You are on page 1of 13
PENGARUH GRADASI AGREGAT CAMPURAN BERASPAL PANAS YANG MEMOTONG DAERAH TERLARANG (RESTRICTION ZONE) TERHADAP KETAHANAN DEFORMASI Kurniadji Nono RINGKASAN Kinena campuran beraspal terganting terhadap sifat aspal, sifat agregat dan besaran volumetrik campuran sebagai fingsi gradasi agregat. Tulisan ini menguraikan tentang pengaruh gradas! agregat romotong daerah terlarang pada sifat campuran beraspal. Campuran beraspal yang dikaji adalah Laston Tapis permukaan (AC-WVC) dengan menggunakan aspal keras Pen 60. ‘Hesil pengujian menunjukkan bahwa sifat campuran beraspal dengan gradasi agregat memotong daerah ferlarang lebih rentan terhadap terjadinya deforma, yaitu memilikt stabilitas dinamis 4096 dari stabilitas dinanis eampuran dengan gradasi kebawah daerah terlarang, SUMMARY Performance of asphalt mixtures depends on properties of asphalt, aggregate, and volumetric of asphalt nistures as a fnction of aggregate gradation. This paper discusses effect of aggregate gradation which Cutting restriction zone to properties of asphalt mixtures. Type of asphalt mixtures used in the research is “Asphalt Concrete Weating Course (AC-WC) by using Asphalt Cement with Penetration Grade of 60. ‘Test result shown that properties of asphalt mixtures with aggregate gradation to cut restriction zone is so ‘sensitive to deformation, namely dynamic stability of 40% from the dynamic stability of asphalt mixtures with aggregate gradation below restriction zone. |. PENDAHULUAN 4.2, Pembatasan Masalah Pada pelaksanaan penelitian ini untuk mengkaji 4.4. Latar Belakang pengaruh gradasi agregat campuran yang memotong daerah—terlarang —_terhadap ketahanan deformasi adalah membandingkan dengan sifat campuran beraspal panas dengan Tetjadinya retak diantaranya disebabkan olen gradasi_agregat_campuran yang _memotong kurangnya aspal, penuaan aspal, agregat kotor dan kurva fuller atau di bawah daerah terlarang Umur reneana telah dilampaul, Sedangkan terjadinya Jeni campuran beraspal yang dievaluas! deformasi plastis diantaranya adalah disebabkan adalah campuran Laston lapis permukaan (AC- penggunaanaspal yang peka tethadap perubahan WC) dengan menggunakan agregat dan aspal temperatur tinggi (penetrasi tinggi) dan rongga dalam yang sama campuran yang rendah sebagai fungsi dari gradasi agregatcampuran. Untuk menyeimbangkan 1.3. Tujuan Penelitian tercapainya Kedua kriteria keruntuhan di atas, yaltu Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji sifat sangat tergantung terhadap sifat aspal, sifat agregat campuran beraspal dengan gradasi agregat Serla besaran volumetrik campuran. Besaran volumetrik — gabungan yang memotong daerah teriarang 2dalah tergantung pada pemilihan gradasi agregat akan mengalamiperubahan —_ketahanan ‘campuran,dimana gradasi agregat campuran —_terhadap deformasi. menentukan besar KeciInya rongga dalam agregat : (va). Pada tulisan ini akan mengevaluasi pengaruh gradasi ‘agregat campuran beraspal panas yang memotong daerah terlarang tethadap ketahanan deformasi. Tipe 2-1. Campuran beraspal gradasi agregat campuran tersebut kemungkinan —Spesifikasi campuran beraspal panas yang Senghasiikan rongga dalam campuran yang relatif menjadi acuan dalam pembangunan dan rendah pemeliharaan/ peningkatan perkerasan lentur Keruntuhan yang terjadi pada campuran beraspal adalah terdiri atas retak dan deformasi plastis, Il, KAJIAN PUSTAKA. Jumal Liang Jalan, Volume 21 NO.4 Nopember 2004 47 48 adalah Spesifixasi Campuran Beraspal Panas sesuai Seksi 6.3 Buku 3 yang diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2003. Spesifikasi ini sebagian merujuk pada Spesifikasi Superpave. Adapun tujuan di petkenalkannya__spesifkasi Superpave tersebut adalah untuk mengatasi deformasi permanen, kelelahan retak dan retak pada temperatur Tendan, yaitu melalui karakteristkt eampuran yang mempunyai © Kadar aspal yang cukup untuk keawetan, yakni dengan rongga teri aspal (VFB) yang tepat, © Rongga dalam agregat (VMA) dan rongga dalam campuran (VIM) yang cukup: © _Kemudanan pengerjaan yang cukup; dan © Kinerja yang memuaskan selama umur rencana perkerasan Untuk mendapatkan karakteristik campuran yang dinarapkan Superpave menganjurkan menggunakan aspal dan perencanaan sesual dengan kondisi lapangan serta memperkenalken persyaratan gradasi agregat campuran dibatasi dengan tik control dan daerah larangan (restriction zone), Untuk —membuat gradasi_agregat__gabungan berpedoman pada kurva Fuller (untuk kepadatan tertinggi dengan nilai n=0,46) akan tetapi gradasi yang direncanakan harus sejauh mungkin dari kurva Fuller, namun dijinkan memotong satu kali dan dianjurkan tidak boleh memotong daerah larangan (restriction zone). Daerah larangan (restriction zone) mempunyai dua fujuan (SHRP-A-410), yaitu © Membatasi pengunaan pasir alam yang banyak yang dapat menyebabkan gradasi menjadi bongkok pada rentang 600 im. © Untuk menghindari gradasi jatun atau berimpit dengan kurva Fuller (garis kepadatan maximum) yang dapat mengakibatkan ketidak cukupan rongga dalam agregat (VMA), Contoh persyaratan gradasi agregat gabungan untuk Laston lapis permukaan (AC-WC) ditunjukkan pada Gambar 1 2.2. Spesifikasi Yang Diacu ‘Sebagai acuan dalam pengujian sifat bahan dan sifat campuran, pada peneliian ini spesifixasi yang diacu adalah Spesifiasi Kimpraswil (Buku ll, Seksi 6.3) ‘Tahun 2003, Persyaratan aspal ditunjukkan pada Tabel 1, Persyaratan agregat ditunjukkan pada Tabel 2, Persyaratan gradasi pada Tabel 3 dan persyaratan campuran pada Tabel 4. le i i em Se Gambar 1. Contoh gradasi AC-WC Tabel 1. Persyaratan sifat fisik aspal PERSYARATAN JENIS PENGUSIAN FERST AA TAN [-Penetrasi 0.1 mm 60-79 erik iembek, °C [-Dakciies, om -Kelarutan dm CaHCh, -Titknyala, °C + Keniangan bert % JsPenetrasi sth keh. br % - Daktitas sth keh. bri, om [eBerat Jens, gxcm* Tabel 2. Persyaratan Agregat Ne] denis Ponguan —[__ Perayaratan | Borat Jois ‘Cush 228 sienuh 225 Semu 225 Penyerapan, % < 3% 2 ‘Avesi = 40% | 3 Satara Pasir = 50% 4 | Pisin dan Loniong |< 10% 5. tech aspal 35% Tabel 3. Persyaratan Gradasai TKURAN [-DERSYARATAN (0 berat log) Ti Daerah SARINGAN ee eee ne 73-100 [100 25 [90 | 100 Juma Libang Jatan, Volume 21 N0.4 Nopember 2008 Tabel 4, Persyaratan Campuran Siatatat Cempuran [= Penyeranan kadar a [ Jumiah tumbukan per bidang [+ Stabiitas Marshall kg) Kelelehian (mm) ‘Stabiltas Marshall Sisa (%) setelah perer Ronee: + Kopadatan membal (refusal) selama 24 jam, 60°C. ‘campuran (%) pada | 2.3, Hipotesa Gradasi agregat campuran yang mendekati kurva Fuller atau masuk/memotong daerah terlarang _memiliki rongga dalam agregat (VMA) dan rongga dalam campuran (VIM) yang fendan_ yang kemungkinan memilki ketahanan terhadap deformasi yang rendah pula. Ill METODOLOG! PENELITIAN 3. Kegiatan pengkajian_ ini Umum dilakukan di laboratorium ‘meliputi pengujan sifat agregat, sifat bahan pengikat (aspal) dan sifat campuran beraspal. Bahan pengikat yang digunakan adalah Pen Aspal Pen 60 yang diperoleh dari pemasok. Sedangkan agregat dan pasir alam yang digunakan pada penelitian ini berasal dari sumber material dari Sumedang Dalam rangka pengkajian di atas, lingkup pengujian ‘campuran beraspal yang dilakukan meliputi pengujian Marshall + Wheel Tracking Machine (WTM) Penaujian deformasi dengan Wheel Tracking Machine (WTM) ditujukan untuk mensimulasi deformasi yang terjadi pada perkerasan akibat lintasan kendaraan. 3.2. Tahapan Penelitian Untuk mendapatkan tujuan pengkajian, penelitian yang dilakukan dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu Melakukan pengujian Marshall, dan dinamis dengan alat Wheel Tracking Machine Melakukan pengujian mutu agregat dan bahan penagikat. Pembuatan 2 (dua) tipe campuran beraspal panas, yaitu dengan gradasi memotong daerah terlarang dan gradasi yang memotong kurva Fuller atau di bawah daerah terlarang. stabilitas -Jumal Litbang Jalan, Volume 21 0.4 Nopember 2004 (WTM) untuk campuran beraspal dengan kedua jenis gradasi agregat campuran yang digunakan. * Melakukan — evaluasi ‘campuran beraspal hasil__pengujian IV. HASIL PENGUJIAN 4.1, Sifat-sifat Agregat dan Bahan Pengikat ‘Sesuai dengan pengujian yang telah dilakukan, sifatssifat Aspal Pen 60 pada Tabel 5 Sedangkan sifat_agregat ditunjukkan pada Tabel 6 Tabel 5. Sifat-sifat Aspal Pen 60, Jenis Pengujan as Taal pads 25°C, 100 gt, 5 dei Tabel 6. Joris Pengujan ‘Bera Jone ‘Cursh Dari Tabel § dan Tabel 6 terinat bahwa agregat dan bahan pengikat yang digunakan memenuhi Persyaraian Spesifikasi Kimpraswil (buku 3) tahun 2003 sehingga baik agregat maupun bahan pengikat layak digunakan untuk perkerasan jalan, 4.2. Sifat-sifat campuran Dalam pembuatan rancangan_campuran, gradasi agregat_gabungan yang digunakan adalah di bawah kurva. Fuller dan yang memotong daerah ‘terlarang sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2. 49 50 Gambar 2, Gradasi agregat campuran SSifat_campuran hasil pengujian Marshall dan dengan Wheel Tracking Machine (WTM) ditunjukkan pada Tabel 7. Disamping pada Tabel 7 untuk ketahanan ‘campuran terhadap deformasi adalah ditunjukkan pada Gambar 3 Tabel 7. ‘Sifat Campuran fh a] Motong | Dibawah| NO. ‘SIFAT CAMPURAN a A Tenararg| Tovar | Pengufan Marshal “| | 7.1] Kadar Aspal, (%) 6,0 5,58, 4.2) Kepadetan, (Vr3) 2207_|2313 +3] VEB (6) 5568) “al VANa Ce) 1807 [5] vin arshail G6) 549) [6] Stables, 9) 80] [7] Peloichan, (mm) 386 4.8] NO (kg/mm) 35 | 3.9] Stabltas Sisa (2) 243 4d] iW PRO (6), 37 Pengujian dengan WTM pada | tomp. 2. Alu (pada lnasan} 0. 2H 05 210 315 30 ‘945 "1260. Deforrnasl Awal (rm) ‘Siabiltas Dinamis (india) Kecepatan Deforasi (mimi) Gambar 3. Ketahanan campuran terhadap deformasi PEMBAHASAN Sifat aspal keras Pen 60 yang digunakan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5 memenuhi persyaratan, Begitu juga sifat- sifat agregat, baik agregat kasar, sedang, ‘abu batu dan pasir alam sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6 memenuhi pesyaratan. Sifat_ campuran _beraspal dengan menggunakan kedua tipe _gradasi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7 memenuhi persyaratan campuran Laston lapis permukaan (AC-WC). Bila membandingkan kedva sifat campuran ‘maka diperoleh hal-hal sebagal berikut v Rongga dalam agregat (VMA) dan fongga dalam campuran (VIM) untuk campuran dengan gradasi__yang memotong daerah terlarang lebih rendah dibandingkan— kekakuan — campuran dengan gradasi yang tidak memotong daerah_terlarang. Yaitu _berturutturut lebih rendah sebesar 0,4% dan 0,27%. ¥ Kekakuan campuran yang dicerminkan dengan besaran hasil bagi Marshall (MQ) maka kekakuan campuran dengan gradasi yang memotong daerah terlarang lebih rendah dibandingkan kekakuan campuran dengan gradasi yang tidak memotong daerah terlarang, yaitu lebih rendah sebesar 0,4%. ¥ Kecepatan deformasi dan deformasi awal untuk campuran dengan gradasi yang memotong daerah terlarang lebin tinggi dibandingkan —kekakuan _campuran dengan gradasi yang tidak memotong daerah terlarang, yaitu sebesar 2 kali dan 1,5 kall lebih tinggi Juma! Litbeng Jalan, Volume 21 NO.4 Nopember 2004 VI. ¥ Ketahanan terhadap deformasi antara kedua campuran dengan gradasi yang _berbeda menunjukkan bahwa —ketahanan deformasi campuran dengan gradasi campuran yang memotong daerah terlarang jauh lebih rendah, yaitu sebesar 41 % dari campuran dengan {gradasi tidak memotong daerah terlarang. Fakta diatas bahwa menunjukkan bahwa makin rendah VMA dan VIM maka campuran makin rentan tethadap deformasi. KESIMPULAN Dari hasil pengujian di laboratorium tehadap_sifat bahan dan kedua sifat’ campuran Laston lapis, permukaan (AC-WC) dengan menggunakan 2 (dua) gradasi. maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berkut Sifat bahan yang digunakan pada pengkajian ini, baik aspal Pen 60 maupun agregat kasar, sedang dan pasir alam memenuhi persyaratan, Sifat_ campuran beraspal, memotong daerah terlerang maupun yang tidak memotong memenuhi persyaratan campuran Laston lapis permukaan (AC-WC). Bila memperhatikan hasil_pengujian_ketahanan terhadap deformasi yang disimulasikan dengan pengujian menggunakan alat Machine (WTM) maka campuran yang gradasinya memotong daerah terlarang lebih rentan terhadap terjadinya deformasi balk yang gradasi Wheel Tracking DAFTAR PUSTAKA + Kimpraswil (2003). Spesifixasi Campuran Beraspal Panas, Seksi 6.3 Buku 3, Jakarta NAPA Research and Education Foundation (1996). Hot Mix Asphalt Materials, Mixture Design and Construction, Secon Edition, Lanham, Maryland, Juma! Litbeng Jalan, Volume 21 NO.4 Nopember 2004 + STTM, Bandung (2003). Arief Risnandar: Pengaruh gradasi agregat_camp.beraspal panas memotong daerah terlarang terhadap deformasi permanen. + SHRP (1994). Superior Performing Asphalt Pavements (Superpave): The Product of the SHRP Asphalt Research Program, SHRP- A-410, National ~Reseath | Coubeil, Washington BC. ‘+ The Asphalt Institute's (1997). Mix Design Methods for Asphalt Concrete and Others Hot Mix Types, Manual Series No. 2. Sixth Edition, USA, ‘+ The Asphalt Institute's (1984). Mix Design Methods for Asphalt Concrete and Others Hol Mix Types, Manual. USA ‘+ The Asphalt Institute's (1997). Performance Grade Asphalt Binder Specification and Testing, Superpave Series No.1 (SP-1) usa. + The Asphalt Institute's (1997). Performance Grade Asphalt Binder Specification and Testing, Superpave Series No.2 (SP-2). USA. Penulis * Ir Kuniadji, MT, Penetiti Madya Bidang Prasarana Transportasi, Pusat Litbang Prasarana Transportasi Badan Litbang Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah * Ir. Nono, MEng Se, Ajun Peneliti Muda Bidang Prasarana Transportasi, Pusat Litbang Prasarana Transportasl, Badan Lithang Departemen Permwukiman dan Prasarana Wilayah, 51 PEMANFAATAN TAILING UNTUK LAPIS PONDASI JALAN Neni Kusnianti Furgon Affandi RINGKASAN Banvak tipe lapis pondasi jalan dan salah satu diantaranya ialah lapis pondasi jalan dari bahan berbutir epas tanpa bahan pengikat (inbound material). Lapis pondasi satan pada perkerasan lentur mempunvat fingsi untuk menyebarkan beban roda ke lapisan dibavvalnya, sedemikian rupa sehingga tegangan vang terjadi pada tanah dasar tidak melebihi tegangan wang dapat aipttal oleh tanah itu sendri. Untuk itu lapisan pondasi harus memenuhi persyaratan- persvaratan teknis seperti gradasi, indeks plastisitas, daya dukung (CBR). Pada tulisan ini, diuraikan pengarwh penambahan tailing sebagai bahan sampingan dari pengolahan tembaga/perak di PT Freeport, Irian Jaya, terhadap bahan standar, agar bahan campuran tersebut memenuhi persvaratan wituk LPA, LPB. Pemanfaatan tailing ini pada bahan jalan akan ikut mengurangi pengarih linbah tersebut terhadap lingkwigan. SUMMARY One of different types of road (bases) foundations is road foundation using unbond materials. Foundation Jayers in flevible pavement have a functian to distribute wheel loads to underneath layers so that the stresses occured on the subgrade not more than stresses that can be loaded, on it Therefore, foundation should meet the technical requirements such as gradation, plasticity index and CBR. The paper describes the effect of the addition of tailing, waste material of coal’silver production of PT Freeport, Irian Jaya (0 standard materials in order to meet the requirement for base and subbase. The usage of failing as road material will reduce the impact of waste on environment. |. PENDAHULUAN Struktur perkerasan jalan lentur (beraspal) terdiri dati beberapa lapisan, yang secara umum terditi alas lapis pondasi bawah, lapis pondasi, serta lapisan beraspal. Masing masing lapisan tersebut mempunyai fungsinya senditi sendin, dimana lapis Pondasi dan lapis pondasi bawah merupakan lapisan yang berfungsi untuk menahan beban lalu lintas yang lewat diatasnya sera menyebarkan beban ke lapisan tanah dasar dibawahnya sedemikian rupa sehingga tegangan yang terjadi pada tanah dasar tidak melebihi kemampuan daya ddukung dari tanah dasar tersebut Lapis pondasi dan lapis pondasi bawah bisa terbuat dari bermacam macam bahan, mulai dari bahan berbutirtanpa pengikat (granular materials), stabilisasi tanah, stabilisasi bahan berbutir dengan, semen yang dikenal sebagai Cement Treated Subbase (CTSB) dan Cement Treated Base {CTB), Bahan berbutir tanpa pengikat ialah jenis lapis pondasi dan pondasi bawah yang paling umum dipergunakan di Indonesia, dimana terbuat dari campuran batu pecah dengan ukuran bultir maksimum sekitar 1%" dan 2" sampai ke ukuran bbutiran pasir dan ukuran material saringan no, 200, (0,074 mm) dengan perbandingan tertentu Material halus untuk lapis pondasi dan lapis, ondasi bawah ini umumnya terbuat dari pasir alam yang banyak terdapat di sungai dan gunung- gunung Di beberapa tempat, seperti di Timika ~ Papua terdapat material halus seukuran pasir dalam jumlah yang sangat banyak yang merupakan limban dari produksi pengolahan bijlh besi dan tembaga dari PT Freeport yang dikenal dengan sebulan “tailing’, dimana jumlahnya terus dan terus bertambah yang sampai saat ini belum termanfaatkan secara optimal, babkan menjadikan JumalLitbang Jalan, Volume 21 NO_4 Nopember 2004 hal yang mengganggu lingkungan. Di satu sisi untuk Keperluan pembuatan lapis pondasi jalan diperlukan material halus yang biasanya didapat dari sungai atau pasir gunung, sedang disisi lain ada material buangan yang serupa dan belum termanfaatkan, Sejak tahun 1970 P.T Freeport Indonesia telah melakukan penambangan di titi lokasi Ertzberg (Open Pit dan East Ertberg Underground propinsi lian Jaya dengan kapasitas produksi_ bijin tembaga yang semakin meningkat dari 8.000 — 10.000 tonvnari di awal tahun 1970 an_ menjadi 20.000 = 22.000 tonihari di akhir tahun 1980 an, Peningkatan kapasitas produksi ini makin meningkat lagi menjadi 125.000 ton/ hari sejak ditemukannya The Huge Grasberg Gold Bearing Cooper pada awal tahun 1990 an. Hingga saat ini jutaan ton bijh telah diolan menjadi konsentrat tembaga yang mengandung emas dan perak. Sisa pengolahan ini berupa pasir halus yang diklasifikasikan sebagai "Cooper Tailing’ Penimbunan "Cooper Tailing’ didaratan rendah ‘sepanjang sungai Aghawagon — Otomona Timur ~ Ajkwa telah menyebabkan masalah lingkungan, terutama terhadap hutan tropis di daratan rendah dan juga pengotoran air sungai Ajkwa, Tailing berwujud material berbutir halus (partikulat) sebegai hasil hancuran batuan bijh yang diendapkan pada saat proses pemisahan bij dari tembaga, emas dan perak. Il, KAJIAN PUSTAKA, 2: Tailing Taling yang terdapat di Timika sebagai limbah P.T Freeport merupakan bahan buangan dari proses, penambangan dan pengolanan bij besi dan tembaga Bahan buengan ini mempunyai ukuran bbutir maksimum sekitar 2,38 mm sampai butiran halus 0,149 mm. Sebagai bagian dari bahan tambang bij besi dan tembaga, tailing ini ‘mempunyai sifat non plastis atau bersifat lepas yang tidak mempunyai ikatan antara butirannya sendiri Diihat dari susunan Kimia_yang_ terkandung didalamnya, dengan menggunakan analisa kimia yang dilengkapi dengan metoda Grain Counting telah menunjukkan bahwa komposisi * Cooper Tailing’ terdiri dari komponen silikat dengan traksi— fraksi Na;O3 = 0,0094, FeO = 03980, MgO 0,0900, MnO = 0,036, CaO = 0,1260, K,0 = 0.0138. 0.0883. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan sebelumnya, Talling ini mempunyai berat_jenis jenuh kering permukaan berkisar antara 2.48 sampai 2,86 dengan kepadatan gembur sekitar 1,23 = 1,79 kgil, Hasil uji Soundness berkisar antara2~8%, Pengamatan secara mikroskopis, Juma Litbang Jalan, Volume 21 No.4 Nopember 2004 menggunakan mikroskop Binocular Strereographic mempertinatkan bahwa "Cooper Tailing” memiliki komposisi cuartzise 75 % volume, oksida besi ( ‘magnetite, pyrite, hematite) 23 %, mica dan feldspar 2%. Dengan mempertimbangkan asal_-muasal terbentuknya “Cooper Taiing™ serta hasil analisa fisik dan kimia terhadap "Cooper ailing * diperoleh sualu hipotesa bahwa Cooper Tailing termasuk material Puzzolanic berkadar MgO cukup tinggi dimana material ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan Konstruksi sipil dalam bentuk komposit partikulat atau mortar dengan sistim pengikatan rmatriks secara khusus yaitu menggunakan matriks semen tipe V atau matriks kombinasi semen — polimer. Dari hasil pengujjan yang telah dilakukan oleh laboratorum pengendalian dampak lingkungan diperoleh hasil seperti tertera pada Tabel 1 Tabel 4 Hasil pengujian “tain oleh aboratorium engendalan dampaklingkungan vi no | Parameter |sonan| is [state 4 Als oF rater: + | on vo | ewromai | 20 e40 1 | Bima sa, | $83 | Srotomen | S20 | Sar Sandy ci a | urate rekon | 220 | 230 2.2 Lapis pondasi jalan Lapis pondasi jalan merupakan bagian dari perkerasan jalan yang fungsi_ utamanya untuk ‘menahan beban lalu lintas serta menyalurkannya ke bagian dbawahnya. Pada perkerasan lentur, ‘apis pondasi berbutirterairi dari dua lapis, yaitu Japis pondasi bawah (LPB) yang terletak langsung diatas lapisan tanah dasar serta lapis pondasi (LPA) yang terletak diatasnya LPB. LPB maupun LPA mempunyai persyaratan pembagian ukuran butir (Gradasi) yang. berbeda, begity juga persyaratan teknis lainya. Persyaratan LPA lebih ketat dari persyaratan LPB sesual dengan letaknya pada susunan lapis perkerasan, dimana lapis atas, hharus.menerima tekanan yang. lebin besar dibandingkan lapis dibawahnya Persyaratan gradasi untuk LPA dan LPB yang dipergunakan di Indonesia oleh Departmen, Kimpraswil ialah sebagaimana diperihatkan pada Tabel 2 serta digambarkan seperti terihat pada Gambar 1 untuk gradasi LPA dan Gambar 2 untuk gradasi LPB. 54 Tabel 2. Gradasi Lapis Pondasi Persen berat oles karan saringan Tabel 3. ifat bahan dan campuran lapis pondasi Persyaratan si Gambar 1. Grafik pembagian butir Lapis pondasi atas ( LPA) Gambar 2, Grafik pembagian butir Lapis pondasi bawah (LPB) Bahan lapis pondasi untuk agregat halus dan kasar sera bagian-bagian yang lunak maupun kekuatan setelan dicampur dan dipadatkan ditunjukkan pada Tabel 3, Taps Penal —] face geet "i iA [3 _| : iihee| Foose Faves orecetiaer | take 40 | ake aa | SOR nits Pasiatos Ps | wate | aso _| SUBSE araoeAerer | ake iso sts car uoa25 | waeas anon yro nok % | wate | Moms | SSMICET eo vaso | mnas | SHa8 7 Ill, PERENCANAAN PENGUJIAN CAMPURAN LPA DAN LPB MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH TAILING 3.4 Bagan alir penelitian Untuk mendapatkan properties Campuran LPA maupun LPB dengan menggunakan bahan Tailing, maka dalam studi ini dilakukan dahulu alur kegiatan yang akan dilakukan, Alur kegiatan yang ‘akan dilakukan disajkan pada Gambar 3 dibawah ini 3.2 Percobaan laboratorium Percobaan laboratorium dilakukan untuk metihat sifat sifat tailing dan juga sifat sifat campuran yang telah dicampur tailing. Pengujian ini dilakukan tethadap bahan yang tidak ditambah tailing serta bahan yang telah ditambah tailing, sehingga dengan demikian dapat dihat_pengaruh penambahan tailing ini terhadap sifat sifat bahan, baik untuk LPA maupun untuk LPB, sekaligus melihat batas maksimum penambahan tailing yang masih dimungkinkan, Percobaan laboratorium ini meliputi perencanaan campuran, pemeriksaan sifat Atterberg, kepadatan dan_kekuatan campuran yang dinyatakan dengan CBR 3.24 Penguijian karakteristik tailing Conteh tailing yang diambil dari Timika, telah dilakukan pengujan fisik-nya seperti analisa pembagian butir dengan satingan, berat jenis, angularitas dan setara pasir (sand equivalent) Hasil pengujian diperlihatkan pada Tabel 4 Tabel 5 dan Tabel 6. Bert enis talling adalah 2,76. -JarnalLitbeng Jalan, Volume 21 NO.4 Nopember 2004 Tabel 5. Komposisi Kimia Tailing dari PT. Freeport (Timika ~ Papua) ae ae ee Hasil Pengujian (%) Ne as 2 ewe Unsur Kimi eee Bic" 3 rae PUSTRAN ITB teen SiO 6477 60. a TAiOs 11,25 15 er) 8.28 5 { Fe:03 6,07 Lape Pon ae UPA Senta Pont Sah wager 2106 2 == ee! NazO 1.06 a KO 2.49 a Se Tie 027 ‘oie oe to ts 2 ast Te H:0 0.07 Pemdaan Campa ne 3a ee Tabel 6. Pembandingan nilai angularitas dari beborapa ie umber pasir eingin da at Nila denis Pasir | anguartas | Pevsveratan Gambar 3. Bagan Ali Pelaksanaan Penelitian Taling (PT 7a untuk Perencanaan Campuran Lapis Pondasi Freeport) i Lepas (LPA dan LPB) PasirCimalaka | 47,45 Tabol 4. Min. 45% Gradasi butir Tailing PT Freeport peace I) Toles saringan le Ukuran Saringan ‘Goons | att ng en ASTM Met Taiing Noa 476 7001 No 8 2,38 99,9 Tabel 7. ‘No 30 0,595 98,8 Hasil Pengujian Fisik Tailing dari PT. Freeport ‘No 50 0.297 86,2 Hasil s E arakt No 100 0,148 495 No | __KarakterstkAgregat | pengujan No 200 0,047 20.3 1._| Sand Equivalent, % 81,30 2, | Beratjenis agregat halus: ‘Analisa Komposisi kimia dari Taling ini ditunjukkan - Buk 276 pada Tabel 6 + sso 2,80 = Apparent 2.92 Hasil pengujian angulartas dari pasir Talling dan i yerapan, % Beberapa pesir alam nya urukken ade aioe es -Jumal Litbang Jalan, Volume 21 NO.4 Nopember 2004 55 56 Ukuran butirtalling berdasarkan_analisa saringan yang dilakukan di Puslitbang —Prasarana Transportasi adalah sebagaimana disajkan pada Tabel 8 dan Gambar 4 dibawah ini Tabel 8. Hasil analisa saringan butiran Tailing dari beberapa sumbor di Timika ‘campuran yang keluar dari batas-batas yang

You might also like