You are on page 1of 70

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP

PEMBERIAN KREDIT PADA UNIT USP AWANG MAHMUDA


MANDIRI DESA SUNGAI ALAM KECAMATAN BENGKALIS
KABUPATEN BENGKALIS

YENI RAHMAWATI
195310462

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada Unit USP Awang Mahmuda Mandiri di Desa
Sungai Alam Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana penerapan pengendalian intern yang efektif terhadap
pemberian kredit pada Unit USP Awang Mahmuda Mandiri. Jenis dan sumber
data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Sedangkan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi serta dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang dimana peneliti
membandingkan data serta informasi yang sudah diperoleh. Lalu menganalisis
dan membandingkan kesesuaiannya dengan teori yang sudah ada.
Adapun pembahasan yang ada didalam penelitian ini yaitu bagaimana Unit
USP Awang Mahmuda Mandiri melakukan prosedur pemberian kredit kepada
calon nasabah dan bagaimana Unit USP Awang Mahmuda Mandiri menganalisis
pengendalian intern terhadap pemberian kredit. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara keseluruhan
pengendalian intern terhadap pemberian kredit Unit USP Awang Mahmuda
Mandiri belum berjalan secara efektif, hal ini dilihat dari tidak dilakukannya
pengawasan atau pemantauan ketika kredit telah dicairkan, karyawan yang
kompeten, praktek yang sehat, serta pemisahan tugas dan tanggung jawab.

Kata Kunci: sistem pengendalian intern, kredit, unit usaha simpan pinjam (USP).

i
ABSTRACT

This research was conduted at the Unit USP Awang Mahmuda Mandiri
Sungai Alam Village, Bengkalis District, Bengkalis Regency. This study aims to
find out how to apply effective internal control to the granting of credit at the Unit
USP Awang Mahmuda Mandiri. The types and sources of data in this study are
primary data and secondary data. Meanwhile, data collection techniques were
carried out by interviews, observation and documentation. This study uses a
descriptive analysis method in which the researcher compares the data and
information that has been obtained. Then analyze and compare its suitability with
existing theories.
The discussion in this study is how the Unit USP Awang Mahmuda
Mandiri carries out procedures for granting credit to prospective customers and
how the Unit USP Awang Mahmuda Mandiri analyzes internal control over credit
granting. Based on the research that has been done, the results obtained show
that overall internal control over the Unit USP Awang Mahmuda Mandiri lending
has not been running effectively, this can be seen from the lack of supervision or
monitoring when the credit has been disbursed, competent employees, sound
practices, as well as segregation of duties and responsibilities.
Keywords: internal control system, credit, savings and loan business unit (USP).

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini kemiskinan masih menjadi masalah yang terus muncul dan

masih belum dapat terselesaikan hingga saat ini. Salah satunya fenomena

kemiskinan di Riau yang kontras dengan kekayaan sumber daya alam yang ada,

menyiratkan bahwa kemiskinan di Riau bukan disebabkan oleh kemiskinan

alamiah melainkan disebabkan oleh kemiskinan struktural yang multidimensional.

Kondisi inilah yang membuat masyarakat Riau tidak dapat memperoleh hak

kebijakan pembangunan yang belum berfokus kepada masyarakat yang miskin.

Didalam Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah dimana setiap daerah dapat mengatur otonomi daerahnya

sendiri termasuk dalam hal penanggulangan kemiskinan dan peningkatan

kesejahteraan rakyatnya.

Salah satu program yang dibuat oleh pemerintah yaitu Program

Pemberdayaan Desa (PPD) dengan tujuan untuk membantu masyarakat serta

mempercepat memerangi kemiskinan melalui salah satu kegiatan di bidang

ekonomi mikro melalui Dana Usaha Desa/Kelurahan yang dikelola oleh Usaha

Ekonomi Desa/Kelurahan-Simpan Pinjam (UED/K-SP). Dana usaha yang telah

disalurkan dan diterima oleh desa diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang

ada didesa dan mampu mengelola potensi serta mendukung fasilitas untuk

meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Setidaknya ini dapat

1
2

membantu suatu usaha atau masyarakat yang ekonominya masih lemah untuk

bertahan hidup sehingga diharapkan dapat merubah perekonomian kehidupan.

Usaha Ekonomi Desa Simpan-Pinjam (UED-SP) merupakan lembaga

keuangan milik masyarakat kelurahan atau desa dibidang simpan pinjam untuk

mendukung serta menyediakan bantuan modal usaha untuk masyarakat yang

membutuhkannya dengan cara memberikan mereka pinjaman kredit.

Dalam menjalankan usahanya, usaha ekonomi desa ini menerima dana

hibah atau subsidi dari pemerintah berupa uang, barang dan jasa serta juga

menerima simpanan dari para anggotanya. Kemudian dana yang telah diberikan

oleh pemerintah itu dikelola dengan baik dan akan disalurkan kepada masyarakat

untuk mengembangkan usahanya dalam bentuk pemberian kredit. Semakin besar

jumlah tabungan yang disimpan oleh masyarakat pada suatu unit usaha simpan

pinjam, maka semakin besar kepercayaan masyarakat terhadap usaha simpan

pinjam tersebut.

Kasmir (2017:85) mengemukakan bahwa pembiayaan atau kredit

merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan perjanjian antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pemodal

untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil. Kredit yang akan disalurkan oleh usaha simpan

pinjam kepada nasabah mengandung risiko, karena kredit rentan terhadap

penggelapan dan penyalahgunaan. Kemungkinan yang akan terjadi pada saat

memberikan bantuan pinjaman antara lain yaitu penyalahgunaan kredit. Oleh

karena itu, pihak usaha simpan pinjam membutuhkan adanya pengawasan yang
3

terprogram dan terkendali terhadap penyaluran kredit yang akan diberikan kepada

masyarakat atau nasabah agar kredit tersebut tersalurkan dengan baik kepada

masyarakat atau nasabah yang dipercaya untuk mengembalikan pinjaman tepat

waktu. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerugian bagi pihak usaha simpan

pinjam serta meminimalisir permasalahan dalam pemberian kredit. Dalam

menanggulangi permasalahan tersebut maka yang dibutuhkan adalah sistem

pengendalian internal.

Pengendalian Internal adalah suatu bentuk pertanggungjawaban serta

kegiatan atau proses yang dilakukan dalam suatu organisasi untuk melindungi

aset, memeriksa keandalan dari manajemen, dan memastikan bahwa praktik

manajemen konsisten dengan tujuan organisasi apakah terdapat penggelapan atau

penyalahgunaan. Dari pengertian pengendalian internal, ini sangat berlaku bagi

suatu perusahaan yang mengelola data informasi secara manual melalui desain

pembukuan atau sistem komputer.

Pengendalian internal memegang peran penting dalam suatu organisasi

karena pengendalian internal mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pada proses

bisnis sehingga dapat mencegah penyimpangan serta mengurangi kesalahan, dan

tujuan dari suatu organisasi tersebut akan tercapai. Tujuan pengendalian intern

adalah untuk melindungi aset organisasi, untuk meningkatkan praktik yang

diterapkan, memeriksa keakuratan dan keandalan laporan keuangan, serta untuk

meningkatkan efesiensi dan efektivitas organisasi. Pengendalian intern dikatakan

baik apabila memenuhi beberapa unsur. Unsur-unsur pengendalian internal

menurut COSO (2012:100) terdiri dari lima komponen, yaitu lingkungan


4

pengendalian (control environment), penaksiran resiko (risk assessment), aktivitas

pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information and

communication), dan yang terakhir pemantauan (monitoring).

Lingkungan pengendalian (control environment) menetapkan corak suatu

organisasi dan mempengaruhi persepsi pengendalian oleh setiap orang dalam

organisasi. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi semua komponen

pengendalian internal lainnya, yang menyediakan disiplin dan struktur. Penaksiran

risiko (risk assessment) merupakan identifikasi entitas, analisis dan mengelola

risiko pelaporan keuangan, termasuk terjadinya peristiwa dan kondisi internal

maupun eksternal yang berdampak negatif terhadap kemampuan entitas dalam

mencatat, mengolah, meringkas, dan menyajikan data keuangan konsisten dengan

asersi manajemen dalam laporan keuangan. Aktivitas pengendalian (control

activities) mencakup kebijakan serta prosedur yang dapat memastikan bahwa

arahan manajemen dijalankan. Informasi dan komunikasi (information and

communication) meliputi proses mengidentifikasi, mengumpulkan,

mengklasifikan, menganalisa, mencatat dan melaporkan transaksi entitas (baik

kondisi maupun peristiwa) serta untuk mempertahankan pertanggungjawaban

terhadap aset. Pemantauan (monitoring) merupakan sebuah proses yang

menentukan kualitas kerja pengendalian intern sepanjang waktu.

Adapun pengendalian intern atas pemberian kredit yang efektif menurut

Kasmir (2017:94-97) yaitu dengan menerapkan prinsip 5C dan 7P yang terdiri

dari character, capacity, capital, collateral, condition dan personality, party,

purpose, prospect, payment, profitability, protection. Pengendalian Intern yang


5

efektif adalah menciptakan direksi dan manajemen untuk mencapai tujuan sebuah

perusahaan, laporan keuangan yang dipublikasikan dapat dipercaya dan

diandalkan, prosedur serta peraturan yang telah ditetapkan perusahaan sudah

ditaati dan dipatuhi untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan seperti korupsi.

Mulyadi (2018:129) mengemukakan bahwa tujuan dari pengendalian

intern yaitu menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian/keakuratan dan

keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan mendorong kepatuhan

terhadap kebijakan manajemen. Pengendalian internal ini harus dijalankan untuk

menghindari terjadinya kredit macet. Syarat pengendalian intern yang baik adalah

struktur organisasi yang secara tegas memisahkan tanggung jawab fungsional,

sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang

memadai atas aset dan liabilitas, serta praktik yang sehat dalam menjalankan tugas

dan fungsi dari setiap organisasi, dan karyawan yang mutunya sesuai dengan

tanggung jawab mereka.

Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP) Awang Mahmuda

Mandiri yang beralamat di Jalan Bathin Alam Desa Sungai Alam Kecamatan

Bengkalis Kabupaten Bengkalis berdiri atas dasar surat edaran dari pemerintah,

dan dari hasil musyawarah desa serta pengeluaran SK Pengelola dari Kepala Desa

untuk Pengelola Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam Awang Mahmuda Mandiri

pada 12 Mei 2010. Dana hibah dari pemerintah sebesar Rp500.000.000 yang

disalurkan secara bertahap dari tahun 2010.

Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan Lembaga UED-SP merupakan

salah satu peluang ekonomi di desa, dengan dibentuknya BUMDesa menjadi salah
6

satu unit usaha dibawah BUMDesa yang dapat mengelola usaha keuangan, hal ini

sesuai dengan perintah surat edaran dan peraturan Bupati Bengkalis No.71 Tahun

2017 tentang Pedoman Penyertaan Modal Desa pada Badan Usaha Milik Desa

yang berasal dari Dana Usaha Ekonomi Desa (UED) (peleburan Lembaga UED-

SP menjadi Unit BUMDesa) sehingga terjadi perubahan nama dari Usaha

Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP) menjadi Unit Usaha Simpan Pinjam

(USP).

Dana yang disalurkan oleh Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Awang

Mahmuda Mandiri ditujukan untuk membantu masyarakat dalam

mengembangkan usahanya, diantaranya yaitu dibidang perdagangan, pertanian,

perkebunan, perikanan, peternakan, industri kecil maupun jasa. Akhir tahun 2020

penerima manfaat Unit USP Awang Mahmuda Mandiri sebanyak 2209 orang, dan

pada akhir tahun 2021 sebanyak 2310 orang, meningkat sebanyak 101 orang dari

tahun sebelumnya. Dalam menyalurkan dana dalam bentuk kredit, Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri telah menyesuaikan dengan kebijakan manajemen

yang telah ditetapkan. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri hanya memberikan

pinjaman untuk kegiatan usaha masyarakat desa yang dinilai produktif dan hanya

memberikan pinjaman kepada warga yang berasal dari Desa Sungai Alam.

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri memiliki beberapa prosedur yang

harus diikuti oleh masyarakat ketika ingin melakukan peminjaman, hal ini

bertujuan untuk mengontrol kredit yang telah disalurkan kepada masyarakat. Oleh

karena itu, selama proses pemberian kredit perlu dilakukan analisis terhadap

permohonan kredit dari calon nasabah. Berikut beberapa prosedur dalam


7

pemberian kredit/pinjaman pada Unit Usaha Simpan Pinjam Awang Mahmuda

Mandiri Desa Sungai Alam melalui beberapa tahapan berikut:

Pertama, calon pemanfaat mendatangi Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri untuk mengajukan permohonan peminjaman serta langsung

mendaftarkan nama dan mengajukan proposal peminjaman yang telah disediakan,

serta melampirkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon pemanfaat

diantaranya: profil pemanfaat dan lokasi agunan, pas foto 3x4 (menyesuaikan),

KK dan KTP, rencana usaha pemanfaat (RUP), surat penyerahan agunan, surat

kuasa pemakaian agunan (agunan pihak lain), surat kuasa jual agunan, surat

kesepakatan sanksi-sanksi yang telah ditetapkan, lembar foto usaha dan foto

agunan, surat agunan asli, fotocopy agunan dan foto yang dijadikan agunan,

fotocopy rekening BRK Syariah untuk pinjaman di atas Rp5.000.000, surat

keterangan usaha dari desa jika pinjaman di atas Rp15.000.000, kemudian

diserahkan ke bagian tata usaha.

Kedua, calon penerima manfaat mengajukan proposal ke bagian tata

usaha. Kemudian bagian tata usaha melakukan pemeriksaan terhadap pengajuan

proposal pinjaman yang berisi persyaratan yang telah dilampirkan oleh calon

pemanfaat. Jika proposal tersebut tidak sesuai atau tidak lengkap, staf tata usaha

akan memberikan catatan perbaikan dan proposal akan dikembalikan kepada

pemohon atau calon pemanfaat. Dalam hal ini, calon pemanfaat harus melakukan

perbaikan dan memenuhi semua persyaratan yang kurang. Setelah proposal

diperbaiki serta semua persyaratan sudah terpenuhi maka diserahkan kembali ke

bagian tata usaha.


8

Ketiga, proposal pinjaman diajukan ke bagian Staf Analisis Kredit (SAK)

dan melakukan pengecekan ulang terhadap persyaratan permohonan peminjaman.

Jika semua persyaratan telah terpenuhi maka staf analisis kredit akan memastikan

bahwa proposal yang diajukan benar secara faktual, kemudian melakukan

pemeriksaan fisik kelayakan komersial dan melihat keberadaan tempat usaha dan

kesesuaian agunan dengan calon peminjam.

Keempat, proposal yang diajukan oleh calon penerima manfaat akan

dilakukan peninjauan lokasi, dimana staf analisis kredit akan melakukan

pemeriksaan lapangan dengan ketentuan sebagai berikut: menilai kelayakan usaha

dari Rencana Usaha Pemanfaat (RUP), melihat keberadaan usaha, melihat

keberadaan dan kesesuaian agunan dengan calon peminjam, menghitung modal

atau aset calon pemanfaat dari usaha lain, menilai pemahaman potensi program

penerima manfaat. Selama survei lapangan calon pemanfaat tidak mengisi

dokumen apapun, namun staf analisis kredit mengisi lembar ceklis yang

berhubungan dengan ketentuan yang ada. Hal ini bertujuan untuk memastikan

bahwa persyaratan atau berkas yang diajukan sesuai dengan peminjam dan

mengikuti prosedur yang telah ditetapkan Unit Usaha Simpan Pinjam Awang

Mahmuda Mandiri.

Kelima, mengadakan rapat atau musyawarah verifikasi awal untuk

menentukan besaran jumlah pinjaman, umpan balik, dan rapat verifikasi akhir

yang dipimpin oleh ketua Unit USP Awang Mahmuda Mandiri yang dihadiri oleh

komisaris, pendamping desa bidang ekonomi, badan pengawas BUMDesa,

Direktur BUMDesa, serta pengelola Unit USP Awang Mahmuda Mandiri


9

membahas hasil pemeriksaan lapangan untuk menentukan jumlah besaran

pinjaman dan menyetujui permohonan pinjaman kredit yang diajukan calon

penerima manfaat.

Keenam, dari hasil keputusan musyawarah tersebut ketua Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri akan membahas hasil proposal, khususnya membahas

mengenai cara pembayaran cicilan kredit, serta memberikan pedoman/arahan

maupun saran untuk peminjam dalam penggunaan modal pinjaman untuk

dimanfaatkan dengan baik. Setelah keputusan musyawarah disepakati, maka

selanjutnya akan membuat legalisasi dan surat perjanjian pemberian kredit

(SP2K) yang akan ditandatangani antara peminjam dan kepala Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri. Setelah itu staf analisis kredit akan melakukan penyiapan

dokumen pencairan dana.

Ketujuh, pada tahapan ini ketua dan kasir Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri mengajukan surat permohonan pencairan dana Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri yang akan ditanda tangani oleh komisaris dan direktur

BUMDesa.

Kedelapan, ketua Unit USP Awang Mahmuda Mandiri mengajukan

peminjaman ke bank dengan melampirkan: SPPD (Surat Permohonan Pencairan

Dana), SPB (Surat Perintah Bayar), Buku Rekening Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri, serta nomor rekening pemanfaat. Kemudian kasir membuat kwitansi

penyerahan dana pinjaman yang sudah ditandatangani pemanfaat sebelum dana

disalurkan ke rekening pemanfaat.


10

Kesembilan, pada tahap akhir ini bank akan menyalurkan pinjaman dari

rekening Unit USP Awang Mahmuda Mandiri ke rekening penerima manfaat.

Setelah dana dicairkan, tanggung jawab staf analisis kredit untuk mengawasi dan

memastikan bahwa dana yang telah dialokasikan digunakan sesuai dengan yang

disepakati sebagai modal usaha dan mengawasi bagaimana pengembalian kredit

oleh peminjam, namun Unit USP Awang Mahmuda Mandiri belum melakukan

pengawasan yang efektif terhadap peminjam sehingga mengakibatkan adanya

kredit macet.

Berikut ini adalah tabel posisi kredit per jenis kredit yang disalurkan oleh

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri Periode 2020-2021:

Tabel 1.1.
Kredit Produktif yang disalurkan Unit USP Awang Mahmuda Mandiri
Periode 2020-2021
Tahun
No Jenis Kredit 2020 2021
Orang (Rp) Orang (Rp)
1 Perdagangan (D) 735 8.768.000.000 775 9.555.500.000
2 Pertanian (T) 36 352.000.000 36 352.000.000
3 Perkebunan (K) 465 6.405.500.000 488 6.851.000.000
4 Perikanan (I) 202 1.409.500.000 202 1.409.500.000
5 Peternakan (Tr) 279 3.237.500.000 301 3.652.000.000
6 Industri Kecil (Ik) 76 828.500.000 76 828.500.000
7 Jasa (J) 416 5.326.000.000 432 5.766.000.000
Jumlah 2209 26.327.000.000 2310 28.414.500.000
Sumber: Unit USP Awang Mahmuda Mandiri

Dari tabel 1.1. diatas dapat kita lihat bahwa permintaan terhadap

peminjaman masyarakat pada Unit Usaha Simpan Pinjam Awang Mahmuda

Mandiri terjadi peningkatan sebesar Rp2.087.500.000 dari tahun 2020 ke tahun


11

2021. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri dapat meningkatkan roda perekonomian masyarakat Desa Sungai Alam.

Adapun perkembangan kolektibilitas kredit pada Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri sebagai berikut:

Tabel 1.2.
Daftar Kolektibilitas Kredit Unit USP Awang Mahmuda Mandiri
Periode 2020-2021
Saldo
Tunggakan Persentase
Kolektibilitas Kriteria Pinjaman
(Rp) (%)
(Rp)
Tahun 2020
I (0 bulan) A 1.986.262.000 0 0
II (1-2 bulan) B 200.925.500 17.419.944 0,48
III (3-4 bulan) C 139.752.500 39.391.389 1,08
IV (5-6 bulan) D 134.920.500 74.545.500 2,05
V ( >6 bulan) E 1.178.670.000 1.092.614.444 30,01
Jumlah 3.640.530.500 1.223.971.278 33,62
Tahun 2021
I (0 bulan) A 2.088.844.500 0 0
II (1-2 bulan) B 167.659.000 15.245.111 0,39
III (3-4 bulan) C 127.955.500 46.792.802 1,19
IV (5-6 bulan) D 177.973.000 79.514.667 2,02
V ( >6 bulan) E 1.364.897.500 1.211.466.944 30,85
Jumlah 3.927.329.500 1.353.019.524 34,45
`Sumber: Unit USP Awang Mahmuda Mandiri

Tabel 1.2 tersebut merupakan tabel kolektibilitas periode 2020 dan 2021

Unit Usaha Simpan Pinjam Awang Mahmuda Mandiri. Dapat dilihat bahwa

terdapat kredit bermasalah pada saat pengembaliannya dari tahun 2020 hingga

tahun 2021. Kolektibilitas I (0 bulan) kriteria A tidak ada tunggakan yang disebut

kredit lancar, ditahun 2020 tidak ada tunggakan dengan persentase 0%, pada tahun

2021 tetap tidak ada tunggakan dengan persentase 0%. Kolektibilitas II (1-2
12

bulan) kriteria B terdapat tunggakan yang disebut kredit dalam perhatian khusus,

pada tahun 2020 terdapat tunggakan sebesar Rp17.419.944 dengan persentase

0,48%, ditahun 2021 terjadi penurunan tunggakan Rp15.245.111 dengan

persentase 0,39%. Kolektibilitas III (3-4 bulan) kriteria C yang disebut kredit

kurang lancar, pada 2020 terdapat tunggakan sebesar Rp39.391.389 dengan

persentase 1,08%, sedangkan ditahun 2021 terjadi kenaikan tunggakan sebesar

Rp46.792.802 dengan persentase 1,19%.

Kolektibilitas IV (5-6 bulan) kriteria D yang disebut dengan kredit

diragukan, tahun 2020 terdapat tunggakan sebesar Rp74.545.500 dengan

persentase 2,05%, pada tahun 2021 terjadi kenaikan tunggakan sebesar

Rp79.514.667 dengan persentase 2,02%. Dan terakhir kolektibilitas V (>6 bulan)

kriteria E yang disebut dengan kredit macet, ditahun 2020 terdapat tunggakan

kredit sebesar Rp1.092.614.444 dengan persentase 30,01%, pada tahun 2021

terjadi kenaikan tunggakan sebesar Rp1.211.466.944 dengan persentase 30,85%.

Tunggakan lebih dari 6 bulan bukan merupakan tunggakan yang jatuh tempo

pembayaran pinjaman sejak awal melainkan peminjam tidak dapat membayar

kembali pinjamannya setelah 6 bulan. Secara keseluruhan ditahun 2020 terdapat

tunggakan sebesar Rp1.223.971.278 sedangkan pada tahun 2021 mengalami

kenaikan tunggakan sebesar Rp1.353.019.524.

Dari data yang telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan kredit macet

mengindikasikan kemungkinan lemahnya atau kurang efektifnya pengendalian

intern yang dilakukan oleh pihak Unit USP Awang Mahmuda Mandiri.
13

Sehubungan dengan latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut,

maka penulis tertarik melakukan analisis dengan judul: “Analisis Sistem

Pengendalian Intern Terhadap Pemberian Kredit Pada Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri Desa Sungai Alam Kecamatan Bengkalis Kabupaten

Bengkalis”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut

maka permasalahan utama dari penelitian ini adalah “Apakah pengendalian intern

terhadap pemberian kredit pada Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Awang

Mahmuda Mandiri telah berjalan secara efektif?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pengendalian intern

yang efektif dalam pemberian kredit pada Unit Usaha Simpan Pinjam (USP)

Awang Mahmuda Mandiri Desa Sungai Alam Kecamatan Bengkalis Kabupaten

Bengkalis.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat karena dapat menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai sistem pengendalian intern

yang baik dan benar dalam pemberian kredit.

2. Bagi pihak Unit USP Awang Mahmuda Mandiri, hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan untuk

meningkatkan sistem pengendalian intern dalam pemberian kredit.


14

3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai referensi dimasa yang akan

datang dalam melakukan penelitian pengendalian internal.

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini, penulis memaparkan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Bab ini merupakan telaah pustaka yang menguraikan pengertian

pengendalian intern, tujuan pengendalian intern, unsur-unsur

pengendalian intern, syarat pengendalian intern yang baik,

pengertian dan jenis kredit, tujuan dan fungsi kredit, penentuan

kebijakan kredit, unsur-unsur dalam pemberian kredit, prosedur

pemberian kredit, pengendalian intern kredit, kriteria

penggolongan kolektibilitas kredit, penyelesaian kredit

bermasalah serta hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang terdiri dari

desain penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


15

Bab ini menjelaskan secara singkat sejarah Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri, struktur organisasi dan aktivitas dari Unit

USP Awang Mahmuda Mandiri dan membahas hasil penelitian

yang meliputi prosedur pemberian kredit, analisis sistem

pengendalian intern, dan penyelesaian kredit bermasalah.

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dari

hasil penelitian beserta saran-saran untuk perbaikan dimasa yang

akan datang bagi Unit USP Awang Mahmuda Mandiri.


BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Telaah Pustaka

2.1.1. Pengertian Pengendalian Intern

Menurut Arens (2014:340-341), sistem pengendalian internal terdiri dari

kebijakan dan prosedur yang telah dirancang untuk memberikan kepastian yang

layak kepada manajemen bahwa perusahaan telah mencapai sasaran dan

tujuannya. Saat merancang sistem pengendalian internal yang efektif, manajemen

memiliki tiga tujuan umum yaitu: keandalan pelaporan keuangan, efisiensi dan

efektivitas operasi, serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.

Hery (2014:159) mengemukakan pengendalian intern adalah seperangkat

kebijakan dan prosedur yang ditujukan untuk melindungi aset perusahaan dari

segala penyalahgunaan, memastikan keakuratan informasi yang diberikan oleh

perusahaan, dan memastikan bahwa semua (peraturan) undang-undang/hukum

beserta kebijakan manajemen telah dipatuhi oleh seluruh karyawan perusahaan

dan telah dijalankan semestinya.

Menurut Hasibuan (2020:190), sistem pengendalian internal merupakan

seperangkat aturan, prosedur, praktik, dan struktur organisasi untuk memberikan

jaminan memadai bahwa objektivitas bisnis dapat diterima dan kejadian yang

tidak diharapkan dapat dicegah, dideteksi, dan diperbaiki.

Sedangkan menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO)

dalam Wakhyudi (2018:12), pengendalian internal merupakan suatu proses yang

terkait dengan pimpinan, manajemen, karyawan dan personel lainnya. Tujuannya

16
17

adalah memberikan jaminan yang memadai mengenai pencapaian objektivitas

dalam efisiensi dan efektivitas operasional untuk mendapatkan kepercayaan atas

laporan keuangan. Pengendalian internal memeriksa apakah fungsi operasional

dijalankan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan.

Dari pengertian yang sudah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengendalian intern merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan yang

dimana bagian dari masing-masing sistem digunakan sebagai prosedur dan

pedoman operasional suatu perusahaan. Yang bertujuan untuk melindungi aset

perusahaan, memastikan keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan,

dan memastikan bahwa kebijakan manajemen telah dipatuhi dan dijalankan

semestinya. Pada umumnya suatu organisasi atau perusahaan menggunakan

pengendalian intern untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan dan kejadian hal

yang tidak diinginkan.

2.1.2. Tujuan Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2018:129), tujuan dari pengendalian intern yaitu

sebagai berikut:

1. Menjaga aset organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

3. Mendorong efisiensi

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Menurut Arens (2014:340), dalam merancang sistem pengendalian internal

yang efektif terdapat tiga tujuan umum yaitu:


18

1. Reliabilitas pelaporan keuangan. Manajemen bertanggung jawab untuk

menyiapkan laporan bagi investor, kreditur dan pengguna lainnya.

Tanggung jawab hukum dan profesional manajemen adalah untuk

memastikan bahwa informasi disajikan secara akurat sesuai prinsip

akuntansi yang berlaku umum (GAAP) dan persyaratan pelaporan

keuangan lainnya. Tujuan pengendalian internal yang efektif atas

pelaporan keuangan adalah untuk memenuhi tanggung jawabnya atas

pelaporan keuangan tersebut.

2. Efisiensi dan efektivitas operasi. Pengendalian internal perusahaan

mempromosikan penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien untuk

mengoptimalkan tujuan dari perusahaan. Tujuan penting dari pengendalian

ini adalah untuk memperoleh informasi keuangan dan non keuangan yang

benar dan akurat tentang operasi perusahaan sebagai dasar pengambilan

sebuah keputusan.

3. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan. Semua perusahaan publik harus

menyiapkan laporan tentang efektivitas pengendalian internal atas

pelaporan keuangan. Selain mematuhi persyaratan hukum dalam

organisasi publik, non-publik, dan nirlaba harus mematuhi berbagai

undang-undang dan peraturan. Beberapa hanya terkait secara tidak

langsung dengan akuntansi, seperti undang-undang perlindungan

lingkungan dan hak sipil, sementara yang lain terkait erat dengan

akuntansi, seperti peraturan pajak penghasilan dan peraturan anti

kecurangan.
19

2.1.3. Unsur-Unsur Pengendalian Intern

Seperti yang dikemukakan oleh Committee of Sponsoring Organizations of

the Treadway Commission (2012:100) bahwa unsur-unsur pengendalian intern

terdiri dari lima komponen yang saling terkait, yaitu:

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi serta

mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan

pengendalian adalah dasar dari semua komponen pengendalian intern

lainnya, yang menyediakan disiplin dan struktur.

2. Penaksiran Risiko (Risk Assessment)

Penaksiran risiko merupakan identifikasi entitas, analisis dan mengelola

risiko yang terkait dengan pelaporan keuangan, termasuk peristiwa dan

keadaan internal maupun eksternal yang berdampak negatif terhadap

kemampuan entitas dalam mencatat, mengolah, meringkas, serta

melaporkan data keuangan secara konsisten dengan asersi manajemen

dalam laporan keuangan.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities/control procedures)

Aktivitas pengendalian mencakup kebijakan dan prosedur yang

memastikan bahwa arahan manajemen dijalankan. Aktivitas ini

memastikan bahwa tindakan yang diperlukan diambil untuk mengurangi

risiko dalam rangka mencapai tujuan entitas dilakukan.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)


20

Didalamnya terdapat proses mengidentifikasi, mengumpulkan,

mengklasifikan, menganalisa, mencatat dan melaporkan transaksi entitas

(baik kondisi maupun peristiwa) serta untuk mempertahankan

pertanggungjawaban terhadap aset.

5. Pemantauan (Monitoring)

Merupakan sebuah proses yang menentukan kualitas kerja pengendalian

internal dari waktu ke waktu. Ini termasuk menentukan desain dan

pengoperasian pengendalian secara tepat waktu dan mengambil tindakan

korektif.

2.1.4. Syarat Pengendalian Intern yang Baik

Menurut Mulyadi (2018:130), sistem pengendalian intern memiliki empat

unsur utama sebagai berikut:

1. Struktur organisasi yang secara tegas memisahkan tanggung jawab

fungsional. Struktur organisasi merupakan kerangka kerja yang membagi

tanggung jawab fungsional dari unit-unit organisasi yang dibentuk untuk

menjalankan kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab

fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a. Fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan harus dipisahkan dari fungsi

akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang

untuk melakukan suatu aktivitas, seperti melakukan pembelian.

Semua aktivitas internal diperusahaan memerlukan persetujuan dari

manajer fungsi yang memiliki hak untuk melakukan aktivitas tersebut.


21

Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki hak untuk

menyimpan aset perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang

memiliki kewenangan untuk mencatat transaksi keuangan atau

peristiwa keuangan suatu perusahaan.

b. Suatu fungsi seharusnya tidak boleh diberikan sepenuhnya tanggung

jawab untuk semua tahap transaksi.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan

perlindungan yang cukup terhadap aset, utang, pendapatan, dan beban.

Dalam organisasi, setiap transaksi dilakukan hanya berdasarkan otorisasi

dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya suatu

transaksi. Oleh karena itu, harus dibuat suatu sistem dalam organisasi yang

mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi dalam melaksanakan

setiap terjadinya transaksi.

3. Praktik yang sehat dalam menjalankan tugas dan fungsi setiap unit

organisasi. Pemisahan tanggung jawab fungsional, sistem wewenang, dan

prosedur akuntansi yang diterapkan tidak akan dilaksanakan dengan baik,

jika tidak diciptakan cara untuk memastikan praktik yang sehat selama

dalam pelaksanaannya.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Unsur mutu

karyawan merupakan unsur terpenting dari sistem pengendalian intern.

Apabila perusahaan memiliki karyawan yang berkompeten, jujur, dan ahli

dalam bidang tanggung jawabnya, maka mereka akan dapat melaksanakan


22

pekerjaan secara efektif dan efisien, walaupun unsur pengendalian internal

yang mendukungnya hanya sedikit.

2.1.5. Pengertian dan Jenis Kredit

a. Pengertian Kredit

Menurut Karmila (2018:2), istilah kredit berasal dari bahasa latin credere

yang berarti percaya. Kepercayaan disini berarti pemberi pinjaman atau kredit

yakin kepada peminjam bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan

sesuai dengan akad. Pemberi pinjaman atau kredit disebut kreditur, sedangkan

peminjam atau penerima kredit disebut debitur. Jika kredit dikaitkan pada suatu

kegiatan usaha, maka menurut Karmila (2018:3) kredit berarti suatu untuk

memberi nilai ekonomi (economic value) bagi seseorang atau badan usaha

berdasarkan kepercayaan pada saat nilai ekonomi tersebut dikembalikan kepada

kreditur (bank) setelah jangka waktu tertentu yang telah disepakati kreditur dan

debitur.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 (Tentang

Perbankan), Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan perjanjian atau kesepakatan pinjam-meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Menurut Kasmir (2017:85), pembiayaan atau kredit merupakan

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

perjanjian antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pemodal untuk
23

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan atau bagi hasil.

b. Jenis Kredit

Adapun jenis-jenis kredit menurut Thian (2021:56) antara lain:

a. Dilihat dari aspek kegunaan

a. Kredit investasi, kredit ini digunakan untuk keperluan membeli

mesin produksi, membangun proyek atau perluasan usaha atau

untuk keperluan rehabilitasi. Pemakaiannya digunakan untuk

periode waktu yang lama dan digunakan untuk kegiatan utama

diperusahaan.

b. Kredit modal kerja, kredit ini digunakan untuk keperluan

meningkatkan produksi dalam kegiatan operasionalnya.

b. Dilihat dari aspek tujuan kredit

a. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk

meningkatkan usaha atau investasi atau produksi. Kredit ini

bertujuan untuk menghasilkan suatu jasa atau barang.

b. Kredit konsumtif, kredit yang digunakan untuk pemakaian secara

pribadi dimana tidak ada penambahan barang dan jasa yang

dihasilkan.

c. Kredit perdagangan, kredit ini dipergunakan untuk kegiatan

perdagangan, biasanya untuk membiayai kegiatan perdagangan

seperti membeli persediaan barang dagangan yang

pembayarannya dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.


24

c. Dilihat dari aspek jangka waktu

a. Kredit jangka pendek, adalah kredit yang diberikan dalam jangka

waktu paling lama satu tahun, biasanya dipergunakan untuk

keperluan modal kerja.

b. Kredit jangka menengah, merupakan kredit yang memiliki jangka

waktu antara satu tahun hingga tiga tahun dan biasanya digunakan

untuk keperluan investasi.

c. Kredit jangka panjang, kredit ini merupakan kredit yang memiliki

jangka waktu diatas tiga tahun atau lima tahun. Kredit jangka

panjang ini digunakan unutk investasi jangka panjang.

d. Dilihat dari aspek jaminan

a. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan

adanya suatu jaminan. Jaminan dapat berupa barang berwujud

dan tidak berwujud atau jaminan atas barang yang telah diberikan

oleh debitur.

b. Kredit tanpa jaminan, yaitu pemberian kredit tanpa adanya

jaminan atas barang atau orang tertentu dengan melihat loyalitas

atau nama baik debitur serta prospek usaha dan karakter.

e. Dilihat dari aspek sektor usaha

a. Kredit pertanian

b. Kredit peternakan

c. Kredit industri

d. Kredit pendidikan
25

e. Kredit profesi

f. Kredit pertambangan

g. Kredit perumahan

h. Dan sektor-sektor lainnya.

2.1.6. Tujuan dan Fungsi Kredit

Adapun tujuan dari kredit menurut Andrianto (2020:6) adalah sebagai

berikut:

a. Memperoleh keuntungan, membebankan pelanggan atas bunga yang

diterima dari bank merupakan sektor keuangan yang menjadi prioritas

bagi bank untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

b. Membantu usaha nasabah, kredit yang diberikan oleh kreditur kepada

debitur sebenarnya dapat membantu usaha debitur untuk

mengembangkan serta memperluas usaha nasabah (debitur).

c. Membantu pemerintah, kredit ini secara tidak langsung dapat

membantu pemerintah dalam proses pembangunan, dengan adanya

kredit dapat membantu pertumbuhan dari usaha mikro kecil dan

menengah (UMKM) maupun usaha kecil menengah (UKM) untuk

mengembangkan serta memperluas usahanya.

Dari tujuan diatas, menurut Andrianto (2020:6) kredit juga memiliki fungsi

yaitu diantaranya sebagai berikut:

a. Kredit meningkatkan daya guna dari uang.

b. Kredit meningkatkan daya guna barang.

c. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.


26

d. Kredit dapat meningkatkan pendapatan nasional.

e. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi.

f. Kredit dapat meningkatkan semangat berusaha.

g. Kredit meningkatkan hubungan internasional.

2.1.7. Penentuan Kebijakan Kredit

Sebelum memberikan kredit, pihak kreditur perlu melakukan analisis

terlebih dahulu terhadap debitur serta melakukan penilaian kelayakan. Sehingga

kredit yang diberikan tidak kemacetan dalam pembayaran, dan kredit yang

diberikan tersebut benar-benar kembali. Layak atau tidaknya debitur tergantung

dari penilaian yang telah dilakukan, maka untuk mendapatkan debitur yang layak

untuk mendapatkan pinjaman maka perlu melakukan analisis. Menurut Kasmir

(2017:94-97) penilaian dapat dilakukan berdasarkan analisis 5C dan 7P sebagai

berikut:

1. Sifat (character), penilaian debitur dapat dilihat dari latar belakang, baik

latar belakang pekerjaan maupun pribadi seperti keluarga, gaya hidup,

kebiasaan, hobi. Dengan demikian, saat pemberian kredit debitur dapat

dipercaya.

2. Kemampuan (capacity), dengan melihat dari kemampuan calon debitur

dalam mengelola usahanya, apakah debitur mempunyai kemampuan untuk

melunasi kredit.

3. Modal (capital), untuk mengetahui sumber-sumber keuangan atau

pendapatan yang dimiliki oleh nasabah.


27

4. Jaminan (collateral), merupakan sesuatu yang dapat dijadikan jaminan

oleh calon nasabah baik bersifat fisik maupun non-fisik.

5. Kondisi perekonomian (condition), yaitu penilaian dengan

mempertimbangkan kondisi ekonomi.

Sedangkan penilaian dengan analisis 7P terdiri sebagai berikut:

1. Kepribadian (personality), penilaian terhadap kepribadiannya atau tingkah

laku sehari-hari maupun kepribadian masa lalunya.

2. Kelompok (party), mengelompokkan nasabah ke dalam kategori atau

golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

3. Maksud dan tujuan (purpose), yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah saat

mengambil pinjaman.

4. Kemungkinan atau harapan (prospect), untuk menilai atau

membandingkan usaha nasabah dimasa yang akan datang, dengan kata lain

apakah menguntungkan atau tidak.

5. Pembayaran (payment), adalah ukuran bagaimana debitur mengembalikan

kredit yang sudah diambil atau diberikan.

6. Profitabilitas (profitability), untuk menganalisis bagaimana kemampuan

nasabah dalam mencari laba atau keuntungan, profitabilitas diukur dari

periode ke periode, apakah akan tetap sama atau semakin meningkat.

7. Perlindungan (protection), maksudnya adalah bagaimana menjaga kredit

yang telah diberikan agar mendapat jaminan perlindungan, sehingga kredit

yang disalurkan aman.


28

2.1.8. Unsur-Unsur dalam Pemberian Kredit

Unsur-unsur dalam pemberian kredit menurut Kasmir (2017:84), yaitu

sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Merupakan suatu kepercayaan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan

baik dalam bentuk uang, jasa atau barang akan diterima kembali pada saat

tertentu.

2. Kesepakatan

Adanya unsur kesepakatan diantara kedua belah pihak baik kreditur

maupun debitur. Perjanjian atau kesepakatan ini dituangkan dalam suatu

perjanjian, dimana kedua belah pihak menandatangani hak dan kewajiban

mereka.

3. Jangka waktu

Setiap pinjaman yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, yang

meliputi jangka waktu pengembalian pinjaman yang telah disepakati,

jangka waktu ini bisa jangka pendek, jangka menengah dan jangka

panjang.

4. Risiko

Setelah diberikan jangka waktu pengembalian, maka kreditur menagih

kepada debitur. Jika kredit yang diberikan tidak tertagih atau macet akan

menyebabkan risiko kredit bermasalah. Semakin lama kredit, semakin

besar risikonya demikian pula sebaliknya.

5. Balas Jasa
29

Merupakan keuntungan terhadap pemberian kredit atau jasa yang sering

disebut bunga.

2.1.9. Prosedur Pemberian Kredit

Sebelum kredit diputuskan ada beberapa prosedur yang harus dilalui.

Menurut Kasmir (2017:100-103) prosedur pemberian kredit yaitu sebagai berikut:

1. Pengajuan berkas-berkas

Dalam pengajuan proposal kredit pemohon mengajukan permohonan

kredit yang dituangkan ke dalam proposal. Dengan melampirkan berkas-

berkas yang dibutuhkan.

2. Penyelidikan Berkas Pinjaman

Untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap atau tidak

sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Serta menyelidiki

kebenaran dan keaslian dokumen.

3. Wawancara I

Merupakan tahap penyelidikan kepada calon debitur secara langsung,

dengan tujuan untuk meyakinkan pihak bank apakah dokumen yang

dilampirkan tersebut relevan dan lengkap sesuai keinginan bank.

4. On The Spot

Kegiatan pemeriksaan lapangan dengan cara memeriksa objek yang akan

digunakan sebagai tempat usaha, setelah itu hasilnya dibandingkan dengan

hasil wawancara I.

5. Wawancara II
30

Merupakan kegiatan perbaikan dokumen, apabila mungkin terdapat

kekurangan setelah dilakukan pemeriksaan lapangan (on the spot).

6. Keputusan Kredit

Dalam keputusan kredit ini yaitu untuk menentukan serta memutuskan

apakah kredit tersebut akan diterima atau ditolak. Jika diterima,

administrasi akan disiapkan.

7. Penandatanganan Akad Kredit/Perjanjian Lainnya

Merupakan tahapan selanjutnya setelah diputuskan kredit, sebelum kredit

dicairkan, maka calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat

jaminan dengan hipotek dan surat pernyataan atau perjanjian yang

dianggap perlu.

8. Realisasi Kredit

Realisasi kredit diberikan setelah akad kredit ditandangani, maka tahap

selanjutnya merealisasi kredit dengan membuka rekening giro atau

tabungan dibank yang bersangkutan.

9. Penyaluran atau Penarikan Dana

Merupakan tahap terakhir, yaitu melakukan proses pencairan atau

pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit

dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit.

2.1.10. Pengendalian Intern Kredit

Pengendalian intern kredit merupakan suatu cara yang diharapkan bisa

menjaga kredit yang disalurkan, sehingga kredit yang diberikan kepada nasabah
31

tetap lancar, produktif, serta dapat dikendalikan dengan baik tanpa adanya suatu

masalah dalam proses pengembaliannya.

Menurut Hasibuan (2011:105) pengendalian kredit merupakan usaha-

usaha untuk menjaga kredit yang diberikan agar tetap lancar, produktif dan tidak

macet. Lancar dan produktif yang berarti kredit itu dapat ditarik kembali bersama

bunganya sesuai dengan perjanjian yang disetujui kedua belah pihak.

Pengendalian kredit berfungsi untuk mencegah terjadinya kredit macet.

2.1.11. Kriteria Penggolongan Kolektibilitas Kredit

Adapun beberapa penggolongan kolektibilitas kredit menurut Andrianto

(2020:18) sebagai berikut:

1. Kredit lancar

Kriteria suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila pembiayaan angsuran

pokok atau bunga tepat pada waktunya, memiliki mutasi rekening yang

aktif, dan bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.

2. Kredit dalam perhatian khusus

Suatu kredit dikatakan dalam perhatian khusus jika memiliki tunggakan

pokok atau bunga yang kurang dari 90 hari, cerukan sesekali, mutasi

rekening yang relatif aktif, jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak

yang telah diperjanjikan, serta didukung oleh pinjaman baru.

3. Kredit kurang lancar

Kredit dikatakan kurang lancar jika pokok atau bunga jatuh tempo tidak

lebih dari 90 hari, cerukan sering terjadi, dan frekuensi mutasi rekening

relatif rendah.
32

4. Kredit diragukan

Dapat dikatakan kredit itu diragukan jika pembayaran pokok atau

bunganya telah melampaui lebih dari 180 hari, terdapat cerukan yang

terus-menerus, terjadi wanprestasi melebihi 180 hari, terjadi kapitalisasi

bunga dan dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit

maupun pengikatan jaminan.

5. Kredit macet

Dikatakan macet apabila pokok atau bunga yang telah jatuh tempo lebih

dari 270 hari, kerugian operasional ditutupi oleh pinjaman yang baru, dan

dari perspektif hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada nilai wajar.

2.1.12. Penyelesaian Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah merupakan pinjaman yang disebabkan oleh debitur

yang tidak mampu membayar kembali kreditnya, sehingga menyebabkan kredit

bermasalah atau macet. Pada umumnya kredit bermasalah terjadi disebabkan oleh

beberapa faktor yang dapat disebabkan oleh nasabah atau kreditur baik intern

maupun ektern. Menurut Rivai (2013:176), kredit macet adalah kesulitan nasabah

dalam memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran modal, pembayaran bunga

maupun pembayaran biaya bank yang ditanggung oleh nasabah debitur yang

bersangkutan. Kredit bermasalah tentunya harus segera diatasi dengan upaya

melakukan penyelesaian kredit bermasalah tersebut. Penyelesaian kredit

merupakan upaya penyelematan yang dilakukan bank terhadap kredit yang

tergolong sebagai kredit yang diragukan dan kredit macet. Upaya penyelesaian
33

awal dilakukan melalui teguran atau peringatan kepada debitur baik secara lisan

maupun tertulis.

Menurut Kasmir (2017:127) penyelamatan terhadap kredit bermasalah

dapat dilakukan dengan lima cara, yaitu:

1. Reschedulling, dilakukan dengan dua cara yaitu dengan memperpanjang

jangka waktu kredit, dan memperpanjang jangka waktu angsuran.

2. Reconditioning, penyelesaian kredit dengan mengubah berbagai

persyaratan yang ada seperti bunga yang dijadikan sebagai utang pokok

yaitu:

a. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Hanya

pembayaran bunga yang bisa ditunda, untuk pembayaran pokok

pinjaman tetap harus dibayar seperti biasa.

b. Penurunan suku bunga. Contohnya jika sebelumnya membebankan

bunga 15% pertahun maka dikurangi menjadi 12%, tergantung

pertimbangan pihak bank yang bersangkutan.

c. Pembebasan bunga. Diberikan kepada debitur dengan pertimbangan

bahwa debitur sudah tidak mampu lagi membayar angsuran kredit.

Tetapi, debitur masih tetap mempunyai kewajiban untuk membayar

angsuran pokok pinjaman hingga selesai atau lunas.

3. Restructuring, penyelesaian kredit dengan cara menambah jumlah kredit

dan menambah equity dengan menyetor uang tunai atau tambahan dari

pemilik.
34

4. Kombinasi, merupakan kombinasi dari ketiga jenis diatas (reschedulling,

reconditioning, restructuring).

5. Penyitaan jaminan, adalah jalan terakhir apabila debitur benar-benar tidak

mempunyai niat baik atau sudah tidak mampu lagi membayar semua

utangnya.

2.1.13. Piutang Tak Tertagih

Penjualan kredit akan menimbulkan risiko terjadinya kredit macet yang

berupa piutang tak tertagih. Tanpa melihat bagaimana kebijakan yang dipakai

dalam memberikan kredit dan prosedur penagihan yang digunakan, beberapa

penjualan secara kredit tidak dapat ditagih. Beban operasi yang dicatat dari

piutang tak tertagih disebut beban piutang tak tertagih (Warren, 2017:441).

Warren (2017:441) mengemukakan bahwa terdapat beberapa indikasi

apabila suatu piutang tidak dapat tertagih, diantaranya:

a. Saat piutang sudah jatuh tempo

b. Pelanggan tidak menanggapi usaha perusahaan untuk menagih

c. Usaha pelanggan tutup

d. Pelanggan pailit

e. Kegagalan dalam mencari lokasi atau menghubungi pelanggan.

2.1.14. Metode Pencatatan Piutang Tak Tertagih

Warren (2017:441) mengemukakan terdapat dua metode yang digunakan

untuk menilai, mencatat atau menghapus piutang tak tertagih yaitu metode

penghapusan langsung dan metode tidak langsung.

1. Metode Penghapusan Langsung (direct write-off method)


35

Mencatat beban piutang tak tertagih apabila piutang dianggap benar-benar

tak tertagih. Perusahaan kecil biasanya menggunakan metode ini dan dapat

diterapkan pada perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan kerugian

piutang dengan baik. Jika piutang tidak dapat dipulihkan, metode langsung

mengurangi piutang.

2. Metode Penyisihan (allowance method)

Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan besar yang telah membuat

estimasi atau estimasi kerugian atas piutang yang akan diterima karena

belum terpulihkan sepenuhnya. Estimasi ini dicatat sebagai beban serta

mengurangi piutang usaha dengan meningkatkan akun penyisihan selama

periode pencatatan penjualan. Metode penyisihan mencatat beban piutang

tak tertagih berdasarkan perkiraan periode akuntansi dimana penjualan

kredit ketika piutang muncul dineraca.

2.2. Hipotesis

Berdasarkan dari latar belakang masalah dan telaah pustaka yang telah

diuraikan diatas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: “Sistem

pengendalian intern terhadap pemberian kredit pada Unit Usaha Simpan Pinjam

(USP) Awang Mahmuda Mandiri Kabupaten Bengkalis Kecamatan Bengkalis

belum berjalan secara efektif”.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada Unit USP Awang Mahmuda Mandiri ini

menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara secara

langsung dan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada pihak terkait didalam

organisasi tersebut, seperti: ketua Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dan pihak

tata usaha.

3.2. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Awang

Mahmuda Mandiri Desa Sungai Alam Kecamatan Bengkalis Kabupaten

Bengkalis.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Untuk menunjang penelitian, jenis data yang digunakan didalam penelitian

ini adalah:

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung yang ditempat

penulis melakukan penelitian mengenai kegiatan usaha, sejarah

perkembangan Unit USP, syarat-syarat peminjaman, serta pengendalian

inten yang telah diterapkan dalam proses pemberian kredit.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang sudah ada dan

tidak perlu dikumpulkan oleh peneliti. Diantaranya: struktur organisasi,

laporan perkembangan usaha simpan pinjam.

36
37

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data didalam penelitian ini menggunakan teknik

wawancara dan dokumentasi:

a. Wawancara adalah teknik pengumpulan data berdasarkan informasi atau

pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab dari pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada pihak Unit USP.

b. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dan informasi dari Unit

USP yang diperoleh dari kepala bagian tata usaha seperti struktur

organisasi, laporan perkembangan usaha simpan pinjam.

3.5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data penulis akan menggunakan metode analisis

deskriptif, penulis membandingkan teori pengendalian yang dikemukakan oleh

COSO, yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Dengan menggunakan

teori tersebut penulis akan membandingkan dengan praktek di Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri, apakah sistem pengendalian intern terhadap pemberian

kreditnya telah berjalan secara efektif.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Sejarah Umum Unit USP Awang Mahmuda Mandiri

Desa Sungai Alam adalah salah satu Desa dikecamatan Bengkalis yang

dipilih sebagai penerima Program Pemberdayaan Desa (PPD) yaitu Usaha

Ekonomi Desa ditahun 2010. Usaha Ekonomi Desa ini bergerak dibidang

peminjaman modal usaha yang ditujukan kepada masyarakat untuk pengentasan

kemiskinan dengan menitik beratkan pada pemberdayaan masyarakat sebagai

pendekatan operasional. Program ini didasari sebagai wujud pemerintah daerah

dalam mempercepat proses penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bengkalis.

Dana UED-SP merupakan dana yang berasal dari dana hibah pemerintah

sebesar Rp500.000.000 yang disalurkan secara bertahap dari tahun 2010 hingga

tahun 2018.

Berdirinya UED-SP Awang Mahmuda Mandiri berdasakan dari hasil

musyawarah desa serta terbitlah SK pengelola dari Kepala Desa untuk

kepengurusan UED-SP Awang Mahmuda Mandiri pada 12 Mei 2010 Nomor

15/KPTS/2010 yang sekarang berganti nama menjadi Unit Usaha Simpan Pinjam

Awang Mahmuda Mandiri Desa Sungai Alam. Berdirinya Unit USP Awang

Mahmuda ini ditujukan untuk mewadahi pengelolaan Program Pemberdayaan

Masyarakat Usaha Ekonomi Desa di Kabupaten Bengkalis.

38
39

Berdasarkan peraturan Bupati Bengkalis No.71 Tahun 2017 tentang

Pedoman Penyertaan Modal maka Lembaga Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam

(UED-SP) berganti nama menjadi Unit Badan Usaha Milik Desa kemudian terjadi

perubahan nama menjadi Unit Usaha Simpan Pinjam Awang Mahmuda Mandiri,

dimana peleburan ini dilakukan Desa Sungai Alam pada tahun 2017 sesuai

dengan perintah surat edaran diperaturan Bupati Bengkalis No. 71 Tahun 2017

bahwa Desa sudah harus melaksanakan ketentuan Bupati tersebut paling lama dua

tahun sejak tanggal perundangan Peraturan Bupati tersebut.

Dengan adanya Unit USP Awang Mahmuda Mandiri ini diharapkan

mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelurahan atau desa khususnya

masyarakat Desa Sungai Alam serta membina usaha perekonomian dan membantu

keuangan masyarakat untuk mendapatkan pinjaman dengan bunga pinjaman yang

relatif kecil dari bank. Dengan kata lain, meskipun Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri mencari keuntungan namun keuntungannya tidak lebih besar dari

keuntungan yang diperoleh bank.

4.1.2. Struktur Organisasi Unit USP Awang Mahmuda Mandiri

Struktur organisasi merupakan elemen penting dalam suatu organisasi

karena struktur organisasi menggambarkan kejelasan tugas atau kedudukan,

tanggung jawab, deskripsi kerja serta pembagian tugas untuk masing-masing

karyawan atau orang yang terlibat didalam suatu organisasi. Oleh sebab itu,

dengan adanya struktur organisasi yang baik dan benar, maka pembagian tugas

atau kerja akan mudah dilaksanakan, sehingga semua yang direncanakan oleh

suatu organisasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


40

Didalam struktur organisasi Unit USP Awang Mahmuda Mandiri terdapat

susunan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Gambar 4.1.
Struktur Organisasi
Unit USP Awang Mahmuda Mandiri Desa Sungai Alam

Pendamping Desa Komisaris Direktur BUMDES


Erkamila, SE.Sy Ahmadi Afrizal R

Kepala Unit USP Pengawas BUMDES


Yuli Rahmayati, A.Md Ria Andriyani, Amd. Per

Kasir Tata Usaha Staf Analisis Kredit


Ruzi Affandi, A.Md Yudi Irawan, S.E. Muhammad Harun, S.Akun

Staf Kasir Staf TU


Vivin Kurnia Rezki, A.Md Yulia Ningsih, A.Md

Masyarakat

Sumber: Unit USP Awang Mahmuda Mandiri

Berdasarkan struktur organisasi Unit USP Awang Mahmuda Mandiri

tersebut dapat dilihat pembagian tugas antara masing-masing bagian atau orang

yang terlibat dalam Unit USP Awang Mahmuda Mandiri. Dengan adanya struktur

organisasi Unit USP Awang Mahmuda Mandiri diharapkan mampu mencapai

tujuan yang diinginkan.


41

Adapun tugas dan tanggung jawab pengelola Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri yaitu sebagai berikut:

1. Tugas dan tanggung jawab Pendamping Desa diantaranya:

a) Melaporkan dan berkoordinasi dengan camat atau aparat desa.

b) Melakukan kegiatan sosialisasi PPD kepada aparat desa, tokoh

masyarakat dan masyarakat.

c) Melakukan pelatihan, monitoring dan evaluasi terhadap penerima

dana Unit USP.

d) Melakukan penilaian kebutuhan pelatihan, mengembangkan modul

pelatihan yang sesuai untuk pengelola Unit USP, kelompok

masyarakat, dan masyarakat pada umumnya.

2. Tugas dan tanggung jawab Komisaris diantaranya:

a) Memberikan masukan dan saran kepada pelaksana operasional dalam

pelaksanaan pengelolaan BUMDes.

b) Menelaah rancangan rencana program kerja serta memutuskan

rencana kerja BUMDes sesuai dengan keputusan musyawarah desa.

c) Menampung aspirasi untuk pelaksanaan pengembangan usaha dan

organisasi BUMDes berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga.

d) Menelaah laporan tahunan bersama pengawas atas pelaksanaan

pengelolaan usaha BUMDes untuk diajukan kepada musyarawah desa.

e) Menelaah laporan semesteran bersama pengawas atas pelaksanaan

pengelolaan usaha BUMDes.


42

f) Mempertimbangkan perkembangan usaha dan organisasi BUMDes.

g) Mengusulkan saran dan pendapat tentang hal-hal yang dianggap

penting bagi pengelolaan BUMDes.

h) Meminta penjelasan dari pelaksana operasional yang berkaitan dengan

pengelolaan BUMDes.

3. Tugas dan tanggung jawab Direktur BUMDes diantaranya:

a) Menyusun dan melaksanakan rencana program kerja BUMDes.

b) Menyusun laporan semesteran tentang pelaksanaan pengelolaan usaha

BUMDes untuk diteruskan kepada komisaris dan pengawas.

c) Menyusun laporan tahunan pelaksanaan pengelolaan BUMDes untuk

disampaikan kepada Musyawarah Desa.

d) Menjelaskan masalah pengelolaan BUMDes kepada penasehat.

e) Menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengelolaan

BUMDes kepada Musyawarah Desa.

4. Tugas dan tanggung jawab Pengawas BUMDes diantaranya:

a) Melakukan audit investigatif atas laporan keuangan BUMDes.

b) Memberikan laporan hasil pemeriksaan atau pemeriksaan tahunan.

c) Menelaah laporan semesteran atas pelaksanaan pengelolaan BUMDes

dari pelaksana operasional yang akan disampaikan kepada komisaris.

d) Memberikan penjelasan atau pernyataan tentang hasil

pemantauan/pengawasan pada Musyawarah Desa.

5. Tugas dan tanggung jawab Ketua Unit USP diantaranya:


43

a) Bertanggungjawab terhadap pengelolaan dan perkembangan Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri.

b) Memonitoring proses pengelolaan administrasi, keuangan dan aset

dalam Unit USP Awang Mahmuda Mandiri.

c) Menerima laporan keuangan serta perkembangan pinjaman dari kasir

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri setiap bulannya.

d) Menerima laporan hasil survey lapangan dalam hal verifikasi usaha

dan agunan calon penerima pemanfaat pada setiap proses pencarian

serta menerima laporan hasil survey perkembangan usaha pemanfaat

minimal 4 bulan dari SAK.

e) Memeriksa semua administrasi Unit USP Awang Mahmuda Mandiri

sewaktu-waktu diperlukan tanpa adanya pemberitahuan terlebih

dahulu.

f) Menyampaikan laporan atas pengelolaan keuangan Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri setiap bulannya kepada Komisaris, Direktur

BUMDes, Pengawas BUMDes, Ketua BPD dan informasi publikasi

umum.

g) Menandatangani spesifikasi tanda tangan dalam proses pencairan

Buku Rekening Unit USP Awang Mahmuda Mandiri.

h) Memeriksa kelengkapan administrasi proses pengajuan pinjaman,

verifikasi serta pencairan.

i) Menyelenggarakan rapat RTKL bersama seluruh pengelola serta dapat

dihadiri Direktur BUMDes.


44

j) Memutuskan pengangkatan staf pendukung.

k) Mengevaluasi kerja dan kinerja seluruh pengelola dan staf pendukung

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri.

l) Memberikan teguran atau peringatan tertulis bagi setiap pengelola

yang melakukan kegagalan dan kesalahan.

m) Mewakili Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dalam setiap hal yang

menyangkut kerja sama dan kemitraan dengan pihak lain sepanjang

tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku.

n) Menginventarisasi permasalahan internal unit, kinerja dan semua

permasalahan dalam prosedur pengelolaan keuangan Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri dalam prosedur pengelolaan Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri kemudian dilaporkan kepada Komisaris,

Direktur BUMDes dan Pengawas BUMDes.

o) Meminta fasilitasi oleh pendamping desa dalam hal kegiatan-kegiatan

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dengan melibatkan Dinas, Badan

Usaha Milik Negara maupun Swasta serta pihak lainnya.

6. Tugas dan tanggung jawab Tata Usaha diantaranya:

a) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan semua administrasi,

kelengkapan berkas, arsip dan surat menyurat Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri.

b) Membantu SAK dalam penagihan dan mengambil tindakan jika terjadi

keterlambatan pembayaran.
45

c) Menyampaikan laporan naratif secara umum tentang perkembangan

kredit dan usaha pemanfaat berdasarkan laporan hasil survey bulan

SAK kepada Ketua Unit USP, maksimal tiga hari setelah tutup buku

bulanan.

d) Menerima dan melakukan pemeriksaan awal terhadap kelengkapan

administrasi permohonan pinjaman oleh pemanfaat.

e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh ketua unit.

7. Tugas dan tanggung jawab Kasir diantaranya:

a) Bertanggung jawab terhadap seluruh berkas administrasi dan alur

pencatatan setiap transaksi keuangan Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri.

b) Melaporkan kondisi dan perkembangan transaksi keuangan kepada

Ketua unit setiap bulannya maksimal tiga hari setelah tutup buku

bulanan.

c) Mencatat secara manual semua traksaksi keuangan harian dalam Buku

Kas sehingga selanjutnya dilakukan pencatatan komputerisasi pada

saat tutup buku setiap bulannya.

d) Menandatangani spesifikasi pencairan dalam Buku Rekening Unit

USP Awang Mahmuda Mandiri.

e) Menerima pembayaran angsuran dan simpanan dari pemanfaat.

f) Selalu mengkoordinasikan pengelolaan operasional bulanan unit

kepada ketua unit dengan tetap memperhatikan ketersediaan anggaran

setiap bulannya.
46

g) Membayarkan persentase pembagian jasa bagi pengelola unit dan

kepada pihak-pihak.

h) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh ketua unit.

8. Tugas dan tanggung jawab Staf Analisis Kredit diantaranya:

a) Bertanggung jawab atas data aset Lembaga Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri, perkembangan usaha dan profil pemanfaat.

b) Melakukan survey bersama TU dan Staf Pendukung terhadap

kelayakan usaha dan nilai agunan pemanfaat.

c) Merekapitulasi semua data dan bukti pelaksanaan survey kelayakan

usaha serta nilai agunan calon pemanfaat untuk kemudian dilaporkan

dalam rapat verifikasi penetapan jumlah pemberian pinjaman dalam

bentuk rekomendasi dilengkapi dengan bukti-bukti dokumentasi.

d) Bersama dengan TU dan Staf Pendukung melakukan monitoring dan

controlling kegiatan usaha, menginventarisir permasalahan dan

kendala usaha pemanfaat untuk kemudian dilaporkan dalam laporan

perkembangan usaha pemanfaat kepada kepala unit minimal empat

bulan sekali.

e) Mengirim atau menyampaikan Surat Peringatan (SP) satu, dua dan

tiga bersama dengan TU dan Staf Pendukung serta melakukan

penagihan dengan mengunjungi penunggak serta menginventarisir

alasan dan kendala usaha yang mereka hadapi untuk kemudian

dilaporkan kepada Ketua Unit.

f) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua unit.


47

9. Tugas dan tanggung jawab Staf Pendukung diantaranya:

a) Membantu Unit Usaha Simpan Pinjam Awang Mahmuda Mandiri

dalam melakukan pelayanan publik.

b) Membantu pelaksanaan tugas teknis lapangan Unit Usaha Simpan

Pinjam Awang Mahmuda Mandiri.

4.1.3. Aktivitas Unit USP Awang Mahmuda Mandiri Desa Sungai Alam

Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Awang Mahmuda Mandiri merupakan

suatu lembaga yang ada didesa yang berperan sebagai wadah pemberdayaan

masyarakat sekaligus sebagai wadah pengelolaan dan penyaluran pinjaman

masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas dan juga potensi

masyarakat. Kegiatan yang dilakukan oleh Unit USP Awang Mahmuda mandiri

diantaranya:

1. Mengelola sumber dana dari pemerintah Kota Bengkalis, yaitu dengan

menyelenggarakan kegiatan pemberian peminjaman modal usaha bagi

masyarakat desa khususnya Desa Sungai Alam.

2. Pengelolaan dan pengembangan hasil usaha dalam mendorong

pembangunan ekonomi desa.

3. Pemberdayaan dan pembinaan masyarakat desa.

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri bergerak dalam mengembangkan

usaha ekonomi produktif yang meliputi seluruh kegiatan usaha baik perorangan

maupun kelompok dalam bidang perdagangan, pertanian, perkebunan, perikanan,

peternakan, industri kecil maupun jasa.


48

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan pada latar belakang masalah

dalam sistem pengendalian intern terhadap pemberian kredit pada Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri, berikut akan diuraikan hasil penelitian dan

pembahasan yang dimana penelitian ini untuk menganalisis prosedur atas

pemberian kredit, analisis sistem pengendalian intern penyaluran kredit serta

penyelesaian kredit bermasalah.

4.2.1. Prosedur Pemberian Kredit pada Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri

Sebelum menyalurkan kredit, Unit USP Awang Mahmuda Mandiri

melakukan analisa kredit terhadap calon nasabah atau pemanfaat yang bertujuan

untuk memastikan syarat-syarat yang diajukan sesuai atau tidak, dan diharapkan

tidak terjadi kerugian pada saat pengembalian kredit yang diberikan. Dalam

menyalurkan kredit, pihak Unit USP Awang Mahmuda Mandiri menerapkan

beberapa tahapan atau prosedur yang digunakan untuk memastikan kehandalan

kredit apakah dapat diterima atau ditolak. Berikut prosedur pemberian kredit Unit

USP Awang Mahmuda Mandiri:

1. Pengajuan Proposal Kredit

Warga yang ingin mengajukan kredit terlebih dahulu harus mengisi

proposal permohonan kredit yang disediakan oleh Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri. Sebelum mengisi proposal permohonan kredit, calon nasabah harus

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri, diantaranya adalah:


49

a) Warga Desa Sungai Alam Kecamatan Bengkalis yang telah menetap

selama lima tahun.

b) Memiliki rencana usaha atau usaha.

c) Dinilai layak oleh tim verifikasi Unit USP Awang Mahmuda Mandiri.

d) Peminjam perorangan harus menggunakan agunan.

Berdasarkan kriteria tersebut warga desa Sungai Alam dapat mengajukan

permohonan kredit. Diharapkan dengan pinjaman kredit yang disalurkan kepada

warga desa Sungai Alam dapat menciptakan ataupun mengembangkan kreativitas

dan kemampuan dalam mengembangkan perekonomiannya. Jika calon nasabah

atau pemanfaat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri dan dianggap sesuai, maka akan dilanjutkan ke proses

selanjutnya dimana penerima mengajukan proposal dengan melampirkan

persyaratan sebagai berikut:

a) Profil Pemanfaat dan Lokasi Agunan

b) Pas Foto 3x4 (Menyesuaikan)

c) Kartu Keluarga dan KTP

d) Surat Penyerahan Agunan

e) Surat Kuasa Pemakaian Agunan (Agunan Pihak Lain)

f) Surat Kuasa Jual Agunan

g) Surat Kesepakatan Sanksi-Sanksi yang Telah Ditetapkan

h) Lembar Foto Usaha dan Foto Agunan

i) Surat Agunan Asli, Fotocopy Agunan dan Foto yang Diagunkan


50

j) Fotocopy Rekening Bank Riau Kepri Syariah untuk pinjaman diatas

Rp5.000.000.

k) Surat Keterangan Usaha dari Desa jika pinjaman diatas Rp15.000.000.

Persyaratan tersebut dilampirkan oleh calon nasabah kepada bagian tata

usaha Unit USP Awang Mahmuda Mandiri. Setelah mengajukan seluruh

persyaratan kepada kepada tata usaha, selanjutnya tata usaha akan melakukan

pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan yang telah diajukan oleh calon

penerima manfaat dengan mengisi lembar ceklis pemeriksaan kelengkapan

dokumen proposal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memverifikasi apakah

persyaratan yang dilampirkan sudah lengkap atau belum. Apabila persyaratan

belum lengkap, bagian tata usaha akan memberikan umpan balik dengan

mengembalikan proposal kepada calon pemanfaat dengan melampirkan catatan

perbaikan. Setelah calon penerima manfaat melakukan perbaikan dan memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan oleh tata usaha, maka tata usaha memberikan

proposal kepada bagian staf analisis kredit untuk ditindaklanjuti. Berkenaan

dengan semua persyaratan permohonan pengajuan kredit, hal ini selalu diterapkan

setiap pengajuan kredit oleh nasabah.

2. Penyelidikan Berkas

Pada tahap ini staf analisis kredit terlebih dahulu memeriksa keabsahan

persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya, dimulai dengan penyelidikan

pemeriksaan terhadap dokumen yang dijadikan sebagai jaminan, membuktikan

kebenaran dan keaslian berkas yang dilampirkan oleh nasabah. Oleh karena itu,

jika terjadi kesalahan dalam evaluasi proposal pengajuan kredit yang dibuat oleh
51

nasabah, staf analisis kredit akan melampirkan nota perbaikan dan

mengembalikan proposal pengajuan kredit tersebut kepada bagian tata usaha. Unit

USP Awang Mahmuda Mandiri selalu melakukan langkah ini sebelum

melanjutkan ke langkah berikutnya.

3. Penilaian Kelayakan

Ditahap ini staf analisis kredit mengevaluasi kelayakan pemberian kredit.

Dalam hal ini merujuk pada penerapan konsep 5C (character, capacity, capital,

collateral, dan condition).

a. Sifat (character)

Staf analisis akan menilai sifat atau karakter dari calon pemanfaat.

Penilaian ini dilakukan oleh staf analisis kredit dengan mewawancarai

tetangga atau lingkungan terdekat dari calon pemanfaat.

b. Kemampuan (capacity)

Staf analisis kredit meninjau dan mengevaluasi berdasarkan

pendapatan yang dihasilkan, dikurangi jumlah biaya dan bebannya,

untuk menilai menilai kemampuan nasabah untuk melunasi atau

membayar kredit yang diberikan.

c. Modal (capital)

Staf analisis langsung bertanya kepada calon nasabah berapa modal

yang dibutuhkan untuk usaha yang akan dibiayai oleh Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk

memastikan bahwa pinjaman yang diberikan aman. Hal ini mengacu

pada perhitungan jumlah kredit yang akan diberikan.


52

d. Jaminan (collateral)

Staf analisis kredit mempertimbangkan keadaan atau kondisi ekonomi

dan moneter dari calon nasabah.

e. Kondisi perekonomian (condition)

Staf analisis kredit mengevaluasi jaminan yang diberikan oleh calon

pemanfaat. Penilaian nilai agunan yang dijadikan agunan harus lebih

besar dari jumlah pinjaman.

4. Wawancara I dan II

Staf analisis kredit melakukan wawancara awal, tujuannya adalah untuk

mencocokkan informasi yang diterima dari calon nasabah dengan dokumen yang

telah dilampirkan pada proposal permohonan kredit. Setelah dinilai sesuai, staf

analisis kredit akan melakukan investigasi lapangan untuk memastikan kesesuaian

data calon nasabah dan dokumen yang dilampirkan pada proposal permohonan

kredit. Wawancara tersebut menanyakan tentang keberadaan tempat atau lokasi

usaha, persetujuan kredit dari ahli waris, keberadaan serta kesesuaian jaminan

pinjaman, pendapatan atau penghasilan calon nasabah dan modal/aset usaha lain,

kewajiban nasabah atau utang nasabah kepada pihak lain, dan kesesuaian rencana

usaha pemanfaat (RUP).

Selama wawancara kedua, staf analisis kredit dan staf pendukung akan

melakukan penyelidikan yang sebenarnya. Setelah menyelesaikan investigasi, staf

analisis kredit akan memberikan saran kepada calon nasabah tentang yang harus

dilakukan jika masih terdapat kesalahan dalam berkas permohonan kredit.

5. Survey Lapangan
53

Pada tahap ini, Staf Analisis Kredit (SAK) Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri akan melakukan investigasi dan analisis lapangan sebelum memberikan

kredit kepada calon nasabah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan

bahwa proposal yang diajukan dan diserahkan kepada bagian tata usaha sudah

akurat dan sesuai dengan yang ada dilapangan.

Setelah semua evaluasi telah dilakukan oleh staf analisis kredit selama

kunjungan lapangan dan pemeriksaan telah dinilai sesuai dengan proposal

permohonan kredit, maka selanjutnya hasil verifikasi atau survey lapangan

disajikan dalam bentuk rekomendasi yang dibuat oleh staf analisis kredit untuk

dibahas dalam rapat verifikasi besaran pinjaman. Namun jika tidak sesuai dan

tidak memenuhi syarat yang ada, staf analisis kredit akan menginformasikan

terlebih dahulu kepada Ketua Unit USP Awang Mahmuda Mandiri yang berhak

membatalkan permohonan pinjaman tersebut. Survey lapangan selalu dilakukan

oleh Unit USP Awang Mahmuda Mandiri untuk memastikan keakuratan data

yang disampaikan oleh calon nasabah.

6. Keputusan Kredit

Selanjutnya diadakan musyawarah desa yang dimana dihadiri oleh para

peserta rapat verifikasi, diantaranya: Komisaris, Pendamping Desa Dibidang

Ekonomi, Badan Pengawas BUMDesa, Direktur BUMDesa, dan Pengelola Unit

USP Awang Mahmuda Mandiri. Tujuan dari rapat verifikasi tersebut adalah untuk

membahas hasil survey lapangan untuk persetujuan pemberian kredit yang

diajukan oleh calon nasabah. Jika hasil rapat tersebut kredit disetujui, maka akan
54

diberitahukan kepada calon nasabah agar dapat dilanjutkan pada tahap

selanjutnya.

Pada tahap ini Unit USP Awang Mahmuda Mandiri selalu menerapkan

musyawarah dalam mempertimbangkan hasil pemeriksaan lapangan dan

menyetujui atau menolak pinjaman yang diajukan oleh nasabah. Tahapan ini

merupakan tahapan penting sebelum berlanjut ke tahap legalitas. Karena tahap

inilah yang memutuskan apakah permohonan kredit nasabah akan disetujui atau

ditolak.

Kredit layak atau tidaknya calon nasabah belum berjalan dengan baik,

dikarenakan pada saat memutuskan kredit selalu menilai karakter dan

mempertimbangkan situasi/kondisi masyarakat desa. Tentu saja hal ini dapat

menimbulkan kredit macet bagi Unit USP Awang Mahmuda Mandiri.

7. Tahap Legalitas

Setelah ketua Unit USP Awang Mahmuda Mandiri menyetujui pemberian

kredit tersebut, maka akan dilanjutkan ke tahap legalitas. Kemudian membuat

Surat Perjanjian Pemberian Kredit (SP2K) antara nasabah dengan Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri. Surat perjanjian pemberian kredit tersebut berisi

pernyataan bahwa nasabah kredit menyetujui dan bersedia untuk mematuhi semua

persyaratan, peraturan dan sanksi yang berkaitan dengan pinjaman yang diberikan

oleh Unit USP Awang Mahmuda Mandiri kepada nasabah. Setelah selesai ketua

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dan nasabah menandatangani Surat

Perjanjian Pemberian Kredit (SP2K) yang dibubuhi materai 6000.


55

Tahap legalitas ini selalu diterapkan dalam setiap pengajuan kredit

nasabah, karena pada tahap ini nasabah penerima dana kredit dari Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri telah membuat perjanjian dengan nasabah untuk

menyetujui dan bersedia memenuhi dan mengikuti persyaratan, peraturan serta

ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh pihak Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri.

8. Realisasi Kredit

Setelah semua tahapan sebelumnya diselesaikan dan disetujui, Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri mempersiapkan dokumen pencairan kredit dan dana

disalurkan dari rekening Unit USP Awang Mahmuda Mandiri ke nasabah sebesar

pinjaman yang telah ditentukan. Kasir Unit USP Awang Mahmuda Mandiri wajib

membuat kuitansi dana pinjaman yang ditandatangani nasabah. Kemudian kasir

mencatat pencairan dana kredit yang telah dicairkan.

Semua itu selalu dilakukan Unit USP Awang Mahmuda Mandiri untuk

setiap pemberian pinjaman kepada nasabah, dalam tahap pencairan dana kredit

yang disalurkan kepada nasabah, kasir selalu membuat kuitansi serah terima yang

ditandatangani oleh nasabah.

9. Pemantauan/Pengawasan

Pada saat menyalurkan dana pinjaman kepada nasabah, diperlukan

pemantauan/pengawasan untuk memastikan bahwa dana tersebut telah digunakan

sesuai dengan kesepakatan dalam proposal permohonan kredit. Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri tidak memiliki tim khusus untuk memantau/mengawasi dan

tersebut, hanya staf analisis kredit yang ditugaskan untuk memantau/mengawasi


56

apakah dana yang dicairkan sesuai atau tidak dengan permohonan kredit yang

diajukan oleh nasabah.

Dalam hal ini staf analisis kredit tidak memiliki bukti atau catatan tentang

pengawasan/pemantauan tersebut. Berdasarkan informasi yang diberikan staf

analisis tersebut, penulis mewawancarai nasabah penerima kredit dari Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri untuk memastikan apakah staf analisis kredit benar-

benar melakukan pemantauan/pengawasan. Berdasarkan informasi yang diterima,

dapat diketahui bahwa Unit USP Awang Mahmuda Mandiri tidak melaksanakan

pemantauan/pengawasan terhadap dana yang disalurkan kepada nasabah. Staf

analisis kredit tidak efektif dalam melakukan aktivitas pemantauan/pengawasan.

Hal ini tentunya dapat mengakibatkan dana kredit yang disalurkan kepada

nasabah tidak digunakan oleh nasabah sebagaimana yang telah disepakati pada

saat mengajukan permohonan kredit.

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri seharusnya melakukan

pemantauan/pengawasan kepada semua nasabah, namun ternyata

pemantauan/pengawasan ini tidak dilakukan kepada semua nasabah, hanya

nasabah dengan tunggakan lebih dari 6 bulan saja yang dilakukan pemantauan.

Informasi yang diperoleh dari nasabah menunjukkan bahwa nasabah mengakui

bahwa pemantauan/pengawasan tidak pernah dilakukan.

4.2.2. Analisis Sistem Pengendalian Intern Kredit pada Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)


57

Lingkungan pengendalian adalah dasar untuk semua komponen

pengendalian internal lainnya, termasuk komitmen terhadap apa yang diwajib

dilakukan atau karyawan yang kompeten dalam mengerjakan sesuatu.

Untuk menjadi karyawan yang kompeten seseorang harus jujur dan

mampu menjalankan tugas agar dapat beroperasi secara efektif dan efisien.

Pada Unit USP Awang Mahmuda Mandiri untuk pengelola memiliki

keahlian, pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam melaksanakan

tugasnya, seperti Kepala Unit USP dan juga bagian Tata Usaha memiliki

pengalaman bermasyarakat yang tinggi dimana pernah mengikuti pemilihan

umum di daerah Desa Sungai Alam yang dimana dengan ikut andilnya dalam

bermasyarakat, pengelola dapat dengan mudah berinteraksi dengan pemanfaat

yang ingin meminjam modal untuk memulai usaha. Sedangkan kasir

berpengalaman dalam pekerjaanya karena pernah bekerja di Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri kurang lebih 5 tahun. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri

tentunya memiliki kriteria dalam pemilihan kasir, dan kriteria tersebut tentunya

kasir memiliki tingkat kejujuran yang tinggi dalam pekerjaannya, tanggung jawab

dan kredibilitas dalam menjalankan tugasnya. Latar belakang pendidikan terakhir

pengelola Unit USP Awang Mahmuda Mandiri memadai. Diantaranya pendidikan

terakhir kepala Unit USP dan bagian kasir adalah D3, dan pendidikan terakhir

bagian tata usaha dan staf analisis kredit adalah S1.

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri belum menyelenggarakan pelatihan

atau pengembangan bagi karyawan baru karena tidak ada pelatihan yang

diselenggarakan dalam 4 tahun terakhir ini. Pelatihan ini bertujuan untuk


58

meningkatkan keterampilan serta kemampuan pengawas dalam melaksanakan

tugasnya. Jika pelatihan untuk karyawan tidak dilaksanakan, maka kinerjanya

tidak akan meningkat dan tidak akan berjalan dengan baik.

2. Penaksiran Risiko (Risk Assessment)

Penaksiran risiko merupakan bagian dari proses evaluasi efektivitas

pengendalian internal organisasi untuk mendeteksi bahkan mencegah kesalahan

material dalam proses pelaporan keuangan. Ini dapat dianggap seperti terdapatnya

praktek yang sehat.

Tujuan praktek yang sehat dalam suatu organisasi adalah untuk

memisahkan fungsi dan tanggung jawab, sehingga nantinya sistem wewenang dan

prosedur pencatatan dapat berfungsi seperti yang diharapkan organisasi tersebut.

Praktek yang sehat pada Unit USP Awang Mahmuda Mandiri belum

berjalan dengan baik, hal ini ditandai dengan Unit USP Awang Mahmuda Mandiri

yang belum pernah melakukan perputaran jabatan, tujuan dari perputaran jabatan

adalah untuk meminimalisir terjadinya kecurangan pada pengelola dalam

melaksanakan tugasnya. Selain itu, inspeksi mendadak terhadap para pengelola

perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tugas serta tanggung jawab mereka

telah dilaksanakan dengan baik. Dan di Unit USP Awang Mahmuda Mandiri

sendiri belum pernah dilakukan pemeriksaan mendadak yang berguna untuk

memastikan pengelolaan kas dilakukan dengan baik dan benar. Karyawan juga

memiliki hak cuti, yang berguna untuk menjaga kesehatan mental bagi karyawan.
59

Apabila Unit USP Awang Mahmuda Mandiri tidak melakukan perputaran

jabatan dan pemeriksaan mendadak, maka dapat menimbulkan terjadinya fraud

atau kecurangan yang dilakukan oleh para pengelola.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities/Control Procedures)

Aktivitas pengendalian adalah komponen yang menekankan tindakan

manajemen yang berupa kebijakan dan prosedur untuk mengantisipasi atau

mengurangi risiko yang kemungkinan timbul. Aktivitas pengendalian ini meliputi

sistem otorisasi dan pemisahan tugas dan tanggung jawab.

Sistem otorisasi didalam suatu organisasi maksudnya setiap transaksi yang

terjadi harus didasarkan pada pengelola yang memiliki wewenang untuk

menyetujui dan menandatangani transaksi yang dilakukan. Tujuan dari sistem

otorisasi disini adalah untuk membantu manajemen dalam mencapai tujuan

pengendalian.

Pada Unit USP Awang Mahmuda Mandiri sistem otorisasi berjalan dengan

baik. Sistem otorisasi Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dapat dilihat dari tahap

proses pemberian kredit, bagian tata usaha memiliki wewenang untuk melakukan

pemeriksaan yang diajukan calon penerima manfaat. Jika syarat-syarat yang

diajukan nasabah tidak lengkap, staf tata usaha akan melakukan umpan balik

dengan memberikan catatan untuk perbaikan proposal dan proposal akan

dikembalikan kepada calon penerima manfaat. Selain itu, setiap transaksi harus

disetujui oleh pihak yang memiliki wewenang seperti penerimaan kas,

pengeluaran kas, serta pemberian kredit melalui kuitansi dan mendapatkan

otorisasi dari ketua Unit USP Awang Mahmuda Mandiri.


60

Selanjutnya pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam suatu organisasi

bertujuan untuk memastikan bahwa tugas yang diberikan sesuai dengan tanggung

jawabnya. Pada Unit USP Awang Mahmuda Mandiri telah sesuai dengan

tanggung jawab masing-masing, adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab ini

diharapkan dapat terhindar dari kecurangan/fraud..

Diketahui masih adanya rangkap jabatan yang dilakukan oleh pengelola

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri, yaitu pada bagian kasir. Bagian kasir

ditugaskan untuk mencatat keluar masuknya kas, dan juga ditugaskan dalam

menyusun laporan keuangan. Kasir dapat melakukan penyalahgunaan atau

penyelewangan seperti memanipulasi laporan keuangan.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Tujuan dari informasi dan komunikasi ini adalah untuk mendapatkan

informasi yang handal, akurat, relevan dan tepat waktu, maka diperlukan suatu

sistem informasi yang memudahkan komunikasi internal dan eksternal. Adapun

prinsip yang mendukung komponen ini adalah prosedur pencatatan dan dokumen

yang memadai.

Prosedur pencatatan dan dokumen yang memadai dapat menjamin bahwa

semua informasi atau data yang terkandung dalam formulir dicatat dengan tingkat

ketelitian dan keandalan yang tinggi sehingga menghasilkan suatu informasi yang

andal.

Pada Unit USP Awang Mahmuda Mandiri pencatatan dan dokumen yang

memadai telah berjalan dengan baik, karena sudah berdasarkan pada sistem
61

pencatatan akuntansi seperti adanya bukti transaksi, catatan jurnal dan buku besar,

serta dokumen yang diarsipkan berdasarkan nomor urut proposal.

5. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan atau monitoring merupakan tindakan yang sangat penting

untuk memantau tindakan penerima manfaat setelah dana dicairkan atau

diberikan, dengan cara memeriksa apakah dana tersebut digunakan sesuai

kesepakatan dalam proposal yang diajukan. Di Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri tidak dibentuk tim khusus untuk memantau atau mengawasi dana

tersebut, hanya staf analisis kredit yang ditugaskan untuk memantau apakah dana

yang disalurkan sudah sesuai atau tidaknya dengan permohonan kredit yang

diajukan oleh penerima manfaat.

Berdasarkan hal tersebut, penulis mewawancarai pihak penerima

pemanfaat yang telah menerima dana pinjaman kredit dari Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri untuk mengetahui dan memastikan apakah Staf Analisis Kredit

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri benar-benar melakukan pemantauan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan penulis

dengan pemanfaat, diketahui bahwa Unit USP Awang Mahmuda Mandiri tidak

melakukan pemantauan terhadap penggunaan dana yang disalurkan kepada

pemanfaat. Berdasarkan hal tersebut, Staf Analisis Kredit tidak melakukan

pemantauan/pengawasan secara efektif, yang dapat mengakibatkan terjadinya

penyalahgunaan dana kredit yang telah dialokasikan kepada pemanfaat sehingga

pemanfaat tidak menggunakan dana tersebut sesuai dengan perjanjian

permohonan kredit.
62

Sebaiknya Unit USP Awang Mahmuda Mandiri melakukan aktivitas

pemantauan pada saat dana dicairkan agar dana yang sudah dicairkan tepat

sasaran dan sesuai dengan proposal yang diajukan oleh penerima manfaat. Jika

dana yang dicairkan tepat diberikan pada sasaran maka akan meminimalisir

keterlambatan dalam pengembalian kredit tiap bulannya, karena dana digunakan

untuk usaha produktif pemanfaat Unit USP Awang Mahmuda Mandiri.

Berdasarkan informasi dari pemanfaat yang telah diwawancarai penulis,

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dalam hal pemantauan/pengawasan pada

saat dana dicairkan belum terlaksana, yang dimana hal ini dapat menimbulkan

masalah atau tunggakan pada saat pengembalian pinjaman. Karena dana yang

disalurkan dapat digunakan tidak sesuai dengan proposal permohonan kredit

sebelumnya.

4.3. Penyelesaian Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah muncul karena kesalahan dari pemanfaat yang tidak

memanfaatkan atau tidak menggunakan dana pinjaman secara maksimal dalam

memanfaatkannya, serta dalam hal lain ini juga terjadi karena pemanfaat

menyalahgunakan dana yang diberikan, seperti menggunakan dana tersebut untuk

keperluan konsumtif.

Berdasarkan wawancara penulis dengan pihak Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri mengenai faktor apa saja yang menyebabkan pemanfaat mengalami

keterlambatan pada saat pembayaran kredit, disini Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri menyatakan bahwa hal tersebut karena bangkrutnya usaha pemanfaat,

kemudian karena keluarga pemanfaat ada yang sakit sehingga membutuhkan dana
63

yang besar yang dimana pinjaman tersebut digunakan untuk biaya pengobatan,

lalu pendapatan yang semakin menurun yang menyebabkan pemasukan lebih kecil

dibandingkan dengan pengeluarannya, serta juga digunakan untuk keperluan

konsumtif.

Pada tahun 2020 hingga tahun 2021 terjadi peningkatan kredit bermasalah

yang cukup tinggi pada Unit USP Awang Mahmuda Mandiri. Kredit bermasalah

yang terjadi pada Unit USP Awang Mahmuda Mandiri ini mengindikasikan

kemungkinan bahwa pengendalian intern atas pemberian kredit yang disalurkan

belum berjalan secara efektif. Tabel dibawah ini menunjukkan kolektibilitas kredit

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri:

Tabel 4.1.
Daftar Kolektibilitas Kredit Unit USP Awang Mahmuda Mandiri
Periode 2020-2021
Saldo
Tunggakan Persentase
Kolektibilitas Kriteria Pinjaman
(Rp) (%)
(Rp)
Tahun 2020
I (0 bulan) A 1.986.262.000 0 0
II (1-2 bulan) B 200.925.500 17.419.944 0,48
III (3-4 bulan) C 139.752.500 39.391.389 1,08
IV (5-6 bulan) D 134.920.500 74.545.500 2,05
V ( >6 bulan) E 1.178.670.000 1.092.614.444 30,01
Jumlah 3.640.530.500 1.223.971.278 33,62
Tahun 2021
I (0 bulan) A 2.088.844.500 0 0
II (1-2 bulan) B 167.659.000 15.245.111 0,39
III (3-4 bulan) C 127.955.500 46.792.802 1,19
IV (5-6 bulan) D 177.973.000 79.514.667 2,02
V ( >6 bulan) E 1.364.897.500 1.211.466.944 30,85
Jumlah 3.927.329.500 1.353.019.524 34,45
Sumber: Unit USP Awang Mahmuda Mandiri
64

Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Awang Mahmuda Mandiri telah

melakukan berbagai upaya dalam menyelesaikan kredit bermasalah agar kredit

yang disalurkan dapat kembali dengan sesuai kesepakatan pemanfaat. Unit USP

ini sendiri menggunakan konsep pemberdayaan, adapun upaya dalam

penyelesaian kredit bermasalah adalah sebagai berikut:

1. Memberikan himbauan serta peringatan kepada pemanfaat yang

mengalami keterlambatan pembayaran kredit agar segera dapat melunasi

pinjaman tersebut.

2. Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Awang Mahmuda Mandiri akan

memberikan keringanan kepada pemanfaat yang mengalami tunggakan

yaitu pemanfaat hanya membayar hutang pokoknya saja tanpa dibebankan

bunga.

3. Jika musyawarah yang telah dilakukan tetap membuat pemanfaat tidak

membayarkan angsuran pokok pinjamannya, maka langkah selanjutnya

yaitu pihak Unit USP Awang Mahmuda Mandiri akan melakukan

penyitaan terhadap agunan pemanfaat.

Upaya Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dalam melakukan

penyelesaian kredit bermasalah sebenarnya sudah membuahkan hasil namun

belum berjalan secara efektif, karena masih terdapat tunggakan kredit yang terjadi

pada tahun 2020 dan tahun 2021. Hal ini dilatarbelakangi sebagian pemanfaat

yang masih belum ada rasa ingin berpartisipasi dalam menanggapi upaya yang

dilakukan oleh Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dalam penyelesaikan kredit

bermasalah.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Awang Mahmuda Mandiri merupakan

lembaga milik masyarakat desa yang bergerak dibidang simpan pinjam. Dalam

melakukan sistem pengendalian internal terhadap pemberian kredit, memerlukan

pengendalian internal yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis telah

menguraikannya pada bab-bab sebelumnya, serta penulis membuat kesimpulan

dan saran untuk mengatasi permasalahan yang ada pada Unit USP Awang

Mahmuda Mandiri.

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya,

penulis membuat kesimpulan, diantaranya:

1. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri tidak akan melakukan pinjaman

apabila persyaratan tidak lengkap.

2. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dalam komponen lingkungan

pengendalian pada karyawan yang kompeten belum memadai karena

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri belum melaksanakan pelatihan

terhadap karyawan lama maupun karyawan baru. Karena 4 tahun

terakhir ini tidak dilaksanakannya pelatihan. Sehingga potensi

karyawan Unit USP Awang Mahmuda Mandiri tidak berkembang dan

tidak meningkat.

3. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dalam komponen penaksiran

risiko pada praktek yang sehat belum dilakukan dengan baik karena

65
66

Unit USP Awang Mahmuda Mandiri belum melakukan perputaran

jabatan dan pemeriksaan mendadak.

4. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dalam komponen aktivitas

pengendalian pada sistem otorisasi sudah dilakukan dengan baik, yang

dimana setiap transaksi yang terjadi harus disetujui oleh pihak yang

sesuai dengan kewenangannya.

5. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dalam komponen aktivitas

pengendalian pada pemisahan tugas dan tanggung jawab belum

dilaksanakan dengan baik, karena diketahui adanya rangkap tugas

yang dilakukan oleh bagian kasir. Kasir yang bertugas mencatat keluar

masuknya kas, juga ditugaskan dalam menyusun laporan keuangan.

6. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dalam komponen informasi dan

komunikasi pada prosedur pencatatan dan dokumen yang memadai

sudah berjalan dengan baik, karena sudah melakukan penomoran dan

pengarsipan dokumen.

7. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dalam komponen pemantauan

atau pengawasan tidak dilakukan secara berkala, sehingga dana yang

telah disalurkan kepada pemanfaat bisa digunakan oleh pemanfaat

untuk kepentingan yang lainnya.

8. Secara keseluruhan sistem pengendalian intern terhadap pemberian

kredit pada Unit USP Awang Mahmuda Mandiri belum berjalan

secara efektif.
67

5.2. Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan tersebut, maka penulis akan

mengemukakan beberapa saran kepada pihak Unit USP Awang Mahmuda

Mandiri sebagai bahan masukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang,

diantaranya:

1. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri sebaiknya melakukan

pemantauan atau pengawasan pada saat penyaluran dana kredit kepada

penerima manfaat, agar dana kredit yang diberikan tersebut tepat

sasaran sehingga mengurangi pengembalian kredit yang bermasalah

pada setiap bulannya.

2. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri dan Pemerintah Kabupaten

Bengkalis sebaiknya memberikan pelatihan kepada karyawan atau

pengelola untuk mengembangkan keterampilan serta meningkatkan

kinerja karyawan dalam melaksanakan tugasnya.

3. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri sebaiknya dapat menjalankan

praktek yang sehat dalam pengelolaan aktivitas. Sehingga Unit USP

Awang Mahmuda Mandiri dapat berjalan dengan baik sesuai dengan

tujuan dari Unit USP Awang Mahmuda Mandiri itu sendiri.

4. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri sebaiknya melakukan pemisahan

tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatan karyawannya. Hal ini

bertujuan untuk mencegah agar tidak terjadi kesalahan dimasa yang

akan datang.
68

5. Unit USP Awang Mahmuda Mandiri sebaiknya menerapkan sistem

pengendalian intern terhadap pemberian kredit lebih baik lagi, agar

dapat mengurangi kredit yang bermasalah sehingga terhindar dari hal-

hal yang tidak diinginkan dimasa yang akan datang.

You might also like