You are on page 1of 4

9/27/23, 8:57 AM Yang Mendapatkan Keringanan Tidak Berpuasa - Rumaysho.

Com

Puasa

Yang Mendapatkan Keringanan


Tidak Berpuasa
 Muhammad Abduh Tuasikal, MSc   • May 28, 2014 0  15,613

 5 minutes read

Ada di antara beberapa orang yang mendapatkan keringanan tidak


berpuasa. Siapakah mereka?

1- Orang yang sakit

Allah Ta’ala berfirman,

‫ٍر ِع ِم ٍم‬ ‫ِر‬


‫َو َمْن َك اَن َم يًض ا َأْو َعَلى َس َف َف َّد ٌة ْن َأاَّي ُأَخ َر‬
“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185)

Orang sakit yang boleh tidak puasa adalah jika mendapatkan mudarat
dengan puasanya.[1]

2- Orang yang bersafar

Dalil seorang musafir boleh tidak berpuasa adalah firman Allah Ta’ala (yang
artinya), “Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185).

Musafir punya pilihan boleh tidak puasa ataukah tetap berpuasa.[2] Dari
Abu Sa’id Al Khudri dan Jabir bin ‘Abdillah, mereka berkata,

‫ِع‬ ‫ِط‬ ‫ِئ ِط‬ ‫ِل ِهَّلل‬


‫ َفَيُصوُم الَّصا ُم َو ُيْف ُر اْلُم ْف ُر َفَال َي يُب‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َس اَفْراَن َمَع َرُس و ا‬
‫َبْع ُضُه ْم َعَلى َبْع ٍض‬

“Kami pernah bersafar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,


maka ada yang tetap berpuasa dan ada yang tidak berpuasa. Namun mereka
tidak saling mencela satu dan lainnya.“[3]

https://rumaysho.com/7695-yang-mendapatkan-keringanan-tidak-berpuasa.html 1/6
9/27/23, 8:57 AM Yang Mendapatkan Keringanan Tidak Berpuasa - Rumaysho.Com

Namun manakah yang lebih utama baginya, apakah berpuasa ataukah


tidak? Di sini bisa dilihat pada tiga kondisi:

a- jika berat untuk berpuasa atau sulit melakukan hal-hal yang baik ketika
itu, maka lebih utama untuk tidak berpuasa.

b- jika tidak memberatkan untuk berpuasa dan tidak menyulitkan untuk


melakukan berbagai hal kebaikan, maka pada saat ini lebih utama untuk
berpuasa. Alasannya karena lebih cepat terlepasnya beban kewajiban dan
lebih mudah berpuasa dengan orang banyak daripada sendirian.

c- jika tetap berpuasa malah membinasakan diri sendiri, maka wajib tidak
puasa.[4]

3- Orang yang sudah tua renta (sepuh)


Selain berlaku bagi orang tua renta (sepuh) yang tidak mampu puasa, juga
berlaku untuk orang yang sakit yang tidak bisa sembuh sakit lagi dari
sakitnya (tidak bisa diharapkan sembuhnya).

Dalil dari hal ini adalah firman Allah Ta’ala,

‫َعَلى اَّلِذي ُيِط يُقوَنُه ِفْد َيٌة َطَعاُم ِم ِكٍني‬


‫ْس‬ ‫َن‬ ‫َو‬
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya ( jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.” (QS. Al
Baqarah: 184).

Begitu pula yang mendukungnya adalah riwayat berikut,

‫ِم ِكٍني‬ ‫ِف‬ ‫َّلِذ‬ ‫ٍء ِمَس‬


‫ َقاَل اْبُن‬. ) ‫َعْن َعَطا َع اْبَن َعَّباٍةٍس َيْق َرُأ ( َو َعَلى ا يَن ُيَطَّوُقوَنُه ْد َيٌة َطَعاُم ِطْس‬
، ‫ ُه َو الَّش ْيُخ اْلَك ِبُري َواْلَمْرَأُة اْلَك ِبَريُة َال َيْس َت يَعاِن َأْن َيُصوَم ا‬، ‫َعَّباٍس َلْيَس ْت َمِبْنُس وَخ‬
‫َفْلُيْطِعَم اِن َم َك اَن ُك ِّل َيْو ٍم ِم ْس ِكيًنا‬

Dari ‘Atho’, ia mendengar Ibnu ‘Abbas membaca firman Allah Ta’ala (yang
artinya), “ Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya ( jika
mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang
miskin “. Ibnu ‘Abbas berkata, “Ayat itu tidaklah mansukh (dihapus). Ayat itu
berlaku untuk orang yang sudah sepuh dan wanita yang sudah sepuh yang
tidak mampu menjalankan puasa. Maka hendaklah keduanya menunaikan

https://rumaysho.com/7695-yang-mendapatkan-keringanan-tidak-berpuasa.html 2/6
9/27/23, 8:57 AM Yang Mendapatkan Keringanan Tidak Berpuasa - Rumaysho.Com

fidyah, yaitu memberi makan kepada orang miskin bagi setiap hari tidak
berpuasa.”[5]

4- Wanita hamil dan menyusui

Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

‫ِإَّن اَهَّلل َو َض َع َعْن اْلُم َس اِفِر ِنْصَف الَّصاَل ِة َوالَّصْو َم َو َعْن اُحْلْب َلى َواْلُمْرِض ِع‬

“Sesungguhnya Allah meringankan separuh shalat dari musafir, juga puasa


dari wanita hamil dan menyusui.“[6]

Asy Syairozi -salah seorang ulama Syafi’i- berkata, “Jika wanita hamil dan
menyusui khawatir pada diri mereka sendiri, maka mereka boleh tidak puasa
dan punya kewajiban qadha’ tanpa ada kafarah. Keadaan mereka seperti
orang sakit. Jika keduanya khawatir pada anaknya, maka keduanya tetap
menunaikan qadha’, namun dalam hal kafarah ada tiga pendapat.”[7]

Imam Nawawi berkata, “Wanita hamil dan menyusui ketika tidak berpuasa
karena khawatir pada keadaan dirinya, maka keduanya boleh tidak puasa
dan punya kewajiban qadha’. Tidak ada fidyah ketika itu seperti halnya
orang yang sakit. Permasalahan ini tidak ada perselisihan di antara para
ulama. Begitu pula jika khawatir pada kondisi anak saat berpuasa, bukan
pada kondisi dirinya, maka boleh tidak puasa, namun tetap ada qadha’. Yang
ini pun tidak ada khilaf. Namun untuk fidyah diwajibkan menurut madzhab
Syafi’i.”[8]

Sedangkan mewajibkan hanya menunaikan fidyah saja bagi wanita hamil


dan menyusui tidaklah tepat. Ibnu Qudamah berkata, “Wanita hamil dan
menyusui adalah orang yang masih mampu mengqadha’ puasa (tidak sama
seperti orang yang sepuh). Maka qadha’ tetap wajib sebagaimana wanita
yang mengalami haidh dan nifas. Sedangkan dalam surat Al Baqarah ayat
184 menunjukkan kewajiban fidyah, namun itu tidak menafikan adanya
qadha’ puasa karena pertimbangan dalil yang lain. … Imam Ahmad sampai
berkata, “Aku lebih cenderung memegang hadits Abu Hurairah dan tidak
berpendapat dengan pendapat Ibnu ‘Abbas dan Ibnu ‘Umar yang
berpendapat tidak wajibnya qadha’.”[9]

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata, “Lebih tepat wanita


hamil dan menyusui dimisalkan seperti orang sakit dan musafir yang punya
https://rumaysho.com/7695-yang-mendapatkan-keringanan-tidak-berpuasa.html 3/6
9/27/23, 8:57 AM Yang Mendapatkan Keringanan Tidak Berpuasa - Rumaysho.Com

kewajiban qadha’ saja (tanpa fidyah). Adapun diamnya Ibnu ‘Abbas tanpa
menyebut qadha’ karena sudah dimaklumi bahwa qadha’ itu ada.”[10]
Kewajiban qadha’ saja yang menjadi pendapat ‘Atho’ bin Abi Robbah dan
Imam Abu Hanifah.[11]

Sehingga wanita hamil dan menyusui masih terkena ayat,

‫ٍر ِع ِم ٍم‬ ‫ِر‬


‫َو َمْن َك اَن َم يًض ا َأْو َعَلى َس َف َف َّد ٌة ْن َأاَّي ُأَخ َر‬
“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185)

Hanya Allah yang memberi taufik.


[Tulisan di atas dicuplik dari Buku Panduan
Ramadhan cetakan keenam tahun 2014 karya
Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal yang
dibagikan gratis kepada kaum muslimin,
diterbitkan oleh Pustaka Muslim Yogyakarta.
Bagi yang ingin mendownload buku tersebut
silakan buka di sini]

[1] Lihat Al Majmu’, 6: 174, juga Manhajus Salikin, hal. 112.

[2] Idem.

[3] HR. Muslim no. 1117.

[4] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2: 120-121.

https://rumaysho.com/7695-yang-mendapatkan-keringanan-tidak-berpuasa.html 4/6

You might also like