badudu,

2010:1487) dimana penerapan merupakan suatu tindakan individu ataupun

kelompok yang dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah

dirumuskan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan

lebih dari sekedar aktivitas, yang mempraktikan teori dengan sistematis baik

secara individu ataupun kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Dalam hal ini peneliti mencoba menerapkan ornamen Melayu dengan memilih

motif flora. Dimana motif tersebut merupakan motif yang sangat ikonik dalam

ornamen Melayu, yang selalu diaplikasikan pada bangunan arsitektur Melayu

sehingga memiliki kekhasannya tersendiri serta menunjukan keindahan dari

tradisi Melayu (Zulkifli dkk., 2021:897).

8
9

2. Ornamen Melayu

Ornamen berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “Ornare” yang

artinya hiasan atau perhiasan. Dengan demikian ornamen dimaksudkan

untuk menghias suatu benda atau bidang, sehingga benda tersebut menjadi

indah seperti yang kita lihat pada hiasan dinding rumah serta pada benda

antik lainnya. Ornamen juga merupakan komponen produk seni yang

ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan (Gustami,

2008:4). Di Nusantara setiap suku nya memiliki ragam hias atau ornamen

nya masing-masing, ornamen tersebut tidak hanya sebagai hiasan

melainkan memiliki makna disetiap perwujudan motifnya serta menjadi

identitas dari setiap suku. Seperti halnya pada suku Melayu, ornamen pada

masyarakat Melayu biasanya ditempatkan pada dinding atau atap rumah

yang tujuannya sebagai hiasan yang memiliki makna tertentu.

Seni ornamen bagi orang Melayu tidak hanya sebatas bahasa

gambar saja namun juga sebagai ungkapan jiwa yang terkandung makna

dan filosofis hidup yang dalam. Ornamen melayu juga lebih banyak

mengambil unsur alam seperti bentuk tumbuhan dan hewan. Alam bagi

etnis Melayu menjadi sumber inspirasi yang mendasari konsepsi alam

pikir Melayu dalam menciptakan karya seni berupa seni ornamen dengan

aneka macam bentuk ornamentasinya (Prihatin, 2007).

Bentuk tumbuhan biasa dikenal dengan sebutan flora, ornamen

atau ragam hias flora pada kebudayaan Melayu memiliki makna tersendiri

seperti motif Bunga Matahari yang bermakna ketentraman dan kerukunan


10

bagi pemilik rumah, dan motif Roda Bunga yang memiliki makna

keindahan dan ketentraman bagi pemilik rumah serta motif Lilit Kangkung

yang berarti semangat yang tak kunjung padam, maju terus walaupun

mendapatkan halangan (Napitupulu, 1997:148). Selain itu ada juga

beberapa motif tumbuhan lain yang digunakan pada ornamen Melayu,

mulai dari kaluk pakis atau kaluk paku yang merupakan bentuk pengayaan

dari tumbuhan pakis yang merupakan tumbuhan untuk sayur-mayur

maupun tanaman hias. Motif ini memiliki bentuk sebagaimana tanaman

aslinya yang memiliki bentuk menjalar dan memanjang serta membentuk

gulungan atau spiral yang dinamis.

Mahyudin Al Mudra (dalam Prihatin, 2007) berpendapat bahwa

gulungan yang berbentuk spiral tersebut mencerminkan lingkaran dalam

berbagai tingkatan alam yaitu alam dunia, alam akherat, dan alam akhir

setelah melewati Yaumil Mahsar, surga maupun neraka. Kemudian ada

motif pucuk rebung yang merupakan pengayaan dari batang bambu muda

(tunas), motif ini digambarkan dengan bentuk vertikal yaitu berbentuk

segitiga runcing keatas. Menurut masyarakat Melayu, rebung memiliki

makna harapan untuk hidup yang lebih baik, dan juga makna kebaikan

yang berdasar dari harapan masyarakat Melayu kelak setelah dewasa dapat

melindungi masyarakat seperti halnya pohon bambu yang dpat melindungi

masyarakat dari terpaan angin dan panasnya matahari (Saragi, 2017:137).

Dan masih banyak lagi motif dengan berdasar bentuk tumbuh-tumbuhan,

berikut beberapa contoh motif dari ornamen Melayu :


11

Gambar 2.1 Motif Bunga Matahari


(Sumber: Napitupulu, S.P. 1997.)

Motif ini berbentuk empat persegi panjang dengan ukiran tembus berbentuk

bunga matahari serta hiasan susunan biji bunga matahari pada bagian atasnya.

Motif ini memiliki makna kesejahteraan dan kebahagiaan serta simbol harapan.

Gambar 2.2 Motif Roda Bunga


(Sumber: Napitupulu, S.P. 1997.)

Motif ini mengambil bentuk dari aneka ragam bunga yang dipadukan menjadi

bentuk persegi dengan bentuk setengah lingkaran didalamnya. Motif ini memiliki

makna ketenteraman yang disimbolkan dari aneka ragam bunga dengan wangi

semerbak yang dapat membuat orang merasa tenteram.


12

Gambar 2.3 Motif Tampuk Pinang


(Sumber: Napitupulu, S.P. 1997.)

Motif ini berasal dari bentuk tangkai buah pinang yang diusun secara berulang

hingga berbentuk seperti teralis dengan motif bunga. Motif ini memiliki makna

kesehata dan penangkal penyakit.

Gambar 2.4 Motif Genting Tak Putus


(Sumber: Napitupulu, S.P. 1997.)

Motif ini mengambil bentuk dasar dari tumbuhan merambat dengan burung

berada diantara tumbuhan tersebut. Motif ini memiliki makna sesusah apapun

manusia dalam menjalani hidup tetapi tidak sampai habis sama sekali (tidak

memiliki apa-apa lagi).


13

Gambar 2.5 Motif Roda Sula


(Sumber: Daulat Saragi, 2017)

Motif ini merupakan penggambaran dari bentuk roda dengan tujuh ruas jari-jari

berbentuk mata sula. Bentuk mata sula memiliki makna kekuatan dan ketahanan,

sedangkan nominal tujuh merupakan simbol dari tujuh lapis langit yang memiliki

makna bahwasannya di atas langit masih ada langit.

Gambar 2.6 Motif Pucuk Rebung


(Sumber: Daulat Saragi, 2017)

Motif ini mengambil bentuk dasar dari rebung atau tunas bambu yang biasanya

dikonsumsi sebagai sayur oleh masyarakat Melayu. Motif ini memiliki makna

harapan kehidupan yang lebih baik dan kebaikan.


14

Gambar 2.7 Motif Terali Jantung


(Sumber: Daulat Saragi, 2017)

Motif ini merupakan penggambaran dari bentuk untaian jantung pisang. Motif ini

memiliki makna harapan hidup harus lebih baik dari yang sekarang.

Gambar 2.8 Motif Bunga Melur


(Sumber: Al-Mudara, 2004)

Motif ini mengambil bentuk dari bunga melur. Motif ini memiliki makna kesucian

dan ketulusan hati.


15

Gambar 2.9 Motif Itik Pulang Petang


(Sumber: Daulat Saragi, 2017 dan Metro Sumatera News, 2021)

Motif ini merupakan penggambaran dari sekumpulan itik yang pulang dari sawah

di waktu sore hari ke kandangnya dengan tidak saling mendahului. Motif ini

memiliki makna terjalinnya ketertiban dan keteraturan pada setiap masyarakat

Melayu.

Gambar 2.10 Motif Bunga Hutan


(Sumber: Daulat Saragi, 2017)

Motif ini mengambil bentuk dari bunga kecil dari benalu yang menempel pada

pohon besar di hutan, motif ini hanya bermakna sebagai hiasan saja.

Gambar 2.11 Motif Awan Larat


(Sumber: Etnis, 2020)

Motif ini mengambil bentuk dari tumbuhan sulur-suluran atau merambat yang

berbentuk dasar swastika. Motif ini biasanya digambarkan dengan melengkung

seperti awanberarak. Makna dari motif ini sendiri adalah kebahagiaan.


16

Gambar 2.12 Motif Bunga Kundur


(Sumber: Adhigraph, 2016)

Motif ini diambil dari bentuk bunga pada tanaman kundur, tanaman kundur

memiliki bentuk buah seperti labu deengan warna keabu-abuan ketika sudah

matang dan buahnya tersebut biasanya untuk bahan sayuran. Motif ini memiliki

makna ketabahan dalam hidup.

Gambar 2.13 Motif Kuntum Bujang


(Sumber: Riaudailyphoto, 2011)

Motif ini diambil dari bentuk tanaman sulur-suluran yang memiliki bunga

tunggal, makna yang terkandung dalam motif ini adalah sikap saling tolong

menolong antar sesama serta hidup bahagia rukun dan damai.


17

Gambar 2.14 Motif Kuntum Bersanding


(Sumber: Riaudailyphoto, 2011)

Motif ini merupakan penggambaran dari bentuk tanaman dengan bunga yang

berdampingan. Motif ini memiliki makna penolak bala dan kesetaraan.

3. Menggambar Ornamen

Menggambar merupakan kegiatan menorehkan pensil atau pewarna

pada permukaan kertas. Secara khusus menggambar merupakan kegiatan

membentuk imaji yang menyampaikan gagasan atau ide dengan

menggunakan berbagai teknik dan alat pada permukaan media dengan

mengolah goresan dari alat gambar. Sedangkan ornamen merupakan pola

hias yang dibuat untuk meningkatkan kualitas maupun nilai pada suatu

benda atau karya seni.

Menggambar tentunya membutuhkan keterampilan dalam

memanfaatkan alat seperti pensil dan kertas, akan tetapi Willenbrink

(2006:7) berpendapat “The skills necessary for drawing are not limited

just to pencil and paper but can be used in other art forms. When you

draw, you are interpreting what you observe from your own perspective”.
18

Yang berarti keterampilan dalam menggambar tidak terbatas pada

penggunaan pensil dan kertas tetapi dapat digunakan dalam bentuk seni

lainnya. Saat menggambar kita menafsirkan suatu objek ataupun apa yang

di amati dari persfektif kita sendiri.

Sejalan dengan pendapat diatas maka menggambar dapat dikatakan

kegiatan yang membutuhkan keterampilan dalam menggunkan alat

menggambar dan tidak terbatas kepada alat maupun medianya. Sedangkan

menggambar ornamen adalah suatu proses membuat pola hias pada suatu

benda ataupun karya seni dengan tujuan untuk meningkatkan nilai

ekonomisnya. Didalam menggambar ornamen terdapat beberapa hal yang

harus diperhatikan seperti, aspek estetis, prinsip, persiapan, penguasaan,

dan juga proses.

a. Aspek Estetis

Agus Sachari (2002) mengatakan bahwa “Estetika merupakan filsafat

yang membahas esensi dari totalitas kehidupan estetik dan artistik yang

sejalan dengan suatu zaman”. Secara umum estetika memiliki arti dari

suatu keindahan. Berbagai hal yang mengandung keindahan maupun

sesuatu yang berbau seni sangat erat kaitannya dengan estetika.

Menurut Kholida (2022) “Estetika berfungsi untuk mempelajari segala

sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, menilai suatu hal yang dianggap

baik atau buruk dalam kehidupan sehari-hari, mengekspresikan dan

menghadirkan reaksi emosi”. Dalam mengkaji nilai estetika pada suatu

objek terdapat beberapa unsur penting yang perlu di perhatikan yaitu


19

bentuk, tema, motif, kreativitas, teknik, dan kebersihan. Bentuk sendiri

merupakan unsur atau komponen seni rupa yang memiliki dimensi, baik

itu dua dimensi maupun tiga dimensi dan bentuk biasanya terbatas pada

tinggi dan juga lebar. Tema dapat disebut juga ide atau konsep dalam

berkarya seni, motif sendiri memiliki arti corak yang dibentuk sedemikian

rupa menjadi bentuk yang beraneka ragam.

Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam

membuat sesuatu, baik berbentuk ide, langkah ataupun produk. Lebih

luasnya kreativitas dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru, namun hal yang diciptakan tidak harus

benar-benar baru melainkan dapat berupa kombinasi dari unsur-unsur

yang sudah ada sebelumnya. Teknik merupakan cara ataupun metode yang

digunakan dalam pembuatan karya seni, tentunya hal ini sangat

berpengaruh dalam hal estetika sebab penggunaan teknik yang baik akan

menghasilkan karya yang baik pula. Kemudian terdapat kebersihan, dalam

kebersihan hal paling utama adalah warna, sebab estetika berkaitan dengan

keindahan maka warna menjadi salah satu faktor penting dalam

menimbulkan keindahan pada suatu karya.

b. Prinsip

Dalam menggambar terdapat beberapa prinsip yang harus diterapkan

untuk mendapatkan hasil yang baik. Prinsip tersebut berupa kesatuan

(unity), keseimbangan (balance), komposisi, irama, proporsi


20

(keseimbangan), pusat perhatian (center of interest)/titik fokus, keselarasan

(harmony), gradasi, dan penekanan (Salam dan Muhaemin, 2020).

c. Persiapan Menggambar Ornamen

Persiapan merupakan tahap awalan ketika seseorang ingin melakukan

suatu kegiatan agar berjalan dengan baik. Begitupun dengan kegiatan

menggambar, dalam menggambar terdapat beberapa persiapan yang harus

dilakukan, yaitu:

1) Mempersiapkan alat dan bahan/media gambar.

2) Memperhatikan bentuk atau pola ornamen yang akan digambar.

3) Menentukan ukuran pola yang akan digambar.

4) Memahami media yang akan digunakan untuk memudahkan

proses membuat sketsa (jika menggunakan media selain kertas).

5) Memilih cat/pewarna yang sesuai dengan karakteristik media.

d. Penguasaan Media dan Teknis

Dalam proses menggambar ornamen, kita harus terlebih dahulu

menguasai media apa yang kita gunakan agar hasil akhir dapat sesuai

dengan yang kita harapkan serta kita juga harus menguasai teknis atau

aturan dalam menggambar baik pemilihan alat yang sesuai dengan media

yang digunakan hingga penggunaan teknik yang tepat untuk media yang

digunakan dalam menggambar.

Kegiatan menggambar terdapat beberapa teknik yang umumnya

digunakan, seperti teknik arsir, teknik blok, pespektif, linier, teknik


21

pointilis, teknik dussel, teknik aquarel, teknik sketsa, dan teknik plakat

(Ladara, 2022). Berbicara tentang teknik menggambar, Gamal Thabroni

(2019) berpendapat bahwa secara umum semua jenis menggambar

memiliki teknik yang sama, yaitu:

1) Mengetahui bentuk dasar dari objek yang akan digambar.

2) Mengetahui bagian-bagian dari objek referensi gambar.

3) Menyusun atau menyambung bagian-bagian gambar menjadi

gambar utuh.

4) Memberikan dimensi gelap terang baik hitam putih ataupun

berwarna.

5) Membangun kesan untuk latar belakang

e. Proses Menggambar Ornamen dan Finishing

Dalam menggambar ornamen terdapat beberapa tahapan atau proses

yang umumnya dilakukan, yaitu:

1) Menentukan motif yang ingin digambar

2) Mempersiapkan alat dan bahan seperti, kertas untuk sketsa awal,

media yang ingin digunakan, pensil untuk membuat sketsa

baikpada kertas maupun pada media yang ingin digunakan,

penggaris, kuas, cat, palet cat, dll.

3) Membuat sketsa motif ornamen pada kertas.

4) Memindahkan sketsa motif ke media.


22

5) Tahap selanjutnya masuk ke pewarnaan menggunakan kuas dan

cat. Dalam pewarnaan bisa menggunakan cat air atau poster, cat

akrilik, maupun cat minyak.

4. Gerabah

Gerabah merupakan salah satu karya seni tradisional yang sampai

saat ini masih terus di produksi dan terus berkembang baik dari segi

ukuran, bentuk, hingga finishing yang semakin menarik berdasarkan

kreativitas perajin. Gerabah biasanya berbentuk benda atau perkakas yang

dibuat dari tanah liat (lempung), menjadi alat yang berguna dan membantu

kehidupan manusia. Dalam berbagai penelitian telah menjelaskan bahwa

pada sebagian masyarakat, gerabah merupakan sesuatu yang memiliki

fungsi dan arti penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan sosial

ekonomi maupun dalam kehidupan keagamaan (Shepard, 1965: 348-352).

Gerabah juga dapat difungsikan sebagai hiasan ruangan, sebagai

hiasan tentunya gerabah harus dihiasi dengan ornamen untuk

mempercantik tampilannya. Selain itu gerabah memiliki fungsi tertentu,

misalnya sebagai wadah untuk menyimpan air atau makanan. Oleh karena

itu, penerapan ornamen pada gerabah juga harus memperhatikan

kesesuaian dengan fungsi gerabah. Berdasarkan beberapa pengertian di

atas dapat dikatakan bahwa gerabah merupakan benda ataupun alat

berguna yang dibuat dari tanah liat atau lempung yang memiliki nilai guna

untuk membantu kebutuhan manusia.


23

Pembuatan gerabah biasanya dapat dilakukan dengan beberapa

teknik antara lain adalah penggunaan teknik lempengan, teknik pijat,

teknik pilin, teknik putar, teknik cetakan tekan, dan teknik pengecoran.

a. Teknik Lempengan

Teknik ini digunakan untuk membuat benda keramik berbentuk kubus

dengan permukaan rata. Dimulai dengan cara membuat lempengan tanah

liat yang sama ketebalannya dengan bantuan rol kayu, kemudian

memotongnya dengan pisau atau kawat halus sesuai ukuran yang di

inginkan, untuk kemudian dibuat menjadi bentuk kubus dan dapat diberi

hiasan dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah kering.

Gambar 2.15 Teknik Lempeng


(Sumber: Studio Keramik | BBPPMPV Seni dan Budaya)

b. Teknik Pijat

Teknik ini adalah teknik pembuatan keramik dengan memijat tanah liat

langsung dengan tangan dan merupakan cara terbaik untuk membuatnya

lebih padat dan kecil kemungkinannya untuk pecah, sehingga memiliki

hasil yang tahan lama. Anda harus menguleni dan memijatnya dengan ibu
24

jari sambil membentuknya sesuai yang diinginkan, lalu menghaluskannya

dengan sikat atau kain lembut.

Gambar 2.16 Teknik Pijit


(Sumber: Studio Keramik | BBPPMPV Seni dan Budaya)

c. Teknik Pilin

Teknik ini merupakan metode pembentukan tanah liat yang bentuk

dasarnya dipilin atau dibentuk menjadi tali. Caranya adalah dengan

membuat lilitan tanah liat dengan kedua telapak tangan. Untuk mengubah

ukuran sesuai kebutuhan. Kemudian susun lilitan menjadi lingkaran

dengan memberikan sedikit tekanan dan air untuk merekatkannya menjadi

bentuk yang diinginkan.

Gambar 2.17 Teknik Pilin


(Sumber: Studio Keramik | BBPPMPV Seni dan Budaya)

d. Teknik Putar

Teknik ini membutuhkan penggunaan alat seperti subang pelarik atau

alat putar listrik.Cara menggunakan teknik ini yaitu dengan meletakkan


25

segumpal tanah liat yang plastis dan lumat tepat ditengah alat putar,

kemudian tanah liat dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

Gambar 2.18 Teknik Putar


(Sumber: Studio Keramik | BBPPMPV Seni dan Budaya)

e. Teknik Cetak Tekan

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan hasil yang serupa dalam

waktu singkat dengan menekan tanah liat menjadi bentuk yang diinginkan

menggunakan cetakan.

Gambar 2.19 Teknik Cetak Tekan


(Sumber: Studio Keramik | BBPPMPV Seni dan Budaya)

f. Teknik Cor

Teknik ini digunakan untuk membuat gerabah dengan menggunakan

cetakan gips sebagai acuan. Tanah liat yang digunakan dalam teknik ini

adalah tanah liat cair.


26

Gambar 2.20 Teknik Cor atau Tuang


(Sumber: Studio Keramik | BBPPMPV Seni dan Budaya)

B. Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan terhadap penelitian yang

penulis buat, seperti: penelitian yang dilakukan oleh Nurbia pada

skripsinya yang berjudul “Proses pembelajaran seni lukis media gerabah

pada siswa kelas x pia 2 sman 1 galesong selatan kecamatan galesong

kabupaten takalar”. Dalam proses pembelajaran seni lukis media gerabah

pada kelas X PIA 2 SMAN 1 Galesong Selatan Kabupaten Takalar sudah

tergolong cukup baik meskipun terdapat beberapa hambatan yang di alami

siswa karena ada beberapa tahapan yang dilakukan tidak sesuai dengan

langkah-langkah yang telah ditetapkan.

Lalu penelitian oleh Azka Naiman Alfaruqi pada skripsinya yang

berjudul “Pembelajaran menggambar ornamen dengan media papan kayu

sebagai sarana pengembangan kreativitas pada siswa kelas vii g smp

negeri 3 batang”. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan papan kayu sebagai media menggambar ornamen terbilang

efektif karena lokasi SMP NEGERI 3 BATANG berada di lingkungan

yang memiliki potensi alam kayu yang melimpah dan juga berada di
27

kawasan industri meubel, sehigga sangat mudah mendapatkan limbah

kayu yang dapat dijadikan papan kayu. Penggunaan papan kayu juga

memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak bisa sobek seperti ketas, mudah di

aplikasikan berbagai cat mulai cat air, akrilik maupun cat minyak.

Kedua penelitian tersebut memiliki kontribusi yang cukup besar

pada penelitian ini dimana dari penelitian pertama menginspirasi penulis

untuk melakukan percobaan dalam penggunaan gerabah sebagai media

pembelajaran, terlebih bahan tersebut mudah untuk di dapatkan di daerah

lokasi penelitian. Serta penelitian kedua memberi kontribusi dalam hal

pemecahan masalah mengenai menggambar ornamen pada media selain

kertas. Dan juga kedua penelitian ini menjadi acuan dalam pemilihan

metode penelitian yang digunakan.

C. Kerangka Konseptual

Penelitian yang dilakukan di SMA Swasta Muhammadiyah 8

Kisaran ini di dasari dengan beberapa masalah yang terjadi dalam

pembelajaran seni budaya khususnya pelajaran seni rupa yang di antaranya

porsi penyampaian teori lebih banyak dibandingkan kegiatan praktik, serta

kurangnya variasi metode praktik pembelajaran seni rupa khususnya

dalam bab menggambar ornamen sehingga membuat pembelajaran cukup

membosankan. Oleh karena itu penulis menawarkan metode praktik

menggambar ornamen dengan memanfaatkan media yang ada di

lingkungan sekolah dan mudah untuk di dapatkan yaitu gerabah.

Pemilihan gerabah ini selain karena mudah untuk mendapatkannya,


28

gerabah juga terbilang fleksibel dijadikan media untuk menerapkan

ornamen. Untuk itu diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber

referensi bagi guru yang mengajar seni budaya dalam mengeksplorasi

metode pembelajaran yang menarik minat siswa, serta hasil dari penerapan

ornamen pada gerabah ini dapat menjadi rol model bagi pengrajin untuk

mengembangkan motif pada gerabah yang di produksi sehingga dapat

meningkatkan nilai ekonomis (jual).

SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran

Penerapan Ornamen Melayu Motif Flora


Pada Gerabah

Siswa Kelas XI

Proses Penerapan Ornamen Melayu Kualitas Hasil Penerapan Ornamen


Pada Media Gerabah Melayu Pada Media Gerabah

 Persiapan  Aspek Estetis


 Ide/Tema
 Penguasaan Media dan
 Kreativitas
teknis
 Teknik
 Proses Menggambar dan
 Kebersihan
Finishing
 Kesesuaian Hasil Dengan Bentuk
Ornamen Melayu

Hasil penelitian
29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran yang

terletak di Jl. Madong Lubis, No. 8, Kisaran Kecamatan Kota Selawan, Asahan.

Lokasi tersebut dipilih selain karena lokasi yang tidak terlalu jauh dengan sentra

gerabah juga kurangnya penelitian tentang masalah yang sama yang diangkat di

sekolah ini serta pertimbangan kualitas sekolah yang memiliki siswa yang

berkompeten.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


(Sumber : Google maps data peta 2023)

Gambar 3.2 Gerbang Masuk Sekolah


(Sumber: Peneliti, 2023)

29
30

Gambar 3.3 Lingkungan Sekolah


(Sumber: Peneliti, 2023)

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu lebih kurang tiga bulan

hingga penyelesaian laporan, yang di mulai pada bulan Mei 2023. Adapun tabel

pembagian waktu penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian


Bulan
Mei Juni Juli
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Observasi lingkungan
1
sekolah
Pengenalan ornamen
2 Melayu dan media yang
akan digunakan siswa
Siswa mempersiapkan
alat dan bahan kemudian
3 membuat sketsa dasar
pada kertas ataupun
langsung pada gerabah
Praktik, finishing, dan
4
dokumentasi
5 Pengumpulan data
Pengelolahan data,
analisis data, penyusunan
6
laporan, revisi laporan,
dan laporan akhir
31

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terbagi atas obyek/subyek

yang berkualitas dan berkarakter yang ditetapkan oleh peneliti untuk kemudian

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018:80). Oleh karena itu, dalam

penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas XI yang ada di SMA Swasta

Muhammadiyah 8 Kisaran. Berdasarkan hasil observasi total ada 8 kelas, XI IPA

1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4, XI IPA 5, XI IPS 1, XI IPS 2, dan XI IPS 3

dengan jumlah siswa keseluruhan sebanyak 259 siswa.

Tabel 3.2 Data Jumlah Siswa Kelas XI


No Kelas Jumlah Siswa
1 XI IPA 1 34
2 XI IPA 2 36
3 XI IPA 3 34
4 XI IPA 4 34
5 XI IPA 5 30
6 XI IPS 1 31
7 XI IPS 2 32
8 XI IPS 3 28
Total 259

(Sumber: SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran)

2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2013:81) merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Ketika populasi berjumlah besar

sehingga peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi yang ada, misal

karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

sampel merupakan perwakilan dari keseluruhan jumlah populasi yang ada. Oleh
32

karena itu dalam penelitian ini sampel diambil secara purposive sampling dimana

sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu Sugiyono (2013:85).

Dalam hal ini peneliti menetapkan sampel ± 34 siswa, hal tersebut

berdasarkan jumlah rata-rata siswa perkelas. Untuk itu sampel yang akan di ambil

yaitu siswa kelas XI IPA 2 dengan jumlah 36 siswa, pemilihan kelas XI IPA 2

dikarenakan kelas tersebut merupakan salah satu kelas plus (unggulan) sehingga

keberhasilan dari kelas tersebut dapat di jadikan penentu untuk kelas lainnya.

C. Metode Penelitian

Metode peneltian merupakan suatu prosedur yang diawali dengan

pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pengambilan kesimpulan.

Adapun jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, menurut

pendapat Samsu (2017:65), “penelitian deskriptif memiliki maksud untuk

mengeksplorasi dan mengklarifikasi suatu gejala, fenomena atau kenyataan sosial

yang ada. Penelitian tersebut berusaha untuk mendeskripsikan sejumlah variabel

yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti”. Menurut Issac dan

Michael (dalam Rakhmat, 1984:34) penelitian ini mengumpulkan informasi yang

aktual dengan terperinci untuk menggambarkan gejala yang ada, mengidentifikasi

masalah, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan tindakan apa yang

dilakukan dalam menghadapi masalah yang sama, dan belajar dari pengalaman

untuk menetapkan rencana dan keputusan di waktu mendatang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh suatu data

dengan menggunakan beberapa metode agar data yang diperoleh valid. Sugiyono
33

(2013:145) berpendapat bahwa dari cara ataupun teknik dalam mengumpulkan

data, maka dapat dilakukan dengan observasi, inetrview, kuesioner, dan

dokumentasi. Berdasarkan penjelasan tersebut Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu observasi dan dokumentasi.

1) Observasi

Dalam penelitian ini hal yang dimaksud observasi adalah peneliti

mengamati secara langsung siswa berkarya dan hasil dari karya siswa

kelas XI SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran dalam menggambar

ornamen Melayu dengan motif flora pada gerabah sebagai medianya.

2) Dokumentasi

Maksud dokumentasi pada penelitian ini yaitu hasil dokumen berupa

gambar/foto objek yang diambil menggunakan kamera yang nantinya

digunakan untuk melengkapi laporan. Dengan ini peneliti

mendokumentasikan proses kegiatan menggambar ornamen Melayu

pada media gerabah yang dilakukan oleh siswa serta

mendokumentasikan hasil karya dari para siswa.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:102) dalam penelitian harus ada alat ukur yang

baik, karena meneliti prinsipnya melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut

dinamakan instrumen penelitian, oleh karena itu instrumen penelitian merupakan

suatu alat yang digunakan untuk mengukur atau mengumpulkan data. sedangkan

menurut Arikunto (2013:203) “Instrumen adalah alat atau fasilitas yang

digunakan peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan
34

hasil yang lebih baik, dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah. Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam proses

penelitian ini, yaitu:

1) Catatan

Catatan dilakukan untuk mengambil data kegiatan selama penelitian

melalui pengamatan di sekolah dan kemudian catatan dikelompokan

sesuai dengan kegunaannya.

2) Kamera

Kamera digunakan untuk mengambil gambar selama penelitian untuk

dijadikan bukti dari penelitian. Pengambilan gambar dilakukan pada

tahap kegiatan siswa dalam menerapkan ornamen Melayu pada media

gerabah.

3) Lembar Penilaian

Lembar penilaian digunakan untuk mengetahui kesesuaian hasil karya

siswa dengan indikator yang sudah ditetapkan peneliti. Dalam penelitian

ini penilaian tidak dilakukan oleh dosen, melainkan dinilai oleh guru

seni budaya SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran selain karena jarak

lokasi penelitian dengan kampus yang terbilang jauh, keamanan karya

juga diperhitungkan mengingat media yang digunakan adalah gerabah.

Selain itu latar belakang guru seni budaya di lokasi penelitian yang

merupakan lulusan seni rupa juga menjadi pertimbangan peneliti.


35

F. Teknik Analisis Data

Setelah semua data di lapangan sudah diperoleh, langkah selanjutnya yaitu

menganalisis data tersebut. Untuk menganalisis data yang sudah terkumpul,

peneliti menerapkan proses menganalisis data berdasarkan metode Miles dan

Huberman yaitu 1) menelaah data yang sudah dikumpulkan melalui observasi dan

dokumentasi, 2) mereduksi data.

1) Menelaah data

Setelah seluruh data hasil observasi dan dokumentasi terkumpul, langkah

selanjutnya yaitu menelaah data tersebut. Menelaah data dilakukan dengan

cara melakukan proses transkripsi hasil dari pengumpulan data yang

kemudian dikelompokkan sesuai dengan masalah penelitian.

2) Mereduksi data

Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah mengelompokkan serta

mengklasifikasi data, kemudian data yang terkumpul diseleksi dan

diidentifikasikan untuk kemudian dikelompokkan sesuai permasalahannya,

serta untuk memisahkan data mana yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan.

Setelah menganalisis data, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah

pengambilan kesimpulan. Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan semua data

dari hasil penelitian yang kemudian dikelompokkan berdasarkan variabel

permasalahan dalam penelitian dan disajikan dalam bentuk narasi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan identifikasi permasalahan yang

disajikan pada bab sebelumnya, proses menganalisis data hasil penelitian

mengenai penerapan ornamen Melayu pada media gerabah yang dilakukan oleh

siswa kelas XI-IPA 2 SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran akan diteliti

berdasarkan beberapa aspek yaitu, aspek ide, kreativitas, teknik dan juga

kebersihan. Penelitian ini diawali dengan memperkenalkan kembali apa itu

ornamen Melayu yang disertai dengan gambar dari beragam jenis motifnya.

Kemudian memperkenalkan media yang akan digunakan untuk diterapkan

ornamen Melayu beserta persiapan atau tahapannya.

Setelah siswa memahami apa saja persiapan atau tahapannya, kemudian

siswa diberikan tugas untuk mulai menggambar sketsa motif dari ornamen

Melayu yang diinginkan pada gerabah, kemudian mulai untuk pewarnaan hingga

ke tahap finishing. Setelahnya hasil karya siswa akan dinilai, penilaian tersebut

dilakukan oleh guru seni budaya sehingga datanya akan lebih valid yang

kemudian dianalisis berdasarkan aspek yang telah di tentukan.

Berikut penjabaran lebih lanjut mengenai proses penerapan ornamen

Melayu pada media gerabah yang dilakukan oleh siswa kelas XI-IPA 2 SMA

Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran:

36
37

1) Persiapan Siswa

Tahapan ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam

proses menggambar ornamen pada gerabah. Pada tahapan ini siswa tidak

hanya mempersiapkan alat dan bahan saja, melainkan siswa juga harus

memahami bentuk motif-motif yang ada pada ornamen Melayu. Oleh

karena itu pada tahapan ini peneliti menyampaikan materi tambahan

pemahaman mengenai ornamen Melayu beserta bentuk dari motif-

motifnya, hal tersebut bertujuan untuk memudahkan siswa dalam

menentukan motif yang akan digunakan. Kemudian dalam proses

persiapan alat dan bahan, peneliti mempersiapkan gerabah, cat dasar untuk

melapisi permukaan gerabah, serta beberapa clear semprot yang akan

dipakai untuk finishing nantinya. Dan untuk siswa mempersiapkan alat

seperti pensil dan penghapus, kuas, dan juga cat poster.

2) Penguasaan Media

Proses ini dilakukan dengan cara menggambar sketsa secara

langsung pada media gerabah agar siswa dapat mengenali bagaimana

karakteristik gerabah sehingga siswa dapat lebih cepat menguasai media

tersebut.

3) Proses Menggambar Ornamen Melayu pada Gerabah

Tahapan pertama yang dilakukan siswa adalah melapisi gerabah

dengan cat dasar berwarna putih, tahapan ini dilakukan untuk

memudahkan siswa alam membuat sketsa dasar pada permukaan gerabah.

Setelah cat dasar mengering siswa langsung membuat sketsa atau desain
38

dasar motif Melayu pada gerabah, setelah itu siswa mulai mewarnai desain

dasar dengan menggunakan cat poster, pada tahapan ini siswa diberi

kebebasan untuk mewarnai motif ataupun backgroundnya terlebih dahulu.

Untuk tahap finishing gerabah yang sudah di warnai kemudian dilapisi

dengan clear semprot agar hasilnya lebih mengkilap dan warna dapat

bertahan lebih lama.

4) Hasil Karya Siswa Kelas XI-IPA 2

Hasil total penilaian karya siswa kelas XI IPA 2 SMA Swasta

Muhammadiyah 8 Kisaran dalam menerapkan ornamen Melayu pada

media gerabah dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 82,1. Jika

dijabarkan berdasarkan aspek penilaian tehadap hasil karya siswa, maka

akan di peroleh rata-rata nilai total pada aspek ide sebesar 264,5 yang

berarti rata-rata nilai yang diberikan tim penilai pada aspek ide sebesar

88,1 dengan kategori nilai baik (B), kemudian pada aspek kreativitas rata-

rata nilai total nya sebesar 204,2 dengan nilai rata-rata yang diberikan oleh

tim penilai sebesar 68 di kategori kurang baik (D), lalu pada aspek teknik

rata-rata nilai totalnya sebesar 264,7 dengan rata-rata nilai yang di berikan

oleh tim penilai sebesar 88,2 di kategori baik (B), serta pada aspek

kebersihan rata-rata nilai totalnya sebesar 252,5 dengan rata-rata nilai yang

diberikan oleh tim penilai sebesar 84,1 di kategori baik (B). Untuk itu,

indikator nilai yang paling tinggi ada pada aspek teknik dengan jumlah

nilai sebanyak 9000 dengan nilai rata-rata 88,23 di kategori baik (B),

sedangkan yang terendah ada pada aspek kreativitas dengan jumlah nilai
39

6946 dengan nilai rata-rata 68 di kategori kurang baik (D). Dengan

demikian diperoleh nilai rata-rata secara keseluruhan sebesar 82,1 dengan

jumlah nilai 2793,9 dan mendapatkan kesimpulan nilai yang baik (B).

Berdasakan jumlah rata-rata nilai pada setiap aspek maka dapat

dilihat bahwa pada aspek kreativitas mendapatkan nilai yang lebih rendah

daripada aspek lainnya. Hal tersebut terjadi karena siswa lebih banyak

mendapatkan teori sehingga ketika melakukan praktik mereka terbilang

kurang kreatif. Kemudian nilai rata-rata terendah setelah kreativitas adalah

kebersihan dengan nilai rata-rata 84,1. Meskipun jarang melakukan

kegiatan praktik, untuk kebersihan hasil karya siswa dapat dikategorikan

baik walaupun ada beberapa karya yang kurang dalam aspek ini.

Kemudian pada aspek ide dan teknik mendapatkan nilai rata-rata

yang tidak terlalu signifikan yaitu 88,1 untuk aspek ide dan 88,2 untuk

aspek teknik. Dari kedua aspek tersebut, dapat dikatakan siswa sudah

mengerti dan faham dalam menerapkannya.


40

B. Pembahasan

Pada pembahasan, peneliti akan mendeskripsikan hasil karya siswa

berdasarkan aspek penilaian yaitu, aspek ide, aspek kreativitas, aspek

teknik dan juga aspek kebersihan.

1. Ahmad Wisnu Pratama

Gambar 4.1 Karya Ahmad Wisnu Pratama


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Ahmad Wisnu Pratama menggunakan motif itik pulang

petang yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Melihat

dari aspek ide, terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin

pertama tema yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua

desain dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah

kesesuaian bentuk motif ornamen Melayu. Pada karya tersebut dapat


41

dilihat tema yang diterapkan siswa sudah sesuai dengan ornamen Melayu,

desain dasarnya juga sudah sesuai dengan visualnya, hanya saja bentuk

motifnya sudah sesuai dengan bentuk motif aslinya yaitu itik pulang

petang.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut dapat dilihat hanya

memakai satu motif dan untuk variasi warnanya sudah cukup menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Dan pada karya tersebut polanya sudah tampak jelas,

terdapat juga tebal tipis garis ataupun warnanya serta warna motif dan juga

backgroundnya berbeda.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Pada

karya tersebut penempatan motifnya terlihat cukup rapih, dalam

pewarnaan motif dan backgroundnya juga sudah baik sehingga kesan

menyatu antara motif dengan background tampak jelas, hanya saja jejak

sketsa dasarnya masih tampak cukup jelas.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 272

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 176 pada aspek kreativitas, lalu
42

mendapat skor 276 pada aspek teknik dan menapat skor 269 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 82,75 dengan

kategori nilai baik (B).

2. Annisa Padila Siregar

Gambar 4.2 Karya Annisa Padila Siregar


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Annisa Padila Siregar menggunakan motif bunga kundur

yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Melihat dari aspek

ide, terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama

tema yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Pada karya tersebut dapat dilihat temanya

sudah sesuai dengan yang ditetapkan, begitupun desain dasarnya yang


43

sudah sesuai dengan visual karya, dan untuk motifnya menggunakan

bentuk variasi dari motif bunga kundur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut terdapat satu motif utama

yaitu bentuk variasi dari motif bunga kundur dan terdapat motif tambahan

berupa bentuk geometris garis zigzag dibagian atas dan juga bawah

gerabah, variasi warna yang dipakai juga sudah menarik. Kemudian pada

aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu pola

yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis garis ataupun warna, dan

terdapat perbedaan warna antara background dengan motif. Pada karya

tersebut pola dari setiap motifnya sudah terlihat jelas, terdapat pula

pebedaan tebal tipis garis ataupun warna pada motifnya serta penempatan

warna kuning pada motif utama dan merah pada motif tambahannya

membuat perbedaan antara motif dengan backgroundnya yang berwarna

hijau.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Pada

karya tersebut cukup rapih dalam pewarnaannya sehingga motif terkesan

menyatu dengan backgroundnya hanya saja warna hijau yang menjadi

backgroundnya terlalu transparan dan tidak merata, jejak sketsa dasarnya


44

juga sudah tidak terlihat serta untuk penempatan motifnya sudah cukup

rapih berada di tengah hanya saja penempatan motifnya terlalu berjarak.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 265

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 193 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 261 pada aspek teknik dan menapat skor 286 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 83,75 dengan

kategori nilai baik (B).

3. Ayu Alvina Putri

Gambar 4.3 Karya Ayu Alvina Putri


(Sumber: Peneliti, 2023)
45

Karya Ayu Alvina Putri menggunakan berbagai macam motif dan

gambar dengan penempatan seperti motif sekar jagat. Melihat dari aspek

ide, terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama

tema yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Pada karya tersebut tidak sesuai dengan

tema yang ditetapkan karena tidak menggunakan motif dari ornamen

Melayu, desain dasarnya juga tidak sesuai dengan visual karya, dimana

desain dasarnya menggunakan beberapa motif dari ornamen melayu serta

bentuk motifnya juga tidak sesuai dengan motif yang ada pada ornamen

Melayu.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Dalam karya tersebut memang menggunakan

lebih dari satu motif, hanya saja motif yang digunakan tidak ada yang

berasal dari ornamen Melayu. Untuk variasi warnanya sudah sangat

menarik, akan tetapi warna yang digunakan tidak dominan menggunakan

warna dari ornamen Melayu yaitu merah, hijau, dan kuning.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Pada karya tersebut sudah baik, hal itu dapat dilihat dari

pola motif yang terlihat jelas, terdapat tebal tipis di antara garis maupun
46

warnanya dan warna background dengan setiap motifnya juga sudah

berbeda. Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Pada

karya tesebut sudah tidak terlihat jejak sketsa dasarnya, pewarnaan motif

dengan backgroundnya juga sudah rapih sehingga terkesan menyatu serta

untuk penempatan motifnya sudah sangat baik hanya saja tidak sesuai

dengan tema yang ditetapkan.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 150

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 158 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 249 pada aspek teknik dan menapat skor 252 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 67,42 dengan

kategori nilai kurang baik (D).

4. Azmi Khairani Sirait


47

Gambar 4.4 Karya Azmi Khairani Sirait


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Azmi Khairani Sirait menggunakan motif bunga kundur

yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Melihat dari aspek

ide, terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama

tema yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Pada karya tersebut tema yang diterapkan

sudah sesuai dengan yang ditentukan, desain dasarnya juga sudah sesuai

dengan visual karya dan motifnya menggunakan bentuk variasi dari motif

bunga kundur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Karya tersebut terbilang baik karena siswa

dapat membuat variasi dari motif bunga kundur dengan cara menumpuk

motifnya, penempatan warna pada motifnya sudah cukup menarik hanya

saja penempatan warna pada background nya masih kurang menaik.


48

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut sudah cukup baik, hal itu dapat

dilihat dari pola motif yang terlihat jelas, terdapat juga perbedaan tebal

tipis garis maupun warna pada motifnya serta perbedaan warna antara

motif dengan backgroundnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan pada karya tersebut terlihat masih kurang rapih dalam

pewarnaan background dan juga motifnya tetapi sudah menimbulkan

kesan menyatu antara motif dengan backgroundnya, jejak sketsa dasarnya

juga sudah tidak terlihat serta untuk penempatan motifnya sudah cukup

rapih berada di tengah namun masih kurang simetris.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 282

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 201 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 287 pada aspek teknik dan menapat skor 273 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 86,92 dengan

kategori nilai baik (B).


49

5. Breiny Mehdy

Gambar 4.5 Karya Breiny Mehdy


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Breiny Mehdy menggunakan motif itik pulang petang yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide,

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Pada karya tersebut temanya sudah sesuai

dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai dengan visual

karya serta bentuk motifnya juga sudah sesuai dengan bentuk motif itik

pulang petang.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut kreativitasnya sudah


50

cukup baik dengan membuat motif mengelilingi gerabah meskipun hanya

menggunakan satu motif saja, namun penempatan warnanya masih kurang

menarik. Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Pada karya tersebut dapat dilihat pola motif yang terlihat

cukup jelas, warna pada motifnya juga berbeda dengan background hanya

saja tidak terdapat perbedaan antara tebal tipisnya garis.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan pada karya tersebut masih kurang, baik dalam pewarnaan

motif dan juga backgroundnya yang kurang rapih sehingga membuat motif

tampak terpisah dengan backgroundnya, dan jejak sketsa dasarnya juga

masih dapat terlihat namun untuk penempatan motifnya sudah cukup

rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 267

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 208 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 267 pada aspek teknik dan menapat skor 244 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 82,2 dengan

kategori nilai baik (B).


51

6. Bunga Ivanny Lestari

Gambar 4.6 Karya Bunga Ivanny Lestari


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Bunga Ivanny Lestari menggunakan motif bunga melur

yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Melihat dari aspek

ide, terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama

tema yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Tema pada karya tersebut sudah sesuai

dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai dengan visual
52

karya dan bentuk motifnya juga sudah sesuai dengan bentuk vaiasi dari

motif bunga melur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Kreativitas pada karya tersebut terbilang

cukup baik karena selain menggunakan variasi dari motif bunga melur,

siswa juga menambahkan motif garis diagonal yang diberikan warna khas

ornamen Melayu mengelilingi bagian atas dan juga bawah gerabah.

penempatan warna pada motif dan backgroundnya juga cukup menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut sudah baik, hal itu dapat dilihat

dari pola motif yang terlihat jelas, tebal tipis garis dan warnayanya juga

tampak jelas perbedaannya begitupun dengan warna motif dan

backgroundnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Karya

tersebut sudah cukup baik dalam pewarnaan motifnya namun pada bagian

backgroundnya masih kurang rapih, jejak sketsa dasarnya juga sudah tidak

terlihat serta untuk penempatan motifnya sudah cukup rapih berada di

tengah.
53

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 279

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 188 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 272 pada aspek teknik dan menapat skor 250 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 82,42 dengan

kategori nilai baik (B).

7. Cindy Febrianti

Gambar 4.7 Karya Cindy Febrianti


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Cindy Febrianti menggunakan motif kuntum bujang yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide,

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain


54

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Pada karya tersebut tema yang diterapkan

sudah sesuai dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai

dengan visual karya dan bentuknya juga sudah sesuai dengan motif dasar

yang di ambil yaitu motif kuntum bujang dengan bentuk variasinya.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut menggunakan motif

variasi dari motif kuntum bujang yang dibuat menjalar mengelilingi

gerabah dengan tambahan motif geometris berupa garis zigzag pada

bagian atas gerabah, dan untuk penempatan warna pada motif dan juga

background masih kurang menarik. Kemudian pada aspek teknik, terdapat

tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas,

terdapat perbedaan tebal tipis garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan

warna antara background dengan motif. Teknik pada karya tersebut cukup

baik, hal itu dapat dilihat dari pola motif yang cukup jelas, terdapat juga

perbedaan antara tebal tipisnya garis maupun warnanya. Untuk warna

background sudah berbeda dengan warna motifnya terutama pada bagian

batang dari motifnya, hanya saja pada pewarnaan kuntum bunganya

hampir menyerupai warna backgroundnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Pada
55

karya tersebut sudah cukup rapih dalam pewarnaan motifnya sehingga

terkesan menyatu dengan background, namun pada bagian backgroundnya

masih kurang rapih. Jejak sketsa dasarnya juga sudah tidak terlihat serta

untuk penempatan motifnya masih kurang rapih dan kuntum bunganya

masih terlalu sedikit.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 271

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 206 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 267 pada aspek teknik dan menapat skor 253 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 83,1 dengan

kategori nilai baik (B).

8. Delima Afrilia

Gambar 4.8 Karya Delima Afrilia


(Sumber: Peneliti, 2023)
56

Karya Delima Afrilia menggunakan motif bunga melur yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide,

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Tema pada karya tersebut sudah sesuai

dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai dengan visual

karya, dan bentuknya juga sudah sesuai dengan bentuk variasi dari motif

bunga melur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Karya tersebut menggunakan satu motif yaitu

bunga melur dengan bentuk variasinya yang ditempatkan mengelilingi

gerabah, penempatan warna pada motif dan backgroundnya juga cukup

menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut sudah baik, mulai dari pola

motif yang terlihat jelas, terdapat pula perbedaan tebal tipis garis ataupun

warnanya serta pewarnaan antara motif dan backgroundnya juga bebeda.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background
57

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan pada karya tersebut sudah cukup baik dengan tidak adanya

jejak sketsa dasar yang tampak, pearnaan yang rapih sehingga

menimbulkan kesan menyatu antara motif dengan backgroundnya, namun

pada bagian garis tepi pada motif nya masih kurang rapih, dan untuk

penempatan motifnya sudah cukup rapih berada di tengah.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 268

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 215 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 256 pada aspek teknik dan menapat skor 244 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 81,92 dengan

kategori nilai baik (B).

9. Devi Yani Elfrida Harahap


58

Gambar 4.9 Karya Devi Yani Elfrida Harahap


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Devi Yani Elfrida Harahap menggunakan motif kuntum

bersanding yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu.

Melihat dari aspek ide, terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya

yaitu poin pertama tema yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu,

poin kedua desain dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga

adalah kesesuaian bentuk motif ornamen Melayu. Pada karya tersebut

tema yang diterapkan sudah sesuai dengan yang ditetapkan, desain

dasarnya juga sudah sesuai dengan visual karya. Untuk bentuknya, siswa

melakukan deformasi pada bentuk dari motif kuntum bersanding.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Aspek kreativitas pada karya tersebut sudah

cukup baik dengan memberikan isen-isen pada bagian atas gerabah untuk

melengkapi motif utamanya, penempatan warna pada motif dan

backgroundnya juga sudah menarik.


59

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Penggunaan teknik pada karya tersebut sudah cukup baik,

hal itu dapat dilihat dari pola motif yang terlihat cukup jelas meskipun

tidak diberi garis tepi, terlihat jelas juga perbedaan tebal tipis pada

warnanya serta penempatan warna antara motif dengan backgroundnnya

juga sudah berbeda.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan pada karya tersebut sudah baik dengan tidak adanya jejak

sketsa dasar yang terlihat, motif dan backgroundnya juga terkesan

menyatu namun pada pewarnaan background masih kurang rapih serta

untuk penempatan motifnya sudah cukup rapih dan tidak terlalu berjarak.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 272

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 213 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 274 pada aspek teknik dan menapat skor 257 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 84,7 dengan

kategori nilai baik (B).


60

10. Dila Fajira Surbakti

Gambar 4.10 Karya Dila Fajira Surbakti


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Dila Fajira Surbakti menggunakan motif bunga kundur yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide,

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Tema yang diterapkan pada karya tersebut

sesuai dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai dengan

visual karyanya, dan untuk bentuk dari motifnya siswa menggunakan

bentuk variasi dari motif bunga kundur tersebut.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga
61

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut motif yang digunakan

hanya satu yaitu bentuk variasi dari motif bunga kundur, dan untuk

penempatan warna pada motif dan backgroundnya juga sudah cukup

meanrik dengan penempatan wana yang berbeda pada setiap motifnya.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut sudah cukup baik, hal itu dapat

dilihat dari pola motif yang terlihat cukup jelas meskipun tidak

menggunakan garis tepi, terdapat pula perbedaan tebal tipis antara

warnanya serta penggunaan warna yang berbeda antara motif dengan

backgroundnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Pada

karya tersebut jejak sketsa dasarnya sudah tidak terlihat, motif dan

backgroundnya juga terkesan menyatu hanya saja pewarnaan

backgroundnya masih kurang rapih, dan untuk penempatan motifnya juga

cukup rapih dan tidak telalu berjauhan.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 260

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 205 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 273 pada aspek teknik dan menapat skor 270 pada aspek
62

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 84 dengan kategori

nilai baik (B).

11. Dinda Azzahra

Gambar 4.11 Karya Dinda Azzahra


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Dinda Azzahra menggunakan motif bunga melur yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide, terdapat

tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema yang

diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain dasarnya

sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian bentuk

motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya tersebut

sudah sesuai dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai
63

dengan visual karyanya. Bentuk motif yang dipakai merupakan bentuk

variasi dari bentuk motif bunga melur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut menggunakan satu motif

dengan bentuk variasinya dan terdapat isen-isen sebagai pelengkap motif

utama pada bagian atas gerabah, penempatan warna pada motif dan juga

backgroundnya sangat menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Untuk tekniknya karya tersebut sudah baik, hal itu dapat

dilihat dari pola motif yang terlihat jelas, terdapat pula pebedaan tebal tipis

garis maupun warnanya, dan juga terdapat perbedaan antara warna motif

dengan backgroundnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan pada karya tersebut sudah baik, hal itu dapat terlihat dari tidak

adanya jejak sketsa dasar yang tampak, motif dan backgroundnya juga

sudah tampak menyatu hanya saja dalam pewarnaan backgroundnya masih

kurang rapih, dan untuk penempatan motifnya sudah rapih dengan jarak

yang tidak terlalu jauh ataupun dekat.


64

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 277

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 193 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 264 pada aspek teknik dan menapat skor 243 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 81,42 dengan

kategori nilai baik (B).

12. Dwi Siska Putri

Gambar 4.12 Karya Dwi Siska Putri


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Dwi Siska Putri menggunakan motif bunga melur yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide,
65

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Pada karya tersebut temanya sudah sesuai

dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai dengan visual

karya, bentuk mootif yang dipakai juga sudah sesuai dengan bentuk dari

variasi motif bunga melur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut motif yang digunakan

hanya satu dan tanpa adanya motif tambahan atau isen-isen, untuk

penempatan warna pada motif dan backgroundnya sudah menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Penggunaan teknik pada karya tersebut sudah baik, hal itu

dapat dilihat dari pola motif yang terlihat sangat jelas, perbedaan tebal

tipis garis maupun warnanya juga tampak jelas dan juga terdapat

perbedaan warna motif dengan dengan backgroundnya dimana motifnya

menggunakan warna kuning dengan garis tepi berwarna merah sedangkan

backgroundnya berwarna hijau.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background
66

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Pada

karya tersebut jejak sketsa dasarnya sudah tidak terlihat, pewarnaannya

juga sangat rapih sehingga motif dan backgroundnya terkesan menyatu,

dan untuk penempatan motif serta jaraknya juga sudah terlihat rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 274

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 192 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 276 pada aspek teknik dan menapat skor 288 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 85,83 dengan

kategori nilai baik (B).

13. Elvriati Winata


67

Gambar 4.13 Karya Elvriati Winata


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Elvriati Winata menggunakan motif bunga melur yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide terdapat

tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema yang

diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain dasarnya

sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian bentuk

motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya tersebut

sudah sesuai dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai

dengan visual karyanya serta bentuk motifnya juga sudah sesuai dengan

bentuk variasi dari motif bunga melur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut hanya menggunakan satu

motif dengan menggunakan bentuk variasi dari motif bunga melur,

penempatan warna pada motif dan backgroundnya masih kurang menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek teknik pada karya tersebut sudah cukup baik, hal itu

dapat dilihat dari pola motif yang terlihat jelas, tebal tipis garis maupun

warnanya juga tampak berbeda, serta pewarnaan pada motif dan

backgroundnya juga berbeda.


68

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan pada karya tersebut terbilang kurang karena masih banyaknya

warna yang tercampur baik pada motif ataupun backgroundnya, namun

masih terkesan menyatu. Untuk jejak sketsa dasarnya sudah tidak terlihat

dan pada penempatan motifnya kurang rapih karena ukuran motif yang

terlalu besar.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 273

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 195 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 275 pada aspek teknik dan menapat skor 237 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 81,67 dengan

kategori nilai baik (B).

14. Fakhrezy Fadhli


69

Gambar 4.14 Karya Fakhrezy Fadhli


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Fakhrezy Fadhli menggunakan motif itik pulang petang

yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya

tersebut sudah sesuai dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah

sesuai dengan visual karya, bentuk motifnya sudah sesuai dengan motif

itik pulang petang.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut motif yang dipakai hanya

satu tanpa adanya motif tambahan ataupun isen-isen, penempatan warna

pada motif dan backgroundnya juga masih kurang menarik.


70

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek teknik pada karya tersebut masih kurang baik, hal itu

dapat dilihat dari beberapa pola motif yang tidak sama namun terdapat

perbedaan warna ataupun tebal tipis garis dan warna pada motif dan juga

backgoundnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Aspek

kebersihan pada karya juga masih kurang, baik itu dalam pewarnaan motif

maupun backgroundnya tetapi masih terkesan menyatu. Untuk jejak sketsa

dasarnya sudah tidak terlihat, dan untuk penempatan motifnya terlalu ke

bawah dan kurang rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 256

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 186 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 239 pada aspek teknik dan menapat skor 253 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 78 dengan kategori

nilai cukup baik (C).


71

15. Fazhar Bagus Maulana

Gambar 4.15 Karya Fazhar Bagus Maulana


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Fazhar Bagus Maulana menggunakan motif bunga melur

yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Tema pada karya tersebut sudah sesuai

dengan yang ditetapkan, namun desain dasarnya tidak sesuai dengan visual

karya, bentuk motifnya juga tidak sesuai dengan motif yang dipakai yaitu

motif bunga melur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut menggunakan satu motif

serta penempatan warna pada motif dan backgroundnya juga masih kurang

menarik. Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi
72

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut masih kurang baik, hal itu dapat

dilihat dari pola motif yang tidak terlihat jelas, tidak tampak

adanyaperbedaan tebal tipis garis ataupun warnanya, namun untuk

pewarnaan motifnya sudah berbeda dengan background.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan pada karya tersebut sangat kurang dalam pewarnaan motif

maupun backgroundnya meskipun sudah terkesan menyatu. Jejak sketsa

dasarnya sudah tidak terlihat dan untuk penempatan motifnya cukup rapih

dengan jarak yang tidak terlalu dekat ataupun jauh.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 253

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 184 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 252 pada aspek teknik dan menapat skor 244 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 77,75 dengan

kategori nilai cukup baik (C).


73

16. Genie Sylvia

Gambar 4.16 Karya Genie Sylvia


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Genie Sylvia menggunakan motif bunga kundur yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide terdapat

tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema yang

diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain dasarnya

sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian bentuk

motif ornamen Melayu. Tema pada karya tersebut sudah sesuai dengan

yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai dengan visual karya,

bentuk motifnya juga sudah sesuai dengan bentuk variasi motif bunga

kundur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut menggunakan satu motif
74

dengan bentuk variasi dari motif bunga kundur, untuk penempatan warna

motif dan backgroundnya juga sudah menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut sudah baik, hal itu dapat dilihat

dari pola motif yang terlihat sangat jelas dan juga penggunaan perpaduan

warna yang baik, terdapat juga perbedaan tebal tipis pada warnanya.

Pewarnaan motif dan backgroundnya juga sudah berbeda, dimana

motifnya menggunakan warna kuning dan perpaduan antara warna merah

dengan gradasi warna merah muda, dan pada backgroundnya

menggunakan warna kuning dan aksen warna hijau pada bagian atas dan

bawah gerabah.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan pada karya tersebut sudah rapih dalam pewarnaan motif dan

juga backgroundnya sehingga memberikan kesan menyatu, hanya saja

pada batas warna kuning dengan warna hijau pada background masih

kurang rapih. Jejak sketsa dasarnya juga tidak terlihat dan untuk

penempatan motif dan juga jaraknya sudah sangat rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 279

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 211 pada aspek kreativitas, lalu
75

mendapat skor 276 pada aspek teknik dan menapat skor 250 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 84,67 dengan

kategori nilai baik (B).

17. Huda Yustiansyah Akbar

Gambar 4.17 Karya Huda Yustiansyah Akbar


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Huda Yustiansyah Akbar menggunakan motif itik pulang

petang yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek

ide terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Tema pada karya tersebut sudah sesuai

dengan tema yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai dengan

visual karya, bentuk motifnya juga sudah sesuai dengan motif itik pulang

petang.
76

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Kreativitas pada karya tersebut cukup baik

karena selain motif utama, terdapat juga tambahan motif zigzag pada

bagian atas gerabah, penempatan warna motif dan backgroundnya juga

sudah cukup menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek teknik pada karya tersebut cukup baik, hal itu dapat

dilihat dari pola motif yang terlihat cukup jelas, meskipun masih terdapat

beberapa pola yang kurang baik bentuknya, tebal tipis warnanya juga

tampak berbeda, untuk pewarnaannya menggunakan warna kuning untuk

motifnya dan warna merah untuk backgroundnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Pada

karya tersebut sudah cukup baik dalam pewarnaan backgroundnya,

sedangkan pada pewarnaan motifnya masih kurang rapih sehingga

beberapa bentuk motif terlihat kurang jelas. Jejak sketsa dasarnya juga

tidak terlihat serta untuk penempatan motif dan juga jaraknya sudah cukup

menarik.
77

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 258

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 195 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 251 pada aspek teknik dan menapat skor 249 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 79,42 dengan

kategori nilai cukup baik (C).

18. Indri Ramadhani

Gambar 4.18 Karya Indri Ramadhani


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Indri Ramadhani menggunakan motif kuntum bujang dan

juga motif pucuk rebung yang merupakan motif dari ornamen Melayu.

Pada aspek ide terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin

pertama tema yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua

desain dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah

kesesuaian bentuk motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema
78

pada karya tersebut sudah sesuai dengan yang ditetapkan, desain dasarnya

juga sudah sesuai dengan visual karya, bentuk motifnya pun sudah sesuai

dengan bentuk dari motif kuntum bujang dan motif pucuk rebung.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut menggunakan dua motif

yaitu motif kuntum bujang dan motif pucuk rebung yang dibuat

menghadap kebawah serta terdapat motif tambahan berupa isen-isen

dengan bentuk garis diagonal mengelilingi bagian atas gerabah.

penempatan warna motif dan backgroundnya juga menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut sudah baik, hal itu dapat dilihat

dari pola motif yang terlihat jelas, pewarnaan motif dan backgroundnya

juga sangat baik dengan penggunaan warna yang berbeda, selain itu

terdapat pula perbedaan tebal tipis pada garis motif ataupun warnanya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Aspek

kebersihan pada karya tersebut sudah baik dimana jejak sketsa dasarnya

sudah tidak terlihat, pewarnaan motif dan background juga sangat rapih
79

sehingga terkesan menyatu serta untuk penempatan motif dan juga jarak

pada setiap motifnya sudah terlihat rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 293

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 228 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 264 pada aspek teknik dan menapat skor 268 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 87,75 dengan

kategori nilai baik (B).

19. Luthfiyah Khansa

Gambar 4.19 Karya Luthfiyah Khansa


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Luthfiyah Khansa menggunakan motif pucuk rebung dan

juga bunga melur yang merupakan motif dari ornamen Melayu. Pada

aspek ide terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin
80

pertama tema yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua

desain dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah

kesesuaian bentuk motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema

pada karya tersebut sudah sesuai dengan yang ditetapkan, desain dasarnya

juga sudah sesuai dengan visual karya serta bentuk motifnya sudah sesuai

dengan bentuk motif pucuk rebung dan bentuk variasi dari motif bunga

melur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut terdapat dua motif utama

yang dipakai berupa bentuk deformasi dari motif pucuk rebung dan variasi

dari motif bunga melur. Selain itu terdapat pula motif tambahan atau isen-

isen pada bagian atas gerabah dan di antara motif utama, untuk

penempatan warna motif dan backgroundnya juga sangat menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut sangat baik, hal itu dapat dilihat

dari pola motif yang terlihat sangat jelas dengan garis tepi yang juga rapih

menimbulkan kesan berbeda antara tebal tipis garis maupun warnanya.

Penggunaan warna hijau pada background serta warna kuning pada motif

utama dan warna merah pada motif isen-isen nya membuat adanya

perbedaan.
81

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Pada

karya tersebut aspek kebersihannya sudah sangat baik, dapat dilihat dalam

hal pewarnaan motif dan backgroundnya sudah sangat rapih. Jejak sketsa

dasarnya juga sudah tidak terlihat serta untuk penempatan motif dan juga

sudah terlihat rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 287

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 222 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 266 pada aspek teknik dan menapat skor 259 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 86,17 dengan

kategori nilai baik (B).

20. Mayang Sari


82

Gambar 4.20 Karya Mayang Sari


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Mayang Sari menggunakan motif bunga hutan yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide terdapat

tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema yang

diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain dasarnya

sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian bentuk

motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya tersebut

sudah sesuai dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai

dengan visual karya serta bentuk motifnya juga sudah sesuai dengan

bentuk variasi dari motif bunga hutan.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut menggunakan satu motif

dengan bentuk variasi dari motif bunga hutan dan motif isen-isen berupa

garis horizontal, untuk penempatan warna motif dan backgroundnya masih

kurang menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut masih kurang baik, hal itu dapat

dilihat dari pola motif yang tampak kurang jelas di beberapa bagian,

terlihat pula adanya perbedaan tebal tipis garis ataupun warna pada motif

dan juga backgroundnya.


83

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan pada karya tersebut juga masih kurang rapih, baik dalam

pewarnaan motif maupun backgroundnya, namun masih memberikan

kesan menyatu. Untuk jejak sketsa dasarnya sudah tidak terlihat serta

untuk penempatan motif dan juga jaraknya sudah terlihat rapih, hanya saja

ukuran maupun jumlah dari motif utamanya masih terlalu sedikit sehingga

masih banyak bagian yang kosong.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 269

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 199 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 253 pada aspek teknik dan menapat skor 252 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 81 dengan kategori

nilai baik (B).

21. Maysa Aulia


84

Gambar 4.21 Karya Maysa Aulia


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Maysa Aulia menggunakan motif itik pulang petang yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide terdapat

tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema yang

diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain dasarnya

sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian bentuk

motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya tersebut

sudah sesuai dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai

dengan visual karya serta untuk bentuk motifnya juga suah sangat sesuai

dengan motif itik pulang petang.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut menggunakan motif itik

pulang petang dan motif tambahan (isen-isen) berupa garis lengkung yang

dibuat berbentuk zig-zag mengelilingi bagian atas gerabah, untuk

penempatan warnanya juga sudah menarik.


85

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek teknik pada karya tersebut terbilang baik, hal itu

dapat dilihat dari pola motif yang tampak jelas serta tebal tipis garis

ataupun warnanyanya tampak berbeda, dan untuk pewarnaan motif dan

backgroundnya juga sudah berbeda dimana motifnya menggunakan warna

kuning dengan garis tepi berwarna hitam sedangkan backgroundnya

menggunakan warna hijau dan hitam.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Aspek

kebersihan pada karya tersebut sudah cukup baik pada pewarnaan

motifnya hanya saja masih kurang rapih pada pewarnaan backgroundnya,

namun demikian motif dengan backgroundnya masih tampak menyatu.

Jejak sketsa dasarnya juga sudah tidak terlihat serta untuk penempatan

motif dan juga jaraknya sudah sangat rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 294

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 229 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 276 pada aspek teknik dan menapat skor 262 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 88,42 dengan

kategori nilai baik (B).


86

22. M. Aditya Pratama

Gambar 4.22 Karya M. Aditya Pratama


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya M. Aditya Pratama menggunakan motif bunga melur yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide terdapat

tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema yang

diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain dasarnya

sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian bentuk

motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya tersebut

sudah sesuai dengan yang ditetapkan, namun desain dasarnya tidak sesuai

dengan visual karya, bentuk motifnya juga tidak terlihat jelas sehingga

tampak tidak sesuai dengan motif yang dipakai yaitu motif bunga melur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga
87

variasi warna yang menarik. Pda karya tersebut motif yang digunakan

hanya motif bunga melur, penempatan warna motif dan backgroundnya

masih kurang menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek teknik pada karya tersebut sangat kurang, hal itu

dapat dilihat dari pola motif yang tidak terlihat jelas, tidak terdapat

perbeaan tebal tipis garis ataupun warna sehingga motif tidak tampak jelas

bentuknya, dan untuk pewarnaan sudah berbeda antara motif dengan

backgroundnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Aspek

kebersihan pada karya tersebut juga sangat kurang dalam pewarnaan

background maupun motifnya. Untuk jejak sketsa dasarnya sudah tidak

terlihat serta untuk penempatan dan jarak motifnya sudah cukup baik,

hanya saja pewarnaan motifnya sangat berantakan.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 222

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 178 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 231 pada aspek teknik dan menapat skor 229 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 71,7 dengan

kategori nilai cukup baik (C).


88

23. M. Alfi Yanda

Gambar 4.23 Karya M. Alfi Yanda


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya M. Alfi Yanda menggunakan motif itik pulang petang yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide terdapat

tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema yang

diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain dasarnya

sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian bentuk

motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya tersebut

sudah sesuai dengan yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah sesuai

dengan visual karya, dan untuk bentuk motifnya sudah sesuai dengan

bentuk variasi dari motif itik pulang petang.


89

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Aspek kreativitas pada karya tersebut sudah

baik karena selain menggunakan bentuk variasi dari motif itik pulang

petang, siswa juga menambahkan motif geometris (isen-isen) pada bagian

atas dan bawah gerabah, penempatan warna motif dan backgroundnya juga

sudah menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek teknik pada karya tersebut cukup baik, hal itu dapat

dilihat dari pola motif yang terlihat jelas, meskipun masih terdapat

beberapa pola geometris garis yang kurang baik bentuknya, tebal tipis

garis maupun wananya juga tampak jelas perbedaannya. Untuk warna

motif dan backgroundnya juga sudah berbeda, dimana warna motif itik

pulang petang menggunakan warna kuning dengan garis tepi warna merah

serta backgroundnya berwarna hijau, sedangkan untuk motif geometris

(isen-isen) menggunakan warna merah dengan background berwarna

kuning.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Aspek

kebersihan pada karya tersebut sudah baik, hal tersebut dapat dilihat dari
90

jejak sketsa dasar yang sudah tidak terlihat, dalam pewarnaan motif dan

backgroundnya sudah cukup baik sehingga menimbulkan kesan menyatu,

serta untuk penempatan motif dan juga jaraknya sudah terlihat rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 283

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 223 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 280 pada aspek teknik dan menapat skor 270 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 88 dengan kategori

nilai baik (B).

24. M. Rizky Sirait

Gambar 4.24 Karya M. Rizky Sirait


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya M. Rizky Sirait menggunakan motif itik pulang petang yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide terdapat

tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema yang

diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain dasarnya

sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian bentuk

motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya tersebut
91

sudah sesuai dengan tema yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah

sesuai dengan visual karya serta bentuk motifnya juga sudah sesuai dengan

motif itik pulang petang.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Aspek kreativitas pada karya tersebut masih

kurang, hal itu dapat dilihat dari penggunaan motif serta penempatan

warna pada motif maupun backgroundnya yang kurang menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek teknik pada karya tersebut sudah cukup baik, hal itu

dapat dilihat dari pola motif yang terlihat jelas, meskipun masih terdapat

beberapa pola yang kurang baik bentuknya. Terdapat perbedaan tebal tipis

pada warnanya serta untuk pewarnaan motiif ataupun backgroundnya juga

sudah berbeda, dimana motifnya menggunakan warna kuning dengan

backround berwarna merah dan warna kuning pada bagian atas serta warna

hijau pada bagian bawahnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Aspek

kebersihan pada karya tersebut sudah cukup baik dalam pewarnaan motif

dan juga backgroundnya, hanya saja masih terdapat beberapa motif yang
92

kurang baik pewarnaannya namun masih terkesan menyatu, dan jejak

sketsa dasarnya juga masih terlihat. Untuk penempatan motifnya masih

kurang rapih, dimana jarak pada motifnya terlalu lebar sehingga tidak

sesuai dengan jarak sesungguhnya pada motif itik pulang petang yang

cenderung menyatu pada setiap polanya.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 246

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 195 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 261 pada aspek teknik dan menapat skor 228 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 77,42 dengan

kategori nilai cukup baik (C).

25. Nia Zairina Harahap

Gambar 4.25 Karya Nia Zairina Harahap


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Nia Zairina Harahap menggunakan motif kuntum bujang

dan motif lebah bergantung yang merupakan motif dari ornamen Melayu.

Pada aspek ide terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin

pertama tema yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua
93

desain dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah

kesesuaian bentuk motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema

pada karya tersebut sudah sesuai dengan tema yang ditetapkan, begitupun

desain dasarnya yang sudah sesuai dengan visual karya dan bentuk

motifnya juga sudah sesuai dengan bentuk variasi dari motif kuntum

bujang dan motif lebah bergantung.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Aspek kreativitas pada karya tersebut sudah

baik dengan menggunakan kombinasi antara motif kuntum bujang dan

motif lebah bergantung serta menggunakan tambahan motif garis

horizontal pada bagian bawah gerabah untuk melengkapi motif utama,

hanya saja penempatan warnanya masih kurang menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek teknik pada karya tersebut sudah baik, hal itu dapat

dilihat dari pola motif yang terlihat jelas, tebal tipis garis dan warnanya

juga sudah tampak berbeda serta untuk pewarnaan motif dan

backgroundnya juga sudah berbeda dimana motif kuntum bujang

menggunakan warna hijau dan garis tepi berwarna hitam dengan

background menggunakan warna merah, dan pada motif lebah bergantung

menggunakan warna jingga dengan background berwarna hitam.


94

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Aspek

kebersihan pada karya tesebut sudah baik dalam pewarnaannya sehingga

menimbulkan kesan menyatu antara motif dengan backgroundnya, jejak

sketsa dasarnya juga sudah tidak terlihat serta untuk penempatan motifnya

sudah cukup rapih hanya saja penempatan motif kuntum bujang masih

kurang simetris antara atas dengan bawah.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 288

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 242 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 278 pada aspek teknik dan menapat skor 249 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 88 dengan kategori

nilai baik (B).

26. Nurhayati Panjaitan

Gambar 4.26 Karya Nurhayati Panjaitan


(Sumber: Peneliti, 2023)
95

Karya Nurhayati Panjaitan menggunakan motif bunga kundur dan

kuntum bujang merupakan motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya

tersebut sudah sesuai dengan tema yang ditetapkan, begitupun desain

dasarnya yang sudah sesuai dengan visual karya serta bentuk motifnya

juga sudah sesuai dengan bentuk motif bunga kundur dan juga motif

kuntum bujang.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Aspek kreativitas pada karya tersebut sangat

baik dengan menggunakan kombinasi antara motif kuntum bujang dengan

motif bunga kundur serta terdapat tambahan isen-isen atau motif geometris

berupa garis lengkung pada bagian bawah gerabah, garis diagonal dan

garis horizontal pada bagian atas gerabah untuk melengkapi motif utama,

penempatan warnanya juga sudah menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek teknik pada karya tersebut juga sangat baik, hal itu

dapat dilihat dari pola motif yang terlihat jelas, terdapat pula perbedaan
96

tebal tipis garis maupun warna pada motifnya serta penggunaan warna

yang berbeda pada background dan setiap motifnya, dimana motif kuntum

bujang menggunakan warna hijau dan motif bunga kundur menggunakan

warna merah dan garis tepi berarna hitam dengan background berwarna

kuning.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Aspek

kebersihan pada karya tesebut sangat baik dalam pewarnaan motif maupun

backgroundnya sehingga tampak menyatu. Jejak sketsa dasarnya juga

sudah tidak terlihat serta penempatan untuk setiap motifnya sudah sangat

rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 279

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 225 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 276 pada aspek teknik dan menapat skor 258 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 86,5 dengan

kategori nilai baik (B).

27. Nurlayla Akbar Ramadhani


97

Gambar 4.27 Karya Nurlayla Akbar Ramadhani


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Nurlayla Akbar Ramadhani menggunakan motif awan larat

yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya

tersebut sudah sesuai dengan tema yang ditetapkan, begitupun desain

dasarnya yang sudah sesuai dengan visual karya serta bentukmotifnya juga

sudah sesuai dengan motif awan larat.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut menggunakan bentuk

variasi dari motif awan larat, namun penempatan warnanya masih kurang

menarik.
98

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek teknik pada karya tersebut sudah baik, hal itu dapat

dilihat dari pola motif yang tampak jelas, terdapat pula perbedaan tebal

tipis garis ataupun warna pada motifnya, dan penggunaan warna yang

berbeda antara motif dengan backgoundnya yang dimana motif

menggunakan warna kuning dan garis tepi berwarna hitam dengan

background menggunakan warna hijau.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Aspek

kebersihan pada karya masih terbilang kurang baik, hal ini dapat dilihat

pada pewarnaan backgroundnya yang masih kurang rapih, namun masih

dapat memberikan kesan menyatu antara motif dengan backgroundnya.

Untuk jejak sketsa dasarnya sudah tidak terlihat dan untuk penempatan

serta jarak motifnya sudah terlihat rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 280

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 210 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 269 pada aspek teknik dan menapat skor 287 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 87,17 dengan

kategori nilai baik (B).


99

28. Rahma Halida Zea

Gambar 4.28 Karya Rahma Halida Zea


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Rahma Halida Zea menggunakan motif itik pulang petang

yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya

tersebut sudah sesuai dengan tema yang ditetapkan, begitupun desain

dasarnya yang sudah sesuai dengan visual karya namun bentuk motifnya
100

kurang sesuai dengan bentuk motif itik pulang petang karena motif yang

dipakai sudah dideformasi bentuknya.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Aspek kreativitasnya sudah cukup baik

dengan menggunakan motif itik pulang petang yang telah dideformasi

bentuknya serta penempatan warna yang cukup menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Pada karya tersebut pola motif bagian atas terlihat jelas

sedangkan pola pada motif bagian bawah hampir tidak terlihat polanya,

tebal tipis warnanya juga sudah berbeda dan untuk pewarnaan motif

dengan backgroundnya sudah berbeda dengan motif dominan

menggunakan warna kuning sedangkan bacckground menggunakan warna

hijau.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Aspek

kebersihan pada karya tersebut cukup rapih dalam pewarnaan motifnya

hanya saja pewarnaan pada backgroundnya masih kurang merata. Jejak

sketsa dasarnya juga sudah tidak terlihat dan untuk penempatan motif pada
101

bagian atas gerabah sudah rapih, sedangkan untuk motif pada bagian

bawah masih kurang tampak.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 291

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 196 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 266 pada aspek teknik dan menapat skor 259 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 84,33 dengan

kategori nilai baik (B).

29. Rizka Aulia Mawaddhani

Gambar 4.29 Karya Rizka Aulia Mawaddhani


(Sumber: Peneliti, 2023)

Karya Rizka Aulia Mawaddhani menggunakan motif yang bukan

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide terdapat

tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema yang

diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain dasarnya


102

sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian bentuk

motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema pada karya tersebut

tidak sesuai dengan tema yang ditetapkan, namun desain dasarnya sudah

sesuai dengan visual karyanya.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut penempatan warna pada

motif dan juga backgroundnya sudah menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek tekniknya pun sudah cukup baik, hal itu dapat dilihat

dari pola motif yang terlihat jelas, terdapat juga perbedaan tebal tipis garis

maupun warna motifnya dan terdapat perbedaan warna motif dengan

backgroundnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Pada

karya tersebut sudah baik dalam pewarnaan backgroundnya hanya saja

masih kurang rapih dalam pewarnaan motifnya, hal itu terlihat pada warna

motif bunga dan daun yang kurang merata, jejak sketsa dasarnya juga

sudah tidak terlihat dan untuk penempatan motifnya sudah cukup rapih.
103

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 163

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 146 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 198 pada aspek teknik dan menapat skor 128 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 52,92 dengan

kategori nilai cukup baik (C).

30. Saskia Ananda Pratiwi

Gambar 4.30 Karya Saskia Ananda Pratiwi


(sumber: Peneliti, 2023)

Karya Saskia Ananda Pratiwi menggunakan motif bunga hutan

dipadukan dengan motif pucuk rebung yang merupakan motif dari


104

ornamen Melayu. Pada aspek ide terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu poin pertama tema yang diterapkan sesuai dengan

ornamen Melayu, poin kedua desain dasarnya sesuai dengan visual karya,

dan poin ketiga adalah kesesuaian bentuk motif ornamen Melayu. Melihat

dari aspek ide, tema pada karya tersebut sudah sesuai dengan yang

ditetapkan, begitupun desain dasarnya yang sudah sesuai dengan visual

karya. Bentuk motif yang dipakai juga sudah sesuai dengan motif pucuk

rebung dan bentuk variasi dari motif bunga hutan.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut menggunakan lebih dari

satu motif dan dengan tambahan motif titik-titik pada bagian atas gerabah

untuk melengkapi motif utamanya, penempatan warnanya juga sangat

menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut sudah baik, hal itu dapat dilihat

dari pola motif yang tampak jelas, terdapat pula perbedaan tebal tipis pada

warnanya, penggunaan warna kuning dan juga merah pada motif serta

penggunaan warna hijau pada backgroundnya membuat adanya perbedaan

warna antara motif dengan backgroundnya.


105

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan pada karya tesebut sudah sangat baik dalam pewarnaan setiap

motifnya, hanya saja warna hijau yang menjadi backgroundnya masih

kurang merata, namun tetap menimbulkan kesan menyatu. Jejak sketsa

dasarnya juga tidak terlihat serta untuk penempatan motifnya sudah sangat

rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 295

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 233 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 269 pada aspek teknik dan menapat skor 267 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 88,7 dengan

kategori nilai baik (B).

31. Suci Indriani


106

Gambar 4.31 KaryaSuci Indriani


(sumber: Peneliti, 2023)

Karya Suci Indriani menggunakan motif bunga melur dan pucuk

rebung yang merupakan motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, tema dari karya

tersebut sudah sesuai dengan yang ditetapkan, begitupun dengan desain

dasarnya yang sudah sesuai dengan visual karya. Bentuk motif yang

digunakan juga sudah sesuai dengan bentuk variasi dari motif bunga melur

dan juga motif pucuk rebung.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Kreativitas pada kaya tersebut cukup baik

dengan menggunakan dua motif yaitu bentuk variasi dari motif bunga

melur dan pucuk rebung serta diberi tambahan isen-isen dengan warna
107

khas Melayu pada bagian atas gerabahnya, dan untuk penempatan

warnanya juga sudah menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Aspek teknik pada karya tersebut sudah cukup baik, hal itu

dapat dilihat dari pola motif yang tampak jelas, tebal tipis garis ataupun

warnanya juga tampak berbeda, dan untukpewarnaan motif dengan

backgroundnya juga tidak sama.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan karya tersebut sudah cukup baik pada pewarnaan motifnya,

hanya saja warna hijau yang menjadi background terlalu transparan dan

tidak merata, namun tetap memberikan kesan menyatu. Jejak sketsa

dasarnya juga sudah tidak terlihat serta untuk penempatan motifnya cukup

rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 281

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 236 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 283 pada aspek teknik dan menapat skor 258 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 88,2 dengan

kategori nilai baik (B).


108

32. Tsabitha Nayla Az-Zahra

Gambar 4.32 Karya Tsabitha Nayla Az-Zahra


(sumber: Peneliti, 2023)

Karya Tsabitha Nayla Az-Zahra menggunakan motif bunga melur

yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek ide

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek idenya karya tersebut

sudah sesuai dengan tema yang ditetapkan, begitupun desain dasarnya

yang sudah sesuai dengan visual karya. Bentuk motifnya juga sudah sesuai

dengan bentuk motif bunga melur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga
109

variasi warna yang menarik. Kreativitas pada karya tersebut sangat baik

dengan menambahkan beberapa motif geometris (isen-isen) dengan bentuk

garis lengkung pada bagian atas dan bawah gerabah untuk melengkapi

motif utama, penempatan warnanya juga sangat menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Penggunaan teknik pada karya tersebut sangat baik, hal itu

dapat dilihat dari pola motif yang tampak jelas, terdapat pula perbedaan

tebal tipis garis maupun warna pada setiap motifnya dengan

backgroundnya, warna motif dan backgroundnya juga tidak sama.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan karya tesebut sangat rapih, baik itu dalam pewarnaan motif

maupun backgroundnya sehingga terkesan menyatu. Jejak sketsa dasarnya

juga tidak terlihat serta untuk penempatan motifnya sudah sangat rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 297

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 245 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 272 pada aspek teknik dan menapat skor 280 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 91,2 dengan

kategori nilai sangat baik (A).


110

33. Wilya Amasya Hutabarat

Gambar 4.33 Karya Wilya Amasya Hutabarat


(sumber: Peneliti, 2023)

Karya Wilya Amasya Hutabarat menggunakan motif variasi bunga

hutan yang merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Pada aspek

ide terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide, karya tersebut

sudah sesuai dengan tema yang ditetapkan, desain dasarnya juga sudah

sesuai dengan visual karya, bentuk motifnya juga sudah sesuai yaitu

menggunakan bentuk variasi dari motif bunga hutan.


111

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya hanya menggunakan satu motif

yaitu bentuk variasi dari motif bunga hutan, hanya saja pewarnaan

motifnya masih kurang rapih serta penempatan warnanya juga masih

kurang menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut sudah cukup baik, hal itu dapat

dilihat dari pola motif yang tampak cukup jelas, namun tidak terdapat

perbedaan tebal tipis garis ataupun warna karena pewarnaan yang kurang

rapih, dan untuk pewarnaan motifnya sudah berbeda dengan

backgroundnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih.

Kebersihan pada karya tesebut kurang baik dimana masih terdapat warna

background yang tidak merata pada bagian motifnya sehingga beberapa

motif terkesan tidak menyatu, penempatan serta jarak pada motifnya juga

masih kurang rapih, namun untuk jejak sketsa dasarnya sudah tidak

terlihat.
112

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 265

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 206 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 278 pada aspek teknik dan menapat skor 238 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 82,25 dengan

kategori nilai baik (B).

34. Zhalila Azka

Gambar 4.34 Karya Zhalila Azka


(sumber: Peneliti, 2023)

Karya Zhalila Azka menggunakan motif bunga melur yang

merupakan salah satu motif dari ornamen Melayu. Melihat dari aspek ide,

terdapat tiga poin yang menjadi deskriptornya yaitu poin pertama tema

yang diterapkan sesuai dengan ornamen Melayu, poin kedua desain


113

dasarnya sesuai dengan visual karya, dan poin ketiga adalah kesesuaian

bentuk motif ornamen Melayu. Tema pada karya tersebut sudah sesuai

dengan yang ditetapkan, begitupun desain dasarnya yang sudah sesuai

dengan visual karya, untuk motifnya juga sudah sesuai dengan bentuk

variasi dari motif bunga melur.

Pada aspek kreativitas terdapat dua poin yang menjadi

deskriptornya yaitu kreasi penggunaan lebih dari satu motif dan juga

variasi warna yang menarik. Pada karya tersebut hanya menerapkan satu

motif utama yaitu dengan menggunakan bentuk variasi dari motif bunga

melur serta tambahan motif geometris (isen-isen) dengan warna khas suku

Melayu pada bagian atas gerabah untuk melengkapi motif utama serta

penempatan warnanya juga menarik.

Kemudian pada aspek teknik, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu pola yang terlihat jelas, terdapat perbedaan tebal tipis

garis ataupun warna, dan terdapat perbedaan warna antara background

dengan motif. Teknik pada karya tersebut sudah baik, hal itu dapat dilihat

dari pola motif yang terlihat jelas, terdapat pula perbedaan tebal tipis garis

maupun warna pada motifnya. Warna motifnya juga sudah berbeda dengan

warna backgroundnya.

Pada aspek kebersihan, terdapat tiga poin yang menjadi

deskriptornya yaitu tidak adanya jejak sketsa dasar, motif dan background

yang terkesan menyatu, dan penempatan motif yang terlihat rapih. Pada

karya tesebut jejak sketsa dasarnya sudah tidak terlihat, untuk pewarnaan
114

motifnya sudah sangat rapih hanya saja pewarnaan pada backgroundnya

terlalu transparan dan tidak merata, namun masih dapat memberikan kesan

menyatu antara motif dengan backgroundnya, dan untuk penempatan serta

jarak motifnya juga sudah rapih.

Berdasarkan hasil penilaian, karya tersebut mendapatkan skor 285

pada aspek ide, kemudian mendapat skor 197 pada aspek kreativitas, lalu

mendapat skor 280 pada aspek teknik dan menapat skor 272 pada aspek

kebersihan. Sehingga skor akhir karya tersebut sebesar 86,12 dengan

kategori nilai baik (B).

C. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan serta analisis data

maka dapat diketahui temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam Proses Berkarya

Pada proses berkarya, ada beberapa persiapan yang harus

dilakukan siswa mulai dari mempersiapkan alat dan bahan dan memahami

bentuk-bentuk motif dari ornamen Melayu, kemudian penguasaan media,

dan proses pembuatan karya. Pada penelitian yang dilakukan siswa terlihat

sangat antusias mengingat siswa juga jarang melakukan kegiatan praktik

serta memanfaatkan media lain untuk menggambar. Sikap antusias siswa

tersebut dapat tergambarkan dari rasa keingintahuan mereka terhadap

motif-motif dari ornamen Melayu dan bagaimana menggambarkannya ke

media gerabah.
115

Pada suatu proses tentunya terdapat kesulitan yang dialami siswa,

kesulitan tersebut tentunya tidak terlepas dari kurangnya pengalaman

siswa terhadap kegiatan praktik, terlebih lagi dengan media yang belum

pernah mereka gunakan sebelumnya. Oleh karena itu beberapa siswa

mengalami kesulitan di beberapa tahapan dalam menggambar ornamen

Melayu pada media gerabah seperti pada tahapan membuat sketsa dasar

motif ornamen Melayu di gerabah dan juga tahapan mewarnai motif dan

juga backgroundnya. Namun banyak juga siswa yang dapat langsung

menguasai tahapan-tahapan tersebut dengan baik.

2. Hasil Karya Siswa kelas XI-IPA 2 SMA Swasta Muhammadiyah 8

Kisaran

Berdasarkan aspek penilaian yaitu aspek ide, aspek kreativitas,

aspek teknik dan juga aspek kebersihan dapat dikategorikan baik (B)

dengan nilai total keseluruhan karya sebesar 82,1. Adapun penilaian setiap

aspek yang menjadi ketentuan karya dapat dijabarkan sebagai berikut,

Aspek Ide secara keseluruhan karya siswa memperoleh nilai dengan rata-

rata 88,17 dan dapat dikategorikan Baik (B). Kemudian aspek Kreativitas,

secara keseluruhan karya siswa memperoleh nilai dengan rata-rata 68 yang

dapat dikategorikan Kurang Baik (C). Pada aspek Teknik, secara

keseluruhan karya siswa memperoleh nilai dengan rata-rata 88,23 dan

dikategorikan Baik (B). Dan pada aspek Kebersihan, secara keseluruhan

karya siswa memperoleh nilai rata-rata sebesar 84,17 dan dengan kategori

Baik (B).
116

Secara keseluruhan hasil karya siswa sudah baik dengan 1 siswa

mendapat kategori sangat baik, 26 siswa mendapatkan kategori baik yang

tentunya berdasarkan beberapa aspek yaitu ide, kreativitas, teknik dan

kebersihan. 6 siswa mendapatkan kategori cukup baik dengan rata-rata

siswa kurang pada aspek kreativitas dan aspek kebersihan. Untuk kategori

kurang baik terdapat 1 siswa dengan hasil karya yang tidak sesuai pada

aspek ide yaitu motif yang diterapkan tidak sesuai dengan tema ornamen

Melayu.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis penerapan ornamen Melayu pada

media gerabah karya siswa kelas XI SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran,

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses penerapan ornamen Melayu pada media gerabah yang dilakukan

oleh siswa kelas XI-IPA 2 SMA Swasta Muhammadiyah 8 Kisaran

diawali dengan mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lanjut ke

tahap pelapisan cat dasar pada permukaan gerabah, kemudian membuat

sketsa dasar motif dari ornamen Melayu yang diinginkan, setelahnya

masuk ke tahap pewarnaan dan finishing yang dilakukan dengan cara

melapisi permukaan gerabah menggunakan clear semprot. Dalam proses

penerapan ornamen pada media gerabah tentunya terdapat kesulitan yang

akan dialami siswa. Kesulitan tersebut tidak terlepas dari kurangnya

pengalaman siswa terhadap kegiatan praktik, terlebih lagi dengan media

yang belum pernah mereka gunakan sebelumnya. Oleh karena itu beberapa

siswa mengalami kesulitan di beberapa tahapan dalam menggambar

ornamen Melayu pada media gerabah seperti pada tahapan membuat

sketsa dasar motif ornamen Melayu di gerabah dan juga tahapan mewarnai

motif dan juga backgroundnya. Namun banyak juga siswa yang dapat

langsung menguasai tahapan-tahapan tersebut dengan baik.

110
111

2. Dari hasil karya siswa dapat dilihat bahwa siswa menggunakan beragam

motif mulai dari motif itik pulang petang, motif bunga kundur, motif

kuntum bujang, motif bunga melur dan sebagainya baik dalam bentuk asli,

bentuk variasi ataupun yang sudah dideformasi. Berdasarkan visualnya,

karya siswa kelas XI-IPA 2 secara keseluruhan sudah baik dengan 1 siswa

mendapat kategori sangat baik dan 26 siswa mendapatkan kategori baik

yang tentunya berdasarkan beberapa aspek yaitu ide, kreativitas, teknik

dan juga kebersihan. Kemudian 6 siswa mendapatkan kategori cukup baik

dengan rata-rata siswa kurang dalam aspek kreativitas dan juga aspek

kebersihan. Dan untuk kategori kurang baik terdapat 1 siswa dengan hasil

karya yang tidak sesuai dengan aspek ide yaitu motif yang digunakan tidak

sesuai dengan tema ornamen Melayu.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, berikut adalah beberapa

saran untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang seni kerajinan dan

pendidikan:

1. Terhadap pembelajaran di Sekolah: sebaiknya siswa lebih banyak

mendapatkan pengalaman tugas praktik baik menggunakan media gerabah

ataupun media lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil karya siswa.

2. Terhadap siswa di Sekolah: diharapkan siswa dapat lebih sering

melakukan kegiatan praktik baik di kertas ataupun menggunakan media

lainnya. Siswa juga di sarankan lebih mengembangkan penguasaan teknik

dan kreativitasnya lagi dalam menggambar ornamen.


112

3. Untuk peneliti selanjutnya: diharapkan penelitian ini dapat menjadi

sumber referensi dan dapat dikembangkan secara mendalam di penelitian

selanjutnya terkait proses berkarya pada pembelajaran seni rupa yang lebih

luas lagi.
113

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Badudu, J. S., & Zain, S. M. (2010). Efektifitas Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Budiyanto, W. G., Rohmat, S., Fajar, P., & Taufiq, E. Y. (2008). Buku Sekolah
Elektronik: Kriya Keramik Jilid 1. Jakarta. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Department Pendidikan Nasional.

Gustami, Sp. (2008). Nuklian Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: Jurusan


Kriya Fakultas Seni Rupa Insitut Seni Indonesia Yogyakarta.

Hisbiyatul Hasanah, Rudy Sumiharsono (2017). Media Pembelajaran: Buku


Bacaan Wajib Dosen, Guru dan Calon Pendidik. Pustaka Abadi.
Hlm.3. ISBN 9786027275447.

Kemendikbud, No, P. 37.(2018). Permendikbud RI Nomor 37 tahun 2018 tentang


Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. JDIH Kemendikbud, 2025, 1-527.

Kustiawan, Usep (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini.


Gunung Samudera. Hlm.6. ISBN 9786021223482.

Mudra, I Wayan. Reproduksi Gerabah Serang Banten di Bali. Cetakan Pertama :


Juli 2018. Hlm.7-9. ISBN 978-602-475-486-0.

Napitupulu, S. P. (1997). Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara.


Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Rakhmat, J. (2005). Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remadja Karya,


Bandung, 1, 995.

Salam, S., & Muhaemin, M. (2020). Pengetahuan Dasar Seni Rupa. Badan
Penerbit UNM.

Samsu, S. (2017). Metode Penelitian:(Teori Dan Aplikasi Penelitian Kualitatif,


Kuantitatif, Mixed Methods, Serta Research & Development).

Saragi, D. (2017). Jenis Motif & Nilai Filosofis Ornamen Tradisional Sumatera
Utara. Jogjakarta: Thafa Media Yogyakarta.
114

Sudijono, A. (1986). Teknik Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta. Rama.


Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D.

Sumiharsono, R., & Hasanah, H. (2017). Media Pembelajaran: Buku Bacaan


Wajib bagi Dosen, Guru dan Calon Pendidik. Perpustakaan Abadi.

Willenbrink, M., & Willenbrink, M. (2006:128). Drawing for the absolute


beginner: a clear & easy guide to successful drawing. Nort light Books.

Sumber Jurnal dan Skripsi

Alfaruqi, Azka Naiman. (2017). Pembelajaran Menggambar Ornamen dengan


Media Papan Kayu sebagai Sarana Pengembangan Kreativitas pada
Siswa Kelas VII G SMP Negeri 3 Batang. Skripsi. Jurusan Seni Rupa
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Habib hanafi, dkk., Pengaruh Persepsi Kemanfaatan dan Persepsi Kemudahan


Website UB terhadap Sikap Pengguna dengan Pendekatan TAM, di
akses pada 26 Februari 2022 dari
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id.

Nugroho, M. S. P. (2012). Seni Ornamen Nusantara Sebagai Secondary Skin


Bagi Sun Control pada Bangunan.

Nurbia. 10541051912. (2018). Proses Pembelajaran Seni Lukis Media Gerabah


pada Siswa Kelas X PIA 2 SMAN 1 Galesong Selatan Kecamatan
Galesong Kabupaaten Takalar.

Panmayu, Z., & Mirwa, T. Penerapan Ornamen Melayu Deli pada Light Box
Dengan Teknik Paper Cutting. Gestus Journal: Penciptaan dan
Pengkajian Seni, 2(2), 23-29.

Prihatin, P. (2007). Seni Ornamen Dalam Konteks Budaya Melayu


Riau. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 8(3).

Qomarats, I., & Rahayu, S. (2020). Pelatihan Desain Gerabah Dengan Teknik
Batik DI SMKN 1 Kecamatan Luak Kabupaten 50 Kota. Batoboh:
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 5(2), 124-138.

Rantasmi, NIM 2113351022. Penerapan Ornamen Gayo Dengan TeknikMelukis


di Atas Kaca Untuk Meningkatkan Kreativitas Melukis Siswa KelasXI
SMA Negeri I Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues Tahun
Ajaran2015/2016. Skripsi Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Bahasadan Seni Universitas Negeri Medan 2016.
115

Shofiyuddin, M., & Rohmah, N. (2018). Teknologi Casting dan Sculpting pada
Media Mewarni 3d di Roudlotul Athfal (Ra) Di Kabupaten Kudus.
Prosiding Semnas PPM 2018, 1(1), 1779-1786.

Sinaga, S. Y., Soeprayogi, H., & Amiruddin, M. (2020). Eksperimen


Pengembangan Ragam Hias Keramik di Usaha Tembikar Lestari Deli
Serdang. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences
(JEHSS), 3(2), 586-593.

Triawan, E. W., Misgiya, M., & Tarigan, N. (2021). Ornamen Melayu dengan
Media Kaca Bidang Datar Ditinjau dari Prinsip-Prinsip Seni Rupa.
Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 62-72.

Zulkifli, Z., Atmojo, W. T., Kartono, G., & Nurwani, N. (2021). Revitalisasi
Identitas Melayu: Studi Penerapan Ragam Hias Tradisonal Melayu
pada Bangunan Modern di Kota Medan. Journal of Education,
Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 3(3), 895-903.

Zulkifli, Z., Kartono, G., Ibrahim, A., Kifli, B., & Misgiya, M. (2022, July).
Revitalisasi Identitas Melayu Melalui Eksplorasi Bentuk Arsitektur
Ikoniknya dalam Pengembangan Miniatur Sebagai Cenderamata
Pariwisata Kota Medan. Seminar Nasional 2022-NBM Arts.

Website

https://www.bpkp.go.id/sumut/konten/236/#:~:text=Penduduk%20Sumatera
%20Utara%20menurut%20golongan,%2C%20Mandailing%2C
%20Pesisir%20dan%20Nias, (Di akses pada 25 Desember 2022).

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/gambar
%20flora,fauna,benda-Tiur/Pengertian-
Menggambar.html#:~:text=Sedangkan%20pengertian%20secara
%20khusus%2C%20menggambar,mengolah%20goresan%20dari
%20alat%20gambar, (Di akses pada 25 Desember 2022).

https://www.arkeologiindonesia.com/2019/09/gerabah-masa-prasejarah.html?
m=1,(Di akses pada 2 Januari 2023).

https://www.kumpulanpengertian.com/2020/09/pengertian-penerapan-menurut-
para-ahli.html?m=1, (Di akses pada 2 Januari 2023).

http://www.studiokeramik.org/2012/10/membuat-keramik-dengan-teknik-
cetak.html?m=1, (Di akses pada 5 Januari 2023).
116

LAMPIRAN

Proses Melapisi Gerabah dengan Cat Dasar

Proses Pembuatan Sketsa Dasar


117

Proses Mewarnai Motif Ornamen Melayu pada Gerabah


118
119
120
121
122
123

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Oleh DINDA MAULIDA NST, S.Pd.
SMA SWASTA MUHAMMADIYAH 8 KISARAN

Nama Mata Pelajaran : Seni Budaya (Aspek Seni Rupa)


Materi Pelajaran : Menggambar Ornamen Nusantara

Kelas /Semester : XI (Sebelas) / Genap

Tujuan Pembelajaran : Setelah kegiatan belajar mengajar selesai diharapkan siswa


dapat :

1. Membedakan ornamen pada setiap daerah


2. Menjelaskan prinsip menggambar bentuk
geometris, flora dan fauna menjadi ornamen
dengan benar
3. Menjelaskan media yang dipergunakan dalam
berkarya menggambar ornamen dengan benar
4. Mempergunakan mistar dengan benar
5. Mempergunakan jangka dengan benar
6. Memberi gambar ornamen isen pada bidang
gambar ornamen Nusantara yang telah dibuat
denga baik.
7. Memajang dan menjelaskan proses berkarya
menggambar ornamen Nusantara yang telah
dibuat kepada teman se kelas dengan jelas.

Indikator Pembelajaran :

Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran


3.2 Memahami prinsip dan prosedur 1. Mendeskripsikan prinsip menggambar
menggambar gubahan flora, fauna, bentuk geometrik, flora dan fauna menjadi
dan bentuk geometrik menjadi ornamen Nusantara
ornamen Nusantara 2. Mendeskripsikan prosedur menggambar
bentuk geometrik, flora dan fauna menjadi
ornamen Nusantara
3. Mengidentifikasi bentuk geometrik,flora
dan fauna menjadi ornamen
4. Mengkomunikasikan proses berkarya
ornamen Nusantara kepada teman
sekelasnya secara lisan dengan bahasa yang
baik dan lancar
124

4.2 Menggambar gubahan flora, fauna, dan 1. Mengidentifikasi isen yang bisa
bentuk geometrik menjadi ornamen digunakan dalam berkarya ornamen
Nusantara Nusantara
2. Menggambar bentuk geometris, flora dan
fauna menjadi motif ornamen Nusantara
sesuai dengan tahapan berkarya
3. Mempergunakan alat-alat ( mistar, jangka)
dengan baik
4. Memajang dan mempresentasikan proses
berkarya ornamen Nusantara kepada teman
di kelasnya.

Alokasi waktu : 8 minggu x 2 jam pelajaran @45 menit

Pertemuan ke-3

A. PENDAHULUAN
1. Siswa menjawab salam keagamaan, guru mengecek kerapihan lingkungan belajar
seperti meja, kursi,lantai, mengecek kehadiran siswa dilanjutkan dengan berdo’a
dipimpin oleh seorang peserta didik setelah guru menghimbaunya.
2. Guru mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.
3. Siswa mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang akan digunakan pada
waktu pembelajaran berlangsung.
4. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai tujuan yang akan dicapai
setelah kegiatan pembelajaran selesai.
5. Siswa memperhatikan guru menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari
6. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang kegiatan belajar yang akan
dilaksanakan.
7. Siswa dimotivasi guru secara kontektual dengan memperhatikan guru
menunjukkan orang-orang sukses dengan jabatan profesi dan materi kekayaan
yang diharapkan.
8. Tayangan motivasi siswa menganai belajar praktek berkarya.
9. Guru melakukan pretest dengan mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan
dengan materi yang akan dijarkan
10. Guru melakukan apersepsi ragam hias/ornamen flora-fauna dan geometris
sebelumnya.
11. Siswa memperhatikan guru menjelaskan tentang lingkup dan teknik penilaian
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
125

B. KEGIATAN INTI
1. Siswa membentuk kelompok paling banyak 3 orang anggota sesuai dengan
minat kesenangan pada bentuk yang akan dibuat menjadi ornamen Nusantara
dan mengangkatnya seorang pemimpin kelompok.
2. Siswa secara berkelompok berdiskusi mengerjakan tugas yang dibagikan guru
untuk dijawab dengan menelaah, mengidentifikasi ornamen Nusantara karya
orang lain.
3. Perwakilan dari kelompok secara bergilir mengkomunikasikan deskripsi
prinsip ornamen Nusantara dan temuan-temuan dari hasil menelaah dan
mengidentifikasi gambar ragam hias Nusantara di depan kelas secara lisan.
4. Siswa secara bergilir mengajukan pertanyaan kaitan dengan contoh ornamen
Nusantara yang dibagikan oleh guru.
5. Siswa secara berkelompok membuat outline gambar ornamen sesuai
komitmen bersama hasil diskusi mempergunakan alat dan bahan yang telah
tersedia dengan bimbingan guru.
6. Siswa menyampaikan kesulitan yang ditemui selama berkarya membuat
ornamen Nusantara dengan bimbingan Guru secara berkelompok.
7. Siswa memperhatikan tayangan tahap berkarya ornamen Nusantara
8. Secara berdiskusi kelompok Siswa melakukan tugas tahap-1 berkarya
ornamen Nusantara dengan mempergunakan media yang telah disiapkan
masing-masing
9. Secara bekerja sama Siswa menyelesaikan gambar ornamen Nusantara
lengkap dengan isen-isen hasil diskusi dengan alat dan media yang telah
disiapkan pada pertemuan sebelumnya.
10. Secara bekelompok memajangkan karya yang telah dibuat di tempat yang
disediakan dan menyampaikan deskripsi secara lisan proses berkarya serta
unsur-unsur pisik yang dimunculkan.
11. Anggota kelompok lainnya menanggapi terhadap karya yang telah
dipajangkan dan dikomunikasikan serta kelompok penyaji merespon
pertanyaan yang disampaikan kepada kelompoknya oleh perwakilah anggota
kelompok.
C. PENUTUP
1. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi hasil
karya tiap-tiap kelompok yang dipajangkan, kelebihan-kelebihan yang ada
pada karya dan perlu dikembangkan serta manfaat yang bisa didapatkan dari
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang baru saja dilakukan.
2. Siswa bersama-sama anggota di kelompok masing-masing membuat resume
dari hasil kegiatan belajar mengajar pada buku catatan Seni Budaya masing-
masing.
3. Siswa menerima tugas rumah tersetruktur berkarya bentuk ornamen
Nusantara sesuai dengan kreativitas dan bahan yang dipilihnya masing-
masing sebagai pengayaan praktek.
126

Sumber/Media Pembelajaran
A.Sumber :
1. Pengetahuan guru
2. Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2016
Tentang kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum
2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
4. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2016) Seni Budaya SMA/MA
Kelas XI.
5. Anesia Aryunda Dofa (1996) Batik Indonesia. Golden Tarayon Press, Jakarta
6. Nian S. Djumena (1990) Batik dan Mitra ( Batik and Kind). Djambatan,
Jakarta.

B.Media Pembelajaran
1. Alat belajar
a. Pensil
b. Mistar
c. Jangka
2. Bahan belajar
a. Kertas gambar
b. Spidol besar permanen warna hitam
c. Spidol ukuran kecil permanen warna hitam
d. Pewarna gambar

3. Media mengajar
Media tayang berupa proyektor atau lainnya yang sejenis dalam fungsi.
4.Penilaian
1. Penilaian proses dilaksanakan sepanjang kegiatan belajar mengajar
berlangsung
2. Penilaian pengetahuan dilakukan saat siswa mengkomunikasikan konsep
deskripsi hasil diskusi
3. Penilaian produk dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar berakhir pada
waktu karya telah dipajangkan.

Lampiran-lampiran Materi Pelajaran :


Konsep ornamen Nusantara Adalah jenis motif ornamen Nusantara yang dikembangkan
dari bentuk-bentuk geometris (berupa titik, garis, bidang, bentuk), flora dan fauna yang
kemudian digayakan sesuai dengan selera dan imajinasi pembuatnya
127
128

Format Penilaian Hasil Karya:

Bobot
Nomor Indikator Keterangan
Nilai
1. Ide/ Gagasan Ide gambar original karya kelompok sendiri 30
Ide gagasan terimpirasi dari media lain 20
Ide gagasan menjiplak dari sumber lain 10

2. Kreativitas Karya menunjukan sangat kreativitas dan unik 20


Karya menunjukan kreativitas dan unik 15
Karya menunjukan kurang kreativitas dan unik 10

3. Komposisi Sangat sesuai komposisi 20


Sesuai komposisi 15
Kurang sesuai komposisi 10
Keindahan dan Sangat indah dan unik bentuknya
30
4. kerapihan
Indah dan unik bentuknya 20
Kurang indah dan unik bentuknya 10

Nilai = Total skor perolehan x 100


Total skor maksimum

Kisaran, ...... Juli 20.....

Guru Mata Pelajaran Seni


Budaya

DINDA MAULIDA NST, S.Pd.

NIP.
129

Tabel 1 Indikator Penilaian Karya Kerajinan Gerabah

Dasar Skor
Indikator Deskriptor Skor (X) Nilai
Penskoran Akhir
1) Tema yang diterapkan
sesuai dengan ornamen Keputusan
Melayu penilaian
Ide berdasarkan
2) Desain dasar sesuai
dengan visual karya perolehan jumlah
3) Kesesuaian bentuk skor yang
motif ornamen Melayu dikonversikan
1) Kreasi penggunaan dengan standar
lebih dari satu motif rentang skor
pada ornamen Melayu puluhan yang
Kreativitas
berlaku
2) Variasi warna yang
menarik
Standar rentang
1) Polanya terlihat jelas
skor
2) Terdapat perbedaan
tebal tipis garis
90-100 = A
Teknik ataupun warna
(Sangat Baik)
3) Terdapat perbedaan
warna antara motif 80-89 = B
dengan background (Baik)
1) Tidak terdapat jejak
sketsa dasar 70-79 = C
2) Motif dengan (Cukup Baik)
Kebersihan background terkesan
menyatu tidak terpisah <70 = D
3) Penempatan motif yang (Kurang Baik)
terlihat rapi.

(Sumber: Sugito, dkk, 2015:55)

You might also like