You are on page 1of 88

NELITIAN GUA WOLATU

KABUPATEN KOLAKA,

3ULAWESI TENGGARA
~c-

BE RITA
PJiELITlAN
E
ARKS LOGI
-w~SULAWESI
SELATAN &
TENGGARA ∎ PENELITIAN ARKEOLOGI ISLAM
DI KABUPATEN MAJENE, SULAWESI SELATAN

-fin
DE -,RTEMEN , e=NDIDIKAN !JAN KEBUDAYAAN

N° 1 PUSAT PENCLITIAN ARKEOLOGI NASIOIJAL


BALAI ARKEOLOGI UJUNG PANDANG
1998/1999
BERITA I'ENELI I IAN ARKEOLOGI
SULAWESI SELATAN 61 TENGGARA

I)i terhitkan oleh Bala i Arkeulugi tljung I'andang


sebagai media bekala yang mcnyajikan
laporan hcnelitian arkeologi di wilayah
Sulawesi Selatan & Tenggaia

DEWAN REDAKSI

• Penasehat
PROF. DR . HASAN MUARIF AMBAR Y

∎ Penanggung ]awab
DR. MOH. ALI FADILLAH

• Pemimpin Redaksl
DRS BUDIANTO HAKIM

• Sidang Redaksi
DRA. NANI SOMBA, DRA . BERNADETA AKW., CITRA ANDARI, SS

• Pembantu Umum
EKO SUKARNO, KARAENG DEMMANARI, MAPPAINGA,
MURNIAT1, SLAMET

L
.opyrigntptsalal ArKeoiogi ujung randang IYYt3
ISSN
1411 - O58X

CGambar sampul : Kegialan ekskavasi Gua Wolatu, Kolaka, Sulawesi Tenggara dan
sebuah nisan berbentak hula keris dari kompleks makam lmanan,
Majene, Sulawesi Selatan.
f,9SSIT. 0/ . 1"Y (I)

SAMBUTAN
KEPALA BALAI ARKEOLOGI UJUNG PANDANG
Dr. Moh. Ali Fadillah

Sejak pembukaan Balai Arkeologi Ujung Pandang pada tahun 1993, lembaga
penelitian yang berada di bawah naungan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta
ini telah melaksanakan program-program penelitian di wilayah kerjanya, yang
mencakup wilayah Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara . Seperti juga
dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, program penelitian Balai
Arkeologi Ujung Pandang meliputi bidang-bidang kajian Arkeologi Prasejarah,
Arkeologi Klasik, Arkeologi Islam dan Arkeometri . Namun selama hampir lima
tahun berjalan, dari sekitar tiga puluh enam paket penelitian, barn kali ini laporan
penclitian dapat diterbitkan dalam bentuk publikasi resmi .
Penerbitan perdana laporan penelitian melalui media berkala Berita Penelilian
Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara dengan demikian patut kita sambut dengan rasa
syukur, karena Balai Arkeologi Ujung Pandang, mulai tahun 1998, telah
mercalisasikan salah satu tugas pokok dan fungsi instansi tersebut, yaitu
memperkenalkan dan menyebarluaskan basil-basil penelitian arkeologi baik kepada
kalangan ilmuwan maupun masyarakat pada umumnya . Dzri dua laporan penelitian
yang berhasil diterbitkan, para penulis telah menyajikan fal • .,-fakta arkeologi yang
merefleksikan identitas budaya melalui bentuk, ruang dan waktu yang berbeda, yang
justeru dilihat dari desknipsinya menunjukkan orisinalitas data yang selama ini luput
dari jangkauan penelitian disiplin lain . Laporan pertama mengangkat pentingnya data
arkeologi bagi pengenalan aspek--aspek religius etnik Mekongka di Sulawesi Tenggara
scbelum kedatangan Islam, sed<ngkan laporan kedua, meskipun meiihatnya dari
aspek yang sama, tetapi berupay.ya menghubungkan data arkeologi dengan sumber-
sumber lain untuk membangun nipotesis tentang pentir . ~.nya kawasan pesisir barat
Sulawesi Sclatan balk dalam jaring"an pertukaran interregional maupun dalam proses
difusi Islam pada masyarakat Mandar dan daerah belakangnya .
Dengan segala keterbatasannya, baik dalam aspek teoritis, metodologis,
interpretatif maupun data arkeologi itu sendiri, publikasi Mil diharapkan dapat
menjadi media stimulan bag, para peneliti untuk meningkatkan semangat dan kualitas
penelitiannya di masa yang akan datang serta dilanjutkan dengan usaha
penycbarluasan hash-hasilnya kepada masyarakat . Dengan misi itu, penerbitan basil
penelitian sekaligus juga akan menjadi wahana penyebarluasan informasi kebudayaan
Sulawesi Selatan dan Tenggara dalam upaya turut melestarikan warisan budaya
dacrah sebagai surnbangan bag', penggalian kembali nilai-nilai budaya transformatif
yang sangat diperlukan dalam usaha memberi landasan bag, pembangunan
kcbudayaan nasional .
PERPUSTAKAAN JURS . ARKEOLOuI UC-M,
No . Katalo9
No . Inventaris PA sS7 139 g (j)

Sub jek
Tanggal M ^u 3tOAWO
2
i'ro5P5 3 A "5
Ii

DAF'I'AR IsI

∎ PENELITIAN CGUA WOLATU, KECAMATAN PAKUI :, KABUPATI?N KOLAKA,


SUI-:1\\fSI'1E?NGGARA
- Bernadeta_-IKW. &CitraAndari

Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan 3
A Lokasi Penelitian
B . Riwayat Penelitian 4
C . Tinjauan Sejarah 5
D . Metode Penelitian 6
Bab II Hasil-Hasil Penelitian_ 8
A . Keadaan Situs dan Perolehan Data 8
B . Identifikasi dan Klasifikasi Temuan _ 9
Bib III Pembahasan Hasil Penelitian 17
i_3ab IV Penutup 20
Daftar Pustaka 21
1 jmpirarn : Gambar dan Foto - 23

∎ PENEhITIAN ARKEOLOGI ISLAM DI KABUPA I EN MEJENE, SULAWESI SEI ATAN


- Sanvedi Montana, Darmawan Mas'ud, Sugeng Riyadi, Muhaeminab

Kata Peng;tntar 32
Bab I Pendahti1uan- 33
A Lawielakano 33
Tuji n Peneh6aa -v.= ._ 33
f-- MetoclePenelitian __ . , 34
Bab I IGam aran L mum J ok lene1 tian __ . 35
A . Keadaan Alam dan Liiigl-ungan - 35
I ,Struktlrr 5osi i a • arak_ 36
B I L B I z Sejarah 38
Ba IV I-Iasil 41
L~ Makarn .Makam kung-_,_ ___ 41
J3 . NaskA __ 58
Sam_ Bendera (Panjr-panji) 59
Bab V Analisis Basil Penelitian 60
Toponim _- 60
B Sent Pahat _ 60
C . Naskah 61
I) . A4,,) Islamis4si 63
65
I)aftar P~tak 66
I mpiran : (iambar_dbna`WQ •----_-- 69
Penelitian Gua Wolatu, Kecamatan Pakue, Kabupalen Kolaka, Sulawesi "I'enggara I

LAWSAN ARKEOLOGI
! akultaR Sastra
ITw ;~rwci :ax C:ad)ah Math

PENEL,ITIAN GUA WOLATU,


KEGAMATAN PAKUE, KABUPATEN KOLAKA,
SULAWESI T6IGGARA

BERNADETA AKW .
CITRA ANDARI

BPASST No . 1 / 1998
2 Bernadeta AKW. & Clira Anudari

KATA PENGANTAR

Penelitian Gua Wolatu, Kabupaten Kolakn, Propinsi Sulawesi Tenggara


adalah salah satu program kegiatan Balai Arkeologi Ujung Pandang yang dibiayai
melalui Anggaran Pembangunan 1997/1998 . Penelitian berlangsung selama 12 hari
dari tanggal 16 sampai dengan 27 Juni 1997 . Penelitian tersebut dipiinpin oleh Dra .
Bernadeta AKW. dengan anggota tim terdi i dari Prof. Dr. Darmawan Mas'ud
Rahman, M.Sc ., Citra Andari, SS ., Drs. Sabiruddin Sila, Karaeng Demmanari dan
. Mansjur.
Pada kesempatan ini, tim mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kelancaran penelitian, terutama kepada Kepala Kanwil
Depdikbud Propinsi Sulawesi Tenggara dan jajarannya yang memberikan dukungan
sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik .
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak kekurangan,
namun dengan segala kekurangannya itu, kami berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat khususnya memacu minat untuk mengungkap lebih jauh
potensi arkeologi khususnya yang terdapat di Propinsi Sulawesi Tenggara .

Ujung Pandang, Juni 1997


Penyusun

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Gua Wolatu, Kecamatan Palate, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara 3

BAB I • ~~ : 1F G a ~-~1gtl r

PENDAHULUAN

A. Lokasi Penelitian

Wilayah Kabupaten Kolaka terletak antara 2°-5° lintang selatan dan antara
120°-122° Bujur Timur. Secara geografis kabupaten ini terletak pada bagian barat
Propinsi Sulawesi Tenggara atau merupakan pintu gerbang yang secara langsung
menghubungkan Propinsi Sulawesi Ten .%•ara dengan Propinsi Sulawesi Selatan .
Kabupaten Kolaka memiliki batas-batas sebagai berikut
a. Sebelah utara dengan Kabupaten Luwu.
b . Sebelah selatan dengan Kabupaten Buton .
c. Sebelah timur dengan Kabupaten Kendari .
d. Sebelah barat dengan Teluk Bone .
Luas wilayah Kabupaten Kolaka secara keseluruhan adalah 30 .310 Kin'
dengan perincian lugs daratan 10 .310 Km2 dm luas perairan 20 .000 Km2 yang
didistribusikan ke dalam 10 wilayah administrasi kecamatan meliputi
a. Kecamatan Kolaka dengan ibukota Kolaka .
b. Kecamatan Wundulako dengan ibukota Wundulako .
c. Kecamatan Watubangga dengan ibukota Watubangga.
d. Kecamatan Pomalaa dengan ibukota Pomalaa.
e. Kecamatan Mowewe dengan ibukota Mowewe .
f. Kecamatan Tirawuta dengan ibukota Raterate .
g. Kecamatan Wolo dengan ibukota Wolo .
h. Kecamatan Lasusua dengan ibukota Lasusua .
i. Kecamatan Pakue dengaa ibukota Olo-oloho .
Kecamatan yang terakhir disebutkan di atas adalah kecamatan dimana lokasi
penelitian berada, kecamatan ini mempunyai letak geografis yang memanjang dari
utara ke selatan dengan batas-batasnya
a. Sebelah utara dengan Kabupaten Luwu [Sulawesi Selatan] .
b. Sebelah selatan dengan Kecamatan Lasusua .
c. Sebelah barat dengan Teluk Bone .
d. Sebelah timur dengan Kecamatan Mowcwe .
Kecamatan Pakue terdiri atas 27 desa dan kelurahan . Salah sate desa yang banyak
mengandung peninggalan arkeologis adalalh desa Lapai dan masih banyak lagi
tempat-tempat yang memberikan indikasi adanya temuan arkeologis . Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari penduduk setempat bahwa di seluruh kawasan Kolaka
bagian utara sangat jarang dilakukan kegiatan penelitian arkeologi dan barn pads

Dr Z1 cT XTn 1 1 100
4 Bernadeta AKW. & Citra Andari

tahun 1980-an diadakan survei dan dokumentasi serta beberapa kegiatan penelitian
pendahuluan .
Situs gua Wolatu adalah salah satu gua yangbanyak terdapat di sepanjang
kaki pegunungan yang memanjang dari utara ke selatan yaitu pegunungan
Mekongnga. Gua Wolatu berada di perbatasan antara desa Lapai dan desa Puurau,
tepatnya di dusun Tetenona . Gua tersebut terbentuk dari proses pelapukan alamiah
struktur batuan kapur berupa kegiatan air dan angin serta pelapukan yang
berlangsung cukup lama .
Pada situs ini banyak dijumpai temuan artefak dan non artefak yang
kesemuanya memberikan indikasi adanya prilaku penguburan dan telah berlangsung
sangat lama. Temuan-temuan tersebut berupa fragmen gelang perunggu, giring-giring
perunggu, fragmen keranda dari kayo, (ragmen keramik asing dan manik-manik . Di
samping itu ditemukan juga kerangka manusia berupa fragmen tulang, tengkorak, gigi
dan lain sebagainya
Untuk mencapai situs ini dapat ditempuh dengan kendaraan beroda empat
atau dua berangkat dari ibukota desa menuju ke arah timur-laut. Selanjutnya
ditempuh dengan cara jalan kaki dengan menapaki punggung gunung di antara celah-
celah pohon coklat dan pepohonan liar serta semak-semak . Situs ini berjarak lebih
kurang delapan kilometer dari ibukota desa . Ciri-ciri fisik gua Wolatu adalah
permukaan yang tidak merata, dinding yang berkelok-kelok terdapat stalaktit dan
stalakmit yang sudah berbentuk gundukan dan tindih-menindih serta menjulang ke
atas . Pada mulut gua terdapat onggokan batu yang merupakan reruntuhan dari langit-
langit gua

B. Riwayat Penelitian

Sites gua-gua yang terdapat di kawasan ini, pada awalnya ditemukan oleh
penduduk setempat saat menggarap lahan perkebunan, yang ditanami coklat dan
cengkeh . Penemuan tersebut dilaporkan kepada pihak pemenintah setempat,
terutama berkaitan dengan adanya temuan-temuan sebagaimana yang disebutkan
diatas.
Tindak lanjut dari adanya penemuan tersebut yaitu dilaksanakan survei
berupa pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswa arkeologi Universitas
Hasanuddin yang berlangsung pada tahun 1989 . Selanjutnya tahun 1990 kembali
diadakan penelitian dan diadakan penelitian dengan memilih dua gua sebagai
konsentrasi penelitian .
Atas hasil penelitian itu, pihak Suaka Peninggalan Sejarah Dan Purbakala
melakukan kegiatan inventarisasi dan dokumentasi dalam rangka perlindungan dan
penyelamatan . Kemudian pada tahun 1997 Balai Arkeologi Ujung Pandang

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Gua Wolatu, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara 5

mengadakan penelitian (penggalian) di daerah tersebut dengan berkonsentrasi pada


situs gua Wolatu.

C. Tinjauan Sejarah

Penduduk ash yang mendiami Kabupaten Kolaka disebut orang Tolaki . Suk-u
bangsa mil mendiami pula Kabupaten Kendari atau hampir seluruh jazirah Sulawesi
Tenggara serta pulau-pulau tertentu . Perkataan Tolaki secara etimologi yaitu To
berarti orang clan Laki berarti berani yang secara terminologi berarti orang berani .
Para ahli memperkirakan suku bangsa ini masuk dari arah utara dan timur . Mereka
yang berasal dari utara itu asalnya clan' Tiongkok selatan masuk melalui Philipina,
Kepulauan Mindanao, ke Sulawesi Utara, Halmahera dan Sulawesi bagian timur terns
memasuk muara sungai Lasolo atau sungai Konawe'eha dan akhimya mernilih lokasi
pemukiman pertama di hulu sungai itu, yakni pads suatu lembah yang sangat luas .
Yang dinamakan andolak {Sarasin, 1905 : 374; Krui)'t, 1921 : 428; Tanimana, 1989 :
51} .
Untuk mengetahui latar belakang kedatangan suku bangsa ini hingga
mendiami daerah Sulawesi Ten _ • ara, berikut ini diketengahkan empat buah cenita
rakyat, yaitu : .
1 . Obeo yang menceritakan bahwa yang pertama nenek moyang suku Tolaki berasal
dari daerah kaki gunung Arjuna di pulau Jawa kemudian kawin dengan Anawai
Ngguluri, salah seorang dari tujuh gadis bidadari bersaudara yang berasal dari
langit.
2. Pasa'eno yang menceri.takan bahwa is adalah putra dari Wesande, seorang wanita
tanpa suami yang menjadij hamil karena minum air yang tertampung di daun
ketika is memotong pander, ii hutan rimba di pegun-,ungan hulu sungai Mowewe .
3 . Wekoila den Larumbalangi y ang menceritakan ten tang dua orang bersaudara
kandung wanita clan pria yang tu .run dari langit dengan rnenumpang sehelai
sarung.
4. Ondgabo yang mencenitakan tencang seorang laki-laki roksasa berasal dari sebelah
timur sungai Konawe dan kawin dengan Elu, cucu Wekoila [Kruijt, 1992: 694;
Klift, 1925: 68-69; Traffers, 1914: 203 ; Taximana, 1989 : 51] .
Sarasin lebih lanjut mengemukakan bahwa orang Tolaki menyebar dari
danau Matana [Sulawesi Tengah] ke selatan clan memilih pemukiman pertama di .
Andolaki, di hulu sungai Konawe'eha dari sana kemudian menyebar ke timur, barat
dan selatan . Path bagian lain dikemukakan bahwa darn Andolaki inilah orang Tolaki
berpencar ke utara sampai ke Route, ke barat sampai Konde'eha lewat Ambekaeri
dan Asinua clan ke timur sampai Latoma dan Asera [Laorusu, 1987 : 3] .
Orang Tolaki yang berdiam di wilayah kerajaan Mekongga dan mereka yang
berdiam di wilayah kerajaan Konawe di Kabupaten Kendani menamakan dirinya

BPASST No . 1 1 1998
n

orang Konawe dan yang berdiarn di halo sunk : Konawe'eha bagian utara kerajaan
Konawe dan bagian utara kerajaan Mekongga merramakan dirinya orang Tolaki
Laity ii [Tariarna, 1989 : 55] . Demll6an latar belakang sejarah bagi orang atau
penduduk ash wilayah ini dr,nana sisa.- sisa budaya nereka sebagian dalam gua-gua
terutama yang berkaitan dengan proses penguburan .

D. Metode Peneltian

Dalam mencapai tujuan arkeologi, yaitu rekonstruksi sejarah kebudayaan,


rekonstruksi cara-cara hidup, dan penggambaran proses budaya [Mundardjito, 1984 :
3], maka arah dan sasaran penelitian ditujukan untuk meiihat dan menggarnbarkan
dengan bertumpu pads artefak fungsi, bentuk dan kronologi situs atau objek
penelitian dengan cara menganalisis bentuk, fungsi dan konteksnya balk antar artefak
dengan artefak lainnya maupun antar artefak dengan lingkungan dan lapisan
budayanya .
Prinsip dasar metode penelitian ini yaitu dengan mengacu path metode dasar
penelitian arkeologi seperti yang dikernukakan oleh James Deetz [1967] yaitu
observasi, deskripsi dan eksplanasi [Deetz, 1967 : 6] . Dal= penelitian ini tahapan
tersebut diacu sebagai pedoman umum . Proses pengumpulan data dilakukan dengan
cara survei permukaan dan ekskavasi . Survei permukaan dilaksanakan dengan
menyisir permukaan dalam gua, guna menjaring data dan menentukan tata letak
kotak galian (lay out) .
Hasil kegiatan survei berupa penjaringan temuan permukaan dengan
mensampling jeers-lens temuas .. yang ada untuk sclanjutnya dimasukkan "am
klasifikasi guna pengolahan selat :;utnya . Pernbuatan kotak galian sehanyak dua buah
yang ditempatkan di mulut gua (I •a . I) dan bagian tengan gua (K II) . Setiap kotak
galian masing-ma sing dengan 'czdalaman dua spit (1 spit = 30 cm) sehingga
kedalaman masing-rnasing kotak gali~n a .dalah antara 50-60 cm .
Prose ; periggalian yai.tu untuk K I dibuka dengan u .km:an 1 x 1 meter sedang
K II dengan ukuran 2 x 2 rrmeter . Hal in berhubungan dengan keleluasaan
menempatkan kotak galian . Penggalian derrgan menggunakan teknik garuk (scraping)
dengan maksud untuk rnenemukan dat: yang herukuran kecil tenitarna manik-manik.
Sedang pada tahap akhir ddakukan pengayakan agar data yang tidak tcrjaring di kotak
galian dapat diternukan .
Pengolahan data dilakukan deng:m cara tnenganalisis dan 'dentifrkasi serta
klasifikasi setup jenisr,ya, fungi-fimgsinya dan konteks antar temuan serta
pertanggalan rela .tif. Identif-rkasi dimaksudkan untuk mengenali setiap jenis temuan
guna memudahkan daiam klasitikasi .
Penafsiran data adalah denga.-t mengakurnulasi segenap fenomena yang
rnuncul dari hard analisis dengan mempcrgunrkan sejtunlah hipotesa dan teori yang

BPASST No . 1 / 19
Penelitian Gua Wolatu, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara 7

berkenasn dengan moksud dan tujuan penelitian . Penjelasan dalam hal ini dikaitkan
dengan tujuan penelitian yaitu ingin mengetahui f%ktor-fak-tor yang mendorong
adanya prilaku ritual "am hal ini praktek penguburan dan mencoba melihat adanya
hubungan dengan beberapa situs yang ada di Sulawesi Selatan .

BPASST No . 1 / 1998
R L3ernadetaAKW. & {;itraAndari

B A B II
FIASIL-HASIL PENELITTAN

A. Keadaan Sites dan Perolehan Data

Gua Wolatu arialah salah sate gua yang banyak terdapat di kawasan
pegunungan Kolaka bagian utara, tepatnya di Kecamatan Pakue, desa Lapai . Sites
Wolatu adalah gua yang terbentuk dan proses pelapukan alanu struktur gampmg hasil
kerja air dan angin yang berlangsung cukup lama . Ciri-ciri fink gua ini berupa lubang
horizontal yang memanjang dart selatan ke utara permukaan tidak rata, Binding yang
berkelok, serta terdapat pertumbuhan stalaktit dan stalakrrrit . Pada bagian depan dan
tengah gua yang tindih-menindih serta reruntuhan dart langit-langit gua . Untuk
rnasuk ke dalarn gua dapat melalui dua pintu, yaitu di bagian utara CL-In selAt .,in,
dengan orientasi 180° (selatan) dan 320° (utara) .
Sites Wolatu berjarak lebih kurang 8 krn dan ibukota desa dengan
menempuh jalan yang berkelok-kelok poros jalan trans-Sulawesi . Sedang untuk
mencapai situs hares di tempuh dengan menapaki lereng dan gunung yang dipenuhi
dengan turnbuhan coklat penduduk dan tanaman liar sampai di depan mulut gua .
Topografi gua berupa puncak sebuah gunung gamping yang berlereng terjal dimana
bagian sekelilingnya ditumbuhi pepohonan besax dan alang-alang .
Gua Wolatu henikuran sebagai herikut : lebar mulut (selatan) 9,40 meter (Ian
(utara) 14, 50 meter . Panjang 46,40 meter dan ting ;i langit-langit antara 10-20 meter .
Kondisi di dalarn gua gelap . ; karena kurang mendapat sinar matthari dengan
ketembabar. sedang . Pada pernmkaan gua terda .pat lapisan debu yang sarigat tebal
berwarna abu-abu tea da.n bersifat gembur . DI hampa.ran permukaan ini pula
dijumpai teinuan berupa fragmen kerarnik, fragmen keranda mayat terbuat dan kayu,
gelang--gelang perunggu, klintingan (giring-giring;), manik-manik serta ditemukan pula
tengkorak dan bagian-bagian tulang manusia dalarn jumlah yang cukup hesar . Dalarn
kaitannya dengan penelitian Mil, cnaka kegiatan survei permukaan ditindaklanjuti
dengan ekskavasi . Ekskavasi ini bertu)uan untuk memperoleh data secara
kontekstual . Proses ekska.vasi tersebut dapat diuraikan melipun lay orti, proses
penggalian rian perigainbilan temuan .
Dalani ekskavasi iru, kotak galian diternpatkan di dalam gua, masing-masing
terletak di mulut gua (sclatan) dan bagian tengah . Penempatan ini didasarkan atas
pertunbangan adanya tandla-tanda orisinil lapisan dan perrnukaan tanah, sedang pada
bagiair lainnya tenrtarna di bagian tengah telah teraduk-aduk oleh penggali liar yang
datang untuk mencan henda herharga . Hal ins sangat mengkhawatirkan keselamatan
Penelitian Gua Wolatu, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara 9

situs . Kotak-kotak galian yang ukurannya ditentukan berdasarkan luas lahan yang
akan di gali . Pada permukaan tanah, diletakkan patok-patok sebagai kontrol kotak
galian . Sebelum kegiatan ekskavasi ini terlebih dahulu dilakukan survei permukaan
dalam gua guna menjaring batas serta menentukan kotak galian (lay out) . Langkah
selanjutnya adalah membuat kotak galian sebanyak 2 bush yang ditempatkan di mulut
gua (K I) dan bagian tengah gua (K II) . Setiap kotak galian diberi kedalaman masing-
masing 2 spit (1 spit = 30 cm), sehiny :a kedalaman masing-masing anta .ra 50-60 cm .
Proses penggalian adalah untuk K I di buka dengan ukuran 1 x 1 sedang K II
dengan ukuran 2 x 2 meter . Hal ini berhubungan dengan keleluasaan penempatan
kotak galian (gambar 1) . Penggalian dengan menggunakan metode scraping (garuk)
dengan maksud untuk menemukan data yang berukuran kecil seperti manik-manik.
Sedangkan pada tahap akhir dilakukan pengayakan sehingga dapat menjanng data
seteliti clan sebanyak mungkin .
Pengolahan data dilakukan dengan cara mengadakan identifikasi clan analisis
serta klasifikasi untuk menemukan variabel data guna menunjang interpretasi
sehubungan dengan tujuan penelitian : Analisis yang dimaksud meliputi fungsi,
tipologi, konteks serta pertanggalan relatif. Identifikasi dimaksudkan untuk
pemberian setiap jenis temuan dan selanjutnya diklasifikasikan ke dalam sistem
tabulasi . Penafsiran data adalah dengan mengakumulasi .egenap variabel yang
muncul dari hasil identifikasi dan analisis serta klasifikasi, dengan mempergunakan
sejumlah hipotesa din teori yang berkenaan dengan maksud dan tujuan penelitian .
Kegitan penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi situs-situs yang berada
di Sulawesi Tenggara sebagai wilayah kerja Bali Arkeologi Ujung Pandang. Karena
selama ill' kebanyakan penelitian di curahkan terhadap situs-situs yang berada di
Sulawesi Selatan . Sedangkan dalam konteks penelitian ini sendiri bertujuan untuk
mengungkap suatu fenomena budaya masa lampau yang berkaitan dengan proses
penguburan yang banyak dijump ai persamaannya di berbagai tempat .

B . Identifkasi dan Klasifikasi Temuan

Jenis-jenis temuan yang terdapat di situs gua Wolatu berupa : fragmen


keranda mayat yang terbuat dari kayu, gelang dan cincin perunggu, fragmen keramik
asing dan gerabah, kl ntingan perunggu dan manik-manik dari bahan batu dan kaca .
Melihat konteksnya bahwa gua Wolatu dipergunakan sebagai tempat
penguburan masyarakat Tolaki pads masa lampau, maka asumsi yang dapat di tank
adalah bahwa kesemua Jenis temuan ini berfungsi sebagai bekal dan perlengkapan
penguburan . Ciri demikian umum dijumpai pads sistem penguburan gua seperti yang
terdapat di Sulawesi Selatan, bahkan di beberapa tempat di Indonesia . Adapun jenis-
jenis temuan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini .

BPASST No . 1 / 1998
10 Bernadeta AKW. & Citra Andari

Tabel 1
Klasifikasi temuan artefaktual berdasarkan jenis

No. Jenis Temuan Cara Perolehan


j u m I a h
Survei Ekskavasi

1. Manik-rnanik x X 328
2. Fragmen Keramik x X 75
3. Fragmen Gerabah x - 15
4. Klintingan Perunggu x X 9
5. Gelang Perunggu x X 47
6. Cincin Pezunggu x X 16
7. Fragmen Wadah Kubur x X
8. Mata Uang - X 3

Jumlah 483

Keterangan : X = ada - = tidak ada

Tabel 2
Klasifikasi temuan non artefaktual

Cara Perolehan
No. Jenis Temuan Survei Ekskavasi Jumlah

1. Tengkorak Manusia x X
2. Tulang Manusia x X
3. Gigi Manusia x X
4. Kulit Kerang X -

Keterangan: X = ada - = tidak ada

1 . Manik-manik

Manik-manik temuan sites gus Wolatu di klasifikasi ke dalam kritenia dan


dalam bentuk tabulasi. Hal ini dimaksudkan untuk memperhatikan beberapa karakter
setiap jenis manik-manik, meliputi : bahan, ukuran, bentuk, ornamen dan wama .

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Gua Wolatu, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara I1

Tabel 3
Bentuk dan ukuran manik-manik adalah sebagai berikut
Gambar 3
No. Bentuk Jumlah

Bulat (globular) 124


2. Bundar Panjang 38
3. Tong (barrel) 24
4. Bulat Labu (oblate) 9
5. Kerucut Persegi Enam 113
6 Bulat Telur (oval) 4
7 Prisms Segi Delapan Bersudut 12
Persegi Empat 4

Keterangan : Klasifikasi bentuk tidak didasarkan atas lokasi temuan karena dianggap satu kesatuan
populasi .

Tabel 4
Klasifikasi manik-manik berdasarkan ukuran
No. Kategori Panjang Ukuran I Tebal

1. Besar - 1,1 - 1,4 cm 8 mm- 1 cm


2. Sedang 6 mm - 1,1 cm 6 - 7 mm 4 -6 mm
3. Kecil 1,3 -1,4 cm 2,5 - 3 mm 1,1-1,2 mm

Keterangan: Tabel 4 memperlihatkan kisaran ukuran manik-manik pada umumnya serta


pengukuran didasarkan pada umumnya serta pengukuran didasarkan
kecenderungan bentuknya.

Tabel 5
Kiasifikasi rnanik-mm* k berdasarkan bahan
N . Bahan Persentase

Besar Sedang K cil

1. Batu x XXX
2. Kaca XXX XXX

Keterangan : X = Persentase kecil


XX = Persentase sedang
XXX = Persentase Besar .

Tabel 6

BPASST No . 1 / 1998
12 Bernadeta AKW. & Citra Andari

Klasifikasi manik-manik berdasarkan wama dasar

No. Bahan Wama Dasar


1. Batu Putih burarn
Putih susu
Putih bening
Biru
Hij au
Merah Buram
Merah Bening
2. Kaca Putih Buram
Putih Susu
Putih Bening
Merali Bening
Merah Buram
Kuning
Kaca Abu-abu
1-fitam
Ungu

Tabel 7
Klasifikasi manik-manik berdasarkan ornamentasinya

No. Bahan Bentuk Omamen

Warns Bentuk

1. Batu Bulat - -
Bulat Telur - -
Bulat Labu - -
2. Kaca Bulat putih kuning polos/garis lengkung
Bundar Panjang putih garis-garis horizontal
Bulat Telur kuning emas polos/gelombang
Bulat Telur (Oval) coklat garis-garis horizontal
Tong (Barrel) putih garis-garis horizontal
Prisms segi Delapan putih polos
Kerucut Segi Enam putih polos
Bulat Labu (Oblate) biru polos

Keterangan : Pada umumnya omamentasi terdapat pada bahan kaca

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Gua Wolatu, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara 13

Deskripsi tentang ternuan manik-manik mendapat proporsi yang besar, oleh


karena temuan yang paling banyak jumlahnya yaitu 328 buah . Kebanyakan manik-
manik diperoleh dari hasil ekskavasi . Kegiatan ekskavasi dihentikan pada kedalaman
spit 2 karena telah ditemukan lantai gua yang tersusun dar' batuan (bed rock) . Pada
masa-masa yang lalu peranan manik-manik berfungsi sebagai slat tukar, benda pusaka
dan karenanya orang-orang beradalah yang memiliki manik-manik tersebut . Peranan
manik-manik kemudian berkembang, tidak lag' semata-mata sebagai benda untuk
mempercantik din tetapi telah dipergunakan sebagai bekal kubur (funeral gift),
seperti pada beberapa kasus penemuan maruk-manik dalam kubur prasejarah .
Bahkan' tradisi ini berlanjut hingga masa-masa akhir prasejarah .

2. Keramik Asing

Temuan lain yang berhasil diperoleh adalah berbagai jenis fragmen keramik
asing yang berasal dari Cina, Vietnam dan Eropah . Fragmen keramik ini pada
umumnya ditemukan pada bagian permukaan (basil survei), dan sebagian lagi
diperoleh dari hasil ekskavasi . Adapun jenis-jenisnya dapat dilihat dalam uraian
benkut ini .
Fragmen keramik asing yang ditemukan di situs gua Wolatu pada umumnya
berasal dar' Cina dan sebagian kecil yang berasal dari Vietnam dan Eropa. jenis-jenis
keramik yang berasal dari Cina din berhasil diidentifikasikan terdin dari pining,
mangkuk, guci yang berasal dari dinasti Sung, Ming dan Ching . Yang berasal dan
Vietnam terdiri atas tempayan dan guci yang berasal dari abad XIV . Sedang keramik
Eropa berupa pining yang berasal dari abad XVII-XIX, yang merupakan keramik
paling sedikit ditemukan di situs ini . Keramik-keramik asal Cina yang ditemukan di
situs'ni berasal dari abad X-XIiI (Sung), abad XIV-XVII dan Ching abad XVII-
XIX.
)umlah keseluruhan fragmen keramik yang dijadikan sampel penelitian adalah
75 buah pecahan, dimana jurnlah tersebut telah mewakilt jenis, fungsi, asal dan dinasti
masing-m sing. Fragmen keramik ini ditemukan terhampar di permukaan tanah dan
sebagian lagi ditemukan dari hasil ekskavasi . Kehadiran keramik ini dihubungkan
dengan aktivitas penguburan terutama yang berkaitan dengan bekal kubur (funeral
gift) .

3 . Benda-Benda Perunggu

Temuan ini terdin atas gelang-gelang, cincin, klintingan dan fragmen lain
yang tidak dapat diidentifikasi . Melihat jenisnya, maka tmuan inn, sudah barang tentu
diperoleh dari daerah luar . Dalam kaitannya dengan aktivitas penguburan, kehadiran

BPASST No . 1 / 1998
14 BernadetaAKW. & CitraAndari

benda-benda ini merupakan bukti kuat . Benda perunggu telah dikenal sejak masa
prasejarah merupakan logam hasil campuran antara tembaga (Cu) clan timah (Sn).
Kehadirannya di Indonesia dikaitkan dengan tradisi logam yang berkembang di
Vietnam yaitu kebudayaan Dongson .
Dalam proses adaptasinya di Indonesia, maka untuk selanjutnya oleh orang
orang Indonesia sendiri mulai mengenal teknologi logam. Terutama mencampur,
melebur, menuang dan menempa. Jenis produk logam perunggu Indonesia antara
lain nekara lokal (moko) terutama di Indonesia Bagian Timur, perhiasan (boneka),
kapak corong atau kapak sepatu, gelang-gelang dan lain-lain .
Jumlah temuan perunggu ini adalah sebagai berikut: gelang-gelang 47 buah,
cincin 16 buah, klintingan 9 bush dan jumlah keseluruhannya adalah 72 bush.
Kesemuanya diperoleh dari hasil survei dan ekskavasi . Jumlah tersebut meliputi
sampel yang dipilih berdasarkan jenis-jenis yang ada . Benda-benda perunggu ini pada
umumnya berupa perhiasan din dan kehadirannya di sites ini dikaitkan dengan
aktivitas penguburan . Ukuran-ukuran benda-benda perunggu adalah sebagai berikut

a. Gelang perunggu
- Garis tengah 4 - 6 an .
- Tebal 0,3 cm .
Gelang perunggu berupa lingkaran logam yang dipertemukan pada kedua ujungnya .

b. Cincin perunggu
Jenis ini terdin atas tiga buah, yaitu cincin logam seperti gelang (dalam bentuk
kecil) tanpa sambungan dengan ukuran
- gars tengah 2 cm
- tebal 0,3 cm

Cincin jenis yang ke-2 berupa lingkaran dengan tepi luarnya bergelombang
beraturan. Adapun ukuran jenis iru adalah sebagai benikut
- gins tengah 2,5 an
- tebal 0,4 an.

Jenis yang ke-3 adalah sebentuk cincin yang berbeda dari yang ke-2 sebelumnya .
Cincin ini diberi hiasan penmata pads bagian puncaknya dengan bentuk dasar
bundar. Sayang sekali permatanya sudah hilang . Pada permukaan sisinya diben
hiasan ukuran berupa lingkaran-lingkaran . Adapun ukurannya adalah sebagai
berikut
- gins tengah 2,5 cm
- tebal 0,4 - 0,6 cm .

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Gua Wolatu, Kecamatan Pakue, Aa upaten Kolaka, Sulawesi Tenggara 15

4. Fragmen Gerabah

Temuan ini merupakan hasil survei didalam, gua . Sementara dari ekskavasi
tidak ads . Frekuensinya tidak banyak dibandingkan dengan keramik acing . Hal ini
berkaitan dengan kondisi sosial masyarakatnya yaitu menyangkut teknologi
pembuatan gerabah itu sendiri . Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jenisnya
diperoleh kesan bahwa masyarakat pendukungnya tidak mengenal dan menguasai
teknologi pembuatan gerabah . Keseluruhan gerabah yang didapatkan sebanyak 15
fragmen terdiri atas dasar, badan dan tepian . Berdasarkan kecenderungan atau atribut
pecahannya, maka fragmen gerabah situs gua Wolatu terdiri atas jenis tempayan dan
mangkuk besar . Ukuran rata-rata fragmen bervariasi yaitu
Panjang antara 7 sampai 15 cm .
Lebar ant:.ra 4 sampai 9 cm .
- Tebal antara 1 sampai 2 cm .
Berdasarkan pengamatan, teknologi gerabah ini dibuat dengan cara sederhana, yaitu
dengan mempergunakan tangan dan tatap untuk pembentukannya . Sedang teknik
roda putar tick tampak pada gerabah ini .

5. Mata Uang (Gambar 4)

Temuan mil terbuat dari perunggu berbentuk bundar pada sisi depannya
terdapat tulisan Cina. Sedang pada sisi belakangnya lagi terdapat tulisan yang
diketahui sebagai huruf Manchu . Pada bagian tengah terdapat lubang berbentuk
bujur sangkar berdiameter 0,4 cm . Ukuran bends ini adalah
- gani s tengah 2,5 cm
- tebal 0,2 cm .
Setelah diidentifikasi dapat diketahui berasal dari Cina (dinasti Ming) . Jumlahnya 3
buah, oleh masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah Pete .

6. Wadah Kubur

Temuan iili berupa fragmentans yang berupa wadah dan tutup . Jumlahnya
adalah 2 buah (Gambar 2) yang masih bisa direkonstruksi sedangkan selebihnya
berupa kepingan yang sangat banyak dan berserakan . Balk wadah maupun tutupnya
terdapat hiasan-hiasan geometris berupa motif lingkaran yang dikerjakan dengan cara
ukir dan memenuhi permukaan wadah dan tutup . Bahan terbuat dari kayu yang tahan
dan menurut pengamatan telah dikerjakan dengan menggun aka n alas-alat yang
terbuat dari logam, dengan indikasi permukaan bendanya yang agak halus .

BPASST No . 1 / 1998
I ti Bernadeta AKW. A- C 'j tra ALndari

Ukuran-ukuran fragmen wadah dan tutup yang inendekati utuh sebat~ai


berikut
- Panjang wadah 340 cm
- Lebar 40 cm
- Tebal antara 5-20 cm
- Panjang tutup 280 cm
- Lebar 55 cm
- Tebal 15 cm

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Gua Wolatu, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara 17

1x; IV
USTAK'LA

B A B III

PEMABAHASAN HASIL PENELIT1AiN

Keseluruhan temuan yang diperoleh pada situs gua Wolatu, balk artefaktual
maupun non artefaktual menunjukkan adanya satu kesatuan fungsional, yaltu yang
berkaitan dengan prosesi penguburan yang bercorak tradisi pra-Islam . Berdasarkan
hasil identifikasi dan klasifikasi terhadap temuan-temuan arkeologis, kesemuanya
merupakan benda-benda yang didatangkan dari daerah luar . Seperti keramik acing,
manik-manik dan benda perunggu . Yang menank perhatian di sini adalah bahwa
proses kehadiran benda-benda tersebut belurn diketahui dengan pasti kecuali
kehadirannya di situs Wolatu yang berfungsi sebagai bekal kubur .
Situs gus Wolatu merupakan salah satu tempat upacara (prosesi) penguburan
yang terisolir oleh keadaan geografis dan hal ini merupakan refleksi dari konsepsi
kepercayaan masyarakat setempat pada masa lampau . Bahwa tempat penguburan
haruslah di suatu tempat yang tidak dapat dijangkau (sulit) karena fuse kematian bagi
rnereka adalah yang terpenting dalam siklus kehidupannya .
Tidak mengherankan apabila persiapan yang dilakuan harus sebaik mungkin,
karena menyangkut keselamatan si mati di dunia arwah . Kepercayaan akan adanya
kehidupan sesudah mati merupakan masalah yang sangat pnnsip, sehingga
membutuhkan persiapan-persiapan yang matang terutama pada waktu
penyelenggaraan mayat menuju ke tempat peristirahatan . Prosesi pemakaman adalah
stiatu aktivitas yang berlangsung dengan berbagai tahapan upacara yang berangkaian
dan merupakaii sistem yang beriaku pada suatu kelompok masyarakat pendukungnya .
Sebagaimana yang dijunipai pada situs gua wolatu dimana seluruh temuannya
merupakan pelengkap atau sarana penguburan . Benda-benda yang dipergunakan
dalam prosesi ini dikelompokkan menjadi dua )en's, yaitu wadah clan tutup wadah
(keranda) oleh masyarakat setempat disebut dengan duni . Wadah ini dibuat dengan
cara seperti pada pembuatan perahu atau lesung kayu, dimana pembentukan rongga
dilakukan dengan cara pahat pad-, salah satu sisinya . Pembentukan akhir "am
proses ini yaitu dengan pernberian pola hias, sehingga secara keseluruhan tampak
seperti kecapi atau perahu .
Perlengkapan penguburan yang merupakan satu kesatuan dalarn keyakinan
mereka haruslah dapat dipenulu terutama sekali mengenai bekal kubur (funeral gift)
seperti gelang-gelang perunggu, cincin perunggu, manik-manik dan lain sebagainya .
Kaitan benda ini "am prosesi upacara karena dianggap sebagai modal atau bektl
dalam perjalanan si mati menuju ke alarn arwah dan di alarm arwah itu sendiri .
Apabila melihat bentuk wadah yang menyerupai perahu, mengingatkan kita
pada suatu sarana transportasi air . Personifikasi bentuk perahu menunjukkan adanya

BPASST No. 1 / 1998


I8 Bernadeta AKW. & CiUra Andari

kesenjangan bag, masyarakat pendukungnya untuk menciptakan bentuk keranda


seperti perahu yang melambangkan tenting perahu arwah . Konsepsi ini umurn
diketahui pada masyarakat megalitik. Adanya anggapan bahwa kehidupan dunia
arwah tidak ada bedanya dengan apa yang dialami di dunia . ]adi terjadinya, keselarasan
antara dunia din akhirat tidak lain didorong oleh adanya kehendak manusia untuk
menerjemahkan segenap gejala alarn yang diramu sedemikian rupa menjadi sua.tu
keyakinan dan kepercayaan din diimplementasikan dalam bentuk ritus-ritus upacara
serta berbagai sarana din prasarana .
Tingkah laku penguburan merupakan gejala manusiawi yang telah berumur
hampir setua sejarah umat manusia . Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa
manusia lembah Neander ditemukan dalam posisi hikmat dalam penguburannya
disertai dengan bekal kubur (Howell, 1980 : 130) . DI Indonesia sisa-sisa atau jejak
penguburan telah ditemukan di gua Lawa di Sampung, )awa Tengah yang
diperkirakan berasal dan mass Mesolitik (Soejono, 1984 : 313) bahkan pada masa
prasejarah ini telah ditemukan kubur-kubur yang berisi bekal sebagai penyerta si mati
agar perjalanannya menuju alarn arwah din kehidupan selanjutnya akin terl'amin
sebaik-baiknya (Soejono, 1984 : 204) .
Menurut Kruyt yang di kutip oleh Soejono (1977 : 212-213) bahwa penyertaan
benda-benda pada mayat yang dikubur itu bukanlah pemberian saji-sajian yang
berupa benda atau makanan atau hadiah-hadiah dan' yang masih hidup kepada yang
mati, akan tetapi kebiasaan Mil berdasarkan kepercayaan bahwa si mati harus dibekali
dengan benda-benda terpenting miliknya sendin terutama yang berguna sekali dalam
hidup sehari-han . Hal-hal demikian ini mulai tampak jelas di Indonesia pada masa
bercocok tanam, seperti yang terlihat pada situs-situs di Mclolo (Sumba) dan Bali
yang secara sistematis balk secara langsung (primary burial) maupun tidak langsung
(secondary bunal) . (Soejono, 1977 : 217) .
Dalam perkembangan selanjutnya temyata diketahui bahwa sistem-sistem
penguburan yang mengambil konsepsi demikian dikenal meluas hampir di seluruh
kepulauan Indonesia . Sebagai contoh di Sulawesi ditemukan di setiap propinsi,
dimana kubur-kubur itu dijumpai dalam berbagai bentuk din variasi yang
kesemuanya memperlihatkan corak prasejarah walaupun di setiap daerah ada
perbedaan dalam segi umumya.
Sistem penguburan yang berlangsung di "am gua-gua sebenamya tidak
hanya ditemukan di kawasan Kolaka utara saja, tetapi di Sulawesi Selatan pun banyak
dijumpai seperti di Selayar, Polewali Mamasa din Tang, Toraja yang corak din idenya
kurang lebih sama. Hal Mil menunjukkan bahwa terdapat universalitas sistem
penguburan yang dapat dihubungkan dengan adanya akar budaya din latar belakang
konsepsi yang sama pula . Adanya perkembangan vaniasi lebih banyak ditentukan oleh
adaptasi manusia dengan lingkungan dimana mereka bermukim dan menetap .
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, bahwa sistem penguburan yang
mempergunakan wadah keranda yang terbuat dari kayu yang disertai berbagai jenis

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Gua Wolatu, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara 19

bekal kubur, mengisyaratkan bahwa praktek iiii belum begitu lama ditinggalkan . Akan
tetapi melihat indikasinya berdasarkan analisis arteliaktual din konteksnya, maka
sebenarnya sistem penguburan di situs gua Wolatu mengingatkan pads praktek-
praktek penguburan yang telah berlangsung pads mass yang lebih tua yaitu pads
masa bercocok tanam (neolitik) .
Masyarakat Tolaki sebagai pendukung budaya penguburan mayat di "am
gua pack masa lampau merupakan bukti yang sangat jelas tenting ad nya proses
kesinambungan budaya yang terintegrasi ke dalam pola tindakan dan kepercayaan
yang bermuara pads adanya kehendak untuk menyelaraskan kehidupan dunia dengan
kehidupan slam arwah (akhirat) . Jika diamati secara seksama terhadap ciri-ciri temuan
situs ini, maka tampak jelas adanya suatu prilaku manusia yang memandang
kehidupan arwah sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka di dunia. Adanya
keterkaitan sebagaimana yang diyakini menimbulkan suatu konsepsi yang timbal balik
antara dunia nyata dengan dunia arwah . Hal ini sangat nyata pads konsepsi
kehidupan religi yang berlangsung dalam masyarakat megalitik dan tetap
berkesinambungan pads kelompok masyarakat di Indonesia sampai sekarang .
Unsur artefaktual yang dapat diamati dalam fungsinya masing-masing terdiri
dari unsur utama dan unsur pelengkap. Unsur utama adalah wadah (keranda) sebagai
tempat menyimpan mayat yang telah menjadi kerangka, sedang unsur pelengkap
terdiri atas manik-manik, keramik asing, gelang dari kulit kerang, gelang dari
perunggu, cincin perunggu, klintingan perunggu, keramik lokal dan lain-lain hang
merupakan satu kesatuan fungsional yaitu sebagai bekal kubur .
Apabila mengamati setiap jenis temuan ini, maka yang perlu mendapat
perhatian arlalah bahwa hampir kesemuanya merupakan benda yang diperoleh atau
didatangkan dari daerah luar . Hal ini sangat menarik perhatian, - karena memberi
petunjuk terjadi hubungan yang intensif dengan daerah-daerah luar atau dapat jugs
berarti bahwa kehadiran benda-benda ini berkaitan dengan gerakan-gerakan
perpindahan masyarakat Tolaki pads masa lampau dan menempati daerah jazirah
Sulawesi Tenggara .

BPASST No . 1 / 1998
20 I3ernadetaAKW. &CitraAndari

B A B IV
P E N U T U P

Sebagai kelompok masyarakat yang masih memegang teguh tradisi dan


kepercayaan nenek moyang masa itu, maka masyarakat Tolaki dapat ditelusuri
keberadaannya dan menempati daerah tersebut sampai sekarang melalui berbagai
peninggalannya (artefak) ._ Dan pengamatan secara keseluruhan terhadap situs gua
Wolatu membuktikan demikian luasnya persebaran peninggalan benda-benda seperti
manik-manik, bends-benda perunggu dan keramik pads masyarakat Tolaki
dimanfaatkan sebagai sarana perlengkapan penguburan .
Dari pengamatan secara keseluruhan terhadap benda-benda peninggalan situs
gua Wolatu disimpulkan sebagai situs penguburan dengan memakai sistem
penguburan kedua (secondary burial) yang merupakan kelanjutan dan sisteni
penguburan pads masa bercocok tanam dan tradisi megalitik .
Diharapkan dani hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal guna
mengkaji lebih luas dan mendalam lagi terhadap masyarakat Tolaki, terutama yang
berkaitan dengan proses migrasi mereka din aspek lain yang berkaitan dengan studi
arkeologi regional.

BP.4SST No . 1 / 1998
Penelitian Gua Wolatu, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara 21

DAFTAR PUSTAKA

Achdiati, S .Y . 1988. S jarab Peradaban Manxsta Zaman Pras iarah, Jakarta : Gita Karya .

Ambary, Hasan Muarif. 1986 . ` Unsur Tradisi Pra-Islam pads sistem Pemakaman
Islam di Indonesia". PIA IV, Jakarta : Puslit Arkenas .

Asmar, Teguh. 1983 . "Megalitik Unsur Pendukung Sikap Hidup" . PL-4 III. Jakarta :
Puslit Arkenas .

Cici, Agung Las . 1991 . `Berburu dam Mengoleksi Manik-Manik" . Majaiah ANDA,
Jakarta: Edisi Januari .

Clarke, Grahame . 1960 . Archaeology and Society, London : University Paper Backs .

Deetz, James . 1967 . Invitation to Archaeology, New York : The Natural History
Press

Fagan, Brian . 1985. Ix The Beginning an Intrva rction to Archaeology, New York .

Fox, B . Robert & Satoago, A. Rey. Ancient Beads From Philippine Archaeological Sites

Francis, Peter, Jr. 1985 . Bead Emporium: a Guide to the Beads From Arikamedu in The
Pondicherry Museum.

Howell, Clark F . 1980. Manusia Pxrba, Jakarta : Pustaka Alam . Life, Tira Pustaka

Ibrahim, Laorusu . 1991 . "Struktur Pemerintahan Kerajaan Konawe Sebelum dan


Setelah Mokole Lakidende"; Ujung Pandang: HIMSA-FS .

Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Arkeolodi Sosial Jakarta: Dian Rakyat.

1980. PenganiarlbrarAntropologi, Jakarta Aksara Baru,

Panggabean, Indraningsih . 1978 . "Kerangka Penelitian Manik-Manik di Indonesia" .


Lokakar, ya Arkeologi. Yogyakarta .

1981 `Manik-manik di Situs Pasir Angin Jawa Barat" .


Amerta, No. 4, Berkala Arkeologi . Jakarta: Puslit Arkenas .

BPASST No . 1 / 1998
22 Bernadela AAW & Ci tra Andan

Pemerintah Kabupaten. 1986. Monogmfi Kabupatex Kolaka. Kolaka : Kantor Statistik


din Dati II Kolaka.

Soejono, R.P. 1977 . Sistan-Sistem PengukxmxpadaAkbirMasa Prasgamh di Bali


Jakarta: Disertasi, Universitas Indonesia .

.1984. "Jarnan Prasejaxah di Indonesia' : Sff/arab NaaoxalIxibnesia I.


Jakarta: Ba1ai Pustaka.

Tarimana, Abdurrauf. 1989 . Kebxdhaax Tolaki Seri Etnografi Indonesia No . 3.


Jakarta: Balm Pustaka
PETAKABUPATEN KOLAKA
SKALA :1 :1 .000 .000

0110 ho
p uraO'u b
-JAM BUHA
_ I + IETENON9. • - • i ~
w
Acpa
• Kam iss i
z

0
m

J
w
r

K El E R A N G A N
0
rbu Kota Kabupaten o
e
~ : IbU Kota Kecamatan 00

• 0 e s a
J clan AspaJ A981
G .Mendoke- "
J aI a n Pengerasan

~ Sun .g ai

/~ G u nu n g
Batas Propi nsi
N
"-' Batas Kabupaten O
1
V
Batas Kecamatan 0
Lokasi Penel ;t ;an GUA WOLATU p0
Y_
1500M dari Jalon di Dusun 7ETENONA
Desa TAMBUHA Kec PAKUE
~- 8 M -4
pohon

KOTAK I

b
KOTA K 11

KETERANGAN
Din ding Gua WOL ATU

: •B atu Gunung

Q Kotoic Tcspit
DENAH GUA
KETINGGIAN 150 M
1500
Dusun i TETENONA

Desa : TAMBUHA
Ae c : P A K U E

K a b KOLAKA

dlaambac Mansiur M
TGL,30-6- 1997
- 2 -

PENUTUP KERANDA

~V
Qp~ ~y~ ~O IM/7 QbO two Qoa `'V~
°O' Q°0 q 4°(I O°O Q40 ~1°p °p p°O `l°p
0 090 0°0 o9~o°a o"~~ °a q°o o°o
\,I°per°0~°p °04°O O° Dap 1A0 ~~O 1°(J

WADAH KERANDA

low` -

ONf
4
I,~iii„i~l, 111114 -
//77717=

WE IERA N G AN
Ttmuon di Gua WOLAT U
Dusun :TETENONA

0 60 Dtsa : 7AMBUHA
Kac : PAKUE
Kab =KOLAKA
Propinsi SULAWESI TENGGARA
COKLAT STREPPUTIH

PUTT H

a
GELANG EMAS
.m 1m
EWA
m

RMAY

'4
KETERANGAN
0 3 MANI K MANIK di
Temuon
Dusun! 7ETENONA
Desa TAM 8 U H A
Kcc PAKUE
K a b KOLAKA
-4 -

CINCIN DART PERUNGGU

0 3

KETERANGAN
Tcmuan di GUA WOLATU
Dusun :lETENONA
Desa : TAMBUHA
KCC PAKUE
kab KO LAKA

digarnbar Mansjuc M
Foto I : Ragam temuan manik-manik kaca (Ian Uatuan dari (qua Wolatu

Foto 2 : Teniuan fragmen kalung/gelang enTas dari ( . 1V'olatu


Fc«3 :T mua bebrp mataua emg maaiGu Woku

Foto4 :' mua b b ram Uaeme %a a d nperimanpr ng d an


GuaWmku
1.
Penelitian Arkeologi Islam di Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan 31

PENELITIAN ARKEOLOGI ISLAM


DI KABUPATEN MAJENE,
SULAWESI SELATAN

SUWEDI MONTANA
DARMAWAN MAS'UD RAHMAN
SUGENG RTYANTO
MUHAEMINAH

BPASST No . 1 / 1998
32 Suwedi Montana, Darmawan Maa'ud Rahman, Sugeng Riw nto, Muhaeminah

KATA PENGANTAR

Penelitian Arkeologi Islam di Wilayah Kabupaten Majene baru tahun 1994 mil
dapat dilaksanakan oleh tim dari Puslit Arkenas . Dari kegiatan penelitian, diketahui
bahwa Kabupaten Majene dan sekitamya memiliki potensi arkeologis yang cukup
besar, balk kualitas maupun kuantitas . Walaupun dengan ditunjang oleh tenaga dan
dana yang terbatas, namun kegiatan penelitian mi dirasakan cukup memadai,
mengingat sifatnya yaitu penelitian eksploratif .
Tim yang terdiri atas Drs. Suwedi Montana selaku ketua, Prof. Dr.
Darmawan Mas'ud Rahman, MSc ., Drs. Sugeng R iyanto, Dra. Muhaeminah, Drs .
Sabiruddin Sila dan Sdr. Mansyur mengucapkan tz ima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam kegiatan ini . Teritna kasih khususnya disampaikan
kepada Kepala Kanwil Depdikbud Ptopinsi Sulawu~i Selatan beserta staf. Pemenntah
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dan Pemda TL II Majene . Dengan dukungan dan
bantuan tersebut, maka kegiatan peneltian dapat berjalan dengan lancar .
Walaupun kami sadari bahwa masih ada kekurangan, tetapi harapan kami
adalah semoga tulisan ini dapat mewakili gambaran mengenai keadaan masyarakat
Majene pada waktu itu. Kami jugs arrharap agar tulisan ini dapat dijadikan dasar dan
minat untuk mengungkap lebih ttvitas tentang potensi arkeologis di Majene dan
sekitarnya pads penelitian selanjutnya .

Ujung Pandang, September 1994


Penyusun

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Arkeologi Islam & Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara khusus, Puslit Arkenas belum pernah melakukan penelitian di daerah


ini . Pads tahun 1977, Bidang Arkeologi Islam Puslit Arkenas mengadakan penelitian
terhadap kepurbakalaan di wilayah bekas kerajaan Gowa clan Tallo . Dar' kegiatan
tersebut berhasil direkam data arkeologi berupa benteng-benteng, makam-makam
kuna, fragmen keramik dan gerabah dan juga data yang berkaitan dengan pemukiman
kuna. Di samping itu, secara khusus Puslit Arkenas telah beberapa ka i melakukan
penelitian di pulau Selayar yang difokuskan pads studi pemukiman kuna beserta
aspek-aspeknya . Kemudian pads tahun 1993, secara tematis, di Sulawesi Selatan
diadakan penelitian terhadap makam-makam kuna dan berhasil mengidentifikasi
secara morfologis beserta variasi unsur-unsur serta distribusinya .
Apa yang disebutkan diatas tidak lepas darn kerangka sejarah Sulawesi Selatan
pads umumnya yang meliputi wilayah yang cukup luas . Di mulai dan masa Pra-Islam,
masa Islam, sampai masa kolonial, kerajaan-kerajaan baik kecil maupun besar telah
bermunculan di Sulawesi Selatan . Sebut misalnya Naaarakrtagama karya Mpu
Prapanca (1365 M) telah menggambarkan keberadaan Makassar dan Selayar sebagai
kerajaan yang telah map an .
Kerajaan-kerajaan tersebut, menempati wilayah-wilayah administratif
sekarang, termasuk kabupaten Majene dan sekitamya . Dengan demikian tentunya ada
jejak-jejak yang ditinggalkan untuk mengungkap keberadaan kerajaan-kerajaan
tersebut. Untuk itu diperlukan suatu penelitian di daerah M
i l din mengingat penelitian
baru pertama kali, maka sifatnya hanya eksploratif atau penjajagan .

B. Tujuan Penelitian

Dan apa yang telah disebutkan di atas dapat diketahui bahwa daerah Majene
diduga mengandung data arkeologi . Dengan demikian berarti bahwa daerah im
memiliki anti penting, khususnya sebagai mata rantai penelitian arkeologi Islam di
Sulawesi Selatan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini dapat
dijabarkan sebagai berikut
1 . Merekam data secara kualitas dan kuantitas .
2. Mengidentifikasi situs-situs yang ada di Kabupaten Majene din sekitarnya yang
meliputi kronologi dan corak budaya .

BPASST No . 1 / 1998
34 Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, Muhaeminah

3. Mengetahui hubungan antara data arkeologi yang terekam dengan sites lain di
Sulawesi Selatan.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian tersebut


adalah survei permukaan (Surface Survey) yang sifatnya penjajagan . Hal ini penting
terutama sebagai dasar untuk menentukan langkah selanjutnya . Dalarn penjaringan
dan perekaman data dilakukan dengan teknik yang meliputi observasi kepustakaan
dan lapangan . Observasi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan deskripsi lokasi
penelitian melalui studi pustaka . Sedangkan observasi lapangan meliputi deskripsi
verbal (pengukuran penghitungan dan pencatatan), serta didukung oleh teknik
wawancara dengan tokoh setempat yang dianggap penting . Dengan metode tersebut
diharapkan dapat dicapai tujuan penelitian seperti disebutkan di atas .

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Arkeologi Islam di Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan 35

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Alam dan Lingkungan

Kabupaten Daerah TV- II Majene merupakan salah satu dari 23 Dati II


dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan . Letaknya di pesisir pantai barat Sulawesi
Selatan, memanjang dari selatan ke utara ± 302 Km dari Ujung Pandang . Secara
keseluruhan luas Kabupaten Majene adalah 947, 84 Km 2. Kabupaten Majene
mencakup 4 kecamatan dan 12 desa yang berada dalam wilayah administrasi
Kabupaten Majene . Benikut ini adalah nama-nama kecamatan dan desa tersebut :

No . Kecama o. Desa
1, Banggae . 1. Tande.
2. Baruga
3. Totoli
Labuang
Banggae
Pamboang . Lampanua
2. Adolang
3. Simbong
Bonde
Makunda. Binanga
2. Kabiraan
3. Bamban&an
Sadana 1. Puttaqda
2. Mosso
3. Sendana
4. Tommerodo
5. Onang
Tubo

Secara geografts, letak Kabupaten Majene adalah diantara 2° 38' 4" LS sampai
3° 38' 15" LS din di antara 118° 4' 00" BT sampai 119° 4" 45" BT . Di sebelah utara
berbatasn dengan Kabupaten Mamuju, sebelah timur dengan Kabupaten Polmas,
sebelah selatan dengan teluk Mandar dan sebelah barat dengan selat Ma ka ssar .

BPASST No . 1 / 1998
36 Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, Muhaeminah

Meskipun letaknya di pesisir pantai, namun secara umum keadaan tanahnya


berbukit-bukit . Berdasarkan klasifikasi ketinggian di atas permukaan laut, yang terluas
adalah daerah dengan ketinggian antara 100-500 meter yaitu 36 . 265 Ha (38,25 %) .
Kemudian menyusul ketinggian 500-1000 meter (35,63 %), 0-25 meter (8,9 %),
diatas 1000 meter (8,79 %) dan 25-100 meter (8,44 %) . Keadaan vegetasinya cukup
beragam walaupun tidak begitu lebat yang mungkin sesuai dengan kondisi tanahnya
yang didominasi oleh karang dan padas . Jenis vegetasi yang banyak dijumpai
terutama )eras tanaman keras, menyusul semak dan tanaman pangan .
Suhu rata-rata sepanjang tahun adalah antara 26-80° - 28,80° C . Suhu
maksfmum selama setahun berkisar antara 29,60° - 33,80° C. Pada tahun 1991, curah
hujan berkisar antara 6 mm (September-Oktober) dan 239 mm (Desember) .
Hasil bumf dari Kabupaten Majene berupa tanaman pangan, sayuran, buah-
bualian clan komoditi perdagangan . Tanaman pangan meliputi padi, jagung, ubi kayu
dan kacang-kacangan . Jenis sayuran berupa kol, tomat, cabe, terung, ketimun dan
kacang panjang. Untuk buah-buahan meliputi mangga, jeruk, pisang, jeruk nipis,
anggur, rambutan din durian . Sedangkan komoditas yang diperdagangkan berupa
kelapa, kopi, cengkeh, pala, lada, jambu mete, kapas, kemiri dan vanili .
Sesuai dengan letaknya yang berada dekat pantai serta kondisi lahan yang ada,
mata pencaharian penduduk Kabupaten Majene terutama sebagai nelayan, balk
modem dan tradisional . Selebihnya bekerja sebagai pedagang, pegawai, petani dan
tukang .

C. Struktur Sosial Masyarakat

Seperti halnya daerah lain, Majene juga mengenal struktur masyarakat


berdasarkan adat . Pola strukturnya mirip pola Makassar yaitu terbagi menjadi 3 strata
yaitu Anak Karaen& To Mardika din golongan Ata (budak) . Berikut ini adalah
gambaran singkat tentang struktur tersebut (Rahman, dkk, 1994 : 14-16). Penduduk
Majene yang juga dikenal dengan sebutan "orang Mandar", pada umumnya terdiri
atas : Todiang L .aigana (keturunan bansawan), Tam Maradika dan Batma (budak) .
Golongan bangsawan pada umumnya terdiri atas kaum kerabat raja yang dibedakan
menjadi bangsawan raja dan bangsawan adat. Bangsawan raja disebut Daeng din
bangsawan adat disebut Pmang. Path saat ini kedua sebutan tersebut sudah jarang
dipakai terutarna oleh generasi muda dan masyarakat urban .
Golongan Tam Maradika merupakan golongan dengan populasi terbesar
dalam masyarakat Mandar dan terbagi atas kelompok Topia dan Tosama. Kelompok
Topia ialah golongan Tam Maradika yang memiliki hubungan keluarga dengan
golongan Todiang La wna, meskipun saat ini sudah mulai terputus . Kelompok Tosama
merupakan golongan Tam Maradika yang tidak ada hubungan keluarga dengan
golongan bangsawan . Kelompok ini umumnya berasal dari orang kebanyakan yang
karena syarat tertentu bisa rnendapatkan status tersebut .

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Arkeologi Islam di KabupatenMajene, Sulawesi Selatan 37

Golongan yang ke-3 yaitu Batua, statusnya tidak persis sama dengan apa yang
selama ini kits gambarkan sebagai budak. Pada umumnya, orang mendapat status ini
karena melanggar hukum adat, baik yang tertulis maupun tidak tertulis atau karena
kalah perang. Walaupun demikian, didalam masyarakat Mandar juga dikenal `jual-
beli" Batua. Pada saat ini sama sekali sudah tidak dikenal lagi golongan Batua.

BPASST No . 1 / 1998
38 Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, Muhaeminah

BAB III
LATAR BELAKANG SEJARAH

Dalam kitab Negarakrtagama karya Mpu Prapanca (1360 M) disebut


beberapa kerajaan di Sulawesi Selatan yang menjadi sahabat sederajat Kerajaan
Majapahit . Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Bantayan, Luwuk, Makassar, Butun,
Banggawi din Salayar (Pigeaud, 1962 : 34) . Nama-nama kerajaan tersebut sampai
sekarang masih dijumpai di Sulawesi Selatan .
Dalam hubungannya dengan penelitian arkeologi Islam di Majene itu adalah
jelas bahwa pads abad XIV, bahkan sebelumnya di Majene yang menurut Engdopethe
Van Nederland Oost Indie 1919, secara administratif sudah menjadi Onder Afdeelingen
sudah ada kerajaan Banggae . Nama Banggae itu dewasa ini menjadi nama kecamatan
din desa di Majene. Hal ini berarti bahwa kebudayaan masa klasik (Hindu-Budha)
juga berpengaruh sampai di kerajaan Banggae . Apalagi jika dibandingkan dengan
naskah lontara yang menyebutkan bahwa Sawerigading adalah keturunan Batara
Guru (Engelhardt, 1884: 228) yang dalam pantheon hindu merupakan sebutan lain
bagi Dewa Ciwa .
Tenting Islamisasi, ada beberapa sumber yang mencantumkan kapan
kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan memeluk agama Islam . Islamisasi • yang
dimaksud di sini adalah Islamisasi resmi yaitu dijadikannya agama Islam menjadi
agama negara atau kerajaan, dimulai dari rajanya. Hal ini untuk membedakan dengan
Islamisasi individu seperti yang diceritakan orang Portugis bahwa di pelabuhan Siang
terdapat pedagang-pedagang Melayu Muslim dari Patani, Pahang din Ujung Tanah .
Mereka telah tinggal clan menetap selama 60 tahun sejak 1480 M (Jacobs, 1966 : 295).
Ini member petunjuk bahwa paling tidak tahun 1480 M secara perorangan penduduk
Makassar telah memeluk agama Islam.
Beberapa sumber tertulis yang dapat dijadikan pegangan tenting Islamisasi di"
Sulawesi Selatan adalah
1 .Lontara Bilang, semacam buku harian raja-raja Gowa din Tallo yang mencatat
peristiwa da .ri tahun 955 H (1545 M) sampai dengan hari Rabu tanggal 13
Dzulhijah 1168 (1 November 1755) . (BKI 41,1880) ;
2. Sumber yang diteliti oleh H .E.D. Engelhardt dalam BKI No . 8 tahun 1884 ;
3. Sumber yang ditulis oleh AJAR Erdmans dlam VBG tahun 1897 ;
4 . Sumber yang ditulis oleh Henri Chambert Loir, Archipel 29, 1985 ;
5 . Sumber yang ditulis oleh Christian Pelras, Archipel 29, 1985 .
Melalui sumber-sumber tersebut diketahui hal-hal yang saling menunjang. Berikut ini
adalah tabel tenting peristiwa-peristiwa Islamisasi di Sulawesi Selatan .

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Arkeologi Islam di Kabupaten Majene, Sulawesi Selatarr 39

Tabel 1
Peristiwa Islamisasi ch Sulawesi Selatan

No . Sumber Peristiwa Islamisasi Keteranga


n
1. Lontara Bilang Hari Jumat 9 Rabiul Awal 1012 (22 September 1606) Raja Tallo BKI, 41,
(kemudian bergelac Alauddin) masuk Islam . 1880 : 86
10 Safar 1019 (10 Mci 1610) Soppeng di Islamkan "am perang
Pangkajene . Hari Selasa 10 Ramadhan 1020 (23 November 1611)
Raja Bone dan Wajo masuk Islam .
2. H.E.D. Menurut Kronik Raja Gowa dan Tallo memeluk agama Islam pada BKI, 8,
Engelhardt tahun 1014 (1605), sclanjutnya Gantaran masuk Islam . 1884 : 347 .
Ada 2 naskah (tulisan tangan) yang menerangkan bahwa Sclayar
dilslamkan oleh Inche Ujong, saudara Sultan Mmagkabau .
3. A.J .A. F . Wilayah kerajaan Gowa diantaranya Bontoala dan Gantarang . VBG, 50,
Eardmans Orang Melayu datang ke Ujung Pandang 1512 dan mendirikan 1897 :
masjid. Mereka datang setelah Datok ri Bandang menyebarkan 31, 32 .
agama Islam .
4. H. Chambert-Loic Islamisasi techadap Gowa, Wajo, Kutai, Gantarang, clan Bima Archipd, 29,
dilakukan oleh Datok ri Bandang . 19F3 :138
5. Ch . Pelras Islamisasi di Sulawesi Selatan dihubungkan dengan jaringan kcrja Archipe .29,
para mubaligh dari Campa-Patani-Aceh-Minagkabau-Demak-Girl- 985 :113 .
Tcrnatc
Tanggal 15 Ramadhan 1013 (4 Pebruaci 1606) Raja Luwu Lapatiwarc
Daeng Parabbung. Gelar Sultan Muhammad masuk Islam .
Haci Jumat 9 Jumadil Awal 1014 (22 September 1605) . Karaeng
Matoaya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam .
Hari Jumat Rajab 10006 (9 Nopember 1607) dibangun rr .asjid Tallo
clan Kcrajaan Makassar diproklamasikan sebagai kerajaan Islam .
Daerah lain yang tidak bersedia memeluk agama Islam discrang dan
dianggap sebagai "Musu' Selleng".
Tahun 1608 Sawitto, Bacukiki, Suppa dan Mandar dipantai barat,
Akkotengeng dan Sakkoli di pantai
Tahun 1610 Wajo masuk Islam .
Tahun 1609 Sidenreng clan Soppeng masuk Islam.
Tahun 1611 sduruh Sulawesi Selatan masuk Islam kecuali
Toraja.timur masuk Islam

BPASST No . 1 / 1998
40 Suwedi Montana, Dc rmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, Muhaeminah

Tabel 2
SEBARAN KOMPLEKS MAKAM YANG DI TELITI

Kabupaten Kecarnatan No Nama Kompleks Keletakan


Majene 1 . Pamboang 1. Makam Raja-Raja Pamboang Puncak bukit
2. Banggae 1. Imanan . Lereng bukit.
2. Tambulese. Idem
3. Lombeng Susu Idem
4. Puang Rambang. Idem
5. Syekh Abdul Mannan/To Salama Idem
6. Nenek Ular Puncak gunung
7. Nenek Reso Puncak bukit
8. Pappese Bassi Puncak gunung .
9. Maragdia Parappe. Kaki bukit
10. Ondongan. Tebing pantaL
Polmas Tmambung 1. Puang Tobarani Puncak bukit
2. Galetto (Maragdia Manyang) Tepi pants

Dan tabel dapat dilihat bahwa'peristiwa tertua tenting Islamisasi di Sulawesi


Selatan terjadi path awal abad ke-17 tepatnya 22 September 1605 . Meskipun
mubaligh yang berasal dari Minangkabau, yang menyiarkan agama Islam di Sulawesi
Selatan tersebut berjumlah 3 orang, namun yang paling populer adalah Dati n
Banding atau Abdul Makmur alias Khatib Tunggal .
Selain Islamisasi yang dilakukan oleh orang-orang Mining tersebut, Sulawesi
Selatan juga mendapat si'ar Islam dan Campa, Patani, Melayu, Aceh, Demak, Gin
din Temate . Islamisasi yang dilakukan oleh mubaligh din Campa, Patani din Melayu
telah diiaporkan oleh H. Jacobs. Iislamisasi yang dilakukan oleh mubaligh din Aceh
khususnya terjadi di Bira yang terletak di ujung tenggara semenanjung Sulawesi
Selatan . Syekh Ahmad than Aceh mula-mula tiba di Sinjai dan ka ,,Win dengan puts
Karaeng Lamatti, sebelurn menglslamkan Bira (Pelras, 1985 : 111). Janngan Islamisasi
din Demak Gin dan Ternate dapat dikatakan merupakan yang paling kuat ikatannya,
yang paling tidak dimulai pads tahun 1548 M . Hal ini karena ketiga kerajaan Islam
tersebut memiliki misi yang sama yaitu Mengislamkan Makassar .

BPASST No. 1 / 1998


PenelitianArkeologi Islam di Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan 41

BAB IV
HASIL PENELI'IIAN

A. Makam-Makam Kuna

Frekwensi kehadiran makam-makam kuna di Sulawesi Selatan dapat


dikatakan sangat tinggi, balk kuantitas maupun distribusinya . Makam-makam tersebut
urnumnya mengelompok dalam suatu kompleks makam . Demikian pula dengan
Kabupaten Majene, temyata juga memiliki tinggalan berupa makam-makam kuna
yang balk jirat maupun nisannya, baik teknik pembuatannya maupun hiasannya
terdapat beberapa kesamaan dengan makam-makam kuna di situs lain di Sulawesi
Selatan .
Dalam penelitian kali ini, situs-situs makam yang diteliti terletak di
Kecamatan Pamboang, Kecamatan Banggae (Majene), dan Kecamatan Tinambung
(Kabupaten Polmas) . Seperti telah diketahui bahwa bangunan makam kuna terdiri
dari tiga komponen utama, yaitu Prat dan gunongan, nisan, dan cungkup . Namun
deinikian dari penelitian diketahui bahwa kehadiran cungkup hampir tidak pernah
dijumpai, kecuali cungkup baru yang dipasang untuk melindungi makam. Yang
menarik justru unsur gunongan yang dapat dikatakan selalu hadir pada setiap
bangunan makam di Sulawesi Selatan . Dan tidak seperti gunongan di situs Aer Mata,
Madura, maka disini gunongan, selain banyak yang berhias juga dipasang pads kedua
ujung Prat. Berdasarkan hal tersebut, maka gunongan dianggap sebagai bagian dart
jirat, walaupun pada gunongan tertentu dalam deskripsi dibahas tersendini .
Jirat dan nisan yang dijumpai sangat bervariasi balk bentuk, teknik
pembuatan, ukuran maupun ragam hiasnya. Dengan demikian ada perbedaan yang
mendasan untuk pembagian jenis Prat clan nisan . Untuk jirat tipologi didasarkan pada
teknik pembuatan sedangkan nisan dasar tipologinya adalah bentuk dasarnya .
Sehubungan dengan hal tersebut, bentuk jirat dibagi merijadi 3 tipe, yaitu : monolil
passing-sambung dan semi monobt. Jirat dengan tipe monolit adalah jirat yang dibentuk
dan bahan utuh, dipahat sedemikian rupa sehingga membentuk jirat makam dan
gurunongan . Beberapa prat menyatu dengan gunongan dan nisan, terutama yang
berukuran kecil . Dengan bentuk empat persegi panjang . Jjirat m i i umumnya tampak
ramping karena perbandingan antara lebar din tinggi lebih besar tiuggi . Bahkan
beberapa makam ukuran tingginya mendekati ukuran panjangnya . Oleh karena itu
prat ini sering dipahat seperti bertingkat yang berfungsi untuk mengurangi kesan
monoton.
Jirat dengan ripe pasang sambung merupakan jirat yang dibangun dari papan-
papan batu . Bagian untuk panjang, lebar din gunongannya dibentuk dengan tenik

BPASST No . 1l1998
42 Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, AMuhueminah

saling kait sedemikian nipa, sehingga dan papan-papan batu terbentuk jirat :nkam .
Jirat ripe ini umumnya dibentuk bertingkat tiga atau lima .
Jirat semi monolit pada dasarnya sama dengan ripe monolit . Perbedaannya
ad.alah bahwa pada tipe ini ada bagian jirat yang terpisah, umumnya gunonganiiya .
Apabila gunongannya dilepas, maka ji .rat akan nampak sederhana, rninp peti batu
masif, kecuali hiasan dan ceruk untuk gunongan dan nisan .
Bentuk dasar clan* nisan-nisan yang diteliti dibagi menjadi 5 ripe, yaitu : balok,
pipih, silindrik, persegi banyak (lebih dari empat segi) clan tidak beraturan . Disebut
berrtuk balok karena : ber'.tuk dasarnya rnenyerupai balok, dirnensi lebar dan tebal
relatif lurus dan dalam perbandingan yang seimbang . Nisan ripe pipih pada dasarnya
hampir sama dengan balok, hanya perbandingan antara dimensi tebal jauh lebih kecil
dibandingkan dengan dimensi lebarnya . Nisan tipe silindrik merupakan tipe nisan
yang rnemiliki penampang berbentuk bulat pada sebagian besar bagiannya . Nisan
dengan ripe persegi banyak adalah nisan yang bagiannya di dominasi oleh bentuk
penampang bersegi lebih dari empat, umumnya delapan . Sedangkan ripe tidak
beraturan merupakan nisan yang keseluruhan bentuknya tidak menunjukkan pola
atau keteraturan tertentu .
Seluruh tipe nisan tersebut dibagi lap sesuai dengan ciri-ciri tertentu pada
setiap bentuk dasarnya . Cin-ciri tersebut dapat muncul pada bagian dasar, tengah
atau atas clan puncak . Sebenarnya ciri-ciri tersebut juga masih dibagi lag', akin tetapi
mengingat bahwa tidak satupun nisan yang persis sama, maka cukuplah tipologi
sampai pada tingkat kedua. Sebagai contoh adalah nisan pipih yang memiliki ciri
khusus yaitu bagian atasnya melengkung dan cenderung bulat mirip chsebut sebagai
nisan dengan tipe pipih A . Khusus untuk tipe tidak beraturan, tipologinya didasarkan
pada ukuran, yaitu tidak beraturan A untuk yang berukuran lebih dan 100 cm dan B
untuk yang berukuran kurang dari 100 cm . Berikut ini akan diuraikan tentang hasil
penelitian pada beberapa makam kuna di Kabupaten Majene dan sekitarnya .

1 . Kompleks Makam Raja-Raja Pamboang

Situs makam ini terletak di desa Lalampuna, Kecamatan Pamboang,


Kabupaten Majene . Terletak di puncak bukit dengan ketinggian sekitar 25 Meter
diatas permukaan air laut. Sebelah utara berdini bukit Lappor, sedangkan
lingkungannya berupa pekarangan dan permukiman penduduk .
Terdapat 2 tipe jirat pada kompleks makam ini, yaitu umumnya terbuat clan
bahwn karang yaitu monolit dan pasag-sambung . Onentasi bujuran makam-
makamnya berkisar antara 5° sampai 20° dari arah utara . Dan 75 makam yang ada, 25
jirat diantaranya bertipe monolit dengan variasi terutama pada ukuran karena tipe ini
umumnya tanpa hiasarr . Ukuran terbesar tipe ini adalah panjang 195 cm, lebar 100
cm dan tinggi 70 cm . Sedangkan yang terkecil berukuran panjang 54 cm, lebar 40 cm

LPASST No . 1 / 1998
Penelitian ArKeologi Islam di Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan 43

dan tinggi 30 cm . Bentuk jirat di situs Pamboang uxnumnya tidak bertingkat dan
tanpa disertai unsur gunongan .
Tipe ke-2 adalah pasang-sambung yang berjurnlah 20 bush (sekiat 30 makam
laumya rusak) . Seperti halnya tipe monolit, tipe ini umumnya juga polos, akin tetapi
unsur gunongan selalu hadir . Ukuran terbesar yaitu dengan panjang 295 cm, lebar
170 cm den tinggi 140 cm . Sedangkan ukuran terkecil meliputi (p-l-t) 78-40-42 .

Tabel 3
KOMPOSISI TIPE JIRAT PADA
KOMPLEKS MAKAM PAMBOANG

Tipe Jirat Jumlah % Ukuran (p-1-t)


Be= Keal
Monolit 25 56 195-100-70 54-40-30
Pasang-Sambung 20 44 285-170-140 78-40-42
Jumlah 45 100

DI dalam kompleks makam raja-raja Pamboang terdapat 5 ripe nisan yaitu


segi 8 A, balok B, pipih A, pipih B dan Oak beraturan B yang kesemuanya itu
terbuat clan' bahan karang . Nisan dengan ripe segi 8 A adalah nisan yang memiliki
bentuk dasar atau berpenarnpang segi 8 pads sebagian besar bagiannya . Ciri-ciri tipe
ini adalah bagian tengah bersegi 8 dengan profil lurus dilanjutkan dengan bentuk
kelopak bunga atau segitiga den bagian puncaknya berbentuk setengah bola (lihat
gambar/foto) . Beberapa nisan jenis ini ditambah dengan tonjolan pada puncaknya
dengan hiasan bermotif flora. Jumlah seluruhnya 14 buah den biasanya berpasangan
dengan ripe piph A.
Nisan ripe balok B adalah nisan yang memiliki bentuk dasar balok pace
sebagian besar bagiannya . Ciri utamanya adalah relief tumpal polos (segi 3)
berkeliling pace bagian bawah dan tengah, lebih ke atas bentuk balok mengecil .
Setelah pelipit, bagian puncaknya lebih mengecil lagi . Nisan dengan ripe ini
berjumlah 3 buah .
Selanjutnya nisan ripe pipih A . yaitu nisan pipih yang bentuknya menyerupai
gagang senjata (keris), sehingga paling mudah dikenali . Bentuknya sangat khas, yaitu
melengkung pace situ sisinya den berakhir pada kira-kira setengah pada sisi yang lain .
Oleh karena itu bagian atas ripe ini cenderung membulat . Variasi ripe iru terutama
pada bagian bawah, ukuran, unsur dekoratif can bahan .Beberapa diantaranya
memiliki hiasan geometris mengikuti bentuk lengkungannya den flora pacea bagian
tengahnya . Yang menarik adalah bahwa nisan ripe ini selalu ditempatkan pace bagian

BPASST No . 1 / 1998
44 Suu ,cdi Mon ana, Durm swan Mas'ud Rahman, Sugeng Riy unto, Muhaeminah

kaki (selatAn), dan situs ini umumnya berpasangan dengan tipe segi 8 . jumlah
keseluruhan tipe pipih A adalah 5 bush .
Dan' penga.matan selama penelitian juga dijumpai nisan dengan ripe pipih B,
vaitu yang memiliki bentuk minp tnnsula . Ciri utama tape all adalah bagian dasar
berprofil lurus, dilanjutkan dengan satu atau lebih pelipit agak menjorok ke luar,
sedangkan ujungnyna melengkung ke atas .

Tabel 4
KOMPOSISI TIPE NISAN PADA
MAKAM PAMBOANG

Tipe Nisan jumlah


Segi delapan A 14 39
Balok B 3 8
FSpih A 5 14
Pipih B 13 36
Tak beraturan 1 3
)urnlah 36 100

Jadi di antara nisan seperti tersebut dalam tabel berinskripsi ukir dengan
huruf Arab yang merupakan kalimat Syahadat .
Di "am kompleks makam raja-raja Pamboang terdapat makam yang disebut
sebagai tempat dimakamkannya tokoh utama yaitu Suryodilogo . Jirat makam ini di
renova.si secara modern, yaitu dengan menggunakan semen dan tegel dan sekaligus
menghilangkan bentuk aslinya . Nisan yang terpasang pads makam Suryodilogo
adalah ripe balok A.
Yang menrik justru adanya reruntuhan pagan keliling yang membatasi makm
tersebut dengan makam-makam yang lain . Pagan yang terbentuk dari susunan batu
bata berwama zaerah terse but berbentuk persegi panjang. Ukurannya adalah tebal 2
meter, panjang 21 meter dan lebar 10,5 meter . Bekas pintu masuk tedetak tepat di
tengah pads sisi selatan . Batu-batu bata yang sebagian masih membentuk tembok
benikuran tebal 2,5-3 cm, panjang 22 cm din lebar 12 cm .
Tokoh Suryodilogo, menurut sumber cerita, adalah tokoh penyebar Islam di
daerah Majene yang berasal dari Yogyakarta . Pada waktu melaksanakan si'amya,
Pangeran Suryodilogo ditemani oleh Syekh 7.akona (ma.karnnya tidal- terdapat di
"am kompleks ini) .

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Arkeologi Islam di KabupatenMajene, Sulawesi Selatan 45

2. Kompleks Makam Imanan

Secara administratif, situs Mil terletak di dusun Pamboborang, kelurahan


Totoli, kecamatan Banggae, Kabupaten Majene . Keliling kompleks ini berukuran 197
cm dan terletak pads ketinggian 35 d .p.l. Lingkungan kompleks makam yang berada
di lereng bukit ini adalah sebelah utara berupa bukit Baorosung sedangkan lainnya
berupa hutan jati, bambu, kebun clan perkampungan .
Orientasi jirat-jirat yang dijumpai berkisar antara 320° - 350° dari arah utara .
Jirat dengan tipe monolit seluruhnya berjumlah 33 buah, sebagian besar polos,
kecuali beberapa yang berhiaskan geometris dan flora pace bagian )'irat dan
gunongan . Ukuran terbesar tipe ini adalah panjang 106 cm , lebar 80 cm dan tinggi
60 cm, sedangkan yang terkecil berukuran panjang 35 cm, tinggi 20 cm dan lebar 22
cm Tokoh utama yang dimakamkan dalam kompleks ini adalah Imanang. la seorang
raja yang karena tidak memiliki keturunan disebut Imanang (mandul) .
Jirat dengan tipe pasang-sambung umumnya tidak dilengkapi dengan hiasan
atau polos . Sedangkan jumlah yang tercatat adalah 33 bush makam . Ukuran terbesar
Panjang 180 cm . Tinggi 55 an dan lebar 115 cm sedangkan yang terkecil berukuran
panjang 105 cm, tebal 55 cm dan lebar 65 cm .

Tabel 5
KOMPOSISI TIPE JIRAT
PADA KOMPLEKS MAKAM IMANAN

Tipe Jirat Jumlah % Ukuran (p-l-~_


Besar Kecil
Monolit 33 52 106-60-80 35-20-22
Pasang-sambung 20 44 180-120-115 105-55-65
Jumlah .64 100

Nisan-nisan yang terdapat dalam kompleks makam Imanan adalah pipih A,


pipih B, balok A dan segi 8 B . Nisan pipih A berjumlah 16 dan umumnya polos .
Variasi tipe ini terutama pads bagian atas yaitu rata atau bergerigi . Hiasan yang
dipahatkan pads nisan tipe ini terutama adalah motif geometris dan sebagian besar
berpasangan dengan tipe balok B .
Tipe yang ke-2 yaitu pipih B umumnya dalam ukuran lebih kecil
dibandingkan dengan tipe lain . Seluruhnya berjumlah 21, umumnya polos, sedangkan
variasi terutama pada ukurannya .
Tipe balok A dalam situs Mil hanya berjumlah sebuah . Gin utamanya adalah
bagian bawah sampai tengah memiliki profil lures, setelah pelipit dilanjutkan dengen
bentuk hujur sangkar. Pada bagian atas ukuran nisan lebih kecil dan terdapat tonjolan

BPASST No . 1 / 1998
46 Suwedi Montana, Darrnawan Mas'ud Rahnian, Sugeng Riyanto, Muhaeminah

yang bergelombang pada puncaknya. Jenis hiasan yang dipahatkan path nisan tipe
ini umumnya flora, sedangkan bidang yang paling sering diukir hiasannya berbentuk
bujur sangkar (atas) .
Nisan dengan bentuk dasar balok dalam tipe yang berbeda, dalam hat ini
disebut tipe balok B . Tipe mil dibagi ke dalam 4 bagian yaitu dasar, tengah, atas, dan
puncak. Bagian dasar polos kecuali goresan berbentuk gins . Bagian tengah berprofil
lures yang dihiasi dengan bentuk tumpal polos (segitiga) . Setelah pembatas, bentuk
balok mengecil dan seperti halnya pads bagian tengah juga didahului dengan bentuk
tumpal-tumpal polos . Bagian puncaknya cenderung membulat dan didahului oleh
sejumlah pelipit. Jumlah seluruh tipe ini adalah 24 buah nisan . Tipe segi 8 B
berjumlah 4 buah din dicirikan pads bagian dasar masif diatasnya berbentuk
setengah lingkaran. Setelah pelipit didahului dengan bentuk tumpal profil lurus
melebar ke atas . Bagian puncak berupa hiasan tumpal dilanjutkan dengan bentuk
membulat dan terakhir berupa tonjolan kecil dengan permukaan rata .

Tabel 6
KOMPOSISI TIPE NISAN
PADA KOMPLEKS MAKAM IMANAN

Ti .e Nisan umlah
Pipih A 16 24
Pipih B 21 32
Balok A 1 2
Balok B 24 36
Segi 8 B 4 6 J
- Jurnlahi66 100

3. Kompleks Makam Tarnbulese

Situs ini berada di wilayah dusun Teppo, kelurahan Totoli, kecamatan


Banggae, kabupaten Majene . Letaknya yang di atas bukit, sekitar S5 m cl .p.l dikelilingi
perbukitan, pekarangan dan perkampungan penduduk . Jumlah makam yang ada ± 79
dan orientasinya berkisar 5° - 20° dari utara . Tidak seperti pada situs sebelumnya,
disini terdapat 3 tipe Prat yaitu monolit, pasang-sambung dan semi monolit . Semi
monolit diberikan pads nisan yang secara umum sama dengan tipe monolit., akan
tetapi unsur gunongan dibuat terpisah . Dengan demikian pacia jirat yang masif dan
berjumlahn 25 ini terdapat 2 cerukan pada kedua ujung untuk menempatkan
gunongan .

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Arkeologi Islam di Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan 47

Jirat dengan tipe monolit umumnya polos ata ù hiasan, dengan panjang jirat
kurang dari 100 cm . Jumlah jirat semacam ini populasinya paling sedikit yaitu hanya 4
bush. Jirat dengan tipe pasang-sambung juga polos, bertingkat 3 dan selalu disertai
gunongan . Jumlah jirat pasang-.satnbung berjumlah 25 bertingkat 3 dan umumnya
polo s.

Tabel 6
KOMPOSISI TIPE JIRAT DI
KOMPLEKS MAKAM TAMBULESE

Tipe Jirat Jumlah % Ukuran (p-l-t)


Besar Kecil
Monolit 4 5 p > 100 -
Pasang-Sarnbung 50 63 285-200-190 105-117-112
Semi Monolit 25 32 p : 150 p : 100
Jumlah 79 100

Nisan-nisan di situs ini banyak yang sudah tidak pada tempatnya, sedangkan
tipe yang dijumpai hanya 3 yaitu balok E, segi 8 B din pipih A . Tipe nisan balok E
diberikan pads nisan dengan bentuk dasar balok yang cenderung berprofil lurus,
sehingga terkesan monoton . Bagian atas dibatasi lekukan ke dalam permukaan yang
rata (lihat gambar/foto) .

Tabel 7
KOMPOSISI TIPE NISAN DI
KOMPLEKS MAKAM TAMBULUSE
Tipe Nisan Jumlah
Balok E 12 20
Segi 8 B 45 75
Pi ih A 3 5
Jurnlah 60 100

Tokoh utama yang dimakamkan bernama Puatta I Bali . Di antara nisan segi 8
B salah satunya berinskripsi huruf Arab terbaca Laa Illaha Illallah .

4. Kompleks Makam Lombeng Susu

Situs terletak di dusun ayutya desa Tande kecamatan Banggae kabupaten


Majene . Lokasi situs di puncak bukit dan berada di ketinggian 110 d .p.l. Lahan

BPASST No . 1 / 1998
48 Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, Muhaeminah

sekelilingnya berupa pekarangan, bukit dan pepohonan tanaman keras . Jumlah


makam seluruhnya sekitar 262 buah dengan orientasi 0° - 20° dari utara .
Jirat-jirat yang terdapat dalam kompleks terbagi dalam 2 tipe yaitu monolit
dan pasang-sambung. Untuk yang pertama umumnya polos tanpa luasan, kecuali
beberapa yang bermotif suluran flora yang diukirkan pads bagian atas jirat dan
gunongan . Jumlah jirat yang termasuk ripe ini adalah 92 bush . Tipe prat pasang-
sambung umumnya juga polos tan seperti halnya pads tipe monolit, hiasan terletak
di atas jirat dan gunongan dengan motif flora . Bentuk jirat ini bertingkat dari satu
sampai enam den seluruhnya berjumlah 34 buah .
Yang menarik dari situs ini adalah pad& makam terbesar dari teknik pasang-
sambung yaitu pada motif hias yang diukirkan pads gunongan . Bagian atas dibuat
sedemikian rupa sehingga membentuk tanduk kerbau dengan dukungan ukiran, make
bentuk tersebut menyerupai kepala kerbau . Nisan yang dipasang pads makam ini
adalah tipe segi 8 B pate bagian kepala (utara) den tipe pipih A pads bagian kaki
(selatan) .

Tabel 8
KOMPOSISI TIPE JLRAT DI KOMPLEKS
MAKAM LOMBENG SUSU .

Tipe Jirat Jumlah % Ukuran (p-I-t)


Besar Kedl
Monolit 92 73 161-81-102 32-16-22
Pasang-Sambung 34 27 380-230-210 137-53-59
Jurnlah 126 100

Data yang terekam mengenai nisan pate kompleks makam iru adalah sebagai
berikut:
Tabel 8
KOMPOSISI TIPE NISAN DI KOMPLEKS
MAKAM LOMBENG SUSU
Tipe Nisan Jurnlah % Keterangan
Pipih A 34 -Hiasan : garis lengkung, geometris dan flora
Pasangan :pipih B arau segi 8 B .
Pipih B -Hiasan : dasar : sulur flora, tepi : geometris .
Saling berpasangan atau dengan pipi A.
Segi 8 B -Didominasi oleh hiasan
Berpasangan atau dengan pipih A
Lihat gambar/foro .
Segi 8 C -Berpasangan

Tidakberaturan -Tinggi 30 an .
Jumlah 155 100

BPASST No . 1 / 1998
PenelitianArkeologi Islam di KabupatenMajene, Sulawesi Selatan 49

5. Kompleks Makam Puang Rambang .

Secara administratif situs Puang Rambang tedetak di dusun Landang, desa


Banggae kecamatan Banggae Kabupaten Majene . Keletakannya berada di lereng
bukit dengan ketinggian sekitar 50 meter dpi clan dikelilingi oleh bukit di bagian
selatan dan perkebunan tanaman keras .
Orientasi bujuran jiratnya adalah antara 5° - 30° dan jumlah yang tercatat
mencapai 70 bush . Seperti halnya pada situs lain, disini ripe nisan juga meliputi
monolit dan pasang-sambung . Tipe monolit yang berjumlah 62 buah itu hanya 2
diantaranya yang diukir dengan hiasan . Sedangkan hiasan yang ada meliputi bentuk
spiral pads bagian atas dan saluran pads gunongan . Tipe ini umumnya bertingkat 3 .
Tipe pasang-sambung juga polos, bertingkat ber)umlah 8 . Selengkapnya tentang jirat
clan nisan dapat dilihat pads tabel benkut

Tabel 9
KOMPOSISI TI PE JIRAT DIKOMPLEKS
MAKAM PUANG RAMBANG .

Tipe Jirat Jumlah % Ukuran (p-j9


Besar _ Kecil
Monolit 62 89 150-89-140 30-16-26
Pasang-Sambung 8 11 rusak 100-65-50
Jumlah 70 100

Tabel 10
KOMPOSISI TIDE NIS_AN DI KOMPLEKS
MAKAM PUANG RAMBANG
Tipe Nisan Jumlah % Keterangan
Pipih A 36 39 hiasan: - mengikuti tepian .
Pipih B 19 20 Hiasan : ada
Segi 8 B 38 41 Umumnys polos kecuali -
Jurnlah 93 100

Tokoh utama yang dimakamkan bemama Puang Rambang . Kata Rambann


berarti temak, sehingga Puang Rambang dikenal sebagai orang yang memiliki banyak
binatang temak.

BPASST No . 1 / 1998
50 Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, Muhaeminah

6 . Kompleks Makam Tosalama (Syekh Abdul Manan)

Kompleks makam terletak di lingkungan Salabose, kecamatan Banggae,


kabupaten Majene . Sebelah selatan dari situs ini membentang selat Makassar,
sedangkan lingkung2n lainnya berupa hutan, kebun dan perbukitan . Situs yang
terletak di puncak bukit ini berada pada ketinggian 80 meter d .p.l.
Makarn-makam kuna di sini bercampur dengan makam-makam barn dan
dalam keadaan rusak . Bujuran jirat-jiratnya berorientasi antara 5° - 20° dan utara .
Jirat-jirat yang dijumpai umumnya monolit tanpa gunongan . Ciri jirat ditunjukkan
oleh adanya ceruk yang memanjang pads bagian atas sebagai tempat dipasangnya
nisan . DI bawah ini adalah uraian tentang jirat dan nisan di situs ini .

Tabel 10
KOMPOSISI TIPE JIRAT DI KOMPLEKS
MAKAM TO SALAMA.

Tipe Jirat Jumlah % Ukuran (p-1-t)


Besar Kecil
Monolit 47 98 97-70-87 Kecil
Pasang- Sambung 1 2 160-95-60 -
Jumlah 48 100

Tabel 11
KOMPOSISI TIPE NISAN DI
KOMPLEKS MAKAM TOSALAMA

Tipe Nisan Jumlah


Pipih A 3 25
Pipih B 9 75
Jumlah 12 100

Tokoh utama yang dimakamkan adalah Syekh Abdul Manan, seorang penyebar
Islam di daerah Salabose yang bergelar Tuan Salabose . Jirat makam telah diperbaiki
dengan bahan semen dan tegel dan berada dalam cungkup beratap seng . Nisan
terbuat dari kayu dengan tipe segi 8 B di bagian kepala dan pipih A pads bagian kaki .

7 . Kompleks Makam Nenek Ular

Secara administratif, situs ini terletak di desa Baruga, kecamatan Banggae,


kabupaten Majene. Sedangkan secara geografis terletak pads ketinggian 75 meter d .p.1
clan berada di puncak bukit. Sebelah utara berupa kebun kelapa dan pekarangan .

BPASST No . 1 / 1991
PenelitianArkeologi Islam di KabupatenMajene, Sulawesi Selatan 51

Seperti halnya pads situs lain, jirat pads sites Mil juga terdiri dari tipe monolit dan tipe
pasang-sambung . Orientasi makam-makam yang ada berkisar antara 5° - 30° dari
arah utara . Berikut ini adalah tabel komposisi kedua tipe prat .

Tabel 12
KOMPOSISI TIPE JIRAT DI KOMPLEKS
MAKAM NENEK ULAR

Tipe Jirat Jumlah % Ukuran (p-1-t)


_ Besar Kecil
Monolit 51 86 125-80-140 30-15-25
Pasang-s2mbung 9 15 205-95-165 185-75-150
Jurnlah 60 100

Tabel 12
KOMPOSISI TIPE NISAN DI KOMPLEKS
MAKAM NENEK ULAR .

Ti • e Nisan umlah
Pipih A 15 38
Pipih B 8 20
S '8B 17 42
Jumlah 40 100

Sesuai dengan nama kompleks makam ini, tokoh utama yang dinamakan
adalah Nenek Ular. Jirat makamnya bertipe pasang-sambung dengan nisan tipe segi 8
B pads bagian kepala dan- pipih A pads bagian kaki .

8. Kompleks Makam Nenek Reso

Secara administratif situs Mil terletak pada wilayah yang sarna dengan situs
nenek ular. Keletakawiya berada di puncak gunung Pangoarang di ketinggian 135
meter d.p.1 . Lingkungannya berupa padang ilalang, kebun kelapa dan perbukitan .
Yang menarik adalah bahwa pads kompleks makam ini tipe jirat seluruhnya monolit .
Jirat-jirat ini umumnya polos, kecuali beberapa yang diukir dengan motif flora pads
bagian atas jirat. Ukuran terbesar dengan panjang 125, lebar 46 dan tinggi 130 cm,
sedangkan yang terkecil berukuran panjang 23, lebar 16 dan tinggi 22 cm . Untuk
nisan lihat tabel .

BPASST No . 1 / 1998
52 Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, Muhaemini h

Tabel 13
KOMPOSISI TIPE NISAN DI KOMPLEKS
MAKAM NENEK RESO

Tipe Nisan Jumlah


Pipih A 81 40
Pipih B 48 22
Segi 8 B 76 38
Jumlah 202 100

9 . Kompleks Makam Pappesse Bassi

Letak kompleks makam Pappesse Bassi terlatak sekitar 300 meter dan situs
makam nenek Reso. Lingkungan situs yang terletak di puncak gunung Sabor dengan
ketinggian 155 meter d .p.1. ini berupa kebun singkong, pekarangan, jurang dan
perbukitan . Kisaran onientasi makam-makam ini diantara 350° - 0° dari utara . Bentuk
dan tipe jirat dan nisannya tidak berbeda jauh dengan yang terdapat pada 2 situs
sebelumnya . Selengkapnya, komposisi tipe jirat dan nisan dapat dilihat pads tabel
berikut

Tabel 14
KOMPOSISI TIPE JIRAT DI KOMPLEKS
MAKAM PAPPESSE BASSI

Tipe Jirat Jumlah Ukuran (p-l-t)


Besar Kecil
Monolit 50 68 170-55-75 35-16-22
Pasang-Sambung 23 32 158-79-45 143-73-39
Jumlah 73 100

Tabel 15
KOMPOSISI TIPE NISAN DI KOMPLEKS
MAKAM PAPPESSE BASSI

Tipe Nisan Jumlah


Pipih A 16 30
Pipih B 11 20
Segi 8 A 1 2
Segi 8 B 26 48
Jumlah 54 100

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Arkeologi Islam di Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan 53

10. Kompleks Makam Maraqdia Parappe

Situs ini terletak di kelurahan Labuang, kecamatan Banggae, kabupaten


Majene . Letak situs berada di kaki bukit dengan ketinggian sekitar 5 meter d .p.1 .
Lingkungan geografis kompleks makam ini berupa pantai (Selat Makassar) di sebelah
tenggara, pekarangan clan perkampungan nelayan .
Orientasi bujuran jirat berkisar antara 5° - 30° dart arch utara . Jumlah makam
seluruhnya ± 69 bush dan dalam keadaan rusak berat . Dengan demikian agak sulit
mengidentifikasi bentuk jirat dan nsan yang ada dalam situs ini . Berikut ini adalah
komposisi tipe prat dan nisan yang berhasil di rekam .

Tabel 16
KOMPOSISI TIPE JIRAT DI KOMPLEKS
MAKAM MARAQDIA PARAPPE

Tipe Jirat Jumlah Ukuran p-1-t) Keterangan


Besar Kecil
Monolit 34 49 - Rusak
Pasang-Sambung _ 23 51 _` . Rusah
Jumlah 69 1(,?) . -

Tabel 17
KOMPOSISI TIPE NISAN DI KOMPLEKS
MAKAM MARAQDIA PARAPPE

Tipe Nisan Jumlah


Pipih A 1 4
S34 8 A 11 92
Segi 8 B 1 4
Juirlah 13 100

11 . Kompleks Makam Ondongan

Kompleks makam raja-raja Ondongan termasuk ke dalam wilayah


administratif Desa Banggae, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene .
Keberadaannya mudah dijangkau karena termasuk dalam wilayah kota . Tidak seperti
kompleks makam sebelumnya, makam-makam raja Ondongan terletak dekat sekali

BPASST No . 1 / 1998
54 Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, Muhaeminah

dengan Selat Makassar, tepatnya di tebing pantai . Sedangkan di bagian barat laut
berupa perkampungan dan perbukitan .
Orientasi makamnya antara 310 ° - 350 ° dari utara. Sedangkan tipe jiratnya
monolit dan pasang-sambung . Dari ratusan makam yang ada, berhasil di data 95
makam sebagai tipe monolit. Jirat monolit urnumnya polos, bertingkat 2 atau 3, dan
beberapa diantaranya tanpa gunongan . Hiasan yang ada meliputi motif suluran,
bunga, slimpetan dan bentuk-bentuk geometris . Jirat dengan tipe pasang-sambung
dibuat bertingkat dari 1 sampai 5 dan selalu dilengkapi dengan gunongan . Dengan
motif yang hampir sama dengan tipe monolit, hiasan umumnya juga diukirkan pads
bagian atas jirat dan gunongan . Jumlah jirat semacam ini yang berhasil di catat adalah
88 buah. Di bawah ini adalah tabel komposisi ripe jirat beserta ukuran terbesar dan
terkecil .

Tabel 18
KOMPOSISI TIPE JIRAT DI KOMPLEKS
MAKAM ONDONGAN

Tipe Jirat Jumlah % Ukuran (p-1-t)


Besar Kecil
Monolit 95 52 200-95-60 26-45-12

Pasang-Sambung 88 48 308-203-173 67-47-40


Jumlah 183 100

Nisan-nisan pads kompleks makam ini terdiri atas lima tipe, yaitu pipih A,
pipih B, balok C, balok D dan segi 8 B . Karakter nisan pipih A, pipih B dan segi 8 B
secara umum tidak jauh berbeda dengan yang terdapat pads situs lain . Yang menarik
adalah dijumpainya nisan dengan karakter yang belum pernah dijumpai di situs lain .
Nisan-nisan yang dimaksud memiliki bentuk dasar balok dan karena terdapat
atribut kuat yang dapat dijadikan dasar untuk membedakannya, maka nisan-nisan
tersebut dikelompokkan ke dalam 2 tipe yaitu balok C, dan balok D . Nisan dengan
tipe balok C pads dasarnya sama dengan segi 8 B, perbedaannya hanya pads bentuk
dasarnya yaitu balok (lihat foto) . Sedangkan balok D merupakan tipe nisan dengan
bentuk dasar balok din bentuknya cenderung tidak berprofil (lurus) . Profit berupa
pembatas dengan bentuk ceruk ke dalam yang terdapat pads bagian bawah dan atas .
Ciri yang lain adalah bentuk segitiga atau tumpal-tumpal polos path setiap sisi yang
terdapat setelah pembatas bawah maupun atas (lihat foto) .

BPASST No . 1 l 1998
L V11

Fakultaa [PS ; ;. .,

Penelitian Arkeologi Islam di Kabupaten Ma/me, Sulawesi Selatan 55

Tabel 19
KOMPOSISI TIPE NISAN DI KOMPLEKS
MAKAM ONDONGAN

Tipe Nisan Jumlah


Pipih A 37 32
Pipih B 35 31
Balok C 7 6
Balok D 1 1
Segi 8 B 34 30
Jumlah 114
100

Pada beberapa nisan tertera inskripsi balk yang berhuruf Arab maupun
lontara . Inskripsi yang berhuruf Arab ditulis pads nisan dengan teknik ukir,
sedangkan lontara dengan teknik gores . Dar' hasil pembacaan pada nisan tipe pipih B
clan' bahan kayu yang berhuruf Arab berupa kalimat syahadat . Sedangkan pads nisan
yang lain terbaca beberapa kata Allah clan Muhammad. Selain path nisan, inskripsi
berhuruf Arab juga dijumpai pads gunongan din terbaca Muhammad--Adam-
Muhammad-Allab-Illahi.
Inskripsi yang berhuruf lontara terdapat pads nisan kayu dan terbaca
ksrburu'na idula ana'na puan,g pancajingengi vnara8ala hjmtrrnabi 1210 Dan inskripsi ini
dapat diketahui bahwa makam tersebut adalah tempat dikuburkannya Idala yang
merupakan anak ayang yang melahirkan Imaragala . Angka tahun yang tertera diatas
sama dengan tahun 1789 M .

12. Kompleks Makam Puang Towarani

Situs ini terletak di Kelurahan Tandung, Kecamatan Tinambung, Kabupaten


Polmas . Meskipun letaknya tidak begitu tinggi, namun sites ini berada di atas bukit
yaitu 25 meter d .p.l . Lingkungan sekitarnya berupa kebun bambu, jati, kelapa,
pekarangan, perbukitan clan bersebelahan dengan perkampungan penduduk .
Makam-makam yang berjumlah ± 139 ini hanya 17 diantaranya yang
berukuran relatif besar . Sedangkan bujuran jiratnya berorientasi antara 0 ° - 10° dari
utara. Jirat dengan tipe monolit berjumlah 119 din 4 di antaranya unsur nisannya di
pahat menyatu pads jiratnya . Tipe ini umumnya berhias dengan motif flora,
lengkungan dan spiral . Hiasan tersebut dipahatkan pada bagian dasar jirat, bagian atas
dan gunongan .
Yang sangat menarik pada jirat tipe ini di sites Puang Towarani ini adalah
kenyataan bahwa jirat-jirat tersebut tidak berbentuk masif, dibentuk dari bongkahan

BPASST No. 1 / 1998


Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, Muhaeminah

batu, akan tetapi bagian bawahnya berongga dengan ketebalan sesuai dengan ukuran
jirat . Untuk jirat dengan panjang 80 cm, ketebalannya antara 5-8 cm .
Jirat tipe pasang-sambung hanya berjumlah 20 bush dan yang terbesar
berukuran panjang 330 cm . Tetapi karena runtuh, tidak di ketaliui tingginya dan
perekaman datanya juga tidak dapat maksimal . Badan jirat umumnya tidk diukir
dengan hiasan, akan tetapi ada yang menarik perhatian, yaitu adanya 2 makam yang
dijadikan 1 (dempet), salah satu sisinya merupakan bagian dari kedua makam
tersebut. Makam sebelah timur nisannya bertipe pipih B sebagai nisan kepala dan
pipih A sebagai rusan kaki . Sedangkan makam sebelah barat bernisan segi 8 B dan
pipih A .
Nisan-nisan yang berhasil di rekam terdiri dari 4 tipe yang masing-masing
berbentuk dasar pipih dan balok . Nisan pipih A, pipih B, dan segi 8 B pada dasarnya
tidak berbeda dengan yang terdapat pada situs lain . Sedangkan nisan segi 8 A yang
hanya berjumlah 2 buah semuanya bersatu dengan jirat monolit dalam ukuran yang
relatif kecil (< 50 cm) .

Tabel 20
KOMPOSISI TIPE JIRAT DI KOMPLEKS
MAKAM PUANG TOWARAN1
Tipe irat Junilah % Ukuran (p-1-t)
Besar j Kecil
Monolit 119 86 140-53-63 30-14-21

Pasang-Sambung 20 14 330-150
106-74-65
Jumlah 139 100

Tabel 21
KOMPOSISI TIPE NISAN DI KOMPLEKS
MAKAM PUANG TOWARANI
Tipe Nisan __Jumlah %
Pipih A 54 32
Pipih B 19 11
Segi 8 A 2 1
Segi 8 B 95 56
Jun-~ah 170 100

Makam utama dalam kompleks ini terdapat dalain cungkup baru . Nisan yang
dipasang bertipe segi 8 B (utara) clan pipih A (selatan), sedangkan jiratnya pasang-
sambung tetapi tidak bertingkat . Di dalam cungkup juga terdapat 3 makam lain
dengan bentuk jirat yang saina dengan tokoh utama .

BP.4SST No . 1 / 1998
PenelitianArkeologi Islam di KalnupatenMajene, Sulawesi Selatan i7

Toivarani berarti orang yang berani, sedangkan Psrang merupakan sebutan untuk
pemtmpin atau pemuka . Diperkirakan bahwa tokoh utama yang dimakamkan
rnerupakan tokoh masyarakat yang disegani .

13 . Kompleks Makam Galetto (Maraqdia Manyang)

Kompleks makarn ini terletak di Desa Karama, Kecamatan Tinambung,


Kabupaten Polmas . Lokasi kompleks di tepi pantai yang dikelilingi oleh kebun
kelapa, enau clan semak belukar . Pada bagian selatan membentang Selat Makassar
yang ditepinya berdin rumah-rumah nelayan .
Onentasi jirat ada diantara 340° - 350° dari arah utara . Seperti pada situs
lainnya, jirat-jirat yang ada juga terdiri atas jirat monolit dan pasang-sambung . Akan
tetapi untuk jirat pasang-sambung umumnya dalam keadaan rusak berat . Identifikasi
jirat didasarkan pada bagian penguat sudut yang berbentuk balok clan terdapat lubang
atau cerukan pada 1 atau 2 sisinya untuk meyambung papan batu bagian panjang dan
lebar . Untuk jirat monolit umumnya berhias dengan motif bunga dan geometris
lengkung . Agaknya terdapat hubungan yang erat dengan situs Puang Towarani karena
teknik pembuatan jirat monolit memihki kesamaan yaitu tidak masif tetapi bagian
prat dibuat berongga.

Tabel 21
KOMPOSISI TIPE JIRAT DI KOMPLEKS
MAKAM GALETTO

Tipe Jirat Jumlah % Ukuran p-1-t) Keterangan


Besar Kecil
Monolit 21 64 210-99-120 27-12-5

Pasan -Sarnb 12 36 - Rusak


umlah 33 100 j

Suatu hal yang paling menank dan dianggap sangat penting adalah
ditemukannya nisan pipih yang dikenal dengan tipe Aceh (lihat foto) . Nian berjumlah
2 buah dan berpasangan . Keberadaannya sangat menarik karena disamping
mernancing pertanyaan juga karena unsur dekoratifnya yang begitu kaya . Proftlnya
yang khas pada 2 bentuk lengkung ke atas ditambah detil pada bagian dasar, atas dan
puncak dengan tidak menyisakan bidang datax untuk tidak diukir dengan hiasan,
menjadikan nisan m* i sangat menonjol dalam situs Galetto .
Nisan-nisan yang lain bertipe pipih A, pipih B dan Segi 8 B . Sedangkan
hiasan yang diukir pada nisan-nisan tersebut motifnya umumnya suluran flora .

BPASST No . 1 / 1998
58 Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, Muhaeminah

Berikut ini adalah tabel tentang komposisi tipe nsan yang ada pada situs makam
Galetto (Maraqdia Manyang) .

Tabel 22
KOMPOSISI TIPE NISAN DI KOMPLEKS
MAKAM PUANG TOWARANI

Tipe Nisan Jumlah


Pipih A 10 15
Pipih B 28 41
Segi 8 B 28 41
"Aceh" 2 3
Jumlah 68 100

Pada nisan segi 8 B dijumpai inskripsi berhuruf Arab yang merupakan


kalimat TahliL Sedangkan pads salah satu nisan tipe pipih B terdapat inskripsi
berhuruf Arab din terbaca sebagai kalimat syahadat .

B . Naskah

Naskah Islamologi yang berhasil dijumpai dalam penelitian ini ada 2 ,yaitu
naskah gulung tentang khutbah Ramadhan din Al Qur'an tulisan tangan . Naskah
gulung berukuran panjang 194 cm dan lebar 22 cm. Rruang tulis yang dipergunakan
berukuran panjang 121 cm dan lebar 16 cm dengan jumlah bar's selunihnya 54 bar's .
Dar' identifikasi kertas diketahui bahwa naskah ini terbagi dalam 2 bagian yaitu
bagian pertama yang tertera lukisan dengan dominasi warna merah dan bermotif
Cina, kertas berasal dari Eropa . Bagian ini merupakan bagian kecil yang dijahitkan
pada naskah utama. Didalamnya hanya terdapat lukisan manusia (etnis Cina), hiasan
geometris dan flora dan 2 gambar binatang. Bag'an yang ke-2, yang diperkirakan
sebagai naskah utama jenis kertasnya adalah daluwang (papierja vans) . Isi naskah berupa
khutbah awal bulan Ramadhan yang terbagi atas khutbah pertama dan khutbah
kedua.
Al Quran tulisan tangan yang disimpan oleh penduduk di Salabose berukuran
panjang 15 cm, lebar 12 cm dan tebal 4,5 cm . Kulit Al Quran terbuat dar' kulit
kambing yang berwarna coklat, sedangkan jen's kertas yang dipergunakan adalah
kertas Eropa. Berdasarkan cap air (water mark) yang ada, diketahui bahwa kertas
tersebut dibuat oleh Pro Patria, London, Inggris .

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Arkeologi Islam di Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan so

C. Bendera (Panji-panji)

Bendera Mil disimpan oleh kepala kampung Salabose, Desa Banggae,


Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene . Ukuran benders seluruhnya adalah panjang
227 cm dan lebar 120 cm . Pinggiran bendera berwama merah dengan lebar 20 cm .
Sedangkan bagian tengah berwarna kuning dan terdapat gambar orang yang
mengendarai harimau . Tanan kanan memegang pedang, sedangkan kepalanya
mengenakan topi perang.
Pada bagian sudut tertera tulisan dengan huruf Arab yang merupakan nama-
nama malaikat: Iszrail, fibril, Mikail din Israfil . Di antara nama-nama malaikat tertulis
dengan huruf Arab nama para sahabat nabi yaitu Umar, Utsman, Abu Bakar dan All .

BPASST No . 1 / 1998
60 Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riyanto, Muhaeminah

BAB V

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Toponim

Dan uraian hasil penelitian diatas terdapat fenomena yang menonjol yaitu
aspek toponim, seni pahat, naskah dan benders serta tokoh penyebar agama Islam .
Aspek toponim ditunjukkan oleh nama dusun Mojopahit yang berada di Desa
K,irama, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polmas . Nama Mojopahit tersebut
mengingatkan pada nama kerajaan besar di Jawa pads masa klasik yaitu Majapahit
(abad XIII-XVI) .
Jika kita kembali pada kitab Negarakrtagama yang menyebutkan adanya mitra
satata di Sulawesi Selatan yaitu Banggawi yang tidak lain adalah Banggae, maka tidak
mustahil bahwa orang-orang Majapahit berada di kerajaan Banggawi yang pantainya
terbuka. Salah satu pantai lepas di wilayah Banggae tersebut adalah dusun Mojopahit .
Orang-orang pendatang dan Majapahit berasimilasi dengan penduduk setempat
sesuai dengan cents tokoh setempat bahwa penduduk dusun tersebut dahulu adalah
orang Jawa .

B. Seni Pahat

Aspek seni pahat yang terdapat pads situs makam kuna itu memang unik . Hal
ini dapat dilihat pads penggunaan batu-batu (karang) untuk jirat maupun untuk nisan .
Bangunan makain dengan jirat monolit dan pasang-sambung mengingatkan pads
tradisi megalitik Penempatan pemakaman di lereng bukit sampai puncak bukit
adalah indikator tentang cap se dficposai menjauhkan tempat penguburan dan
pemukiman adalah sesuai dengan konsep pasetran yang meugacu pads sakralisasi dan
higuinitas .
Jirat besar yang ditempatkan di lereng dan puncak bukit serta jauh dan
pemukiman juga menunjukkan sikap gotong-royong . Yang tinggi . Hal m i i mengingat
keletakan makam yang cendrung tinggi (lihat tabel) dan dalam ukuran yang relatif
besar , yang tentunya memerlukan tenaga yang besar .
Seni pahat yang menghasilkan relatif pads jirat dan nisan jugs bersifat unik . Hal mil
dapat dilihat pads bentuk jirat yang berfariasi terutama pad unsur dekoratifnya, dan
nisan-nisan yang mempunyai variasi cukup banyak mulai clan bentuk dasamya sampai
dekorasinya

BPJLSST No . 1 / 1998
Pertelitiatt .-lrAeologt Islaun di f_abupatenMajene, Sulawesi Selatan

Kehadiran nisan Aceh yang mirip dengan nisan ripe pipih B memberi
kesempatan untuk menempatkan kedua ripe tersebut dalam gars perkembangan .
Nisan segi 8 B mengingatkan pada bentuk phalus atau lingga yang merupakan
manifestasi dari Dewa Civa. Dengan demikian mengundang pertanyaan tenting
pengaruh kebudayan klasik di Sulawesi Selatan . Rupanya nisan tipe Pipih A
berpopulasi besar dan selalu ditempatkan sebagai nisan kaki (selatan) pada makarn-
makam kuna di wilayah Mandar .
Nisan tipe pipih A temyata juga ditemukan di daerah pedalaman Sumatera
Barat (Mining) . Walaupun denukian, nisan tipe ini di Sumatera Barat populasinya
tidak sebesar yang terdapat di daerah Mgjene-Polmas . Pemakaman kuna di daerah ini
umumnya tidak berpagar keliling. Tetapi hal yang unik terdapat pada kelompok
makam Suryodilogo di desa Pamboang, makam tokoh utama dan keluarganya
dikelilingi oleh pagan dari susunan batu bata yang sekacang telah runtuh . Hhal ini
dapat dikatakan sebagai di luar tradisi, balk mengenai pagan kehling makam maupun
tradisi pembuatan batu bata, karena di daerah ini tidak terdapat tradisi tersebut .
Apakah hal ini memang berarti bahwa yang dimakamkan itu berasal dan Yogyakarta
pada tahun 1625 M, seperti cerita penduduk.

C. Naskah

Aspek naskah, dalam hal ini berarti tulisan balk path bahan kertas (sheets)
maupun yang dipahatkan pads jirat clan nisan . Seperti halnya makarn Islam kuna
lainnya, tulisan-tulisan tersebut berkisar tenting kalimat tauhid din tulisan yang
berkenaan dengan jati din tokoh yang dimakamkan . Kalimat tauhid dalatn hal ini
antara lain menunjukkan bahwa wkoh yang dimakamkan adalah Muslim . Sedangkan
jati din' berupa nama, tmggal kematian, maupun status sosial tokoh .
Yang menarik adalah penggunaan 2 jenis huruf yaitu Arab din Lontara .
Huruf Arab biasanya diguna ka n pads kalimat tauhid, sedangkan Lontara biasanya
menunjukkan jati din' tokoh . Dar' teknik penulisan pads jirat maupun nisan juga
terdapat perbedaan, yaitu huruf Arab dituliskan dengan teknik ukir (berelief),
sedangkan huruf Lontara ditulis dengan teknik gores . Jika hal ini kita kembalikan dan
dibandingkan dengan unsur dekoratif yang umumnya berteknik ukir , maka dapat
diduga bahwa penulisan dengan huruf Arab memang merupakan bagian dani proses
pembuatan makam secara keseluruhan . Artinya penulisan tersebut bersifat terencana,
apa yang mau ditulis dan pads bagian mans akan dituliskan . Berbeda dengan Lontara
yang berteknik gores yang diduga merupakan tambahan, ditulis setelah makam
dibangun atau dituliskan kembali .
Tenting inskripsi yang ada pads nisan di kompleks makam Ondongan antara
lain menyebutkan nama tokoh (Ida/a) dan angka tahun 1789 M . Menurut penilik
kebudayaan kecamatan Banggae, Ida/a adalah istri Arung Pagatang . Seperti diketahui,

BPASST No . 1 / 1998
(i2 Siovedi Mlnduna, P rrrrtat+rrrt Aluc'ucl Kulr+nuu, Sugeng /l,va»ar . AItditie i rlr

penduduk kecamatan Pagatan kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan, sebagian


besar berasal dari Sulawesi Selatan, bahkan raja Pagatan jugs tokoh dan Sulawesi
Selatati . Dengan deniikian terda .pat hubungan yang erat antara kedua kerajaan itli .
Sebenarnya hubungan kekerabatan antara pantai timur Kalimantan d :ui Sulawesi
Selatan itu sangat erat .
Dalam sejarah Buton disebutkan bahwa putra raja Penniki kawin dengan
putai raja pasir. Kemudian putra atau cucu raja Penniki adalah putra raja pasir, kawin
dengan putri raja Kutai yang bergelar Sultan Idris . Ketika terjadi peperangui antara
kerajaan Penniki yang dibantu oleh kerajaan Soppeng, Mallusetasi dan Sidenreng
melawan kerajaan Gowa, Sultan Idris dengan bala tentara di kirim ke Penniki dan
Sultan Idris gugur dalam peperangan . Kemudian Sultan Ides diben gelar Laderise
Daenria Parasi Petta Arung Kute Petta Matinro n Kawanae dan makamnya berada di
Titian Aji (Sejarah Kutai, 1981) .
Dan kutipan itu nampak betapa kuat hubungan antara kerajaan-kerajaan di
pantai timur Kalimantan dengan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan, hanya tidak
diketahui dimana lctak Titian Aji (raja) itu yang konon berada di Sulawesi Selatan .
Ada 2 naskah dalam benruk khutbah awal Ramadhan dan Al Quran . Naskah khutbah
itu bergulung clan lembarannya terdiri dan 2 bagian yaitu bagian awal dan kedua .
Nnaskah itu ditulis dengan tangan, berhuruf dan berbahasa Arab . Hal yang menarik
pada naskah tersebut ialah pada bagian atas terdapat lukisan perempuan dari etnis
Cina, juga hiasan-hiasan binatang seperti rusa, lmcing clan macan yang dipergunakan
juga berbeda sebab kertas yang berisi lukisan itu clan jenis kertas buatan Eropa .
Ssedangkan kertas yang berisi khutbah berjenis kertas daluwang (papier javanais) .
Karena kertas jenis Eropa itu dijahitkan pads kertas khutbah itu semula terpisah da.n
kertas Eropa yang mencantumkan lukisan Cina tersebut . Seandainya naskah khutbah
itu menjadi satu, maka hal itu merupakan keanehan, tetapi kalau benar antara gambar
dengan naskah itu terpisah hal inipun menjadi peroalan, apakah khutbah itu dibuat
oleh ulama Cina . Dan tentang ulama Cina itu dapat dihubungkan dengan keterangan
dari kepa seksi kebudayaan yang selama 22 tahun menjabat di kecamatan tempat
ditemukannya naskah tersebut yaitu kebanyakan masyarakatnya berkulit bersih dan
bermata sipit. Selain itu juga terdapat toponim nama desa besar bernama Taukong
(TaoKong) dan Toking (To-King) . Desa tempat ditemukan naskah itu adalah
Tandiallo, kecamatan Malunda, kabupaten Majene .
Mengenai naskah Al Quran dan bendera di Salabose, desa Banggae,
kecamatan Banggae, itupun ada hal-hal yang anakronistis jika dihubungkan dengan
tradisi lisan . Menurut kepercayaan penduduk, naskah Al Quran itu ditulis oleh Syekh
Abdul Marian, seorang penyebar agama Islam pads abad XVI di Banggae . Tetapi
kertas yang dipakai tidak cocok dengan produk kertas itu . Kertas itu bercini air (water
mark) Pro Patnia buatan industri kertas di London dan produk pertamanya tahun
1736 M . Dengan demikian jika naskah itu ditulis oleh Syekh Abdul Mannan yang
menurut tradisi lisan lisan adalah ularna clan' Demak, maka hal itu terbentur pads usia

BP.4SST No . 1 / 1 99 9
PenelitianArkeologi Islam di Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan e3

kertas, sehin .a kesimpulan sementara naskah itu ditulis kemudian oleh salah
seorang clan' keturunan santri Syekh Abdul Mannan .
Disamping Al Quran di desa Banggae juga terdapat bendera yang
dikeramatkan . Sepintas lalu nama-nama yang tertera pada . bendera tidak
menimbulkan masalah . Sebab tampaknya hal itu sudah umum, tetapi gambar orang
berpedang yang menunggang macam itu mengingatkan kita pada sekte Islam clan
kaum Ali . Lambang macan itu jugs ditemukan di lingkungan keraton Cirebon dan
pesantren kuna di wilayah Cirebon yang menganut aliran Syekh Abdul Kadir Jaelani
(hidup abad XI) . Di desa tin' ternyata tasauf SAKJ berkembang pesat. Dengan
demikian lambang macan Ali pads bendera itu sesuai dengan aliran tasauf yang
dianut oleh Syekh Abdul Mannan dan pengikut-pengikutnya sampai sekarang .

D. Aspek Islamisasi

Christian Pelras menyatakan bahwa tahun 1608, Sawitto, Bacukiki, Suppa dan
Mandar di pantai barat, Akkotengeng din Sakolli di pantai timur memeluk agama
Islam . Dar' pernyataan itu, agarna Islam sudah masuk dan dianut oleh penduduk
Mandar . Hhal itu juga menunjukkan bahwa Mandar, apkah sebutan untuk etnis,
kerajaan dengan sendirinya Banggae yang sekarang menjadi wilayah Majene sudah
dimasuki agama Islam pula . Pernyataan Ch . Pelras tidak jelas, oleh siapa Mandar itu
di Islamkan, apakah oleh Dato' Tellua, apakah oleh ulama dari Aceh atau ulama din
Demak/Gresik.
Menurut tradisi lisan, Parnboang di Islamkan oleh ulama dan Yogyakarta,
bahkan kronologinya juga diketahui yaitu tahun 1625 . Ulama dan Yogyakarta itu
bernama Suryodilogo yang ditema1~ .i oleh Syekh Zakaria. Tradisi lisan terlalu jauh ke
belakang menempatkan kronologi 1625 . Andaikan benar tokoh Suryodilogo itu
berasal clan' Yogyakarta, tetapi angka tahun itu tidak benar, sebab kerajaan
Yogyakarta bare lahir pads tahun 1756 . Demikian pula jika Suryodilogo itu n'sannya
berasal clan Demak/Gresik, dalarn arti dia berasal dani lingkungan istana atau dari
lingkungan pesantren hal itu juga tiu1ak benar karena pada masa itu kesultanan
Demak tidak berfungsi lagi sebab kedudukannya hanya sebagai asal dari Mataram .
Serta Gresik/Demak sudah tidak memiliki kekuasaan politik . Tetapi jika yang
dimaksud dengan yogyakarta itu Mataram dalam anti umum, maka kemungkinan itu
bisa diterima sebab pads masa itu kekuasaan Mataram sedang dalam kondisi puncak .
Oleh sebab itu yang dimaksud dengan Suryodilogo barangkali berasal clan Mataram .
Demikian pula tentang Syekh Abdul Mannan yang menurut tradisi lisan
dikatakan berasal dari Demak pads abad XVI . Kronologi untuk kerajaan Demak itu
bisa ditenima sebab kerajaan itu berakhir/runtuh pads abad XVI . Tetapi jika tradisi
lisan benar, maka Islamisasi di Ban : •a e sifatnya perorangan, bukan Islamisasi politis
sebab Islamisasi politis barn terjadi pads tahun 1608 M . Keimpulan sementara yang

BPASST No . 1 / 1998
64 Suwedi Montana, Darmawan Mas'ud Rahman, Sugeng Riranto, Muhaeminah

dapat ditarik ialah Islamisasi di Mandar termasuk Banggae terjadi dalam 2 tahap .
Pertama Islamisasi perorangan oleh Syekh Abdul Mannan dan kedua Islamisasi
politis setelah penguasa di Mandar memproklamasikan kerajaaan itu menjadi muslirn
pads tahun 1608 M.

BPASST No . 1 / 1998
Penelitian Arkeologi Islam di Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan 65

BAB VI
P E N U T U P

Penelitian arkeologi Islam secara maksimal selama 11 hari hanya dapat


menghasilkan tentang Potensi Tinggalan masa Islam di wilayah Majene clan
sekitamya, tetapi sebenarnya masih banyak yang belum dijangkau karena masalahnya
berkembang setelah dilapangan . Dengan temuan-temuan makam kuna, naskah clan
hasil wawancara dengan tokoh-tokoh tetua setempat, ternyata bekas kerajaan
Banggawi yang ada dalam kesatuan etnis Mandar telah berusia tua . Sejak sebelum
abad XII daerah ini sudah memunculkan budaya tinggi .
Interaksi dengan budaya lain tampaknya terjadi tanpa benturan, rupanya
kondisi alam daerah ini memungkinkan untuk itu, misalnya laut bebas dan kondisi
tanahnya walaupun berbukit-buk t tetapi subur, apalagi lembah-lembahnya di wilayah
selatan menunjukkan indikasi fertile said Oleh karena itu, penyebar agama Islam yang
mengemban dua tugas dalam kehidupannya, yaitu mencari rezeki dan menyiarkan
agama Islam, meskipun hanya satu ayat berhasil mengislamkan masyarakat Mandar
adalah karena mereka tertarik oleh kesuburan tanahnya clan keterbukian
masyarakatnya.
Agama Islam telah membuka kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan keterampilan yang tampak pada pembuatan jirat clan nisan dart'
batu . Namun demikian penduduk masih bertahan darn tradisi leluhurnya yaitu tradisi
megalitik.

BPASST No . 1 / 1998
6o Sinver/i Alontana, /) rmawanMas'trc!Rahntan, SugengRivanto, .%1Lr/rae,,,,' ji

DAI IAR PUSTAKA

Abidin, Andi Zaenal . 1971 . "Notes on the Lontara as Histoncal Sources" . Indonesia
12, Cornell . University Press .

De Graff, S . 1918. Encyclopaedre van Nederlandsch Indie I I. HM . S . Hage.

Eerdtnans, A .J.A .F. 1897 . "Het Lanschap van Gowa", T7BG 50 . S Hage .

Engelhadt, H .E .D. 1884 . "Mededelingen over het Eiland Salayar", BKI32 . S. Hage .

Jacobs, H . 1966. "The First Locally Demonstrable Chnstianity in Celebes 1554"


Studie, Lisbon .

Le Rutte, J .M .Ch .E. "De Schaking bij Den Makassar ini Verhand met de
I-Iedendaa gsch Toestanden", BKI, 41 .

Linchvoet, A . 1880. "Transcnptie van Lontara Bilang of het Dagboek van


Voersten van Gowa en Tallo", BKI, 4, S . Hage .

Loir, H .Ch . 1985 . " Dato n Bandang, Legends de L'Islamisation de la Region de


Celebes Sud", Archipe129, Paris .

Montana, S . 1988 . "Pandangan lain terhadap Kepurbakalaan di Pulau Selayar.


Tinjauan tentang Masa Klasik dan Proses Islamisasi" . Berkala Arkeologi,
September . Yogyakarta.

Moquette, M J .P. 1912 . "La Date de L'eteptphe de Malik Ibrahim a Gnse" 1 BG 54


Batavia .

Olthof, W .L. 1941 . Poenika Serat Babad Tanab Djawi Wiwit Sakin; Nabi Adam
Doemoe~pi ing Taoen 1647. S. Hage.

Pelras, Ch . 1981 . "Celebes Sud Avant Islam Selon les Premiers Temoignes
Entragers" . Archzpel, 21 . Paris .

, 1985 . "Religion till' South Sulawesi" . Archipel, 29 . Paris .

Pigeaud, Th . G .'Ih . 1962. Java in the Foxrteenth Century, II, 'Ihe Hague : MN .

BPASST No . 1 / 1998
TABEL PERSENTASE TIPE JIRAT DAN NISAN
MASING-MASING KOMPLEKS MAKAM

Tipe Jirat
No . Kompleks Makam Tipe Nisan
M PS SM Balok Segi 8 Pipih TB
B E A B A C/Aceh A B

1. Raja raja Pamboang 56 44 - - 8 - - - 39 - - 14 36 - 3 -


2 Imanan . 52 48 - 2 36 - - - - 6 - 24 32 - - -
3 Tambulese . 5 63 32 - - - - 20 - 75 - 5 - - - -
4. Lombeng Susu . 73 27 - - - - - - 33 - 34 29 - - 1
5. Puang Rrambang . 89 11 - - - - - - - 41 - 39 20 - - -
6. Syekh Abd . Mannan . 98 2 - - - - - - 75 - 25 - - - -
7. Nenek Ular. 85 15 - - - - - - - 42 - 38 20 - - -
8. Nenek Reso . 100 - - - - - - - - 38 - 40 22 - - -
9. Pappesse Bassi . 68 32 - - - - - - 2 48 - 30 20 - - -
10 . Maragdia Parappe . 49 51 - - - - - - 92 4 - 4 - - - -
11 . Ondongan . 52 48 - - - 6 1- - - 30 - 32 31 - - -
12 . Puang Towarani . 86 14 - - - - - - 1 56 - 32 11 - - -
13 . Galetto (Maraqdia Manyang) 64 36 - - - - - - 41 - 15 41 -- - -

Keterangan : M (Monolit) ;
PS (Pasang Sambung) ;
SM (Semi Mmonolit) ;
TB (Tidak Beraturan) .
TABEL KORELASI ANTARA
PERSENTASE RATA- RATA TIPE JIRAT DAN NISAN
DENGAN KELETAKAN

Tipe Jirat Tipe Nisan

No . Keletakan M PS SM Balok Segi 8 Pipih TB

A B C D E A B A C/Aceh

Puncak Bukit/Gunung 69 26 5 - 1 - - 3 6 46 0,4 26 17 - 0,4 0,1

1. Kaki/Lereng Bukit 69 31 - 0,5 - - - - 23 23 - 26 18 - - -

Tepi/Tebing Pantai 58 42 - - - 3 0,5 - - 24 - 36 36 1,5 - -

2.

3.

Keterangan : M {Monolit) :

PS (Pasang Sambung) ;

SM (Semi Monolit) ;

TB (Tidak Beraturan) .
PETA JARINGAN ISLAMISASI DI SULAWESI SELATA N

9 00 K .L4
F - T ;-

PIN,-' '7 SI C - AT ;

~ A L , 4 .000

v 6 0

-j

LLJ

Ul

KE T E R AN 0 A N

;Batas kabupoten

:Batas prop'lnsi

: I bu koto propinsi

0 : I bu ko ta kcbupolen
Ja I a n r a y a

0 a n a u

S u m 9 a

Kab up at c n M A) E N E
Lo ka si pen e I it i a n
P E T A
K AB . MAJENE
SK A L A :1 :300 000

I
0

a
J

KETERANQAN

+-t : Batas Kabupaten


+ •#- • : Batas Kccamatan
-- : Batas Dcsa
JAI an raya
Jatan desa
5ungai
0 Ibu kola kabupaten
e Ibu kola kccamatan
A : Komp, Makam ON00NGAN
• : Komp Makam LOMBENG SU5U
C Kom p Makam IAMBULESE
• Kemp Makam PAMBOANG
• Komp Makam I MANANG
F • SALABOSE
G n MAPA'OIA PA RAPPE)
NENE RESO
I ~. NENE ULAR

J Komp PAPPESSE BESSI


DENAHKOMPLEKSMAKAMRAJARAJA
BANGGAE

SK ALA' :1 :1000

KETERANGAN
Lokasi :Ocsa :BANGGAE
Kcc : BANGGAE
Kab : MAJEN E
)t ;Makam yang digambar
~ : Ruma kolcksl
Jalan stapak
Kctsnygt_n lokasi 23 M
00
OENAH

F- 27Cm -4

KETEPANGAN

Lokasi Komplcks Makam LOMBENG SUSU

Kcl

Kcc :
1ANDE

8ANGGAE

Kab : M A J E N E
Li
t-2 3Cm r 7 Crrr`'
----------

I
L 1so C m 1! 1 270 Cm

1AMPA K 5 E L A T A N
I AM P A K TIMUR
Skala :1 :JO

~Apow ht KETERANGAN

Lo kasi komp makam


IAMBULESE

-Am, 80 Cm
Otsa ; BANGGAE
Kct :BANGGAE
Ka b : M A J E N E
0

E N A H
n I SIVER 45 Cm

o a
4---L 5 C m -4
TAMPAK U1ARA
52Cm

~--- 7 5 C m
TAMPAK BARAT
if( +- 14 C m -F-

r r
CU

0 E N A H

KElERANGAN 101 Cm
Lokasi Komp . Makam IMANANG
Ousun :PAMBOANG
Ocsa :BANGGAE
K c c :BANGGAE
K a b : M A J E N E

3 2 C m --I-
a-7Cnr+-

KETERANGAN
Lokasi Nisan Komp,Makam
MARA'0IA PARAPPE
Ksl :LABUANG
Kcc : BANGGAE
Kab : MA JE NE

95Cm

SK ALA :1 :10

KETERANGAN
Lokosi Nisan ell Komp Makam
SALABOSE
Ocsa :BANGGAE
Kcc :BANGGAE
Kab :M A JE NE

I
/._ 6,SCtn4
Foto I : Kompleks makam Puang Towarani di Tandtmg, Kec . Tinambung

Foto 2 ° IMrat 1 saiig-sambung tanpa penguat sudut pada kompleks makam


Tambtulese, di T)usun Teppo, Kel . Totoli, Kecamatan Banggae .
Foto 3 : Jirat pasang-sambung dengan penguat sudut pada kompleks makam
Pamboang, di Dusun Landang, Desa Banggae, Kec . Banggae

Foto 4 : Lukisan pada bendera/panji dari Kampung Salabose, Banggae


a
an
0
.d
C
O
w
0
E
0
m
F
c
kn
w
a
ou
c
0
b
a
O
b
W6
n, % M ; sk to 100) ILI
rrinw, falra
k;v'!,vilAs Gadjah Mac
BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI
SULAWESI SELATAN & TENGCARA

BPASST

Diterbitkan oleh
Balai Arkeologi Ujung Pandang
ebagai mec3 ;-a herkala yang menyajikan
lapgran penelitian arkeologi di wilayali
Sulaw( , ;, . Seal atan dan Tenaaara

13

You might also like