You are on page 1of 19

PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA LANJUT I

PERCOBAAN CELAH TUNGGAL

Oleh :

Nama : I Dewa Ayu Sintiya Biantari


NIM : 2108521022
Kelompok :3
Tanggal : Rabu, 2 November 2022
Dosen Pengajar : Ir. Putu Suardana, M.Si
Pembimbing : I Ketut Nada

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
I. TUJUAN
1. Memahami fenomena difraksi oleh celah tunggal dan menentukan lebar celah
tunggal.

II. DASAR TEORI


Difraksi adalah penyebaran atau pembelokan gelombang pada saat melintas
melalui celah atau penghalang. Gelombang difraksi selanjutnya berinterferensi satu sama
lain sehingga menghasilkan daerah penguatan dan pelemahan. Difraksi juga berlangsung
pada aliran partikel. ( Soedojo, 2004 )
Pada tahun 1690, Christian Huygens menafsirkan cahaya sebagai sebuah
fenomena gelombang dan sementara itu, pada 1704, Isaac Newton menggambarkan
cahaya sebagai partikel. Pendapat tentang dualisme gelombang partikel ini dapat
diselesaikan dengan mekanika kuantum. Percobaan difraksi memberikan bukti untuk
karakter gelombang cahaya. Fenomena difraksi selalu terjadi jika perambatan cahaya
diubah oleh suatu diafragma iris atau celah. (Yuliara, 2020).

Gambar 2.1 Difraksi Celah Tu;nggal

Gambar di atas merupakan proses difraksi cahaya ketika melewati celah tunggal.
Ketika cahaya difraksi bergabung, maka ia akan menghasilkan pola terang atau gelap
yang dihasilkan dari interferensi gelombang. (Soekarno,1998)
Difraksi menggambarkan suatu deviasi dari cahaya dengan pola lurus melewati
lubang lensa atau disekeliling benda. Menurut Huygens bahwa setiap bagian celah akan
menjadi suatu sumber gelombang (cahaya) biru. ( Soekarno,1998)

Difraksi pada celah tunggal akan menghasilkan pola garis terang dan gelap pada
layar. Celah tunggal dapat dianggap terdiri atas beberapa celah sempit yang dibatasi titik-
titik dan setiap celah itu merupakan sumber cahaya sehingga satusama lainnyadapat
berinterferensi (Soedojo, 2004 )
Seberkas cahaya yang melalui celah sempit akan mengalami pelenturan yang
peristiwanya disebut dengan difraksi cahaya. Hasil difraksi cahaya oleh celahtunggal
sempit berupa pita gelap dan pita terang yang membentuk suatu pola. Di mana pola dari
difraksi oleh celah tunggal dapat dilihat melalui sebuah layar yang diletakkan di
belakang celah tunggal sempit Contoh persitiwa difraksi cahaya dapatdiamati pada saat
cahaya matahari yang melewati celah-celah awan.(Soekarno,1998)
Dalam melakukan percobaan difraksi celah tunggal, pada bagian tengah layar
dihasilkan sebuah garis terang yang asalnya dari berkas cahaya yang melewati setiap
celah tanpa adanya pembelokan (0 derajat). (Giancoli,2001)
Sifat gelombang dikaitkan dengan cahaya dan pola difraksi yang dapat diamati
pada layar dianggap sebagai superposisi dari sejumlah cahaya yang
dibelokkan/dilenturkan/dididfraksikan oleh objek difraksi (lebar celah/iris diafragma).
Dalam arah tertentu, intensitas superposisi dari semua berkas cahaya dapat bersifat
destruktif (minimum/gelap) atau kontruktif (maksimum/terang). (Yuliara,2020)

Gambar 2.2. Pendekatan jalannya sinar-sinar pada fenomena difraksi

Gambar 2.2 diatas, dapat ditunjukkan suatu pendekatan sederhana, bahwa frinji
gelap terjadi pada posisi di mana setiap setengah bagian berkas cahaya dikaitkan dengan
setengah bagian berkas cahaya lainnya, sehingga mereka saling meniadakan satu sama
lain. Untuk bagian berkas yang berasal dari celah di bawah sudut αn, maka beda lintasan
Δsn merupakan perkalian integer n dengan setengah panjang gelombang, yang
diberikan oleh :


Sn  n (1)
dengan n = 1,2,3,…
Secara geometri, terlihat bahwa tan αn = xn / L. Untuk sudut difraksi kecil (αn <<) dan
jarak layar (L) besar, maka dapat digunakan pendekatan, yaitu : tan αn ≈ sin αn ≈ αn :


2 ≈α ≈ (2)

Dengan demikian, untuk kondisi interferensi destruktif (minimum/ gelap), maka


panjang gelombang sumber cahaya diberikan oleh :

= (3)

Dari persamaan (3) terlihat bahwa, jika lebar celah (b) diketahui, maka panjang
gelombang cahaya dapat ditentukan atau sebaliknya.(Yuliara.2020)

Eksperimen difraksi dengan gelombang monokromatik memungkinkan juga


untuk menentukan ukuran dari obyek difraksi. Fenomena difraksi pada iris diafragma,
juga dapat secara jelas ditunjukkan dengan bantuan sinar laser. (Yuliara.2020)

III. ALAT DAN BAHAN


1 diaphragm with 3 single slits 469 91
1 diaphragm with 3 diffraction holes 496 96
1 diaphragm with 3 diffraction objects 469 97
1 He-Ne laser, linearly polarized 471 830
1 holder with spring clips 460 22
1 lens in frame, f = +5 mm 460 01
1 lens in frame, f = +50 mm 460 02
1 precision optical bench,1 m 460 32
4 riders, H = 60 mm/B = 36 mm 460 353
1 translucent screen 441 53
1 saddle base 300 11
IV. DATA PENGAMATAN
 Diketahui Lebar celah = 0,1 mm
 Jarak celah ke layar = 25,5 cm
I. Tabel Data Pengamatan Intensitas Terang Ke-1
No Intensitas Ke-1 𝑋 (𝑚𝑚) 𝑋 /𝑛(𝑚𝑚)
1 3,7 3,7
2 3,7 3,7
3 1 3,8 3,8
4 3,8 3,8
5 3,8 3,8

II. Tabel Data Pengamatan Intensitas Terang Ke-2


No Intensitas Ke-2 𝑋 (𝑚𝑚) 𝑋 /𝑛(𝑚𝑚)
1 4,8 2,4
2 4,9 2,45
3 2 4,8 2,4
4 4,8 2,4
5 4,8 2,4

III. Tabel Data Pengamatan Intensitas Terang Ke-3


No Intensitas Ke-3 𝑋 (𝑚𝑚) 𝑋 /𝑛(𝑚𝑚)
1 7,5 3,75
2 7,5 3,75
3 3 7,6 3,8
4 7,6 3,8
5 7,7 2,56

IV. Tabel Data Pengamatan Intensitas Terang Ke-4


No Intensitas Ke-4 𝑋 (𝑚𝑚) 𝑋 /𝑛(𝑚𝑚)
1 8,6 2,15
2 8,6 2,15
3 4 8,7 2,175
4 8,7 2,175
5 8,8 2,2

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Atur jarak antara Laser He-Ne dengan Layar S kira-kira 1,9 meter
2. Tempatkan holder obyek difraksi H pada meja optik ( the optical bench) dengan
jarak kira-kira 50 cm dari laser
3. Aturlah tinggi laser, sehingga berkas sinar laser ada ditengah-tengah diafragma.
4. Letakkan lensa speris L1 ( f = +5 mm) di depan laser pada jarak kira-kira 1 cm
5. Pindahkan holder obyek difraksi H
6. Tempatkan lensa konvergen L2 (f = +50 mm) di sebelah lensa L1 pada jarak kira-
kira 55 mm dan geser L1 sampai berkas sinar laser yang terbentuk pada layar
tampak sangat terang/ jelas/ tajam.
7. Atur/ geser lensa L2 terhadap L1 hingga tampak pada layar diameternya kira-kira 6
mm (profil sinar laser bundar sepanjang sumbu optik, dapat dicek dengan kertas
sepanjang jalur/ lintasan sinar)
8. Letakkan kembali holder obyek difraksi H pada jalur sinar dan atur/ geser hingga
jarak antara layar dan obyek difraksi kira-kira 1,50 m
9. Jika perlu, geser/ atur lensa L2 sampai diperoleh pola difraksi yang tajam seperti
rangkaian pada gambar di bawah ini

10. Masukkan salah satu celah (mis. b = 0,48), dan amati fenomena difraksi pada layar,
kemudian tandai dengan pensil setiap lokasi/ jarak intensitas minimum (gelap).
Ukur jarak tersebut terhadap titik terang pusat (x0). Catat hasilnya pada table
pengamatan yang telah disediakan.
11. Ulangi langkah (10) untuk celah-celah yang lain (b=0,24 dan b=0,12). Catat hasil
pengamatan pada tabel yang telah disediakan

VI. ANALISIS DATA


6.1. Tugas
6.1.1. Dari data yang diperoleh, hitunglah lebar celah obyek difraksi (b)
Lebar celah dapat di cari menggunakan rumus (d sin𝜃 = nƛ) Namun pada
praktikum ini lebar celah telah di ketahui yaitu,Lebar celah = 0,1 mm

6.1.2. Analisa hasil yang diperoleh dan berikan kesimpulan.


Gelombang yang melewati celah sempit yang lebar celahnya lebih kecil
daripada panjang gelombangnya, maka gelombang akan mengalami
lenturan. Kemudian di belakang celah akan terjadi gelombang setengah
lingkaran yang melebar.

6.2. Grafik

Grafik perbandingan nilai gelombang cahaya terang 1,2,3, dan 4

6.3. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang difraksi cahaya. Seperti
yang diketahui bahwa difraksi cehaya dapat terjadi jika cahaya melalui sebuah celah
sempit. Celah sempit yang dimaksud adalah celah tunggal dan celah ganda. Dalam
praktikum ini dilalukan percobaan untuk memahami fenomena difraksi yang
terbentuk melalui celah tunggal. Celah tunggal yang digunakan dalam percobaan
ini berupa iris diafragma dan cahaya yang digunakan adalah sinar laser. Iris
diafragma yang digunakan dalam percobaan ini berfungsi untuk mengatur besarnya
intensitas sinar kaser yang masuk melalui celah. Indikator yang diperhatikan dalam
percobaan ini adalah lebar celah, jarak intensitas minimum, dan Panjang
gelombang. Indikator lain yang juga diperhatikan dalam percobaan ini adalah jarak
lensa ke holder dan jarak dari celah ke layar. Jarak dari lensa ke holder tidak boleh
lebih dari 10 cm hal ini bertujuan agar cahaya laser yang terbentuk pada layar
nantinya akan lebih fokus. Pada percobaan ini jarak holder ke layar adalah 8 cm dan
jarak dari celah ke layar adalah 25,5 cm.
Pada percobaan celajh tunggal ini diperoleh hasil berupa grafik dan
perhitungan. Grafik yang di peroleh yaitu grafik perbandingan nilai gelombang
cahaya terang 1,2,3, dan 4. Dan perhitungan yang diperoleh yaitu perhitungan
intensitas cahaya. Dari percobaan terang pertama di peroleh hasil intensitas sebesar
∆ = (958800 ± 958820.3374) nm, terang kedua diperoleh hasil ∆ = (2458200 ±
2458500.846) nm, percobaan terang ketiga diperoleh ∆ = (5798700 ±
5798706.359) nm dan pada percobaan terang keempat diperoleh ∆ = (8853600 ±
22134032.91) nm.

Data-data yang diperoleh dalam percobaan ini masih dikatakan belum tepat. Hal
ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kesalahan dalam mengambil data,
ketidaktelitian dalam melakukan pengukuran, dan ketidaktepatan dalam melakukan
perhitungan.

6.4. Perhitungan
6.4.1. Perhitungan intensitas dengan terang ke 1
Diketahui : Lebar celah(d) = 0.1 mm
Jarak celah ke layar(L) = 25.5 cm = 2550 mm
Orde difraksi (n) = 1
Ditannya: Lebar celah obyek difraksi (d)?
Panjang gelombang sumber cahaya?

Jawab :

Lebar celah difraksi (d) =  =


=
,00376 ±2,449 × .
= x
 = (9.588 ± 0.0624495) (0.1)
 = (0.9588 ± 6.24495 x 10 )
∆ = (0.9588) ± ( 0.0624495) (0.1) + (0.9588)
∆ = (0.9588 √0.9193364394)
∆ = (0.9588 ± 0.9588203374) mm
∆ = (958800 ± 958820.3374) nm
6.4.2. Perhitungan intensitas dengan terang ke 2
Diketahui : Lebar celah(d) = 0.1 mm
Jarak celah ke layar(L) = 25.5 cm = 2550 mm
Orde difraksi ( n ) = 2
Ditannya: Lebar celah obyek difraksi (d) ?
Panjang gelombang sumber cahaya ?
Jawab :
Lebar celah difraksi (b) =  =
=
0,00482 ±2,000 × .
= x
 = ( 2.4582 ± 0.0102)

∆ = (2.4582) ± (0.0102) (0.2) + (2.4582)

∆ = (2.4582 ± √6.044226412 )
∆ = ( 2.4582 ± 2.458500846) mm
∆ = (2458200 ± 2458500.846) nm

6.4.3. Perhitungan intensitas dengan terang ke 3


Diketahui : Lebar celah(d) = 0.1 mm
Jarak celah ke layar(L) = 25.5 cm = 2550 mm
Orde difraksi ( n ) = 3
Ditannya: Lebar celah obyek difraksi (d) ?
Panjang gelombang sumber cahaya ?

Jawab :

Lebar celah difraksi (b) =  =


=
0,00758 ±3,742 × .
= x
 = ( 5.7987 ± 0.0286263)

∆ = (5.7987) ± ( 0.0286263) (0.3) + (5.7987)

∆ = (5.7987 ± √33.62499544 ) nm
∆ = (5.7987 ± 5.798706359) mm
∆ = (5798700 ± 5798706.359) nm
6.4.4. Perhitungan intensitas dengan terang ke 4
Diketahui : Lebar celah(d) = 0.1 mm
Jarak celah ke layar(L) = 25.5 cm = 2550 mm
Orde difraksi (n) = 4
Ditannya: Lebar celah obyek difraksi (d) ?
Panjang gelomb ang sumber cahaya ?

Jawab :

Lebar celah difraksi (b) =  =


=

0,00868 ±3,742 × .
= x

 = ( 22.134 ± 0.095421)

∆ = (22.134 ± (0.095421) (0.4) + (22.134)

∆ = (8.8536 ± √489.9154128 )
∆ = (8.8536 ± 22.13403291) mm
∆ = (8853600 ± 22134032.91) nm

6.5. Ralat Nisbi

Tabel 6.5.1 Ralat Nisbi Xn Pada Pengamatan Intensitas Terang Ke-1

NO 𝑋𝑛(m) 𝑋𝑛(m) (𝑋𝑛 − 𝑋𝑛 )(m) (𝑋𝑛 − 𝑋𝑛)² (m)

1 0,0037 0,00376 -6 × 10−5 3,60 × 10−9

2 0,0037 0,00376 -6 × 10−5 3,60 × 10−9

3 0,0038 0,00376 4 × 10−5 1,60 × 10−9

4 0,0038 0,00376 4 × 10−5 1,60 × 10−9

5 0,0038 0,00376 4 × 10−5 1,60 × 10−9

Σ(𝑋𝑛 − 𝑋𝑛)(m) 1,20 × 10−8

( )² 1,20 ×
∆𝑋𝑛 = = = 2,449 × 10 m
( )

(𝑋𝑛 ± ∆𝑋𝑛) = ( 0,00376 ± 2,449 × 10 )m


Ralat nisbi = × 100%
2,449 ×
= ×100% = 0,651%
,00376

Ralat kebenaran = 100% - Ralat nisbi

= 100% - 0,651%

= 99,349%

Tabel 6.5.2 Ralat Nisbi Xn/n Pada Pengamatan Intensitas Terang Ke-1

NO 𝑋𝑛/𝑛(m) 𝑋𝑛/𝑛(m) − (m ) ( − )² (m)

1 0,0037 0,00376 -6 × 10−5 3,60 × 10−9

2 0,0037 0,00376 -6 × 10−5 3,60 × 10−9

3 0,0038 0,00376 4 × 10−5 1,60 × 10−9

4 0,0038 0,00376 4 × 10−5 1,60 × 10−9

5 0,0038 0,00376 4 × 10−5 1,60 × 10−9


1,20 × 10−8
Σ( − )(m)

( )² 1,20 ×
∆𝑋𝑛/𝑛 = = 2,449 × 10 m
( )

𝑋𝑛/𝑛 ± ∆𝑋𝑛/𝑛 = ( 0,00376 ± 2,449 × 10 )m


∆ /
Ralat nisbi = × 100%
/

2,449 ×
= ×100% = 0,651%
,00376

Ralat kebenaran = 100% - Ralat nisbi

= 100% - 0,651%

= 99,349%

Tabel 6.5.3 Ralat Nisbi Xn Pada Pengamatan Intensitas Terang Ke-2

NO 𝑋𝑛(m) 𝑋𝑛(m) (𝑋𝑛 − 𝑋𝑛 )(m) (𝑋𝑛 − 𝑋𝑛)² (m)

1 0,0048 0,00482 -2 × 10−5 4,00 × 10−10

2 0,0049 0,00482 8 × 10−5 6,40 × 10−9


3 0,0048 0,00482 -2 × 10−5 4,00 × 10−10

4 0,0048 0,00482 -2 × 10−5 4,00 × 10−10

5 0,0048 0,00482 -2 × 10−5 4,00 × 10−10

Σ(𝑋𝑛 − 𝑋𝑛)(m) 8,00 × 10−9

( )² 8,00 ×
∆𝑋𝑛 = = = 2,000 × 10 m
( )

(𝑋𝑛 ± ∆𝑋𝑛) = ( 0,00482 ± 2,000 × 10 )m


Ralat nisbi = × 100%

2,000 ×
= ×100% = 0,415%
0,00482

Ralat kebenaran = 100% - Ralat nisbi

= 100% - 0,415%

= 99,585%

Tabel 6.5.4 Ralat Nisbi Xn/n Pada Pengamatan Intensitas Terang Ke-2

NO 𝑋𝑛/𝑛(m) 𝑋𝑛/𝑛(m) − (m ) ( − )² (m)

1 0,0024 0,00241 -0,00001 1,00× 10−10

2 0,00245 0,00241 4 × 10−5 1,60× 10−9

3 0,0024 0,00241 -0,00001 1,00× 10−10

4 0,0024 0,00241 -0,00001 1,00× 10−10

5 0,0024 0,00241 -0,00001 1,00× 10−10


2,00 × 10−9
Σ( − )(m)

( )² 2,00 ×
∆𝑋𝑛/𝑛 = = 1,000 × 10 m
( )

𝑋𝑛/𝑛 ± ∆𝑋𝑛/𝑛 = ( 0,00241 ± 1,000 × 10 )m


∆ /
Ralat nisbi = × 100%
/

1,000 ×
= ×100% = 0,415%
0,00241
Ralat kebenaran = 100% - Ralat nisbi

= 100% - 0,415%

= 99,585%

Tabel 6.5.5 Ralat Nisbi Xn Pada Pengamatan Intensitas Terang Ke-3

NO 𝑋𝑛(m) 𝑋𝑛(m) (𝑋𝑛 − 𝑋𝑛 )(m) (𝑋𝑛 − 𝑋𝑛)² (m)

1 0,0075 0,00758 -8 × 10−5 6,40 × 10−9

2 0,0075 0,00758 -8× 10−5 6,40 × 10−9

3 0,0076 0,00758 2× 10−5 4,00 × 10−10

4 0,0076 0,00758 2× 10−5 4,00 × 10−10

5 0,0077 0,00758 0,00012 1,44 × 10−8

Σ(𝑋 − 𝑋𝑛)(m) 2,80 × 10−8

( )² 2,80 ×
∆𝑋𝑛 = = = 3,742 × 10 m
( )

(𝑋𝑛 ± ∆𝑋𝑛) = ( 0,00758 ± 3,742 × 10 )m


Ralat nisbi = × 100%

3,742 ×
= ×100% = 0,494%
0,00758

Ralat kebenaran = 100% - Ralat nisbi

= 100% - 0,494%

= 99,506%

Tabel 6.5.6 Ralat Nisbi Xn/n Pada Pengamatan Intensitas Terang Ke-3

NO 𝑋𝑛/𝑛(m) 𝑋𝑛/𝑛(m) − (m ) ( − )² (m)

1 0,00375 0,003532 0,000218 4,75× 10−8

2 0,00375 0,003532 0,000218 4,75× 10−8

3 0,0038 0,003532 0,000268 7,18× 10−8

4 0,0038 0,003532 0,000268 7,18× 10−8


5 0,00256 0,003532 -0,000972 9,45× 10−7
1,18 × 10−6
Σ( − )(m)

( )² 1,18 ×
∆𝑋𝑛/𝑛 = = 2,433 × 10 m
( )

𝑋𝑛/𝑛 ± ∆𝑋𝑛/𝑛 = ( 0,003532 ± 2,433 × 10 )m


∆ /
Ralat nisbi = × 100%
/

2,433 ×
= ×100% = 6,887%
0,003532

Ralat kebenaran = 100% - Ralat nisbi

= 100% - 6,887%

= 93,113%
Tabel 6.5.7 Ralat Nisbi Xn Pada Pengamatan Intensitas Terang Ke-4

NO 𝑋𝑛(m) 𝑋𝑛(m) (𝑋𝑛 − 𝑋𝑛 )(m) (𝑋𝑛 − 𝑋𝑛)² (m)

1 0,0086 0,00868 -8 × 10−5 6,40 × 10−9

2 0,0086 0,00868 -8× 10−5 6,40 × 10−9

3 0,0087 0,00868 2× 10−5 4,00 × 10−10

4 0,0087 0,00868 2× 10−5 4,00 × 10−10

5 0,0088 0,00868 0,00012 1,44 × 10−8

Σ(𝑋𝑛 − 𝑋𝑛)(m) 2,80 × 10−8

( )² 2,80 ×
∆𝑋𝑛 = = = 3,742 × 10 m
( )

(𝑋𝑛 ± ∆𝑋𝑛) = ( 0,00868 ± 3,742 × 10 )m


Ralat nisbi = × 100%

3,742 ×
= ×100% = 0,431%
0,00868

Ralat kebenaran = 100% - Ralat nisbi

= 100% - 0,431%

= 99,569%
Tabel 6.5.8 Ralat Nisbi Xn/n Pada Pengamatan Intensitas Terang Ke-4

NO 𝑋𝑛/𝑛(m) 𝑋𝑛/𝑛(m) − (m ) ( − )² (m)

1 0,00215 0,00217 -2 × 10−5 4,00 × 10−10

2 0,00215 0,00217 -2 × 10−5 4,00 × 10−10

3 0,002175 0,00217 5 × 10−6 2,50 × 10−11

4 0,002175 0,00217 5 × 10−6 2,50 × 10−11

5 0,0022 0,00217 3 × 10−5 9,00 × 10−11


1,75 × 10−9
Σ( − )(m)

( )² 1,75 ×
∆𝑋𝑛/𝑛 = = 9,354 × 10 m
( )

𝑋𝑛/𝑛 ± ∆𝑋𝑛/𝑛 = ( 0,00217 ± 9,354 × 10 )m


∆ /
Ralat nisbi = × 100%
/

9,354 ×
= ×100% = 0,431%
0,00217

Ralat kebenaran = 100% - Ralat nisbi

= 100% - 0,431%

= 99,569%

6.6. Analisis Data


Hasil analisis dari ke empat percobaan yang di lakukan untuk terang ke 1,2,3,4,
yaitu semakin besar jumlah Orde difraksi ( n ) maka panjang gelombang sumber
cahaya akan semakin besar namun untuk lebar celah akan tetap sesuai dengan yang
di ketahui.
VII. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dalam percobaan difraksi celah tunggal yaitu
fenomena difraksi celah tunggal dapat terjadi dengan bantuan sinar laser. Difraksi
celah tunggal dapat terjadi jika cahaya melewati celah besar tertentu. Semakin
sempit celah yang dilewati cahaya maka semakin jelas pola difraksi yang terbentuk.
Pada celah tunggal akan menghasilkan interferensi maksimum dari celah
apabila selisih lintasan antara cahaya yang datang dari A dan B adalah (2n+1)1/2λ.
Interferensi minimum akan terjadi jika selisih lintasannya adalah (2n)1/2λ.
Persamaan interferensi minimum (garis gelap).
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta:Erlangga.

Soedojo, Peter. 2004. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi

Soekarno. 1998. Fisika Dasar. Jakarta: Balai Pustaka.

Yuliara, I Made. Eksperimen Fisika Lanjut I. Jimbaran : Jurusan Fisika


UniversitasUdayana.
LAMPIRAN

You might also like