You are on page 1of 24

Prof. Dr. Andi Suhandi, M.

Si

DERET PANGKAT TAK HINGGA

3.1. Pendahuluan
Dalam pembahasan PDB liniear orde tinggi dengan koefisien konstan, kita telah
mempelajari metode-metode untuk menyelesaikan PDB tersebut dan hasil yang kita peroleh
adalah fungsi eksponen. Metode ini, ternyata tidak dapat kita gunakan dalam menyelesaikan
PDB dengan koefisien variabel. Penyelesaian PDB linier dengan koefisien variabel dapat
kita peroleh dengan cara mengubah fungsi dalam bentuk deret pangkat. Apakah deret itu,
bagaimana mengubah fungsi menjadi deret pangkat? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini,
anda dapat mempelajari bahasan berikut. Pasal ini membahas tentang deret pangkat tak
hingga yang meliputi definisi deret, uji konvergensi deret, dan aplikasi deret dalam kasus-
kasus fisika.

3.2. DERET TAK HINGGA


Deret merupakan penjumlahan suku banyak baik suku bilangan maupun variabel
yang suku demi sukunya membentuk pola tertentu. Setiap bilangan atau variabel yang
dijumlahkan dinamakan suku dari deret tersebut. Jadi, deret mempunyai urutan suku yang
berpola.
Contoh deret:
a. 1 + 2 + 3 + 4 +…
b. 2 + 5 + 8 + 11 +…
c. 1 + (x+1) + (x+1)2 + (x+1)3 +…
d. x - x2 + x3 – x4 +…
tanda titik tiga di belakang menunjukkan penjumlahan sampai suku tak hingga. Deret (a)
mempunyai suku dengan pola bilangan asli, deret (b) memiliki pola urutan suku berikutnya
ditambah 3 dari suku sebelumnya. Deret (c) dan (d) merupakan deret dengan pola suku
berikutnya merupakan hasil kali sebuah faktor tertentu dengan dengan suku sebelumnya
yaitu pada (c) suku berikutnya dikalikan dengan (x+1) dan pada (d) dikalikan dengan (-x).

3.3. Jumlah, Konvergensi dan Divergensi Deret


Masalah utama yang dipelajari dalam deret tak hingga adalah menentukan apakah
(hasil) jumlahnya berhingga atau tak berhingga. Besar jumlah berhingganya, pada bahasan
ini tidaklah kita perdulikan. Karena, pada umumnya, tidaklah mudah untuk memperolehnya.
Katakanlah kita mencoba menjumlahkan suku demi suku, maka tidak peduli masih banyak
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

suku yang tersisa. Karena itu, harus mencari metode lain untuk menghitung jumlahnya. Dan
yang lebih mandasar, haruslah kita definisikan dahulu tentang apa yang dimaksudkan dengan
jumlah deret tak hingga. Dalam kaitan ini marilah kita tinjau kembali bentuk umum deret
takhingga dengan meninjau terlebih dahulu secara berturut-turut jumlah suku-suku berhingga
sebagai berikut:
S1= a1
S2= a1 + a2
S3= a1 + a2+ a3
….

Sn= a1 + a2+ a3 +…+ an+ …..

Besaran Sn ini disebut jumlah perbagian deret tak hingga, himpunan tak hingga dari Sn yang
disusun dalam urutan berikut:
{ S1, S2, S3, …, Sn, …}
membentuk pernyataan matematik lainnya yang disebut barisan tak hingga (infinite
sequence), yang diringkas penulisannya dengan notasi {Sn}n=1. Disini, Sn disebut suku ke-n
dari barisan, dan bentuk ummnya adalah Sn = f (n). Namun, perlu dicatat bahwa dalam
prakteknya bentuk Sn dari sebuah deret tak hingga tidakklah selalu mudah diungkapkan
pernyataan analitisnya. Himpunan urutan bilangan, seperti berikut:
2
3 3
1, ,   ,...
4 4
merupakan contoh sebuah barisan tak hingga {cn}n=1 yang bentuk umum suku ke-n nya
adalah cn= (3/4)n , n  0.

1. Jika Sn adalah jumlah perbagian deret tak hingga a ,


n =1
n maka jumlahnya

didefinisikan sebagai: a
n =1
n = lim S n
n→


2. Jika lim
n→
S n = S berhingga dan tunggal, maka deret a
n =1
n dikatakan konvergen dengan
jumlah S.
3. Jika lim S n = , atau lim S n = S k ( k = 1,2,3,..., p,) berhingga tetapi tak tunggal (ada
n→ n→

sebanyak p buah limit), maka deret

a n =1
n
dikatakan divergen.
4. Jika a
n =1
n
konvergen, maka Rn=(S – Sn) dikatakan residu (sisa) deret setelah suku ke-n.
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Deret ukur sebagai contoh


tinjau deret tak hingga istimewa berikut:

a + ar + ar 2 + ... + ar n+1 + ...   ar n−1 , r  0
n =1

disebut deret ukur dengan a suku awal, dan r pembanding. Deret ini manarik, karena
pernyataan umum jumlah perbagiannya, Sn, sebagai fungsi dari n, telah kita peroleh di
sekolah menengah, yaitu:
a (1 − r n )
Sn = ,r 1
1− r

dengan mengingat bahwa:


0, jika r  1
lim rn = {
n →  jika r  1
Maka
(a) Jika r < 1,
a
lim S n =  S , berhingga
n → 1− r
Jadi, deret ukur yang bersangkutan konvergen.

(b) Jika r > 1,


lim S n →
n →

Jadi, deret ukur yang ersangkutan divergen.

(c) Jika r = 1, dari deret ukur semula, kita peroleh:


Sn= a + a + a+…+ a = n.a
Karena itu, lim S n lim =→
n → n →
Jadi, deret ukur yang bersangkutan divergen.

3.4. Uji Konvergensi Deret Positif


Cara menentukan kekonvergenan sebuah deret dari Sn , tidaklah mudah karena sukar
untuk menentukan bentuk jumlah perbagiannya. Oleh sebab itu, kita akan membahas
beberapa cara pengujian yang dapat digunakan untuk menentukan kekonvergenan sebuah
deret, yang disebut uji kekonvergen deret bilangan positif, yaitu:
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

a. Uji awal
Jika lim a n  0 , deret pasti divergen tetapi jika lim a n = 0 , kita belum
n → n →
dapat mengatakan bahwa deret bersifat konvergen. Untuk memastikannya harus
dilakukan pengujian dengan cara lain.
b. Uji integral

Harganya tertentu, deret konvergen
Jika  f (n)dn = L =
a Nilainya  deret divergen
Batas bawah integral ditentukan oleh batas bawah notasi sigma dari deret. Pada uji
ini, f (n) diperoleh dari bentuk an.
c. Uji nisbah atau rasio
Jika
an +1  1 Deret konvergen
lim =
n → a
n  1 Deret divergen

an +1
Jika hasil lim = 1, artinya uji rasio tidak dapat digunakan untuk menguji
n → an
kekonvergenan deret yang bersangkutan (pengujian gagal), sehingga harus
digunakan cara lain. Dalam menggunakan uji rasio ini perlu kehati-hatian dalam
menentukan an+1. jika diketahui an maka an+1 diperoleh dari suku ke-n, dengan cara
megganti n dengan (n+1).

d. Uji banding
 
Jika a
n =1
n dibandingkan dengan deret b
n =1
n yang diketahui bersifat

konvergen, dan ternyata an  bn maka deret an konvergen.


 
Jika a
n =1
n dibandingkan dengan deret b n yang diketahui bersifat
n =1
divergen, dan ternyata an  bn maka deret an divergen.

Berikut ini, simaklah beberapa contoh penentuan sifat kekonvergenan sebuah deret.

Contoh 1. 

Tentukan sifat kekonvergenan 2


n =1
n

Penyelesaian:

Untuk deret 2
n =1
n
ini, semua cara pengujian dapat digunakan untuk menunjukkan sifat

kekonvergenannya.
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Menggunakan Uji awal.


lim an = lim 2 n =   0
n → n →

Hasil limitnnya tidak sama dengan nol, maka 2


n =1
n
bersifat divergen.

Menggunakan Uji integral.

Dari 2
n =1
n
diperoleh f (n) = 2n dan

 

 (
f (n) dn =  2 n dn = 2 n ln 2 1 =  )

n 1 n 1

Hasil integralnya  , maka deret 2
n =1
n
bersifat divergen.

Menggunakan uji nisbah atau rasio

an +1 2 n +1 
lim
n → a
n
= lim n = 2  1 deret
n → 2 2
n =1
n
bersifat divergen.

Menggunakan uji banding.


Ambil deret pembanding 1
n =1
n
=  yang merupakan deret divergen. Jika bandingkan 2n

dengan 1n didapatkan 2n > 1n maka 2
n =1
n
bersifat diveren.


Dari keempat tes kita dapatkan 2
n =1
n
adalah deret divergen

Latihan 1.
Tentukan apakah deret berikut merupakan deret konvergen atau divergen dengan teknik
pengujian yang cocok!

1 2 22 22
+ + + + ...
3 5 7 9
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

3.5. Deret Selang Seling


Deret bilangan selang-seling adalah deret bilangan yang tanda suku berurutan saling berganti
tanda postif dan negatif yang dapat dituliskan dalam bentuk:

a1 − a2 + a3 − a4 + ... + (−1) n −1 a n =  − 1n −1 an
n =1

( −1n −1 ) menunjukkan tanda suku akan selang-seling, positif dan negatif.

Contoh 2.
Deret berikut merupakan deret selang-seling.

23 25 2 7 
(− 1 )
n
a. 1 − 3 + 5 − 7 + ... b. 1 −
3
+
5

7
+ ... c. 
n ln n


deret selang-seling  −1
n =1
n −1
an akan konvergen jika:

a. lim (−1n an ) = 0
n →

b. (−1) n +1 an +1  (−1) n an

Untuk deret selang seling ini, kita dapat membentuk deret mutlaknya.
Deret selang-seling:
  

 − 1n−1 an mempunyai deret mutlak


n =1
 − 1n −1 an =  an yang mungkin merupakan
n =1 n =1

deret konvergen atau divergen.



Kekonvergenan  −1
n =1
n −1
an ini ditentukan oleh sifat deret mutlaknya. Jika

 
a.  − 1n −1 an konvergen maka
n =1
 −1
n =1
n −1
an bersifat konvergen mutlak.

Jika deret konvergen mutlak maka deret itu dan deret mutlaknya merupakan deret
konvergen.
 
b.  −1
n =1
n −1
an divergen maka  −1
n =1
n −1
an bersifat konvergen bersyarat.
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Jika deret konvergen bersyarat maka deret itu dan deret mutlaknya merupakan deret
divergen.

3.6. Deret Pangkat


Definisi deret pangkat :

 C (x − a ) = co + c1 ( x − a ) + c2 ( x − a ) + c3 ( x − a ) + ...
n 2 3
n
n =0

Dimana adalah x variabel dan c adalah konstanta


Perhatikan bahwa dalam notasi deret pangkat telah sengaja memilih indeks nol untuk
menyatakan suku pertama deret, c0, yang selanjutnya disebut suku ke-nol. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan penulisan, terutama ketika membahas pernyataan suatu fungsi dalam
deret pangkat
Beberapa contoh deret pangkat

Selang konvergensi deret pangkat


Deret pada contoh (a)

Selang konvergensi deret pangkat dapat ditentukan dengan menggunakan konsep uji rasio
(uji nisbah), sbb:
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Menurut syarat uji nisbah suatu deret akan konvergen jika :


 1
Sehingga :
x
= 1
2
atau :
x 2
atau :
− 2 x 2
Jadi selang konvergensinya adalah untuk nilai x antara - 2 dan 2
Pertanyaannya sekarang adalah apakah untuk titik-titik ujung selang yaitu pada nilai x=-2
dan x=2 deret konvergen atau divergen ???
Untuk x = -2, deret menjadi :
1 + 1 + 1 + 1 + 1 + .... + ....
Deret ini akan tak hingga jumlahnya, maka untuk x = 2 deret menjadi divergen. Dengan
demikian 2 tidak termasuk dalam selang konvergensi deret (a)
Untuk x = 2, deret menjadi :
1 − 1 + 1 − 1 + 1 − .... + ....
Merupakan deret bolak-balik dengan |an| = 1. karena |an+1| = |an| maka deret ini juga
divergen. Dengan demikian 2 juga tidak termasuk dalam selang konvergensi deret (a)
Sehingga selang konvergensi deret pangkat (a) adalah

− 2 x 2

Latihan 2.
Tentukan selang konvergensi deret pangkat pada contoh (b), (c), dan (d)

3.7 Teorema-teorema penting terkait deret pangkat


1. Integrasi dan diferensiasi deret pangkat dapat dilakukan per suku, yaitu:
q  

 Cn ( x − a) n dx =   Cn ( x − a) n dx, p, q  x − a  r
q
 p
n =0 n =0
p

d  
d

dx n=0
C n ( x − a) = C n ( x − a ) n dx
n

n =0 dx

Selang konvergensi seragam deret pangkat yang dihasilkan, sama seperti yang semula.
Untuk kedua titik ujungnya, perlu diselidiki.
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

2. Dua deret pangkat dapat di-jumlah/kurang-kan, dan diperkalikan; deret yang dihasilkan
memiliki selang konvergensi masing-masing deret. Jadi, misalkan I1 dan I2 selang
konvergensi masing-masing deret, maka selang konvergensi deret yang dihasilkan
adalah I1  I 2 (  lambang teori himpunan bagi irisan).
3. Dua deret pangkat dapat pula dibagi asalkan penyebutnya tak-nol di x = a, atau nol di x
ln(1 + x)
= a, tetapi tercoretkan (seperti ). Selang konvergensinya harus dicari
x
kembali.
4. Suatu deret pangkat dapat disisipkan ke dalam deret pangkat lainnya, asalkan selang
konvergensi deret yang disisipkan terkandung dalam deret lainnya. Jadi, misalkan I1
5. selang konvergensinya I2, maka I1  I 2 (  lambang teori himpunan bagi himpunan
bagian).
5. Pernyataan suatu fungsi f(x) dalam deret pangkat konvergen, adalah tunggal. Artinya
ada satu pernyataan deret pangkat untuk satu fungsi, sejauh variabel x berada dalam
selang konvergensi deret.

3.7 Pernyataan Deret Taylor Sebuah Fungsi


Seperti telah diungkapkan di atas, bahwa suatu fungsi f(x) yang dapat dinyatakan
dalam deret pangkat. Kenyataan ini menguntungkan, karena deret pangkat sangat mudah
ditangani secara analitis ketimbang fungsi f(x) itu sendiri. Misalnya, dalam perhitungan
integral dari fungsi f(x), bila seandainya f(x) adalah suatu fungsi rumit yang integralnya tak
terdapat dalam tabel integral, maka penyelesaiannya akan sulit. Penanganan dalam
pernyataan deret dari f(x) mungkin dapat lebih mudah ditangani.
Misalkan kita ingin menyatakan sebuah fungsi f(x) yang diketahui dalam pernyataan deret
pangkat, maka mula-mula kita tulis bentuk umum seperti berikut :

f ( x) = C0 + C1 ( x − a) + C2 ( x − a) 2 +  + Cn ( x − a) n + 

Tetapan a dapat pula bernilai nol. Masalah selanjutnya adalah:


a. Menentukan nilai-nilai koefisien Cn, sebagai fungsi dari n, sehingga penulisan di
atas berupa suatu identitas (berlaku bagi semua nilai x).
b. Menentukan selang konvergensi deret pangkatnya dalam mana identitas (a) berlaku.
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Dengan menerapkan teorema diferensiasi deret pangkat, kita peroleh:


f (a ) = C0 + C1 (0) + C2 (0) 2 +  + Cn (0) n +  = C0
f ' (a ) = 0 + C1 + 2C2 (0) +  + nCn (0) n −1 +  = C1
f " (a ) = 0 + 0 + 2.1C2 +  + n(n − 1)Cn (0) n − 2 +  = 2!C2
................................................................................
f n (a ) = 0 + 0 + 0 +  + n!Cn + 0 +  = n!Cn

Jadi:
1 (n)
Cn = f (a)
n!

Dengan demikian,

1
f ( x) = f (a) + f ' (a)( x − a) + f " (a)( x − a) 2 + 
2!
1
+ f n (a)( x − a) n + 
n!

1 n
f ( x) =  f (a)( x − a ) n
n =0 n!
Uraian Taylor dari fungsi f(x) disekitar x = a
Khusus untuk x = 0, uraian deret pangkat dari fungsi f(x) disebut deret McLaurin
Misalkan kita ingin menyatakan fungsi sinus x dalam deret pangkat disekitar x = 0
Bentuk umum :

Tugas kita adalah mencari a0, a1, a2, a3, .... dst

Turunan pertama dari fungsi sin x terhadap x adalah :

Pada x = 0,

Cos 0 = a1 + 2a2 (0) + 3 a3 (0) + ...


2

Jadi : a1 = 1
Turunan kedua dari fungsi sin x terhadap x adalah :

− sin x = 2a2 + 3.2a3 x + 4.3 a4 x 2 + ...


Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

pada x = 0

− sin 0 = 2a2 + 3.2a3 (0) + 4.3 a4 (0) + ...


2

Jadi : a2 = 0
Dst........lakukan proses yang sama untuk turunan ke-tiga, ke-empat, ke-lima, akan didapat :

Interval konvergensi deret sin x

Notasi umum : x 2 n −1
(2n − 1) !
Dengan uji nisbah didapat :

n =
an +1
=
x 2 n +1 (2n − 1)!
 2 n −1
an (2n + 1)! x

n =
x 2 n +1

(2n − 1)!
=
x2
(2n − 1)!(2n )(2n + 1) x 2 n−1 (2n + 1)(2n )
x2
 = lim =0
n → (2n + 1)(2n )
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

didapat :  =0  1

Untuk x berapa pun, jadi selang konvergensi untuk deret sin x adalah semua nilai x. Dengan
kata lain deret sin x konvergen untuk semua nilai x.

Pernyataan deret dari fungsi Selang konvergensi

x3 x5 x7
1. Sin x = x − + − + ..., Semua nilai x
3! 5! 7 !
x2 x4 x6
2. Cos x = 1 − + − + ..., Semua nilai x
2! 4! 6!

x 2 x3 x 4
3. e = 1 + x +
x
+ + + ..., Semua nilai x
2! 3! 4!

x 2 x3 x 4
4. ln (1 + x ) = x − + − + ..., -1 < x  1
2 3 4

p( p − 1)x 2 p( p − 1)( p − 2)x 3


5. (1 + x ) = 1 + px + + + ..., |x| < 1
p

2! 3!

Disebut deret Binomial, dengan p adalah bilangan real positif atau negatif

3.8 Teknik-teknik untuk mendapatkan pernyataan deret suatu fungsi


A. Perkalian suatu deret dengan suatu polinomial atau perkalian deret
dengan deret

Contoh 2
Untuk mencari pernyataan deret dari : (x + 1) sin x
Maka kita lakukan perkalian (x + 1) dengan deret sin x Sbb :
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Contoh 3
Untuk mencari pernyataan deret dari : ex cos x
Maka kita lakukan perkalian deret ex dengan deret cos x sbb :

B. Pembagian suatu deret dengan deret lainnya atau dengan suatu polinomial
Contoh 4

ln (1 + x )
Untuk mencari pernyataan deret dari : 1
x
Maka kita lakukan pembagian deret ln (1 + x) dengan sbb :

Contoh 5
Untuk mencari pernyataan deret dari : 1
1+ x
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Maka kita lakukan pembagian 1 dengan (1 + x) sbb :

Contoh 6
Untuk mencari pernyataan deret dari tan x
Maka kita lakukan pembagian deret sin x dengan deret cos x sbb:

C. Menggunakan deret Binomial


Contoh 7
1
Untuk mencari pernyataan deret dari : (contoh 5)
x +1
Digunakan deret Binomial Sbb :
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Hasilnya sama dengan contoh 5.

D. Substitusi suatu polinomial atau suatu deret untuk variabel dalam deret lain
Contoh 8
e−x
2
Untuk mencari pernyataan deret dari :

Maka kita lakukan substitusi − x 2 pada variabel x dalam deret e x sbb :

Contoh 9

tan x
Untuk mencari pernyataan deret dari : e kita lakukan substitusi sbb :

E. Metode Kombinasi
Contoh 10
Untuk mencari pernyataan deret dari : arc tan x
Digunakan metode Sebagai berikut :
Karena
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

1
Kita tuliskan Sebagai deret Binomial sbb :
1+ t2

Latihan 3.
Nyatakan fungsi-fungsi berikut ini dalam pernyataan deret pangkat tak hingga dengan
menggunakan metode yang cocok.
ex
1.
1− x

2. sec x

1+ x
x
dt
3. ln =
1− x 0 1− t 2

e x + e− x
4. cosh x =
2

F. Uraian Taylor melalui uraian Mc-Laurin


Contoh 11
Untuk mencari pernyataan deret taylor dari fungsi ln x disekitar x = 1, kita tuliskan:

Lalu gunakan uraian McLaurin untuk :


Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

x 2 x3 x 4
ln (1 + x ) = x − + − + ...,
2 3 4

Kemudian ganti x dengan (x-1), didapat :

ln x = ln (1 + (x − 1)) = (x − 1) −
(x − 1)2 + (x − 1)3 − (x − 1)4 + ...,
2 3 4
Contoh 12
Cari uraian Taylor dari fungsi cos x disekitar x = 3
2
Kita tuliskan:

Lalu gunakan uraian McLaurin untuk :


x3 x5 x7
Sin x = x − + − + ...,
3! 5! 7 !
Kemudian ganti x dengan (x - 3/2), didapat :

Cos x = Sin (x − 3 ) = (x − 3 )−
(x − 3 2 ) + (x − 3 2 )
3 5

+ ...
2 2 3! 5!

Latihan 4.
Cari uraian Taylor dari fungsi-fungsi berikut melalui uraian McLaurin :

1
1. f ( x) = disekitar a = 1
x

2. f ( x) = x disekitar a = 25

3.9 Beberapa penggunaan deret


A. Perhitungan secara numerik

Contoh 13

Hitunglah di x = 0,0015
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Jawab :

Contoh 14

Hitunglah

Jawab :

Lakukan diferensiasi empat kali dan masukan x=0,1, didapat :

B. Penjumlahan deret

Contoh 15
Hitunglah
Jawab :
Mulai dengan deret :

Ambil x = 1
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Jadi

1 1 1
1 − + − + .... = 0,69
2 3 4

Latihan 5.
Selesaikan persoalan-persoalan berikut dengan menggunakan teknik yang cocok

1 1 1
1. 1 − + − + .... = ..... Petunjuk : gunakan deret arc tan x
3 5 7
2 4 6 sin x
2. − + − .... = ..... petunjuk : gunakan
x
3! 5! 7!

3. ln 3 +
(ln 3) (ln 3)
2
+
3
+ .... = .....petunjuk : gunakan ex – 1
2! 3!
C. Menghitung integral tertentu
Contoh 16.

Hitunglah

Integral Fresnel, dijumpai pada persoalan Difraksi Fresnel


Mulai dengan deret :

x 6 x10
sin x = x − +
2 2
− ....
3! 5!
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

D. Menghitung Limit
Contoh 17.

Hitunglah

Jawab :

Latihan 6.
Selesiakan persoalan-persoalan berikut :
0 , 01
1. 0
t e −t dt

d 3  x 2e x 
2.   di x = 0,01
dx 3  1 − x 

ln (1 − x )
3. lim
x →0 x
E. Menentukan nilai e
Contoh 18.
Gunakan pernyataan deret pangkat untuk ex dengan x = 1

x 2 x3 x 4
e = 1+ x +
x
+ + + ...,
2! 3! 4!
12 13 14
e = 1 + 1 + + + + ...,
2! 3! 4!
e = 2 + 0,5 + 0,17 + 0,... + ... = 2,718..

F. Menentukan akar suatu bilangan


Contoh 19.
Tentukanlah nilai 9 dengan deret Binomial
Deret Binomial :
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

p( p − 1)x 2 p( p − 1)( p − 2)x 3


(1 + x )p = 1 + px + + + ...,
2! 3!

1+ 8 atau (1+ 8)
Kita tidak bisa menulis 1/ 2
9 dengan

Karena konvergensi deret Binomial adalah x 1


Untuk menyelesaikan ini gunakan resep berikut :
n 1/ n
 b   c  
(a )1/ n
=   a   Dengan b >> c
 c   b  

Jadi nilai 9 adalah :


2 1/ 2
 10   2  
(9)1/ 2
=   9  
 2   10  

1/ 2 1/ 2
 36   100 64 
(9)1/ 2 = 5  = 5 −  = 5(1 − 0,64 )
1/ 2

 100   100 100 

 1(0,64) 
2
(9)1/ 2 = 5 1 + 0,5(− 0,64) − + ... = 3
 8 
Itulah hasilnya

3.10 Aplikasi Deret Pangkat pada Persoalan Fisika


Contoh 20.
Selesaikan dengan menggunakan metode deret pangkat yang cocok !
Sebuah kereta luncur bermassa m berada pada sebuah jalur tanjakan dengan sudut
kemiringan  terhadap horizontal. Di dekat bagian bawah jalur terdapat sebuah tiang
bermuatan listrik positif. Muatan yang positif yang sama ditempatkan pula di atas kereta.
Jika gesekan kereta luncur dengan lintasan diabaikan dan diasumsikan percepatan gravitasi
g, berapakah besar gaya tolak Coulomb (F) yang diperlukan agar kereta luncur tersebut tetap
diam di tempatnya. Petunjuk tuliskan F dalam deret pangkat dari .
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Jawab :

Agar kereta tetap di tempatnya, maka :

F = 0
FC = Fw sin 

FC = mg sin 

 3 5 
FC = mg  − + + ....

 3! 5! 

3.11 Solusi Persamaan Diferensial Biasa (PDB) dengan Metode Deret Pangkat
Contoh 21.
Cari solusi PDB berikut :

y '= 2 xy
Jawab :
Solusi dengan metode pemisahan variabel

dy dy
= 2 xy = 2 xdx
dx y
dy
 y =  2 xdx
ln y = x 2 + ln c

y = Ce x
2
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

Solusi Persamaan Diferensial Biasa (PDB) dengan Metode Deret Pangkat


Mencari solusi dengan metode deret pangkat, dimulai dengan :

y = a0 + a1 x + a2 x 2 + a3 x3 + a4 x 4 + ...
PDB yang dicari solusinya berorde satu (y’), maka perlu dicari y’ :

y' = a1 + 2a2 x + 3a3 x 2 + 4a4 x3+ ...

Persamaan diferensial biasa :

y '= 2 xy y ' − 2 xy = 0

y' = a1 + 2a2 x + 3a3 x 2 + 4a4 x3+ ...


− 2 xy = − 2a0 x − 2 a1 x 2 − 2a2 x3 + ...
+

0 = .... + ......x + ......x 2 + ......x 3 + ....

Buat matriks seperti berikut :

x0 x x2 x3

y' a1 2a2 3a 3 4a4


− 2 xy 0 − 2 a0 − 2 a1 − 2a2
+

0 = (a1 − 0 ) + (2 a 2 − 2 a0 ) + (3a3 − 2 a1 ) + (4 a 4 − 2 a 2 )+ ....

didapat :

a1 − 0 = 0 2a2 − 2a0 = 0 3a3 − 2a1 = 0 4 a4 = 2 a2


a1 = 0 a 2 = a0 a3 = a1 = 0
2
3 a4 = 24 a2 = 12 a0

Dengan demikian :

y = a0 + a1 x + a2 x 2 + a3 x3 + a4 x 4 + ...

1 1
y = a0 + a0 x 2 + a0 x 4 + a0 x 6 + ....
2 3
Prof. Dr. Andi Suhandi, M.Si

1 1
y = a0 + 0 x + a0 x 2 + 0 x 3 + a0 x 4 + 0 x 5 + a0 x 6 + ....
2 3

 x4 x6 

y = a0  1 + x +
2
+ + ....
 2 3 

y = a0e x
2

Sama dengan hasil sebelumnya

Latihan 7.
Cari solusi PDB Berikut dengan metode deret pangkat

1. y ' = 3 x 2 y

2. y ' = xy + x

3. y' ' + y = 4 sin 3x

You might also like